1 HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MELAKUKAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP Eka Mei Susanti
HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MELAKUKAN OLAHRAGA DENGAN
KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP Eka Mei Susantisampling
Regularity of exercise is one of the factors that can reduce the risk of premenstrual syndrome. The purpose of this study to determine the relationship between sport regularity with premenstrual syndrome incidence in young women in STIKES Paguwarmas Maos Cilacap year 2016. This study uses an analytical survey, sampling technique stratified random sampling with cross sectional approach and using chi square analysis test. The results showed 34 (45.9%) female students lack the discipline to exercise, 40 (54.1%) on a regular student in the exercise and 38 (51.4%) female students premenstrusi syndrome and 36 (48.6%) female students do not experience premenstrusi syndrome. From the calculation results obtained chi square 5.357 count x2 x2 table is greater than 3.481, 0.021 pv smaller than α = 0.05, which means Ho rejected, which means there is a relationship between the regularity of exercise with the incidence of premenstrual syndrome in adolescent girls in Paguwarmas stikes Maos Cilacap 2016. it is expected that a student can carry a healthy lifestyle, one of which can be done by exercising regularly, thereby reducing the risk of premenstrual syndrome, which can interfere with the activity.
Abstract
tabel 3,481, pv 0,021 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian sindrom premenstruasi pada remaja putri di stikes Paguwarmas Maos Cilacap Tahun 2016. Diharapkan mahasiswi dapat melaksanakan gaya hidup sehat yang salah satunya dapat dilakukan dengan cara berolahraga secara teratur sehingga mengurangi risiko terjadinya sindrom premenstruasi yang dapat mengganggu aktivitas.
2
hitung 5,357 lebih besar dari x
2
dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji analisis chi square. Hasil penelitian menunjukan 34 (45,9%) mahasiswi tidak teratur dalam berolahraga, 40 (54,1%) mahasiswi teratur dalam berolahraga dan 38 (51,4%) mahasiswi mengalami sindrom premenstrusi serta 36 (48,6%) mahasiswi tidak mengalami sindrom premenstrusi. Dari hasil perhitungan chi square diperoleh x
Cilacap Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik, teknik pengambilan sampel secara proportional stratified random
,
sindrom premenstruasi pada remaja putri di Stikes Paguwarmas Maos
h Keteraturan olahraga merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi risiko terjadinya sindrom premenstruasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara keteraturan olahraga dengan kejadian
Abstrak
Keywords: Regularity sport, premenstrual syndrome
Sindrom Premenstruasi
Kata Kunci : Keteraturan olahraga,
Info Artikel
Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia
Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist
Alamat korespondensi:
Kampus Stikes Paguwarmas, Cilacap, 53231 E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN kurang memanfaatkan fasilitas tersebut.
Sedangkan dalam sebuah literatur
Sindrom premenstruasi merupakan aktivitas fisik yang kurang dapat
sekumpulan gejala fisik, psikologi, dan meningkatkan terjadinya gangguan emosi, yang terkait dengan siklus dalam siklus menstruasi yang setiap menstruasi wanita. Sekitar 80% hungga bulannya dialami oleh para mahasiswi. 95% perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala
METODE PENELITIAN
- – gejala sindrom
premenstruasi yang dapat mengganggu
aktivitas. Gejala ini dapat diperkirakan Penelitian ini menggunakan dan biasanya terjadi secara reguler pada metode survey analitik , teknik dua minggu periode sebelum menstruasi pengambilan sampel secara proportional dan dapat hilang begitu dimulainya stratified random sampling dengan perdarahan, namun dapat pula berlanjut pendekatan cross sectional, Alat setelahnya. Pada sekitar 14% perempuan pengumpulan data yang digunakan antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom dalam penelitian ini adalah kuesioner
premenstruasi dapat sangat hebat yang berisi pertanyaan tertutup bersifat
pengaruhnya dalam aktivitas sehari positif yang digunakan untuk
- – hari (Aulia, 2009). memperoleh informasi dari responden
Sebuah teori mengatakan salah satu tentang keteraturan olahraga dan kejadian faktor yang menyebabkan meningkatnya sindrom premenstruasi dan risiko sindrom premenstruasi adalah menggunakan uji analisis chi square. kegiatan fisik yaitu kurangnya berolahraga. Pada sebagian besar wanita HASIL DAN PEMBAHASAN latihan aerobik mampu mengurangi HASIL gejala
1.
- – gejala sindrom premenstruasi
Analisis Univariat yaitu mengurangi kelelahan dan stres.
a. melakukan Keteraturan
Latihan ini dapat berupa jalan sehat, olahraga berlari, bersepeda, atau berenang. Keteraturan mahasiswi Latihan aerobik yang teratur dapat dalam berolahraga dilakukan selama 1 jam dan dijalankan dikelompokkan menjadi 2, dengan frekuensi 3 yaitu teratur dan tidak teratur.
- – 5 kali dalam seminggu karena sangat bermanfaat dan Distribusi keteraturan dapat mengurangi gejala sindrom melakukan olahraga secara
premenstruasi karena dapat lengkap disajikan dalam tabel
meningkatkan produksi dari endorphin (pembunuh rasa sakit alami pada tubuh), Olahraga Frek Persentase dimana hal ini dapat meningkatkan kadar
Teratur 34 45,9 % serotonin (Saryono, 2009). Tidak 40 54,1 %
Stikes Paguwarmas maos teratur merupakan salah satu institusi pendidikan
Total 74 100% kesehatan yang berada di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. Dalam setiap minggunya dilakukan senam bersama yang dilaksanakan pada hari jumat. Namun banyak dari mahasiswi yang Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 mahasiswi (54,1%) yang tidak teratur dalam berolahraga sebagian besar mengalami sindrom premenstruasi, yaitu sebanyak 26 mahasiswi (35,1%),dan sebagian kecil tidak mengalami sindrom premenstruasi, yaitu
14 mahasiswi (18,9%). Dari
2
34 mahasiswi (45,9%) yang teratur dalam berolahraga sebagian besar tidak mengalami sindrom premenstruasi, yaitu 22 mahasiswi (29,7%), dan sebagian kecil mengalami sindrom premenstruasi, yaitu 12 mahasiswi (16,3%).
Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh x
2
hitung sebesar 5,357 dan x
2
tabel dengan dk = 1, α = 0,05 adalah 3,481, sehingga x
2
hitung > x
tabel yang berarti Ho ditolak yang menyatakan terdapat hubungan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian
OR = 3,4
sindrom premenstruasi .
Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut kemudian dihitung nilai koefisien (C). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien kontingensi sebesar 0,296 dengan melihat tabel interpretasi nilai koefisien kontingensi termasuk dalam kategori lemah. Berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan dalam kategori lemah.
2. Analisis Bivariat
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai odd ratio sebesar 3,4. Nilai tersebut menunjukkan bahwa mahasiswi yang tidak teratur dalam berolahraga memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami
sindrom premsntruasi dibandingkan
mahasiswi yang teratur dalam berolahraga.
PEMBAHASAN 1.
Keteraturan melakukan olahraga Keteraturan melakukan olahraga adalah aktifitas fisik yang dilakukan secara berkelanjutan dan bervariasi dalam seminggu dilakukan 3 - 5 kali, diawali dengan pemanasan 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi Stikes Paguwarmas Maos Cilacap tidak teratur dalam berolahraga yaitu 40 mahasiswi (54,1%) dan sebagian kecil teratur dalam berolahraga yaitu sebanyak 34 mahasiswi
Jmlh % jmlh % Jml % Tidak 26 35,1 14 18,9 40 100 Ya 12 16,3 22 29,7 34 100 Jumlah 38 51,4 36 48,6 74 100 Hasil perhitungan statistik x 2 = 5,357 C = 0,296 α = 0,05
Tabel di atas menunjukkan sebagian besar mahasiswi tidak teratur dalam berolahraga, yaitu sebanyak 40 mahasiswi (54,1%) dan sebagian kecil mahasiswi teratur dalam berolahraga, yaitu sejumlah 34 mahasiswi (45,9%). b.Kejadian sindrom premenstruasi
premenstruasi. Dalam ini berlaku
Sindrom pre mens Frek Persentase
Ya 38 51,4% Tidak 36 48,6% Total 74 100%
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar mahasiswi mengalami sindrom
premenstruasi , yaitu sejumlah
38 mahasiswi (51,4%) dan sebagian kecil mahasiswi tidak mengalami sindrom
premenstruasi , yaitu sebanyak
36 mahasiswi (48,6%).
Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian statistik yaitu uji chi square untuk mengetahui hubungan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian sindrom
ketentuan jika x
Keteratura n olahraga Sindrom premestruasi Ya Tdk Total
2
hitung ≥ x
2
tabel = h0 ditolak, dan jika x
2
hitung ≥ x
2
tabel = h0 diterima. Hasil analisis bivariat selengkapnya disajikan sebagai berikut :
- – 10 menit, latihan inti 20 menit, dan pendinginan 5
- – 10 menit (Azka, 2010 ).
mengurangi kelelahan dan stres. Latihan aerobik yang teratur (sesi 1 jam 3
premenstruasi adalah aktivitas fisik yaitu
(45,9%). Mahasiswi tidak hanya mengikuti senam dikampus yang dilaksanakan setiap hari sabtu dan kegiatan ekstrakurikuler di bidang olahraga, namun juga melakukan olahraga diluar kegiatan kampus seperti jogging, bersepeda, mengikuti senam disekitar wilayah kampus.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Saryono (2009) bahwa dengan melakukan aktivitas fisik yaitu olahraga secara tetatur akan meningkatkan kadar serotonin yang merupakan pemain kunci yang berperan pada banyak proses tubuh dan siklus. Wanita dengan sindrom premenstruasi memiliki kadar serotonin yang rendah dan bervariasi, sehingga dapat menyebabkan ovulasi tertunda atau lebih awal dan memicu suatu ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan meningkatnya gejala sindrom
- – gejala
- – 5 kali seminggu) adalah suatu hal yang bermanfaat dan dapat mengurangi gejala
premenstruasi.
3.Hubungan Antara Keteraturan Melakukan Olahraga Dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi Pada Remaja Putri di Stikes Paguwarmas Maos Cilacap Tahun 2016
meningkatkan produksi dari endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh), dimana hal ini dapat meningkatkan kadar serotonin.
sindrom premenstruasi karena dapat
sindrom premenstruasi , yaitu
kurangnya berolahraga. Sebagaimana dikemukakan oleh Saryono (2009) pada sebagian besar wanita latihan aerobik dapat mengurangi gejala
2. Kejadian sindrom premenstruasi
- – 45 tahun, yang ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada menstruasi (Saryono, 2009). Aulia (2010) mengatakan sindrom
2
Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut kemudian dihitung nilai koefisien kontingensi (C). Berdasarkan hasil
Premenstruasi .
didapatkan nilai odd ratio sebesar 3,4 yang berarti bahwa keteraturan olahraga memiliki risiko 3 kali lebih besar dalam meningkatkan terjadinya sindrom
premenstruasi . Dari hasil perhitungan
tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian sindrom
2
hitung lebih basar dari x
2
tabel 3,481. Hasil perhitungan menunjukkan x
38 mahasiswi (51,4%) dan sebagian kecil tidak mengalami sindrom premenstruasi yaitu sebanyak 36 mahasiswi (48,6%). Mahasiswi dengan sindrom
premenstruasi mengalami gejala
2
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji statistik ditemukan hubungan yang signifikan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian sindrom premenstruasi yaitu x
Sindrom premenstruasi adalah gangguan
siklus yang terjadi pada wanita muda dan pertengahan yaitu 30
premenstruasi merupakan kumpulan
gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi stikes Paguwarmas Maos Cilacap mengalami
sindrom premenstruasi yaitu
hitung 5,357 dan x
- – gejala seperti rasa cemas, perasaan sensitif, tegang, nyeri payudara, rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis
- – manis dan karbohidrat, merasa lemah, mengalami gangguan tidur pada 1
- – 14 hari sebelum menstruasi. Penelitian ini sesuai dengan dengan pendapat Aulia (2010) yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang meningkatkan terjadinya sindrom
- – 5 kali dalam seminggu karena sangat bermanfaat dan dapat mengurangi gejala
sindrom premenstruasi karena dapat
meningkatkan produksi dari endorphin (pembunuh rasa sakit alami pada tubuh), dimana hal ini dapat meningkatkan kadar serotonin.
SIMPULAN
perhitungan diperoleh koefisien kontingensi sebesar 0,296 dengan melihat tabel interpretasi nilai koefisien kontingensi termasuk dalam kategori lemah. Berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan kategori lemah.
Hasil statistik diatas sesuai dengan pernyataan Saryono (2009) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko
sindrom premenstruasi adalah kegiatan
fisik yaitu kurangnya berolahraga. Pada sebagian besar wanita latihan aerobik mampu mengurangi gejala
- – gejala
kelelahan dan stres. Latihan ini dapat berupa jalan sehat, berlari, bersepeda, atau berenang. Latihan aerobik yang teratur dapat dilakukan selama 1 jam dan dijalankan dengan frekuensi 3
- – 5 kali dalam seminggu karena sangat bermanfaat dan dapat mengurangi gejala
2
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soekidjo Notoatmodjo, 2010. Metodologi
Saryono . 2009. Sindrom Premenstruasi.
Tekhnik Analisa.
Azka . 2010 . Ensiklopedia Mini Olahraga . PT. Multi Kreasi. Hidayat . A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan
Yogyakarta: Milestone.
Aulia . (2009). Kupas Tuntas Menstruasi.
Jakarta: Rineka cipta.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian.
Ucapan Terimakasih kami tunjukkan kepada Stikes Paguwarmas Maos Cilacap dan Yayasan Paguwarmas Maos Cilacap.
tabel dengan dk = 1, α = 0,05 adalah 3,481, dan kekuatan hubungan kedua variabel termasuk dalam kategori lemah dengan nilai koefisien kontingensi sebasar 0,296.
2
hitung sebesar 5,357 dan x
sindrom premenstruasi karena dapat
Secara statistik terdapat hubungan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian sindrom premenstruasi pada remaja putri di Stikes Paguwarmas Maos Cilacap Tahun 2011 dengan hasil perhitungan x
sindrom premenstruasi yaitu mengurangi
- – gejala
sindrom premenstruasi yaitu mengurangi
fisik yaitu kurangnya berolahraga. Pada sebagian besar wanita latihan aerobik mampu mengurangi gejala
sindrom premenstruasi adalah kegiatan
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Saryono (2009) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko
di Stikes paguwarmas Maos Cilacap tahun 2011, namun dari hasil perhitungan koefisien kontingensi dengan hasil 0,296 penelitian ini termasuk dalam kategori lemah. Hal ini dimungkinkan karena variabel independen yang diteliti hanya keteraturan melakukan olahraga.
sindrom premenstruasi pada remaja putri
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square, dalam penelitian ini terdapat hubungan antara keteraturan melakukan olahraga dengan kejadian
meningkatkan produksi dari endorphin (pembunuh rasa sakit alami pada tubuh), dimana hal ini dapat meningkatkan kadar serotonin.
UCAPAN TERIMAKASIH
Sugiyono . 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D Kategori : Buku Statistika dan
Penelitian - Statistika. Penulis,
Bandung : Alfabeta