PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI
SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
Oleh Arifai
Penelitian ini bertujuan untuk menggali sejauhmana gambaran kompetensi guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Batanghari menurut persepsi siswa dan kepala sekolah, yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dan objek penelitian adalah siswa dan kepala sekolah di Kecamatan Batanghari, sedangkan data di kumpulkan dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Batanghari sudah memenuhi apa yang menjadi tuntutan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005. Hal itu dibuktikan dengan beberapa aktifitas pendukung dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh beberapa guru penjas. Dan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti.
Rekomendasi: Ditujukan kepada lembaga terkait/ dinas terkait tentang perlunya sosialisasi yang luas dan jelas tentang pentingnya kompetensi pada masing-masing guru bidang studi, termasuk guru pendidikan jasmani, sehingga tidak timbul perbedaan persepsi dari masyarakat.
(2)
PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI
SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
Oleh Arifai
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
(3)
Judul Skripsi : PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU
PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa : ARIFAI Nomor Pokok mahasiswa : 0913051020
Program Studi : Pendidikan Jasmani
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sudirman Husin, M.Pd. Dr. Herpratiwi, M.Pd NIP. 19581021 198503 1 003 NIP. 19640914 198712 2 002
2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002
(4)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Sudirman Husin, M.Pd. ...
Sekretaris : Dr. Herpratiwi, M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003
(5)
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Arifai
NPM : 0913051020
Tempat tanggal lahir : Sidodadi, 28 Mei 1991
Alamat : Sidodadi 53 P. Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 08 Januari 2013. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 24 April 2013
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Arifai, lahir di Sidodadi pada tanggal 28 Mei 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Sabilan dan Ibu Sukinah.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Sidodadi dan selesai pada tahun 2003. Kemudian masuk SMP Negeri 1 Batanghari tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.
Semasa pendidikan formal, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, baik intra maupun ekstra, diantaranya ketua PRAMUKA sewaktu di SD, ketua bidang ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa OSIS dan ketua umum Rohis, dan anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan pramuka di SMP, di SMA penulis juga aktif dalam berbagai organisasi, seperti kepala bidang kebugaran jasmani OSIS dan ketua umum Rohis tahun 2006/2007, dan pada tahun ajaran 2007/2008 penulis terpilih sebagai ketua OSIS, anggota pramuka, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Rohis, dan paskibraka di SMA N 01 Batanghari Lampung Timur.
Dalam hal prestasi, memang penulis tidak terlalu banyak berprestasi, adapun prestasi yang pernah diraih antara lain, juara 3 Olympiade Sains Nasional (OSN) bidang biologi untuk kategori SMP tingkat kabupaten/kota, juara 3 Olympiade Olahraga Sains Nasional (O2SN) cabang bulutangkis tingkat kabupaten/kota, juara 2 LCT Sains Islamic tingkat kabupaten/kota, juara 2 LCT Sains Islamic tingkat provinsi Lampung, meskipun tidak pernah juara di tingkat provinsi, akan tetapi penulis selalu lolos seleksi ke tingkat Provinsi Lampung dalam Olympiade Sains Nasional. Dalam bidang olahraga, selain dalam O2SN penulis juga pernah mendapatkan medali perunggu dalam perhelatan PORKOT Bandar Lampung. dan juga pernah mengikuti Kejurnas Bulutangkis di POLINELA. Demikian riwayat penulis, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
(7)
MOTTO
Jika A adalah Kesuksesan dalam hidup, maka A=X+Y+Z. Dimana bekerja adalah X, bermain adalah Y, dan Z adalah menjaga mulutmu untuk diam
(Albert Einstein)
Jangan pernah takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan baru
dan cari jalan yang benar pada langkah yang kedua (Buya Hamka)
Jadilah dirimu sendiri dan percayalah akan kemampuanmu sendiri, karena karya sendiri itu pasti akan lebih indah dan berkesan
Hidup Itu Berawal Dari Mimpi (Arifai)
(8)
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapakan ke pada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayah handa Sabilan dan IbundaSukinah, kakakku Safrudin alias endox, kakekku Wiyono Alm.
dan semua keluarga besarku yang kusayangi (Mbak Yulia Efiana, Om Legiman, Bude Supat, Bibi Sarponah, dan semua paman, tante, adik, kakek, nenek),
dan yang selalu kurindukan Bu Menteri Raras Kartika Sari di Malang, yang selalu memberi semangat melalui hujan,
serta sahabat dan teman yang telah membantu & mendoakan,
serta mendukung demi yang terbaik
untukku Almamater Tercinta
(9)
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta berkahnya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU
PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI BATANGHARI
LAMPUNG TIMUR” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
3. Drs.Sudirman Husin, M.Pd. selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
4. Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.
(10)
menyelesaikan penelitian ini.
7. Kepala SD N 1 Balekencono, SD N 2 Balekencono, SD N 2 Selorejo, SD N 1 Bumimas, SD N 2 Banarjoyo, SD N 2 Rejo Agung yang telah memberikan izin dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
8. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar Penjas angkatan 2009, Silvia Lestari, Adi DNSP, Duhita Kurnia, Bang Satria, Kim Davin, Lingga Pesek, Agata, Bang RY, aa’ Aditya Gumantan, Ishaq Gery, yang selalu membantu dan mendukung dalam terwujudnya tulisan ini.
10. Bapak Sigit Hardiyanto alias Tomang yang banyak memberi dukungan dan bantuan dalam penulis menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 24 April 2013 Penulis
(11)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .. ... xiv
DAFTAR GAMBAR .. ... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Batasan Istilah ... 7
II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 9
1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 9
2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Jasmani ... 11
B. Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 14
C. Persepsi ... 16
1. Pengertian Persepsi ... 16
2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam persepsi ... 18
3. Proses Terjadinya Persepsi ... 21
D. Guru Pendidikan Jasmani ... 22
E. Kompetensi Guru ... 26
F. Sertifikasi ... 33
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 39
(12)
1. Observasi ... 41
2. Wawancara ... 43
3. Studi Dokumentasi ... 44
D. Teknik Pengolahan Data ... 44
1. Reduksi Data ... 45
2. Display Data ... 45
3. Kesimpulan/ Verifikasi ... 46
4. Triangulasi ... 46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .. ... 48
1. Gambaran umum guru pendidikan jasmani ... 48
2. Temuan Penelitian .. ... 49
B. Pembahasan .. ... 55
1. Deskripsi Data Temuan penelitian ... 55
2. Analisis Hasil Penelitian ... 73
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 86
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Kisi-Kisi tentang kompetensi Guru Pendidikan Jasmani ... 87
4.1. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik ... 89
4.2. Persepsi kepala sekolah tentang kompetensi pedagogik ... 90
4.3. Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian ... 101
4.4. Persepsi kepala sekolah tentang kompetensi kepribadian ... 102
4.5. Persepsi siswa tentang kompetensi sosial ... 109
4.6. Persepsi kepala sekolah tentang kompetensi sosial ... 110
4.7. Persepsi siswa tentang kompetensi profesional ... 116
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kantor Pelaksana Dinas (KPD) Kecamatan Batanghari... 120
2.
Sekolah Dasar Negeri 1 Balekencono... 1213.
Sekeloah Dasar Negeri 2 Balekencono ... 1214.
Sekolah Dasar Negeri 1 Selorejo... 1225.
Sekolah Dasar Negeri 1 Bumiemas ... 1226.
Sekolah Dasar Negeri 2 Rejoagung ... 1237.
Sekolah Dasar Negeri 2 Banarjoyo ... 1238.
Suasana sekolah tempat observasi ... 1249.
Kegiatan siswa ... 125(15)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran pendidikan jasmani selain dapat mengembangkan kepribadian juga dapat mengembangkan kemampuan gerak siswa. Berkaitan dengan pengertian pendidikan jasmani seperti dijelaskan oleh Pangrazi dan Dauer dalam Suherman (2000:3), yakni: “pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang memberi kontribusi terutama melalui pengalaman gerak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.”
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang menekankan pada aktifitas jasmani, memuat materi dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan gerak dasar dan kesehatan, sehingga memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan gerak pada dirinya dalam berolahraga.
Dari penjelasan mengenai pengertian pendidikan jasmani, maka lembaga pendidikan atau sekolah harus mampu mengembangkan potensi, bakat dan minat peserta didik dalam berolahraga yang tidak lepas dari tujuan
(16)
Pendidikan Nasional. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam proses pendidikan, baik berkaitan dengan subjek maupun objek pendidikan. Kedudukan guru sebagai subjek pendidikan dituntut untuk dapat membawa anak didik pada arah perbaikan dan perubahan perilaku yang lebih baik, meliputi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu, guru mempunyai peran penting dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005) dalam ketentuan umum pasal 1 butir 1 dijelaskan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Peran guru pendidikan jasmani pada lembaga pendidikan formal dituntut untuk dapat mengembangkan kegiatan olahraga pada lembaga pendidikan. Jika dilihat dari kompetensinya justru guru pendidikan jasmani diutamakan untuk dapat menjadi tenaga pendidik, khususnya mendidik pada segi kegiatan jasmani siswa, kesehatan, beserta nilai-nilai penting yang terkandung dalam setiap tujuan intruksional pembelajarannya
Mengingat minimnya pemahaman pihak lain mengenai hal tersebut, keberadaan guru pendidikan jasmani menjadi tumpang tindih dengan keberadaannya sebagai guru pendidikan jasmani yang menitik beratkan pada melatih siswa untuk dapat menguasai cabang olahraga. Maka dari itu pada posisi yang paling sentral guru pendidikan jasmani harus dapat memiliki kompetensi yang dapat menunjang terselenggaranya pemenuhan pendidikan
(17)
yang berkualitas, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler di sekolah.
Peningkatan mutu pendidikan, dipengaruhi kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dalam UU RI No. 14 Th. 2005. Pasal 1 butir 10 dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam tugas keprofesionalan.” Hal tersebut menjadi suatu tuntutan khusus yang harus dimiliki oleh setiap guru, karena guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi pada jalur pendidikan formal sesuai dengan perundang-undangan.
Berkaitan dengan kompetensi guru, khususnya dalam pendidikan jasmani hendaknya dirancang dan dikondisikan mengarah kepada hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Untuk mengetahui kompetensi guru, salah satunya dapat dilakukan melalui penyetaraan atau sertifikasi. Dalam hal ini, upaya untuk menjamin mutu guru agar tetap memenuhi standar kompetensi, diperlukan adanya suatu mekanisme yang memadai. Penjaminan mutu guru ini perlu dikembangkan berdasarkan pengkajian yang komprehensif untuk menghasilkan landasan konseptual dan empirik, melalui sistem sertifikasi. Mengenai pengertian sertifikasi dijelaskan oleh Mulyasa (2008:34) bahwa: “Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk, proses, atau jasa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.” Dengan kata lain, sertifikasi guru merupakan prosedur yang digunakan oleh pihak yang
(18)
berwenang untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai guru.
Pada dasarnya pemberdayaan guru melalui sertifikasi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sebuah kesadaran awal dari para guru untuk dapat melakukan tindakan dalam meningkatkan kehidupannya dan memperoleh seperangkat keterampilan agar mampu bekerja lebih baik, mengurangi perasaan ketidakmampuan dan meningkatkan kepercayaan diri dari para guru, sehingga seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, maka para guru harus dapat belajar atau berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang akan berdampak pada pencapaian pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan merupakan cara untuk membangkitkan kemampuan dan potensi guru agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian, uji kompetensi guru melalui sertifikasi merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan terhadap setiap guru, dan calon guru. Hal ini penting, terutama untuk mempersiapkan guru kreatif, profesional, dan menyenangkan.
Pernyataan di atas berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan, yaitu ketika peneliti melakukan observasi awal pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), terlihat jelas bagaimana kompetensi guru pendidikan jasmani sangat kurang dari yang seharusnya, hal ini ditunjukkan oleh pelaksanaan proses pembelajaran, banyak guru yang tidak mampu menyusun perangkat pembelajaran, serta bagaimana mampu menciptakan
(19)
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Maka dari itulah peneliti ingin mengetahui bagaimana sesungguhnya persepsi siswa dan kepala sekolah mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari Lampung Timur khususnya guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang sudah disertifikasi.
Bertolak dari pemahaman-pemahaman yang telah dipaparkan di atas, maka dengan demikian peneliti mengambil judul:
“PERSEPSI SISWA DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR
DI BATANGHARI LAMPUNG TIMUR”
B. Indentifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang timbul dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu
1. Masih simpang siurnya pendapat siswa tentang peran guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran.
2. Masih banyak yang berpandangan negatif terhadap guru pendidikan jasmani dalam kehadiran dan proses pembelajaran penjas dan olahraga, baik secara kompetensi, maupun profesional.
3. Persepsi siswa dan kepala sekolah tentang kompetensi guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan batanghari Lampung timur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “belum diketahuinya gambaran tentang kompetensi guru pendidikan
(20)
jasmani SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur?”. Maka dari itu penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur ?
2. Bagaimana persepsi kepala sekolah tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur ?
3. Bagaimana profil guru pendidikan jasmani setelah di sertifikasi ?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat:
1. Gambaran lebih luas tentang kompetensi guru pendidikan jasmani SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur menurut persepsi siswa.
2. Gambaran secara utuh tentang kompetensi guru pendidikan jasmani SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur menurut persepsi kepala sekolah.
(21)
E.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis
Melalui penelitian ini dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti serta menjadi suatu informasi dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas atau kompetensi seorang guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari Lampung Timur. Selain itu dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan informasi kepada dinas terkait mengenai kinerja anggota instansinya.
2. Secara Praktis
1. Diketahuinya gambaran siswa tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur.
2. Diketahuinya gambaran kepala sekolah tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan kesehatan SD yang sudah disertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur?
F. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah tersebut. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
(22)
atau juga disebut proses sensorik. Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. 2. Pendidikan jasmani adalah proses interaksi melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. 3. Kompetensi yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam tugas keprofesionalan.
4. Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pemerintah sebagai amanat untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk, proses, atau jasa yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
(23)
II. KAJIAN TEORI
A. Hakekat Pendidikan Jasmani 1. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peran yang relatif besar terhadap perkembangan perilaku siswa seperti aspek kognitif, afektif, dan khususnya aspek psikomotorik. Lutan (2000:6) menjelaskan bahwa: “Istilah pendidikan jasmani (physical education) merupakan suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaatkan kegiatan jasmani, termasuk olahraga. Dengan kata lain, pendidikan jasmani adalah pendidikan.” Dari penjelasan tersebut, maka pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai perbuatan mendidik tubuh atau badan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lainnya, dan dikategorikan sebagai mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa. Pendidikan jasmani memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dalam bidang olahraga dan kesehatan, juga memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan dirinya, agar mencapai suatu prestasi dalam berbagai cabang olahraga. Selain itu, pedidikan jasmani juga berperan untuk membina kerja sama, disiplin, keberanian, rasa percaya diri dan lain-lain. Selain efektif untuk
(24)
menyebarkan dan mengembangkan olahraga, kegiatan ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan di sekolah. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang menekankan pada aktivitas jasmani siswa.
Menurut Husdarta (2009:3) dijelaskan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bidang ilmu yang memiliki kajian yang luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjaskes berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dan pikiran dan jiwanya.fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani dan kesehatan yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Berdasarkan pandangan holistik yang dikemukakan oleh Jawatan (1960) yang dikutip Suherman (2000:3) bahwa: “pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan, dan karya yang diberi
(25)
bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.”
Berdasarkan penjelasan dan pandangan para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang kondusif dimana siswa dibantu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dalam mencapai taraf kedewasaan tertentu. Selain itu, pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, siswa diarahkan untuk dibina guna menjalankan pola hidup sehat. Selain itu juga melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Maka, pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh yang direncanakan dengan sistematis dan mencapai tujuan pendidikan nasional.
2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk membantu anak didik menuju kearah kedewasaan yang dalam prosesnya syarat dengan nilai-nilai positif bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Oleh karena itu guru harus mampu memahami konsep
(26)
dan tujuan pendidikan jasmani disekolah. Suherman dan Mahendra (2001:14) menyatakan bahwa:
Tujuan pertama pembuatan program pendidikan jasmani adalah untuk menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membantu terbentuk landasan gerak yang kokoh, yang pada akhirnya diharapkan dapat mempengaruhi gaya hidup yang aktif dan sehat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasamani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga.
Pendidikan jasmani sebagi suatu kegiatan mendidik melalui aktivitas jasmani memiliki tujuan tertentu, yang menurut Lutan (2000:1) sebagi berikut:
Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan
untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
(27)
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Sedangkan menurut Mahendra (2008:20) menjelaskan sebagai berikut:
Ada tiga hal penting yang menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani yaitu:
Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya,
serta
Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan pendidikan jasmani adalah membentuk perkembangan fisik, mental dan sosial yang diberikan kepada guru pendidikan jasmani terhadap siswa. Dengan demikian, pendidikan jasmani membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa melalui aktivitas fisiknya sehingga akan menumbuh kembangkan kemampuan motorik dan membentuk pribadi yang memiliki jiwa dan budi pekerti luhur atau mengembangkan perilaku siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
(28)
B.Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar siswa dan kegiatan pembelajaran dengan guru. Belajar sering diartikan sebagai upaya sadar, terencana dan bertujuan baik sendiri maupun dengan bantuan orang lain ataupun media. Oleh karena itu, peningkatan mutu pembelajaran merupakan persoalan penting dalam pendidikan jasmani.
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses seseorang dalam menambah informasi atau wawasan, pengetahuan dan kemampuan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu atau yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Namun tidak semua perubahan yang terjadi tersebut disebabkan karena seseorang telah belajar, akan tetapi perubahan-perubahan tersebut juga dapat terjadi karena kematangan (maturition).
Belajar menurut Witherington yang dikutip Yusuf (2001:4) “merupakan suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam prubahan penguasaan-penguasaan pola respon atau tingkah laku baru yang membentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan atau pemahaman.” Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dalam rangka mencapai tujuan berupa perubahan tingkah laku yang menetap melalui latihan dan pengalaman. Selain itu juga belajar merupakan suatu upaya seseorang dalam mengembangkan kemampuan baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor agar diperoleh
(29)
perubahan secara menetap melalui interaksi dan pengalamandengan lingkungannya.
Pembelajaran sering diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan, pengertian, pemahaman, sikap dan keterampilan murid melalui proses pengajaran (mendidik, membina dan mengarahkan dengan menggunakan berbagai metode pengajaran) untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Maka, pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.
Menurut Suherman (2000:5) “Pembelajaran pada dasarnya adalah mendorong siswa agar belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.” William H. Burton yang dikutip Sagala (2007:61) menjelaskan bahwa: “pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.” Sedangkan Nasution yang dikutip Darmadi (2010:39) menjelaskan bahwa: “pembelajaran adalah aktivitas guru dalam mengorganisasi lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik, sehingga terjadi proses belajar.”
Dari penjelasan para ahlli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada prinsipnya adalah upaya guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga terjadi proses belajar pada diri siswa. Dalam proses pembelajaran keterpaduan interaksi antara guru dan siswa tidak dengan sendirinya dapat langsung terjadi. Hal ini diperlukan pengaturan dan perencanaan baik sebelum, selama, maupun setelah proses pembelajaran berlangsung.
(30)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi secara aktif antara guru dengan siswa yaitu kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Interaksi kegiatan antar guru dengan siswa terjadi karena terikat oleh tujuan-tujuan yang akan dicapai. Oleh karena seluruh aktivitas yang berlangsung dalam pembelajaran semuanya dipusatkan untuk mendorong siswa agar belajar. Dengan demikian, melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa melalui aktivitas fisik dan akan meningkatkan kemampuan motorik atau membentuk pribadi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
C.Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Secara etimologi, persepsi dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “perception”, berasal dari bahasa latin yaitu “perceptio” dan berasal dari kata “percipere” yang artinya menerima atau mengambil. Dalam banyak sumber, kata persepsi berkaitan dengan psikologi. Gullo dalam kamus psychology menyatakan bahwa persepsi adalah “pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi dapat terjadi karena pengalaman indera kita terhadap suatu keadaan, peristiwa-peristiwanya yang kemudian diproses oleh individu sehingga
(31)
menghasilkan sebuah tanggapan atau tafsiran baik secara lisan maupun tulisan.
Winardi (2008:46) mengemukakan bahwa:
“persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan ia bekerja dengan cara yang hampir serupa pada masing-masing individu, sekalipun demikian, ia secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda”.
Berdasarkan pengertian persepsi di atas, bahwa persepsi bersifat otomatis tetapi ia bisa bekerja dengan cara yang hampir sama. Salah satu alasan mengapa persepsi begitu penting dalam menafsirkan sesuatu, karena kita masing-masing mempersepsi secara berbeda tentang suatu situasi/keadaan.
Senada dengan hal tersebut, Thoha (2007:141) mengemukakan bahwa:
“persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukan suatu tatanan yang benar terhadap situasi”.
Berdasarkan hal di atas, persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kognitif yang dialami oleh semua manusia dalam memahami informasi melalui alat indera dan kunci untuk memahami persepsi tersebut adalah melalui pengenalan, karena pada hakikatnya persepsi merupakan penafsiran.
(32)
Sedangkan Rivai (2003:231) mengemukakan bahwa:
“persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka. Persepsi itu penting dalam studi perilaku organisasi, karena perilaku orang yang didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa itu realitas dan bukan mengenai realitas itu sendiri”.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa persepsi ditempuh untuk menafsirkan kesan-kesan yang ada di dalam alat indera dan persepsi itu sangat penting untuk menilai suatu perilaku manusia.
Senada dengan hal tersebut, Walgito (2003:87), berpendapat bahwa persepsi merupakan “suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensorik”. Proses tersebut didahului oleh proses penginderaan yang dilakukan oleh individu.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka persepsi merupakan keadaan dimana seseorang akan menilai sesuatu yang dilihat dan dirasakan melalui alat indera. Persepsi lahir dari suatu proses di dalam otak manusia, dimulai dari menafsirkan informasi dan menyimpulkan melalui pengalaman, peristiwa dan situasi yang terjadi disekitar.
2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
(33)
bersangkutan. Dengan demikian, stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan persepsi.
Selanjutnya Walgito (2003:89) menyebutkan bahwa “faktor-faktor yang berperan dalam persepsi” diantaranya adalah:
Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi dapat juga datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.
Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untk mengadakan respon diperlukan syaraf motorik. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Dari hal-hal tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa untuk memberi persepsi harus adanya beberapa faktor yang berpengaruh, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu: objek yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf dan perhatian.
Selain faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dijelaskan juga mengenai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi. Menurut Rivai (2003:359) dan Miftah Thoha (2007:147), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu:
(34)
a. Psikologis
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis b. Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya, orang tua yang telah mengembanngkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. c. Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaryuhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.
Menurut pendapat di atas bahwa faktor-faktor pengembangan diri individu bisa dipengaruhi oleh faktor psikologi, famili, dan kebudayaan dan dari kesemua faktor di atas merupakan faktor yang penting dalam pembentukan persepsi.
Rivai (2003:360), menyebutkan “faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi proses seleksi persepsi” antara lain: intensitas, ukuran, berlawanan atau kontras, pengulangan, dan gerakan. Sedangkan faktor-faktor dari dalam yang mempengaruhi persepsi adalah: belajar dan persepsi, motivasi dan persepsi, kepribadian dan persepsi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menginterpretasikan persepsi harus melakukan seleksi persepsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi baik dari luar maupun dari dalam.
Sesuai pernyataan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam diri individu bisa mengadakan persepsi, ini merupakan faktor internal yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Di samping itu masih
(35)
ada faktor lain yang dapat mempengaruhi, yaitu faktor dari luar yang berasal dari pengaruh-pengaruh lingkungan tempat individu berinteraksi. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.
3. Proses Terjadinya Persepsi
Banyak hal terjadi dalam proses pembentukan atau terjadinya suatu persepsi, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia, proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Menurut Walgito (2003:90), menyebutkan bahwa:
“Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor (proses fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensorik ke otak (proses fisiologis). Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari stimulus apa yang diterimanya. Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor”.
Antara stimulus dan objek itu berbeda, tetapi adakalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, yaitu dalam hal tekanan, benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dari mengubah
(36)
persepsinya. Menurut Sobur (2003:447), “dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama” yaitu:
1) Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. 3) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah dalam persiapan persepsi itu, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Walgito (2003:91) berpendapat bahwa “tidak semua stimulus mendapatkan respon dari individu, tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan”.
D. Guru Pendidikan Jasmani
Pada dasarnya seorang guru merupakan suatu sosok yang harus mampu untuuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Hamalik (2009:55) menjelaskan bahwa: “pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik”. Seorang guru pendidikan jasmani harus bertanggung jawab dan mampu mendidik, memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan sisiwa ke arah yang lebih baik.
(37)
Mengacu pada peran dan tugas guru pendidikan jasmani yang bersifat mejemuk tersebut, ternyata tugas guru ini banyak sekali. Namun demikian, keberadaan guru di depan sebagai pemimpin dalam pendidikan jasmani bukan sajalah penting secara ideal, tetapi juga secara fisik amat menentukan proses kegiatan pembelajaran. Guru pendidikan jasmani sebagai manajer proses pembelajaran pendidikan jasmani harus mampu merencanakan kegiatan, mengimplementasikan atau menciptakan lingkungan belajar, menggerakkan siswa-siswanya ke arah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan memberikan suatu penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang dikutip dari standar kompetensi dan sertifikasi guru. Menurut Mulyasa (2007:21) profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas. 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6. Memperoleh penghasilan yang diperlukan sesuai dengan prestasi
kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan
(38)
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif). Salah satu aspek yang dianggap penting dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak dalam proses pembelajaran adalah kreatifitas guru dalam memberikan suatu pelajaran, dalam hal ini pendidikan jasmani. Peran tersebut meliputi merencanakan, menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar dan pembelajaran bagi siswa.
Setiap siswa menganggap bahwa seorang guru adalah ahli dalam segala hal dan pandai dalam wawasan ilmu pengetahuannya serta bisa memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, mengacu pada teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yang dikutip oleh Supandi dalam Husdarta (2010:77), menjelaskan peran dan tugas guru sebagai berikut: “menjadi teladan bila berada dimuka (ing ngarso sung tulodo), membangun semangat bila di tengah
(ing madyo mangun karso), mengasuh dan mengayomi bila berada
dibelakang (tut wuri handayani).” Dalam hal ini, maka seorang guru harus dapat membantu para siswa dalam mengembangkan minat, bakat dan potensinya terhadap proses belajar siswa-siswanya sebagai berikut: Guru sebagai pemimpin proses pembelajaran, guru sebagai manajer proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa peran dan tugas seorang guru pendidikan jasmani sebagai pemimpin adalah guru pendidikan jasmani dituntut harus mempunyai keterampilan maupun pengetahuan beserta
(39)
belajar siswa, menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat-saat menjalankan tugas, karena perilaku guru berpengaruh terhadap proses belajar siswa-siswanya.
Sebagai manajer, seorang guru harus dapat menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik, memiliki kemampuan menyusun rencana pelajaran sesuai dengan kurikulum, mampu mengorganisasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan mengendalikan kegiatan belajar siswa serta dapat menilai siswa berdasarkan proses belajar mengajar.
Sebagai fasilitator seorang guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, guru harus dapat menekankan pada perencanaan pelaksanaan proses pembelajaran dan bukan pada kontrol proses tersebut, membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kontrol terhadap proses tersebut dilakukan bersama antara guru dan siswa dan memberikan petunjuk-petunjuk bila diperlukan selama proses pembelajaran dan menetapkan bahwa tujuan belajarnya telah tercapai.
Mengacu pada peran dan tugas guru pendidikan jasmani yang bersifat majemuk tersebut, ternyata tugas guru ini banyak sekali. Namun demikian, keberadaan guru di depan sebagai pemimpin dalam pendidikan jasmani bukan saja penting secara ideal tetapi juga secara fisik amat menentukan proses kegiatan belajar mengajar. Guru pendidikan jasmani sebagai manajer proses belajar mengajar pendidikan jasmani harus mampu merencanakan kegiatan, mengimplementasikan atau menciptakan lingkungan belajar, menggerakkan
(40)
siswa-siswanya ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dan memberikan suatu penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.
Dengan demikian, peranan dan tugas pokok dari guru pendidikan jasmani yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar secara lebih efektif dan efisien. Tanpa manajerial atau pengelolaan yang rasional, proses belajar mengajar kemungkinan besar akan mengalami penyimpangan atau tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran bahkan salah arah tanpa disadari. Pengelolaan proses belajar mengajar sangat terpaut dengan kegiatan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
E. Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diterapkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (1995) yang dikutip Mulyasa (2008:25) mengemukakan bahwa: “Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat prilaku guru yang penuh arti.” Sedang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang dikutip Mulyasa (2008:25) dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.”
(41)
Menurut Mc. Leod (1989) yang dikutip Usman (2007:15) dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.” Kemudian Finch dan Crunkilton yang dikutip Susilo (2007:98) menjelaskan bahwa: “Kompetensi adalah sebagi penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.” Lebih lanjut Mc. Ashan (1981) yang dikutip Sagala (2007:244) menjelaskan bahwa:
Kompetensi adalah sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.
Dari penjelasan beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesionalan, disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Dengan kata lain kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki oleh setiap guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pada hakikatnya kompetensi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan jaman. Dari beberapa sumber dapat di identifikasi beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran
(42)
karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional, Mulyasa (2008:17) menjelaskan sebagai berikut:
1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik. 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsi dengan tepat.
3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan disekolah.
4. Mampu melaksanakan peran dan fungsi dalam pembelajaran di kelas.
Dari proses pembelajaran yang merujuk pada profesional, guru harus memiliki kompetensi. Usman (2007:15) menjelaskan bahwa: “Dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (competency) yang beraneka ragam.” Oleh karena itu, dalam melakukan tugas-tugasnya, seorang guru harus memiliki kompetensi dalam mengajar untuk menunjukkan performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.
Kompetenssi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan teknologi, sosial, dan spiritual dan membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Pengembangan pribadi dan profesionalisme mencakup pengembangan instuisi keagamaan, kebangsaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan mengaktualisasi diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme pendidikan. Guru dalam melaksanakan
(43)
penguasaan isi bidang studi, pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, dan melakonkan pembelajaran yang mendidik, disamping itu, guru perlu dilandasi sifat ikhlas dan bertanggung jawab atas profesi pilihannya, sehingga berpotensi menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan memiliki jati diri.
Dalam hal ini, guru harus melakukan perannya secara maksimal demi perkembangan siswa. Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 yang dikutip Ginting (2008:12) ditegaskan bahwa: “Untuk mampu melaksanakan tugas profesinya dengan baik, seorang guru harus memiliki empat kompetensi inti yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.”
Seperti dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008, bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dalam pasal 3 dijelaskan tentang kompetensi, yaitu:
1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
(44)
2) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
3) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik.
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a, ditegaskan bahwa: “Kompetensi pedagogik adalah mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.” Merujuk kepada Rancangan Peraturan Pemerintah atau RPP Guru No. 19 Tahun 2005 sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2007:75) bahwa: “Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b. Pemahaman terhadap peserta didik.
c. Pengembangan kurikulum atau silabus. d. Perancangan pembelajaran.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. g. Evaluasi Hasil Belajar (EHB).
h. Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
(45)
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak nulia. Kepribadian guru ini sangat penting mengingat dalam masyarakat Indonesia dianut budaya yang menempatkan guru sebagi tokoh sentral dalam kehidupan masyarakat. Ini tercermin dari pemahaman masyarakatIndonesia yang melihat guru sebagai tokoh yang digugu dan ditiru. Oleh sebab itu sebagaimana diingatkan oleh Mulyasa dalam Ginting (2008:13) diungkapkan bahwa: “Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik.”
3. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan yang berkenaan dengan tenaga kependidikan, dijelasskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Sebagaimana dikutip oleh Mulyasa dalam Ginting (2008:13) ditegaskan bahwa kompetensi sosial tersebut sekurang-kurangnnya meliputi kemampuan dalam:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik; dan
(46)
4. Kompetensi Profesional
Sebagaimana dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan itu, ruang lingkup dari kompetensi profesional yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi:
a. Landasan-landasan pendidikan yang meliputi filosofis, psikologis, fisiologis, ideologis, metodologis, dan sosiologis yang diperlukan untuk memahami pribadi peserta didik guna memberikan layanan pendidikan yang terbaik kepadanya.
b. Teori dan aplikasi praktis dari materi ajar atau bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya dalam tugas penyelenggaraan kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang aktual.
c. Teori dan aplikasi praktis manajemen dan teknologi pendidikan modern dan relevan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa.
Dari uraian tentang empat kompetensi intin yang harus dimiliki oleh seorang guru Indonesia sesuai dengan amanah Undang-Undang, dapat kiranya dirangkum tentang peran utama guru dalam proses belajar dan pembelajaran. Sebagai pendidik, baik orang tua maupun guru, bertanggung
(47)
jawab terhadap kesejahteraan jiwa anak. Kedua tokoh ini mempunyai wewenang mengarahkan perilaku anak dan menuntunnya mengikuti norma-norma perilaku sebagaimana yang diinginkan. Jika orang tua, terutama bertanggungjawab terhadap kesejahteraan fisik dan mental anak selama anak berada di rumah, maka di lingkungan sekolah guru terutama bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual anaak serta membina pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak.
F. Sertifikasi
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tantang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kmompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
National Commission on Educational Service (NCES), memberikan pengertian sertifikasi secara umum dalam Mulyasa (2008:34) bahwa: “Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to tacher.”
(48)
Dalam hal ini, artinya bahwa sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan sekolah ataupun perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Wibowo (2004) dalam Mulyasa (2008:35) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
5) Memberikaan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
(49)
a. Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik. b. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi
untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.
c. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.
d. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.
2) Penjaminan Mutu
a. Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya, organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna.
b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
(50)
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan yang ingin memasuki profesi guru.
Sertifikasi guru dikenakan baik pada calon guru lulus LPTK, maupun yang berasal dari perguruan tinggi non-kependidikan (bidang ilmu) tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Lulusan dari jenis perguruan tinggi nonkependidikan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK. Di samping itu, agar fungsi penjaminan mutu guru dilakukan dengan baik, guru yang sudah bekerja pada interval waktu tertentu (10-15) tahun, dipersyaratkan mengikuti program sertifikasi. Adapun kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru baik untuk lulusan S1 kependidikan maupun S1 non kependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Lulusan program Sarjana kependidikan sudah mengalami Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu, untuk tenaga pendidik hanya memrlukan uji kompetensi dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen, Dikti, Depdiknas.
(51)
Kedua, lulusan program sarjana non kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM) pada perguruan tinggi yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru lulusan S1 non kependidikan boleh mengikuti sertifikasi. Sedangkan lulusan program sarjana kependidikan tentu sudah mengalami proses pembentuukan kompetensi mengajar, tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi.
Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas (Depdiknas (2004) dalam Mulyasa (2008:40)).
Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus baik yang dari lulusan program sarjana pendidikan maupun non kependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu (10-15) tahun sebagai bentuk kegiatan penyelenggaraan dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping uji kompetensi juga diperlakukan bagi yang tidak
(52)
melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. Bentuk aktivitas uji kompetensi untuk kelompok ini adalah dalam kategori resertifikasi. Termasuk dipersyaratkan mengikuti sertifikasi bagi guru yang ingin menambah kemampuan dan kewenangan baru. Pembentukan kompetensi mengajar dengan uji kompetensi dilaksanakan secara terpisah. Pembentukan kompetensi mengajar dilakukan melalui PPTK atau melalui program pembentukan lainnya. Uji kompetensi hanya dilakukan oleh PPTK terakreditasi dengan penugasan dari Ditjen Dikti.
Prinsip uji kompetensi guru diselenggarakan secara komprehensif, terbuka, kooperatif, bertahap, dan mutakhir (Depdiknas (2004) dalam Mulyasa (2008:42)). Komprehensif maksudnya adalah bahwa penyelenggaraan uji kompetensi perlu dilakukan secara utuh, mencakup ranah dan standar yang berlaku pada masing-masing bidang studi. Terbuka adalah uji kompetensi yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan profesi, materi uji, proses dan waktu pelaksanaan ujian. Kooperatif adalah terbukanya kerja sama, baik antara lembaga penyelenggara uji kompetensi dan lembaga yang melakukan pembentukan kemampuan maupun antara lembaga uji kompetensi dan lembaga lain yang mempunyai fasilitas untuk uji unjuk kerja terkait. Bertahap adalah bahwa peserta dapat menempuh uji kompetensi secara bagian demi bagian sesuai dengan kesiapannya. Mutakhir adalah bahwa peserta yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi harus mengikuti uji kompetensi baru apabila tidak melaksnakan tugas dalam bidangnya selama minimal 10 tahun atau adanya tuntutan kinerja baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan tuntutan dunia kerja.
(53)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009:15) mengemukakan bahwa:
“Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.”
Sifat kualitatif yang ada dalam penelitian ini mengharuskan peneliti menjadi sosok kunci dalam pembuatan instrumen penelitian. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu gambaran tentang kompetensi guru pendidikan jasmani. Dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan konseptual. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran, secara sistematis terhadap masalah yang sedang dikaji oleh penulis, karena masalah tersebut berkaitan dengan
(54)
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Seperti yang diungkapkan oleh Nawawi dalam Sugiyono (2009:63) bahwa:
“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.”
Penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif analitis karena sesuai dengan sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang bagaimana kompetensi guru pendidikan jasmani.
B.Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru pendidikan jasmani SD yang sudah di sertifikasi di Kecamatan Batanghari Lampung Timur. Lokasi penelitian ini adalah di SD yang ada di Kecamatan Batanghari Lampung Timur.
Data ini diperoleh dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 08 januari sampai tanggal 26 januari 2013. Karena tidak semua guru penjaskes yang ada di Kecamatan Batanghari belum semua di sertifikasi, oleh karena itu penelitian hanya dilakukan di 7 sekolah dasar. Dan informan yang menjadi objek wawancara antara lain: TD, MG, JD, MR, CZD, MJ, NT, MRY, AA, WT, DS, RA, RR, NR, HT
(55)
Untuk mendapatkan data mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani yang ada di Kecamatan Batanghari, peneliti mewawancarai informan di atas, berdasarkan dengan kisi-kisi yang di buat berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen. Dengan hasil sebagai berikut.
C.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (2009:129) berpendapat bahwa:
“Observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan.” Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menaangkap kehidupan budaya dari segi pandangan yanng dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
(56)
Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Menurut M.Q. Patton (Nasution 2003:59) “manfaat data observasi” adalah sebagai berikut:
a. Dengan berada di lapangan, peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dapat dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara .
d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. Dalam lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan, akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan situasi sosial.
(57)
Dalam hal ini penulis melakukan observasi langsung ke berbagai sekolah dasar yang ada di Kecamatan Batanghari lampung Timur. Dan yang menjadi objek untuk di observasi adalah bagaimana seorang guru melakukan proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara langsung dilapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih terinci dan akurat.
2. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono 2009:317) adalah: “Pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Nasution (2003:73), tujuan wawancara untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang dapat kita ketahui melalui observasi.”
Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini bisa ditemukan melalui observasi.
Dan dalam hal ini, objek wawancara atau informan yaitu kepala sekolah dan sebagian siswa sekolah dasar di Kecamatan batanghari Lampung Timur.
(58)
3. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (2009:236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti selain wawancara dan observasi.
Dalam melakukan observasi dan wawancara, peneliti membuat dan menyiapkan instrumen penelitian yang isinya berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan kompetensi dari guru pendidikan jasmani yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesionalisme. Maka dari itu penulis menyusun kisi-kisi yang tertera dalam Tabel 3.1.
D.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil observasi, wawancara, dan angket untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut, Nasution (2003:129) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif analisis data harus
(1)
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, Patton 1987:331 (Moleong 2000:178). Hal itu dapat dicapai dengan jalan: 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Demikian prosedur pengolahan data dan analisis yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat memperoleh data yang memnuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.
(2)
80
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang ada, dan memberikan rekomendasi atau saran sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Adapun kesimpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Dari penjelasan deskripsi dan analisis hasil penelitian pada bab iv, maka dengan ini penulis menyimpulkan bahwa kompetensi guru pendidikan jasmani di Kecamatan batanghari Lampung Timur sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Persepsi siswa dan kepala sekolah tentang kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari yaitu sudah sesuai dengan tugas seorang guru yang seharusnya, hal ini di ketahui dari penguasaan materi pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan peserta didik, dan penggunaan media dan sumber pembelajaran.
2. Persepsi siswa dan kepala sekolah tentang kompetensi kepribadian guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari sangat beragam, akan tetapi
(3)
dari semua itu sudah mencerminkan bahwa kepribadian seorang guru pendidikan jasmani sudah sesuai dengan norma yang berlaku, baik agama, budaya, sosial, dan hukum.
3. Persepsi siswa dan kepala sekolah tentang kompetensi sosial guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari cukup baik, itu di buktikan dengan hubungannya dengan sesama rekan sejawat dan hubungannya dengan peserta didik.
4. Persepsi siswa dan kepala sekolah tentang kompetensi profesional guru pendidikan jasmani di Kecamatan Batanghari, sudah bisa d katakan profesional dengan dibuatnya perangkat pembelajaran seperti silabus, rpp, prota, prosem setiap tahun ajaran baru.
5. Kendala yang dialami oleh guru pendidikan jasmani yang ada di Kecamatan Batanghari tidak terlalu kompleks, melainkan hanya sebatas sarana dan prasarana.
6. Guru pendidikan jasmani cenderung memiliki kompetensi pedagogik yang lemah, jika dibandingkan dengan keempat kompetensi tersebut. 7. Dan untuk kompetensi sosial, guru pendidikan jasmani lebih unggul atau
memiliki kompetensi sosial yang tinggi jika di bandingkan dengan kompetensi-kompetensi yang lain.
B. Saran
Pada bagian ini merupakan bentuk pertanggungjawaban penulis untuk tidak hanya mengamati atau sebagai evaluator belaka, namun turut serta
(4)
82
memberikan masukan berupa saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun saran yang diberikan penulis antara lain:
1. Ditujukan untuk Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Batanghari
Agar lebih mengoptimalkan kreatifitas, karena selain untuk memudahkan dalam pembelajaran, dan juga pada dasarnya guru pendidikan jasmani adalah salah satu motor penggerak dalam kemajuan sebuah pendidikan.
2. Ditujukan untuk Kepala Sekolah
Untuk mendukung setiap kegiatan olahraga ataupun aktivitas jasmani untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Dan juga untuk membuat MoU dengan dinas terkait demi terpenuhinya sarana maupun prasarana, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
3. Ditujukan untuk Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Batanghari Untuk lebih diperhatikan tentang ketersediaan sarana dan prasarana guna mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani, karena sejatinya pendidikan jasmani itu sangat penting terutama bagi kebugaran jasmani dan kesehatan para peserta didik.
(5)
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Ginting, Abdurrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta. Humaniora.
Hamalik, Oemar. (2009). Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi). Jakarta. Bumi Aksara.
Husdarta. H.J.S. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung. Alfabeta. Kunandar. (2011). Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jagakarsa. Rajawali Pers.
Lutan, Rusli. (2000). Manajemen Pendidikan jasmani. Bandung. Depdiknas. Mahendra, Agus. (2008). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung.
FPOK-UPI Bandung.
Moleong, J. Lexy. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa. E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa. E. (2008). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Muslich, Masnur. (2007). Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Malang. Buki Aksara.
Nasution. (2003). Metode Research. Bandung. PT Jemar
Paturusi, Achmad. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta. Rineka Cipta.
Rivai, Veithzal. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar). Jakarta. Indeks.
(6)
1
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung. Pustaka Utama.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif). Bandung. Alfabeta.
Suherman, Adang dan Agus Mahendra. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh. Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum. Jakarta. Depdiknas.
Susilo, Joko Muhammad. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Usman, Moh. Uzer. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi.
Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Yusuf. (2001). Pertumbuhan, Perkembangan Peserta Didik. Bandung. FPOK-UPI Bandung.
, 2009. Format Penullisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
, (2009). Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005. Jakarta. Sinar Grafika.
, (2009). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th. 2003. Jakarta. Sinar Grafika.
http://www.repository.upi.edu
http://www.repository.upi.ac.id/skripsi/fpok-penjaskes/persepsimasyarakat-kompetensiaparatdesaciloto/
http://www.repository.upi.ac.id/jurnal/fpok-penjaskes/kompetensigurupenjaskes/ http://www.wikipedia-indonesia.com/definisipersepsi/