IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
MENINGKATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
M. NASIR
NPM.1122040003
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM BEASISWA ANGKATAN I TAHUN 2011
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG 2013 M/1434 H
(2)
ii
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
M. NASIR
NPM. 1122040003
Pembimbing Akademik I : Dr. H. Achmad Asrori, M. A Pembimbing Akademik II : Dr. M. Akmansyah, M. A
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN PROGRAM BEASISWA ANGKATAN I TAHUN 2011
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG
2013 M/1434 H
(3)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap bawahan akan berbeda dengan gaya kepemimpinan yang acuh tak acuh, kurang komunikatif apalagi arogan dengan komunitas sekolahnya. Beban kepala sekolah tidak ringan, untuk dapat mengkoordinasi sistem kerja yang mampu memuaskan berbagai pihak tidak gampang. Meskipun demikian kepala sekolah yang baik tentunya harus memiliki skala prioritas kerja dengan tidak mengabaikan tugas pokok selaku kepala sekolah.
Supervisi pengajaran harus dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki kompetensi kepengawasan yang professional. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 pasal 39 mengatur kompetensi kepala sekolah dalam kepengawasan harus memiliki kualifikasi: (1) merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi.1
Menurut Mulyasa “kenyataanya banyak guru di negeri kita merasa takut di supervisi dan banyak pula kepala sekolah tidak melaksanakan supervisi kepada
1Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
(4)
dengan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah.2
Kepala sekolah juga berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan profesional dalam mengajar. Dengan alasan yang sangat mendasar bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan memperbaiki kualitas mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru diharapkan mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar mengajar.3
Perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa, pegawai/karyawan harus saling mendukung untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas kemampuan pimpinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah dapat menggerakkan sumber daya manusia yang ada, sehingga pendayagunaannya dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Menurut Sergiovani dan Starrat yang dikutip oleh E.Mulyasa mengatakan
bahwa “supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
2
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2003), h. 98
3
Cece Wijaya, dkk, Kemampuan dasar dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 2
(5)
membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas-tugasnya sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.”4
Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan kualitas layanan dalam kualifikasi profesional guru yang perlu dibina dan ditata kembali kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk mengarahkan program guru agar menjadi sosok professional dalam pendidikan. Hal ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah sebagai supervisor berkewajiban membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas dengan baik sebagai pendidik maupun pengajar. Sebagai guru yang profesional mereka harus memiliki keahlian khusus dan dapat menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Dalam penelitian ini supervisor evektif dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah yang baik. Kepala sekolah yang merupakan center of leader dalam membantu efektivitas belajar mengajar. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan tingkat operasional memiliki sentral dalam membawa keberhasilan lembaga pendidikan. Kepala sekolah berperan memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi dan memotivasi kerja,
4
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h. 111.
(6)
supervisi atau pengawasan yang efesien dengan ketentuan waktu dan perencanaan.5 Keterlibatan kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dalam pengembangan efektivitas pembelajaran di sekolah juga mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolahnya yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal. Kemampuan sekolah untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi siswa untuk belajar. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari sebagai upaya mendapatkan sekolah yang baik dan berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah meliputi kepemimpinan intern dan ekstern, sebagai wujud pengakuan legalitas lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Tentunya kepemimpinan yang efektif dimulai dari perbaikan kualitas sumber daya manusia.
Sebagaimana yang dinyatakan Watik,6 bahwa sumber daya manusia yang berkualitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: (1) dimensi ekonomi, (2) dimensi budaya, dan (3) dimensi spiritual (iman dan taqwa). Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan juga perlu mengacu pada pengembangan nilai tambah pada ketiga dimensi tersebut.
Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk
5
Hendiyat Sutomo, Waety Suemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, ( Jakarta : Bina Aksara, 1984), h. 1
6
Ahmad Watik Pratiknya, Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Umum dalam Fuaddudin &Cik hasan Basri, Dinamika Pengembangan Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Umum.(Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 87
(7)
peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah.
Oleh karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam dunia pendidikan. Guru terbantu untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran kepada peserta didik sehingga nilai-nilai pembelajaran dapat secara maksimal terserap dan membentuk kepribadian terbaik peserta didik.
Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar mengajar dapat memberikan pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan guru, dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara professional sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut adalah tanggung jawab kepala
sekolah sebagai ”first power motivation” kepada guru dan siswa di sekolah. Bantuan
motivasi dapat berupa penghargaan terhadap guru yang berprestasi, pemberian pembinaan-pembinaan cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan juga pemberian hukuman yang tegas sebagai pendidikan yang baik kepada para guru yang tidak melaksanakan tugas dengan baik sebagai konsekuensi logis.
(8)
sebagai supervisor. Tetapi juga adanya pengawasan melekat pada diri kepala sekolah mempunyai dua hal dalam pengawasan yaitu Built in Control (pengawasan melekat) dan juga Fungtion Control (fungsi pengawas). Senada dengan pendapat tesebut, Made Pidarta dalam bukunya supervisi pendidikan kontekstual menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan kepala unit atau kepala sekolah disebut pengawasan melekat. Sebab pengawasan disini merupakan salah satu kegiatan rutin sekolah ketika situasi dalam keadaan tenang atau tidak bergejolak.7 Persoalan - persoalan yang timbul di lapangan yang dihadapi oleh pendidik dan tenaga kependidikannya, diusahakan untuk diatasi seketika dengan bimbingan maupun koreksi oleh kepala sekolah tidak semata-mata bersifat birokratis, tetapi bersifat klinis (pembinaan teknis edukatif). Mengingat lingkup tugas kepala sekolah sebagai supervisor mencakup berbagai aspek, maka diperlukan juga modal pengetahuan dan wawasan yang cukup luas.8
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah antara lain untuk meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat memenuhi misi pengajaran yang diembannya atau misi pendidikan nasional dalam lingkup yang lebih luas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masalah profesi guru dalam mengemban kegiatan belajar mengajar akan selalu dan terus berlanjut dan bantuan
7
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.XVI, h.106.
8
Nick Cowel,dkk, Teknik Mengembangkan Guru dan Siswa Buku Panduan Untuk Penilik Sekolah Dasar, (Jakarta: 1995), h. vii
(9)
supervisi kepala sekolah penting dalam mengembangkan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya secara maksimal. Kepala sekolah menghendaki dukungan kinerja guru yang selalu ada peningkatan yang konsisten dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
Yushak Burhanuddin mengemukakan bahwa "tujuan supervisi pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar
b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal.
d. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
e. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.9
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah perlu memiliki berbagai kemampuan yang diperlukan. Menurut Kartz sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim bahwa kemampuan manajerial itu meliputi technical skill (kemampuan teknik), human skill (kemampuan hubungan kemanusiaan), dan conceptual skill (kemampuan konseptual).10
Kepala sekolah memiliki peran strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak saja berperan sebagai pemimpin
9
Yushak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2005), cet. Ke-3, h.100.
10
Sudarwan Danim,Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan ,(Bandung: Penerbit Pustaka Setia,2002), h.134.
(10)
kepemimpinan dalam suatu sekolah seperti perencanaan, pembinaan karir, koordinasi, dan evaluasi.11 Terlebih, pada era desentralisasi ini, kepemimpinan lembaga pendidikan dijalankan secara otonom yang memberikan keleluasan kepada kepala sekolah untuk mengelola lembaga yang dipimpinnya sesuai dengan visi kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai supervisor yang bijaksana harus mampu rencana yang akan dilakukan sebagai alternatif pemecahan problematika yang terjadi dikalangan guru yang dipimpinnya secara kooperatif dan saling bekerja sama dalam menyesuaikan rencana dan situasi baru yang timbul.
Hal tersebut diperkuat oleh Permendiknas No. 13 tahun 2007 mengenai standar kepala sekolah/madrasah yang telah mencantumkan 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan juga kompetensi sosial.12 Rambu-rambu penilaian kinerja kepala sekolah Dirjen Dikdasmen tahun 2000 yaitu:
1) Kemampuan menyusun program supervisi pengajaran,
2) Kemampuan melaksanakan program supervisi pengajaran, serta 3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi.
Seorang guru agama dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan dilingkungan sekolah terutama dalam hal belajar. Guru
11
Baharuddin, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Era Otonomi Pendidikan (Malang: Jurnal al-Harokah Vol. 63, No.1, Januari-April 2006), h. 19-20.
12
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, (Bandung: Citra Umbara, 2007).
(11)
memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu mutu pendidikan disuatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh seseorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Suroso, S. Pd, M. Si adalah Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur yang memiliki misi menghasilkan tamatan yang cerdas spiritual, sosial dan intelegensi untuk memenuhi tuntutan dunia dalam era globalisasi. Karena itu kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur secara rutin melaksanakan kegiatan supervisi pada setiap guru untuk bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal dan meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan prasurvey yang peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur, sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh Kepala Sekolah tentang pelaksanaan supervisi beliau mengatakan bahwa: Pelaksanaan supervisi yang di laksanakan di SMPN 1 Batanghari merujuk pada PP No. 19 tahun 2005 pasal 39 bahwa kepala sekolah dalam kepengawasan harus memiliki kualifikasi: (1) merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi.
1) Pada tahap perencanaan Kepala Sekolah melakukan langkah-langkah penentuan nama-nama guru yang akan di supervisi, di ruang kelas mana, alat-alat yang dipakai mencatat hasil supervisi, cara menentukan waktu pelaksanaan supervisi, dan selanjutnya penyusunan jadwal supervisi. Berikut ini jadwal rencana pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SMPN 1 Batanghari Lampung Timur:
(12)
JADWAL PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH SMPN 1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TP. 2012/201313
NO TGL/BLN/THN NAMA GURU BIDANG
STUDI SUPERVISOR
1 Senin, 17-09-2012 Repiyati, S.Pd Bahasa Inggris Kepala Sekolah
2 Senin, 17-09-2012 Sarimin, S.Pd IPS Kepala Sekolah
3 Selasa, 18-09-2012 Drs. Joko Mursito IPA Kepala Sekolah
4 Selasa, 18-09-2012 Mursidi, S.Pd Bhs. Indonesia Kepala Sekolah 5 Rabu, 19-09-2012 Hi. Shokhip, S.Pd Matematika Kepala Sekolah
6 Rabu, 19-09-2012 Drs. Hayumi PAI Kepala Sekolah
7 Senin, 24-09-2012 Drs. Sismadi IPA Kepala Sekolah
8 Senin, 24-09-2012 Suparni, S.Pd Bhs. Indonesia Kepala Sekolah
9 Selasa, 25-09-2012 Sudarsih, S.Pd PKn Kepala Sekolah
10 Senin, 05-10-2012 Misinah, S.Pd IPS Kepala Sekolah
11 Senin, 05-10-2012 Hj. Mihaya, S.Pd IPS Kepala Sekolah
12 Selasa, 06-10-2012 M. Martun, S.Pd Bahasa Inggris Kepala Sekolah
13 Rabu, 07-10-2012 Slamet Riyadi Penjaskes Kepala Sekolah
14 Senin,12-10-2012 Sri Eliyati, S. Pd. I PAI Kepala Sekolah 15 Senin,12-10-2012 Hj. Prayuni, S.Pd Matematika Kepala Sekolah
16 Selasa, 13-10-2012 Sutri. WR, S.Pd PKn Kepala Sekolah
13
Dokumentasi, jadwal Supervisi kepala Sekolah SMPN 1 Batanghari, disalin tanggal 19 September 2012
(13)
2) Pada tahap pelaksanaan supervisi, kepala sekolah melakukan observasi pada kelas yang sedang belajar di bawah bimbingan guru tujuannya ingin memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor di dalam melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Berdasarkan prasurvey yang peneliti lakukan terhadap implementasi supervisi Kepala sekolah SMP Negeri 1 Batanghari Suroso, S. Pd. M.Si mengatakan bahwa:
“ Pada tahap pelaksanaan supervisi saya memilih bentuk observasi kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru, ketika proses pembelajaran akan dimulai saya akan mengambil duduk di kursi barisan paling belakang untuk memperhatikan dan mencatat berbagai kejadian selama proses pembelajaran berlangsung dan mencatatnya secara mendetail agar benar-benar diperoleh hasil yang akurat seperti: suasana kelas, cara memulai dan menutup pelajaran, kecocokan metode yang dipakai, media yang digunakan, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Selain itu saya juga memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam pembuatan rencana program pembelajaran, dan silabus dengan baik termasuk guru pendidikan agama Islam”.14
Sebagaimana yang di sampaikan Made Pidarta, dalam bukunya Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan bahwa : hal-hal yang perlu dicatat oleh supervisor adalah:
1) Suasana kelas
2) Cara memulai dan menutup pelajaran 3) Kecocokan metode yang di pakai 4) Media yang digunakan
5) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. 15
14
Suroso, Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, observasi, tanggal, 19 September 2013
15
(14)
guru atau tidak diberitahukan terlebih dulu keduanya mengandung kebaikan maupun kelemahan. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala Sekolah tidak hanya sebatas dalam perencanaan dan pelaksanaan saja, akan tetapi sampai pada tahab tindak lanjut hasil evaluasi, seperti yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam.
3). Pada tahap tindak lanjut hasil supervisi kepala sekolah akan membicarakan dengan guru pendidikan agama Islam dengan catatan penting seperti guru kurang mampu dalam menciptakan suasana kelas yang setiap peserta didiknya mampu berinteraksi baik ketika menjawab pertanyaan maupun menyampaikan pertanyaan kepada guru.16
Dari hasil pengamatan penulis yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi faktual di lingkungan SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, menunjukkan bahwa kepala sekolah dalam melakukan kegiatan supervisi melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut hasil supervisi sehingga tujuan dari supervisi pengajaran dapat tercapai dengan baik.
Dalam kaitanya dengan kinerja guru Suhadi berpendapat “Kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dinilai dari kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan atau mengelola proses pembelajaran dan melakukan evaluasi
pembelajaran”.17
16
Suroso, S.Pd, M.Si. Kepala Sekolah SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, interview
Tanggal, 19september 2012
17
(15)
Berdasarkan pendapat Suhadi tentang kinerja guru peneliti menemukan beberapa permasalahan seperti: a) Dalam perencanaan pembelajaran masih ada guru PAI yang belum melengkapi perangkat pembelajaran b) Dalam pelaksanaan pembelajaran gaya mengajar guru PAI masih monoton c) Dalam mengevaluasi pembelajaran belum mampu merubah keadaan dari kondisi belajar peserta didik yang kurang baik menjadi baik. Setelah mengadakan observasi tentang kinerja guru PAI di SMPN 1 Batanghari penulis menyimpulkan bahwa kinerja guru PAI di SMPN 1 Batanghari belum optimal. Sesuai apa yang dikemukakan oleh Bapak Suroso, bahwa: Dalam merencanakan pembelajaran masih ada guru PAI yang belum melengkapi perangkat pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran masih monoton dan dalam mengevaluasi hasil pembelajaran belum mampu merubah keadaan dari kondisi belajar peserta didik yang kurang baik menjadi baik.18
Kekurang berhasilan guru pendidikan agama Islam menjadi pokok penting pembahasan penelitian dimana Implementasi supervisi kepala sekolah dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru pendidikan agama Islam dalam menjalankan tugas pembelajaran. Dengan latar belakang tersebut peneliti memberi
judul tesis ini “IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN
1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR”.
18
Suroso, S.Pd, M. Si Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, Wawancara Tanggal 19 September 2012
(16)
1. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
a) Pada dasarnya Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur telah melaksanakan supervisi kepada guru pendidikan agama Islam, namun dalam perencanaan pembelajaran masih ada guru pendidikan agama Islam yang belum melengkapi perangkat pembelajaran.
b) Kepala SMPN 1 Batanghari telah melaksanakan supervisi terhadap guru pendidikan agama Islam, namun dalam pelaksanaan pembelajaran gaya mengajar guru pendidikan agama Islam masih monoton.
c) Kepala SMPN 1 Batanghari telah melaksanakan bimbingan terhadap guru pendidikan agama Islam dalam evaluasi pembelajaran, namun kegiatan evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru belum mampu merubah keadaan dari kondisi belajar peserta didik yang kurang baik menjadi baik.
2. BatasanMasalah
Berdasarkan paparan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada:
a. Supervisi pengajaran yang dilakukan kepala sekolah mencakup beragam aktivitas dimulai dari tahap perencanaan awal, pelaksanaan dan tindak lanjut.
(17)
Oleh karena itu pembatasan masalahnya meliputi: kegiatan merencanakan supervisi, pelaksanaan supervisi dan tindak lanjut hasil supervisi.
b. Kinerja guru adalah refleksi dari aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran yang pelaksanaanya melalui tahapan-tahapan tertentu disinilah dibutuhkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan program, penguasaan bahan/materi, mengelola proses pembelajaran, menilai/evaluasi proses pembelajaran. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah kinerja guru itu sendiri yang dinilai dari tiga kemampuan dasar yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Implementasi Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur”.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur.
(18)
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperluas kajian tentang disiplin ilmu penulis yaitu supervisi pendidikan dan mengembangkan pengetahuan serta wawasan mengenai kepala sekolah sebagai supervisor, dan guru sebagai tenaga pendidik dalam melakukan pembelajaran di sekolah, sehingga tenaga pendidik dapat melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien. b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Kepala
Sekolah, Guru, dan khususnya Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur, untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan kinerja guru yang akan datang, dan memberi dorongan bagi para guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan melalui motivasi kerja dan supervisi kepala sekolah yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan konseptual atau teori-teori yang akan diterapkan atau diuji dalam penelitian tesis, serta konsep operasional sebagai dasar pelaksanaan penelitian.19
Supervisi kepala sekolah merupakan sarana bagi Kepala Sekolah untuk melakukan pembinaan/ bimbingan kepada guru mengenai hasil kegiatan guru dalam
19Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis
, (Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung : 2010, h. 3
(19)
proses belajar mengajar. Oleh karena itu diharapkan kepala sekolah melaksanakan perencanaan supervisi, melaksanakan supervisi dan menindak lanjuti hasil supervisi supaya membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Dalam dunia pendidikan guru merupakan figur yang ditaati oleh seluruh peserta didik, yang menjadi siswa di sekolah yang bersangkutan. Guru dalam menjalankan tugasnya memiliki keanekaragaman latar belakang pendidikan, kemampuan, inisiatif dan motivasi mengajar disekolah. Dengan keanekaragaman tersebut masing-masing guru memiliki tujuan dan peran serta yang berbeda di dalam menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga profesional.
Supervisi kepala sekolah merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam membina guru melalui fungsi pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk memecahkan masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama dan bukan mencari kesalahan guru.
Kegiatan supervisi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam menyelenggarakan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah, oleh karenanya harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala
(20)
program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat yang baik dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Salah satu tekhnik untuk dapat menunjang peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah tekhnik observasi kunjungan kelas.
Sebagaimana yang dinyatakan Yurnalis Etek bahwa:
“Kedudukan kepala sekolah sebagai supervisor tidak bisa diganti oleh pengawas atau pejabat lain yang bertugas khusus dibidang supervisi yang ditetapkan untuk tugas itu. Pengawas atau pejabat lain bisa memberikan pelayanan melalui bantuan tak langsung, sedangkan kepala sekolah memberikan bantuan kepada guru secara langsung melalui:
1. Kunjungan kelas
2. Wawancara (pembicaraan individual)
3. Pemberian saran-saran tentang cara-cara memajukan proses belajar mengajar 4. Membantu merencanakan satuan pembelajaran.20
Supervsi pengajaran harus dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki kompetensi kepengawasan yang professional. Berdasarkan PP. No. 19 tahun 2005 pasal 39 mengatur kompetensi kepala sekolah dalam kepengawasan harus memiliki kualifikasi: (1) merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi. 21
20
Yurnalis Etek, Supervisi Akademik dan Evaluasi Pengajaran (Jakarta: Transmisi Media, 2008), h. 53
21
Peraturan Pemeritnah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 82.
(21)
Dalam kaitanya dengan peningkatan kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan para pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara optimal.
Sedangkan menurut PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa kemampuan (ability) guru sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar mencakup empat macam.22
1. Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi adalah kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi guru meliputi:
a. Kemantapan dan integrasi pribadi
b. Peka terhadap perubahan dan pembaharuan c. Berfikir alternative
d. Adil, jujur dan objektif
e. Disiplin dalam melaksanakan tugas
f. Berusaha memperoleh hasil sebaik-baiknya g. Simpatik, menarik, luwes dan bijaksana h. berwibawa23
Sedangkan Moh. Uzer Usman menerangkan bahwa kemampuan pribadi guru meliputi hal-hal berikut:
22
Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS), Standar Nasional Pendidikan, Ciputat: Han. s Print, 2005), h. 26-27
23
Cece Wijaya dan A, Tabrani Rusyana, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 21
(22)
b. Berinteraksi dan berkomunikasi
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan d. Melaksanakan administrasi pendidikan
e. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. 24
Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi secara baik serta mengelola belajar mengajar. Guru juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan suri tauladan bagi anak didiknya.
2. Kemampuan Professional
Kemampuan professional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga guru memiliki wibawa akademis.
Menurut Cece Wijaya, kemampuan profesional guru meliputi: a) Menguasai bahan
b) Mengelola progam belajar mengajar c) Mengelola kelas
d) Menggunakan sumber media pembelajaran e) Menguasai lanndasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h) Mengenal fungsi dan progam pelayanan bimbingan dan penyuluhan i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk keperluan pengajaran. 25
Kemampuan professional guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah. Pola dan struktur serta isi
24
Moh, UzerUsman, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 200),h. 16-17
25
(23)
kurikulumnya juga akan dapat ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siwanya.
c. Kemampuan Sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat tempat ia bekerja, baik secara formal maupun informal, meliputi:
a. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik b. Bersikap simpatik
c. Dapat bekerjasamma dengan guru bimbingan konseling d. Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan. d. Kemampuan Pedagogik
Kemampuan pedagonik adalah kemampuan pengelola pembelejaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian guru sebagai makhluk yang dibekali potensi kemampuan tertentu, dan mengaplikasikan serta mengembangkan kemampuan terasebut diperlukan suatu latihan dan pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi profesional dalam bidangnya, maka ia memiliki kriteria-kriteria seperti yang dijelaskan di atas.
(24)
mensupervisi kinerja guru karena: a) yang diamati keseluruhan proses belajar mengajar dalam satu pertemuan, dan bukan sampel-sampel pembelajaran yang di inginkan, b) untuk mengetahui aktivitas belajar mengajar secara keseluruhan, bukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas khusus, c) supervisor tidak boleh berpartisipasi dalam pembelajaran, d) dilakukan pada waktu pelajaran berlangsung.
Dalam kaitanya dengan kinerja guru Suhadi mengatakan “Kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dinilai dari kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan atau mengelola proses pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran”.26
Berdasarkan data yang telah di paparkan diatas dapat digambarkan bagan sebagai berikut:
26
Suhadi, Loc. cit, h. 26
Implementasi Supervisi Kepala Sekolah
1. merencanakan supervisi, 2. melaksanakan supervisi, 3. menindaklanjuti hasil
supervisi.
Kinerja Guru
1. Merencanakan pembelajaran 2. Melaksanakan pembelajaran 3. Mengevaluasi pembelajaran
(25)
LANDASAN TEORI
A. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah 1. Pengertian Supervisi
Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.1
Menurut Harris dalam Piet A. Sahertian “supervisi pengajaran ialah segala sesuatu yang dilakukan kepala sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. ”2
Menurut M. Ngalim Purwanto “supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. ”3
Suharsimi Arikunto menyatakan tetang Supervisi Pengajaran dengan
menyebut sebagai “Supervisi Klinis” yaitu suatu bentuk supervisi yang difokuskan
pada peningkatan kualitas mengajar melalui sarana siklus yang simpatik untuk
1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 154
2
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 18
3
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1987), h. 52
(26)
langkah-langkah intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan untuk mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.4
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran adalah upaya kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Tujuan Supervisi
Menurut Oteng Sutisna dalam bukunya Supervisi dan Administrasi
Pendidikan mengemukakan tujuan supervisi adalah: “ membantu para guru memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi, dan mendorong mereka kepada kegiatan-kegiatan untuk menciptakan situasi-situasi dimana murid dapat belajar lebih efektif ”. 5
Sedangkan menurut Hadari Nawawi tujuan supervisi pendidikan adalah: Menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangannya agar di atasi dengan usahanya sendiri. Dengan kata lain supervisi bertujuan menolong guru-guru agar dengan kesadarannya sendiri berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan tugas-tugasnya. ”6
4
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta : Rajawali Pers, 1989), h.99
5
Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi Pendidikan, (Bandung:Jemars, 1999), h. 8
6
(27)
Pendapat di atas menunjukkan bahwa supervisi pengajaran adalah untuk membantu guru dalam melaksanakan perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, bantuan yang dimaksud adalah bantuan profesional yang memungkinkan guru dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses belajar mengajar secara efektif dan efesien.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi pengajaran adalah untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan serta keterampilan mengajar guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik.
Supervisi tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pengawas pendidikan, karena pengawas belum tentu menguasai seluruh bidang studi yang ada di suatu sekolah, maka untuk itu dikembangkan strategi supervisi. Strategi yang dapat dikembangkan adalah supervisi langsung dan tak laangsung. Supervisi langsung dilaksanakan secara langsung terhadap guru-guru, berupa pertemuan pribadi, konsultasi, rapat kelompok, dan kunjungan kelas. Sedangkan supervisi tak langsung adalah dengan mendayagunakan orang atau sarana lain, seperti bantuan dari guru senior, guru sejawat, guru bidang sdtudi diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan pihak-pihak yang dipandang mempunyai keahlian, dalam tugas kesupervisian. Kegiatan supervisi secara langsung atau tidak langsung merupakan teknik-teknik supervisi pengajaran yang dikembangkan oleh para pakar. Teknik ini dapat digunakan kepala sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi guru dan tentunya lingkungan sekolah.
(28)
3. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umum direalisasikan. Sehubungan dengan Manajemen Berbasis Sekolah, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, Manajemen Berbasis Sekolah sebagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan Manajemen Berbasis Sekolah adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam Manajemen Berbasis Sekolah dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga daapt melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan;
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah;
(29)
f. Berhasil mewujudkan tujuan sekoah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 7
Pidarta mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin, serta keterampilan teknik ialah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. 8
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut: (1) senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya; (2) melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana; (3) membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; (4) memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain; (5) berpikir untuk masa yang akan datang, dan (6) merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.
Selain itu, kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain. Kepala sekolah yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
7
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), ha. 126.
8
(30)
kerja terutama hubungan antar pelaksana sekolah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan memimpin organisasi sekolah.
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam aktivitasnya tentu membutuhkan kemampuan menajerial dan asumsi bahwa kegiatan supervisi dilakukan secara kontinu dan berlangsung dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu kegiatan kepala sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: Kegiatan supervisi pendidikan paling tidak terdiri dari tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, pertemuan umpan balik.
Adapun perinciannya sebagai berikut:
a. Supervisi yang diberikan kepada guru berupa bantuan bukan perintah), sehingga inisiatif terletak di tangan guru;
b. Aspek yang di supervisi harus berdasarkan usul guru. Usul tersebut dikaji bersama kepala sekolah (sebagau supervisor) untuk dijadikan kesepakatan. c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
kepala sekolah
d. Umpan balik diberikan segera setelah pengamalan selesai
e. Mendiskusikan hasil analisis dan data hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru
f. Kegiatan supervise dilakukan secara tatap muka dan dalam suasana terbuka g. Kepala sekolah sebagai supervisor lebih banyak, mendengarkan dan
menjawab pertanyaan guru daripada memberi pengerahan
h. Pemberian penguatan terhadap perubahan perilaku yang positif sebagai hasil pembinaan dan dilakukan secara berkelanjutan. 9
Ada enam prinsip yang harus dilaksanakan dalam supervisi akademik, yaitu: a. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hierarkis
b. Dilaksanakan secara demokratis c. Terpusat pada guru
d. Didasarkan pada kebutuhan guru
e. Umpan balik berdasarkan data hasil observasi f. Bersifat bantuan professional. 10
9Ibid.
h. 55
10
(31)
Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan “pengawas”. Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang siap membantu kesulitan guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan guru.
Olivia mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat hal, yaitu:
1) Sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programmnya;
2) Sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengemabngan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok;
3) Sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan
4) Sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya. 11
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa peran supervisor yang utama ada empat, yakni sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan sebagai evaluator. Peran tersebut harus benar-benar dilaksanakan oleh seorang supervisor sehingga pelaksanaan supervisi dapat mencapati tujuan.
4. Teknik-teknik Supervisi
Untuk mengidentifikasi kebutuhan guru, kemudian untuk meningkatkan kemampuannya, dan selanjutnya membimbing guru supaya dia benar-benar
11
Oliva, Peter. F. , Supervisor for Today’s School, 2and Edition, (New York: Longman, 1984), h. 78
(32)
berusaha menerapkan kemampuannya untuk meningkatkan situasi pembelajaran dengan muridnya, diperlukan kegiatan-kegiatan tertentu, cara-cara tertentu yang khusus dan terarah agar masing-masing tujuan tercapai dengan sebaik-baiknya. Menurut Gwyn cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Teknik supervisi individual
Tehnik supervisi individual yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu.
1) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya.
(33)
Kunjungan kelas ini biasa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas.
(1) Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
(2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
(3) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu, (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru, (3) menggunakan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif, (4) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian, (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar, dan (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
2) Observasi kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses
(34)
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitankesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah: 1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran; 2. Cara penggunaan media pembelajaran;
3. Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar;
4. Keadaan media pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya. Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan observasi kelas, (2) pelaksanaan observasi kelas, (3) penutupan pelaksanaan observasi kelas, (4) penilaian hasil observasi, dan (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activitycheck-list.
3) Pertemuan individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor dengan guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi, (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik, (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada
(35)
diri guru, dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan. Klasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat macam sebagai berikut:
(1) Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksana-kan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggaldilaksana-kan kelas (istirahat).
(2) Office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
(3) Causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru.
(4) Observational visitation. Yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas. Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan- kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
3) Kunjungan antar kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain
(36)
dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antar kelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran dan pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar kunjungan antar kelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengembangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah
apa-apa yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
5. Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya
dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
6. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
(37)
7. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
4) Menilai diri sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pembelajarannya dalam mempengaruhi murid. Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untukmengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang dapatdigunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut: a) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada
murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasaanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
b) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
2. Teknik supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
(38)
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.
Menurut Ngalim Purwanto teknik yang digunakan oleh supervisi kepala sekolah dibagi dua yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
a. Teknik Perseorangan (individual)
Dalam teknik perseorangan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain :
(1) Mengadakan kunjungan kelas (class room visitation)
Kunjungan kelas yaitu kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, pengawas). Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktik atau metode yang sesuai. Kegiatan ini untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki dalam proses belajar mengajar.
(2) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Kepala sekolah menugaskan guru untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara alat atau media yang baru, seperti Audio-Visual Aids, cara dengan metode tertentu, seperti sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya. Kunjungan observasi dapat
(39)
dilakukan sendiri (intrashool visit atau dengan mengadakan kunjungan kesekolah lain (interschool visits).
(3) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dijalani siswa.
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajarsiswa. Misalnya siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah guru dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya dan siswa yang lamban dalam belajar.
(4) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelakanaan kurikulum sekolah, antara lain :
1. Menyusun program semester.
2. Menyusun atau membuat program satuan pelajaran. 3. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas. 4. Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.
5. Menggunakan media dan sumber dalam proses mengajar. 6. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, studi tour dan sebagainya.
Kegiatan supervisi tersebut, disamping dapat dilakukan dengan teknik perseorangan, dapat juga dengan teknik kelompok tergantung pada tujuan dan situasinya.
(40)
B.Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
Banyak batasan yanng diberikan para ahli mengenai istilah kinerja. Walaupun berbeda dalam tekanan rumusnya, namun secara prinsip tampaknya sejalan mengenai proses pencapaian hasil.
Istilah kinerja berasal dari kata joh performance atau actal performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberkan kepadanya. 12
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. 13 Sedangkan Hadari Nawawi mengartikan kinerja sebagai prestasi seseorang dalam suatu bidang dan keahlian tertentu dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya yang didelegesikan dari atasan dengan efektif dan efisien. 14 Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Menurut Gibson, Ivan Cevich dan Donelly
12
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 67
13
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 56
14
(41)
bahwa kinerja sebagai prestasi kerja dari perilaku. 15 Prestasi kerja itu ditentukan oleh kemampuan bekerja, baik terhadap cakupan kerja maupun kualitas kerja secara menyeluruh.
Guru yang dimaksud adalah orang yang pekerjaannya sebagai pengajar di sekolah. Tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
Pertama, tugas dalam bidang profesi. Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kapabelitas di bidang pendidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi aspek mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan kepada siswa, dan melatih.
Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua dari siswa. Ia harus mampu menarik simpati sehingga dapat dijadikan motivasi bagi siswa dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalannya pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswa.
Ketiga, tugas dalam kemasyrakatan. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yanng lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seseorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia seutuhnya. Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar dimaksudkan untuk membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk memberi bekal pada anak-anak agar memeroleh kehidupan yang layak setelah mencapai kedewasaannya kelak.16
Kemudian guru seharusnya dapat menjalankan fungsinya, diantaranya mengajar (teaching) yaitu memindahkanilmu pengetahuan, pelatihan (training)
yaitu membimbing keterampilan tertentu dan coaching yaitu memberdayakan potensi individu dari masing-masing siswa yang menjadi anak didiknya.
15
Gibson J. L, dan Ivan Cevich, Organisasi dan Manajemen, Terjemahan: Sulistyo, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 28
16
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 16
(42)
Dari uraian guru di atas dapat dilanjutkan dengan pembahasan tentang kinerja guru. Karena guru bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran tersebut. Dengan demikian kinerja guru dapat dilihat dari perbuatan atau kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, seperti yang dikemukakan oleh Roman J. Aldag dan Stearns, kinerja adalah seperti pengembalian keputusan pada waktu mengajar di kelas. 17
Menurut Suryo Subroto yang dimaksud dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara gguru dan peserta didik yang mencakup suasana kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar mencapai tujuan pengajaran;18
Kinerja guru juga dapat diaartikan sebagai prestasi kerja guru untuk meraih prestasi antara lain ditentukan oleh kemampuan dan usaha. Prestasi kerja guru dapat dilihat dari seberapa jauh guru tersebut telah menyelesaikan tugasnya dalam mengajar dibandingkan dengan standar-standar pekerjaan. Kemudian kinerja guru dapat diartikan pula sebagai suatu pencapaian tujuan dari guru itu sendiri maupun tujuan pendidikan dan pengjaran dari sekolah di tempat guru tersebut mengajar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulakn bahwa kinerja adalah kemampuan kerja seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku yang ditampilkan. Apresiasi pemahaman serta kemampuan bertingkah laku sesuai
17
Roman J. Aldag and Timothy Sterns, Management, ( Chicago: South Western Publishing Co, 1987), h. 77
18
(43)
harapan dapat diidentifikasikan sebagai faktor kerja, kemampuan kerja yang tinggi atau rendah.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kinerja guru dalam tesis ini adalah sebagai keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu, meliputi aspek kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan pelajaran dan menggunakan sumber belajar, bertanggung jawab mamantau hasil belajar mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan murid menimbulkan motivasi, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan dalam administrasi pengajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara .faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivision).19
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan keampuan reality (knowledge + skill). Artinya seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
19
A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2004), h. 67
(44)
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditetapkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dengan penempatan guru yang sesuai dengan bidangnya maka dapat membantu dalam efetivitas suatu pembelajaran.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situsi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Me Clelland mengatakan dalam bukunya Anwar Prabu berpendapat bahwa ada hubungan yang fositif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.
Guru sebagai pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Guru harus menyadari bahwa ia hars mengerjakan tugasnya tersebut dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab, ikhlas dan tidak asal-asalan, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh gurunya. Jika ini tercapainya maka guru akan memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Selanjutnya Me Clelland mengemukakan 6 krakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi tinggi yaitu:
1) Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi 2) Berani mengambil resiko
3) Memiliki tujuan yang realistis
4) Memanfaatkan rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.
5) Meanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.20
Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan faktor-faktor pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan terhambatnya
20
(45)
pembelajaran secara baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar.
Adapun faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan ke dalam dua macam yaitu:
a. Faktor dari dalam sendiri (intern)
Di antara faktor dari dalam diri sendiri (intern) adalah 1) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan tugas- tugas. Semakin rumit dan makmur tugas-tugas yang diemban makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas jika diberikan tugas yang sederhana dan monoton mungkin akan terasa jenuh dan akan berakibat pada penurunan kinerjanya
2) Keterampilan dan kecakapan
Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan latihan.
3) Bakat
Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan seseorang bekarja dengan pilihan dan keahliannya.
4) Kemampuan dan minat
Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang pekerjaan yang telah
(46)
ditekuni 5) Motif
Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatkannya kerja seseorang 6) Kesehatan
Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
7) Kepribadian
Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral tinggi kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan rekan kerja ang akan meningkatkan kerjanya.
8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksanakan karena ia bekerja secara sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan sepenuh hati.
b. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern)
Yang termasuk faktor dari luar diri sendiri (ekstern) diantaranya: 1) Lingkungan keluarga
Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kriteria seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja. 2) Lingkungan kerja
(47)
secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang dimaksud di sini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai, kesempatan untuk mengembangan karir, dan rekan kerja yang kologial.
3) Komunikasi dengan kepala sekolah
Komunikasi yang baik di sekolah adalah komunikasi yang efektif. Tidak adanya komunikasi yang efektif dapat mengakibatkan timbulnya salah pengertian
4) Sarana dan prasarana
Adanya sarana dan prasarana yang memadai membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama kinerja dalam proses bengajar mengajar.21
5) Kegiatan guru di kelas
Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus dilakukan secara bertahap. Dinamika guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar siswa, jika manajemen sekolahnya tidak memberi peluang tumbuh dan berkembangnya kreatifitas guru. Demikian juga penambahan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium tidak akan bermakna jika manajemen sekolahnya tidak memberikan perhatian serius dalam mengoptimalkan
21
Kartini Kartono, Menyiapkan dan memadukan Karir, (Jakarta: CV Rajawali, 1985), h. 22.
(48)
pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar mengajar. Menurut Dede Rosyada dalam bukunya Paradigma Pendidikan Demokratis bahwa kegiatan guru di dalam kelas meliputi:
a) Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak
b) Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa-siswanya
c) Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan
d) Guru harus menguasai kelas
e) Guru harus melakukan evaluasi secara benar.22 6) Kegiatan guru di sekolah antara lain yaitu:
Berpartisipasi dalam bidang administrasi, di mana dalam bidang administrasi ini para guru memiliki kesempatan yang banyak untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sekolah antara lain:
a) Mengembangkan filsafat pendidikan
b) Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum c) Merencanakan program supervisi
d) Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian.23
Semua pekerjaan itu harus dikerjakan bersama-sama antara guru yang satu dengan yang lainnya yaitu dengan cara bermusyawarah. Untuk meningkatkan kinerja, para guru harus melihat pada keadaan pemimpinnya (kepsek). Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik dan buruknya
22
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. Kencana, 2004), h. 122.
23
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 144-150.
(49)
guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah supervisor dalam melaksanakan pengawasan atau supervisi terhadap kemampuan (kinerja guru).
Sedangkan menurut PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa kemampuan (ability) guru sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar mencakup empat macam, meliputi:24
1) Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi adalah kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi guru meliputi:
a) Kemantapan dan integrasi pribadi
b) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan c) Berfikir alternative
d) Adil, jujur dan objektif
e) Disiplin dalam melaksanakan tugas
f) Berusaha memperoleh shasil sebaik-baiknya g) Simpatik, menarik, luwes dan bijaksana h) berwibawa25
Sedangkan Moh. Uzer Usman menerangkan bahwa kemampuan pribadi guru meliputi hal-hal berikut:
a) Mengembangkan kepribadian b) Berinteraksi dan berkomunikasi
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
24
Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS), Standar Nasional Pendidikan, Ciputat: Han. s Print, 2005), h. 26-27
25
Cece Wijaya dan A, Tabrani Rusyana, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 21
(50)
d) Melaksanakan administrasi pendidikan
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. 26 Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi secara baik serta mengelola belajar mengajar. Guru juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan suri tauladan bagi anak didiknya.
2) Kemampuan Professional
Kemampuan professional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga guru memiliki wibawa akademis. Menurut Cece Wijaya, kemampuan profesional guru meliputi: a) Menguasai bahan
b) Mengelola progam belajar mengajar c) Mengelola kelas
d) Menggunakan sumber media pembelajaran e) Menguasai lanndasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h) Mengenal fungsi dan progam pelayanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk keperluan pengajaran. 27
Kemampuan professional guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tidak
26
Moh. Uzer Usman, Op, Cit. , h. 16-17
27
(51)
hanya ditentukan oleh sekolah. Pola dan struktur sertss isi kurikulumnya juga akan dapat ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siwanya.
3) Kemampuan Sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat tempat ia bekerja, baik secara formal maupun informal, meliputi:
a) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik b) Bersikap simpatik
c) Dapat bekerjasamma dengan guru bimbingan konseling d) Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan. 4) Kemampuan Pedagogik
Kemampuan pedagonik adalah kemampuan pengelola pembelejaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian guru sebagai makhluk yang dibekali potensi kemampuan tertentu, dan mengaplikasikan serta mengembangkan kemampuan terasebut diperlukan suatu latihan dan pendidikan. Guru
(52)
harus memiliki kompetensi dan profesional dalam bidangnya, maka ia memiliki kriteria-kriteria seperti yang dijelaskan di atas.
3. Kriteria Kinerja Guru
Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah tercapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. kompetensi paedagogik b. kompetensi kpribadian c. kompetensi profesional d. kompentensi sosial.28
Adapun penjelasan dari ke empat dari kompetensi tersebut adalah: a. kompetensi paedagogik
Bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan
28 Peraturan pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
(53)
Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi .kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.29
Kompetensi paedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia.
Suryo Subroto mengatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah .kesangupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran. 30 Jadi kompetensi paedagogik ini berkatan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni pesiapan mengajar yang mencakup merancang dan
29Ibid
, h. 73.
30
(54)
melaksanakan skenario pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tervapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.
b. Kompetensi Kepribadian
Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan adakalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksudnya guru harus dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya berbuat salah.
Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan kepribadian guru meliputi halhal berikut:
1) Mengembangkan kepribadian 2) Berinteraksi dan berkomunikasi
3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 4) Melaksanakan administrasi sekolah
5) Menaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.31
Kepribadian guru penting karena guru merupakan cerminan prilaku bagi siswa-siswanya.
31
Moh. Uzer Usman, Menajdi Guru Profesiona, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), h. 16
(55)
c. Kompetensi Profesional
Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yangmemerlukan keahlian khusus dan biasaanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini memiliki prinsip yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut:
(1)Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
(2)Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
(3)Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
(4)Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas (5)Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan (6)Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai denga prestasi kerja (7)Memiliki kesempatan untuk mengembangan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan sepanjang hayat
(8)Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
(9)Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.32 d. Kompentensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri dalam menghadapi orang lain. Dalam peraturan pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kompensasi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan,
32
(1)
99
Kinerja guru dalam mengelola/ memimpin proses belajar dapat diindikasikan dari proses belajar mengajar yang berlangsung berdasarkan data observasi dan wawancara dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: secara umum proses pembelajaran berjalan dengan baik, hal ini dilihat dan terjadinya interaksi edukatif antara guru denga peserta didik pada saat pembelajaran sebagaimana hasil observasi. Indicator yang menguatkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik adalah guru mampu mengelola kelas sehingga setiap materi yang disampaikan mampu menghidupkan suasan dialogis pertanyaan dan jawaban materi dari peserta didik ke peserta didik dan dari peserta didik ke guru.
Berdasarkan ulasan analisis tersebut dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran kinerja guru ditunjang dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas, artinya dalam situasi pembelajaran guru mampu menempatkan dirinya sebagai seorang pengajar yang penuh dengan tanggung jawab sehingga suasana belajar di kelas benar-benar menjadi lebih hidup dan menimbulkan suasana belajar yang jauh lebih kondusif.
c.
Evaluasi pembelajaranKegiatan evaluasi dilakukan oleh guru dalam dua bentuk yaitu bentuk test dan non test. Pada bentuk test evaluasi digunakan untuk menilai sejauhmana kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran. hal inilah yang mendasari penggunaan bentuk evaluasi test dengan model Tanya jawab hanya saja evaluasi test ditunjukkan kepada peserta didik tertentu
(2)
100
sebagai sampel saja. Terkait dengan teknik evaluasi non test. Sementara itu tujuan dari evaluasi sendiri adalah: (1) untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan (2) untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab kurang berhasilnya peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya. Artinya teknik evaluasi non test ini akan menjadi efektif apabila kegiatan yang dilakukan mampu merubah keadaan dari kondisi belajar peserta didik yang kurang baik menjadi baik dan yang terpenting adalah menemukan solusi dan memperbaiki program kegiatan pembelajaran yang dianggap kurang baik.
(3)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, dapat peneliti simpulkan bahwa :
Implementasi supervisi kepala sekolah di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur dilaksanakan secara terencana, sistematis dan berkesinambungan. hal ini karena supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah di SMPN 1 Batanghari merujuk pada PP No 19 tahun 2005 pasal 39 yaitu di awali dengan Perencanaan supervisi, Pelaksanaan supervisi dan tindak lanjut hasil supervisi. Sehingga dapat meningkatkan kinerja guru pendidikan agama Islam hal ini dapat diketahui dari proses penyusunan rencana pembelajaran yang tersusun dengan kreteria yang ditetapkan dalam standar kinerja guru. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran guru dapat menguasai materi dengan baik, kemudian guru mampu memvariasikan metode mengajar dengan menggunakan media pembelajaran serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan pertanyaan dan jawaban. Pada tahap evaluasi guru mengadakan test dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan pada saat sesi terakhir pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan di lapangan dari hasil kesimpulan penelitian ini selanjutnya penulis mekomendasikan sebagai berikut :
(4)
102
1. Untuk Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Batanghari, berdasarkan temuan lapangan telah melakukan kegiatan supervisi pengajaran meskipun dilakukan dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan dalam pelaksanan observasi kelas yang kurang memperhatikan unsur edukasi dimana Kepala Sekolah benar-benar berperan sebagai observer seyogyanya dalam pelaksanaan observasi kelas Kepala Sekolah menempatkan diri bukan sebagai penilai, melainkan pemerhati dan menganalisis dalam rangka perbaikan pengajaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kelemahan lainnya adalah pada pertemuan balikan Kepla Sekolah tidak secara tegas menyampaikan saran-saran perbaikan akan tetapi menyerahkan perbaikan sepenuhnya kepada guru, seyogyanya Kepala Sekolah memberikan rekomendasi tertulis apa yang harus diperbaiki dan bagaimana caranya agar menjadi perhatian guru Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk Guru Pendidikan Agama Islam berdasarkan temuan data yang menunjukkan bahwa sisi kelamahan dari penyampaian pembelajaran di kelas adalah memadukan unsur materi dengan kondisi dan situasi di lapangan, hal ini penting dilakukan sebab materi Pendidikan Agama Islam tidak cukup dipahami dan dihayati semata akan tetapi lebih dari itu Pendidikan Agama Islam harus menjadi amalan nyata bagi peserta didik, oleh karena itu seyogyanya guru Pendidikan Agama Islam lebih memperhatikan sisi-sisi prilaku keagamaan peserta didik baik dari segi akhlak maupun ibadahnya.
(5)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
PERNYATAN ORISINALITAS/KEASLIAN ... iii
ABSTRAK ... iv
PERSETUJUAN ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 14
1. Identifikasi Masalah ... 14
2. Batasan Masalah... 14
C. Rumusan Masalah ... 15
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 15
1. Tujuan Penelitian ... 15
2. Kegunaan Penelitian... 16
E. Kerangka Pikir ... 16
BAB II : LANDASAN TEORI ... 23
A. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah ... 23
1. Pengertian Supervisi... 23
2. Tujuan Supervisi ... 24
3. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah ... 26
4. Teknik-teknik Supervisi ... 29
B. Kinerja Guru... 38
1. Pengertian Kinerja ... 38
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 41
3. Kriteria Kinerja Guru ... 50
4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 54
BAB III : METODE PENELITIAN ... 58
A. Jenis Penelitian ... 58
B. Sumber Data ... 59
C. Teknik Pengumpulan Data ... 62
(6)
viii
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 66
A. Gambaran Umum SMPN 1 Batanghari Lampung Timur ... 66
B. Penyajian dan Analisis Data ... 71
1. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam ... 71
a. Merencanakan Supervisi ... 71
b. Melaksanaan Supervisi ... 75
c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi ... 79
2. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam ... 83
a. Merencanaan Pembelajaran ... 83
b. Melaksanakan Pembelajaran ... 84
c. Evaluasi Pembelajaran ... 99
BAB V : PENUTUP ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Rekomendasi ... 101 DAFTAR PUSTAKA