ANALYSIS OF POLICY IMPLEMENTATION OF PNPM-INDEPENDENT RURAL ACTIVITIES IN THE GROUP OF WOMEN SAVINGS AND LOANS IN ABUNG NORTH DISTRICT LAMPUNG WEST FISCAL YEAR 2009

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF POLICY IMPLEMENTATION OF PNPM-INDEPENDENT RURAL ACTIVITIES IN THE GROUP OF WOMEN SAVINGS AND LOANS

IN ABUNG NORTH DISTRICT LAMPUNG WEST FISCAL YEAR 2009

By

SRI WIDIA ASTUTI

National Program for Independent Rural Community Empowerment (PNPM) Independent Rural location on the implementation in the province of Lampung Abung Western District of North Lampung regency. In the pre-research found problems related to lack of community participation in attending meetings, as well as the implementation of the Savings and Loans to Women's Group (SPP) form of activity problematic.

PNPM-Independent Rural implementation is a process of activities carried out by the parties involved are gradually and consistently in accordance with the mechanisms and procedures that have been arranged in the PNPM-Mandiri Rural.This study used informants that implementers and target groups of activities.


(2)

This study focuses on the flow of activities in the PTO PNPM-MP 2009 regarding: 1. Planning activities of the SPP, 2. Implementation of SPP activities, 3. Preservation activities of the SPP The study 1. Planning activities of the SPP has been running well because in accordance with existing guidelines, 2. The implementation of SPP activities in accordance with the basic, but still many activities that are not running as it should be such a bad loan, 3. Preservation activities are in accordance with the provisions, but the patterns are applied in the guidelines have not been fully implemented activities in conserving activities. 4). Constraint that arises is the level of awareness of the lack of responsibility.

Advice of researchers: 1). For the managers of UPK, FK, BP UPK: managers should be better in doing the planning, implementation and the importance of financial statements, 2).Increasing public awareness and participation in the management kegiatn either repayment or the financial statements of UPK, 3). and apply sanctions against the problematic activities for both implementers and members of the SPP.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PNPM-MANDIRI PEDESAAN DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM PADA KELOMPOK PEREMPUAN

DI KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN ANGGARAN 2009

Oleh

SRI WIDIA ASTUTI

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Mandiri Pedesaan yang lokasi pelaksanaan di Provinsi Lampung pada Kecamatan Abung Barat kabupaten Lampung Utara. Dalam pra riset ditemukan permasalahan terkait kurangnya partisipasi masyarakat dalam menghadiri musyawarah, serta dalam pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam pada Kelompok Perempuan (SPP) bentuk kegiatan bermasalah.

Implementasi PNPM Mandiri Pedesaan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya secara bertahap dan konsisten sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah diatur dalam ketentuan PNPM-Mandiri Pedesaan.

Penelitian ini menggunakan informan yaitu pelaksana dan kelompok sasaran kegiatan. Penelitian ini memfokuskan pada alur kegiatan dalam PTO PNPM-MP 2009 mengenai : 1. Perencanaan kegiatan SPP, 2. Pelaksanaan kegiatan SPP, 3. Pelestarian kegiatan SPP

Hasil penelitian 1). Perencanaan kegiatan SPP telah berjalan dengan baik karna telah sesuai dengan pedoman yang ada, 2. Pelaksanaan kegiatan SPP sesuai ketentuan dasar, namun masih banyak kegiatan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya seperti pinjaman bermasalah, 3. Pelestarian kegiatan telah sesuai dengan ketentuan namun pola-pola yang diterapkan dalam pedoman kegiatan belum seutuhnya dilaksanakan dalam melestarikan kegiatan. 4). Kendala yang muncul adalah tingkat kesadaran dari tanggung jawab yang kurang.


(4)

Saran peneliti: 1). Bagi pengelola UPK, FK, BP UPK: pengelola harus lebih baik dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan akan pentingnya laporan keuangan, 2). Meningkatkan kesadaran pengurus dan masyarakat dalam partisipasi kegiatn baik berupa pengembalian pinjaman maupun laporan keuangan dari UPK, 3). serta menerapkan sanksi terhadap kegiatan yang bermasalah baik bagi pelaksana maupun anggota SPP.

Kata Kunci: Implementasi; Simpan Pinjam pada Kelompok Perempuan (SPP)


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang senantiasa melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Sesuai dengan amanat pembangunan nasional bahwa masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 harus di wujudkan melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Bermula dari tidak terkoordinasinya dengan baik program–program pengentasan kemiskinan yang dimiliki oleh departemen–departemen di pemerintahan RI, maka dimunculkanlah program ini. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan sendiri adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk mencapai salah satu poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan.

Pendekatan pembangunan merupakan tuntutan akan partisipasi yang telah mengubah paradigma mengenai posisi masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai objek, tetapi ikut terlibat mulai dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga


(6)

2

pertanggungjawabanya. pendekatan ini menyadari betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kemempuan atas segala sumber dayayang dimilikinya. Model semacam ini sangat menekankan pentingnya pemberdayaan (empowerment) dan inisiatif rakyat sebagai inti dari sumber daya pembangunan.

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based development), dan tahap selanjutnya diterjemahkan sebagai pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community driven development) atau diistilahkan pembangunan yang digerakan masyarakat. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (Wrihatnolo dan Nugroho, 2007:74).

Melihat dari kondisi masyarakat Indonesia yang terperangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan serta melihat urgenitas dari pemberdayaan masyarakat, maka pemerintah Indonesia meluncurkan program berbasis pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat guna menanggulangi kemiskinan dan pengangguran khususnya ditingkat pedesaan. Adapun program yang dikeluarkan pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan(PNPM-MP). Program ini


(7)

3

merupakan penyelarsan dari program sebelumnya yakni Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah mulai sejak tahun 1998. Berdasarkan kebijakan pokok yang tertuang dalam petunjuk teknis operasional (PTO) PNPM-MP (2009:1), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan melalui Program Pengembangan Masyarakat adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) merupakan kelanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Keberhasilan PPK diantaranya, berhasil menyediakan lapangan kerja bagi rakyat miskin (mengatasi masalah pengangguran) dan sekaligus menambah penghasilan bagi rakyat miskin. PNPM-MP berupaya mempertajam visi dan peningkatan visi Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Berdasarkan Petunjuk Teknis Operasional (PNPM-MP) Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin. Kemandirian yaitu mampu mengorganisir diri untuk mobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungan, mampu mengakses sumber daya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumber daya diluar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut dalam mengatasi kemiskinan. Sedangkan misi PNPM-MP pedesaan adalah :

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya. 2. Pelembagaan system pembangunan parsifatif.


(8)

4

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sarana sosial dan ekonomi masyarakat.

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Dalam rangka melaksanakan visi dan misi PNPM-MP, strategi yang dikembangkan yaitu menjadikan Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran dan penguatan sistem pembangunan partisipatif. Dalam program PNPM-MP ini, terdapat sembilan Kabupaten di Provinsi Lampung yang menerima PNPM-MP yakni Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, Lampung Barat, Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Timur, Dan Tulang Bawang, dengan total 52 Kecamatan. Sementara untuk pendanaan PNPM-MP ini menggunakan cost sharing dengan APBD, Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah Perdesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp. 750 juta sampai Rp. 3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk. Pelaksana PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.


(9)

5

Salah satu lokasi yang menjadi titik pelaksanaan program mandiri pedesaan di Provinsi Lampung adalah Kecamatan Abung Barat. Kecamatan Abung Barat menjadi lokasi sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) pada tahun 2009. Berdasarkan Surat Penetapan Bantuan Program Pengembangan Kecamatan (SPBPPK), besarnya total dana untuk membiayai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-MP) di dua belas kampung untuk tahun anggaran 2009 adalah sebesar Rp.2 miliar. Kegiatan yang sudah dilaksanakan di Kecamatan Abung Barat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) ini adalah sarana fisik yaitu infrastruktur seperti jembatan penyebrangan sungai, jalan batu (onderlagh) atau badan jalan, dan non fisik yaitu kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan.

Alasan peneliti memilih lokasi ini, dalam Moleong (2004 : 128 ), menyatakan cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Sementara itu, keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, tenaga, biaya, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.

Berdasarkan pra-riset yang telah dilakukan pada 31 Maret 2011, berkaitan dengan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) di Kecamatan Abung Barat, diketahui bahwa jumlah anggota kelompok SPP penerimaan bantuan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) 47 kelompok tersebar dalam dua belas kampung yang


(10)

6

berada dalam lingkup Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Adapun ke-sebelas dari dua belas kampung tersebut adalah Cahaya Negri, Kistang, Bumi Nabung, Lepang Besar, Simpang Abung, Bumi Mandiri, Kamplas, Pengaringan, Way Kakak, Tanjung Harta, Gunung Betuah, Pematang Kasih, secara rinci dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Kelompok Penerima SPP Melalui PNPM mandiri pedesaan tahun Anggaran 2009

No Desa Kelompok SPP

Pembiayaan (Rp)

Pemanfaat Anggota/ Kelompok

1. Cahaya Negri Kelompok Anggrek 9.500.000.- 10 Kelompok Evorbia 9.500.000.- 10 Kelompok Melati 9.500.000.- 10 Kelompok Mawar 9.500.000.- 10

2. Kistang K. Nurul Falah 9.500.000.- 10

K. Tanimawar 9.500.000.- 10

K.Tani Melati 9.500.000.- 10

K. Tani Cempaka 9.500.000.- 10 3. Bumi Nabung K. Mari Bertaqwa 9.500.000.- 10

K. Mawar 9.500.000.- 10

K.Melati 9.500.000.- 10

4. Lepang Besar - -

-5. Simpang Abung

K.Alhidayah 9.500.000.- 10

K. Nurul Iman 9.500.000.- 10

K.Mawar 9.500.000.- 10

K. Kemboja 9.500.000.- 10

6. Bumi Mandiri K.Al Baqoroh 9.500.000.- 10

K. Mawar 9.500.000.- 10

K. Anggrek 9.500.000.- 10

7. Kamplas K. Anggrek 9.500.000.- 10

K. Melati 9.500.000.- 10

K. Pkk 9.500.000.- 10

K. Pengajian 9.500.000.- 10

8. Pengaringan K. Al-Iklas 9.500.000.- 10

K. An-Nisa2 9.500.000.- 10

K. Aqrobul Iman 1 9.500.000.- 10 K.Aqrobul Iman 2 9.500.000.- 10

K.Nurul Iman 9.500.000.- 10

9. Way Kakak K. Al Hidayah 9.500.000.- 10


(11)

7

K. An-Nisa 9.500.000.- 10

10. Gunung betuah

K. Usaha Abadi 9.500.000.- 10

K. Muslim 9.500.000.- 10

K. Sukses Jaya 9.500.000.- 10

K. Usaha Jaya 9.500.000.- 10

K. Usaha Makmur 9.500.000.- 10

K. Usaha Maju 9.500.000.- 10

K. Melati 9.500.000.- 10

K. Mawar 9.500.000.- 10

K. Melati 2 9.500.000.- 10

K.Usaha Mandiri 9.500.000.- 10 K.Usaha Mandiri2 9.500.000.- 10

11. Tanjung harta K.Melati 9.500.000.- 10

12. Pematang kasih

K.Al-Hidayah 1 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 2 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 3 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 4 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 5 9.500.000.- 10 Data ini diolah peneliti pada April 2011

(Sumber : Surat Penetapan Bantuan Program PNPM Mandiri Kecamatan Abung Barat tahun 2009).

Dalam pra-riset yang peneliti lakukan pada 31 maret 2011, peneliti menemukan temuan di lapangan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP), permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) yang akan menjadi kajian adalah :

1. Terdapat kelompok perempuan yang terlambat dalam mengembalikan dana pinjaman yang disebut pinjaman bermasalah.

2. Masih ada kelompok yang belum mengembalikan dana pinjaman tersebut, seperti yang peneliti masukan kedalam tabel. 2. kelompok pinjaman bermasalah


(12)

8

Hal ini mengakibatkan beberapa jadwal kegiatan terlambat untuk dilaksanakan. Seperti pencairan dana untuk kegiatan yang sama pada tahun 2010 melalui program yang sama yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) menjadi ditunda. Hasil wawancara observasi dan wawancara pra-riset dengan Ibu Yusmalida (Ketua Unit Pelaksana Kegiatan pada, 31 April 2011). Berdasarkan laporan pinjaman Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM-MP 2009 Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, pada bulan November 2009 terdapat 34 Kelompok SPP yang dikategorikan sebagai kelompok yang memiliki pinjaman bermasalah. Secara rinci dijelaskan dalam tabel berikut :


(13)

9

Tabel 2. Kelompok Pinjaman Bermasalah (SPP) PNPM Mandiri Pedesaan 2009 No Kelompok/ Kampung Target Pengembalian Komulatif Realisasi Pengembalian Tunggakan Pengambalian %

Pokok Bunga Pokok Bunga Pokok Bunga

1. Anggrek/ cahaya negri

9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50%

2. Evorbia/ cahaya negri

9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50%

3. Melati/ cahaya negri

9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50%

4. Mawar/ cahaya negri

9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50%

5. Nurul fatah 2/ kistang

9.500.000 1.425.000 1.572.250 285.000 7.927.000 1.140.000 93%

6. Tani mawar/ kistang

9.500.000 1.425.000 6.713.500 1.282.500 2.786.500 142.500 29%

7. Tani melati/ kistang

9.500.000 1.425.000 5.263.000 855.000 4.237.000 570.000 45%

8. Mari taqwa/ bumi nabung

9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10%

9. Melati/ bumi nabung

9.500.000 1.425.000 7.122.000 1.140.000 2.378.000 285.000 25%

10. Al-hidayah/ simpang abung

9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 %

11. Nurul iman/ simpang .abg

9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 12. Mawar/simpa

ng abung

9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 13. Kamboja/sim

pang abung

9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 14. Al-baqoroh/

bumi mandiri

9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50%

15. Mawar/bumi mandiri

9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10%

16 Anggrek/bu mi mandiri

9.500.000 1.425.000 3.800.000 570.000 5.700.000 855.000 60%

17. Anggrek/ kamplas

9.500.000 1.425.000 5.550.000 997.500 3.950.000 427.500 42%

18. Melati/ kamplas

9.500.000 1.425.000 2.665.000 427.000 6.835.000 997.500 72%

19. Ibu PKK /kamplas

9.500.000 1.425.000 1.900.000 285.000 7.600.000 1.140.000 80%

20. Pengajian/ kamplas

9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10%

21. Annisa2/ pengaringan


(14)

10

22. Aqrobuliman /pengaringan

9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10%

23. Aqrobuliman 2/pngaringan

9.500.000 1.425.000 7.282.000 1.282.500 2.218.000 142.500 23%

24. Al-hidayah/ way kakak

9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70%

25. Al-iklas/way kakak

9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70%

26. Melati/way kakak

9.500.000 1.425.000 1.640.000 285.000 7.800.000 1.140.000 83%

27. Melati/ tanjung harta

9.500.000 1.425.000 948.000 285.000 8.552.000 1.140.000 90%

28. Usah maju/ gunung betuah

9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 %

29. U.makmur/g unung betuah

9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70%

30. U.jaya/gunun g betuah

9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70%

31. Sukses jaya/ gunung betuah

9.500.000 1.425.000 3.800.000 427.500 5.700.000 855.000 60%

32. u.abadi/gunu ng. Betuah

9.500.000 1.425.000 2.850.000 1.282.500 6.650.000 997.500 70%

33. Melati/gunun g betuah

9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10%

34. Al-hidayah/ pmatang ksih

9.500.000 1.425.000 1.425.000 5.315.000 4.185.000 570.000 34%

Data diolah oleh peneliti pada April 2011

Sumber :Laporan Perkembangan Pinjaman (SPP) PNPM-MP Mandiri Pedesaan 2009 Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

Pinjaman bermasalah tersebut mungkin terjadi karena adanya kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan (guidelines), atau terjadi bentuk penyimpangan dari kelompok sasaran (target group), terutama berkaitan dalam pengunaan dana bantuan program. Dengan demikian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP), khususnya dalam Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) akan memberikan


(15)

11

manfaat bagi kesejahteraan masyarakat apabila dalam pelaksanaannya sesuai dengan mekanisme dan tujuan yang ingin dicapai, serta tidak adanya penyimpangan-penyimpangan dalam proses pelaksanaannya.

Alasan lain yang menjadi dasar peneliti mengkaji Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP), sebagai kajian penelitian adalah adanya keterlibatkan langsung dari masyarakat khususnya kaum perempuan dalam konsep pemberdayaan yaitu pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based development), dimana kaum perempuan yang secara struktural dapat dikatakan sebagai kelompok lemah sehingga perlu untuk diberdayakan guna memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Namun dalam hal ini masalah krusial yang perlu untuk dipahami adalah sejauh mana hasil yang dicapai dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) terutama yang berkaitan dengan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) yang diberikan pada Kecamatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada dan sudah diterapkan.

Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan suatu kajian secara sistematis terhadap pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP), dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) tersebut. William N Dunn dalam Winarno (2002:29), menyatakan bahwa kebijakan dipandang sebagai suatu pola


(16)

12

kegiatan yang berurutan, mulai dari penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan, tingkat efektivitasnya. Pada dasarnya kebijakan publik dijalankan dengan maksud tertentu, untuk meraih tuhuan-tujuan tertentu yang berangkat dari masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pelaksanaan kebijakan diperlukan satu kajian evaluasi kebijakan. Menurut Anderson dalam Sulsistio (2004:37), evaluasi kebijakan merupakan aktifitas atau kegiatan yang menyangkut etimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup subtansi, implementasi, dan dampak.

Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan kajian evaluasi terhadap pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan tahun anggaran 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah Analisis Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) dalam kasus pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun anggaran 2009?”.


(17)

13

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun anggaran 2009 dalam kasus pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan ide dan pemikiran bagi masyarakat dan Tim Pelaksana Kegiatan (PTK) dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Desa Simpang Abung Kecamatan Abung Barat tahun 2009.

2. Menjadi inspirasi bagi instansi pemerintahan khususnya Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara agar lebih memperhatikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) secara langsung dan tidak terlalu mudah percaya terhadap panitia/tim pelaksana yang ada di desa agar lebih akuntabel dan terlihat hasil dari kegiatan yang efektif atau tidak efektif, baik fisik maupun non fisik.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu proses dalam kebijakan publik menurut Wiliam N. Dunn dalam Winarno (2002:28-30) adalah tahap implementasi kebijakan yaitu tahap pelaksanaan dari alternatif kebijakan yang diambil oleh badan-badan administratif. Maka Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik, secara sederhana implementasi kebijakan adalah tahap pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Beberapa ahli memberikan definisi implementasi kebijakan yang membatu kita untuk memahami pengertian dan implementasi kebijakan itu sendiri. Secara luas, Lester dan Stewart dalam Winarno (2002:101-102) memandang implementasi kebijakan publik sebagai alat administrasi hukum dimana sabagai aktor, organisasi, prosedur, dan tekhnik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi, pada sisi lain merupakan fenomena


(19)

yang kompleks yang munkin dapat dipahami sebagai proses, keluaran (output) maupun sebagai hasil.

Menurut Edwards dalam Winarno (2002:125), implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentuk kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.

Berikut akan dijelaskan pokok pikiran tentang implementasi kebijakan publik menurut para ahli. Adapun pokok-pokok pikiran tersebut adalah :

1. Implementasi kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur-prsedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. (Grindle). 2. Implementasi kebijakan merupakan aspek yang paling penting dari

seluruh proses kebijakan, dan bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan itu sendiri.

3. Implementasi kebijakan merupakan sangat ditentukan oleh arah atau tujuan dari kebijakan yang telah ditentukan. (Van Meter dan Van Horn 1980).

4. Imlpementasi kebijakan mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok publik maupun privat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Van Meter)

5. Implementasi kebijakan merupakan proses politik dan administrasi.(Grindle).

Berdasarkan pengertian implementasi kebijakan yang telah diuraikan oleh beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa, implementasi kebijakan publik merupakan aspek penting yang berkenaan dengan tahap pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah diambil atau diputuskan oleh aktor administratif dalam proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang ada termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional untuk


(20)

✂6

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dalam hal menyelesaikan masalah-masalah pelik.

Dalam Winarno (2002:55), masalah publik adalah kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan manusia yang tidak dapat dipenuhi atau diatasi secara pribadi serta mempunyai akibat yang luas baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat umum (publik). Sehingga implementasi kebijakan publik dimaknai sebagai suatu aktifitas melaksanakan kebijakan yang dilakukan oleh aktor administratif baik kelompok publik maupun privat dalam menyelesiakan masalah publik. Berkaitan dengan penelitian ini, sebuah kebijakan pada hakikatnya adalah sebuah instrumen yang digunakan pemerintah untuk melakukan perubahan ekonomi, sosial, maupun budaya pada masyarakat. Program Nasional Pemberdayan Masyarakat dikategorikan sebagai kebijakan publik yang perlu diimplementasikan guna menyelesaikan masalah-masalah publik yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.

Jadi yang dimaksud implementasi kebijakan adalah pelaksanaan yang telah diambil dan diputuskan oleh aktor administratif dalam proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang ada termasuk manusia, dana, kemampuan organisasional, prosedur, teknik berkerja sama, birokrasi, dan siapa memperoleh apa untuk mencapai tujuan.


(21)

✄ ☎

2. Parameter Implementasi Kebijakan Publik

Dalam implementasi kebijakan publik yang menjadi parameter atau ukuran pelaksanaan kebijakan itu adalah beban publik (public buden). Terdapat dua hal yang dapat menilai implementasi kebijakan, pertama adalah apakah implementasi kebijakan publik dinilai baik apabila tidak memberatkan publik baik secara materiil maupun moril. Sebaliknya implementasi kebijakan publik dinilai buruk apabila memberatkan publik baik secara materiil maupun moril. Yang kedua adalah apakah implementasi kebijakan itu disukai atau tidak, kebijakan disukai apabila menguntungkan publik. Demikian pula sebaliknya kebijakan publik tidak disukai apabila kebijakan yang dikeluarkan merugikan publik. Oleh karena itu implementasi kebijakan publik akan sangat bergantung pada kebijakan itu sendiri, apakah diperlukan, menguntungkan, layak dan prioritas atau tidak. Implementasi kebijakan juga tergantung pada implementor atau pelaksana, terutama berkaitan terhadap pemahaman dari kebijakan itu. Selanjutnya bergantung terhadap masyarakat atau publik terutama dalam dukungan terhadap kebijakan yang telah dikeluarkan.

Sementara Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2002: 110-111), memaparkan bahwa keberhasilan implementasi didasari pada lima hal; Pertama pada sejauh mana pencapaian ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Kedua, adanya sumber-sumber yang dimaksud mencakup dan dan perangsang lain (inective) yang memperlancar dan mendorong implementasi kebijakan yang efektif.


(22)

✆8

Ketiga, karakteristik badan pelaksana, ini berkaitan dengan norma dan pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan. Keempat, kondisi ekonomi, sosial dan politik. Kelima, kecendrungan pelaksana, ini berkaitan dengan pemahaman pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan. Kelima, indikator menjadi parameter implementasi kebijakan publik, dari kelima indikator tersebut dapat diketahui sejauh mana suatu kebijakan diimplementasikan.

B. Evaluasi Kebijakan Publik

Kebijakan publik selalu mengandung setidak-tidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut. Jika suatu kebijakan tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan baik. Sementara itu, suatu kebiajakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kegiatan. Oleh karna itu perlu kajian evaluasi terhadap suatu kebijakan untuk menilai sejauh mana kebijakan tersebut diimplementasikan.


(23)

✝ ✞

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik

Bila kebijakan dipandang sebagai tahapan yang berurutan maka evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dalam proses kebijakan tersebut. Pada dasarnya kebijakan publik dijalankan dengan maksud tertentu, untuk tujuan-tujuan tertentu yang berangkat dari masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan publik meraih hasil-hasil yang diinginkan. Evaluasi kegiatan memiliki arti penting, yaitu diperolehnya pengetahuan menyangkut sebab-sebab kegagalan atau kebijakan dalam meraih dampak yang diinginkan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk mengubah atau memperbaiki kebijakan dimasa akan datang.

Menurut Dye dalam Parsons (2005:547), evaluasi kebijakan merupakan pemeriksaan objektif, sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Lester dan Stewart dalam Winarno (2002:166) evaluasi kebijakan dapat dibedakan kedalam dua tugas yang berbeda, tugas pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas kedua adalah untuk menilai keberhasilan dan kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lebih lanjut, Widodo (2001:212) mengutarakan bahwa evaluasi kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil (outcomes) atau dampak (impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana proses implementasi suatu


(24)

✟ ✠

kebijakan dilaksanakan. Dengan kata lain, evaluasi dapat pula digunakan untuk melihat apakah proses pelaksanaan suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis /pelaksanaan (guide lines) yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengertian-pengertian evaluasi kebijakan yang telah dikemukakan, maka dapat dipahami makna dari evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan merupakan persoalan fakta yang berupa pengukuran serta penilaian baik terhadap tahap implementasi kebijakan maupun terhadap hasil atau dampak dari bekerjanya suatu kebijakan atau program tertentu, sehingga menentukan langkah yang dapat diambil dimasa yang akan datang.

2. Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan publik memiliki berbagai macam tipe, Anderson dalam Winarno (2002 : 167). Membagi evaluasi kebijakan ke dalam 3 tipe yaitu :

a. Tipe pertama adalah evaluasi dipahami sebagai kegiatan fungsional, artinya evaluasi dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.

b. Tipe kedua merupakan tipe evalausi yang memfokuskan pada bekerjanya implementasi kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut :

1. Apakah program dilaksanakan semestinya 2. Berapa biayanya


(25)

✡ ☛

3. Siapa yang menerima manfaat dan berapa jumlahnya

4. Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program-program lain.

5. Apakah ukuran-ukuran dasar telah diikuti.

c. Tipe tiga adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis, tipe evaluasi ini melihat secara obyektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauhman tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.

Dari pemaparan diatas maka tipe evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini diarahkan pada tipe evaluasi yang kedua. Evaluasi yang memfokuskan pada bekerjanya suatu kebijakan atau program berdasarkan petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan. Yang kemudian berangkat pada pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut: Apakah program dilaksanakan semestinya, Berapa biayanya, Siapa yang menerima manfaat dan berapa jumlahnya, Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan denga program-program lain, Apakah ukuran-ukuran dasar telah diikuti. Dengan demikian evaluasi dengan menggunakan tipe ini memiliki kecendrungan untuk menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak suatu program terhadap masyarakat ( Winarno, 2002 : 168).


(26)

☞☞

C. Tinjauan Tentang Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan

1. Ruang Lingkup PNPM mandiri Pedesaan

Dalam penjelasan Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM mandiri pedesaan (2009:1), lingkup kegiatan PNPM mandiri pedesaan pada prinsipnya adalah mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas masyarakat, pemerintah lokal, serta penyedia prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi. Visi PNPM mandiri pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kemandirian yaitu mampu mengorganisir diri untuk mobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungan, mampu mengakses sumber daya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumber daya diluar lingkungannya, serta mengelola sumber daya terdsebut dalam mengatasi kemiskinan.

Sedangkan misi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) adalah :

a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya. b. Pelembagaan system pembangunan parsifatif.

c. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal.

d. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sarana sosial dan ekonomi masyarakat.


(27)

✌ ✍

Sedangkan jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui program PNPM-MP diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria yaitu, lebih bermanfaat bagi Rumah Tangga Miskin (RTM), berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan, bias dikerjakan oleh masyarakat, didukung oleh sumber daya yang ada, memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan sebagai sumber kesejahteraan jenis-jenis kegiatan yang akan dibiayai dikategorikan sebagai berikut :

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM. b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan,

termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (non formal),

c. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi (tidak termasuk penambahan modal),

d. Penambahan permodalan untuk kelompok perempuan (SPP).

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM-MP ini yaitu, Tujuan Umum adalah Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di pedesaan dengan mendorong kemandirian dan pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Sedangkan tujuan khususnya meliputi :

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.


(28)

✎ ✏

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendaya gunakan sumber daya lokal.

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Menyediakan prasarana sarana social dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

f. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

g. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa. h. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan.

Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pedesaan pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi : Penyediaan dan perbaikan pasarana/ sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya.

a. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini.


(29)

✑ ✒

b. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.

c. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

Mekanisme pendanaan dalam program PNPM-Mandiri Pedesaan berupa bantuan langsung Masyarakat (BLM), bantuan langsung kepada masyarakat berupa dana yang akan digunakan oleh masyarakat dalam menyelengarakan kegiatan pembangunan sarana sosial dasar dan ekonomi. Bantuan ini diperuntukan pada masyarakat di Kecamatan, terutama dimanfaatkan oleh penduduk miskin. Berdasarkan penjelasan PTO PNPM Mandiri pedesaan (2009:10), Dana yang sudah disalurkan ke kelompok sasaran untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tetap dipertanggungjawabkan sesuai mekanisme PNPM-MP melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan kelompok sasaran.

2. Kegiatan Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP)

Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam.


(30)

✓6

a. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan penjelasan PTO PNPM-Mandiri Pedesaan (2009:7), kegiatan ini secara umum bertujuan untuk mencapai kesesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan memberi makna berupa : 1. Upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar ekonomi dan politik 2. Serta mengakses asset produktif.

3. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai.

Sebagai salah satu wujud keberpihakan pada perempuan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri pedesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai.

b. Ketentuan Pendanaan (Bantuan Langsung Masyarakat) BLM Dana Bantuan Langsung (BLM) adalah dana yang disediakan oleh PNPM mandiri pedesaan adalah dana yang disediakan PNPM mandiri pedesaan untuk mendanai kegiatan usaha melalui proses perencanaan dengan ketentuan alokasi dana kegiatan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) perkecamatan maksimal 25% dari alokasi BLM


(31)

✔ ✕

1. Sasaran bentuk Kegiatan Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP)

a. Sasaran program, adalah RTM yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan social dasar melalui kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang sudah ada di masyarakat.

b. Bentuk kegiatan, adalah memberikan dan pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dan pinjaman.

2. Ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), adalah : a. Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan

saling mengenal minimal satu tahun.

b. Mempunyai kegiatan simpan pijnam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang disepakati.

c. Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dan pinjaman yang diberikan pada anggota.

d. Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.


(32)

✖8

Adapun alur kegiatan yang terdapat dalam PTO,PNPM-MP 2009 yang menjadi fokus dari penelitian ini pada bab 3 (tiga) meliputi :

a. Perencanaan Kegiatan

Penjelasan mengenai perencanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah melalui tahapan sebagai berikut :

b. Sosialisasi Musyawarah Antar Desa (MAD)

Dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) sosialisasi, dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan dapat dimanfaatkan. Didalamnya adalah menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan PNPM-MP yang telah berjalan sebelumnya terutama berkaitan dengan kegiatan pelestarian sarana prasarana yang telah dibangun, serta pengelolaan kegiatan perguliran.

c. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi

Dalam Musyawarah Desa Sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP danmelakukan persiapan proses lanjutan. Dalam kegiatan ini disepakati dan ditetapkannya jadwal musyawarah desa dan perencanaan.

d. Pelatihan kader pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan (KPMD/K), KPMD yang telah terpilih dalam musyawarah sosialisai,


(33)

✗ ✘

akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM mandiri pedesaan yang diawali dengna proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat.

e. Penggalian Gagasan

Penggalian gagasan adalah untuk menemukenali gagasan-gagasan kegiatan atau kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kemiskinan yang dihadapi dan mengembangkan potensi yang ada dimasyarakat.

Adapun metode atau teknik yang digunakan dalam pembuatan peta sosial dalam pertemuan dusun sebagai berikut :

1. Penentuan klasifikasi kesejahteraan dan pemetaan sosial 2. Musyawarah penggalian gagasan

f. Musyawarah Desa Khusus Perempuan (MKP) Hasil tahapan seleksi ditingkat desa adalah :

a. Ditetapkannya usulan kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan

b. Ditetapkan usulan dari kelompok perempuan selain usulan simpan pinjam

c. Terpilihnya calon-calon wakil perempuan yang akan hadir di musyawarah antar desa.

g. Musdes perencanaan

Musdes perencanaan merupakan pertemuan masyarakat didesa yang bertujuan membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian gagasan dikelompok-kelompok/dusun.


(34)

✙ ✚

h. Penulisan Usulan desa

Penulisan usulan merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis gagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan desa yang akan di ajukan pada MAD.

i. Verifikasi usulan

Verifikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menilai kelayakan usulan kegiatan dari setiap desa untuk didanai PNPM mandiri pedesaan. Verifikasai usulan kegiatan dilakukan tim verifikasi yang di bentuk dikecamatan .

j. MAD Prioritas Usulan

MAD prioritas usulan adalah pertemuan dikecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan. Penyusunan peringkat berdasarkan atas kriteria kelayakan, penyusunan prioritas usulan-usulan SPP dilakukan secara terpisah sebelum penyusunan prioritas usulan-usulan desa lainnya. Mengenai SPP ditetapkan urutan atau peringkat usulan kegiatan SPP lainnya sesuai skala prioritas kelayakan kebutuhan masyarakat.

k. Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan

Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan usulan merupakan musyawarah untuk mengambil keputusan terhadap usulan yang akan didanai melalui PNPM mandiri pedesaan. Keputusan pendanaan harus mengacu pada peringkat usulan telah dibuat pada saat MAD prioritas usulan. Dalam kegiatan ini ditetapkan pendanaan usulan sesuai dengan keputusan MAD Prioritas Usulan.


(35)

✛ ✜

l. Musdes informasi hasil MAD

Musdes ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM-Mandiri Pedesaan yang diputuskan dalam Mad penetapan usulan. Musdes ini dilakukan baik didesa yang mendapatkan dana bantuan maupun yang tidak. Dalam kegiatan ini disosialisasikannya jadwal pelaksanaan tiap kegiatan yang dilaksanakan.

m. Pengesahan dokumen SPPB (Surat Penetapan Perjanjian Bantuan) Ketua TPK, PjOK dan ketua akan membuat SPPB, yang diketahui Kades Dan Camat atas nama Bupati, pengesahan SPPB digunakan langsung segera sesudah diterbitkan SPC, dan tidak perlu menunggu persetujuan dari kabupaten.Kelengkapan dokumen sebagai lampiran SPPB, terdiri dari :

a. Usulan kegiatan

b. RAB detail Per kegiatan c. Jadwal pelaksanaan

d. Formulir penanganan masalah dampak lingkungan e. Komitmen sumbangan dri masyarakat

f. Foto 0% dari kegiatan yang akan dibangun

b. Pelaksanaan Kegiatan

Persiapan pelaksanaan kegiatan ini lebih ditujukan kepada aspek sumber daya manusia, termasuk masyarakat, TPK, UPK, Dan seluruh pelaku PNPM-MP lainnya. Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat


(36)

✢ ✣

persiapan pelaksanaan yaitu rapat koordinasi awal di Kecamatan, Rapat persiapan pelaksanaan di Desa. Hal tersebut menimbulkan pelaksanaan kegiatan berupa :

a. Penyaluran Dana b. Pengadaan tenaga kerja c. Pengadaan bahan dan alat d. Rapat evaluasi TPK

c. Pelestarian Kegiatan

Pengelolaan kegiatan PNPM-MP harus dijamin dapat memberi manfaat kepada masyarakat secara berkelajutan bagi masyarakat (sustainable). Dalam pelestarian kegiatan ini semua pelakuPNPM-MP harus mengetahui dan mampu memahami latar belakang, dasar pemikir, prisip, kebijakan prosedur, dan mekanisme PNPM-MP secara benar. Dapat dilihat dari :

1. Hasil kegiatan yaitu hasil kegiatan PNPM-MP yang berupa prasarana simpan pinjam harus dipelihara, dikembangkan, dan dilestarikan sebagaimana sanksi yang ditentukan dari pemerintah bahwa jika hasil kegiatan tidak dikelola dengan baik seperti tidak terpelihara atau bahkan tidak bermanfaat atau pengembalian macet maka desa atau kecamatan tidak akan mendapat dana PNPM-MP untuk tahun berikutnya.

2. Proses pelestarian yaitu, tahapan pasca pelaksanaan yang dikelola merupakan tanggung jawab masyarakat. Dalam hali ini menjamin


(37)

✤✤

berfungsinya secara berkelanjutan prasarana/ sarana yang telah dibangun, kegiatan yang menunjang kualitas hidup masyarakat serta pengembangan kegiatan simpan pinjam dengan kemampuan masyarakat sendiri.

3. Komponen pendukung pelastarian, dengan penyediaan sistem dan mekanisme monitoring, evaluasi, perencanaan, dan pengendalian secara partisipatif yang memungkinkan anggota masyarakat bisa mengontrol kegiatan yang direncanakan, sedang berjalan, maupun yang sudah selesai dilaksanakan.

4. Sistem pemeliharan yaitu diarahkan kepada adanya perawatan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat secara terus menerus dimanfaatkan oleh masyarakat secara efektif dan efesien. Dalam hal ini untuk jenis kegiatan seperti SPP ditetapkan kelompok pengelola dan pemeliharaan.

5. Pengendalian

Pengendalian PNPM-MP dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjutnya. Adapun dalam pengendalian ini dilakuakan kegiatan seperti : Pemantauan dan Pengawasan, adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk memastikan apakah kegiatan tersbut sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapu jenis kegiatan pemantauan dalam PNPM-MP meliputi :


(38)

✥ ✦

a) Pemantauan partisipatif oleh masyarakat b) Pemeriksaan oleh pemerintah (FK,FD, PjOK) c) Pemeriksaan berjenjang

d) Pemeriksaan keuangan.

D. Pemberdayaan Dan Gender

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka kebebasan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-kepputusan yang mempengaruhi mereka, (Suharto, 2005:58).

a. Konsep Pemberdayaan

Dalam Suharto (2005:58), beberapa ahli mendefinisikan pengertian pemberdayaan sebagai berikut :

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995)

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan nama orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh


(39)

✧ ★

keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya, (parson, 1994)

3. Pemberdayaaan menunjuk pada usaha peningkatan kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk kepada keadaan atau hasil yang ingin di capai oleh sebuah perubahan sosial.

b. Konsep Gender

Menurut Permendagri nomor 15 tahun 2008 Tentang Pedeoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di daerah, analisis gender adalah analisis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja atau peran laki-laki dan perempuan, akses kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpiang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, suku, dan bangsa.

Berdasarkan tinjauan tersebut, maka hal yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pemberdayaan kaum perempuan melalui Program PNPM


(40)

✩6

mandiri pedesaan. Dimana kaum perempuan yang secara struktural dapat dikatakan sebagai kelompok lemah, dapat diberdayakan untuk memperoleh kekuasaan yang sama dengan laki-laki dalam memperoleh kesempatan hak-haknya sebagai manusia. Salah satu prinsip pelaksanaan program PNPM mandiri pedesaan adalah persamaan gender, pengertiannya adalah laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam berbagai tahap kegiatan, dalam proses pengambilan keputusan, serta dalam mengakses dan memonitor penggunaan sumber daya.

Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai dalam setiap proses pengambilan keputusan, termasuk dalam pelaksanaan melalui pertemuan kelompok perempuan dan keikutsertaan wakil-wakil perempuan dalam berbagai forum pengambilan keputusan. (PTO PNPM Mandiri Pedesaan 2009:6). Berdasarkan hal tersebut, program PNPM-Mandiri Pedesaan menuangkannya dalam sebuah kegiatan untuk memberdayakan kaum perempuan yaitu dengan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP).


(41)

✪ ✫

E. Kerangka Pikir

Sebuah kebijakan atau program pada hakikatnya adalah sebuah instrument yang digunakan pemerintah melakukan perubahan ekonomi, sosial, maupun sumber daya pada masyarakat. Demikian pula halnya dengan program-program pemberdayaan masyarakat yang dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan ataupun dampak yang diinginkan, untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan politik masyarakat. Program-program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu bentuk oprasionalisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan yang menjadi komitmen nasional (Wrinatnolo, 2007:132).

Berkaitan dengan kebijakan publik tentunya tidak terlepas dari adanya masalah-masalah publik. Dewasa ini pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu bentuk masalah publik yang perlu mendapatkan perhatian, yang kemudian pemerintah Indonesia merespon masalah ini dengan meluncurkan program berbasis pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat guna menanggulangi kemiskinan dan pengangguran khususnya ditingkat pedesaan.

Adapun program yang dikeluarkan pemerintah tersebut adalah Pogram Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan yang dicanangkan pemerintah pada 5 November 2008 yang berada di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa. Dalam lingkup kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) yang pada prinsipnya adalah mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan


(42)

✬8

kapasitas masyarakat, pemerintah lokal, serta penyedia sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi. Salah satu bentuk kegiatan yang didanai melalui mekanisme bantuan langsung masyarakat (BLM) dalam PNPM Mandiri Pedesaan adalah Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dalam program PNPM-Mandiri Pedesaan tahun anggaran 2009 terdapat 52 Kecamatan di Provinsi Lampung yang melakukan kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat. Salah satu lokasi yang menjadi sasaran PNPM mandiri pedesaan adalah di kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Berdasarkan hasil pra-riset yang telah saya lakukan, pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) terdapat masalah yang dianggap penting untuk diteliti. Permasalahan tersebut adalah kurangnya partisipasi masyarakat untuk menghindari musyawarah yang menjadi agenda dalam PNPM mandiri pedesaan dan adanya keterlambatan pengembalian dana pinjaman oleh kelompok yang mengakibatkan beberapa jadwal kegiatan lain menjadi terganggu.

Selalu terdapat dua kemungkinan dalam melihat pelaksanaan suatu kebijakan untuk mewujudkan tujuannya, yaitu kebijakan tersebut berhasil diimplementasikan atau kebijakan itu gagal diimplementasikannya. Tentu saja banyak faktor yang melatarbelakangi barhasil atau tidaknya implementasi suatu kebijakan, salah satu faktornya adalah kesesuaian antara pelaksanaan kebijakan dengan garis petunjuk (guide lines-nya). Maka untuk mengukur berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan diperlukan suatu kajian evaluasi kebijakan.


(43)

✭ ✮

Analisis terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) akan memberikan gambaran tentang kapasitas dan kualitas kegiatan serta melihat perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian, pelaporan yang sesuai antara kegiatan tersebut dengan petunjuk yang telah ditetapkan berdasarkan PTO 2009. Berdasarkan aktivitas tersebut akan diperoleh hasil berupa implementasi yang baik, sedang, buruk. Selanjutnya, hasil tersebut akan memberikan rekomendasi atau menetukan apakah kegiatan tersebut dapat dilanjutkan apabila hasil implementasinya baik, atau memperbaiki kegiatan apabila hasil implementasinya sedang, atau kegiatan tersebut akan dihentikan apabila hasil implementasinya buruk.

Berdasarkan alur kegiatan dati PNPM dalam PTO (2009) yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini mengkhususkan pada :

1. Perencanaan kegiatan 2. Pelaksanaan Kegiatan 3. Pelestarian kegiatan

Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara dengan tahun anggaran 2009 sebagai batasan waktu kegiatannya, yang dikhususkan pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan.

Implementasi kebijakan dalam kegiatan ini adalah pelaksanaan yang telah diambil dan diputuskan oleh aktor administratif dalam proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang ada termasuk manusia, dana,


(44)

✯ ✰

kemampuan organisasional, prosedur, teknik berkerja sama, birokrasi, dan siapa memperoleh apa untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini UPK lah yang bertugas mengawasi jalannya kegiatan SPP. Kerangka fikir yang tersebut di atas secara sederhana akan di jelaskan dalam bagan sebagai berikut :

Kerangka pikir tersebut secara senderna akan dijelaskan dalam bagan berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangaka Fikir PTO PNPM-MP 2009 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pelestarian

Kelemahan dari Kegiatan simpan pinjam perempuan (SPP)Kec, Abung Barat Kab. Lampung Utara:

1. Kurangnya partisipasi masyarakat

2. Terlambatnya pengembalian dana pinjaman

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan

Implementasi Kebijakan SPP (UPK)


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan studi yang mengkaji Analisis Implementasi kebijakan PNPM-MP dalam Kegiatan Simpan Pinjam pada Kelompok Perempuan di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun anggaran 2009. Penulis memberikan gambaran faktual dan menyeluruh mengenai objek penelitian ini.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Menurut Ronny Kuntur (2003:95) penelitian deskriptif (deskriptive research) adalah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu kejadian sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.

Menurut Moleong (2004:6), sebab data-data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian lapangan adalah data-data yang bersifat kualitatif yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat, skema, dan gambar. Penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi atau suatu kebijakan. Penelitian ini termasuk dalam jenis riset Prosess Implementation Evaluation, yaitu riset evaluasi program yang menilai sejauh mana sebuah program berjalan seperti yang dikehendaki (ditetapkan).


(46)

✱ ✲

Analisis Implementasi Kebijakan PNPM-Mandiri Pedesaan dalam kegiatan Simpan Pinjam pada Kelompok Perempuan tahun anggaran 2009. Peneliti memberikan gambaran faktual dan menyeluruh mengenai objek penelitian ini sehingga tergolong pada penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1999:42) mendefinisikan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan/lisan dari orang lain/perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Ronny Kuntur (2003:18) adalah penelitian yang datanya kualitatif, umumnya berbentuk narasi atau gambar-gambar. Mungkin saja pada penelitian kualitatif ada data berupa angka-angka tetapi sebenarnya angka-angka tersebut hanya menjelaskan sesuatu.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran-kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran-kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.


(47)

✳ ✴

B. Definisi Konseptual

Sebagaimana yang sudah disimpulkan pada hasil penelusuran pustaka maka yang dimaksud dengan analisis implementasi kebijakan PNPM-Mandiri Pedesaan dalam kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan adalah sebuah kegiatan yang didalamnya meliputi manusia, dana, kemampuan organisasional, aktor, prosedur, tehnik kerja sama, birokrasi dan siapa memperoleh apa dalam implementasi kebijakan PNPM-Mandiri Pedesaan dalam kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan dengan melalui indikator perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pelestarian kegiatan, dan pelaporan kegiatan.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan jalannya penelitian. Fokus dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab pertanyaan Analisis implementasi kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri pedesaan yang meninjau kegiatan UPK dalam melaksanakan kegiatan SPP di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi :

1. Perencanaan kegiatan 2. Pelaksanaan kegiatan 3. Pelestarian kegiatan


(48)

✵✵

D. Lokasi Penelitian

Dalam penentuan lokasi penelitian, Moleong (2004:128), menyatakan cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Sementara itu, keterbatasan geografis dan praktis waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), yaitu Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Peneliti mengambil lokasi ini berdasarkan pertimbangan, bahwa Kecamatan Abung Barat menjadi lokasi sasaran program pemberdayaan masyarakat sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara menjadi lokasi sasaran program yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan.

Pertimbangan selanjutnya adalah bersarnya jumlah dana yang digulirkan dalam PNPM dikecamatan abung barat kabupaten lampung utara ini mencapai RP. 2 miliar yang jika dikaitkan dengan katagori pendanaan berdasarkan pesentase penduduk miskin merupakan jumlah alokasi dan terbesar. Selajutnya pertimbangan terhadap waktu, biaya, dan tenaga juga menjadi faktor dominan yang menentukan lokasi penelitian.


(49)

✶ ✷

E. Sumber Data

Berdasarkan permasalahan maka sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara mendalam, obsevasi, dan dokumentasi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Peneliti memilih yang akan menjadi sumber data antara lain :

1. Informan dalam hal ini yang menjadi responden adalah

a. Tim PNPM mandiri pedesaan Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara selaku pelaksana kegiatan PNPM mandiri pedesaan tingkat kecamatan, meliputi Fasilitator Kecamatan (FK), Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK), dan Unit Pengelola Kegiatan (UPK).

b. Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD), yang berperan membahas, merumuskan dan menetapkan rencana strategis pelaksanaan kegiatan septa pelayanan usaha kelompok.

c. Kelompok masyarakat penerima Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

F. Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh hasil penelitian yang baik, diperlukan data-data yang valid dan reliable. Dengan demikian analisis data yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:


(50)

✸6

1. Wawancara Mendalam (in depth Interview)

Tehnik ini merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan wawancara atau Tanya jawab langsung dengan responden atau informan. Menurut Sugiyono (2002:96), “Wawancara dapat digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Tim PNPM mandiri pedesaan yaitu:

a. PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan). b. UPK (Unit Pelaksana Kegiatan).

c. Ketua Kelompok Simpan Pinjam Perempuan. d. Anggota kelompok simpan pinjam.

e. BKAD (Badan Kerja Sama Antar Desa) di Kacamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

2. Pengamatan (Observasi)

Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian guna memperoleh data yang faktual untuk dibandingkan dengan data yang diperoleh dari narasumber. Moh Nazir (1999:212), menyatakan bahwa pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah “cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan PNPM mandiri pedesaan. Adapun peristiwa dan kejadian yang telah diamati dalam penelitian ini meliputi :


(51)

✹ ✺

a. Papan informasi sebagai media sosialisasi UPK Kec. Abung Barat. b. Penagihan angsuran kelompok kamboja Desa Simpang Abung. c. Kegiatan usaha kelompok Al- ikhlas Desa Pengaringan.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen, arsip-arsip dan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Adapun data-data yang peneliti pelajari adalah berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dokumen-dokumen tertulis seperti surat-surat, laporan kegiatan, berita acara dokumen-dokumen tertulis, serta dokumen yang berupa foto-foto yang terkait dengan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Adapun dokumen dalam penelitian adalah :

1. Surat penetapan bantuan program PNPM mandiri pedesaan Kecamatan Abung Barat

2. Laporan perkembangan pinjaman (SPP) Kecamatan Abung Barat 2009 3. Rekapitulasi Tim verifikasi kegiatan SPP PNPM mandiri pedesaan 2009 4. Surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) PNPM mandiri pedesaan

Kecamatan Abung Barat

5. Gambaran umum kampung penerima bntuan program PNPM mandiri pedesaan


(52)

✻8

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti mengumpulkan data-data baik berbentuk dokumen, wawancara dan pengamatan maka peneliti akan melakukan :

1. Editing, adalah penelitian kembali catatan yang telah diambil dari lapangan”. Dengan cara ini penulis meneliti kembali data yang diperoleh sehingga akan terkumpul data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

Dalam hal ini peneliti melakukan pengklasifikasian data sesuai dengan urutan dan maksud tujuan dari data yang telah diperoleh peneliti untuk dirumuskan dan disesuaikan sesuai dengan kegunaaan penelitian yang ada.

2. Tabulasi, yaitu memasukan data-data kedalam table-tabel agar lebih mudah diinterpretasikan secara kualitatif. Dapat dijelaskan bahwa cara memasukan tulisan atau data-data kedalam tabel dengan cara melihat data yang diperoleh baik bentuk dokumen, observasi atau penganmatan maupun wawancara yang ditulis sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mempermudah dalam pengambilan kesimpulannya atau mudah diinterpretasikan.

3. Interprestasi, Tahap akhir dalam menganalisis data adalah mendeskripsikan hasil. penelitian melalui tabel maupun narasi diinterpretasikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian ini interpretasi dilakukan


(53)

✼ ✽

dengan menafsirkan atau menjabarkan kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara dan data dari dokumen yang ada.

H. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Fenomena yang diteliti secara deskriptif tersebut dicari informasi mengenai hal-hal yang dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:93), analisis data merupakan proses memanipulasi data hasil penelitian sehingga data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian/proses menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah diinterprestasikan.

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam akan diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan proses reduksi dan interpretasi. Model implementasi yang digunakan oleh peneliti adalah tipe evaluasi menurut Anderson dalam Winarno (2002 :167), yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini mengkhususkan pada tipe penelitian evaluasi yang memfokuskan pada bekerjanya suatu kebijakan atau program-program tertentu. Selanjutnya penelitian ini berangkat partanyaan-pertanyan dasar sebegi fokus kajiannya yang menyangkutan :


(54)

✾ ✿

1. Perencanaan kegiatan 2. Pelaksanaan kegiatan 3. Pelestarian kegiatan

Kerangka analisis diatas sudah sangat jelas dan dapat memberi informasi tentang Analisis Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Kecamatan Abung Barat. Data yang telah terkumpul selanjutnya akan ditulis dalam bentuk transaksi yang kemudian dilakukan pengelompokan atau pengatagorian dengan reduksi data yang tidak terkait dan kemudian diinterpretasikan mengarah pada definisi operasional atau fokus penelitian. Menurut Matew Milles dan Huberman (1992:16) terdapat tiga komponen analisis yaitu :

1. Reduksi data

Yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah analisa yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data mengenai implementasi kebijakan PNPM-MP di Kecamatan Abung Barat dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data terasa sesudah penelitian di lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Pada pengumpulan data terjadilah tahapan reduksi selanjutnya yaitu membuat ringkasan mengenai penelitian ini.


(55)

❀ ❁

Reduksi data sebagai proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan.

2. Penyajian Data (Display data)

Kedua pakar ini membatasi suatu penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun untuk memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif, berbagai jenis matrik, grafik dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan mudah diraih. Dalam penelitian ini penyajian data yang akan digunakan adalah bentuk teks naratif yang disertai bagan dan tabel yang isinya berkaitan dengan penelitian ini tentunya.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Dari permulaan pengumpulan data, penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola kejelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penelitian yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, kemudian lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Dan kesimpulan akhir mungkin muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada kesimpulan-kesimpulan catatan lapangan, pengodeannya,


(56)

❂ ❃

penyimpanan, metode pencairan ulang yang digunakan dan kecakapan peneliti.

peneliti melakukan verifikasi yaitu melakukan pengumpulan data-data mengenai analisis implementasi kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Kecamatan Abung Barat kemudian membuat kesimpulan, kesimpulan awal mula-mula mungkin belum jelas namun setelah itu akan semakin rinci dan mengakar dengan kokoh.

I. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman wawancara

Dalam penelitian ini digunakan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya dan digunakan untuk wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat tulis-menulis dantape recorder.

2. Pedoman Dokumentasi

Yaitu berupa dokumen-dokumen yang ada di tempat penelitian dan berupa data-data yang dapat dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat tulis dan fotokopi dokumen untuk mendapatkan data-data.


(57)

❄ ❅

3. Pedoman Observasi

Berupa pengamatan terhadap implementasi kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Kecamatan Abung Barat yaitu dengan melihat pelaksanaan program-program PNPM Mandiri yang terlaksana dan tidak terlaksana.


(58)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Kabupaten Lampung Utara

1. Fisik Geografis dan Demografi

Kabupaten Lampung Utara terletak pada 1040400 sampai 1050080 Bujur Timur 50060Lintang Selatan dan Kabupaten ini merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada diprovinsi Lampung. Kabupaten yang beribu kota di Kota Bumi, berjarak 100km dari Bandar Lampung (ibu kota Provinsi Lampung) secara administrasi, Lampung Utara terbagi dalam 23 wilayah kecamatan dan 247 desa dengan total luas wilayah 2.725.63 km❆ atau 7.72

persen dari luas Provinsi Lampung. Dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Way Kanan.

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lampung Tengah 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tulang Bawang. 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Lampung Barat.

Berdasarkan hasil estimasi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Lampung Utara tahun 2008 sebesar 588. 334. Jiwa. berdasarkan total penduduk tersebut, 51,12 persen atau sebanyak 300.784 jiwa laki-laki


(59)

❇❇

sedangkan selebihnya yaitu 48,88 persen atau sebanyak 287.550 jiwa perempuan. Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Lampung Utara sebesar 104.60.

2. Program Prioritas

Kabupaten Lampung Utara memiliki delapan program prioritas dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan kapasitas masyarakat dan sumber daya alam, adapun program prioritas tersebut adalah :

1. Peningkatan efektifitas penanguulangan kemiskinan.

2. Peningkatan Asesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan.

3. Revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta pembangunan desa.

4. Percepatan pembangunan infra struktur. 5. Peningkatan kesempatan kerja dan investasi.

6. Peningkatan efektifitas pengawasan, pelayannan publik, dan penataan. 7. Peningkatan kerukunan umat beragama, keamanan dan ketertiban. 8. Pengelolaan SDA, penanganan bencana dan pengurangan resiko


(60)

❈6

B. Kecamatan Abung Barat

1. Gambaran Umum Kecamatan Abung Barat

Kecamatan Abung Barat adalah salah satu kecamatan yang ada Di Kabupaten Lampug Utara, adapun batas wilayah Kecamatan Abung Barat :

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Way Kanan. 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lampung Tengah 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tulang Bawang. 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Lampung Barat.

Kecamatan Abung Barat yang saat ini dipimpin oleh Bapak Camat Riswan Rahman S.Sos. Memiliki luas areal daratan seluas 5.171 ha, yang secara administratif terdiri dari 14 desa/kampung, yaitu :

1. Desa Cahaya Negri 2. Desa Kistang 3. Desa Bumi Nabung 4. Desa Lepang Besar 5. Desa Simpang Abung 6. Desa Bumi Mandiri 7. Desa Kamplas 8. Desa Pengaringan 9. Desa Way Kakak 10. Desa Tanjung Harta


(61)

57

11. Desa Gunung Betuah 12. Desa Pematang Kasih

Adapun jumlah kepala keluarga sebanyak 5.897 KK terdiri dari 9.785 Jumlah laki-laki, 11.807 Jumlah Perempuan jumlak seluruh penduduk 21.592 jiwa dari segi mata pencaharian dalam sektor pertanian,perternakan selain itu sebagian lainya bekerja dalam sektor perdagangan dan jasa.

2. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Per Kampung Pada Tahun 2009

Adapun luas Dan Jumlah Penduduk Per Kampung yang terhitung di dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan 2009 (SPPB) di Kecamatan Abung Barat adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Per Kampung Pada Tahun 2009

No Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Penduduk Miskin

(Jiwa)

1. Cahaya Negri 1089 370 230

2. Kistang 540 1633 219

3. Bumi Nabung 600 308 244

4. Lepang Besar 552 958 203

5. Simpang Abung 325 500 200

6. Bumi Mandiri 250 953 250

7. Kamplas 249 412 170

8. Pengaringan 300 644 265

9. Way Kakak 298 222 34

10. Tanjung Harta 224 500 150

11. Gunung Betuah 202 300 100

12. Pematang Kasih 542 300 50


(62)

58

3. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

Jumlah penduduk Kecamatan Abung Barat jika dilihat berdasarkan pekerjaan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani yaitu berjumlah 53%, sedangkan katagori lainya hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk. Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut pekerjaan dapat dilihat paa tabel berikut ini :

Tabel 4. Penduduk Kecamatan Abung Barat Menurut Jenis Pekerjaan.

No Pekerjaan Jumlah Prosentase

1. Jumlah petani

• Petani pemilik tanah • Petani penggarap tanah • Buruh tani

2588 468 295 3351

53%

3. ABRI 38 1%

4. Pengrajin 148 2%

5. Pegawai Negeri 275 4%

6. Buruh 867 14%

7. Pedagang 410 7%

8. Peternak 899 15%

9. Pensiunan 77 1%

10. Pengangkutan 200 3%

Jumlah 6265 100%

Sumber : Data monografi Kecamatan Abung Barat 2009

Tabel 6 menunjukan mayoritas pekerjaan masyarakat Kecamatan Abung Barat adalah petani, hal ini disebabkan karna letak Kecamatam Abung Barat keadaan iklim dan luas tanah yang ada serta keahlian masyarakat dibidang pertanian sehingga warga banyak memilih menjadi petani. Dan petani ini tergolong dalam kategori pemilik tanah, petani penggarap, dan buruh petani.


(1)

B. Kecamatan Abung Barat

1. Gambaran Umum Kecamatan Abung Barat

Kecamatan Abung Barat adalah salah satu kecamatan yang ada Di Kabupaten Lampug Utara, adapun batas wilayah Kecamatan Abung Barat :

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Way Kanan. 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lampung Tengah 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tulang Bawang. 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Lampung Barat.

Kecamatan Abung Barat yang saat ini dipimpin oleh Bapak Camat Riswan Rahman S.Sos. Memiliki luas areal daratan seluas 5.171 ha, yang secara administratif terdiri dari 14 desa/kampung, yaitu :

1. Desa Cahaya Negri 2. Desa Kistang 3. Desa Bumi Nabung 4. Desa Lepang Besar 5. Desa Simpang Abung 6. Desa Bumi Mandiri 7. Desa Kamplas 8. Desa Pengaringan 9. Desa Way Kakak 10. Desa Tanjung Harta


(2)

11. Desa Gunung Betuah 12. Desa Pematang Kasih

Adapun jumlah kepala keluarga sebanyak 5.897 KK terdiri dari 9.785 Jumlah laki-laki, 11.807 Jumlah Perempuan jumlak seluruh penduduk 21.592 jiwa dari segi mata pencaharian dalam sektor pertanian,perternakan selain itu sebagian lainya bekerja dalam sektor perdagangan dan jasa.

2. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Per Kampung Pada Tahun 2009

Adapun luas Dan Jumlah Penduduk Per Kampung yang terhitung di dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan 2009 (SPPB) di Kecamatan Abung Barat adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Per Kampung Pada Tahun 2009

No Desa Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Penduduk Miskin

(Jiwa)

1. Cahaya Negri 1089 370 230

2. Kistang 540 1633 219

3. Bumi Nabung 600 308 244

4. Lepang Besar 552 958 203

5. Simpang Abung 325 500 200

6. Bumi Mandiri 250 953 250

7. Kamplas 249 412 170

8. Pengaringan 300 644 265

9. Way Kakak 298 222 34

10. Tanjung Harta 224 500 150

11. Gunung Betuah 202 300 100

12. Pematang Kasih 542 300 50


(3)

3. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

Jumlah penduduk Kecamatan Abung Barat jika dilihat berdasarkan pekerjaan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani yaitu berjumlah 53%, sedangkan katagori lainya hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk. Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut pekerjaan dapat dilihat paa tabel berikut ini :

Tabel 4. Penduduk Kecamatan Abung Barat Menurut Jenis Pekerjaan.

No Pekerjaan Jumlah Prosentase

1. Jumlah petani

• Petani pemilik tanah • Petani penggarap tanah • Buruh tani

2588 468 295 3351

53%

3. ABRI 38 1%

4. Pengrajin 148 2%

5. Pegawai Negeri 275 4%

6. Buruh 867 14%

7. Pedagang 410 7%

8. Peternak 899 15%

9. Pensiunan 77 1%

10. Pengangkutan 200 3%

Jumlah 6265 100%

Sumber : Data monografi Kecamatan Abung Barat 2009

Tabel 6 menunjukan mayoritas pekerjaan masyarakat Kecamatan Abung Barat adalah petani, hal ini disebabkan karna letak Kecamatam Abung Barat keadaan iklim dan luas tanah yang ada serta keahlian masyarakat dibidang pertanian sehingga warga banyak memilih menjadi petani. Dan petani ini tergolong dalam kategori pemilik tanah, petani penggarap, dan buruh petani.


(4)

4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk Kecamatan Abung Barat jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas penduduknya adalah tamatan SD yaitu berjumlah 46%, sedangkan kategori tingkat pendidikan lainnya hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk. Untuk mengetahui data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat berikut ini :

Tabel 5. Data Penduduk Kecamatan Abung Barat Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. Belum sekolah 355 5%

2. Tidak tamat SD 467 7%

3. Tamat SD/sederajat 3119 46%

4. Tamat SLTP/SLTP 1315 19%

5. Tamat SLTA/sederajat 687 10%

6. Tamat akademi/sederajat 28 1%

7. Tamat perguruan tinggi 71 1%

8. Buta huruf 742 11%

Jumlah 6784 100%

Sumber : Data Monografi Kecamatan Abung Barat 2009

Dari data-data diatas dapat di simpulkan bahwa data penduduk berdasarkan data luas tanah, data jumlah keselurukan penduduk penduduk, data jumlah penduduk rumah tangga miskin, data pekerjaan dan data pendidikan menjadi hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Pedesaan di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Dengan jumlah 53% anggota keluarga miskin yang harus di perdayakan dan diperhatikan sesuai dengan Pedoman Teknis Operasional (PTO 2009:1) yaitu


(5)

tujuan umum PNPM-Mandiri Pedesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin dipedesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

C. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Abung Barat

Unit pengelola kegiatan (UPK) merupakan satuan kerja dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan pad tingkat kecamatan, peran Unit pengelola kegiatan (UPK) adalah sebagai unit pengelola dan operasional palaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Pedesaan di antar desa termasuk mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan di kecamatan. Pengurus UPK terdiri dari ketua, sekertaris, dan bendahara. Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) berasal dar anggota masyarakat desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah antar desa. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kecamatan abung barat beralamat di Jalan Lintas Sumatera Kecamatan Abung Barat dengan struktur kepengurusan sebagai berikut :


(6)

Sumber : Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Abung Barat

Gambar 2. Struktur Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Abung Barat Tahun 2009

Sebagai pengelola kegiatan PNPM-Mandiri Pedesaan di tigkat kecamatan, Unit Pelaksanaan Kegiatan (UPK) memiliki tugas dan tanggung jawab dalam seluruh pengelolaan dana PNPM-Mandiri Pedesaan di kecamatan, bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi dan pelaporan seluruh transaksi, pengelolaan dokumen PNPM-Mandiri Pedesaan serta melakukan pembinaan terhadap kelompok peminjam.

BENDAHARA Akhbari BBA SEKERTARIS

BAMBANG SUSILO

KETUA YUSMALINDA