BAB V PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

BAB V
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
A. Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kejayaan Nasional
1. Masa Kerajaan Sriwijaya
• Pada abad ke VII-XII (kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan)
• Bahasa melayu kuno
• Kekuasaan Sriwijaya menguasai selat Sunda (686 M), kemudian selat Malaka
(775 M)
• Cita-cita kesejahteraan bersama “marvuat Vannua Criwijaya Siddhayatra
Subhika” (suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur). (Kaelan, 1999: 27).

1)
2)
3)
4)
5)






1)


2)
3)

4)

Nilai-nilai budaya bangsa semasa kerajayaan Sriwijaya telah menunjukkan
nilai-nilai Pancasila, yaitu:
Nilai sila Pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai.
Nilai sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India.
Nilai sila Ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
Nilai sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi Siam (Indonesia sekarang), dan semenanjung Melayu.
Nilai sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayaran dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

2. Masa Kerajaan Majapahit
XIII-XVI (kerajaan Majapahit di Jawa Timur)
Zaman keemasan Majapahit terjadi pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk
dengan Mahapatih Gajah Mada.
Wilayah kekuasaan membentang dari semenanjung Melayu sampai ke Irian
Jaya.
Nilai-nilai budaya bangsa semasa kerajayaan Majapahit telah menunjukkan
nilai-nilai Pancasila, yaitu:
Pengamalan Ketuhanan YME telah terbukti pada waktu agama Hindu dan
Budha hidup berdampingan secara damai.
Empu Prapanca menulis Negarakartagama (1365) yang di dalamnya terdapat
istilah Pancasila.
Empu Tantular menulis buku Sutasoma dimana terdapat satu slogan “Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” .
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, dan Kamboja.
Nilai persatuan telah terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada yang diucapkannya pada
Sidang Ratu dan menteri2 pada tahun 1331.
Nilai musyawarah dan mufakat juga telah dilakukan oleh system

pemerintahan kerajaan Majapahit.

5) Perwujudan nilai keadilan sosial adalah kerajaan sangat menopang
kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
1. Perjuangan sebelum abad XX
• Latar belakang penjajahan karena sumber daya alam (SDA)
• Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda.
• Penjajahan terjadi di setiap daerah yg melahirkan perlawanan: Patimura
(1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837), Diponegoro di Mataram
(1825-1830), Badaruddin di Palembang (1817), Pangeran Antasari di
Kalimantan (1860), Jelantik di Bali (1850), Anang Agung Madi di Lombok
(1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di Aceh (1873-1904),
Si Singamangaraja di Batak (1900).
2. Kebangkitan Nasional 1908
• Membangun kesadaran pentingnya bernegara.
• Dibentuk organisasi politik: Budi Utomo (20 Mei 1908), Serikat Dagang Islam
(1909) berubah menjadi Serikat Islam (1911) dipimpin H.O.S Tjokroaminoto,
Indische Parti (1913) dipimpin Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, Ki Hajar
Dewantara.

3. Sumpah Pemuda 1928
• Dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto, dll.
4. Perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang
• Pada tanggal 7 Desember 1942 Jepang masuk ke Indonesia
• Penyerahan Indonesia dari Belanda ke Jepang (peristiwa Kalijati pada tgl 8
Maret 1942).
• Jepang berjanji memberikan kemerdekaan dari penjajah Belanda, tapi
kekejamnya sama halnya dengan Belanda.
C. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
1. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945
• 29 April 1945; Dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)
• 29 Mei 1945 BPUPKI mengadakan sidang pertama. Beberapa tokoh berbicara
pada sidang tersebut. Ir. Muhamad Yamin: 1) Perikebangsaan, 2)
perikemanusiaan, 3) periketuhanan, 4) perikerakyatan, dan 5) kesejahteraan
rakyat.
• 1 Juni 1945, Ir Soekarno sidang di hari ketiga. 1) Kebangsaan Indonesia, 2)
Internasionalisme, 3) Mufakat (demokrasi), 4) Kesejahteraan sosial, 5)
Ketuhanan YME. Dan pada tanggal itu BPUPKI mengesahkan Pancasila
sebagai dasar negara.



Piagam Jakarta (22 Juni 1945). Sembilan tokoh ialah Ir Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Mr. A.A.Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Moezakir, Haji
Agus Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Mr. Muh. Yamin.
Piagam Jakarta dengan rumusan Pancasila yaitu:
1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya,

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• 10 – 16 Juli 1945; Menetapkan Rancangan UUD 1945.
2. Proklamasi kemerdekaan dan pengesahan UUD 1945
• 9 Agustus 1945; BPUPKI dibubarkan karena telah menyelesaikan tugasnya
dan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
• 17 agustus naskah proklamasi kemerdekaaan Indonesia.
• 18 Agustus 1945; PPKI mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945
dan UUD 1945, memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil PPKI (Ir. Sukarno

dan Drs. Mohamad Hatta) masing-masing menjadi Presiden dan Wakil
Presiden, Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Komite
Nasional Pusat (KNP).
3. Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia
• 27 Desember 1949 tentang Konstitusi RIS (1949-1950);
1) Ratu Belanda Juliana menandatangani piagam pengukuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat (RIS) di Amsterdam.
2) Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam Mukadimah Konstitusi RIS
1945 dengan perumusan yaitu; 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Peri
Kemanusiaan, 3. Kebangsaan, 4. Kerakyatan dan 5. Keadilan Sosial.
• 1950 tentang UUDS (1950 – 1959); Pembubaran RIS karena Indonesia lebih
cocok negara kesatuan (Unitary State), bukan negara serikat (Federation
State).
• 1959 tentang Dekrit Presiden; kembali Ke UUD 1945 karena Badan
Konstituante hasil pemilu 1955 tidak berhasil memantapkan UUD yang baru
pengganti UUDS 1950.