Tabel 3.4. Koefisien kontinuasi ke atas Telford et al, 1990
i r
i
Kr
i
,1 Kr
i
,2 Kr
i
,3 Kr
i
,4 Kr
i
,5 0.11193
0.04034 0.01961
0.01141 0.00742
1 1
0.32193 0.12988
0.06592 0.03908
0.02566 2
√2 0.06062
0.07588 0.05260
0.03566 0.02509
3 √5
0.15206 0.14559
0.10563 0.07450
0.04611 4
√8 0.05335
0.07651 0.07651
0.05841 0.07784
5 √13
0.06556 0.09902
0.10226 0.09173
0.11986 6
5 0.06650
0.11100 0.12921
0.12921 0.16159
7 √50
0.05635 0.10351
0.13635 0.15474
0.14106 8
√136 0.03855
0.07379 0.10322
0.12565 0.09897
9 √274
0.02273 0.04464
0.06500 0.08323
0.09897 10
25 0.03015
0.05998 0.08917
0.11744 0.14458
3.5. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal
dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional Breiner, 1973. Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regional dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana
peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
3.6. Interpretasi Data Geomagnetik
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya. Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
3.7. Analisa Spektrum
Analisa spektrum dilakukan dengan cara men-transformasi Fourier lintasan yang telah ditentukan. Secara umum, suatu transformasi Fourier adalah menyusun
kembali mengurai suatu bentuk gelombang sembarang ke dalam gelombang sinus dengan frekuensi bervariasi dimana hasil penjumlahan gelombang-
gelombang sinus tersebut adalah bentuk gelombang aslinya. Untuk analisa lebih lanjut, amplitudo gelombang-gelombang sinus tersebut didisplay sebagai fungsi
dari frekuensinya.
Untuk analisa spektrum satu dimensi, data anomali medan magnetik yang terdistribusi pada suatu penampang lintang cross section dapat diekspansi dalam
deret Fourier Blakely, 1995, yaitu : ∆� �
�
= cos
� �
�
+ sin
� �
�
=0
dengan : n
= 0,1,2,3,…. L = setengah panjang interval cuplik
N = jumlah maksimum data pada arah x x
i
= interval cuplik dalam arah x λ
n
= ½ untuk n = 0 dan 1 untuk n 0 A
n
= koefisien suku cosinus. 3.14
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tugas Akhir ini dilakukan dari tanggal 15 Maret sampai tanggal 23 September 2014 di Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung.
4.2 Alat dan Bahan
Ada pun alat dan bahan yang digunakan pada Kerja Praktik ini : 1.
Data magnetik daerah Panas Bumi Ulubelu Data Primer. 2.
Data penunjang seperti nilai bacaan alat, nilai koreksi harian, nilai koreksi IGRF, nilai anomali magnet total AMT, peta geologi daerah, koordinat
titik pengukuran magnetik, dan waktu pengukuran. 3.
Peta dasar untuk membuat peta. 4.
Laptop. 5.
Software Ms. Excel, Surfer 10, MagPick, dan Mag3D, Matlab. 6.
Koneksi internet.
4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Peta Anomali Magnet
Dari data magnetik yang diperoleh dilapangan setelah dilakukan koreksi IGRF dan koreksi harian, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data
untuk membuat peta kontur anomali magnetik total menggunakan perangkat