Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Adat, Hukum Perdata (Staatsblad 1917 No. 129) Dan Hukum Islam

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT MENURUT HUKUM ADAT,
HUKUM PERDATA (STAATSBLAD
1917 No. 129) DAN HUKUM ISLAM

TESIS

Oleh :

M.Rizal
992105056/ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2002
M.Rizal : Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Adat, Hukum Perdata (Staatsblad 1917…, 2002
USU Repository © 2007

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT MENURUT HUKUM ADAT,KUH. PERDATA DAN
HUKUM ISLAM
M.Rizal 1

H. Abdullah Syah 2
Hj. Fathul Djannah 3
OK. Saidin 4
INTISAR1
Anak adalah merupakan generasi penerus keluarga dan cita-cita bangsa, oleh
karena itu di zaman reformasi dewasa ini perhatian besar haruslah ditujukan pada
pembinaan generasi penerus, karena apabila di dalam suatu negara terdapat banyak anak
tarlantar maka hal ini amatlah disayangkan. Salah satu partisipasi nyata yang terealisir dewasa
ini adalah diperbolehkannya mengangkat anak oleh keluarga-keluarga yang ingin
mengasuhnya, mengingat bunyi Undang-undang No.4 Tahun 1979, bahwa pengangkatan anak
adalah merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan anak.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Metode pendekatan yang digunakan
adalah yuridis normatif dan yurudis sosiologis, lokasi penelitian b e r a d a d i K o t a
Medan.
Populasinya
orang
yang
pernah
mengajukan permohonan
pengangkatan anak di kota Medan, sampelnya adalah masyarakat yang berada di empat

Kecamatan yaitu, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan
Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Belawan, yang berjumlah 20 orang sebagai
responden dan ditambah dengan 12 orang informan, yang berasal dari Hakim/Panitera
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama (4 orang), Ulama (1 orang), Dinas Sosial (1
orang), Yayasan Ade Irma Suryani (1 orang) dan Pengetua adat (5 orang). Pengumpulan data
dilakukan dengan quesioner, wawancara dan studi kepustakaan. Data dianalisis secara logis
sistematis dengan metode induktif dan deduktif
Pengangkatan anak ini tunduk pada hukum yang berbeda-beda yaitu, pengangkatan
anak yang tunduk pada hukum adat, pengangkatan anak yang tunduk pada KUH. Perdata
yang diatur secara tersendiri pada Staatsblad 1917 No. 129 dan pengangkatan anak yang
tunduk pada Hukum Islam. Pada hukum Adat pengangkatan anak ini tidak memerlukan
adanya putusan seorang Hakim, pengangkatan anak cukup disaksikan oleh ketua Adat dan
masyarakat setempat, yang dilakukan dengan cara terang dan tunai. Kedudukan anak
angkat pada hukum Adat ini berbeda

-beda, bergantung pada sistem hukum kekeluargaan yang terdapat pada hukum adat
M.Rizal : Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Adat, Hukum Perdata (Staatsblad 1917…, 2002
USU Repository © 2007

tersebut. Pada hukum adat yaag mempunyai sistem hukum kekeluargaan yang bersifat

patrilineal (adat Batak Toba dan Batak Kara), kedudukan anak angkat sama dengan anak
kandung, anak angkat masuk ke dalam lingkungan kekerabatan geneologis marga ayah
angkatnya, tetapi dalam hal mewaris anak angkat hanya dapat mewarisi harta gonogini
keluarga angkatnya, sedang harta pusaka jatuh pada keluarga ayah a n g k a t n y a . P a d a
m a s y a r a k a t y a n g m e m p u n y a i s i s t e m h u k u m kekeluargaan yang bersifat matrilineal
(hukum adat Minangkabau), kedudukan anak angkat tidak sama dengan anak kandung,
dan pada hukum adat yang rnempunyai sistem hukum kekeluargaan yang bertsifat
parental atau bilateral (adat Jawa dan adat Melayu), yaitu pada adat Jawa anak angkat ini
disebut dengan "ngangsu sumur loro", yaitu mempunyai dua sumber warisan yang berasal
dari sebacjian harta peninggalan orang tua angkatnya (hibah atau wasiat wajibah; dan
warisan dari orang tua k andun gny a. Pad a huku m ad at Melay u an ak angk at tid ak
sama kedudukannya dengan anak kandung sehingga anak angkat tidak mewaris dari
harta peninggalan orang tua angkatnya. Pada KUH. Perdata sebenarnya tidak
mengatur tentang pengangkatan anak, namun karena kebutuhan masyarakat Tionghoa,
maka pungangkatan anak tersebut diatur secara tersendiri dalam Staatsblad 1917 No. 129.
Pengangkatan anak tersebut memutuskan hubungan keperdataan si anak dengan orang tua
kandungnya, sehingga si anak berkedudukan sebagai anak kandung. Dalam Hukum
Islam Pengangkatan anak ini hanya bersifat tolong menolong. Ajaran Islam mendorong
seorarlg muslim untuk memelihara anak orang lain yang tidak mampu, miskin, terlantar
dan lain sebagainya, dan menganggapnya sebagai suatu amal dan tidak memutuskan

hubungan nasab antara si anak dengan orang tua kandungnya, sehingga kedudukan anak
angkat tersebut tidak sama dengan anak kandung.

Kata Kunci : Kedudukan
Anak Angkat
Hukum

M.Rizal : Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Adat, Hukum Perdata (Staatsblad 1917…, 2002
USU Repository © 2007

THE POSITION OF ADOPTED CRLD ACCORDING TO CUSTOM LAW, CIVIL LAW AND
ISLAMIC LAW
M.Rizal 1
H. Abdullah Syah 2
Hj. Fathul Djannah 3
OK. Saidin 4
ABSTRACT
Child is a young generation of the family and nation, therefore, it is necessary to pay
attention to the building and development of young generation to avoid uncared children.
A real participation is the concession for adoption of child by the families who need child

according to the regulation No. 4 of 1979 said that adoption of child is one effort to increase the
child prosperous.
This is a descriptive analytics research. Applied approach method is normative juridis and
sociological juridis and this research hold at Medan. Its population is people who submit
application for child adoption in. Medan, and its sample are people at four sub district, namely Sub
district of West Medan, Medan Tembung, Medan Sunggal, and Medan Belawan, Le 20 sample as
respondents and 12 informans that consists of 4 informants from judges office, 1 of Ade
Irma Suryani Foundation and 5 society figures. The data is collected by using questionnaire,
interview and library research. Data are analyzed systematic logically in inductive and
deductive methods.
The adoption of child order to the different laws, i.e. the adoption of child based on
custom law, civil law that regulated specifically in Staatsblad. 1917 No. 129 and
based on the Islam law. According to the custom law, the adoption of child did not require
a Judge's decision. It o n l y r e q u i r e s w i t n e s s e s f r o m C u s t o m f i g u r e a n d t h e s o c i e t y
i n transparency and cash. The position of adopted child in the custom law is different depend on
the familial law system applied in the custom. In the custom law applied patrilineal (such as
batak Toga and Batak Karo), the position of adopted Childs enter are similar to the own flesh
child in which the adopted child enter the genealogical familial environment of his
adopted father and. the adopted child only has a right on the common properties of his
adopted father while the inheritance of the family to be the


1.
2.
3.
4.

Faculty of Syari'ah, State Islamic Institute of North Sumatera
Faculty of Syari' ah, State Islamic Institute of North Surnatera
Faculty of Syari’ah, State Islamic Institute of North Sumatera
Faculty of Law North Sumatera University

M.Rizal : Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Adat, Hukum Perdata (Staatsblad 1917…, 2002
USU Repository © 2007

owning of his adopted father's family. In the society applied matrilineal (such as
Minangkabau), the position of adopted child is not equal to the owns flesh child and for thesociety applied parental or bilateral system (such as Java and Malay) where in Java custom
the adopted child called as "ngansu sumur loro" i.e has two inheritance resources from his
adopted father (liabilities inheritance) and the inheritance of his parents. While in Malayu tradition,
the adopted child did not get inheritance from his adopted father. According to civil law, this is not
regulate specifically, but for the requirement of Chinese society, the adoption of child is

regulated separately in Staatsblad 1917 No. 129. The adoption of child break down the civil
relationship of the child to his/her parents. The Islam dogmatic encourage a muslim to care the
order Childs who is poor, uncared, etc. and to assume it as social deed, and did not break down
the relationship of the child to his/her parents, so its position is not similar to the owns flesh child.

Keyword

:

Position
Adopted
Law

M.Rizal : Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Adat, Hukum Perdata (Staatsblad 1917…, 2002
USU Repository © 2007