Kecukupan dan Status Gizi Siswa SMU Dharma Pancasila Medan Serta Kaitannya Dengan Indeks Prestasi

H
HA
ASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
AN
N

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA
SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA
DENGAN INDEKS PRESTASI
Jumirah1, Zulhaida Lubis1, dan Muhammad Firdaus2
1

Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
2
Staf Pengajar Departemen Fisika FMIPA USU

ABSTRACT
The objective of the study was to analyze the association of nutritional status and
academic performance (academic record) among Senior High School students of
Dharma Pancasila Medan. A sample−38 students− was taken purposively from the

certain class. Data collected were body weight, body height, academic record, and
food consumption of students. Above of 50% of students (22 persons) were in
normal nutritional status. Fourteen of students (36,84%) were lean. Meanwhile,
two of them were obese. The level of energy and protein intake was very low. The
number of students who had balance food consumption were 10 (26,32%) and 17
persons (44,74%), for carbohydrate and fat contribution, respectively. In average,
students were able to satisfy the requirement of vitamin A, but vitamin C and iron.
It could be concluded that there was no significant relationship between nutritional
status and academic record among senior high schools.
Key words: The sufficiency of nutrient, Nutritional status, Academic record, Senior
high school students
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa atau
periode yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan fisik dan mental yang demikan
pesat. Masa remaja dengan masalahnya
seringkali mendapat perhatian dan selalu
menarik
untuk

dibicarakan
karena
merupakan kelompok dalam masa transisi
penuh dengan keadaan kritis, sebagai
generasi penerus dan penerima tongkat
estafet pembangunan bangsa.
Tahap-tahap
tumbuh
kembang
remaja menurut Soetjiningsih (1995) yakni
berdasarkan hasil rapat Kerja UKK Pediatri
Sosial di Jakarta, Oktober 1986 dibagi atas:
1) Masa remaja dini (wanita, usia 8-13 tahun
dan pria, usia 10-15 tahun); dan 2) Masa
remaja lanjut (wanita, usia 13-18 tahun dan
pria, usia 15-20 tahun).

Pertumbuhan fisik dan mental yang
pesat pada masa remaja dipengaruhi oleh
banyak faktor. Gizi merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan
fisik, baik pada masa pra pubertas maupun
pada masa post pubertas. Selain itu aspek
gizi juga dapat menentukan tingkat aktivitas
fisik, aktivitas intelektual, serta produktifitas
kerja. Namun banyak remaja tidak
memperdulikan masalah gizi termasuk jenis
dan jumlah yang dikonsumsi setiap hari
sehingga masih banyak ditemukan kasus
kekurangan gizi dan kelebihan gizi.
Sistem nilai, sikap dan kebiasaan
yang dibawa oleh remaja mengalami
pengolahan dalam kelompok dan sebagai
hasilnya maka ada sistem nilai, sikap dan
kebiasaan baru yang terbentuk. Ada tiga
sumber kekuatan lingkungan dalam masyarakat
yang mempengaruhi perkembangan remaja,
yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan sosial remaja itu


91
Universitas Sumatera Utara

sendiri. Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi
makanan remaja tidak tergantung sematamata pada pola makan keluarga, tetapi juga
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
penampilan diri, panutan (idola), media,
kultur dan harapan sosial yang berkaitan
dengan bentuk serta ukuran tubuh, dan
kedekatan penyalur makanan.
Ditinjau dari segi pola konsumsi
makanan, remaja merupakan kelompok yang
peka terhadap pengaruh lingkungan luar
seperti maraknya iklan makanan siap santap
(fastfood) yang umumnya mengandung
kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan
rendah serat. Hal ini memungkinkan
terjadinya kasus kegemukan di kalangan
remaja (Suyanti. 2000). Sementara disisi lain
juga mereka terpengaruh dengan iklan obatobat pelangsing yang seringkali berdampak

negatif
terhadap
kondisi
kesehatan
(Muhammad Sahlan. 2002). Pergeseran pola
konsumsi nampak jelas di perkotaan,
misalnya penelitian di lima kota besar di
Indonesia menunjukkan bahwa 15-20%
remaja terbiasa mengkonsumsi makanan siap
santap ‘Barat’ untuk makan siangnya
(Mudjianto, dkk. 1993).
Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
keadaan gizi dan kecukupan gizi di kalangan
remaja atau siswa sekolah menengah umum
tingkat atas di daerah perkotaan serta
kaitannya dengan prestasi belajar mereka.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian survei
bersifat deskriptif, yang dilakukan dengan

pendekatan sekat silang. Lokasi penelitian
adalah Sekolah Menengah Umum (SMU)
Dharma Pancasila di Jalan Dr.Mansyur no.71
C Medan. Pengumpulan dan analisis data
dilakukan selama 2 bulan (8 minggu), yaitu
pada bulan Juni s.d. Juli 2003.
Populasi adalah semua siswa SMU
Dharma Pancasila tahun 2003. Sampel
ditentukan secara purposive, hanya diambil

dari satu kelas berdasarkan kesepakatan dan
izin yang diberikan dari pihak pimpinan
sekolah tersebut.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data
primer dan sekunder. Data primer meliputi
data berat badan, tinggi badan, serta data
konsumsi makanan. Untuk mengukur berat
badan digunakan timbangan injak dengan
kapasitas 120 kg. Tinggi badan diukur
dengan menggunakan “microtoise”. Data

konsumsi makanan diperoleh melalui
wawancara dengan metode “recall” 24 jam.
Data sekunder adalah data prestasi belajar
siswa yang diambil dari hasil ujian semester
pada bulan juni 2003. Untuk menilai status
gizi siswa digunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT), yakni berat badan dalam kg dibagi
dengan tinggi badan dalam meter kuadrat
(Supariasa dan Ibnu Fajar, 2001; Jelliffe,
1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Status Gizi Siswa SMU
Dharma Pancasila Medan
Dari penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh gambaran status gizi siswa
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
seperti tertera pada Tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38
siswa SMU Dharma Pancasila Medan, 22
orang mempunyai status gizi normal (baik),

14 orang tergolong kurus dan 2 orang
tergolong gemuk. Dari 2 orang yang
tergolong gemuk salah satunya termasuk
pada gemuk tingkat berat dengan jenis
kelamin perempuan. Sedangkan dari 14
orang yang tergolong kurus, 5 orang di
antaranya termasuk kurus tingkat berat.
Distribusi status gizi siswa menurut jenis
kelamin terlihat hampir sama antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan.
Fenomena di atas merupakan
cerminan kondisi masalah gizi yang dihadapi
Indonesia pada saat ini meskipun dalam

Tabel 1. Distribusi status gizi siswa SMU Dharma Pancasila Medan
Jenis Kelamin
Status Gizi

Laki-laki
n


Gemuk
Normal
Kurus
Total

92

%
1
4
7
12

50,0
18,2
50,0
31.58

Perempuan

n
%
1
50,0
18
81,8
7
50,0
26
68.42

Jumlah
n

%
2
22
14
38


100
100
100
100

Kecukupan dan Status Gizi Siswa SMU Dharma Pancasila (91–96)
Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Muhammad Firdaus
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Distribusi tingkat kecukupan energi menurut jenis kelamin siswa SMU Dharma Pancasila
Medan
Tingkat Kecukupan Energi

Laki-laki
n

Sangat rendah
Rendah
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total

9
2
1
0
0
12

Jenis Kelamin
Perempuan
%
n
%
45,0
11
55,0
100,0
0
0,0
16,7
5
83,3
0,0
3
100,0
0,0
7
100,0
31,6
26
68,4

Jumlah
n

%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0

20
2
6
3
7
38

Tabel 3. Distribusi tingkat kecukupan protein berdasarkan jenis kelamin siswa SMU Dharma
Pancasila Medan
Tingkat Kecukupan Protein

Laki-laki
n

Sangat rendah
Rendah
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total

6
2
0
0
4
12

lingkup yang sangat kecil, yaitu di satu sisi
masalah gizi kurang belum dapat di atasi di
sisi lain permasalahan gizi lebih cenderung
meningkat. Bila dikaitkan dengan tingkat
kecukupan konsumsi energi para siswa
sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya
masalah gizi kurang dan gizi lebih terlihat
ada relevansi ke arah tersebut.
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein
Siswa SMU Dharma Pancasila Medan
Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian
besar tingkat kecukupan energi siswa
tergolong sangat rendah. Akan tetapi, juga
ditemukan
beberapa
siswa
yang
mengkonsumsi energi melebihi angka
kecukupan bahkan tergolong sangat tinggi,
yakni sebanyak 7 orang. Distribusi tingkat
kecukupan energi siswa menurut jenis
kelamin
menunjukkan
bahwa
siswa
perempuan cenderung mempunyai tingkat
kecukupan energi tergolong tinggi dan sangat
tinggi dibandingkan siswa laki-laki.
Dari temuan tentang gambaran
tingkat kecukupan energi siswa SMU di atas
memperlihatkan bahwa secara umum
konsumsi energi para siswa belum memadai
dan belum sesuai dengan anjuran kecukupan.
Jika mengacu pada Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS), konsumsi energi mereka
juga masih belum sesuai. Hal ini dapat dilihat
dari temuan penelitian tentang gambaran
konsumsi karbohidrat sebagai sumber energi

Jenis Kelamin
Perempuan
%
n
%
37,5
10
62,5
66,7
1
33,3
0,0
3
100,0
0,0
1
100,0
26,7
11
73,3
31,6
26
68,4

Jumlah
n
16
3
3
1
15
38

%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0

utama para siswa seperti terlihat pada Tabel
4, yakni hanya 10 orang (26,32%) yang
mengkonsumsi karbohidrat sebesar 50-60%
dari total kebutuhan energi atau sesuai anjuran
PUGS. Sementara yang mengkonsumsi
karbohidrat kurang dari 50% total kebutuhan
energi paling banyak, yakni 15 orang
(39,47%), dan selebihnya mengkonsumsi
karbohidrat lebih dari 60% total kebutuhan
energi, yakni 13 orang (34,21%). Fenomena
tersebut
mempunyai
implikasi
bahwa
pemahaman tentang PUGS pada siswa atau
para remaja mutlak diperlukan, hal ini dapat
dicapai melalui program penyuluhan atau
sosialisasi PUGS ke sekolah-sekolah.
Demikian juga temuan mengenai
tingkat kecukupan protein para siswa yang
menunjukkan lebih dominan pada kategori
sangat rendah sebanyak 16 orang (42,11%)
dan sangat tinggi sebanyak 15 orang (39,47%).
Sementara yang tergolong baik hanya 2 orang
(5,26%), selebihnya rendah dan tinggi masingmasing 3 orang dan 1 orang. Kondisi ini harus
diwaspadai dan harus segera diantisipasi agar
tidak berlangsung lebih lama lagi, mengingat
pada usia mereka yang masih tergolong usia
remaja, di mana proses pertumbuhan fisik
masih berlangsung. Untuk mendukung proses
pertumbuhan tersebut secara optimal
diperlukan zat gizi yang penting bagi
pertumbuhan yaitu asam amino-asam amino
esensial dari protein makanan dalam jumlah
cukup dan kualitas yang memadai.

Kecukupan dan Status Gizi Siswa SMU Dharma Pancasila (91–96)
Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Muhammad Firdaus

93
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Distribusi sumbangan karbohidrat berdasarkan jenis kelamin siswa SMU Dharma
Pancasila Medan
Sumbangan KH (%)
< 50
50-60
>60
Total

Tabel 5.

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
4
26,7
11
73,3
4
40,0
6
60,0
4
30,8
9
69,2
12
31,6
26
68,4

Jumlah
n

%
100,0
100,0
100,0
100,0

15
10
13
38

Distribusi sumbangan lemak terhadap kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin
siswa SMU Dharma Pancasila Medan
Sumbangan Lemak (%)
< 15
15 – 25
> 25
Total

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
1
14,3
6
85,7
8
47,1
9
52,9
3
21,4
11
78,6
12
31,6
26
68,4

Jumlah
n
7
17
14
38

%
100,0
100,0
100,0
100,0

Tabel 6. Distribusi Kecukupan zat besi (Fe) berdasarkan jenis kelamin siswa SMU Dharma
Pancasila Medan
Kecukupan Fe (%)
< 100
≥ 100
Total

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
10
35,7
18
64,3
2
20,0
8
80,0
12
31,6
26
68,4

Konsumsi Karbohidrat dan Lemak Siswa
SMU Dharma Pancasila Medan
Pada Tabel 4 menunjukkan sumbangan
karbohidrat terhadap kecukupan energi siswa
hanya 10 orang yang sesuai dengan anjuran
PUGS yaitu pada tingkat 50-60 %. Sebanyak
15 orang mempunyai sumbangan energi dari
karbohidrat masih berada di bawah 50 % dan
13 orang di atas 60 %.
Berdasarkan
temuan
penelitian
mengenai konsumsi lemak menunjukkan
bahwa sebagian besar konsumsi lemak para
siswa tergolong cukup atau sesuai dengan
anjuran PUGS, yakni antara 15-25% total
kebutuhan energi sehari sebanyak 17 orang
(44,74%). Tetapi di samping itu ditemukan
juga siswa yang mengkonsumsi lemak
melebihi anjuran PUGS sebanyak 14 orang
(36,84%), 11 orang di antaranya terdapat
pada siswa putri. Keadaan ini juga perlu
diwaspadai, mengingat konsumsi lemak yang
berlebihan mempunyai risiko kegemukan,
yang dari segi penampilan fisik terlihat
kurang menarik dan dari segi kesehatan
merupakan salah satu faktor timbulnya
permasalahan penyakit degeneratif pada usia
lebih dini.

94

Jumlah
n
28
10
38

%
100,0
100,0
100,0

Konsumsi Zat besi (Fe) Siswa SMU
Dharma Pancasila Medan.
Konsumsi zat besi para siswa
menunjukkan lebih banyak siswa yang
tergolong kurang atau di bawah 100% angka
kecukupan sehari (28 orang) dari pada siswa
yang tergolong cukup atau mengkonsumsi
zat besi ≥ 100% kecukupan sehari (10
orang). Dari siswa yang mengkonsumsi zat
besi tergolong kurang, 64,3% di antaranya
terdapat pada siswa putri. Mengingat remaja
putri merupakan kelompok rawan anemia,
yang salah satu faktor penyebabnya adalah
kehilangan zat besi melalui menstruasi setiap
bulannya, maka kebutuhan akan zat besi bagi
mereka mutlak harus dipenuhi melalui pola
makan yang sehat dan bergizi, sebagaimana
dianjurkan
dalam
PUGS.
Keadaan
kekurangan zat besi pada remaja putri yang
berlangsung lama akan berimplikasi pada
meningkatnya prevalensi anemia pada remaja
putri dan lebih lanjut pada kelompok wanita
pekerja, ibu hamil dan ibu menyusui.
Tingginya prevalensi anemia pada
remaja putri khususnya siswa akan
berpengaruh pada konsentrasi belajar mereka
yang pada akhirnya akan berdampak pada
prestasi belajar yang diperoleh.

Kecukupan dan Status Gizi Siswa SMU Dharma Pancasila (91–96)
Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Muhammad Firdaus
Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Distribusi kecukupan vitamin A berdasarkan jenis kelamin siswa SMU Dharma Pancasila
Medan
Kecukupan Vit.A (%)
< 100
≥ 100
Total
Kecukupan Vit.C (%)
< 100
≥ 100
Total

Tabel 8.

n
7
31
38

%
100,0
100,0
100,0

10
2
12

25
11
38

100,0
100,0
100,0

40,0
18,2
31,6

15
9
26

60,0
81,8
68,4

Jumlah

Distribusi status gizi berdasarkan prestasi belajar siswa SMU Dharma Pancasila
Medan

Status Gizi
Normal
Gemuk
Kurus
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
1
14,3
6
85,7
11
35,5
20
64,5
12
31,6
26
68,4

n
5
0
2
7

≥8

%
22,7
0,0
14,4
18,4

Prestasi Belajar
7,5 – 7,9
n
%
12
54,6
1
50,0
6
42,8
19
50,0

Konsumsi Vitamin A dan Vitamin C Siswa
SMU Dharma Pancasila Medan
Dari hasil penelitian tentang
konsumsi
vitamin
A
pada
siswa,
memperlihatkan pada umumnya para siswa
mengkonsumsi dalam jumlah yang cukup
atau ≥ 100%. Keadaan ini mencerminkan
konsumsi makanan sumber vitamin A dari
kelompok remaja ataupun masyarakat sudah
baik. Bahkan yang perlu diwaspadai yaitu
apabila terjadi kecenderungan konsumsi
vitamin A yang berlebihan dalam jangka
waktu yang panjang atau lama, mengingat
efek yang akan ditimbulkan akibat
hipervitamin A karena vitamin A merupakan
vitamin yang larut dalam lemak atau minyak,
yang memungkinkan terjadi penumpukan di
dalam tubuh.
Dari temuan mengenai konsumsi
vitamin C pada siswa menunjukkan bahwa
sebagian besar (25 dari 38 siswa) mereka
mengkonsumsi vitamin C pada tingkat
kecukupan < 100%, dan hanya 10 siswa yang
konsumsi vitamin Cnya di atas 100%
kecukupan. Banyak ahli berpendapat bahwa
konsumsi vitamin C yang cukup dapat
memperbaiki penyerapan zat besi di saluran
pencernaan sehingga akan meningkatkan
jumlah ketersediaan zat besi di dalam tubuh.
Di samping itu mengingat fungsi vitamin C
bagi tubuh yang berkaitan dengan
peranannya
sebagai
vitamin
untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

Jumlah
7 – 7,4
n
5
1
6
12

%
22,7
50,0
42,8
31,6

N
22
2
14
38

%
100,0
100,0
100,0
100,0

serangan infeksi maka konsumsi vitamin ini
pada siswa perlu diperbaiki baik jumlah
maupun kualitasnya melalui perbaikan pola
makan yang seimbang.
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa SMU Dharma Pancasila
Medan
Kenyataan bahwa prestasi siswa
SMU Dharma Pancasila Medan yang pada
umumnya tergolong baik bahkan 18,4% di
antaranya mempunyai nilai rata-rata ≥ 8,
maka dapat diartikan bahwa keadaan
kekurangan gizi pada siswa yang dilihat dari
tingkat kecukupan zat gizi tidak berpengaruh
pada prestasi mereka. Hal ini diperkuat oleh
hasil analisis statistik dengan uji chi-square
bahwa tidak ada hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar siswa (p> 0,05).
KESIMPULAN DAN SARAN
ƒ

ƒ

Status gizi siswa SMU Dharma
Pancasila tergolong normal sebanyak 22
orang, 14-orang kurus dan 2 orang
gemuk.
Tingkat kecukupan energi dan protein
sebagian besar siswa tergolong sangat
rendah. Sumbangan energi yang berasal
dari karbohidrat yang sesuai dengan
anjuran PUGS hanya 10 orang
(26,32%). Sedangkan sumbangan energi
dari lemak yang sesuai dengan anjuran
PUGS ada sebanyak 17 orang (44,74%).

Kecukupan dan Status Gizi Siswa SMU Dharma Pancasila (91–96)
Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Muhammad Firdaus

95
Universitas Sumatera Utara

ƒ

ƒ

Konsumsi vitamin A siswa pada
umumnya cukup, tetapi konsumsi
vitamin C dan zat besi sebagian besar
masih rendah.
Prestasi belajar siswa pada umumnya
baik, tetapi tidak ada hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan
prestasi belajar siswa.

Saran
Untuk meningkatkan pemahaman
siswa tentang gizi khususnya pola makan
yang sehat dan bergizi sesuai anjuran PUGS,
maka diperlukan program penyuluhan atau
sosialisasi PUGS di sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1996. “Pedoman
13 Pesan Dasar Gizi Seimbang”.
Jakarta
Jelliffe, D.B. 1989. Community Nutritional
Assessment. Oxford University Press.
New York.

96

Mudjianto, dkk. 1993. Kebiasaan Makan
Golongan Remaja di Kota Besar
Indonesia. Puslitbang Gizi Depkes RI.
Bogor
Muhammad Sahlan. 2002. “Perilaku remaja
Terhadap Kegemukan di SMU Swasta
Kartika I-1 Medan”. Skripsi FKM
USU.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak.
ECG Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman dan Ibnu Fajar.
2001. Penilaian Status Gizi. ECG
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Suyanti.
2000.
“Faktor-faktor
yang
Berhubungan dengan Pengetahuan,
Sikap dan Praktek Konsumsi Makanan
Siap Santap Tradisional dan Barat Pada
Siswa SMU Harapan Medan”. Skripsi
FKM USU.
Wahlqvist Mark L., 1997. Food and
Nutrition: Australasia, Asia and the
Pacific. Allen & Unwin Pty Ltd.
Australia.

Kecukupan dan Status Gizi Siswa SMU Dharma Pancasila (91–96)
Jumirah, Zulhaida Lubis, dan Muhammad Firdaus
Universitas Sumatera Utara