Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Advent 2 067777 Di Kota Medan Tahun 2013

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN STATUS GIZI

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SD ADVENT 2 067777 DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

Oleh :

SUNTHARA VIGNES MOOGAN 100100398

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Advent 2

067777 Di Kota Medan Tahun 2013 Nama : Sunthara Vignes Moogan

Nim : 100100398

Pembimbing Penguji I

Sri Lestari Sp,M.Kes Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes

NIP: 197104262005012002 NIP: 196906091999032001

Penguji II

dr. Rina Amelia, M.A.R.S NIP: 197604202003122002

Medan, 11 Januari 2014

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(3)

ABSTRAK

Sunthara, 2013. “ Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Advent 2, 06777 di Kota Medan Tahun 2013. Dibimbing oleh Sri Lestari.

Gizi merupakan faktor yang penting dalam kehidupan dan kesehatan seseorang individu untuk seumur hidupnya. Dari fase kehidupan manusia yang bermula dari pertumbuhan janin, saat lahir, bayi, anak, remaja,dewasa dan sehingga lansia memerlukan nutrisi yang mencukupi untuk pertumbuhan fisik, perkembangan mental, prestasi dan produktiviti yang bagus. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan prestasi belajar pada siswa-siswi SD Advent 2. Penelitian ini adalah penelitian survey dengan deskriptif-analitik dengan desain cross sectional. Teknik Sampling yang digunakan pada penelitian ini menggunakan total sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 81 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di SD Advent 2. Pengumpulan status gizi diperoleh dari data pengukuran berat badan dan tinggi badan, yang kemudian diolah menggunakan KMS anak SD untuk mengetahui indeks masa tubuh (IMT) siswa, sedangkan prestasi belajar diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata rapor siswa. Berdasarkan penelitan ini terdapat 55 orang siswa(67.9%) dengan status gizi normal, diikuti 19 orang siswa(23.5%) dengan status gizi gemuk dan paling sedikit sebanyak 7 orang siswa(8.6%) dengan status gizi kurus di SD Advent 2. Berdasarkan penelitian ini terdapat 64 orang siswa(79%) yang meraih prestasi belajar yang baik dan 17 orang siswa(21.0%) dengan prestasi yang kurang di sekolah SD Advent.Berdasarkan penelitian ini tidak ada hubungan antara status gizi yaitu berdasarkan Indeks Massa Tubuh mengikut umur anak dengan prestasi belajar siswa di SD Advent 2. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara status gizi dan tingkat prestasi belajar siswa-siswi SD Advent 2.


(4)

ABSTRACT

Sunthara, 2013. “ Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Advent 2, 06777 di Kota Medan Tahun 2013. Supervised by Sri Lestari.

Nutrition is one of main component to have a good health in an individual life for his entire life. From the beginning stage of human life since growth of fetus, during birth, baby, child, adolescent, adult and until old age need an adequate nutrition for good growth, mental development, performance and excellent productivity. Research is been done to determine the relation between nutritional status and academic performance of students in fourth, fifth, and sixth class in Primary Advent School. This research is done using quantitative method which includes analytic survey research method with cross-sectional design. The technique of sampling that used in this research is total sampling which includes 22 students in fourth class, 29 students in fifth class and 30 students in sixth class. The aim of the research is to determine the relation between nutritional status and academic performance of student in Advent 2 primary school. The nutritional status data is obtained from the measurement of weight and height, which are then processed using the program Nutrisurvey 2007 Indonesian Versions to determine body mass index (BMI) of students. While learning achievement is obtained by taking the average value of the student report card. Based on this research there were 55 students (67.9%) with a normal nutritional status, followed by 19 students (23.5%) with fat nutritional status and at least as many as 7 students (8.6%) with a lean nutritional status in primary Advent 2. Based on this study there were 64 students (79%) have achieved good learning and 17 students (21.0%) with the less achievement in elementary school Advent.Berdasarkan this study there was no association between nutritional status is based on body mass index after the age of children with student achievement in elementary Advent 2. The results of this


(5)

study indicate that there is no strong relationship between nutritional status and the level of student achievement of grade SD Advent 2.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Status Gizi ... 4

2.1.1 Pengertian Status Gizi ... 4

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi...5

2.2.1. Genetik...5

2.2.2. Aktivitas Fisik...5

2.2.3. Faktor Lingkungan...5

2.2.4. Faktor Psikologikal...6

2.2.5. Nueron Abnormal...6

2.3. Nutrisi-nutrisi yang mempengaruhi Status Gizi...6

2.3.1. Makronutrisi...6

2.3.2. Mikronutrisi...7

2.4. Penilaian Status Gizi ... 9

2.4.1. Nutritional Histori ... 9

2.4.2. Pemeriksaan Fisik...9

2.4.3. Pemeriksaan Lab...10

2.4.4. Antropometri...10

2.4.4.1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT...10

2.4.4.2. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh...10

2.4.4.3. Kategori Indeks Massa Tubuh ... 11

2.5. Masalah Gizi Kurang ... 11

2.6. Masalah Gizi Lebih ... 12

2.7. Prestasi Belajar ... 13

2.7.1. Definisi...13

2.7.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar...14

2.7.2.1. Faktor Internal……….14


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.1.1. Variabel yang Diteliti ... 18

3.2. Definisi Operasional... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Rancangan Penelitian ... 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 20

4.2.2. Waktu Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1. Populasi ... 20

4.3.2. Sampel ... 20

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.4.1. Data Primer ... 21

4.4.2. Data Sekunder... 21

4.4.3. Instrumen Penelitian ... 21

4.5. Metode Analisa Masalah ... 21

4.5.1. Pengolahan dan Analisa Data... 21


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.4.4.2. Tabel Kategori Indeks Massa Tubuh... 11 2.3. Definisi Operasional Penelitian... 19


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan meliputi pembangunan berwawasan kesehatan, memberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan (Depkes,2002). Berbagai masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat turut mempengaruhi upaya pelaksanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya adalah masalah gizi. Ketidakseimbangan gizi dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.

Kekurangan gizi menjadi masalah yang umum terjadi di negara-negara berkembang. Di Kenya, malnutrisi kronis merupakan masalah nasional dengan rata-rata 33%(TB/umur) yang menjelaskan seorang anak mewakili setiap 3 anak

stunted (pendek) khususnya dengan anak dengan keadaan gizi jelek dan dampak dari pelayanan kesehatan anak yang buruk. Kecendurungan yang terjadi di masa lalu adalah ketika memasuki masa kekeringan, situasi berkembang kearah yang mengkhawatirkan dimana terjadi peningkatan proposi 30% hingga 40% anak menderita malnutrisi akibat keterbatasan pangan dan penyaki-penyakit infeksi yang berkembang ( MOH,2004). Selain itu, suatu studi yang dilakukan terhadap 1407 rumah tangga pada 2 distrit di Sindh, Pakistan menemukan prevalensi anak mengalami malnutrisi akut yaitu sebesar 22% (WHO, 2008).

Masalah gizi utama di Indonesia masih di dominasi oleh masalah gizi kurang yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Kurang Vitamin A( KVA). Disamping itu juga terdapat masalah gizi mikro lainya seperti defisiensi zink yang sampai saat ini belum terungkap karena adannya keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi (Supariasa,2002). Anak Sekolah Dasar(SD) khususnya mereka yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah berhadapan dengan masalah rendahnya derajat kesehatan dan status gizi (Kartono,dkk, 1998).


(10)

Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang (LIPI,2004). Berdasarkan data FAO(2006), sekitar 854 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis dan 820 juta diantaranya berada di negara berkembang. Dari jumlah tersebut, 350-450 juta atau lebih dari 50% di antaranya adalah anak-anak, dan 13 juta di antara berada di Indonesia. (Unilever,PT 2007). Hasil SKRT( Survei Kesehatan Rumah Tangga) 2004, menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja umur 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Prevalensi gizi kurang paling tinggi pada anak usia sekolah dasar (21%) laki-laki (19%).

Pendidikan mempunyai tugas penting menyiapkan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan suatu bangsa dan mempertahankan hasil-hasil pembanugunan yang sudah ada. Usaha pembangunan itu sendiri selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.

Hasil belajar merupakan segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Salah satu petunjuk dari keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar adalah prestasi belajar individu secara maksimal. Prestasi belajar di dalam pendidikan diidentikkan dengan hasil belajar atau output

dari proses belajar. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan yang diwujudkan berupa angka ataupun nilai maupun indeks prestasi. (Abdullah, 2008)

Penelitan ini dilakukan untuk mengetahi status gizi, prestasi belajar serta hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa SD Advent 2.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa-siswi SD Advent 2?


(11)

1.3 Tujuan Penilitian Tujuan Umum:

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar di kalangan siswa di SD Advent 2.

Tujuan Khusus:

1) Mengetahui status gizi di kalangan siswa di SD Advent 2. 2) Mengetahui prestasi belajar para siswa di SD Advent 2.

3) Mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar di kalangan siswa di SD Advent 2.

4) Mengetahui kebiasaan makan dan aktivitas siswa SD Advent 2.

1.4 Manfaat Penilitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk : 1) Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan tentang status gizi yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang siswa.

2) Bagi orang tua

Dapat dijadikan bahan informasi kepada orang tua mengenai prestasi belajar dan status gizi anak mereka di sekolah.

3) Pihak sekolah

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai prestasi belajar dan status gizi para siswa di sekolah.


(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Gizi adalah asupan makanan yang dikaitkan dengan kebutuhan diet tubuh. Gizi yang baik yang memadai dikombinasikan dengan aktivitas fisik secara teratur merupakan landasan betul untuk mencapai kesehatan yang baik. Gizi buruk dapat menyebabkan penurunan kekebalan, peningkatan kerentanan terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, dan mengurangi produktivitas (WHO, 2013).

Gizi baik merupakan kondisi dimana nutrisi yang menyuplai tenaga seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air memenuhi keperluan tubuh seseorang. Nutrisi organik yang diperlukan oleh tubuh sesorang termasuk 9 macam asam amino , asam lemak, glukosa, empat macam vitamin larut lemak, 10 macam vitamin larut air, diet serat dan kolin. Bagi nutrisi non organik, termasuk empat macam mineral,7 macam trace mineral, 3 elektrolit dan ultra trace elemen juga diperlukan dalam diet. Nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seseorang berbeda mengikut umur dan kondisi fisiologis (Johanna Dwyer, 2012).

Gizi kurang merupakan kondisi dimana apabila seseorang tidak boleh lagi mempertahankan natural bodily capacities seperti pertumbuhan, resistan terhadap infeksi, penyembuhan dari penyakit, pembelajaran dan juga aktivitas fizikal. Sebab utama dari undernutrition adalah kekurangan asupan makanan sewaktu anak yang mencakupi kekurangan ASI. Antara lain adalah penyakit seperti HIV/AIDS, diare, pnemonia dan malaria (UNICEF, 2006).

Gizi lebih merupakan konsumsi nutrisi dan makanan ke tahap yang membahayakan kesehatan seperti kondisi obesitas, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan kanker. Di sesetengah negara penyakit berjangkit dan gizi kurang menjadi puncak penyakit kronik. Faktor gizi lebih adalah disebabkan oleh fast food yang menjadi pilihan popular, kurang aktiviti fizikal dan perkembangan


(13)

teknologi yang mengurangkan penggunaan energi badan. Ekonomi yang tidak stabil di kalangan rakyat mengakibatkan sumber makanan menjadi berbeda di kalangan rakyat. Mereka yang mempunyai ekonomi yang bagus dapat mengonsumsi makanan yang lebih dan lebih suka makanan fast food (Unite for Sight, 2013).

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi termasuk:

2.2.1. Genetik

Genetik memainkan peranan penting dalam status gizi dari segi psikologi dan kadar metabolik badan. Setiap orang mempunyai pola makanan tersendiri disebabkan cara hidup dan faktor lingkungan tersendiri. Faktor genetik tidak menunjukkan perubahan status gizi yang drastik (John E. Hall ,2010).

2.2.2. Aktivitas fisik

Kegiatan dan latihan fizikal yang teratur dmenignkatkan massa otot dan mengurangkan massa lemak tubuh. Kekurangan latihan fizikal menyebabkan kurangnya massa otot dan meningkatnya adipositi seperti menonton tv. Bagi orang obes, kegiatan fizikal meningkatkan pengeluaran tenaga lebih dari food intake, dan mengakibatkan penurunan berat badan yang jelas. konklusinya, aktivitas fizikal adalah cara efektif untuk mengurangkan simpanan lemak (John E. Hall ,2010).

2.2.3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan memainkan peranan dalam peningkatan obesitas di negara perindustrian kerana terdapat banyak makanan yang mengandungi lemak yang tinggi dan cara hidup moden dan senang. Cara hidup ini menyebabkan aktivitas fizikal masyarakat menurun (John E. Hall ,2010).


(14)

Faktor psikologikal memainkan peranan dalam terjadinya obesitas dan keturunan berat badan yang drastik. Sebagai contoh, kenainkan berat badan semasa atau selepas situasi stress yang tinggi, kematian orang tua, penyakit kronik dan depresi mental. Kajian menyatakan tabiat makan berlebihan adalah salah satu cara untuk menghilangkan stress (John E. Hall ,2010).

2.2.5. Neuron abnormal

Luka dan tumor di bagian hipotalamus menyebabkan kerusakan di bagian otak dan menyebabkan kebiasaan makan seseorang itu meningkat dan menyebabkan gangguan status gizi. Perubahan neurotranmitter menyebabkan peningkatan kelaparan dan menghambat pengurangan berat badan. Perubahan lain adalah peningkatan orexigenic neurotranmitter seperti NPY dan pengurangan pembentukkan substansi anaroxic seperti laptine dan MSH (John E. Hall ,2010).

2.3. Nutrisi-nutrisi yang mempengaruhi status gizi

Kebiasaan orang tua memaksa anak mereka untuk makan secara banyak juga menyebabkan gangguan status gizi dan ini akan menyebabkan anak itu terikut dengan kebiasaan itu secara berterusan sehingga mencapai usia dewasa dan menyebabkan komplikasi kesehatan (John E. Hall ,2010). Terdapat dua macam jenis nutrisi yaitu makronutrisi dan juga mikro nutrisi yang masing-masing mempengaruhi status gizi seseorang.

2.3.1. Makronutrisi a. Protein

Protein terdiri daripada asam amino esensial dan bukan esensial. Terdapat 9 macam asam amino: histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, cystine, tyrosine, threonine, tryptophan dan valine. Asam amino seperti alanine digunakan untuk tenaga dan glukoneogenesis. Asupan protein harus ditingkatkan apabila kadar energi dalam badan menurun. Kadar protein tertinggi adalah pada daging hewan diikuti kacang, gandum, dan bijiran. kombinasi protein hewan dan tumbuhan memberi tenaga yang lebih. Kubutuhan protein meningkat sewaktu


(15)

pertumbuhan hamil, masa laktasi, proses penyembuhan luka dan malnutrisi. Tolenransi protein berkurang apabila berlaku gagal ginjal dan hati ( Johanna Dwyer, 2012).

b. Lemak

Lemak adalah sumber energi berkonsentrasi tinggi. Pengambilan lemak tidah harus lebih dari 30% dari total kalori. Walaupun pengambilan lemak adalah penting untuk menjana energi tinggi, tetapi pengambilan lemak harus dikontrol untuk mengelakkan efek-efek samping yang buruk ( Johanna Dwyer, 2012). c. Karbohidrat

45-55 persen dari total kalori harus didapati dari karbohidrat. Otak memrlukan 100 gram/d glukosa untuk tenaga. Jaringan lain memerlukan 50 gram/d. Otak dan sel darah merah bergantung kepada glukosa yang disuplai dari luar atau protiolisis otot. Karbohidrat merupakan nutrisi yang paling penting pada status hipokalorik ( Johanna Dwyer, 2012).

2.3.2. Mikronutrisi a. Air

Air diperlukan untuk melakukan aktivitas fizikal, berkeringat dan melarutkan nutrisi diet. Air dikeluarkan 50-100 ml/d melalui feses, 500-1000 ml/d melalui evopurasi dan hembusan, > 1000ml/d dari urin. Demam meningkatkan kehilangan air dalam badan. Diare menyebabkan kehilangan air sebanyak 5 liter/d . Keringat lebih dan muntah juga meningkatkan kehilangan air dari tubuh. Kebutuhan air adalah tinggi sewaktu bayi, kehamilan, laktasi, dan juga untuk orang tua ( Johanna Dwyer, 2012).

b. Vitamin A

Vitamin A memainakn peranan penting dalam penggunaan zat bes, imunitas humoral, T sel mediated imunitas, aktivitas natural killer cell dan phagosytosis. Jikalau kurang asupan vitamin A akan mengakibatkan Xerophthalmia, rabun malam, disfungsi imun dan lain lain. Defisensi Vitamin A bisa karena malabsorbsi lemak, infeksi, measles, pengambil alkohol dan malnutrisi protein. (


(16)

Robert M. Russell, 2012) . Sumber vitamin A boleh didapati dalam sayuran hijau, buah, minyak sawit, ikan, dan hati ayam (WHO, 2001).

c. Vitamin C

Vitamin C memainkan peranan sebagai anti oksidan, pembentukan hemoglobin, biosintesa karnitin, konversi dopamin ke norepinephrine dan sintesa horman peptida. Kekurangan asupan Vitamin C akan menyebabkan Scurvy, petechiae, pendarahan gusi, sakit sendi, luka lambat sembuh. Defisensi vitamin C disebabkan oleh sikap merokok dan pengambilan alkohol. Sumber vitamin boleh diperoleh dari buah citrus, sayuran hijau, tomato dan kentang ( Robert M. Russell, 2012).

d. Vitamin B1

Vitamin B atau dikenali sebagai Thiamin adalah penting dalam mengkonduksi saraf periferal. Sumber utama thiamin boleh diperolah dari ragi, daging, gandum, dan kacang. Teh, kopi ikan mentah, dan kerang mengandungi bahan kimiawi yang dapat merusakkan vitamin B1. Defisensi vitamin B1 disebabkan oleh alkohol dan penyakit kronik. Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolisme energi dari karbohidrat. Defisensi thiamin boleh menyebabkan aneroxia, beri-beri dan gangguan mental ( Robert M. Russell, 2012).

e. Zat Besi

Fungsi utama zat besi dalam tubuh adalah untuk produksi hemoglobin. 2/3 dari total iron dalam tubuh adalah berbentuk hemoglobin. Dengan ini, zat besi merupakan komponen penting dalam trasport oksigen dalam tubuh (John E. Hall ,2010). Zat besi memilik enzim yang berfungsi sebagai elektron carrier. Ia mensisntesa steroid asam empudu. Jus buah, daging, sayur, ikan merupakan antara sumber zat besi (WHO,2001). Kekurangan zat besi mengakibatkan anemia, otot abnormal, dan keruskan jaringan. Kelebihan zat besi pulak akan mengakibatkan Hemosiderosis (Kim E. Barrett dkk, 2010).

f. Kalsium

Kalsium merupakan sumber penting dalam proses pembentukan tulang. Kalsium terdapat di badan terutama di tulang. Kadar kalsium yang berlebihan di badan boleh menyebabkan gagal jantung dan juga gangguan mental. Kadar kalsium yang


(17)

rendah dalam badan pula akan menyebabkan gangguan saraf, tetanus, oesteoporosis, dan tulang lembut (John E. Hall ,2010). Absorpsi kalsium dibantu oleh protein tetapi dihambat oleh fosfat dan oxalate karena membentuk garam apabila beraksi dengan ion kalsium di usus (Kim E. Barrett dkk, 2010).

2.4. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki resiko status gizi kurang maupun gizi lebih yaitu:

2.4.1. Nutritional History

Digunakan untuk mengidentifikasi lebih atau kurang asupan nutrisi pada seseorang. Mekanisme ini melingkupi kukurangan asupan makanan, malabsorbsi, pembaziran nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi oleh tubuh (Douglas C. Heimburger, 2012).

2.4.2. Pemeriksaan fisik

Digunakan untuk mengidentifikasi kelainan pada tubuh. Hal-hal yang diamati adalah kondisi rambut, kuku, keadaan kulit, mata dan juga beberapa fisik yang lain (Douglas C. Heimburger, 2012).

2.4.3. Pemeriksaan Lab

Digunakan untuk mengetahui status nutrisi seseorang. Contohnya kelainan tahap albumin rendah, prealbumin, total iron-binding capacity, waktu prothrombin dan blood urea nitrogen (Douglas C. Heimburger, 2012).

2.4.4. Antropometri

Pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter. Antaranya berat badan. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunkan unit Kg dengan menggunkan timbang berat. Seterusnya dengan menggunakan parameter tinggi badan. Di mana pada responden < 2 tahun dilakukan panjang badan dengan


(18)

menggunakan Length measuring board dalam posisi tidur. Sedangkan pada responden ≥ 2 tahun dilakukan dalam posisi berdiri. Seterusnya dengan menggunakan parameter lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/ sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Seterusnya adalah pengukuran lingkar lengan atas. Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi kronis (KEK). Boleh juga kita menentukan status gizi dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (RISET KESEHATAN DASAR, 2007).

2.4.4.1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT

Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari berat badan dan tinggi badan.

2.4.4.2. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.

Berat badan (kg)

IMT = ______________________________ Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

2.4.4.3. Kategori Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas

IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada table 2.4.4.2 yang merupakan ambang

batas IMT.


(19)

Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/Umur)

Anak Umur 5 hingga 18 tahun

2.5. Masalah Gizi Kurang

Gizi kurang terjadi apabila sesorang tidak mendapt nutrisi diperlukan untuk menjana tenaga, pertumbuhan dan sistem imun yang sehat. Defisensi mikronutrisi seperti besi, iodine, zink, vatmin A, folat mengefek pertumbuhan dan sistem imun. kekurangan zat gizi dapat mengakibatkan anemia, hipotiroidism, dan Xerofatalmia. Sebab kekurangan gizi adalah diet buruk, penyakit, kebersihan makanan yang buruk, persekitaran yang kotor, penjagaan kesehatan yang kurang bagus, kemiskinan, kurang pendidikan, perang dan bencana alam. Bagi anak-anak, kurang gizi menyebabkan pertumbuhan badan yang lambat, anamik, proses pembelajaran yang lemah dan tidak aktif dalam aktiviti fizikal.

Cara memperbaiki masalah ini adalah dengan cara memberi informasi tentang nutrisi, kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan dan makanan, imunisasi, suplai makanan yang bagus (Ann Burgess dan dr.Louis Danga, 2008).

2.6 Masalah Gizi Lebih

Masalah gizi lebih diindikasikan apabila IMT lebih dari angka 25. Kajian mengatakan mereka yang menghadapi gizi lebih adalah sama dengan mereka yang berada dalam kelaparan. Obesitas adalah masalah gizi lebih yang dikaitkan dengan masalah jantung. Resistansi insulin meningkat seiring peningkatan berat badan. Kadar kematian penderita kanker meningkat disebabkan kenaikan berat badan (Kim. E. Barrett dkk,2010). Masalah gizi lebih disebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (John E. Hall ,2010).

Kurus - 3 SD hingga - 2 SD Normal -2 SD hingga 1 SD Gemuk > 1 SD hingga 2 SD Obesitas > 2 SD


(20)

Masalah gizi lebih dikategorikan menjadi empat yaitu overweight, obesitas tipe 1, obesitas tipe 2, obesitas tipe 3 (extreme obesity). Batas IMT untuk over weight adalah 25.0-29.9 dengan memiliki resiko penyakit yang meningkat. Untuk obesitas tipe 1 batas IMT adalah 30.0-34.9 dengan resiko penyakit yang tinggi. Obesitas tipe 2 memiliki batas IMT 35.0-39.9 dengan resiko penyakit terlalu tinggi. Dan akhir sekali obesitas tipe 3 dengan batas IMT lebih dari 40 dengan resiko penyakit yang tinggi (Robert, F. Kushner, 2012).

Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi status gizi lebih antaranya aktivitas fisik yang menurun sejajar meningkatnya kadar asupan makanan. Faktor environment, sosial dan psikologi berpanguruh terhadap peningkatan kadar asupan makanan. Penyebab dari masalah gizi lebih ini adalah kompleks. Genetik juga merupakan antara faktor yang mempengaruhi obesitas (John E. Hall ,2010).

2.7 Prestasi Belajar 2.7.1. Definisi

Hasil belajar merupakan segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Salah satu petunjuk dari keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar adalah prestasi belajar individu secara maksimal. Prestasi belajar di dalam pendidikan diidentikkan dengan hasil belajar atau output dari proses belajar. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan yang diwujudkan berupa angka ataupun nilai maupun indeks prestasi.

Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008).

Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecekapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.Penguasaan prestasi


(21)

bila dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan atau keterampilan berpikir maupun kemampuan motoric. Prestasi belajar pada dunia pendidikan adalah hasil pencapaian seseorang selama mengikuti pelajaran di sekolah yang berbentuk skor atau nilai (Sukmana, 2004).

Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar (Gunarso, 2012).

Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

2.7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas: ( Abdullah, 2010)

2.7.2.1.Faktor Internal

Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental atau psikis.Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain.

1. Kondisi Fisiologis Secara Umum

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan


(22)

berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi.Anak-anak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran.

2. Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena, itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa (Djamarah, 2008).

a. Kondisi Panca Indera

Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelarimenggunakan penglihatan dan pendengaran.Orang belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.

b. Intelegensi/Kecerdasan

Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil.


(23)

Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing.Bakat adalah suatu yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan merupakan perpaduan taraf intelegensi.Pada umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas, sekolah, dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat kesempatan untuk berkembang.

d. Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya.Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar..Bila ada siswa yang kurang memiliki motivasi instrinsik diperlukan dorongan dari luar yaitu motivasi ekstrinsik agar siswa termotivasi.

2.7.2.2.Faktor eksternal

Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan.Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain (Djamarah, 2008).

1. Faktor lingkungan keluarga a. Sosial ekonomi keluarga


(24)

Dengan sosial ekonomi yang baik, seseorang siswa lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik yang mencakupi buku tulis, alat tulis hingga pemilihan sekolah

b. Pendidikan orang tua

Orang tua yang lebih berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak dibandingkan orang tua yang tidak berpendidikan tinggi.

c. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga Dukungan yang baik daripada keluarga dapat memicu siswa untuk lebih berprestasi.Dukungan bisa secara langsung seperti puji-pujian atau nasihat ataupun secara tidak langsung seperti hubungan yang harmonis. (Abdullah, 2010)

2. Faktor lingkungan sekolah a. Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah seperti papan tulis dan sebagainya serta bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

b. Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar.Kelengkapan fasilitas tanpa kinerja yang baik dari para penggunanya akan hanya sia-sia. Dengan adanya fasilitas yang baik dan tenaga pengajar yang terlatih serta hubungan antara guru dan sesama teman berlaku dengan harmonis, ini dapat mencipta suasana yang menyenangkan untuk belajar dan berprestasi baik.

3. Faktor lingkungan masyarakat a. Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akanmempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Sikap masyarakat yang masih


(25)

memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anak mereka ke sekolah.

b. Partisipasi terhadap pendidikan

Apabila ada partisipasi yang baik dari semua pihak, misalnya mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai ke masyarakat bawah, ini akan membantu mewujudkan suasana yang aman bagi siswa untuk lebih berprestasi karena setiap orang akan lebih menghargai dan memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.1.1. Variabel yang diteliti

• Variabel independen: Status Gizi

• Variabel dependen : Prestasi Belajar


(27)

3.2. Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari penelitian yang akan dilakukan

Tabel 3.1 Menunjukkan Definisi Operasional Penelitian

Definisi AlatUkur Cara Ukur HasilUkur SkalaU kur Status Gizi Status gizi

adalah keadaan kesehatan yang mengindikasi kan keseimbanga n antara kebutuhan asupan gizi dan masukan nutrient ke dalam tubuh seseorang Antropome tri (IMT/Umu r) 1)Menguku r tinggi badan dari puncak kepala ke hujung kaki dengan menggunak an pita pengukur 2) Mengukur berat badan siswa dengan menggunak an alat penimbang Status gizi diukur dengan menggunakan tinggi badan (cm) dan berat badan (kg) seorang siswa

IMT menurut umur dan jenis kelamin 1.sangat kurus: <-3SD 2.kurus: -3SD hingga -2SD 3.Normal: -2SD hingga 1SD 4.gemuk:>1SD hingga 2SD 5.Obesitas: >2SD Ordinal Prestasi Belajar Adalah hasil nilai rata belajar siswa yang tertera di buku rapor

Nilai dari buku rapor

Pengambila n nilai dari buku rapor

Klassifikasi nilai rata ujian genap

1. ≥75 2. < 75


(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan desain cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penilitian

Penelitian ini dilakukan di SD Advent 2 067777 di Kota Medan, Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan Juli sehingga Desember 2013.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas empat,lima dan enam SD Advent 2 067777 di Kota Medan, Sumatera Utara. Seluruhnya berjumlah 81 orang siswa.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah seluruh orang siswa di kelas IV, V dan VI di SD Advent 2 yang dipilih secara total populasi yaitu 81orang siswa.


(29)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengukuran antropometri dengan mengambil berat badan dan tinggi badan siswa dan dikira IMT. Seterusnya mengambil rapor prestasi belajar siswa tersebut yang diperoleh dari kartu rapor siswa.

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukuran antropometri dengan menggunakan berat badan dan tinggi badan yang dilakukan pada siswa di satu kelas SD Advent 2 067777 di Kota Medan, Sumatera Utara.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data berupa nilai rata prestasi belajar siswa yang diperolehi dari kartu rapor siswa tersebut yang diberikan oleh pihak SD Advent 2 067777 di Kota Medan, Sumatera Utara.

4.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan Siswa di SD Advent 2 067777 di Kota Medan pada tahun 2013.


(30)

4.5. Metode Analisa Data

4.5.1. Pengolahan data dan analisa

Dalam tahap ini data diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisis univariate dan bivariate. Analisa univariate dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubung dan berkolerasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan chi kuadrat. Data yang dikumpulkan diuji dan dinyatakan bermakna secara signifikan apabila bila nilai p < 0.05.


(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Advent 2, Medan. Sekolah ini merupakan sebuah sekolah swasta yang berlokasi di jalan Dr. Mansur Gang Berkat No. 9, Medan. Sekolah ini memiliki enam kelas. Setiap kelas terdiri dari kurang lebih 25 hingga 30 orang siswa. Sekolah ini turut memiliki sebuah gereja khas kaum Kristian untuk digunakan oleh pihak sekolah dan juga siswa siswi sekolah tersebut.

5.1.2. Deskripsi Populasi

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 81 orang siswa siswi Sekolah Advent 2 dimana terdiri dari kelas empat, lima dan enam yang dipilih secara total sampling. Sebanyak 42 orang adalah laki dan 39 adalah perempuan. Terdapat 30 orang siswa di kelas 4, 22 orang di kelas lima dan 29 orang di kelas 5.1.3. Sosio Demografi Responde

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis kelamin jumlah orang % Laki-laki 42 51.9 Perempuan 39 48.1 ______________________________________________________________________ Jumlah 81 100

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orang Tua


(32)

TNI/POLRI/PNS/BUMN 23 28.4 Pegawai swasta 11 13.6

______________________________________________________________________

Wiraswasta/dagang/jasa 35 43.2 Petani/nelayan 2 2.5 Buruh/lainya 10 12.3

Jumlah 81 100.0

Tabel 5.1 di atas menunjukkan proporsi siswa laki dan perempuan.Berdasarkan table di atas proporsi jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 42 orang yaitu 51.9% sedangkan perempuan sebanyak 39 orang yaitu 48.1%.

Berdasarkan tabel 5.2, siswa dengan orang tua yang berkerja sebagai wiraswata/dagang/jasa adalah terbanyak dengan jumlah 35 orang yaitu 43.2%, diikuti dengan orang tua yang berkerja sebagai TNI/POLRI/PNS/BUMN sebanyak 23 orang yaitu 28.4%, kemudian pegawai swasta sebanyak 11 orang yaitu 13.6%, buruh sebanyak 10 orang yaitu 12.3% dan paling sedikit sebagai petani/nelayan sebanyak 2 orang yaitu 2.5


(33)

5.1.4. Status Gizi

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi

Status gizi jumlah orang %

Kurus 7 8.6

Normal 55 67.9

Gemuk 19 23.5

Jumlah 81 100.0

Tabel 5.3 di atas menunjukkan proporsi siswa dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Berdasarkan table diatas proporsi status gizi terbanyak adalah siswa normal dengan jumlah 55 orang, yaitu 67.9%, diikuti oleh siswa dengan status gizi gemuk sebanyak 19 orang yaitu 23.5% dan akhir sekali siswa dengan status gizi kurus sebanyak 7 orang yaitu 8.6%.

5.1.5. Prestasi Belajar

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Prestasi Belajar

Prestasi Belajar jumlah orang % Kurang 17 21.0 Baik 64 79.0


(34)

Tabel 5.4 di atas menunjukkan proporsi siswa dengan prestasi belajar yang baik dan kurang. Berdasarkan table di atas proporsi prestasi belajar siswa terbanyak adalah baik dengan 64 orang yaitu 79.0%, sedangkan jumlah siswa dengan prestasi belajar yang kurang adalah sebanyak 17 orang yaitu 21.0%.

5.1.6. Kebiasaan Makan dan Aktivitas Responden

Tabel 5.5.Sebaran responden menurut kebiasaan makan dan aktivitas harian.

Soalan N % 1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi

Makanan pokok?

a. 2 kali/hari 2 2.5 b. 3 kali/hari 69 85.2 c. Lebih dari 4 kali/hari 10 12.3 2. Apakah anda mengkonsumsi sarapan?

a. Ya 74 91.4

b. Tidak 7 8.6 3. Dari manakah anda mendapat makanan yang selalu

dikonsumsi?

a. Beli diluar 4 4.9 b. Masakan orang tua 77 95.1 4. Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi

makanan malam lebih dari jam 8, sebarapa sering kegiatan tersebut?

a. Sering 26 32.1 b. Tidak sering 55 67.9 5. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/

jajanan?

a. Sering 34 42.0 b. Tidak sering 47 58.0 6. Adakah orang tua anda menolong anda mengulang

kaji pelajaran?

a. Ya 72 88.9

b. Tidak 9 11.1 7. Berapa jam anda belajar dalam satu hari?

a. Lebih dari 3 jam 43 53.1 b. Kurang dari 3 jam 38 46.9 8. Berapa jam anda tidur dalam satu hari?

a. Lebih dari 8 jam 52 64.2 b. Kurang dari 8 jam 29 35.8 9. Apakah anda menghadiri kelas tambahan selain

dari sekolah?

a. Ya 50 61.7

b. Tidak 31 38.3

Total 81 100.0

Tabel 5.5 menunjukkan sebaran responden menurut kebiasan makan dan aktivitas harian. Sebanyak 69 orang siswa(85.2%) menkonsumsi makanan pokok


(35)

sebanyak 3 kali/hari, diikuti 10 orang siswa(12.3%) mengkonsumsi makanan pokok lebih dari empat kali/minggu dan paling sedikit adalah 2 orang siswa(2.5%) yang mengkonsumsi makanan pokok sebanyak 2 kali/hari.

Sebanyak 74 orang siswa yaitu 91.4% siswa mengkonsumsi sarapan pagi diikuti 7 orang siswa(8.6%) yang tidak mengkonsumsi sarapan. 77 orang siswa(95.1%) mengkonsumsi makanan masakan orang tua dan 4 orang siswa(4.9%) mengkonsumsi makanan yang dibeli luar. Sebanyak 55 orang siswa(67.9%) tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan lebih dari jam 8 sedangkan 26 orang siswa(32.1%) lagi tidak mempunyai kebiasaan tersebut. 47 orang siswa(58%) sering mengkonsumsi makanan jadi/jajanan dan 34 orang (42%) lagi tidak sering mengkonsumsi makanan tersebut.

72 orang siswa(88.9%) dibantu oleh orang tua mereka untuk mengulang kaji pelajaran dan sebanyak 9 orang siswa(11.1%) lagi tidak ditolong oleh orang tua mereka dalam mengulangkaji pelajaran. Sebanyak 37 orang siswa(45.7%) duduk tengah di dalam kelas, diikuti 22 orang (27.2%) lagi di depan dan di belakang masing-masing. Sebanyak 43 orang siswa(53.1%) belajar lebih dari 3 jam/hari dan selainya sebanyak 38 orang(46.9) kurang dari 3 jam/hari. Berdasarkan table di atas 52 orang siswa(62.2%) tidur lebih dari 8 jam sehari dan 29 orang siswa(35.8%) tidur kurang dari 8 jam/hari. Sebanyak 50 orang siswa(61.7%) menghadiri kelas tambahan selain dari sekolah dan akhir sekali sebanyak 21 orang siswa yaitu 38.3% tidak menghadiri kelas tambahan selain sekolah.


(36)

5.1.7. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar. Tabel 5.6.Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar.

x² = 3.779 df = 2 p =

0.151

Tabel 5.6 diatas menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar, dimana hasil uji Chi square menunjukkan p= 0.151.

Hasil menunjukkan 7.4% dari siswa dengan prestasi belajar yang baik memiliki status gizi kurus, 56.8% normal dan 14.8% dengan status gizi gemuk. 1.2% siswa dengan prestasi belajar yang kurang memiliki status gizi yang kurus, diikuti 67.9% normal dan 23.5% gemuk.

Nilai Rapor

Status gizi baik kurang total N % N % N %

Kurus 6 7.4 1 1.2 7 8.6 Normal 46 56.8 9 11.1 55 67.9 Gemuk 12 14.8 7 8.6 19 23.5


(37)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa di SD Advent 2, Medan. Penelitian ini dilakukan sejak Maret 2013 hingga December 2013.

5.2.1. Sosio Demografi Responden

Dari penelitian dapat dilihat siswa yang paling banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 42 orang(51.2%) sedangkan pada perempuan adalah 39 orang(48.1%). Dari gambar 5.2 orang tua yang berkerja sebagai wiraswata/dagang/jasa adalah terbanyak dengan jumlah 35 orang yaitu 43.2%, diikuti dengan orang tua yang berkerja sebagai TNI/POLRI/PNS/BUMN sebanyak 23 orang yaitu 28.4%, kemudian pegawai swasta sebanyak 11 orang yaitu 13.6%, buruh sebanyak 10 orang yaitu 12.3% dan paling sedikit sebagai petani/nelayan sebanyak 2 orang yaitu 2.5%.Sebagian besar penelitian yang menguji pengaruh gender terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih bagus daripada laki-laki. Penjelasan teoritis mengenai hal ini antara lain karena setelah zaman emansipasi, pendidikan merupakan kunci utama kemajuan, pemberdayaan dan kebebasan bagi kaum perempuan. Selain itu, perempuan dikenal cenderung lebih tekun dalam belajar dan rajin terlibat dalam kegiatan kampus yang menunjang proses belajar, sedangkan laki-laki lebih menyukai kegiatan kampus yang bersifat refreshing dan olah raga. Tingkat keberhasilan mahasiswa dalam proses pendidikan dipengaruhi banyak faktor, secara garis besar faktor-faktor tersebut bisa dikelompokan menjadi 2 (Hidayati, 2009), yaitu :

1. Faktor intelektual adalah kemampuan seseorang yang diperlihatkan melalui kecerdasan dan kepandaiannya dalam berpikir dan berbuat.

2. Faktor non-intelektual adalah segala kondisi dari dalam dan luar dirinya atau lingkungan sekitar, yang terkait dengan diri seorang dalam mempengaruhi kemampuan berpikir dan bertindak. Seperti masalah belajar, jenis kelamin, karir,


(38)

sosial, emosional, jalur masuk IPB, keuangan, asal daerah, keluarga, pemakaian waktu luang, organisasi, sahabat, metode belajar serta lingkungan

5.2.2. Status Gizi

Penelitian menunjukkan proporsi siswa dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Berdasarkan table diatas proporsi status gizi terbanyak adalah siswa normal dengan jumlah 55 orang, yaitu 67.9%, diikuti oleh siswa dengan status gizi gemuk sebanyak 19 orang yaitu 23.5% dan akhir sekali siswa dengan status gizi kurus sebanyak 7 orang yaitu 8.6%.Masalah gizi merupakan masalah serius yang harus segera ditangani agar tidak timbul dampak lain yang diakibatkan dari masalah gizi. Menurut John E. Hall, 2010, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang termasuk gentik, aktivitas individu tersebut, faktor lingkungan,faktor psikologikal, neuron abnormal dll.

Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat.Kebutuhan paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa.Yang kedua otak memerlukan air-air murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal. Otak terdiri dari 80% air dan sangat sensitive terhadap perubahan tingkat pH (Jansen,2007).

Pada keadaan kekurangan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Kedaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar,2008).

Berdasarkan penelitian sebagian besar siswa memiliki status gizi yang baik di sekolah dasar Advent 2. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil frekuensi makan siswa yang umumnya 3 kali sehari berdasarkan hasil kuisoner. Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi makanan sarapan juga dikatakan mempengaruhi status gizi seseorang di mana berdasarkan hasil kuisoner didapati lebih dari separuh siswa SD Advent 2 mengkonsumsi sarapan pagi.


(39)

5.2.3. Prestasi Belajar

Berdasarkan penelitian proporsi siswa dengan prestasi belajar yang baik dan kurang. Berdasarkan tabel di atas proporsi prestasi belajar siswa terbanyak adalah baik dengan 64 orang yaitu 79.0%, sedangkan jumlah siswa dengan prestasi belajar yang kurang adalah sebanyak 17 orang yaitu 21.0%.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan terhadapa proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya IQ.Bahwa intelegensi IQ hanya merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar berbagai faktor yang menjadi determinan atau penentu bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami individu. Peran masing-masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.

Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki IQ yang juga tinggi. Hal ini karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar (Batchiar, 2009).

Kenyataannya, dalam proses belajar-mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang tinggi, tetapi memperolehi prestasi belajar yang relative rendah.Namun, ada siswa yang walaupun kemampuan intelgegensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relative tinggi.

Berdasarkan penelitian, sebagian besar siswa SD Advent 2 memiliki prestasi belajar yang baik. Hal ini dapat dikaitkan dengan keterlibatan orang tua dalam membantu anak merekan mengulangkaji pelajaran dimana dari hasil penilitian didapati 88.9% dari orang tua siswa pelajar membantu mereka dalam mengulangjkaji pelajaran. Selain itu keterlibatan diri dalam pelajaran merupakan hal yang penting dalam prestasi belajar di mana menurut kajian yang dijalankan di SD Advent 2 sebanyak 53.8% siswa belajar lebih dari 3 jam dalam sehari.


(40)

5.2.4. Kebisasaan Makan dan Aktivitas Harian Responden

Berdasarkan penelitian, 85.2% dari mahasiswa mengkonsumsi makanan pokok 3 kali/hari. 12.3% mengkonsumsi makanan pokok lebih dari 4 kali/hari dan hanya 2.5% mengkonsumsi 2 kali/hari. Kanak-kanak yang berlainan usia memerlukan jumlah tenaga dan nutrien yang berbeda untuk menyokong pertumbuhan fizikal dan perkembangan mental mereka.Konsumsi makanan secara seimbang dan teratur amat penting untuk memastikan sistem tubuh berfunsi dengan baik.Sel-sel kita bekerja secara berterusan untuk memastikan badan kita berfungsi dengan baik.Semua ini memerlukan bekalan tenaga dan nutrien yang berterusan serta mencukupi dengan mengambil pelbagai jenis makanan.

Menurut penelitian 8.6% siswa tidak mengkonsumsi sarapan. Satu kajian yang dilakukan mendapati bahawa mengelakkan sarapan pada awal pagi ini akan meningkatkan risiko obesiti, mengumpul lemak yang besar di sekitar pinggang, membentuk penyakit diabetis dan tahap kolestrol yang tinggi. Selain itu, ia juga akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Kajian yang dilakukan ke atas 2,184 rakyat Australia pada tahun 1985, mendapati kanak-kanak dan orang dewasa yang tidak mengambil sarapan mempunyai ukuran pinggang yang lebih besar, tahap kolestrol yang tinggi dan tahap insulin yang tinggi, yang merupakan simptom penyakit diabetis. Selain itu, golongan ini mempunyai gaya hidup yang tidak sihat. Pengambilan sarapan adalah baik untuk kesihatan jantung dan kesihatan secara keseluruhan (Konsumerkini, 2010).

Sebanyak 95.1% siswa mengkonsumsi makanan masakan orang tua dan lainya mengkonsumsi makanan yang dibeli luar.Seperti mana kita tahu, makanan yang dikonsumsi luar selalunya kurang bersih berbanding masakan rumah.Pemakanan sihat membantu melindungi kita daripada jangkitan serta beberapa penyakit kronik (seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes dan kanser.)Aktiviti fizikal harian juga penting untuk mengekalkan kesihatan.


(41)

Sebanyak 32.1% siswa memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan lebih dari jam lapan. Menurut nutrilab,2010 Badan kita menukar karbohidrat dan lemak kepada tenaga untuk melakukan aktiviti harian. Makan mengikut waktu dan mengambil makanan yang membekalkan tenaga dalam jumlah yang berpatutan membantu kita mengekalkan aras tenaga sepanjang hari. Jadi pengambilan makanan tepat pada waktu amat penting bagi setiap individu.

Sebanyak 42% siswa memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan jadi/jajanan. Jajanan yang enak apalagi murah memang banyak digemari bukan hanya anak-anak saja, tuamuda. Para penjaja jajanan sering tidak peduli tentang kandungan yang berbahaya dengan dan kualitas jajanan yang tidak baik untuk kesehatan. Terdapat beberapa zat kimia yang berbahaya yang bisa menyebabkan kanker, gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Antara zat-zat yang berbahaya ini adalah sakarin,siklamat, boraks, formalin dan banyak lagi.

Menurut penelitian 88.9% siswa ditolong oleh orang tua mereka sewaktu ulangkaji pelajaran.Pendidikan anak merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.Pendidikan anak merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir lagi (Nur Hayati, 2010).

Sebanyak 45.7% siswa duduk di tengah di kelas diikuti 27.2% di depan dan juga di belakang masing-masing. Siswa dengan posisi duduk di depan kelas lebih peka terhadap pelajaran yang diajari sewaktu kelas dan mampu memperoleh prestasi belajar yang baik (Nur Hayati, 2010).

Sebanyak 53.1% siswa belajar lebih dari 3 jam/hari.Dan 61% siswa menghadiri kelas tambahan selain di sekolah. Perilaku siswa yang dapat menunjang keberhasilan belajar tersebut antara lain kebiasaan belajar, keterlibatan dengan rekan, interaksi dengan pihak fakultas, waktu yang dipergunakan untuk mengerjakan tugas dan motivasi belajar (Yunita Kusumaningsih, FE UI, 2009)

Penelitian menunjukkan terdapat 62.2% siswa yang tidur lebih dari 8 jam. Manusia memerlukan tidur yang secukupnya sama seperti manusia memerlukan


(42)

bahan-bahan asas yang lain seperti air dan udara. Keperluan tidur bukan saja penting dari aspek kesihatan, psikologi, keselamatan,kekuatan memori, penempuan deria, pergerakan malah penyakit-penyakit kronikyang dihadapi manusia sebagian besarnya diakibatkan oleh masalah berkaitan tidur. Tubuh manusia memerlukan tidur untuk merehatkan sistem biologi badan dan mengembalikan kestabilan dan keseimbangan tenaga (mohd amzari,2010).

5.2.5. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar.

Berdasarkan penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa, dimana dari hasil diperoleh nilai p=0.151 (p<0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mexitalia Setiawati(2002) yaitu tidak ada hubungan yang ditemui antara status gizi dengan prestasi belajar. Hal ini karena menurut beberapa penelitian yang lain mengatakan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang dikategorikan menjadi dua yaitu internal dan juga external.

Faktor eksternal yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah faktor sosial. Faktor sosial yang meliputi keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Dalam keluarga, anak memiliki suatu kebiasaan yang sudah diterapkan dan selalu dilakukan, salah satu contohnya adalah perilaku makan. Perilaku makan anak atau kebiasaan makan bisa berubah karena adanya pengaruh dari lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari, ini berarti makan pagi hendaknya jangan ditingalkan (Masdevi, 2011).

Menurut Mexitalia,(2002), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen dapat dibedakan menjadi dua, 1) faktor fisiologis adalah yang berhubungan dengan jasmani seseorang yang belajar dengan jasmaninya yang segar akan lain pengaruhnya dengan mereka yang jasmaninya kurang segar. 2) Faktor Psikologis antara lain inteligensi, bakat


(43)

motivasi, konsentrasi. Adapun faktor eksogen adalah bahan yang dipelajarinya, lingkungan alami dan social, instrumen. Faktor-faktor tersebut akan saling berinterkasi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.


(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a. Berdasarkan penelitan ini terdapat 55 orang siswa(67.9%) dengan status gizi normal, diikuti 19 orang siswa(23.5%) dengan status gizi gemuk dan paling sedikit sebanyak 7 orang siswa(8.6%) dengan status gizi kurus di SD Advent 2.

b. Berdasarkan penelitian ini terdapat 64 orang siswa(79%) yang meraih prestasi belajar yang baik dan 17 orang siswa(21.0%) dengan prestasi yang kurang di sekolah SD Advent 2.

c. Berdasarkan penelitian ini tidak ada hubungan antara status gizi yaitu berdasarkan Indeks Massa Tubuh mengikut umur anak dengan prestasi belajar siswa di SD Advent 2.

6.2. Saran

1. Orang tua perlu mengambil perhatian terhadap pola pemakanan anak mereka supaya anak mendapat asupan gizi yang mencukupi.

2. Orang tua perlu peka dan menilai proses pembelajaran serta pengajaran pada anak supaya anak meraih prestasi belajar yang baik.


(45)

Daftar Pustaka

Abdullah, A. 2008. PrestasiBelajar.Diunduh:

2013.

Anwar. (2008). Motivasi dan Kinerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Ann Burgess dan Dr Louis Dangga. (2012). Undernutrition in Adult and Children: causes, consequenses and what we can do. South Sudan Medical Journal. Atmarita. (2005). Nutrition Problems In Indonesia, p1.

Batchiar. (2009). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas II SMA Negeri 2 Mataram (skripsi) di IAIN Mataram, Nusa Tenggara

Barat. 2009

Depkes.RI,2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk petugas). Jakarta

Doughlas C. Heimburger. (2012). Malnutrition and Nutritional Assessment. In: Dan L.

Longo, Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Hauser

dan Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. U.S: The

McGraw-Hill Companies, Inc. 605-611.

FIMS/WHO. (1998). -. Sports and Children. 76 (-), 445-447.

Gunarso, A. 1991. Prestasi belajar.Bagaimana Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah Surayabaya: Usaha Nasional.

Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B. 2009. Obesitas Pada Anak. Surabaya: Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

Kedokteran Unair.

Jalal, Hardiansyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Di dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: Lembaga Ilmu


(46)

Pengetahuan Indonesia.

Johana Dwyer. (2012). Nutrient Requirements and Dietary Assessment. In: Dan L.

Longo,Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Hauser

dan Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. U.S: The McGraw-Hill Companies, Inc. 588-592.

John E.Hall (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed. U.S:

Elsevier. 843-856.

Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. U.S: The McGraw-Hill Companies, Inc. 629-636

IFPRI. (2008). -. Nutrition and Gender in Asia . 1-4.

Kartono, Djoko dkk. 1998. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Pada Anak di Sekolah Dasar Tertinggal yang Mendapat Program Makanan

Tambahan. Gizi Indonesia vol XXIII

Kim E. Barrett, Susan M. Barman, Scott Boitano, Heddwen L.Brooks (2010). Ganong's Review of Medical Physiology. Singapore: Mc Graw Hill. 451-466.

Masdewi. (2011). KORELASI PERILAKU MAKAN DAN STATUS GIZI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PROGRAM AKSELERASI DI SMP. -. 34 (2)

Mexitalia. (2002). Hubungan Kecerdasan Emosianal, Status Gizi dengan Prestasi

Belajar

Mohd Amzari. (2010). Kepentingan Tidur Bagi Kesehatan dan Pembelajaran.

Nurhayati, E. (2010). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(47)

WHO. (2013). Nutrition. Available: www.who.int/topics/nutrition/en/. Last

accessed 1st June 2013.

World Health Organization. Dept. of Nutrition for Health and Develpoment (1999). Nutrition for Health and Develpment. -: WHO. 1-90.

World Health Organization. Dept. of Nutrition for Health and Develpoment (2008). Nutrition for Health and Develpment. -: WHO. 1-90.

Unicef.(2006). progressforchildren. Available:

http://www.unicef.org/progressforchildren/undernutrient. Last accessed 1st June

2013.

Uniteforsight.(2013). OverNutrition. Available:http://www.uniteforsight.org/hung er/mo

dule4. Last accessed 1st June 2013.

Robert M Russell and Paolo M. Suter. (2012). Vitamin and Trace Mineral Deficiency

and Excess. In: Dan L. Longo, Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S.

Fauci, Stephan L.Hauser dan Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal

Medicine. 18th ed. U.S: The McGraw-Hill Companies, Inc. 594-604.

(2007). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Riset Kesehatan Dasar 2007. 1-29.

Robert F. Kushner. (2012). Evaluation and Management of Obesity. In: Dan L. Longo,

Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Hauser dan

Sukmana.2005. Menumbuhkan Budaya Menulis di KalanganSiswa.Buletin

Pusat Pebukuan, Volume 11, Januari-Juni 2005, Jakarta: Pusat Perbukuan. YUNITA KUSUMANINGSIH . (2009). FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG


(48)

PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI


(49)

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 42 51.9 51.9 51.9

perempuan 39 48.1 48.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IV 30 37.0 37.0 37.0

V 22 27.2 27.2 64.2

VI 29 35.8 35.8 100.0

Total 81 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cum

Valid TNI/POLRI/PNS/BUMN 23 28.4 28.4

pegawai swasta 11 13.6 13.6

wiraswasta/dagang/jasa 35 43.2 43.2

petani/nelayan 2 2.5 2.5

buruh/lainya 10 12.3 12.3

Total 81 100.0 100.0

Status gizi sd

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurus 7 8.6 8.6 8.6

normal 55 67.9 67.9 76.5

gemuk 19 23.5 23.5 100.0


(50)

dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi makanan pokok?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 kali/hari 2 2.5 2.5 2.5

3 kali/hari 69 85.2 85.2 87.7

lebih dari 4 kali/hari 10 12.3 12.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

apakah anda mengkonsumsi sarapan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 74 91.4 91.4 91.4

tidak 7 8.6 8.6 100.0

Total 81 100.0 100.0

dari mana anda mendapat makanan yang selalu dikonsumsi?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid beli diluar 4 4.9 4.9 4.9

masakan orang tua 77 95.1 95.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan lebih dari jam lapan, seberapa sering kegiatan tersebut?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering(4-7 kali/minggu) 26 32.1 32.1 32.1

tidak sering(kurang dari 3 kali/minggu)

55 67.9 67.9 100.0

Total 81 100.0 100.0

seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/jajanan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering(4-7 kali/minggu) 34 42.0 42.0 42.0

tidak sering(kurang dari 3 kali/minggu)


(51)

seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/jajanan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering(4-7 kali/minggu) 34 42.0 42.0 42.0

tidak sering(kurang dari 3 kali/minggu)

47 58.0 58.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

adakah orang tua anda menolong anda mengulangkaji pelajaran?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 72 88.9 88.9 88.9

tidak 9 11.1 11.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

dimanakah posisi duduk anda di dalam kelas?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid depan 22 27.2 27.2 27.2

tengah 37 45.7 45.7 72.8

belakang 22 27.2 27.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

berapa jam anda belajar dalam satu hari?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid lebih dari 3 jam 43 53.1 53.1 53.1

kurang dari 3 jam 38 46.9 46.9 100.0

Total 81 100.0 100.0

berapa jam anda tidur dalam satu hari?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid lebih dari 8 jam 52 64.2 64.2 64.2

kurang dari 8 jam 29 35.8 35.8 100.0

Total 81 100.0 100.0


(52)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 50 61.7 61.7 61.7

tidak 31 38.3 38.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

kelompokprestasibelajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 17 21.0 21.0 21.0

baik 64 79.0 79.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Status gizi sd *

kelompokprestasibelajar

81 100.0% 0 .0% 81 100.0

Status gizi sd * kelompokprestasibelajar Crosstabulation

kelompokprestasibelajar

Total

kurang baik

Status gizi sd kurus Count 1 6 7

% within kelompokprestasibelajar 5.9% 9.4% 8.6%

% of Total 1.2% 7.4% 8.6%

normal Count 9 46 55

% within kelompokprestasibelajar 52.9% 71.9% 67.9%

% of Total 11.1% 56.8% 67.9%

gemuk Count 7 12 19

% within kelompokprestasibelajar 41.2% 18.8% 23.5%

% of Total 8.6% 14.8% 23.5%

Total Count 17 64 81

% within kelompokprestasibelajar 100.0% 100.0% 100.0%


(53)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.779a 2 .151

Likelihood Ratio 3.463 2 .177

Linear-by-Linear Association 2.980 1 .084

N of Valid Cases 81

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.47.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .211 .151

N of Valid Cases 81


(54)

(1)

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 42 51.9 51.9 51.9

perempuan 39 48.1 48.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IV 30 37.0 37.0 37.0

V 22 27.2 27.2 64.2

VI 29 35.8 35.8 100.0

Total 81 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cum

Valid TNI/POLRI/PNS/BUMN 23 28.4 28.4

pegawai swasta 11 13.6 13.6

wiraswasta/dagang/jasa 35 43.2 43.2

petani/nelayan 2 2.5 2.5

buruh/lainya 10 12.3 12.3

Total 81 100.0 100.0

Status gizi sd

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurus 7 8.6 8.6 8.6

normal 55 67.9 67.9 76.5

gemuk 19 23.5 23.5 100.0


(2)

dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi makanan pokok?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 kali/hari 2 2.5 2.5 2.5

3 kali/hari 69 85.2 85.2 87.7

lebih dari 4 kali/hari 10 12.3 12.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

apakah anda mengkonsumsi sarapan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 74 91.4 91.4 91.4

tidak 7 8.6 8.6 100.0

Total 81 100.0 100.0

dari mana anda mendapat makanan yang selalu dikonsumsi?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid beli diluar 4 4.9 4.9 4.9

masakan orang tua 77 95.1 95.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan lebih dari jam lapan, seberapa sering kegiatan tersebut?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering(4-7 kali/minggu) 26 32.1 32.1 32.1

tidak sering(kurang dari 3 kali/minggu)

55 67.9 67.9 100.0

Total 81 100.0 100.0

seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/jajanan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering(4-7 kali/minggu) 34 42.0 42.0 42.0

tidak sering(kurang dari 3 kali/minggu)


(3)

seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/jajanan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering(4-7 kali/minggu) 34 42.0 42.0 42.0

tidak sering(kurang dari 3 kali/minggu)

47 58.0 58.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

adakah orang tua anda menolong anda mengulangkaji pelajaran?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 72 88.9 88.9 88.9

tidak 9 11.1 11.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

dimanakah posisi duduk anda di dalam kelas?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid depan 22 27.2 27.2 27.2

tengah 37 45.7 45.7 72.8

belakang 22 27.2 27.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

berapa jam anda belajar dalam satu hari?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid lebih dari 3 jam 43 53.1 53.1 53.1

kurang dari 3 jam 38 46.9 46.9 100.0

Total 81 100.0 100.0

berapa jam anda tidur dalam satu hari?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid lebih dari 8 jam 52 64.2 64.2 64.2

kurang dari 8 jam 29 35.8 35.8 100.0

Total 81 100.0 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 50 61.7 61.7 61.7

tidak 31 38.3 38.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

kelompokprestasibelajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 17 21.0 21.0 21.0

baik 64 79.0 79.0 100.0

Total 81 100.0 100.0

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Status gizi sd *

kelompokprestasibelajar

81 100.0% 0 .0% 81 100.0

Status gizi sd * kelompokprestasibelajar Crosstabulation

kelompokprestasibelajar

Total kurang baik

Status gizi sd kurus Count 1 6 7

% within kelompokprestasibelajar 5.9% 9.4% 8.6%

% of Total 1.2% 7.4% 8.6%

normal Count 9 46 55

% within kelompokprestasibelajar 52.9% 71.9% 67.9%

% of Total 11.1% 56.8% 67.9%

gemuk Count 7 12 19

% within kelompokprestasibelajar 41.2% 18.8% 23.5%

% of Total 8.6% 14.8% 23.5%

Total Count 17 64 81

% within kelompokprestasibelajar 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.779a 2 .151

Likelihood Ratio 3.463 2 .177

Linear-by-Linear Association 2.980 1 .084

N of Valid Cases 81

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.47.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .211 .151

N of Valid Cases 81


(6)