Tingkat Bahaya Erosi (Tbe) Tanah Andisol Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Dengan Metode Usle Di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

(1)

TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDISOL PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DENGAN METODE USLE DI DESA KUTA RAKYAT

KECAMATAN NAMANTERAN KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

AMOS SIMANUNGKALIT 070303042

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDISOL PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DENGAN METODE USLE DI DESA KUTARAKYAT

KECAMATAN NAMANTERAN KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

AMOS SIMANUNGKALIT 070303042

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof.Ir.Zulkifli Nasution,M.Sc,Phd) (Mariani Sembiring, SP, MP NIP.1959 0815 1986 011002 NIP. 1974 0610 2008 122002

)

Mengetahui:

Ketua Departemen Agroekoteknologi

( Dr.Ir. T. Sabrina, MAgr. Sc, PhD NIP. 1964 0620 1998 032001


(3)

ABSTRAK

AMOS SIMANUNGKALIT : Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andisol Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Metode USLE di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo, di bimbing oleh Prof. Ir. Zulkifli Naustion, MSc, PhD sebagai ketua komisi pembimbing dan Mariani Sembiring , SP, MP sebagai anggota komisi pembimbing.

Desa Kutarakyat Kecamtan Namanteran Kabupaten Karo merupakan daerah desa yang langsung bertepatan dengan Kabupaten Langkat dimana daerah ini masih didominasi oleh daerah hutan. Vegetasi yang masih serta kemiringan lereng mulai dari landai, curam sampai datar di daerah ini menjadi pemicu masalah erosi tanah. Untuk mengetahui tingkat erosi tanah Desa Kutarakyat dilakukan suatu penelitian pada Juni-September 2011. Penelitian ini menggunakan metode survey dan dilanjutkan perhitungan laju erosi tanah metode USLE (Universal Soil Loss Equation).

Hasil penelitian menunjukkan erosi tertinggi terdapat di daerah tanaman semusim pada kemiringan lereng 30% yaitu sebesar 28, 803 dengan tingkat bahaya erosi kriteria sangat tinggi. Sebaliknya, nilai erosi tanah terendah terdapat di daerah tanaman hutan pada kemiringan 8% yaitu sebesar 0,163 dengan tingkat bahaya erosi kriteria sedang.


(4)

ABSTRACT

AMOS SIMANUNGKALIT: Erosion potential (TBE) Land Andisol On Some Types of Land Use Using USLE Methods in Village Kutarakyat Namanteran Karo District, guided by ZULKIFLI NASUTION as chairman of the commission supervising and MARIANI SEMBIRING as a member of the commission supervising.

Kutarakyat Village Kutarakyat Village Namanteran Karo District is a rural area that directly coincides with Langkat district where the area is still dominated by forest region. Intact and slope ranging from ramps, steep to flat in this area to trigger soil erosion problem. To determine the level of soil erosion Kutarakyat Village conducted a study in June-September 2011. This study uses survey and continued soil erosion rate calculation method USLE (Universal Soil Loss Equation).

The results showed the highest erosion in the area are seasonal crops on slopes of 30% which is 28, 803 with the criteria of erosion potential is very high. In contrast, the lowest value of soil erosion in the area are forest plants on the slope of the 8% that is equal to 0.163 with a moderate level of erosion hazard criteria.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Amos Simanungkalit, lahir di Lhokseumawe pada tanggal 5 September 1989. Putra ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bakti Simanungkalit dan Rosdiana Simanjuntak.

Selama hidup, penulis menempuh pendidikan formal di : - SD R.A Kartini Tebing Tinggi lulus pada tahun 2001 - SMP Negeri 1 Tebing Tinggi lulus pada tahun 2004 - SMA Andreas Sunggal lulus pada tahun 2007

- Tahun 2007 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegitan sebagai : - Ketua Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara masa bakti 2008-2009, Medan

- Ketua Bidang Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara masa bakti 2009-2010

- Sekretaris Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara masa bakti 2010-2011

- Sekretaris Badan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia masa bakti 2011-2013 Medan

- Peserta PILMITANAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional) dengan thema Optimalisasi Penggunaan Lahan yang Berbasis Kearifan


(6)

Lokal dan Kelestarian Lingkungan pada 13-18 November 2009 di Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta

- Panitia Seminar dan Lokakarya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan pada 12 Februari 2010 d FP-USU Medan

- Peserta Pertemuan Nasional (PERNAS) dengan tema Lahan yang Berkelanjutan dan Berbasis Lingkungan pada 5-9 Juli 2010, Malang

- Peserta Seminar Pertanian 2011” Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional” pada 29 Mei 2011 di FP-USU Medan

- Penasehat Pengkaderan Nasonal II Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) dengan thema “Mengoptimalkan Kader yang Mampu Menjadi Barometer Dunia Pertanian di Indonesia” pada 22-26 Januari 2011 di FP-USU, Medan

- Melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Koala Sawit PTPN II Langkat pada Juli 2011


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andisol pada beberapa Tipe Penggunaan Lahan dengan Metode USLE di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. Zulkifli Nasution, Msc, Phd selaku ketua komisi pembimbing dan

Mariani Sembiring, SP, MP selaku anggota pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan tinggi iman,tinggi ilmu,tinggilah pengabdian kita, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL……….iii

DAFTAR LAMPIRAN……….iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Erosi dan Kerusakan Lahan ... 3

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ... 5

Metode USLE ... 6

Pemanfaatan Lahan pada Tanah Andisol ... 8

BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Percobaan ... 10

Prosedur Percobaan ... 14

Parameter yang diukur ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 17

Nilai Erosi pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran Indeks Erosivitas ... 18

Indeks Erodibilitas Tanah ... 19

Indeks Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)..………..……. 23

Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman………. 24

Erosi (USLE)………...…… 26

Erosi yang Ditoleransikan ……….. 27

Erosi Potensial ……….. 28

Tingkat Bahaya Erosi……….. 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran... 26


(9)

DAFTAR TABEL

1. Nilai Erodibilitas (K) 21

No Judul Halaman

2. Nilai Topografi 24

3. Nilai Konservasi dan Pola Tanam 26

4. Nilai Erosi Aktual 27

5. Nilai Erosi Potensial 28

6. Erosi yang Ditoleransikan 29

7. Tingkat Bahaya Erosi Aktual 30

8. Tingkat Bahaya Erosi Potensial 31


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul

1. Peta Kemiringan Lereng 2. Peta Erosi Aktual

3. Peta Erosi Potensial

4. Peta Erosi yang Ditoleransikan 5. Peta Tingkat Bahaya Erosi Aktual


(11)

ABSTRAK

AMOS SIMANUNGKALIT : Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andisol Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Metode USLE di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo, di bimbing oleh Prof. Ir. Zulkifli Naustion, MSc, PhD sebagai ketua komisi pembimbing dan Mariani Sembiring , SP, MP sebagai anggota komisi pembimbing.

Desa Kutarakyat Kecamtan Namanteran Kabupaten Karo merupakan daerah desa yang langsung bertepatan dengan Kabupaten Langkat dimana daerah ini masih didominasi oleh daerah hutan. Vegetasi yang masih serta kemiringan lereng mulai dari landai, curam sampai datar di daerah ini menjadi pemicu masalah erosi tanah. Untuk mengetahui tingkat erosi tanah Desa Kutarakyat dilakukan suatu penelitian pada Juni-September 2011. Penelitian ini menggunakan metode survey dan dilanjutkan perhitungan laju erosi tanah metode USLE (Universal Soil Loss Equation).

Hasil penelitian menunjukkan erosi tertinggi terdapat di daerah tanaman semusim pada kemiringan lereng 30% yaitu sebesar 28, 803 dengan tingkat bahaya erosi kriteria sangat tinggi. Sebaliknya, nilai erosi tanah terendah terdapat di daerah tanaman hutan pada kemiringan 8% yaitu sebesar 0,163 dengan tingkat bahaya erosi kriteria sedang.


(12)

ABSTRACT

AMOS SIMANUNGKALIT: Erosion potential (TBE) Land Andisol On Some Types of Land Use Using USLE Methods in Village Kutarakyat Namanteran Karo District, guided by ZULKIFLI NASUTION as chairman of the commission supervising and MARIANI SEMBIRING as a member of the commission supervising.

Kutarakyat Village Kutarakyat Village Namanteran Karo District is a rural area that directly coincides with Langkat district where the area is still dominated by forest region. Intact and slope ranging from ramps, steep to flat in this area to trigger soil erosion problem. To determine the level of soil erosion Kutarakyat Village conducted a study in June-September 2011. This study uses survey and continued soil erosion rate calculation method USLE (Universal Soil Loss Equation).

The results showed the highest erosion in the area are seasonal crops on slopes of 30% which is 28, 803 with the criteria of erosion potential is very high. In contrast, the lowest value of soil erosion in the area are forest plants on the slope of the 8% that is equal to 0.163 with a moderate level of erosion hazard criteria.


(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Erosi merupakan proses alamiah yang sulit untuk dihilangkan sama sekali atau tingkat erosinya nol. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi yang tidak melebihi laju pembentukan tanah. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk menentukan besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan untuk tiap-tiap jenis tanah untuk dijadikan dasar dalam menentukan tata guna lahan, pola dan intensitas tanam, manajemen lahan dan tindakan konservasi (Munir, 1995).

Tanah Andisol memiliki sifat fisik dan kimia yang khas. Andisol memiliki bahan organik yang tinggi, bulk density yang rendah sehingga kapasitas menahan air dan porositas yang tinggi. Andisol memiliki mineral liat amorf yaitu alofan dimana alofan memegang peranan utama dalam menentukan bulk density yang rendah. Kondisi tanah Andisol yang demikian sangat baik untuk digunakan untuk budidaya pertanian (Tan, 1998).

Empat faktor utama yang dianggap terlibat dalam proses erosi adalah iklim, sifat tanah, topografi dan vegetasi penutup lahan.Keempat faktor tersebut dimanfaatkan sebagai dasar untuk menentukan besarnya erosi tanah melalui persamaan umum yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan persamaan universal (Universal Soil Loss Equation.-USLE) (Wischmeier dan Smith, 1978)

Penggunaan lahan pada tanah Andisol untuk digunakan sebagai budidaya pertanian akan mempengaruhi karakteristik kimia tanah Andisol. Hal ini dapat terjadi karena, aktifitas budidaya pertanian yang intensif seperti pengolahan


(14)

tanah yang meliputi penanaman, pemeliharaan dan pemanenan akan merubah tingkat kesuburan tanah. Sehingga hal ini akan mempengaruhi sifat fisika maupun kimia tanah Andisol tersebut.

Perubahan kondisi tanah Andisol akibat penggunaan lahan untuk budidaya pertanian ini, akan menghasilkan kondisi tanah yang berbeda pada setiap penggunaan lahannya. Oleh karena itu dapat diteliti Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Andisol pada penggunaan lahan yang berbeda yaitu pada lahan hutan, lahan tanaman tahunan, dan lahan tanaman semusim.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andisol pada beberapa tipe penggunaan lahan dengan Metode USLE

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan menentukan penggunaan lahan di kawasan desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo.

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi dan Kerusakan Lahan

Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan partikel-partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel-partikel-partikel tanah (transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah terhanyutkan (deposition) (Morgan, Dkk, 1984)).

Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Besarnya erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu :

1. Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan), 2. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah), 3. Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng), 4. Vegetasi penutup tanah, dan

5. Tingkat pengelolaan tanah (Arsyad, 2006).

Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan, terutama hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan secara otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah, bahan mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah longsor


(16)

dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya berat yang makin ditingkatkan oleh air (Widianto, 2004).

Berdasarkan atas terlibat tidaknya peranan manusia sebagai faktor penyebabnya, erosi dapat dibedakan atas :(1) Erosi alamiah (natural erosion, normal erosion), dan erosi dipercepat (accelerted erosion). Erosi alamiah dianggap tidak membawa kerugian, karena jumlah tanah yang hilang karena erosi seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi dipercepat adalah erosi yang diakibatkan oleh perbuatan manusia, yang merusak keseimbangan antara proses pembentukan dan pengikisan tanah ( Hardjoamidjojo dan Sukandi, 2008).

Andisol adalah tanah yang memiliki bahan andik dengan ketebalan sebesar 60% atau lebih bila : 1) terdapat dalam 60 cm dari permukaan mineral atau pada permukaan bahan organik dengan sifat andik yang lebih dangkal, jika tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, horizon duripan atau horizon petrokalsik pada kedalaman tersebut, atau 2) diantara permukaan tanah mineral atau lapisan organik dengan sifat andik, yang lebih dangkal dan kontak

densik, litik, atau paralitik, horizon duripan atau horizon petroklasik (Soil Survey Staff, 2006).

Andisol terbentuk dari debu volkanik. Debu vulkanik kaya dengan mineral-mineral yang mengandung banyak Al dan Fe. Logam-logam ini akan dibebaskan oleh proses hancuran iklim. Khelasi antar asam humik dan Al dan Fe tersebut, membentuk khelat logam-humik, yang juga akan meningkatkan retensi humus terhadap dekomposisi mikrobiologis (Tan, 1998).


(17)

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Untuk tanah yang mempunyai sifat-sifat horison yang jelas, perubahan-perubahan yang terjadi oleh erosi mudah diketahui, sehingga dengan tepat dapat ditentukan tingkat kehilangan tanah yang telah terjadi. Tingkat atau kelas erosi ditentukan berdasarkan tebalnya horison A atau lapisan tanah yang hilang. Tanah yang masih ditumbuhi rerumputan atau yang belum banyak diolah dapat digunakan sebagai pembanding dengan tanah yang telah diusahakan dalam waktu yang relatif lama. Perbandingan harus dilakukan pada lahan yang sama dan kemiringan yang relatif sama. Selanjutnya kelas-kelas erosi dibagi berdasarkan banyaknya horison permukaan yang hilang yaitu persen dari horison A yang asli (Darmawijaya, 1992).

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan rumus (Hammer, 1981):


(18)

Metode USLE

Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan Wischmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan tanah yang lainnya, USLE mempunyai kelebihan yaitu variabel-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci. Sampai saat ini USLE masih dianggap sebagai rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga lebih banyak digunakan daripada rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith yaitu sebagai berikut:

A = R x K x L x Sx C x P dimana :

A = banyaknya tanah tererosi (ton/(ha.thn)).

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %, tanpa tanaman.

L = faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik.


(19)

S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa tanaman.

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik

(Arsyad, 2006).

Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil. Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran permukaan dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di sekeliling petak dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah. Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk


(20)

satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut “Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untk mendapatkan data-data sebagai berikut :

1. Besarnya erosi

2. Pengaruh faktor tanaman

3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner) 4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan

5. Pengelolaan tanah (Sarief, 1980)

Dengan berpegangan pada pendapat Konhke dan Bertrand (1959) bahwa petak kecil yang biasanya berbentuk persegi panjang dipergunakan untuk mendapatkan besarnya pengikisan dan penghanyutan yang disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu. Petak yang dipakai biasanya kecil sehingga semua aliran air permukaan terjadi pada saat hujan turun dapat ditampung dalam suatu bak penampungan air yang dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut (Kartasapoetra, 1998).

Pemanfaatan Lahan Pada Tanah Andisol

Pengelolaan tanah Andisol yang ada di Indonesia sampai saat ini adalah digunakan untuk budidaya pertanian tanaman hortikultura, perkebunan, dan hutan. Andisol yang berkembang di daerah datar dan daerah miring yang diteras sudah diusahakan untuk bercocok tanaman padi, palawija, dan kelapa sawit. Sedangkan yang berada di daerah tinggi umumnya digunakan untuk perkebunan kopi, the, sayuran dan berupa kawasan hutan lindung (Munir, 1995).


(21)

Karena Andisol berada pada daerah dengan kelembaban dan temperatur yang berbeda pada permukaan bentang lahan yang juga berbeda dan tentunya pada kemiringan yang berbeda pula, maka jenis vegetasi yang terdapat tentunya beraneka ragam. Pada umumnya, Andisol merupakan tanah yang asam sehingga vegetasi yang dapat tumbuh akan dominan pada tanaman yang dapat tumbuh pada kondisi asam. Karena tanah ini memiliki kapasitas menahan air yang tinggi, Andisol mendukung pertumbuhan tanaman dengan nilai jual tinggi dari pada tanah no-andik dalam kondisi lingkungan yang sama (Kimble, 1999).

Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap tanah. Menurut (FAO, 1965, dalam Sinukaban, 1986) pergiliran tanaman terutama dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah lainnya, merupakan cara konservasi tanah yang sangat penting. Keuntungan dari pergiliran tanaman adalah mengurangi erosi karena kemampuannya yang tinggi dalam memberikan perlindungan oleh tanaman, memperbaiki struktur tanah karena sifat perakaran, dan produksi bahan organik yang tinggi (Sinukaban, 1986)


(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini di laksanakan di Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo dilereng sebelah utara Gunung Sinabung dengan jarak + 90 km dari kota Medan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain, lahan lahan hutan, lahan tanaman tahunan, dan lahan tanaman semusim, contoh tanah, contoh air larian, peta topografi, peta adminitrasi, peta jenis tanah, data curah hujan.

Alat yang digunakan meliputi GPS (Global Positioning System), cangkul, pisau pandu, Key Soil Taxonomy 2010, meteran, kamera, kantong plastik, spidol, ring sampel, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Prediksi erosi dengan metode USLE diperoleh dari hubungan antara faktor-faktor penyebab erosi itu sendiri yaitu:

A = R x K x L x S x C x P Dimana:


(23)

A = Banyaknya tanah tererosi (ton ha-1 yr-1)

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan (Erosivitas) (MJ mm ha-1 hr-1 yr-1) K = faktor erodibilitas tanah (ton ha hr MJ-1 mm-1 ha-1)

LS = faktor panjang dan kemiringan lereng (dimensionless)

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (dimensionless) P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (dimensionless)

฀ Erosivitas (R) hujan adalah daya erosi hujan pada suatu tempat. Nilai erosivitas hujan dapat dihitung berdasarkan data hujan yang diperoleh dari penakar hujan otomatik dan dari penakar hujan biasa. Adapun persamaan yang

digunakan dalam untuk menentukan tingkat erosivitas hujan dalam penelitian ini adalah (Arsyad, 2006):

R = 6,119(RAIN)1,21 (DAY S) -0,47(MAXP) Keterangan :

0,53

- R adalah indeks erosivitas rata-rata bulanan - RAIN adalah curah hujan rata-rata bulanan (cm) - DAYS adalah jumlah hari hujan rata-rata perbulan

- MAXP adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan

฀ Erodibilitas (K) tanah adalah mudah tidaknya tanah mengalami erosi, yang di tentukan oleh berbagai sifat fisik dan kimia tanah (Arsyad, 2006) persamaan umum kehilangan tanah adalah sebagai berikut :

100K = 2,1 M 1,14(10-4 Keterangan :


(24)

- K adalah erodibilitas

- M adalah ukuran partikel (% debu + % pasir halus) - a adalah kandungan bahan organik

- b adalah kelas struktur tanah - c adalah kelas permeabilitas

Pada penilitian ini data spasial nilai aerodibilitas tanah diperoleh dari hasil penelitian Adnyana (2006). Dalam penentuan batas-batas nilai erodibilitas tanah tetap menggunakan unit lahan sebagai faktor yang menghomogenkan kondisi lahan.

Faktor panjang dan kemiringan kereng (LS). Faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22.13 m) di bawah keadaan yang identik. Sedangkan faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.

Secara umum persamaan untuk menentukan panjang lereng adalah (Laen and Moldenhauer, 2003):

L = (λ)

Dimana L adalah faktor panjang lereng, λ adalah panjang lereng (m) dan m adalah eks-potensial dari panjang lereng yang berkisar antara 0.2-0.6, di Indonesia yang sering digunakan adalah nilai 0.5, sedangkan persamaan untuk menentukan faktor kemiringan lereng menggunakan persamaan:

m

S = (0.0138 + 0.00965 θ + 0.00138 θ 2 )


(25)

Dimana S adalah faktor kemiringan lereng adalah kemringan lereng (%). Persamaan diatas sangat sulit diterapkan pada SIG berbasis pixel karena variabilitas panjang lereng yang sangat kompleks. Telah dikembangkan suatu persamaan untuk mencari nilai LS dengan memanfaatkan data DEM pada SIG. Adapun persamaan itu adalah:

LS = (X * CZ/22,13)0,4 * (sin θ/0,0896)1,3 Dimana:

LS = Faktor Lereng X = Akumulasi Aliran CZ = Ukuran pixel

θ = Kemiringan lereng (%) (Arsyad, 2006).

Akumulasi aliran merupakan nilai pixel yang dipengaruihi oleh aliran dari pixel dilereng atas. Pengolahan data DEM untuk mendapatkan nilai LS didalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3 dengan bantuan extensions Spatial Analyst dan Terrain Analysis.

฀ Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman. Data sebaran spasial dari faktor ini diperoleh dari Adnyana (2006).

Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras


(26)

terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik (Adnyana, 2006).

Perangkat lunak yang digunakan dalam proses analisis adalah ArcView 3.3 dengan bantuan extensions Spatial Analyst dan Terrain Analysis serta perangkat lunak ArcGIS 9.2. Seluruh data dipresentasikan dalam bentuk grid bergeoreferance dengan ukuran pixel 10m. Data DEM diperoleh dari hasil analisis dari peta kontur Rupabumi Indonesia dengan skala 1:25.000. Data curah hujan diperoleh dari badan Meteorologi dan Geosika (BMG). Faktor K, C dan P dibagi perunit lahan yang ditentukan berdasarkan kesamaan penggunaan lahan, lereng dan jenis tanah.

- Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual (A) dengan erosi yang dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan rumus:

TBE = A/T

Prosedur Pelaksanaan

1. Ditentukan laju erosi yang dapat ditoleransikan (T). 2. Dihitung erosi menggunakan prediksi metode USLE.

a) Ditentukan titik pengambilan sampel tanah berdasarkan tipe penggunaan lahan dan kemiringan lereng dengan keterangan sebagai berikut :

Kode A : Tanaman Hutan Kode B : Tanaman Semusim Kode C : Tanaman Tahunan


(27)

Dimana penggolongan kelas kemiringan lereng juga tertera pada kode titik sampel seperti :

1 : kemiringan lereng 0-3 % 2 : kemiringan lereng 3-8 % 3 : kemiringan lereng 8-15 % 4 : kemiringan lereng 15-30 % b) Dihitung laju permeabilitas tanah.

c) Dianalisis sifat fisika tanah (tekstur, struktur). d) Dianalisis kandungan C-Org tanah.

e) Dihitung erosi dan bahaya erosi 3. Dihitung tingkat bahaya erosi (TBE).

4. Digambar Peta Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dengan ArcView 3.3

Parameter yang diukur Adapun parameter yang diukur adalah sebagai berikut: 1. Erosi :

- Panjang lereng; - Kemiringan lereng; - Kedalaman tanah; - Bobot isi tanah; - Tekstur tanah; - Struktur tanah; - Bahan organik tanah; - Permeabilitas tanah.


(28)

- Jenis pupuk yang digunakan;

- Frekuensi pemupukan selama tanam;

- Jenis residu tanaman yang dipakai dan cara pemakaian; - Cara pengolahan tanah;

- Pergiliran tanaman; - Sistem pengolahan tanah; - Sistem penanaman tanaman; - Pembuatan guludan dan teras.

Data yang diperoleh dari berbagai sumber atau dokumen seperti:

- Data curah hujan, jumlah hari hujan, intensitas hujan, hujan maksimum, dan hujan rata-rata;

Pelaksanaan Penelitian :

- Ditentukan titik sampel penelitian berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan tipe penggunaan lahan.

- Diambil tanah setiap titik sampel dengan menggunakan bor tanah dan ring sampel lalu dibungkus ke dalam plastik. - Dianalisis tanah di laboratorium berdasarkan paremeter yang

dibutuhkan untuk mengidentifikasikan erosi.


(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Kondisi Umum Desa Kuta Rakyat

Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo memiliki jenis tanah Andisol dengan tiga penggunaan lahan yang berbeda dalam satu areal. Ketiga penggunaan lahan yang dimaksud antara lain, lahan hutan asli, lahan tanaman tahunan dna lahan tanaman semusim. Terletak di lereng sebelah utara Gunung Sinabung pada ketinggian 1432 meter hingga 1439 meter diatas permukaan laut. Secara geografis kawasan ini berada pada 03012’12” LU – 03016’17” LS dan 98020’20” BB – 980

II.1. Indeks Erosivitas

24’24” BT. (Lampiran. Gambar 1)

Nilai indeks erosivitas yang merupakan jumlah satuan indeks erosi hujan pada Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel. 1 diatas, Indeks Erosivitas ini memiliki jumlah yang sama dikarenakan oleh curah hujan yang sama dimiliki oleh desa tersebut. Data rata-rata curah hujan tahunan di wilayah ini terdapat 9 bulan basah dan 3 bulan kering (Lampiran 5, 6, 7). Penggolongan iklim ini berdasarkan Oldeman, yaitu bulan basah jika curah hujan >200 mm, bulan kering jika <100 mm. Penentuan temperatur tanah diperoleh dari pendekatan rata-rata temperatur udara tahunan + 10C, sehingga rata-rata suhu tanah yang diperoleh adalah 28,80

Pada daerah penelitian stasiun hujan yang terdekat adalah Pancur Batu. Data hujan yang digunakan merupakan data curah hujan bulanan rata-rata Kecamatan Simpang Empat yang sekarang dibagi menjadi 3 kecamatan dimana salah satunya adalah Kecamatan Namanteran dari tahun 1996 sampai tahun 2008. C (Kartasapoetra, 1998).


(30)

Semakin tinggi nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi pada daerah tersebut.

Aliran air yang terakumulasi pada suatu tempat akan menimbulkan tingginya tingkat erosi di daerah tempat terakumulasi air tersebut. Menurut Arsyad (2006) air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng yang menyebabkan jumlah dan kecepatan air akan lebih besar di bagian bawah lerang, hal ini mengakibatkan erosi yang terjadi akan lebih besar di bagian bawah lereng dari pada bagian atas. Pemanfaatan SIG berbasis pixel bisa menggambarkan kondisi besaran erosi yang detail dalam waktu yang cepat. Kondisi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih detail dan cepat tentang tingkat erosi yang terjadi sehingga perencanaan tindakan konservasi tanah dan air yang disarankan bisa lebih spesifik, khususnya terhadap lokasi tempat tindakan konservasi.

I. 2. Indeks Erodibilitas Tanah

Pada penelitian ini Erodibilitas tanah diukur di laboratorium berdasarkan analisis contoh tanah untuk tekstur, permeabilitas, kadar bahan organik, dan pengamatan kelas struktur tanah. Besar nilai K dapat dilihat pada Tabel. 1 yang ditentukan menggunakan nomograf.

Kelas erodibilitas tertinggi pada daerah penelitian mempunyai nilai K terbesar 0,377 yang merupakan daerah tanaman tahunan dengan kemiringan lereng yang berkisar 0-3% dimana lokasi ini berada di bagian sebelah barat desa yang berbatasan dengan desa sebelahnya, sedangkan kelas erodibilitas yang terendah mempunyai nilai K 0,010 yang merupakan daerah hutan dengan kemiringan lereng 3-8% yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat.


(31)

Tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman efektif tanah, permeabilitas, mempengaruhi erosi yakni pada tingkat erodibilitas tanah, hal ini sesuai dengan pernyataan Hammer (1981) bahwa beberapa sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah. Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo ini memiliki kelas tekstur yang relatif sama yakni lempung berpasir sehingga tanah Andisol di daerah ini cukup kuat dalam mengikat air, seperti dapat dilihat pada data di Tabel. 2 berikut ini:


(32)

Tabel 2. Nilai Erodibilitas (K) pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran

Keterangan : A = Tanaman Hutan B = Tanaman Semusim C = Tanaman Tahunan Tekstur tanah 40005 : Lempung Berpasir

Struktur tanah 2 : Granular halus

Permeabilitas 4 : Sedang sampai lambat 2,0 – 6,3 Titik Sampel Debu

(%)

Liat (%)

Pasir (%) Tekstur Tanah (M) % Bahan Organik C-Organik (a) Kode Struktur (b) Permeabilitas (cm/jam) Kode Permeabilitas(c) Erodibilitas (K) Pasir Pasir Sangat

Halus

A1 (Kemiringan 0-3%) 12,00 8,00 64,00 16,00 4005 20,464 11,87 2 6,29 4 0,030 A2 (Kemiringan 3-8%) 12,00 12,00 60,80 15,20 4005 21,429 12,43 2 6,86 4 0,010 A3 (Kemiringan 8-15%) 12,00 20,00 54,40 13,60 4005 3,845 2,23 2 5,44 4 0,364 A4 (Kemiringan 15-30%) 8,00 8,00 67,20 16,80 4005 19,033 11,04 2 2,72 4 0,058 B1 (Kemiringan 0-3%) 10,00 10,00 64,00 16,00 4005 15,671 9,09 2 2,09 4 0,126 B2 (Kemiringan 3-8%) 4,00 8,00 70,40 17,60 4005 3,224 1,87 2 2,34 4 0,377 B3 (Kemiringan 8-15%) 6,00 10,00 67,20 16,80 4005 7,068 4,10 2 2,56 4 0,299 B4 (Kemiringan 15-30%) 4,00 12,00 67,20 16,80 4005 8,344 4,84 2 3,76 4 0,274 C1 (Kemiringan 0-3%) 4,00 4,00 73,60 18,40 4005 3,224 1,87 3 2,97 4 0,409 C2 (Kemiringan 3-8%) 6,00 6,00 70,40 17,60 4005 8,948 5,19 3 2,31 4 0,294 C3 (Kemiringan 8-15%) 12,00 16,00 57,60 14,40 4005 14,120 8,19 3 2,34 4 0,190 C4 (Kemiringan 15-30%) 16,00 8,00 60,80 15,20 4005 18,550 10,76 3 2,84 4 0,101


(33)

Dari Tabel. 2 dapat diketahui bahwa di Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo ini juga memiliki bahan organik yang cukup tinggi yakni sebesar 21,429 pada titik A2 sehingga menyebabkan erosi yang terjadi pada titik tersebut sangat kecil sekali, dimana wilayah ini berada pada kemiringan lereng 3 - 8% dan ketinggian lereng 201 – 500 m dpl, daerah ini resisten terhadap erosi, subur, dan produksi tanaman juga tinggi. Terkhusus untuk wilayah Kuta Rakyat ini tingkat permeabilitasnya memiliki nilai rata-rata 2,0 – 6,3 (Tabel. 2) yang dikategorikan sedang sampai lambat sehingga daerah ini mampu menahan jumlah air yang besar sehingga tahan terhadap erosi. Sedangkan untuk tipe struktur pada desa Kuta Rakyat ini didominasi oleh granular halus sehingga hal ini juga turut mendukung di dalam penetapan resisten terhadap erosi karena berstruktur granular.

Nilai tekstur dan struktur tanah berbanding lurus dengan tingkat erodibilitas tanah. Semakin bertambah nilai tekstur dan koefisien struktur juga besar maka semakin tinggi pula nilai erodibilitasnya sehingga nilai erosi yang akan terjadi juga akan semakin meningkat. Lain halnya dengan nilai permeabilitas dan bahan organik yang berbanding terbalik, semakin cepat nilai permeabilitas tanah dan semakin besar nilai C-organik tanah maka semakin berkurang nilai erodibilitas tanah sehingga semakin berkurang pula nilai erosi yang akan terjadi. Nilai erodibilitas diperoleh dengan pengamatan sifat tanah di lapangan, seperti pengamatan pada profil tanah dan analisis di laboratorium untuk sifat-sifat tanah yang diperlukan dalam penentuan erodibilitas tanah.


(34)

II.3. Indeks Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Ada dua hal yang mempengaruhi faktor topografi yakni kemiringan lereng (S) dan panjang lereng (L). Nilai faktor topografi (LS) pada lahan tanaman hutan dapat dilihat Tabel. 1 dimana topografi pada lahan tanaman hutan memiliki nilai tertinggi yakni 5,773. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki lereng yang curam sehingga rentan terhadap bahaya erosi. Sesuai dengan pernyataan Arsyad (2006) bahwa selain dengan memperbesar aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Dengan makin besarnya topografi maka besarnya jumlah butir-butir yang terangkut.

Panjang lereng yang diamati dilapangan merupakan panjang lereng yang memiliki kemiringan lereng yang sama dilapangan. Air yang mengalir di permukaan tanah akan berkumpul di ujung lereng, dengan demikian lebih banyak air yang mengalir akan makin besar kecepatan di bagian bawahnya sehingga erosi lebih besar pada bagian bawah. Hal ini diakibatkan karena bertambahnya aliran permukaan. Sehingga makin panjang lereng maka makin tinggi potensial erosi yang akan terjadi. Hal ini sesuai denga Wischmeier and Smith (1978) yang menyatakan makin panjang lereng permukaan maka akan tinggi potensial erosi sehingga makin menimbulkan akumulasi aliran permukaan makin tinggi. Dimana kelas kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel. 3 dibawah ini.


(35)

Tabel. 3 Nilai Topografi dan Konservasi pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran (LS)

Titik Sampel S(o) S (%) L (m) LS A1 (Kemiringan 0-3%) 5,4 12,000 43,00 2,945 A2 (Kemiringan 3-8%) 2,7 6,000 55,00 1,675 A3 (Kemiringan 8-15%) 1,0 2,300 52,00 0,645 A4 (Kemiringan 15-30%) 9,0 20,000 60,00 5,773 B1 (Kemiringan 0-3%) 0,6 1,380 9,00 0,225 B2 (Kemiringan 3-8%) 1,6 3,600 10,00 0,477 B3 (Kemiringan 8-15%) 4,0 8,800 36,00 1,986 B4 (Kemiringan 15-30%) 7,7 17,000 24,00 3,122 C1 (Kemiringan 0-3%) 0,5 1,100 50,00 0,328 C2 (Kemiringan 3-8%) 2,7 6,000 43,00 1,486 C3 (Kemiringan 8-15%) 4,2 9,400 57,00 2,656 C4 (Kemiringan 15-30%) 7,2 16,100 75,00 5,196 Keterangan : A = Tanaman Hutan S = Kemiringan Lereng

B = Tanaman Semusim L = Panjang Lereng C = Tanaman Tahunan

Dari Tabel 3 dapat juga diketahui bahwa apabila aliran permukaan dengan nilai topografi yang tinggi maka akan semakin banyak tanah yang tererosi. Erosi ini terjadi karena percikan air hujan, partikel-partikel tanah ke udara oleh pukulan butir-butir air hujan menyebabkan gerakan murni tanah ke arah bawah lereng, selain butir-butir air hujan, erosi ini juga meningkat karena besarnya nilai kemiringan lereng.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai LS paling besar yakni terdapat di hutan yang mayoritas merupakan daerah semak belukar yang masih tetap terjaga dari pengolahan tanaman sebesar 5,773, sedangkan daerah yang memiliki nilai paling rendah sebesar 0,225 merupakan daerah tanaman musiman yang merupakan daerah yang mengalami proses pengolahan yang paling sering dengan kemiringan sebesar 1,38%.

II.4. Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman

Nilai faktor C dan P (Tabel 1) merupakan faktor erosi pada prediksi metode


(36)

itu perlu dilakukan penetapan nilai C dan P yang sesuai dengan di lapangan agar nilai erosi yang didapat lebih akurat. Faktor C dan P merupakan faktor yang dapat dikendalikan untuk mengatasi masalah bahaya erosi. Untuk wilayah tanaman hutan nilai C-nya sebesar 0,005 (A1, A2, A3, A4), untuk wilayah tanaman semusim besarnya nilai C yaitu 0,4 (B1, B3), 0,7 (B2), dan 0,35 (B4), sementara untuk wilayah tanaman tahunan nilai C-nya 0,9 (C1) dan 0,2 (C2, C3, C4). Untuk nilai konservasi tiap wilayah berbeda-beda, sesuai dengan tipe penggunaan lahan (Lampiran 3).

Vegetasi merupakan faktor yang penting dalam terjadinya erosi, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan dapat tertahan dalam tajuk-tajuk vegetasi sehingga tenaga kinetik air tidak langsung mengenai permukaan tanah. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2) meurunkan kecepatan air larian, (3) menahan partiel-partikel tanah pada tempatnya dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Chay Asdak, 1995).

Vegetasi yang dominan dilahan hutan asli adalah tanaman hutan dan semak belukar. Pada lahan tanaman tahunan, vegetasinya adalah kopi dan jeruk. Pada lahan tanaman semusim, vegetasi yang dominan adalah kentang, kol, cabai, wortel, dan jagung, yang dapat dilihat pada tabel 4.


(37)

Tabel 4. Nilai Konservasi dan Pola Tanam Desa Kuta Rakyat

Keterangan Nilai CP Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman

Hutan 0,005 Tanpa tumbuhan bawah tanpa

serasah

Kebun 0,4 Kebun-talun

Pemukiman 0,00 100% tanah tertutup

Kentang 0,35 Ditanam searah kontur

Cabe 0,9 100% tanah tertutup

Kacang Tanah 0,7 penutupan tanah sebagian ditumbuhi alang-alang

Tanpa tindakan konservasi

1,000 Jagung, Kol, Cabe

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur :

-Kemiringan 0-8 % Teras tradisional

0,050

0,40

0,087 Jagung sisa tanaman dijadikan mulsa

Dari Tabel 4 juga dapat kita ketahui tipe teras gulud tidak memerlukan suatu konservasi tanah dan pengelolaan tanaman karena merupakan 100% tanah tertutup. Dalam konversi nilai CP terhadap label perkiraan faktor CP berbagai jenis penggunaan lahan (Darmawijaya, 1992) jenis penggunaan lahan tanah di daerah penelitian merupakan tanaman perkebunan kopi dan jeruk.

III. Erosi

Dari keseluruhan data titik sampel Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo yang diperoleh pada Tabel 1 maka diketahui nilai erosi yang tertinggi yaitu pada tipe penggunaan Lahan Tanaman Semusim dengan kemiringan lereng 15-30 % dengan nilai 28,803 ton/ha/tahun B4), hal ini disebabkan oleh kemiringan lereng yang cukup curam dan juga disebabkan oleh nilai Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman yang tinggi, tipe penggunaan lahannya pun yang kebih sering diolah dibandingkan dengan tipe penggunaan


(38)

lahan yang lain. Nilai erosi yang terkecil yaitu 0,163 ton/ha/tahun (A2) dengan tipe penggunaan tanaman hutan, hal ini selain dikarenakan tipe penggunaan lahannya, juga karena nilai erodibilitasnya yang terkecil.

Desa Kuta Rakyat merupakan suatu desa dengan tingkat erosi yang relatif rendah, hal tersebut karena daerah ini merupakan daerah yang hampir sebagian besar permukaannya berupa hutan serta kondisi tanah yang resisten atau tidak mudah terbawa oleh tenaga kinetik air hujan.

Nilai Erosi Aktual pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran.

Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui nilai erosi pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Nilai Erosi Aktual pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran

Titik Sampel Erosivitas ( R ) (cm/thn) Erodibilitas (K) Topografi (LS) Tanaman ( C )

Konservasi (P)

Erosi (A) (ton/ha.thn) A01 (Kemiringan 0-3%) 1927,305488 0,030 2,945 0,005 1,000 0,838 A02 (Kemiringan 3-8%) 1927,305488 0,010 1,675 0,005 1,000 0,163 A03 (Kemiringan 8-15%) 1927,305488 0,364 0,645 0,005 1,000 2,262 A04 (Kemiringan 15-30%) 1927,305488 0,058 5,773 0,005 1,000 3,244 B01 (Kemiringan 0-3%) 1927,305488 0,126 0,225 0,4 0,050 1,094 B02 (Kemiringan 3-8%) 1927,305488 0,377 0,477 0,7 0,050 12,113 B03 (Kemiringan 8-15%) 1927,305488 0,299 1,986 0,4 0,050 22,908 B04 (Kemiringan 15-30%) 1927,305488 0,274 3,122 0,35 0,050 28,803 C01 (Kemiringan 0-3%) 1927,305488 0,409 0,328 0,9 0,040 9,324 C02 (Kemiringan 3-8%) 1927,305488 0,294 1,486 0,2 0,040 6,732 C03 (Kemiringan 8-15%) 1927,305488 0,190 2,656 0,2 0,087 16,900 C04 (Kemiringan 15-30%) 1927,305488 0,101 5,196 0,2 0,087 17,518

Keterangan : A = Tanaman Hutan B = Tanaman Semusim C = Tanaman Tahunan


(39)

IV. Erosi Potensial pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran.

Laju erosi yang menyatakan banyaknya lapisan tanah yang hilang dari suatu tempat karena proses erosi, merupakan salah satu indikator kecepatan proses perusakan. Perhitungan laju erosi potensial didasarkan oleh faktor-faktor erodibilitas, erosivitas, topografi, dengan mengabaikan faktor tanaman dan teknik konservasi.

Menurut Rauf, dkk., (2011) curah hujan yang tinggi, tanah yang poros, kemiringan lereng yang tinggi, vegetasi yang jarang dan aktivitas manusia yang intensif mempunyai peranan yang penting untuk berlangsungnya proses erosi yang landai hingga datar. Lihat Tabel 6.


(40)

Tabel 6. Nilai Erosi Potensial pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran

Titik Sampel Erosivitas ( R ) (cm/thn) Erodibilitas (K) Topografi (LS) Tanaman ( C )

Konservasi (P)

Erosi (A) (ton/ha.thn) A1 (Kemiringan 0-3%) 1927,305488 0,030 2,945 1 1,000 167,522 A2 (Kemiringan 3-8%) 1927,305488 0,010 1,675 1 1,000 32,519 A3 (Kemiringan 8-15%) 1927,305488 0,364 0,645 1 1,000 452,373 A4 (Kemiringan 15-30%) 1927,305488 0,058 5,773 1 1,000 648,866 B1 (Kemiringan 0-3%) 1927,305488 0,126 0,225 1 1,000 54,716 B2 (Kemiringan 3-8%) 1927,305488 0,377 0,477 1 1,000 346,093 B3 (Kemiringan 8-15%) 1927,305488 0,299 1,986 1 1,000 1145,422 B4 (Kemiringan 15-30%) 1927,305488 0,274 3,122 1 1,000 1645,897 C1 (Kemiringan 0-3%) 1927,305488 0,409 0,328 1 1,000 258,989 C2 (Kemiringan 3-8%) 1927,305488 0,294 1,486 1 1,000 841,543 C3 (Kemiringan 8-15%) 1927,305488 0,190 2,656 1 1,000 971,271 C4 (Kemiringan 15-30%) 1927,305488 0,101 5,196 1 1,000 1006,783

IV. Erosi yang Ditoleransikan pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran.

Besar nilai erosi ditoleransikan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai ini masih dibawah batasan erosi ditoleransikan yang ditentukan untuk tanah-tanah Indonesia berdasarkan Arsyad (2006) yang

mengemukakan bahwa nilai T maksimum untuk tanah di Indonesia adalah 30 ton/ha/tahun, dengan demikian besaran nilai erosi yang masih dibawah

30 ton/ha/tahun tidak mengalami kerusakan dan tetap berproduksi secara lestari. Tabel 5. Erosi yang Ditoleransikan (T) pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan

Namanteran Titik Sampel Kedalaman Efektif Faktor

Kedalaman W (tahun)

BD (gr/cm^3)

T (ton/ha.thn) (cm) Tanah

A1 (Kemiringan 0-3%) 62 1 400 0,34 5,270 A2 (Kemiringan 3-8%) 115 1 400 0,34 9,775 A3 (Kemiringan 8-15%) 103 1 400 0,34 8,755 A4 (Kemiringan 15-30%) 126 1 400 0,34 10,710 B1 (Kemiringan 0-3%) 40 1 400 0,41 4,100 B2 (Kemiringan 3-8%) 67 1 400 0,41 6,868 B3 (Kemiringan 8-15%) 47 1 400 0,41 4,818 B4 (Kemiringan 15-30%) 55 1 400 0,41 5,638


(41)

C3 (Kemiringan 8-15%) 95 1 400 0,50 11,875 C4 (Kemiringan 15-30%) 77 1 400 0,50 9,625

Keterangan : A = Tanaman Hutan B = Tanaman Semusim C = Tanaman Tahunan W = Kelestarian Tanah

Dari Tabel 5 dapat diketahui nilai erosi ditoleransikan yang tertinggi yaitu sebesar 11,875 ton/ha/tahun (C3), hal ini disebabkan nilai bulk densiti yang tinggi dibandingkan tipe penggunaan lahan yang lain, dan besarnya nilai kedalaman efektif dibandingkan dari nilai tanaman tahunan yang lain. Nilai erosi ditoleransikan yang terendah yaitu 4,1 ton/ha/tahun (B1).


(42)

V. Tingkat Bahaya Erosi pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran. Perbedaan besar erosi tanah yang diperoleh disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan faktor yang mempengaruhi erosi tanah dalam pengukuran. Perhitungan laju erosi tanah dengan menggunakan prediksi USLE semua faktor yang mempengaruhi erosi yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, topografi, tanaman dan teknik konservasi diuraikan secara terpisah. Misalnya, untuk faktor topografi, kemiringan dan panjang lereng diukur di lapangan. Tingkat bahaya erosi aktual di Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 7. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran dengan memakai Erosi Aktual.

Titik Sampel Erosi Aktual (ton/ha.thn)

Erosi yang Ditoleransikan

(ton/ha.thn)

TBE KET

A1 (Kemiringan 0-3%) 0,838 5,270 0,159 Rendah A2 (Kemiringan 3-8%) 0,163 9,775 0,017 Rendah A3 (Kemiringan 8-15%) 2,262 8,755 0,258 Rendah A4 (Kemiringan 15-30%) 3,244 10,710 0,303 Rendah B1 (Kemiringan 0-3%) 1,094 4,100 0,267 Rendah B2 (Kemiringan 3-8%) 12,113 6,868 1,764 Sedang B3 (Kemiringan 8-15%) 22,908 4,818 4,755 Tinggi B4 (Kemiringan 15-30%) 28,803 5,638 5,109 Tinggi C1 (Kemiringan 0-3%) 9,324 9,250 1,008 Sedang C2 (Kemiringan 3-8%) 6,732 10,000 0,673 Rendah C3 (Kemiringan 8-15%) 16,900 11,875 1,423 Sedang C4 (Kemiringan 15-30%) 17,518 9,625 1,820 Sedang Keterangan : A = Tanaman Hutan B = Tanaman Semusim

C = Tanaman Tahunan W = Kelestarian Tanah

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat nilai yang tertinggi pada penggunaan lahan dengan tanaman semusim dengan kemiringan lereng 15-30% yaitu sebesar 5,109 (B4) dan terendah terdapat pada semua penggunaan lahan tanaman hutan dan sebagian tanaman tahunan, nilai terendah yaitu 0,017 (A2).


(43)

Rakyat mempunyai tingkatan erosi masih terjaga, yang dapat dilihat dari nilai erosi yang cukup rendah sampai dengan kategori sangat ringan ditemukan dihampir seluruh wilayah desa dikarenakan kesemua titik sampel masih memiliki nilai dibawah ambang batas erosi yang diperbolehkan yakni sebesar 30 ton/ha/tahun.

Menurut Arsyad (1980) evaluasi bahaya erosi atau disebut juga tingkat bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan anatara besarnya erosi tanah potensial dengan erosi yang ditoleransikan (tolerable soil loss). Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan tersebut. Tingkat bahaya erosi potensial di Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 8. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran dengan memakai Erosi Potensial

Titik Sampel Erosi Potensial (ton/ha.thn)

Erosi yang Ditoleransikan

(T) (ton/ha.thn)

TBE KET

A1 (Kemiringan 0-3%) 167,522 5,270 31,788 Sangat Tinggi A2 (Kemiringan 3-8%) 32,519 9,775 3,327 Sedang A3 (Kemiringan 8-15%) 452,373 8,755 51,670 Sangat Tinggi A4 (Kemiringan 15-30%) 648,866 10,710 60,585 Sangat Tinggi B1 (Kemiringan 0-3%) 54,716 4,100 13,345 Sangat Tinggi B2 (Kemiringan 3-8%) 346,093 6,868 50,396 Sangat Tinggi B3 (Kemiringan 8-15%) 1145,422 4,818 237,763 Sangat Tinggi B4 (Kemiringan 15-30%) 1645,897 5,638 291,955 Sangat Tinggi C1 (Kemiringan 0-3%) 258,989 9,250 27,999 Sangat Tinggi C2 (Kemiringan 3-8%) 841,543 10,000 84,154 Sangat Tinggi C3 (Kemiringan 8-15%) 971,271 11,875 81,791 Sangat Tinggi C4 (Kemiringan 15-30%) 1006,783 9,625 104,601 Sangat Tinggi Keterangan : A = Tanaman Hutan B = Tanaman Semusim

C = Tanaman Tahunan W = Kelestarian Tanah

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat nilai yang tertinggi pada pengunaan lahan dengan tanaman semusim dengan kemiringan lereng 15-30% yaitu sebesar


(44)

291,955 (B4) dan terendah terdapat pada semua penggunaan lahan tanaman hutan dan sebagian tanaman tahunan, nilai terendah yaitu 3,327 (A2).

Tingkat Bahaya Erosi dengan menggunakan erosi potensial amat bervariasi dengan kategori sangat ringan sampai berat dimana hal ini dapat dilihat dari Tabel. 9 berdasarkan pembagian kategorinya.

Tabel 9. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi

Kelas Tingkat Bahaya Erosi Kehilangan Tanah Kriteria

I <1 Rendah

II 1,01 – 4,00 Sedang

III 4,01 – 10 Tinggi

IV >10 Sangat Tinggi

Hammer (1984).

Besarnya nilai erosi yang terjadi dengan menggunakan USLE disebabkan oleh penggunaan nilai-nilai tetapan faktor yang mempengaruhi erosi tanah itu sendiri yaitu nilai-nilai faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya erosi tanah dalam prediksi USLE yang telah ditetapkan sebelumnya.. Hal ini juga dipengaruhi oleh data curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan faktor-faktor erosivitas tinggi.

Kesalahan dalam pengukuran dapat berpengaruh terhadap penyimpanan nilai erosi yang diperoleh. Untuk itu perlu penetapan nilai C dan P yang sesuai dilapangan. Namun, prediksi USLE perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah secara terurai. Sehingga setiap faktor yang mempengaruhi erosi tanah diuraikan satu per satu. Hal ini biasa digunakan sebagai bahan pembelajaran di Laboratorium (pengukuran laju erosi skala laboratorium).


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai tingkat bahaya erosi dikategorikan sangat rendah dengan menggunakan erosi aktual.

2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa nilai tingkat bahaya erosi berdasarkan aktual yang tertinggi yaitu 5,109 pada tipe penggunaan lahan tanaman semusim (B4), yang paling rendah yaitu 0,017 (A2) untuk tipe penggunaan lahan tanaman hutan.

Saran

Diharapakan adanya analisa dengan metode yang berbeda seperti metode petak kecil dalam perhitungan erosi dan pengambilan titik pewakil yang berbeda agar dapat menggambarkan kondisi tingkat erosi dan sifat fisik tanah Andisol akibat penggunaan lahan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I W. S. 2006. Study of Monitoring Land Use Changes and Erosion in the Highland of Bali (Dissertation). Chiba University. Chiba-Japan.

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press.

Hammer, E. I. 1981. Second Soil Conservation Consultant Report: AGOF/INS/78/006 Technical Note No. 26 FAO/Centre for Soil Research, Bogor.

Hardjomidjojo. S, dan Sukandi. S., 2008.Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kartasapoetra, A. G, 1998. Kerusakan Tanah Pertanian Dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta.

Kimble, J. M., C. L. Ping., M. E. Summer and L. P. Wilding. 1999. Andisols. HandBook of Soil Science. CRC Press. Washington, D. C.

Molenaar, M., 1991. Status dan Problems of Geographical Information Systems. The Necessity of a Geoinformation Theory. Journal of Photogrammetry dan Remote Sensing, 46.pp 85 – 103.

Morgan R.P.C., D.D.V. Morgan dan H.J. Finney, 1984. A Predictive Model for The Assessment of Soil Erosion Risk. J. Agric. Engng. Res., 30, 245-253. Munir, M., 1995. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.

Rauf, A., Kemala Sari Lubis, dan Jamilah., 2011. Dasar-dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. USU Press. Medan.

Sarief, S., 1980. Beberapa Masalah Pengawetan Tanah dan Air. Bagian Ilmu Tanah, Faperta universitas Padjajaran, Bandung.

Sinukaban. N., 1986. Dasar-dasar Konservasi Tanah dan Peerencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor.


(47)

Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th edition. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Washington D. C. US.

Smith, D. D. and Wischmeier, W. H.1978. Predicting Rainfall Erosion Losses – A Guide to Conservation Planning. USDA Agriculture Handbook 537.

Tan, K. H. 1998. Andosol. Kapita Selecta With Extended Enghlish Summary. Program Studi Ilmu Tanah. Program Pasca Sarjana. USU. Medan.

Widianto; Noveras, H.; Supratogo, D.; Purnomosidhi, P. dan M. van Noordwijk. 2004. Konversi hutan menjadi lahan pertanian: “Apakah fungsi hidrologis hutan dapat digantikan agroforestri berbasis kopi?”. Agrivita 26 (1): 47- 52.


(48)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Pengukuran Laju Erosi Metode SIG

Koreksi

Geometrik/Radiometri

Kemiringan

Lereng

Data Hujan Peta Jenis

Intepretasi

Penutup

Lahan

EROSI

(ton/ha/thn)

Indeks

CP

Indeks

LS

Indeks

Erodibilitas

Indeks

Erosivitas

Isohyet Hujan Bulanan Rata-rata

Jenis

Tanah

Citra Satelit


(49)

Lampiran 2. Diagram Alir Pengukuran Laju Erosi Metode USLE

Mulai

Hujan Tanah Topografi Vegetasi Konservasi

Volume Hujan Lama Hujan Kedalam an Tanah Tekstur Panjang Lereng Kemirin gan Lereng Jenis Vegetasi Lama Pengo lahan Penteras an P C S L K (Erodibilitas) R (Erosivitas) Erosi yang masih ditoleransi, T

A = R. K. L. S. C. P

Tingkat Erosi Indeks bahaya Erosi

Selesai


(50)

Lampiran 3. Pengambilan Data di Lapangan Tanaman Hutan A01

8 - 15 % (12 %)

Kedalaman efektif : 62 cm P : 43 cm

A02

3 – 8 % (6 %)

Kedalaman efektif : 148 cm P : 55 cm

A03

0 – 3 % (2,5 %)

Kedalaman efektif : 103 cm P : 52 cm

A04

15 – 30 % (20 %)

Kedalaman efektif : 234 cm P : 60 cm

Tanaman Semusim B01

0 – 3 % (1,38 %)

Kedalaman efektif : 40 cm P : 9 m

C : Kol, Jagung, Kentang B02

3 – 8 % (3,6 %)

Kedalaman efektif : 67 cm P : 10 m

C : Jagung B03

8 – 15 % (8,8 %)

Kedalaman efektif : 47 cm P : 36 m

C : Cabe, Jagung, Kentang, Mulsa B04

15 – 30 % (17 %)

Kedalaman efektif : 55 cm P : 24 cm


(51)

Tanaman Tahunan C01

0 – 3 % (1,1 %) (4˚)

Kedalaman efektif : 74 cm

C : Jeruk, Cabe, Alang-alang, Rumput P : 50 m

C02

3 – 8 % (6 %) (22˚)

Kedalaman efektif : 80 cm

C : Tumpang gilir, Teras Tradisional P : 43 m

C03

8 – 15 % (9,4%) (35˚) Kedalaman efektif : 95 cm

C : Jeruk, Alang-alang, Rumput mati dijadikan mulsa P : 57 m

C04

15 – 30 % (16,1 %) Kedalaman efektif : 77 cm C : Jeruk, Penutup tanah rumput P : 75 m


(52)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Tekstur Tanah

A0

% Liat + Debu =

1

x 100 = 20 % % Liat = x 100 = 8 %

% Debu = % (Debu + Liat) - % Liat = 20 % - 8 %

= 12 %

% Pasir = 100 % - % (Debu + Liat) = 100 % - 20 %

= 80 %

A0

% Liat + Debu =

2

x 100 = 24 % % Liat = x 100 = 12 %

% Debu = % (Debu + Liat) - % Liat = 24 % - 12 %

= 12 %

% Pasir = 100 % - % (Debu + Liat) = 100 % - 24 %

= 76 %

A0

% Liat + Debu =

3

x 100 = 32 % % Liat = x 100 = 20 %

% Debu = % (Debu + Liat) - % Liat = 32 % - 20 %


(53)

= 100 % - 32 % = 68 %

A04

% Liat + Debu = x 100 = 16 % % Liat = x 100 = 8 %

% Debu = % (Debu + Liat) - % Liat = 16 % - 8 %

= 8 %

% Pasir = 100 % - % (Debu + Liat) = 100 % - 16 %

= 84 %

B0

% Liat + Debu =

1

x 100 = 20 % % Liat = x 100 = 10 % % Debu = 20 % - 10 % = 10 % % Pasir = 100 % - 20 % = 80 %

B0

% Liat + Debu =

2

x 100 = 12 % % Liat = x 100 = 8 % % Debu = 12 % - 8 % = 4 % % Pasir = 100 % - 12 % = 88 %


(54)

B0

% Liat + Debu =

3

x 100 = 16 % % Liat = x 100 = 10 % % Debu = 16 % - 10 % = 6 % % Pasir = 100 % - 16 % = 84 %

% Liat + Debu = x 100 = 16 % % Liat = x 100 = 12 % % Debu = 16 % - 12 % = 4 % % Pasir = 100 % - 16 % = 84 %

C0

% Liat + Debu =

1

x 100 = 8 % % Liat = x 100 = 4 % % Debu = 8 % - 4 % = 4 % % Pasir = 100 % - 8 % = 92 %

C0

% Liat + Debu =

2

x 100 = 12 % % Liat = x 100 = 6 % % Debu = 12 % - 6 % = 6 % % Pasir = 100 % - 12 % = 88 %


(55)

% Liat + Debu = x 100 = 28 % % Liat = x 100 = 16 % % Debu = 28 % - 16 % = 12 % % Pasir = 100 % - 28 % = 72 %

C0

% Liat + Debu =

4

x 100 = 24 % % Liat = x 100 = 8 % % Debu = 24 % - 8 % = 16 % % Pasir = 100 % - 24 % = 76 %


(56)

Lampiran 5. Data Curah Hujan Stasiun Tiga Pancur Kecamatan Simpang Empat

Lampiran 6. Data Hari Hujan Stasiun Tiga Pancur Kecamatan Simpang Empat Curah

Hujan Tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

1996 97 195 77 199 31 87 61 38 20 182

1997 198 144 113 207 55 71 51 15 69 119

1998 62 142 38 52 62 89 88 251 177 221

1999 2000 2001

2002 219 26 109 364 373 23 53 78

2003 176 112 92 261 1185

2004 132 273 220 90 74 179 45 70

2005 108 120 207

2006 118 215 223 247 54 133 156 231 238

2007 191 45 139 405 259 136 145 75 222 340

2008 99 413 181 59 114 151 134 142 295

Jumlah 1301 1251 1201 2102 2345 960 727 817 861 1395

Rata2 144,56 139 150,13 210,2 260,56 106,67 90,88 102,13 143,5 232,5

Max 219 273 413 405 1185 207 151 251 231 340

Count 9 9 8 10 9 9 8 8 6 6

Hari Hujan Tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun

1996 9 12 10 18 4 10

1997 7 10 9 10 4 9

1998 8 8 5 8 9 12

1999 2000 2001


(57)

2003 13 16 9 15 8

2004 10 15 16 12 9 9

2005 14 14 0 13

2006 12 10 10 17 8

2007 12 5 10 19 19 13

2008 7 21 17 10 16

Jumlah 96 91 139 99 95

Rata2 10,67 9,89 11,38 13,9 9,9 10,56

Max 14 16 21 19 19 16


(58)

Lampiran 7. Data Hujan Maksimal Harian Stasiun Tiga Pancur

Hujan Maksimal Harian Tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

1996 24 25 20 23 43 14 23 12 6 23 32 35

1997 39 20 23 30 34 20 11 23 17 20 23 14

1998 18 30 40 17 20 37 19 23 23 16 13

1999 2000 2001

2002 60 18 50 63 92 7 17 65

2003 40 17 23 80 350

2004 60 54 50 15 20 68 10 20 100 48

2005 16 20 50

2006 25 127 52 42 15 38 40 102 30

2007 44 19 51 80 98 42 30 9 29 60 81

2008 52 68 50 10 20 20 20 20 20 80 100

Jumlah 326 362 325 430 709 212 168 212 197 169 329 197

Rata2 36,22 40,22 40,63 43 78,78 26,5 21 26,5 32,83 28,17 54,83 49,25

Max 60 127 68 80 350 65 38 65 102 60 100 100


(1)

= 100 % - 32 % = 68 %

A04

% Liat + Debu = x 100 = 16 % % Liat = x 100 = 8 %

% Debu = % (Debu + Liat) - % Liat = 16 % - 8 %

= 8 %

% Pasir = 100 % - % (Debu + Liat) = 100 % - 16 %

= 84 %

B0

% Liat + Debu =

1

x 100 = 20 % % Liat = x 100 = 10 % % Debu = 20 % - 10 % = 10 % % Pasir = 100 % - 20 % = 80 %

B0

% Liat + Debu =

2

x 100 = 12 % % Liat = x 100 = 8 % % Debu = 12 % - 8 % = 4 % % Pasir = 100 % - 12 % = 88 %


(2)

B0

% Liat + Debu =

3

x 100 = 16 % % Liat = x 100 = 10 % % Debu = 16 % - 10 % = 6 % % Pasir = 100 % - 16 % = 84 %

% Liat + Debu = x 100 = 16 % % Liat = x 100 = 12 % % Debu = 16 % - 12 % = 4 % % Pasir = 100 % - 16 % = 84 %

C0

% Liat + Debu =

1

x 100 = 8 % % Liat = x 100 = 4 % % Debu = 8 % - 4 % = 4 % % Pasir = 100 % - 8 % = 92 %

C0

% Liat + Debu =

2

x 100 = 12 % % Liat = x 100 = 6 % % Debu = 12 % - 6 % = 6 % % Pasir = 100 % - 12 % = 88 %

C03


(3)

% Liat + Debu = x 100 = 28 % % Liat = x 100 = 16 % % Debu = 28 % - 16 % = 12 % % Pasir = 100 % - 28 % = 72 %

C0

% Liat + Debu =

4

x 100 = 24 % % Liat = x 100 = 8 % % Debu = 24 % - 8 % = 16 % % Pasir = 100 % - 24 % = 76 %


(4)

Lampiran 5. Data Curah Hujan Stasiun Tiga Pancur Kecamatan Simpang Empat

Lampiran 6. Data Hari Hujan Stasiun Tiga Pancur Kecamatan Simpang Empat Curah

Hujan Tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

1996 97 195 77 199 31 87 61 38 20 182

1997 198 144 113 207 55 71 51 15 69 119

1998 62 142 38 52 62 89 88 251 177 221

1999 2000 2001

2002 219 26 109 364 373 23 53 78

2003 176 112 92 261 1185

2004 132 273 220 90 74 179 45 70

2005 108 120 207

2006 118 215 223 247 54 133 156 231 238

2007 191 45 139 405 259 136 145 75 222 340

2008 99 413 181 59 114 151 134 142 295

Jumlah 1301 1251 1201 2102 2345 960 727 817 861 1395

Rata2 144,56 139 150,13 210,2 260,56 106,67 90,88 102,13 143,5 232,5

Max 219 273 413 405 1185 207 151 251 231 340

Count 9 9 8 10 9 9 8 8 6 6

Hari Hujan Tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun

1996 9 12 10 18 4 10

1997 7 10 9 10 4 9

1998 8 8 5 8 9 12

1999 2000 2001

2002 11 6 11 16 19 5


(5)

2003 13 16 9 15 8

2004 10 15 16 12 9 9

2005 14 14 0 13

2006 12 10 10 17 8

2007 12 5 10 19 19 13

2008 7 21 17 10 16

Jumlah 96 91 139 99 95

Rata2 10,67 9,89 11,38 13,9 9,9 10,56

Max 14 16 21 19 19 16


(6)

Lampiran 7. Data Hujan Maksimal Harian Stasiun Tiga Pancur

Hujan Maksimal Harian Tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

1996 24 25 20 23 43 14 23 12 6 23 32 35

1997 39 20 23 30 34 20 11 23 17 20 23 14

1998 18 30 40 17 20 37 19 23 23 16 13

1999 2000 2001

2002 60 18 50 63 92 7 17 65

2003 40 17 23 80 350

2004 60 54 50 15 20 68 10 20 100 48

2005 16 20 50

2006 25 127 52 42 15 38 40 102 30

2007 44 19 51 80 98 42 30 9 29 60 81

2008 52 68 50 10 20 20 20 20 20 80 100

Jumlah 326 362 325 430 709 212 168 212 197 169 329 197

Rata2 36,22 40,22 40,63 43 78,78 26,5 21 26,5 32,83 28,17 54,83 49,25

Max 60 127 68 80 350 65 38 65 102 60 100 100

Count 9 9 8 10 9 8 8 8 6 6 6 4