DISAIN KELAS MOTOR INDUKSI

24 - Mengukur langsung daya elektris masukan dan daya mekanis keluaran - Mengukur langsung seluruh rugi-rugi dan daya masukan - Mengukur setiap komponen rugi-rugi dan daya masukan, dimana pengukuran daya masukan tetap dibutuhkan pada ketiga cara di atas. Umumnya, daya elektris dapat diukur dengan sangat tepat, keberadaan daya mekanis yang lebih sulit untuk diukur. Saat ini sudah dimungkinkan untuk mengukur torsi dan kecepatan dengan cukup akurat yang bertujuan untuk mengetahui harga efisiensi yang tepat. Pengukuran pada keseluruhan rugi-rugi ada yang berdasarkan teknik kalorimetri. Walaupun pengukuran dengan metode ini relatif sulit dilakukan, keakuratan yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan pengukuran langsung pada daya keluarannya. Kebanyakan pabrikan lebih memilih melakukan pengukuran komponen rugi-rugi secara individual, karena dalam teorinya metode ini tidak memerlukan pembebanan pada motor, dan ini adalah suatu keuntungan bagi pabrikan. Keuntungan lainnya yang sering disebut-sebut adalah bahwa memang benar error pada komponen rugi-rugi secara individual tidak begitu mempengaruhi keseluruhan efisiensi. Keuntungannya terutama adalah fakta bahwa ada kemungkinan koreksi untuk temperatur lingkungan yang berbeda. Biasanya data efisiensi yang disediakan oleh pembuat diukur atau dihitung berdasarkan standar tertentu.

2.9 DISAIN KELAS MOTOR INDUKSI

Untuk membantu industri dalam memilih motor dengan tepat untuk bermacam- macam aplikasi, NEMA dan IEC merancang kurva torsi-kecepatan yang berbeda. Rancangan standar ini dikenal dengan Desain Kelas Design Classes. Adapun kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 25 1. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil Torsi maksimum biasanya sekitar 200 sampai 300 dari torsi beban penuh dan terjadi pada slip yang kecil. Penggunaan motor ini antara lain : blower, pompa, mesin bubut dan peralatan mesin lain. 2. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A. Torsi maksimum lebih besar atau sama dengan 200 dari torsi beban penuh, tetapi kurang dari kelas A karena meningkatnya reaktansi rotor. Penggunaan motor ini sama dengan kelas A, tetapi kelas B lebih disukai karena arus start yang lebih rendah. 3. Kelas C : Torsi start tinggi, arus start rendah dan slip kecil. Torsi maksimum lebih rendah dari motor kelas A, sementara torsi start mencapai 250 dari torsi beban penuh. Motor ini dirancang dengan double-cage rotors, sehingga lebih mahal dari motor-motor kelas sebelumnya. Penggunaan motor ini antara lain compressors dan conveyors. 4. Kelas D : Tosi start tinggi, arus start rendah dan slip tinggi. Pada dasarnya motor kelas ini sama dengan motor kelas A, tetapi batang rotor dibuat lebih kecil dengan material yang beresistansi tinggi. Sebagai tambahan pada keempat kelas tersebut diatas, NEMA juga memperkenalkan disain kelas E dan F, yang sering disebut motor induksi soft-start, namun disain kelas ini sekarang sudah ditinggalkan. Universitas Sumatera Utara 26

BAB III PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

3.1 PENGATURAN PUTARAN MOTOR INDUKSI

Motor induksi pada umumnya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan putaran. Pengaturan putaran motor induksi memerlukan biaya yang tinggi. Biasanya pengaturan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah jumlah kutub motor, mengubah frekuensi jala-jala, mengatur tegangan jala- jala, dan mengatur tahanan luar.

3.1.1 MENGUBAH JUMLAH KUTUB MOTOR

Untuk pengaturan putaran dengan cara merubah jumlah kutub, dilakukan dengan merencanakan kumparan stator sedemikian rupa sehingga dapat menerima tegangan sumber dengan sambungan phasa yang berbeda-beda. Dari masing-masing sambungan phasa tersebut dapat di peroleh jumlah kutub yang berbeda-beda pula sehingga jumlah putaran motor berubah. Cara ini dapat dilakukan pada motor induksi dengan rotor sangkar karena jumlah kutub pada rotor sangkar akan menyesuaikan jumlah kutub dari statornya. Universitas Sumatera Utara