PENDAHULUAN Penentuan Kadar Triklosan Dalam Cairan Antiseptik Resik-V Manjakani Dan Pasta Gigi Formula Secara Kromatogarfi Cair Kinerja Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Kosmetik telah digunakan secara luas. Saat ini kosmetik telah menjadi kebutuhan yang sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kosmetik mulai dari sabun, krim pelembab, alas bedak, parfum, pasta gigi dan lain sebagainya. Sejarah kosmetik menunjukkan bahwa sejak semula kosmetik diramu oleh para tabib atau dukun yang sekaligus juga menjadi pakar pengobatan di suatu negeri. Ketika kemudian terjadi kemajuan dalam segala bidang kehidupan termasuk bidang sains dan teknologi, kosmetik berubah menjadi komoditi yang diproduksi secara luas dan diatur oleh berbagai peraturan dan persyaratan tertentu untuk memenuhi standar mutu kualitas dan keamanan bagi konsumen. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku untuk pembuatan kosmetik berbeda dari suatu negara dengan negara lainnya berbagai masalah kosmetik di Indonesia ditangani oleh Direktorat Kosmetika Ditjen POM Departemen Kesehatan RI. Wasitaatmadja 1997 mengemukakan bahwa kosmetika yang terdiri atas berbagai macam lemak dan minyak merupakan bahan yang mudah ditumbuhi mikroorganisme bakteri, amuba, dan jamur, yang akan merusak bahan sehingga terjadi perubahan bau tengik dan warna. Untuk menanggulangi hal ini, diperlukan zat pengawet preservatif dan antiseptik. Zat pengawet dan antiseptik dalam kosmetik banyak jenisnya. Zat pengawet dan antiseptik tentu saja tidak boleh membahayakan pengguna Universitas Sumatera Utara kosmetiknya sendiri. Untuk itu dibutuhkan metode yang dapat digunakan untuk menganalisa dan menentukan kadar zat pengawet dan antiseptik sehingga memenuhi syarat yang ditentukan dan tidak membahayakan terhadap konsumen, dimana penelitian ini dibutuhkan untuk menentukan kadar zat tambahan, khususnya triklosan dalam cairan antiseptik dan pasta gigi. Teknologi kromatografi cair kinerja tinggi KCKT telah berkembang dan saat ini telah menjadi metode analisis rutin dan bahkan preparatif pada banyak laboraturium. Alat KCKT terdiri atas sistem pencampuran yang sangat canggih yang mampu menghasilka campuran landaian yang mengandung sampai empat linarut yang berbeda , pompa yang mampu menghasilkan tekanan samai 6000 psi atau 10.000 psi, kolom yang mengandung fase diam, dan sistem pendeteksi sinambung yang bermacam-macam jenisnya. Yang paling sering ditemukan, seluruh radas itu dipimpin dan dikendalikan oleh mikroprosesor. Cuplikan dapat dipisahkan secara preparatif. Seringkali hasil dapat diperoleh dalam waktu beberapa menit dan ditafsirkan secara kuantitatif dengan ketepatan yang lumayan. KCKT mempunyai pembatas yang sebanding, yaitu cuplikan harus larut di dalam zat cair. Akan tetapi, ini bukan pembatas yang berat, dan setidak-tidaknya KCKT dapat dipakai untuk sebagian besar senyawa takatsiri dan senyawa berbobot molekul tinggi. Selain itu, KCKT dapat dipakai untuk senyawa anorganik, yang sebagian besar tidak atsiri. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar. Jadi senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah. Universitas Sumatera Utara 1.2.Permasalahan Permasalahan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah : 1. Metode apakah yang digunakan untuk menetapkan kadar triklosan dalam cairan antiseptik Resik-V dan pasta gigi Formula 2. Apakah kadar triklosan dalam cairan antiseptik Resik-V dan pasta gigi Formula memenuhi syarat MS sesuai MA PPOMN 2009 1.3.Tujuan Tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah: 1. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk menetapkan kadar triklosan dalam cairan antiseptik Resik-V dan pasta gigi Formula 2. Untuk mengetahui apakah kadar triklosan dalam cairan antiseptik Resik-V dan pasta gigi Formula memenuhi syarat MS sesuai MA PPOMN 2009 1.4.Manfaat 1. Memberikan informasi metode yang digunakan untuk menetapkan kadar triklosan dalam cairan antiseptik Resik-V dan pasta gigi Formula 2. Memberikan informasi apakah kadar triklosan dalam cairan antiseptik Resik- V dan pasta gigi Formula memenuhi syarat MS sesuai MA PPOMN 2009 Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA