Penjajakan Kadar Logam Berat Pb Pada Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Asal Kecamatan Medan Deli Dan Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk) Asal Kecamatan Sunggal Kota Medan.

(1)

PENJAJAKAN KADAR LOGAM BERAT Pb PADA TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir) ASAL KECAMATAN MEDAN DELI DAN KANGKUNG AIR

(Ipomea aquatica Forsk) ASAL KECAMATAN SUNGGAL KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Antonius Theodorus B. Rumajar 050303050

Ilmu Tanah

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENJAJAKAN KADAR LOGAM BERAT Pb PADA TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir) ASAL KECAMATAN MEDAN DELI DAN KANGKUNG AIR

(Ipomea aquatica Forsk) ASAL KECAMATAN SUNGGAL KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Antonius Theodorus B. Rumajar 050303050

Ilmu Tanah

Skripsi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul Skripsi : Penjajakan Kadar Logam Berat Pb Pada Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Asal Kecamatan Medan Deli Dan Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk) Asal Kecamatan Sunggal Kota Medan.

Nama : Antonius Theodorus B. Rumajar

NIM : 050303050

Departemen : Ilmu Tanah

Progam Studi : Klasifikasi dan Evaluasi Lahan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. P. Marpaung, SU) (Dr. Ir Hamidah Hanum, MP Ketua Anggota

)

Mengetahui

(

Ketua Departemen Ilmu Tanah Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan yang dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai Oktober 2010. Penelitian ini menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) dengan dua (2) kali ulangan berdasarkan metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) mengandung logam berat timbal (Pb). Masing-masing dalam kangkung air dan kangkung darat yaitu pada akar (8.35-3.12) ppm, pada batang (0.92-0.6) ppm dan pada daun (3.35-1.72) ppm. Kandungan logam berat timbal (Pb) ini melebihi batas maksimum kadar logam berat timbal dalam sayuran untuk dikonsumsi yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 0.5 mg/kg. karena itu dianjurkan untuk mengganti komoditi pertanian yang akan ditanam di lahan pertanian kecamatan Medan Deli dan kecamatan Sunggal kota Medan dengan komoditi lain yang sedikit atau tidak mengakumulasi logam berat dalam tanaman.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Antonius Theodorus Batmen Rumajar, lahir di Pekanbaru 2 April 1987,

putra pertama dari pasangan Ayahanda James Rocky P Rumajar dan Ibunda Rosmawati br. Sinaga merupakan putra pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah : - SD Swasta Santo Yosef Duri-Riau lulus pada tahun 1999 - SMP Swasta Santo Yosef Duri-Riau lulus pada tahun 2003 - SMA Negeri 2 Mandau Duri-Riau lulus pada tahun 2005

- Masuk USU pada tahun 2005 melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu Tanah dengan minat studi Klasifikasi dan Evaluasi Lahan.

Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama masa perkuliahan adalah :

- Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Asisten Genesis dan Morfologi Tanah pada tahun 2007-2008. - Asisten Klasifikasi dan Taksonomi Tanah tahun 2008-2009.

- Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKM-AI) Tingkat Nasional tahun 2009.

- Penulis melakukan penelitian di kecamatan Medan Deli dan kecamatan Sunggal kota Medan

- Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2009 di PTP. Nusantara III (Persero) Kebun Dusun Ulu, Simalungun.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari penelitian ini adalah ” Penjajakan Kadar Logam

Berat Pb Pada Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Asal Kecamatan Medan Deli Dan Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk) Asal Kecamatan Sunggal Kota Medan.” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Purba Marpaung, SU; sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir Hamidah Hanum, MP; sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah membimbing dan menuntun penulis dalam menyelesaikan penelitian ini sampai akhir penulisan skripsi ini. Dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009


(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Kisaran umum konsentrasi Logam Berat Pada Pupuk, Pupuk Kandang,

Kapur, dan Kompos (mg/kg). ...6

2. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan Tanaman ...7

3. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram sayuran kangkung segar ...12

4. Kriteria Penilaian pH Tanah ...19

5. Kriteria Penilaian Bahan Organik Tanah ...20

6. Analisis pH tanah dan C-organik tanah ...22

7. Temperatur Udara dan Curah Hujan. ...23

8. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Tanah ...25

9. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Air ...26

10. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Tanaman (Akar, Batang, Daun) ...30


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Kangkung air (I. aquatica Forsk) asal Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Sunggal Kota Medan ...13 2. Kangkung darat (I. reptans Poir) asal Desa Titi Papan, Kecamatan Medan


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Hasil Analisis Laboratorium

2. Batas Maksimum Cemaran Timbal (Pb) Dalam Pangan 3. Data Iklim Lokasi Penelitian

4. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR TABEL ...iv

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR ISI ...vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Logam Berat... 5

Logam Berat Timbal (Pb) ... 8

Tanaman Kangkung ... 11

Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung ... 14

Mekanisme Penyerapan Logam Berat Pada Tumbuhan ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Bahan ... 17

Alat ... 17

Metode Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Persiapan ... 18

Kegiatan Dilapangan ... 18

Analisis Laboratorium ... 19

Analisis Data ... 20

Analisis Deskriptif ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Lahan Pertanian Kangkung ... 22

Kandungan Logam Berat (Pb) Pada Tanah dan Air ... 24 Kandungan Logam Berat (Pb) Pada Tanaman (Akar, Batang, Daun) . 28


(11)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 36 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan yang dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai Oktober 2010. Penelitian ini menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) dengan dua (2) kali ulangan berdasarkan metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) mengandung logam berat timbal (Pb). Masing-masing dalam kangkung air dan kangkung darat yaitu pada akar (8.35-3.12) ppm, pada batang (0.92-0.6) ppm dan pada daun (3.35-1.72) ppm. Kandungan logam berat timbal (Pb) ini melebihi batas maksimum kadar logam berat timbal dalam sayuran untuk dikonsumsi yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 0.5 mg/kg. karena itu dianjurkan untuk mengganti komoditi pertanian yang akan ditanam di lahan pertanian kecamatan Medan Deli dan kecamatan Sunggal kota Medan dengan komoditi lain yang sedikit atau tidak mengakumulasi logam berat dalam tanaman.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas lingkungan hidup. Sebagai contoh turunnya kualitas tanah akibat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh manusia, baik limbah rumah tangga, industri, maupun pertanian. Salah satu faktor pencemaran tanah yang paling penting adalah limbah logam berat.

Logam yang menyebabkan keracunan adalah jenis logam berat. Logam ini ada yang termasuk logam essensial seperti Cu, Zn, Se dan yang non essensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As. Terjadinya keracunan logam paling sering disebabkan pengaruh pencemaran lingkungan oleh logam berat. Toksisitas logam pada mahluk hidup kebanyakan terjadi karena logam berat non essensial, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam essensial yang melebihi dosis (Darmono, 1995).

Pangan yang dikonsumsi sehari-hari merupakan hasil pertanian. Pangan seharusnya memenuhi kriteria ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Salah satu parameter tersebut, yaitu Aman, termasuk dalam masalah mutu. Mutu dan keamanan pangan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat dan perkembangan sosial. Makanan yang bermutu baik dan aman diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan individu dan kemakmuran masyarakat (Widaningrum dkk, 2007).


(14)

Menurut Subowo et al. (1999) adanya logam berat dalam pertanian dapat menurunkan produktifitas pertanian dan kualitas hasil pertanian selain dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut.

Sayuran merupakan sumber pangan yang mengandung banyak vitamin dan mineral yang secara langsung berperan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, higienitas dan keamanan sayuran yang dikonsumsi menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun banyak jenis sayuran yang beredar dimasyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), atau merkuri (Hg). Menurut Astawan (2005), logam-logam berat tersebut bila masuk ke dalam tubuh lewat makanan akan terakumulasi secara terus-menerus dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan gangguan sistem syaraf, kelumpuhan, dan kematian dini serta penurunan tingkat kecerdasan anak-anak.

Jumlah Pb minimal didalam darah yang dapat menyebabkan keracunan berkisar antara 60-100 mikro gram per 100 ml darah. Pada keracunan akut biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau menghirup uap Pb tersebut.Gejala-gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal bahkan kematian dapat terjadi dalam 1-2 hari. (Eddy, 2010).

Kangkung (Ipomea) tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya, yang mudah tumbuh ditempat berair ataupun di dekat sungai. Seregeg dkk (1995) melakukan penelitian bahwa kangkung termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media tumbuhnya. Suatu


(15)

penelitian yang dilakukan Kohar dkk (2005) menunjukkan adanya Pb yang tinggi dalam tanaman kangkung yang tumbuh pada media yang terkontaminasi Pb secara terus menerus. Akumulasi Pb yang terbesar terjadi pada akar tanaman kangkung. Bahkan suatu penelitian yang dilakukan oleh Verloo (1993) dalam Notohadiprawiro (2006) menyatakan bahwa Pb dilonggokkan paling sedikit, namun Pb tidak kalah berbahaya daripada yang lain mengingat kadar gawat Pb yang rendah.

Desa Titi Papan merupakan salah satu daerah sentra sumber sayur kota Medan. Masyarakat di desa ini sebagian besar menggantungkan hidup mereka dari hasil kebun sayur yang mereka miliki. Komoditi sayuran pada daerah ini cukup beragam, mulai dari sayur kangkung darat, beberapa jenis sayur sawi seperti sawi manis, sawi putih, sawi pahit, dan lain-lain. Hasil pertanian dari daerah ini dipasarkan ke pusat pasar kota Medan atau yang lebih di kenal dengan nama pajak pusat yang kemudian dipasarkan diberbagai pasar yang ada di kota Medan.

Desa Tanjung Rejo merupakan bagian dari kecamatan Sunggal kota Medan. Wilayah ini tergolong dalam wilayah pemukiman. Namun ada masyarakat yang memanfaatkan lahan kosong yang belum dibangun rumah untuk dijadikan lahan pertanian. Lahan kosong tersebut pada saat ini dikelola menjadi kebun sayur kangkung air. Sumber air lahan kangkung air ini berasal hujan dan dari aliran air parit (got) yang merupakan aliran pembuangan limbah rumah tangga yang berada disekeliling lahan tersebut. Hasil panen kangkung air dari lahan ini dipasarkan ke pasar pagi atau lebih dikenal dengan pajak pagi yang berada tidak jauh dari lahan kangkung air ini. Selain itu, beberapa restoran yang berada di wilayah Tanjung Rejo ini langsung membeli sayur dari lahan pertanian kangkung air ini.


(16)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti penjajakan

kadar logam berat timbal (Pb) pada tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli dan kangkung air

(Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal, kota Medan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

- Penjajakan kadar logam berat Pb pada tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan.

- Membandingkan kadar logam berat timbal (Pb) tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan dengan batas maksimum cemaran logam berat timbal (Pb) yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) dan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan masukan dan informasi untuk mengetahui apakah sayur kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan, bebas dari logam berat dan layak untuk dikonsumsi atau tidak. - Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Logam Berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3

Logam berat ialah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Termasuk logam berat yang sering mencemari habitat ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Am.geol. Inst., 1976).

, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk, 1999).

Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup (Anonimous, 2008).

Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi.

Organisme pertama yang terpengaruh akibat penambahan polutan logam berat ke tanah atau habitat lainnya adalah organisme dan tanaman yang tumbuh


(18)

ditanah atau habitat tersebut. Dalam ekosistem alam terdapat interaksi antar organisme baik interaksi positif maupun negatif yang menggambarkan bentuk transfer energi antar populasi dalam komunitas tersebut. Dengan demikian pengaruh logam berat tersebut pada akhirnya akan sampai pada hierarki rantai makanan tertinggi yaitu manusia. Logam-logam berat diketahui dapat mengumpul didalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Saeni, 1997).

Pemasok logam berat dalam tanah pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk dan pestisida), asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, pupuk organik, buangan limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan (Alloway, 1990).

Tabel 1. Kisaran umum konsentrasi Logam Berat Pada Pupuk, Pupuk Kandang, Kapur, dan Kompos (mg/kg).

Unsur Pupuk Fosfat

Pupuk Nitrat

Pupuk

Kandang Kapur Kompos

B 5 – 115 - 0.3 – 0.6 10 -

Cd 0.1 – 170 0.05 – 8.5 0.1 – 0.8 0.04 – 0.1 0.01 – 100 Co 1 – 12 5.4 – 12 0.3 – 24 0.4 – 3 -

Cr 66 – 245 3.2 – 19 1.1 – 55 10 – 15 1.8 – 410 Cu 1 – 300 - 2 – 172 2 – 125 13 – 3580 Hg 0.01 – 1.2 0.3 – 2.9 0.01 – 0.36 0.05 0.09 – 21 Mn 40 – 2000 - 30 – 69 40 – 1200 - Mo 0.1 – 60 1 – 7 0.05 – 3 0.1 – 15 -

Ni 7 – 38 7 – 34 2.1 – 30 10 – 20 0.9 – 279 Pb 7 – 225 2 – 27 1.1 – 27 20 – 1250 1.3 – 2240

Sb < 100 - - - -

Se 0.5 - 2.4 0.08 – 0.01 -

U 30 – 300 - - - -

V 2 – 1600 - - 20 -

Zn 50 – 1450 1 – 42 15 - 566 10 - 450 82 – 5894 Sumber : Alloway 1995


(19)

Soepardi (1983) dalam Brachia, 2009 menyatakan kisaran logam berat timbal (Pb) sebagai pencemar dalam tanah adalah 2-200 ppm dan kisaran logam berat timbal (Pb) dalam tanaman adalah 0.1-10 ppm.

Tabel 2. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan Tanaman

Unsur Kisaran Kadar Logam Berat

Tanah Tanaman

ppm

As 0,1-40 0,1-5 B 2-100 30-75 F 30-300 2-20 Cd 0,1-7 0,2-0,8 Mn 100-4000 15-200 Ni 10-1000 1 Zn 10-300 15-200 Cu 2-100 4 -15 Pb 2-200 0,1-10

Sumber : Soepardi (1983) dalam Brachia, 2009.

Babich dan Stotzky (1978) mengemukakan bahwa berbagai faktor lingkungan berpengaruh terhadap logam berat yaitu keasaman tanah, bahan organik, suhu, tekstur, mineral liat, kadar unsur lain dan lain-lain. pH adalah faktor penting yang menentukan transformasi logam. Penurunan pH secara umum

meningkatkan ketersediaan logam berat kecuali Mo dan Se (Klein dan Trayer, 1995).

Reaksi tanah (pH) berperan dalam mengontrol sifat-sifat kimia logam dan proses lainnya didalam tanah. Tingkat ketersediaan logam berat tergantung pada pH lingkungan dimana logam tersebut berada. Pada pH rendah ketersediaan beberapa logam berat meningkat (Taberima, 2004).

Terserapnya logam berat timbal (Pb) dan kadnium (Cd) ke tanaman di pengaruhi oleh pH tanah yang rendah dan KTK tanah yang rendah.


(20)

Supardi (1983) dalam Charlena (2004) menjelaskan bahwa Pb dan Cd tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam.

Bahan organik (BO) adalah salah satu komponen terpenting didalam tanah. Berperan dalam perkembangan struktur tanah dan mengatur perpindahan polutan dan bahan pencemar didalam tanah, dan berperan penting didalam siklus perputaran serta penyimpanan hara dan air (Taberima, 2004). Senyawa humat juga berperan dalam membentuk ikatan kompleks dengan logam-logam. Adanya pembentukan kompleks mempengaruhi kereaktifan dan efek toksik dari logam (Matagi et al., 1998)

Logam Berat Timbal (Pb)

Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002 % dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik. Semua bentuk timbal (Pb) tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia (Darmono, 2001).

Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain terutama seng dan tembaga. Penggunaan Pb terbesar adalah dalam industri baterai kendaraan bermotor seperti timbal metalik dan komponen-komponennya. Timbal digunakan pada bensin untuk kendaraan, cat dan pestisida. Pencemaran Pb dapat terjadi di udara, air, maupun tanah. Pencemaran Pb merupakan masalah utama,


(21)

tanah dan debu sekitar jalan raya pada umumnya telah tercemar bensin bertimbal selama bertahun-tahun (Sunu, 2001).

Sifat-sifat khusus logam Pb, yaitu :

a) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat di bentuk dengan mudah.

b) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat sehingga logam Pb dapat digunakan sebagai bahan coating.

c) Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa kecuali emas dan merkuri.

d) Mempunyai titik lebur yang rendah, 327,5 o e) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

C

(www.diskusiskripsi.com, 2010).

Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang dan akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK. Konsentrasi timbal yang tertinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada proses fotosintesa dan pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi tanaman bila konsentrasi tinggi (anonimous, 1998). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman (Charlena, 2004).


(22)

Menurut Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan (ICS 67.220.20) pada tahun 2009 menyatakan bahwa batas maksimum kandungan logam berat timbal (Pb) pada buah dan sayur serta hasil olahnya adalah 0.5 mg/kg. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makananyang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2009 juga menyatakan bahwa batas maksimum kandungan logam berat timbal (Pb) dalam buah olahan dan sayur olahan adalah 0.5 ppm atau mg/kg.

Timbal adalah racun bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat global. Penyebab terjadinya keracunan timbal bersifat lokal, bervariasi dalam komunitas dan negara yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang banyak terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada

fungsi kecerdasan dan kemampuan akademi

Dalam jangka lama Pb terakumulasi pada gigi, gusi dan tulang. Jika konsentrasi Pb meningkat, akan terjadi anemia dan kerusakan fungsi otak serta

kegagalan fungsi ginja

Keracunan Pb pada orang dewasa ditandai dengan gejala seperti pucat, sakit dan kelumpuhan. Bila pada keracunan kronik, awalnya tidak menyebabkan gangguan kesehatan yang tampak, tetapi semakin lama efek toksik itu menumpuk hingga akhirnya terjadi gejala keracunan. Keracunan timbal kronik ditandai dengan depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan sulit tidur. Sedangkan keracunan akut dapat terjadi bila timbal yang masuk kedalam


(23)

tubuh seseorang lewat makanan atau menghirup uap timbal dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal, bahkan kematian. Pada perempuan yang sedang hamil, timbal yang tertimbun dalam tulang akan masuk ke janin dan asupan timbal dapat menyebabkan keguguran. Kadar timbal dalam ASI (Air Susu Ibu) dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di kota-kota jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ASI

dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di pedesaan. Yakni masing-masing 1-30 mikrogram per kilogram dan 1-2 mikrogram per kilogram

Tanaman Kangkung

Kedudukan tanaman kangkung dalam tatanama (sistematika) tumbuhan diklasifikasikan kedalam :

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomea aquatica Forsk (Kangkung air), Ipomea reptans Poir (Kangkung darat) (Rukmana, 1994).

Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Berbagai jenis masakan yang dapat


(24)

diolah dari bahan baku kangkung adalah: pencampur lotek, pecel, sayur tumis, lalap masak, oseng-oseng, cah, asam-asam, semur, sayur bening, sayur asam, sayur bobor, sayur podomoro, setup, dan pelecing kangkung (Rukmana, 1994).

Kandungan gizi dalam sayuran kangkung dapat disimak pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram sayuran kangkung segar.

Komposisi gizi Banyaknya Kandungan Gizi (1) (2) Kalori Protein Lemak Karbohidrat Serat Kalsium Fosfor Zat besi Natrium Kalium Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin C Niacin Air 30,00 cal 3, 90 gr

0,60 gr 4,40 gr 1,40 gr 71,00 mg 67,00 mg 3,20 mg 49,00 mg 458,00 mg 4825,00 S.I 0,09 mg 0,24 mg 59,00 mg 1,30 mg - 29,00 kal 3,00 gr 0,30 gr 5,40 gr - 73,00 mg 50,00 mg 2,50 mg - - 6300,00 mg 0,07 mg - 32,00 mg - 89,70 mg

Sumber : 1. Food and Nutrition Center Hand-book No.1, Manila, (1964). 2. Direktorat Gizi Depkes R.I. (1981).

Jenis kangkung yang sudah umum dibudidayakan terdiri dari dua macam, yaitu:

1. Kangkung air (I. aquatica Forsk)

Ciri-cirinya: bentuk daun panjang dengan ujung agak tumpul, berwarna hijau-kelam, dan bunganya berwarna putih kekuning-kuningan atau kemerah-merahan.

2. Kangkung darat (I. reptans Poir)

Ciri-cirinya: bentuk daun panjang dengan ujung meruncing, berwarna keputih-putihan, dan bunganya berwarna putih.


(25)

(Rukmana, 1994)

Gambar 1. Kangkung air (I. aquatica Forsk) asal desa Tanjung Rejo, kecamatan Sunggal kota Medan.

Keterangan : titik-titik pengambilan sampel tanah yang selanjutnya akan dikompositkan untuk dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(26)

Gambar 2. Kangkung darat (I. reptans Poir) asal desa Titi Papan, kecamatan Medan Deli kota Medan.

Keterangan : titik-titik pengambilan sampel tanah yang selanjutnya akan dikompositkan untuk dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung

Kangkung mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim di daerah tropis, sehingga dapat ditanam (dikembangkan) diberbagai daerah atau wilayah di Indonesia. Prasyarat tumbuh yang harus diperhatikan dalam perencanaan budidaya kangkung antaralain jumlah curah hujan dan temperatur udara. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kangkung berkisar antara 500-5.000 mm per tahun, sedangkan temperatur udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Setiap naik 100 meter tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 oC. Di permukaan laut temperatur rata-rata sekitar 28 oC dan di


(27)

dataran tinggi (pegunungan) ± 2.000 meter dari permukaan laut (dpl) sekitar 18 oC (Rukmana, 1994).

Mekanisme Penyerapan Logam Berat Pada Tumbuhan

Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyerap ion-ion dari lingkungannya kedalam tubuh melalui membran sel. Dua sifat penyerapan ion oleh tumbuhan adalah (1) faktor konsentrasi, yaitu kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion didalam mediumnya; dan (2) perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan (Fitter dan Hay, 1991).

Logam berat terserap kedalam jaringan tanaman melalui akar, yang selanjutnya akan masuk kedalam siklus rantai makanan (Alloway, 1990). Logam akan terakumulasi pada jaringan tubuh dan dapat menimbulkan keracunan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan apabila melebihi batas toleransi.

Proses absorpsi racun, termasuk logam berat menurut Soemirat (2003) dapat terjadi lewat beberapa bagian tumbuhan, yaitu : (1) akar, terutama untuk zat anorganik dan zat hidrofilik; (2) daun, bagi zat yang lipofilik; dan (3) stomata untuk memasukkan gas. Adapun proses absorpsinya sendiri terjadi seperti pada hewan dengan berbagai mekanisme difusi, hanya istilah yang digunakan berbeda, yakni translokasi. Transpor ini terjadi dari sel ke sel menuju jaringan vaskuler agar dapat didistribusikan keseluruh bagian tumbuhan. Difusi katalitis terjadi dengan ikatan benang sitoplasma yang disebut dengan plasmadesmata. Misalnya


(28)

transpor zat hara dari akar ke daun dan sebaliknya transpor makanan atau hidrat karbon dari daun ke akar.

Sel-sel akar tumbuhan umumnya mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium disekitarnya (Fitter dan Hay, 1991). Beraneka ragam unsur dapat ditemukan didalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur-unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Unsur hara dapat kontak dengan permukaan akar melalui 3 cara, yakni : 1) secara difusi dalam larutan tanah; 2) secara pasif oleh aliran tanah, dan 3) akar tumbuh kearah posisi hara dalam matrik tanah. Serapan hara oleh akar dapat bersifat akumulatif, selektif, satu arah (unit directional), dan tidak dapat jenuh. Penyerapan hara dalam waktu yang lama menyebabkan konsentrasi hara dalam sel jauh lebih tinggi, ini disebut sebagai akumulasi hara (Lakitan, 2001).

Menurut Eddy (2010) kangkung merupakan salah satu tanaman yang memiliki kemampuan yang disebut dengan hiperakumulator, yaitu relatif tahan terhadap berbagai macam bahan pencemar dan mengakumulasikannya dalam jaringan dengan jumlah yang cukup besar. Salah satu bahan pencemar tersebut adalah timbal (Pb). Tanaman kangkung mampu mentranslokasikan bahan pencemar timbal (Pb) dengan konsentrasi sangat tinggi ke pucuk tanpa membuat tanaman tumbuh dengan tidak normal dalam arti kata tidak kerdil dan tidak mengalami fitotoksisitas.


(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Titi Papan, kecamatan Medan Deli, dan desa Tanjung Rejo, kecamatan Sunggal, kota Medan serta Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian 25 m di atas permukaaan laut dengan estimasi mulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah yang berasal dari desa Titi Papan, kecamatan Medan Deli, dan desa Tanjung Rejo, kecamatan Sunggal,

kota Medan, sebagai objek penelitian, tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) sebagai objek

penelitian, sampel air yang digunakan untuk menyiram tanaman sebagai objek penelitian, dan bahan-bahan kimia untuk kebutuhan analisa di laboratorium,

Alat

Adapun alat yang digunakan adalah AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)

untuk mengukur kadar logam berat Pb pada sampel tanah, tanaman dan air, GPS

(Global Position System) untuk mengetahui koordinat tempat yang akan diambil tanah, tanaman dan airnya sebagai sampel, cangkul untuk mengambil dan mengkompositkan sampel tanah dari lapangan, bor tanah untuk mengebor tanah, spidol untuk memberi tanda, label nama untuk memberi tanda pada


(30)

masing-masing sampel percobaan, ayakan 10 mesh (2 mm) untuk menyaring tanah, dan kantong plastik sebagai tempat sampel tanah.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Titi Papan, kecamatan Medan Deli, dan desa Tanjung Rejo, kecamatan Sunggal kota Medan serta Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan menggunakan dua (2) kali ulangan berdasarkan metode deskriptif analitik.

Penjajagan logam berat pada tanah, tanaman dan air dilakukan berdasarkan analisis kadar logam berat timbal (Pb) pada tanah, tanaman dan air. Analisis logam berat Pb pada tanah, tanaman dan air dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan

Tahap persiapan meliputi diskusi dengan dosen pembimbing, pengumpulan data dalam bentuk deskripsi mengenai daerah penelitian, pengumpulan tinjauan literatur, dan persiapan bahan dan alat yang akan digunakan.

Kegiatan dilapangan

Pengambilan sampel tanah, tanaman, dan air diambil dari lahan pertanian desa Titi Papan, kecamatan Medan Deli, dan desa Tanjung Rejo, kecamatan Sunggal kota Medan. Tanah diambil secara komposit, kemudian dikeringudarakan, dihaluskan dan diayak dengan ayakan 10 mesh, kemudian


(31)

dimasukkan kedalam plastik sampel tanah. Sampel air diambil dari air sumur bor dan aliran air parit yang digunakan oleh petani untuk menyiram dan mengairi

lahan kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) dengan menggunakan botol sampel air.

Sampel tanaman diambil sebanyak 100 gram, kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah yang melekat pada tanaman kemudian dimasukkan kedalam amplop sampel. Masing-masing sampel dianalisis

kadar logam berat timbal (Pb) dengan menggunakan alat

AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) di Laboratorium Riset dan Teknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang diamati adalah : a. Pada sampel tanah

- Kadar logam berat timbal (Pb) dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4

- pH tanah H . 2

Tabel 4. Kriteria Penilaian pH Tanah

O dengan metode Elektrometri untuk mengetahui tingkat kemasaman tanah dengan kriteria pada tabel 4.

Kriteria pH H2O

Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis < 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 > 8.5


(32)

- Analisis C-Organik tanah dengan metode Walkley and Black untuk mengetahui % karbon (C) dalam tanah dengan kriteria pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Penilaian Bahan Organik Tanah

Kandungan C (Karbon) dalam % Kriteria

< 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Sumber : 1. Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983. 2. BPP Medan, 1982.

b. Pada sampel tanaman

1. Kadar logam berat timbal (Pb) pada akar tanaman dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4

2. Kadar logam berat timbal (Pb) pada batang tanaman dengan menggunakan metode ekstraksi HNO

.

3 dan HClO4

3. Kadar logam berat timbal (Pb) pada daun tanaman dengan menggunakan metode ekstraksi HNO

.

3 dan HClO4 c. Pada sampel air

.

- Kadar logam berat timbal (Pb) dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4

Analisis Data

.

Untuk mendapatkan konsentrasi logam berat yang sebenarnya, maka digunakan rumus :

K sebenarnya (mg/kg) = K AAS (mg/l) x Vol. Pelarut (L) Berat Sampel (mg)


(33)

Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan acuan yang ditetapkan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan (ICS 67.220.20 tahun 2009) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009) tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan (disajikan dalam lampiran 2) untuk tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk). Sedangkan batas maksimum logam berat dalam tanah belum ditetapkan, sehingga sebagai acuan digunakan kisaran logam berat sebagai pencemar dalam tanah yang dikemukakan oleh Soepardi (1983) dalam Barchia, 2009. Dan untuk kualitas air digunakan baku mutu lingkungan yang terdapat dalam PP. No. 82 Th. 2001 (disajikan dalam lampiran 4).


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Lahan Pertanian Kangkung (pH tanah, C-Organik tanah, Temperatur Udara, Curah Hujan)

Kondisi lingkungan (pH tanah, C-organik tanah) lahan pertanian kangkung berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan hasil yang berbeda antara lokasi I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) dan lokasi II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan). Untuk lebih jelasnya masing-masing pengukuran pH tanah dan C-organik tanah disajikan pada tabel 6. dibawah ini :

Tabel 6. Analisis pH tanah dan C-organik tanah.

Lokasi Sampel pH (H2

I 6.17* 1.08

O) Tanah C-Organik Tanah (%)

II 7.02** 0.54

+

Keterangan : *(agak masam) **(netral) +(rendah) ++(sangat rendah) ++

Berdasarkan hasil diatas, dapat dilihat pH H2O pada lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) lebih masam dibandingkan dengan pH H2

Pada tabel 6. berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kandungan c-organik dalam tanah, dapat dilihat bahwa persen (%) kandungan c-organik tanah pada lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal

O pada lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan). Hal ini sesuai dengan kriteria BPP (1982) yang menyatakan bahwa pH lokasi sampel I (6,17) tergolong agak masam dan pH lokasi sampel II (7,02) tergolong dalam kriteria netral.


(35)

sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan). Meskipun demikian persen (%) kandungan c-organik pada kedua lokasi sampel tersebut masih tergolong rendah menurut kriteria BPP (1982), dimana kandungan c-organik dalam tanah pada lokasi sampel I (1.08 %) masuk dalam kategori rendah, sedangkan kandungan c-organik dalam tanah pada lokasi sampel II (0.54 %) masuk dalam kategori sangat rendah.

Kondisi lingkungan (temperatur udara dan curah hujan) lahan pertanian kangkung berdasarkan hasil pengamatan BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) stasiun Sampali, menunjukkan hasil yang berbeda antara lokasi I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) dan lokasi II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan). Untuk lebih jelasnya masing-masing hasil pengamatan temperatur udara dan curah hujan disajikan pada tabel 7. dibawah ini :

Tabel 7. Temperatur Udara dan Curah Hujan.

Lokasi Sampel Temperatur Udara (o

I 26.7 138.29

C) Curah Hujan (mm/tahun)

II 27.06 205.74

Sumber : BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) stasiun Sampali.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) diketahui bahwa temperatur udara pada lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) adalah 26.7 oC dan temperatur udara pada lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan) adalah 27.06 oC.


(36)

kurang sesuai, karena syarat tumbuh kangkung yang baik berada pada temperatur rata-rata sekitar 28 o

Berdasarkan data yang diperoleh dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) diketahui bahwa Curah Hujan (mm/tahun) pada lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) adalah 138.29 mm/tahun dan curah hujan (mm/tahun) pada lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan) adalah 205.74 mm/tahun. Curah Hujan (mm/tahun) pada lokasi sampel I dan II ini menurut Rukmana (1994) kurang sesuai, karena syarat tumbuh kangkung yang baik berada pada temperatur rata-rata berkisar antara 500-5.000 mm/tahun.

C.

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Tanah dan Air

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanah yang diperoleh dari kedua lokasi sampel, menurut Soepardi (1983) dalam Barchia, 2009 masih berada dibawah nilai batas maksimum. Hasil yang diperoleh tersebut berdasarkan interval 2 - 200 ppm, masuk dalam kategori sangat rendah. Tabel 8. dibawah ini menunjukkan hasil analisis kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanah yang diperoleh dari lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) dan lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan).


(37)

Tabel 8. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Tanah. Lokasi Sampel

Kandungan Timbal (Pb)

Pada Tanah (ppm) Rata2 Kriteria* (2-200 ppm) Ulangan 1 Ulangan 2

I II 0.94 0.78 0.96 0.76 0.95 0.77 Sangat Rendah Sangat Rendah

*Sumber : Soepardi (1983) dalam Barchia, 2009.

Pada tabel 8. juga dapat dilihat bahwa kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanah yang diperoleh dari lokasi sampel I lebih tinggi yaitu 0.95 ppm dibandingkan dengan kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanah yang diperoleh dari lokasi sampel II yaitu 0.77 ppm. Ini didukung dengan kandungan pH tanah pada lokasi sampel I yang tergolong agak masam (6.17) sedangkan pH tanah pada lokasi sampel II tergolong netral (7.02). Hal ini sesuai pernyataan Babich dan Stotzky (1978) yang mengemukakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi logam berat adalah keasaman tanah dan pernyataan Klein dan Trayer (1995) yang menyatakan bahwa penurunan pH secara umum meningkatkan ketersediaan logam berat. Selain itu, Taberima (2004) juga menyatakan bahwa tingkat ketersediaan logam berat tergantung pada pH lingkungan dimana logam berat tersebut berada dan pada pH rendah ketersediaan beberapa logam berat meningkat.

Pada tabel 8. lokasi sampel I didapat kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanah 0.95 ppm dan pada lokasi sampel II didapat kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanah yaitu 0.77 ppm dimana kedua sampel ini memiliki kriteria sangat rendah. Hal ini kurang sesuai dengan nilai kandungan C-organik tanah pada lokasi sampel I dan lokasi sampel II yaitu 1.08 % dan 0.54 % yang memiliki kriteria rendah dan sangat rendah, dimana seharusnya dengan nilai C-organik yang rendah kandungan logam berat timbal (Pb) akan


(38)

lebih tinggi seperti yang tertulis pada literaturTaberima (2004) yang menyatakan bahan organik (BO) adalah salah satu komponen terpenting didalam tanah. Berperan dalam perkembangan struktur tanah dan mengatur perpindahan polutan dan bahan pencemar didalam tanah, dan berperan penting didalam siklus perputaran serta penyimpanan hara dan air, dan juga pernyataan Matagi et al (1998) yang menyatakan senyawa humat juga berperan dalam membentuk ikatan kompleks dengan logam-logam. Adanya pembentukan kompleks mempengaruhi kereaktifan dan efek toksik dari logam. Hal ini dapat terjadi dikarenakan nilai pH yang lebih mempengaruhi kandungan logam berat timbal (Pb) dibandingkan nilai C-organik pada lokasi sampel I dan lokasi sampel II.

Kandungan logam berat timbal (Pb) pada air yang diperoleh dari lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) dan lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan) menurut PP. No. 82 Th. 2001, masih berada dalam ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam air yang digunakan untuk keperluan pertanian yakni golongan IV (air untuk pertanian, usaha perkotaan, industri dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)). Untuk lebih jelasnya, hasil analisis kandungan logam berat timbal (Pb) dalam air disajikan pada tabel 9. dibawah ini :

Tabel 9. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Air. Lokasi Sampel

Kandungan Timbal (Pb)

Pada Air (ppm) Rata2 Kriteria* (1 ppm) Ulangan 1 Ulangan 2

I II 0.10 0.11 0.11 0.11 0.10 0.11 Rendah Rendah


(39)

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada air yang diperoleh dari kedua lokasi sampel masuk dalam

kriteria rendah, dimana nilai ambang batas maksimum menurut PP. No. 82 Th. 2001 adalah 1 ppm. Selisih kandungan rata-rata logam berat

timbal (Pb) pada air di kedua lokasi sampel hanya berbeda tipis yaitu 0.1 ppm. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada air di lokasi sampel II lebih tinggi yaitu 0.11 ppm dibandingkan dengan kadar logam berat timbal (Pb) pada air di lokasi sampel I yaitu 0.10 ppm.

Hal ini disebabkan karena air yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan (lokasi sampel II) merupakan air aliran dari saluran air limbah rumah tangga (parit/got) yang ada disekeliling lahan pertanian kangkung air tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Alloway (1995), yang menyatakan bahwa salah satu pemasok logam berat dalam tanah pertanian adalah buangan limbah rumah tangga. Sedangkan rendahnya kandungan logam berat timbal (Pb) dalam air pada lokasi I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) dibandingkan dengan lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan) disebabkan karena air yang digunakan untuk menyiram lahan pertanian kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan (lokasi sampel II) tersebut adalah air yang berasal dari sumur bor yang dibuat oleh petani dan lokasi lahan pertanian kangkung darat yang cukup jauh dari buangan limbah rumah tangga.


(40)

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Tanaman (Akar, Batang, Daun)

Para peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian terhadap kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanaman kangkung dengan menjadikan Keputusan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No 03725/B/SK/VII/89 sebagai acuan batas maksimal yang diperbolehkan dalam sayur dan hasil olahannya adalah 2 mg/kg. Namun, Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI) mengeluarkan keputusan baru mengenai hal ini dengan menyatakan batas maksimal yang diperbolehkan dalam sayur dan hasil olahannya adalah 0.5 mg/kg pada tahun 2009. Hal ini juga dikuatkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 pada tanggal 28 Oktober 2009 dengan menyatakan hal yang sama dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Oleh karena itu peraturan baru inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pendeskripsian kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun).

Berdasarkan analisis logam berat timbal (Pb) pada tanaman (Akar, Batang, Daun) yang telah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan dua kali ulangan pembacaan alat AAS (Atomic Absorption Spectroscopy), dapat diketahui bahwa sayuran kangkung, baik itu kangkung darat (Ipomea reptans Poir) maupun kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) yang berasal dari kedua lokasi sampel terbukti mengandung logam berat timbal (Pb) dengan kandungan yang bervariasi di masing-masing bagian tanaman. Hal ini didukung dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Anonimous (1998) yang menyatakan bahwa logam berat


(41)

timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, dan akar.

Selain itu, adanya kandungan logam berat khususnya logam berat timbal (Pb) pada tanaman sayuran kangkung ini sudah cukup membuktikan bahwa organisme pertama yang terpengaruh akibat adanya kandungan logam berat di tanah atau habitat lainnya adalah organisme dan tanaman yang tumbuh di tanah atau habitat tersebut (Saeni, 1997), serta sifat-sifat logam berat selain tidak dapat terurai (non degradable) adalah mudah diabsorbsi (Darmono, 1995).

Kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun) di kedua lokasi lahan pertanian sayuran kangkung sudah melebihi batas maksimum kadar logam berat timbal (Pb) dalam sayuran yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan (ICS 67.220.20 tahun 2009) adalah 0.5 mg/kg dan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan pada tahun 2009 yaitu 0.5 ppm atau mg/kg.

Untuk lebih jelasnya kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun), disajikan pada tabel 10.


(42)

Tabel 10. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Tanaman (Akar, Batang, Daun)

Lokasi

Sampel Sampel

Kandungan Logam Berat

Timbal (Pb) Rata

Kriteria* 2

SNI & BPOM (0.5 ppm) Ulangan 1 Ulangan 2

I Akar Batang Daun 3.05 0.55 1.70 3.20 0.65 1.75 3.12 0.6 1.72 Sangat Tinggi Sedang Tinggi II Akar Batang Daun 7.91 0.95 1.70 8.80 0.90 1.65 8.35 0.92 3.35 Sangat Tinggi Sedang Tinggi

Sumber : Kriteria* = SNI (ICS 67.220.20 tahun 2009) dan BPOM Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 10. kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun) di kedua lokasi sampel tergolong dalam kriteria sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hal ini berdasarkan kriteria batas maksimum kandungan logam berat timbal (Pb) dalam sayuran yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan (ICS 67.220.20 tahun 2009) dan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan pada tahun 2009.

Hal ini menunjukkan bahwa kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan (lokasi sampel I) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan (lokasi sampel II) sudah tidak aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat kota Medan sebagai bahan pangan karena mengandung logam berat timbal (Pb) yang tinggi. Hal ini didukung oleh Subowo et all (1999) dalam pernyataannya yang mengemukakan bahwa


(43)

adanya logam berat dalam pertanian dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut dan pernyataan yang dikemukakan oleh Alloway (1990) yang menyatakan bahwa logam berat terserap kedalam jaringan tanaman melalui akar, yang selanjutnya akan masuk kedalam siklus rantai makanan.

Apabila sayuran tersebut dikonsumsi dan tetap terus dikonsumsi oleh masyarakat kota Medan, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan atau keracunan timbal (Pb). Hal ini disebabkan logam berat timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya bagi tubuh manusia, dimana jumlah minimal Pb minimal didalam darah yang dapat menyebabkan keracunan berkisar antara 60-100 mikro gram per 100 ml darah (Eddy, 2010) dan logam berat timbal (Pb) apabila terserap oleh anak walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik (Pb) yang tertimbun dalam tulang akan masuk kejanin dan asupan timbal dapat menyebabkan keguguran waktu lama timbal (Pb) terakumulasi pada gigi, gusi dan tulang. Jika konsentrasi Pb meningkat, akan terjadi anemia dan kerusakan fungsi otak serta kegagalan fungsi ginja

Berdasarkan hasil data analisis diatas juga dapat diketahui bahwa kandungan rata-rata logam berat tertinggi pada tanaman (akar, batang, daun), terdapat pada lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan) dibandingkan dengan kandungan rata-rata logam


(44)

berat pada tanaman (akar, batang, daun) yang terdapat pada lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan). Hal ini dapat dilihat dari kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun) yang diperoleh dari lokasi II pada bagian akar 8.35 ppm, batang 0.92 ppm, daun 3.35 ppm; sedangkan kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun) yang diperoleh dari lokasi I pada bagian akar 3.12 ppm, batang 0.6 ppm dan daun 1.72 ppm. Hal ini didukung dengan lebih tingginya kandungan logam berat timbal (Pb) pada air yang diperoleh dari lokasi sampel II yaitu 0.11 ppm dibandingkan dengan kandungan logam berat timbal (Pb) pada air yang diperoleh dari lokasi sampel I yaitu 0.10 ppm.

Tingginya kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanaman yang diperoleh dari lokasi sampel II (kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan) dibanding dengan lokasi sampel I (kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan) dinilai wajar karena tanaman kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) yaitu lokasi sampel II hidup di air yang berasal dari saluran air limbah rumah tangga (parit/got) yang berada disekeliling lahan pertanian kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) tersebut. Hal ini dilakukan oleh petani kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) desa Tanjung Rejo kecamatan Sunggal kota Medan untuk mengairi lahan pertaniannya dengan asumsi bahwa kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) yang ditanam oleh petani tersebut tidak akan mendapat suplai air yang cukup jika hanya mengandalkan atau mengharapkan air hujan saja.


(45)

Berdasarkan data yang dipaparkan pada tabel 10. dapat diketahui bahwa akumulasi kandungan logam berat timbal (Pb) pada tanaman (akar, batang, daun) tertinggi terdapat bagian akar tanaman kangkung, baik itu tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) yaitu lokasi sampel I (akar 3.12 ppm) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) yaitu lokasi sampel II (akar 8.35 ppm). Hal ini disebabkan logam berat terserap kedalam jaringan tanaman melalui akar, yang selanjutnya akan masuk kedalam siklus rantai makanan (Alloway, 1990). Hal ini juga didukung dengan suatu penelitian yang dilakukan oleh Kohar dkk (2005) yang memperoleh hasil bahwa akumulasi Pb yang terbesar terjadi pada akar tanaman kangkung.

Tingginya kandungan logam berat timbal (Pb) yang diperoleh pada bagian akar tanaman kangkung baik itu tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) sesuai dengan tiga cara unsur hara dapat kontak dengan permukaan akar, yaitu : 1) secara difusi dalam larutan tanah; 2) secara pasif oleh aliran tanah, dan 3) akar tumbuh kearah posisi hara dalam matirk tanah. Serapan hara oleh akar dapat bersifat akumulatif, selektif, satu arah (unit directional), dan tidak dapat jenuh. Penyerapan hara dalam waktu yang lama menyebabkan konsentrasi hara dalam sel jauh lebih tinggi, ini disebut sebagai akumulasi hara (Lakitan, 2001). Hal ini juga didukung dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Fitter dan Hay (1991) yang menyatakan bahwa sel-sel akar tumbuhan umumnya mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium disekitarnya.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 10. dapat diketahui bahwa sayuran kangkung, baik itu kangkung darat (Ipomea reptans Poir) maupun kangkung air


(46)

(Ipomea aquatica Forsk) yang berasal dari kedua lokasi sampel mampu menyerap dan mengakumulasikan logam berat dari media tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Seregeg dkk (1995) melalui penelitian bahwa kangkung termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media tumbuhnya. Hal ini juga sesuai dengan dua sifat penyerapan ion oleh tumbuhan adalah (1) faktor konsentrasi, yaitu kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion didalam mediumnya; dan (2) perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan (Fitter dan Hay, 1991)

Berdasarkan hasil data analisis diatas juga dapat diketahui bahwa sayuran kangkung, baik itu kangkung darat (Ipomea reptans Poir) maupun kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) yang berasal dari kedua lokasi sampel relatif tahan terhadap bahan pencemar yaitu logam berat timbal (Pb) dan mengakumulasikannya tanpa membuat tanaman tumbuh dengan tidak normal dan tidak mengalami fitotoksisitas. Hal ini terbukti dari hasil panen tanaman kangkung yang diproduksi cukup tinggi, dimana hasil panen kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan (lokasi sampel I) mampu menghasilkan ± 200 ikat/bedeng (ukuran bedeng ± 1 x 20 m) dan hasil panen kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) desa Tanjung Rejo kecamatan Sunggal kota Medan (lokasi II) mampu menghasilkan hingga 300 ikat per harinya. Hal ini sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Eddy (2010) yang menyatakan bahwa kangkung merupakan salah tanaman yang memiliki kemampuan yang disebut dengan hiperakumulator, yaitu relatif tahan terhadap berbagai macam


(47)

bahan pencemar dan mengakumulasikannya dalam jaringan dengan jumlah yang cukup besar. Salah satu bahan pencemar tersebut adalah timbal (Pb). Tanaman kangkung mampu mentranslokasikan bahan pencemar timbal (Pb) dengan konsentrasi sangat tinggi ke pucuk tanpa membuat tanaman tumbuh dengan tidak normal dalam arti kata tidak kerdil dan tidak mengalami fitotoksisitas.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) tanaman kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan lebih tinggi daripada kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan. Masing-masing dalam kangkung air dan kangkung darat, yaitu pada akar (8.35 - 3.12) ppm, pada batang (0.92 - 0.6) ppm, dan pada daun (3.35 - 1.72) ppm.

2. Kandungan rata-rata logam berat timbal (Pb) kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) sudah melebihi batas maksimum kadar logam berat timbal dalam sayuran.

3. Tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) terbukti sangat kuat menyerap dan mengakumulasikan logam berat timbal (hiperakumulator) tanpa membuat tanaman tumbuh dengan tidak normal dan tidak mengalami fitotoksisitas, hal ini sesuai dengan pendapat Eddy (2010).

Saran

Sebaiknya lahan pertanian kangkung darat (Ipomea reptans Poir) asal kecamatan Medan Deli kota Medan dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk) asal kecamatan Sunggal kota Medan diganti dengan sayuran lain yang daya serap dan akumulasi logam beratnya rendah.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Alloway, B.J., 1990. Heavy Metal in Soils. John Willey and Sons inc., New York. _______, B.J., 1995. Heavy Metal in Soils. 2nd Edition. Blackie Academic and

Professional-Chapman and Hall. London-Wenheim-New York. Tokyo-Melbourne-Madras.

American Geological Instiude. 1976. Dictionary of Geological Terms. Revised Edition. Anchor Books. New York. Viii + 472 h.

Anonimous, 1998. Timbal Pada Tanah dan Tanaman.

_________, 2000. Efek Logam Berat Bagi Kesehatan.

_________, 2008. Bahaya Logam Berat Dalam Air. Dalam majalah Adinfo Bogor.

17 Juli 2010.

_________, 2010. Logam Berat Timbal (Pb).

Diakses tanggal 16 Agustus 2010.

Astawan, Made. 2005. Awas Koran Bekas! Kompas Cyber Media. http://www.kompas.com. Diakses tanggal 27 Oktober 2010.

Babich, H dan G. Stotzky. 1978. Effects of Cadnium On The Biota : Influences of Environmental Factors. Edv. Appl. Microbiol.

Barchia, M. F., 2009. Sumber Polutan dan Logam Berat.

Charlena., 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadnium (Cd) pada Sayur-sayuran. Program Pascasarjana / S3 / Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Darmono., 1995. Logam dalam Sistem Biologi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

_______., 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.


(50)

Direktorat Gizi Depkes R.I 1981. Dalam: Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Eddy, Syaiful, 2010. Pemanfaatan Tehnik Fitoremediasi Pada Lingkungan

TercemarTimbal(Pb

Fitter, A. H dan Hay, R. K. M., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Klein, D. A dan J. S. Trayer. 1995. Interactions Between Soil Microbial Community and Organometallic Compaunds. Marcell Dekker, inc. New York and Basel.

Kohar, I., Poppy Hartatie Hardjo, dan Imelda Inge Lika, 2005. Studi Kandungan Logam Pb dalam Tanaman Kangkung Umur 3 dan 6 Minggu yang Ditanam di Media yang Mengandung Pb. Makara Sains vol. 9 No.2 November 2005 : 56-59.

Lakitan, B., 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Palar, H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cet: 4. Rineka Cipta, Jakarta.

Matagi, S. V., Swai, D., and Mugabe, R., 1998. Heavy Metal Removal Mechnisms in Wetlands. Afr. J. Trop. Hidrobiol. Fish. 8 : 23-35.

Notohadiprawiro, T., 2006. Logam Berat Dalam Pertanian. Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Rukmana, R., 1994. Kangkung. Seri Budi Daya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Saeni., 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat Dengan Anilisis

Rambut. Orasi Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor.

Seregeg, I. G., Saeni, M. S, 1995. Media Litbangkes V 18.

Subowo, Mulyadi S., Widodo, dan Asep Nugraha, 1999. Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding. Bidang Kimia dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.

Sunu, P., 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.


(51)

Taberima, S., 2004. Peranan Mikroorganisme Dalam Mengurangi Efek Toksik Pada Tanah Terkontaminasi Logam Berat. Program Pascasarjana / S3 / Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Widaningrum, Miskiyah, dan Suismono, 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian vol. 3 2007.


(52)

(53)

(54)

(55)

SNI 7387:2009


(56)

SNI 7387:2009


(57)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor HK.00.06.1.52.4011


(58)

(59)

(60)

(61)

Lampiran 4. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


(62)

(63)

Keterangan :

mg = miligram ug = mikrogram ml = militer L = liter Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda £ adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 4. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


(5)

(6)

Keterangan : mg = miligram ug = mikrogram ml = militer L = liter Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda £ adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil