42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode eksperimental yang meliputi identifikasi tumbuhan, pengumpulan bahan tumbuhan, pengolahan sampel, karakterisasi
simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, analisis kromatografi kertas,uji kemurnian dan identifikasi senyawa hasil isolasi secara spektrofotometri ultraviolet
menggunakan pereaksi geser shift reagent.
3.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah: alat-alat gelas laboratorium, blender national, lampu sinar ultraviolet Nimura, neraca kasar
Ohaus, neraca listrik Sartorius, penangas air Yenaco, rotary evaporator Buchi 461, seperangkat alat kromatografi kertas dan spektrofotometer ultraviolet
Shimadzu UV-1240, mikroskop, kaca objek, kaca penutup.
3.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun segar ekor naga Rhaphidophora pinnata Schott. Bahan kimia yang digunakan kecuali
dinyatakan lain berkualitas pro analisis E.Merck yaitu: aluminium III klorida, ammonium hidroksida, asam asetat glasial, asam borat, asam klorida pekat, besi III
klorida, etil asetat, kloroform, metanol, natrium hidroksida, n-butanol, n-heksana, petroleum eter, etil asetat, serbuk magnesium, serbuk seng, etanol, air suling, alpa
Universitas Sumatera Utara
43 naftol, timbal asetat, dragendorff, mayer, bouchardat, kertas Whatman No.1 dan No.
3, kloralhidrat, floroglusinol.
3.3 Pembuatan Larutan pereaksi 3.3.1 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 8,0 g bismut III nitrat dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat dan dilarutkan 27,2 g, kalium iodida dalam 50 ml air suling. Campur kedua larutan dan
diamkan sampai memisah sempurna. Diambil larutan jernih dan diencerkan dalam air secukupnya hingga 100 ml Depkes RI, 1980.
3.3.2 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam air suling secukupnya sampai KI larut dengan sempurna, lalu ditambahkan 2 g iodium sedikit demi sedikit dan
dicukupkan dengan air suling hingga volume 100 ml Depkes RI,1979.
3.3.3 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,36 g raksa II klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain, 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian 60
ml larutan I dicampurkan dengan 10 ml larutan II dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1989.
Universitas Sumatera Utara
44
3.3.4 Pereaksi Besi III klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hinnga 100 ml Depkes RI, 1989.
3.3.5 Pereaksi Asam klorida 6 N
Sebanyak 50 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1979.
3.3.6 Pereaksi Asam klorida 2N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1979.
3.3.7 Pereaksi Aluminium klorida 5
Sebanyak 5 g aluminium klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga 100 ml Harborne, 1989.
3.3.8 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N
Sebanyak 8,002 g natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml Depkes RI, 1979.
3.3.9 Pereaksi Asam Sulfat 2 N
Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml Depkes RI, 1995
Universitas Sumatera Utara
45
3.3.10 Pereaksi Molish
Seban yak 3 g α- naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh
100 ml larutan Depkes RI, 1989.
3.3.11 Pereaksi Timbal II Asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g Timbal II Asetat dilarutkan dalam air suling bebas
karbondioksida hingga 100 ml Depkes RI, 1989.
3.3.12 Pereaksi Kloralhidrat jenuh
Sebanyak 50 g kloralhidrat dilarutkan didalam 20 ml air suling Depkes RI, 1989.
3.3.13 Pereaksi Floroglusinol HCl
1 g floroglusinol ditambah beberapa tetes HCl pekat sampai memerahkan lignin Depkes RI, 1989.
3.3.14 Air suling bebas karbondioksida
Sebanyak 500 ml sulingan dididihkan selama tidak kurang dari 10 menit, sambil mencegah sesempurna mungkin dengan udara, dinginkan, dimasukkan
kedalam wadah bertutup kedap Depkes RI, 1979.
3.4 Penyiapan Sampel 3.4.1 Pengambilan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah daun
Universitas Sumatera Utara
46 tanaman ekor naga Rhaphidophorae pinnatae Folium segar yang diperoleh dari
Komplek Bea Cukai No. 22 Kecamatan Padang Selatan, Kota Madya Padang, Provinsi Sumatera Barat.
3.4.2 Determinasi Tumbuhan
Determinasi tanaman dilakukan oleh lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian Biologi, Bogor Frans, 2007. Hasil determinasi dapat dilihat
pada lampiran 1 halaman 28.
3.4.3 Pengolahan Sampel
Sebanyak 6 kg daun tanaman ekor naga Rhaphidophorae pinnatae Folium yang segar dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diudara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung, setelah kering diserbukkan dengan blender dan serbuk disimpan
dalam wadah plastik.
3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari
yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Depkes, 1989; WHO, 1992.
Universitas Sumatera Utara
47
3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk,ukuran, warna, rasa dan bau dari simplisia daun tanaman ekor naga Rhaphidophorae pinnatae
Folium.
3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia
Sebelum dilakukan pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia maka dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada tanaman segar.
- Sayatan melintang daun tanaman ekor naga Rhaphidophorae pinnatae
Folium Cara kerja: Pada kaca objek ditetesi kloralhidrat, diletakkan sayatan melintang daun
tanaman ekor naga, dipanaskan diatas lampu spiritus, tidak sampai kering, dicuci dengan beberapa tetes akuades, kemudian ditetesi beberapa tetes floroglusinol HCl,
didiamkan selama 10 menit, ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati dibawah mikroskop.
- Sayatan membujur atas dan bawah daun tanaman ekor naga
Rhaphidophorae pinnatae Folium Cara kerja: Pada kaca objek ditetesi kloralhidrat, diletakkan sayatan membujur daun
tanaman ekor naga, dipanaskan diatas lampu spiritus, tidak sampai kering, dicuci dengan beberapa tetes akuades, ditambah kloralhidrat, ditutup dengan kaca penutup,
kemudian diamati dibawah mikroskop. Hasil mikroskopik sayatan melintang dan membujur daun tanaman ekor naga dapat dilihat pada lampiran 5 sampai 7 halaman
32-34.
Universitas Sumatera Utara
48
Simplisia
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun tanaman ekor naga. Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek yang telah ditetesi larutan
kloral hidrat kemudian ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati pada mikroskop. Hasil mikroskopik serbuk simplisia daun tanaman ekor naga dapat dilihat
pada lampiran 8 halaman 35.
3.5.3 Penetapan Kadar Air a. Penjenuhan Toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan kedalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian di destilasi selama 2 jam.
Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml WHO, 1992.
b. Penetapan kadar air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimasukkan kedalam labu alas, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen
mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian
dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan
toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. selisih kedua
Universitas Sumatera Utara
49 volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992.
3.5.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara di maserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter dalam
labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, dan sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara Depkes RI, 1989.
3.5.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara di maserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama
6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara Depkes RI, 1989.
Universitas Sumatera Utara
50
3.5.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus
dipijarkan pada suhu 600
o
C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes RI, 1989; WHO, 1992.
3.5.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Sebanyak 25 ml asam klorida encer dimasukkan abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total, kemudian didihkan selama 5 menit, bagian yang
tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu kemudian dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan pada suhu
600
o
C sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan diudara WHO, 1992.
3.6 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dari serbuk simplesia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, steroida triterpenoida, tannin, saponin, flavonoida, glikosida dan
glikosida antrakuinon, minyak atsiri.
3.6.1 Pemeriksaan Alkaloida
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang, kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:
Universitas Sumatera Utara
51 a.
Sebanyak 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, maka akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau putih kekuningan.
b. Sebanyak 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan
terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam. c.
Sebanyak 3 tetes filtrat ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Dragendroff, akan terbentuk endapan merah atau jingga.
Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas Depkes RI, 1989.
3.6.2 Pemeriksaaan Steroida triterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam. Kemudian maserat yang diperoleh disaring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan
penguap, dan pada sisanya ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Lieberman-Bourchard. Apabila terbentuk warna biru
kehijauan atau merah ungu menunjukkan adanya steroidatriterpenoida bebas Harborne, 1987.
3.6.3 Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling, lalu disaring. Filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Larutan diambil
sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Apabila terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman, menunjukkan adanya tanin
Depkes RI, 1989.
Universitas Sumatera Utara
52
3.6.4 Pemeriksaan Saponin Uji Busa
Sebanyak 0,5 g serbuk simplesia dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas dan didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama
10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N menunjukkan adanya
saponin Depkes RI, 1989
3.6.5 Pemeriksaan Flavonoida
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Kedalam 5 ml filtrat ditambahkan
0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol,dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga
pada lapisan amil alkohol Farnsworth, 1996.
3.6.6 Pemeriksaan Glikosida
Sebanyak 3 g serbuk simplisia disari dengan 30 ml campuran etanol 95 dengan air suling 7:3 dan 10 ml asam sulfat 2 N, direfluks selama 10 menit,
didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat
dipartisi dengan 20 ml campuran kloroform dan isopropanol 3:2, dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Lapisan air dikumpulkan, diuapkan pada temperatur tidak
lebih dari 50
o
C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa kedalam tabung
Universitas Sumatera Utara
53 reaksi, selanjutnya diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air
suling dan 5 tetes pereaksi Molish. Tambahkan hati-hati secara 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan
adanya glikosida Depkes RI, 1989.
3.6.7 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon
Sebanyak 0,2 g serbuk simplisia ditambah dengan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzena, dikocok dan
didiamkan. Lapisan benzena dipisahkan dan disaring. Kocok lapisan benzena dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan ini berwarna merah dan lapisan benzena tidak
berwarna menunjukkan adanya antrakuinon Depkes RI, 1989.
3.7 Pembuatan Ekstrak Pembuatan ekstrak dilakukan secara sokletasi mengunakan pelarut etanol
Prosedur pembuatan ekstrak : Sebanyak 150 g serbuk simplisia dibungkus dengan kertas saring, diletakkan
kedalam tabung soklet, kemudian pelarut dimasukkan kedalam labu sebanyak 23 bagian dari volume labu, selanjutnya alat dirangkai, dibuka kran air masuk.
Mantel pemanas dihidupkan, pelarut dalam labu, mendidih dan menguap, uap pelarut terkondensasi menjadi molekul – molekul air oleh pendingin balik dan uap
pelarut yang panas ini turun menyari zat aktif didalam simplisia, dan jika uap yang menyari zat aktif telah mencapai permukaan sifon tube, seluruh cairan akan turun
kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler sifon, sehingga terjadi sirkulasi dan
Universitas Sumatera Utara
54 seterusnya. Aliran pelarut ini disebut dengan 1 satu kali sirkulasi pada alat soklet.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan yang melewati pipa kapiler sifon tidak berwarna. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Bagan ekstraksi
serbuk simplisia dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 56.
3.8 Ekstraksi Cair-Cair Senyawa Flavonoida Dari Ekstrak Etanol