SUNARYA SUNARYATI, SE., M.Si. PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI KEUANGAN ISLAM

2. Rasio Profitabilitas

  Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan,

  aset maupun laba bagi modal sendiri. 33 Ada tiga rasio yang terdapat dalam rasio profitabilitas, yaitu profit margin, return on total asset

  (ROA), dan return on equity (ROE). Dalam penelitian ini penyusun hanya menggunakan variabel return on asset (ROA) karena dapat menunjukkan tingkat efisiensi dari investasi yang dilakukan perusahaan.

  31 Ibid., hlm. 81.

  32 Lukman Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi:

  Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 62.

  33 Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori Aplikasi, hlm. 122.

  ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

  dipergunakan. 34 Menurut Munawir, ROA merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumber daya keuangan

  yang ditanamkan pada perusahaan. 35 ROA dapat dihitung dengan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. 36 Semakin besar ROA

  menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar diterima dan risiko atau kerugian yang terjadi dalam investasi relatif kecil. Tingginya ROA akan menjadi sinyal positif yang akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan.

3. Rasio Pasar

  Rasio pasar adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor (calon investor), meskipun pihak manajemen juga

  berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. 37 Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio pasar, yaitu price earning ratio, dividend yield,

  earning per share, price book value, dan pembayaran dividen (dividend

  34 Ibid., hlm. 123. 35 Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, hlm. 269. 36 Mamduh Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 87. 37 Ibid., hlm. 84-85.

  payout). Dalam penelitian ini penyusun menggunakan variabel dividend payout ratio (DPR) dan price book value (PBV).

  a. Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Dividen pay out ratio dihitung dengan cara membandingkan antara

  dividen yang dibagi dengan earning per share. 38 Dividend payout diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang

  tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil, dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout, yaitu risiko tinggi, dividen payout rendah. Karena beta merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan dividen payout mempunyai hubungan yang negatif. Alasan lain yang menyatakan hubungan

  38 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 86.

  negatif antara beta dengan dividen payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai risiko yang kecil dibandingkan dengan

  yang menahannya dalam bentuk laba yang ditahan. 39

  b. Price Book Value Price book value adalah rasio yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang

  beredar. 40 Dalam pengertian yang lain PBV adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar

  sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. 41 PBV diperoleh dengan cara membagi harga pasar saham dengan nilai

  buku per saham. PBV mempunyai dua fungsi utama, yaitu: 42

  1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan di harga yang sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya. Berdasarkan fungsi yang pertama sebuah saham akan dianggap sudah terlalu mahal atau tinggi jika PBV saham tersebut saat ini sudah di atas rata-rata PBV

  39 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 371-372. 40 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, hlm. 76.

  “Price

  to Book Value,”

  http:www.infovesta.comrollerpenjelasanentryprice_to_book_value. htm, akses 2 Agustus 2010.

  42 Ibid.

  historisnya. Demikian sebaliknya, sebuah saham akan dianggap masih murah atau wajar jika PBV saham tersebut saham saat ini masih berada di bawah atau sama dengan rata-rata PBV historisnya.

  2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode satu tahun mendatang. Berdasarkan fungsi yang kedua, sebuah saham akan dianggap mahal atau murah berdasarkan perkiraan harga wajarnya.

  Dalam penelitian ini penyusun menggunakan analisis fundamental, karena variabel yang digunakan adalah dari laporan keuangan atau kinerja perusahaan. Menurut analisis fundamental harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan bersangkutan. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor funadamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut

  sehingga diperoleh taksiran harga saham. 43

2. Teori Signalling

  Teori signalling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang-dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan

  43 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Annalisis Sekuritas, hlm. 315.

  dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya asymmetric information tersebut menyulitkan investor dalam menilai obyektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Munculnya masalah asymmetric information ini membuat investor secara rata-rata memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan. Dalam bahasa teori signalling, kecenderungan ini disebut pooling equilibrium karena perusahaan berkualitas bagus dan perusahaan berkualitas

  jelek dimasukkan dalam “pool” penilaian yang sama. 44

  Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa prospek perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi-informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi daya tarik bagi para investor untuk membeli atau menjual saham yang dipunyai, karena dengan kondisi keuangan yang baik dimungkinkan dapat menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga informasi tersebut memberikan sinyal yang positif bagi pemegang saham.

  Salah satu contoh perusahaan dapat memberikan sinyal kepada pihak luar adalah dengan membayarkan dividen tunai dalam jumlah yang relatif besar. Dividen yang besar memang akan mengurangi jumlah capital

  44 Zainal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), hlm.

  11-12.

  expenditure sehingga pertumbuhan perusahaan mungkin akan terganggu namun karena kinerja perusahaan bagus, perusahaan tetap dapat menghasilkan laba bahkan masih tetap tumbuh.

  Investor yang paham dan berpikir rasional akan memberi nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang membagikan dividen besar dan memberi nilai rendah pada perusahaan yang dividennya rendah atau dapat diistilahkan dengan separating equilibrium. Selain dividen, keputusan manajer yang juga dapat dijadikan sinyal bahwa perusahaan berkinerja baik adalah ketika perusahaan memutuskan mengambil dana dari eksternal untuk membiayai suatu proyek merupakan sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya perusahaan yang prospek pendapatan relatif stabil yang berani menambah

  hutang. 45

D. Ekonomi makro

  Ilmu ekonomi makro adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi makro memberikan penekanan pada keseluruhan kegiatan perekonomian yang bersifat global. Ruang lingkup pembahasan ekonomi makro meliputi output total dari barang dan jasa, pertumbuhan output total dari barang dan jasa, pertumbuhan output, tingkat

  inflasi, pengangguran, neraca pembayaran, dan nilai tukar. 46

  45 Ibid., hlm. 12.

  46 Tedy Herlambang dkk, Ekonomi Makro: Teori, Analisis, dan Kebijakan (Jakarta: PT

  Dalam memahami kinerja perekonomian secara keseluruhan, ilmu ekonomi makro memberikan tekanan perhatian pada kebijaksanaan ekonomi dan variabel ekonomi yang mempengaruhi kinerja dari suatu perekonomian. Untuk keperluan tersebut, para ekonom menggunakan banyak data dan variabel ekonomi untuk mengukur kinerja dari suatu perekonomian. Para ekonom mengumpulkan data pendapatan (income), harga, pengangguran, produksi, investasi, dan berbagai variabel ekonomi lainnya. Dari berbagai variabel yang dikumpulkan tersebut diketahui bahwa satu dan lain variabel saling memiliki ketergantungan maupun

  pengaruh mempengaruhi. 47

  Secara teori, banyak terdapat indikator yang dapat mengukur variabel makro, termasuk didalamnya indikator politik ekonomi. Namun demikian dari sekian banyak indikator yang cukup lazim digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung dikendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi melalui pasar keuangan. Variabel-variabel tersebut meliputi laju inflasi, dan kurs mata uang.

  Keputusan seorang investor akan sangat dipengaruhi kondisi ekonomi makro secara nasional. Ketika kondisi ekonomi makro mengalami penurunan atau perlambatan, maka harga saham juga akan mengalami penurunan. Sebaliknya, kondisi perekonomian yang membaik diharapkan akan berdampak pada kenaikan harga saham.

  Analisis pengaruh kondisi ekonomi makro secara nasional merupakan proses yang sangat penting dalam analisis investasi. Dengan adanya proses

  47 Ibid., hlm. 3.

  analisis ini, seorang investor dapat memperkirakan pertumbuhan industri serta dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan yang akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Adapun variabel ekonomi makro yang sering digunakan dalam suatu proses analisis investasi adalah inflasi dan nilai tukar mata uang.

1. Inflasi

  Salah satu peristiwa yang penting dan yang dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barangkomoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Inflasi adalah

  kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum terus menerus. 48 Definisi lain dari inflasi menurut Nopirin adalah proses kenaikan harga-harga

  umum barang-barang secara terus-menerus. 49 Sementara definisi inflasi menurut Adiwarman adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus

  dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barangkomoditas dan jasa. Sebaliknya jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-barangkomoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi

  (deflation). 50

  48 Boediono, Ekonomi Moneter (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 161. 49 Nopirin, Ekonomi Moneter (Yogyakarta: BPFE, 2000), hlm. 25.

  50 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Grafindo Persada, 2007),

  hlm. 135.

  Salah satu cara untuk mengukur inflasi adalah menghitung Indek Harga Konsumen (IHK), melalui harga rata-rata barang dan jasa yang dibeli

  51 konsumen. 52 Rumus untuk menentukan IHK adalah:

  Harga Sekarang 100

  IHK

  Harga Pada Tahun Dasar

  Setelah menghitung IHK dari periode ke periode lainnya maka selanjutnya membandingkan IHK tersebut yang hasilnya disebut dengan laju inflasi atau tingkat inflasi. Tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai

  berikut: 53

  Tingkat Harga Tingkat Harga

  Tingkat Harga

  Selain itu inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut: 54

  1. Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.

  51 Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di

  Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 9.

  52 Muhammad Ghafur Wibowo, Ekonomi Moneter: Tinjauan Ekonomi Konvensional dan Islam (Yogyakarta: Biruni Press, 2007), hlm. 131.

  53 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Makro Islami, hlm. 136. 54 Ibid., hlm. 138-139.

  2. Actual Anticipated Expected Inflation dan Unanticipated Unexpected Inflation. Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi atau

  e secara notasi e r

  t ≅ R − π t , sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku

  bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.

  3. Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan Agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.

  4. Spiralling Inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.

  5. Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.

2. Kurs Mata Uang

  Exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari Exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari

  dalam mata uang asing. 55 Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan

  dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.

  Tempat transaksi dan perdagangan mata uang biasanya disebut dengan pasar valuta asing (foreign exchange market). Pasar valuta asing adalah pasar yang memfasilitasi pertukaran valuta untuk mempermudah

  transaksi-transaksi perdagangan dan keuangan internasional. 56 Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu-

  lintas pembayaran internasional yaitu: 57

  a. Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.

  b. Memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian kontrak jual beli dengan kredit.

  c. Memungkinkan dilakukan hedging. Seorang pedagang melakukan hedging apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta

  55 Ibid., hlm. 133.

  56 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim (Jakarta:

  Erlangga, 2000), hlm. 57.

  57 Nopirin, Ekonomi Moneter, hlm. 165-166.

  asing di pasar berbeda, untuk menghilangkan atau mengurangi risiko kerugian akibat perubahan kurs.

  Tipe transaksi valas yang paling umum adalah jual-beli valas memakai kurs spot (spot rate). Kurs spot merupakan nilai tukar berjalan suatu valuta. Kurs spot tersebut selalu diperbandingkan, kurs spot yang baru disimbolkan dengan (S), kurs spot sebelumnya disimbolkan (S t-1 ). Persentase positif mencerminkan apresiasi, sedangkan nilai negatif mencerminkan depresiasi. Persentase perubahan nilai suatu valuta bisa dihitung sebagai

  berikut: 58

SS

  Persentase ∆ Nilai Valuta

  S

  Secara umum, terdapat tiga sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara, yaitu: 59

  a. Sistem Nilai Tukar Tetap Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system) yaitu sistem nilai tukar yang diatur konstan atau dibolehkan berfluktuasi hanya dalam batas-batas yang sangat sempit.

  b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Sistem nilai tukar bebas (freely floating exchange rate system) yaitu sistem nilai tukar yang dibiarkan bergerak sesuai kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam sistem ini, perusahaan-perusahaan

  58 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim, hlm. 86. 59 Ibid., hlm. 156.

  multi nasional perlu mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola risiko valuta asing.

  c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate system) yaitu sistem nilai tukar yang dibiarkan berfluktuasi tanpa batas-batas yang eksplisit, tetapi bank sentral bisa melakukan intervensi untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

  d. Sistem Nilai Tukar Terpatok Sistem nilai tukar terpatok (pagged exchange rate) yaitu sistem nilai tukar dimana valuta yang ada dikaitkan satu sama lain dalam batas-batas tertentu.

E. Return Saham

  Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan dapat terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum

  terjadi. 60

  60 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 195.

  Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan risiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain

  dan capital loss. Rata-rata return saham dapat dihitung dengan rumus: 61

  P P ,-

  P

  Komponen return terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Jika harga investasi sekarang (P t ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (P t-1 ) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal

  (capital loss). 62

  Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana return saham

  61 Ibid., hlm. 196. 62 Ibid.

  di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa untuk memperkirakan return saham dapat menggunakan analisa fundamental dengan menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio-rasio keuangan. Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan return saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran return saham.

F. Risiko Sistematis (Beta Saham)

  Risiko yang berkaitan dengan investasi saham dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (a) risiko tidak sistematis (unsystematic risk) adalah risiko sekuritas yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau dalam istilah lain risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas. (b) risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, atau dalam istilah lain risiko yang terjadi karena faktor perubahan pasar secara keseluruhan seperti kurs mata uang

  dan inflasi. 63

  Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap

  63 Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, hlm. 169.

  risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau

  portofolio relatif terhadap risiko pasar. 64 Menurut Husnan dalam Variyetmi Wira menyatakan beta merupakan ukuran risiko yang bersal dari hubungan antara

  tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar. 65

  Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengistemasi beta masa datang. Beta historis diukur dengan koefisien regresi antara imbal hasil saham individual dengan tingkat imbal hasil pasar. Data historis dapat juga berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dan laba indeks

  pasar) atau data fundamental (menggunakan variabel-variabel fundamental). 66 Dalam Njo Anastasia, untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu

  mengestimasi beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas. 67

  64 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 358.

  65 Variyetmi Wira, “Analisa Karakteristik Perusahaan Terhadap Return dan Beta

  Efek Jakarta,”

  http:fekon.unand.ac.idicbeimagesPaperAnalisa_Karakteristik_Perusahaan_Terhadap_Return_ Dan_Beta_Perusahaan_Makanan_Dan_Minuman_Di_Bursa_Efek_Jakarta.pdf, akses 30 Mei 2010,” hlm. 3.

  66 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 359.

  67 Njo Anastasia dkk, “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap

  Harga Saham Properti Di BEJ,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 5 No 2 (November

  Persamaan regresi yang digunakan untuk mengistemasi beta pasar dapat didasarkan pada beberapa model, yaitu model indeks tunggal atau model pasar atau menggunakan model CAPM, beta pasar dengan model indeks tunggal dapat

  dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut: 68

  R α 0β ·R 2 0e

  Dari persamaan di atas, koefisien β i merupakan beta sekuritas ke-i yang diperoleh dari teknik regresi. Variabel acak e i di persamaan regresi menunjukkan bahwa persamaan linier yang dibentuk mengandung kesalahan. Untuk setiap observasi, nilai kesalahan residu (e i ) menunjukkan perbedaan antara return observasi sesungguhnya dengan return estimasi yang berada di garis linier.

  Beta juga disebut dengan beta pasar. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return sekuritas dan return pasar adalah linear dengan menggunakan teknik regresi. Dimana return sekuritas sebagai variabel terikat dan return pasar sebagai variabel bebas. Dari persamaan regresi tersebut akan menghasilkan koefisien beta

  yang diasumsikan stabil selama periode observasi. 69

  Beta pasar dengan model CAPM dapat juga dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut: 70

  R R 34 0β · 5R 2 R 34 60e

  Notasi:

  R i = return sekuritas ke-i.

  68 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 361. 69 Variyetmi Wira, “Analisa Karakteristik Perusahaan,” hlm. 3. 70 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 363.

  R BR = return aktiva bebas risiko. R M = return portofolio pasar. Β i = beta sekuritas ke-i.

  Investor biasanya ketika menganalisis atau menilai saham berdasarkan harapan terhadap risiko yang sistematis. Investor akan memperoleh tingkat keuntungan sebagai imbalan atas kesediaannya menghadapi risiko yang sistematis. Investor yang berani menanggung risiko akan mengambil saham yang mempunyai risiko tinggi dan konsekuensinya juga berpeluang untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Sedang investor yang tidak berani mengambil risiko akan memilih saham yang memberikan imbal hasil yang relatif stabil walaupun nilainya kecil.

  Kontribusi sekuritas terhadap risiko portofolio tergantung atas sensitifitas atau kovarian tingkat keuntungan sekuritas terhadap perubahan pasar yang sering diukur dengan koefisien beta (β). Risiko beta mencerminkan tingkat sensitifitas imbal hasil saham perusahaan individual terhadap pasar. Jika kondisi pasar membaik (ditunjukkan dengan naiknya indeks pasar) maka saham yang memiliki beta positif akan menunjukkan kecenderungan harga saham meningkat, demikian juga sebaliknya jika pasar memburuk maka harga saham cenderung turun.

G. Telaah Pustaka

  Penelitian yang menguji terhadap karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham sudah pernah diteliti sebelumnya, diantara

  penelitian tersebut pernah dilakukan oleh Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah. Obyek penelitian dilakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik perusahaan (earning per share, dividend payout, current ratio, return on investment dan cyclicality), variabel industri (jenis industri dan ukuran industri) serta variabel ekonomi makro (kurs rupiah terhadap dolar dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB)) baik secara bersama-sama maupun parsial terhadap return dan beta saham syari’ah. Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syari’ah tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syari’ah. Pengujian regresi secara parsial menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syari’ah, sedangkan variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta saham syari’ah yang mempunyai pengaruh signifikan adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap dolar dan

  Produk Domestik Bruto (PDB). 71

  Penelitian lain yang telah dilakukan Ardi Hamzah. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi makro (kurs rupiah terhadap dolar dan PDB), variabel industri (nilai akhir yang diharapkan dari industri dan jenis industri) dan variabel karakteristik perusahaan (dividend payout, leverage, earning variability, accounting Beta, cyclicality, profitabilitas, dan price

  71 Robiyatul Auliyah dan Ardi Hamzah, “Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri, dan Ekonomi makro Terhadap Return dan Beta Saham Syari’ah,” Simposium Nasional Akuntansi IX,

  (Agustus 2006), hlm. 11.

  book value) baik secara simultan maupun parsial terhadap beta saham syari’ah. Pengujian dengan uji simultan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel ekonomi makro, industri dan karakteristik perusahaan terhadap beta saham syari’ah. Sementara pada uji parsial menunjukkan bahwa kurs rupiah terhadap dolar dan Produk Domestik Bruto (PDB) signifikan pada tingkat 5, leverage dan profitabilitas signifikan pada tingkat 10, sedangkan nilai akhir yang diharapkan, jenis industri, dividend payout, variabilitas laba, beta akuntansi, cyclicality dan Price Book Value (PBV) tidak signifikan terhadap beta saham

  syari’ah. 72

  Penelitian selanjutnya masih dilakukan oleh Ardi Hamzah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah menggunakan analisis diskriminan, uji beda, dan regresi. Analisis diskriminan menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel diskriminan yang dapat mengklasifikasikan perbedaan antara return saham syari’ah dan saham non syari’ah. Rasio-rasio itu adalah debt equity ratio dan earnings per share. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan return saham non syari’ah lebih tinggi dibanding saham syari’ah. Rata-rata return untuk saham non syari’ah sebesar 0.016852 sementara untuk saham syari’ah sebesar -0.003572. Ini menunjukkan bahwa saham non syari’ah mempunyai tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan saham syari’ah. Berdasarkan regresi parsial pada return saham syari’ah hanya variabel price book value, price earnings ratio, dan kurs rupiah terhadap dolar yang berpengaruh secara signifikan

  72 Ardi Hamzah, “Analisa Ekonomi Makro Industri dan Karakteristik Perusahaan

  Terhadap Beta Saham Syari’ah,” Simposium Nasional Akuntansi VIII, (September 2005), hlm. 373-375.

  pada return saham syari’ah. Pada saham non syari’ah, pengaruh karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return saham non syari’ah hanya variabel kurs rupiah terhadap dolar yang berpengaruh secara signifikan pada return saham non syari’ah. Dengan pengujian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return saham syari’ah, sedangkan pada return saham non syari’ah tidak terdapat

  pengaruh karakteristik perusahaan dan ekonomi makro tersebut. 73

  Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Siti Zubaidah. Penelitian tersebut menggunakan analisis regresi berganda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan nilai kurs mata uang terhadap beta saham syari’ah secara simultan maupun parsial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat inflasi dan perubahan nilai kurs secara bersamaan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap beta saham syari’ah. Sedangkan tingkat inflasi dan perubahan nilai kurs

  secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap beta saham syari’ah. 74

  Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Variyetmi Wira. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari earning per share, dividend payout rasio, current ratio, return on investment dan cyclicality. Sedangkan variabel dependennya adalah return dan beta saham. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian regresi

  73 Ardi Hamzah, “Analisa Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi makro Terhadap Return Saham Syari’ah dan Non Syari’ah,” makalah call for paper, UNAIR, Surabaya, 1-2 Agustus 2008,

  hlm. 20-21.

  74 Siti Zubaidah, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syari’ah Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII),”

  http:www.snapdrive.netfiles611632Beta20JII.pdf, akses 2 September 2009.

  linear berganda terhadap return saham menghasilkan F-hitung sebesar 0.213 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,951 dan terhadap beta saham menghasilkan F-hitung adalah 4,748 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,010. Ini berarti bahwa secara simultan karakteristik perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada tingkat signifikansi 5, sedangkan terhadap beta saham mempunyai pengaruh yang signifikan pada tingkat signifikansi 5. Pengujian secara parsial dengan t-test menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel karakteristik perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada taraf signifikansi 5. Sedangkan pada pengujian pada beta saham, saham yang mempunyai pengaruh yang signifikan pada taraf 5 hanya ROI, sedangkan variabel yang lainnya tidak berpengaruh secara

  signifikan. 75

  Penelitian berikutnya dilakukan oleh Abdul Naser Hasibuan. Hasil penelitian dari hasil pengujian menggunakan regresi linear menunjukkan bahwa secara simultan variabel karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, earning per share, price to book value, profitabilitas, leverage) dan variabel ekonomi makro (inflasi dan kurs valuta asing) terhadap return saham tidak berpengaruh terhadap return saham. Pengujian secara parsial variabel karakteristik perusahaan price to book value, dan variabel ekonomi makro inflasi dan kurs valuta asing berpengaruh

  terhadap return saham secara positif. 76

  75 Variyetmi Wira, “Analisa Karakteristik Perusahaan,” hlm. 1. 76 Abdul Nasser Hasibuan,“Pengaruh Karakteristik Perusahaan,” hlm. 54.

  Penelitian yang dilakukan oleh Agus Setianto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro, return on equity dan price book value secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat

  pengembalian saham. 77

H. Hubungan antar Variabel Independen Dengan Dependen

1. Hubungan Total Assets Turnover dengan Return dan Beta Saham

  Total Assets Turnover (TAT) pada dasarnya digunakan untuk mengukur sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan total aktiva. 78

  Apabila nilai rasio ini tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, dikarenakan pengeluaran investasinya memperoleh return yang baik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa TAT menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio TAT berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan.

  Dampak dari semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan akan meningkatkan laba dari sebuah perusahaan tersebut, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan

  77 Agus Setianto, “Pengaruh Variabel Ekonomi makro, Return On Equity dan Price To

  Book Value Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan-Perusahaan Di Jakarta Islamic Index Periode 2005-2007,” Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2009), hlm. 98-99.

  78 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 81.

  laba perusahaan. 79 Ketika perusahaan berinvestasi pada saham, tingkat laba yang diperoleh dari hasil investasi aktiva perusahaan menjadi pertimbangan

  yang menarik untuk diperhatikan. Ketika laba yang diperoleh meningkat maka secara tidak langsung saham-saham perusahaan tersebut menjadi daya tarik oleh investor untuk melakukan investasi saham, dengan harapan saham dapat diperdagangkan dengan harga yang meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga tingkat return menjadi meningkat dan menyebabkan menurunnya risiko pada harga saham tersebut.

  Ketika tingkat laba yang diperoleh dari hasil investasi menurun, maka secara tidak langsung investor harus memiliki pertimbangan tertentu sebelum melakukan investasi terhadap saham-saham perusahaan tersebut. Ketika saham menjadi tidak menarik atau nilaiharganya cenderung menurun dapat mengakibatkan return-nya rendah, sebab penurunan harga saham perusahaan berarti meningkatkan risiko dari saham itu sendiri.

  Walaupun hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulupui agak berbeda, ditemukan bahwa TAT tidak bermanfaat untuk memprediksi return apabila jangka waktunya satu tahun ke depan. Namun, berbeda hasilnya ketika digunakan untuk memprediksi return dua tahun ke depan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kennedy menunjukkan variabel TAT berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kemungkinan perbedaan ini karena perbedaan sampel dan ukuran perusahaan. Menurut White, Sondhi Fried, rasio antar perusahaan bisa berbeda karena perbedaan waktu perolehan

  79 Ibid., hlm. 81.

  aset. Misalnya aset yang baru lebih efisien karena pengaruh teknologi dan jika keadaan inflasi, aset dapat menjadi lebih mahal. Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas belum mendapat perhatian dari investor untuk memprediksi return, diharapkan investor dapat mengamati

  aktivitas perusahaan berdasarkan rasio aktivitas ini. 80 Jadi hubungan TAT dengan tingkat pengembalian investasi (return) memiliki hubungan yang

  positif, sementara hubungan TAT dengan beta saham (risiko) memiliki hubungan yang negatif. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H : Total Asset Turnover (TAT) berpengaruh positif signifikan terhadap

  A1

  return saham syari’ah.

  H A2 : Total Asset Turnover (TAT) berpengaruh negatif signifikan terhadap

  beta saham syari’ah.

2. Hubungan Return On Asset dengan Return dan Beta Saham

  Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva

  yang dipergunakan. 81 Dalam perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Semakin besar

  ROA maka dianggap sebagai informasi yang positif bagi investor dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar dan risiko yang dialami

  80 I. G. K. A. Ulupui, “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas,”hlm. 14. 81 Agus Sartono, Manejemen Keuangan Teori dan Aplikasi, hlm. 123.

  semakin kecil. Dengan demikian akan semakin banyak para investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Dengan banyaknya permintaan atas saham, maka harga saham akan naik dan return saham juga ikut naik. Selain itu, teori signalling membenarkan bahwa adanya informasi baru dengan laporan keuangan (yang tepat waktu) mempengaruhi harga saham di pasar, dan tentunya akan berimbas pada return saham yang akan didapat. Jadi hubungan ROA dengan return saham adalah positif sementara hubungan ROA dengan beta saham adalah negatif. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H A3 : Return on Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap return

  saham syari’ah.

  H A4 : Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap beta

  saham syari’ah.

3. Hubungan Dividend Payout dengan Return dan Beta Saham

  Dividend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dengan alasan yang rasional bahwa perusahaan- perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil, dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi dividen jika laba yang diperoleh turun. Karena beta merupakan Dividend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dengan alasan yang rasional bahwa perusahaan- perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil, dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi dividen jika laba yang diperoleh turun. Karena beta merupakan

  Ketika perusahaan menghasilkan laba yang tinggi maka pembagian dividen juga semakin besar. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor. Investor yang mengharapkan memperoleh capital gain akan lebih menyukai angka rasio ini rendah. Sebaliknya investor yang menyukai dividen, ingin angka rasio ini tinggi. Banyak perusahaan yang telah memiliki kebijakan dividen yang baik dan tidak menginginkan terjadinya fluktuasi dividen (khususnya arah yang menurun), karena hal ini justru akan berpengaruh negatif terhadap harga saham.

  Dalam Mamduh Hanafi rasio pembayaran dividen atau dividend pay out ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari Dalam Mamduh Hanafi rasio pembayaran dividen atau dividend pay out ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari

  

  H A5 : Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif signifikan terhadap

  return saham syari’ah.

  H : Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh negatif signifikan terhadap

  A6

  beta saham syari’ah.

4. Hubungan Price Book Value dengan Return dan Beta Saham

  Price Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang

  beredar. 83 Rasio PBV menunjukkan berapa kali rupiah harga yang dibayarkan investor untuk nilai riil (nilai buku) per lembar saham. Saham dengan PBV

  tinggi termasuk saham overvalued, sebab nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya, disebut juga PBV>1, sedangkan saham dengan PBV rendah termasuk saham undervalued, sebab nilai pasar saham lebih rendah dari nilai bukunya, disebut juga PBV<1. Rasio PBV mempunyai hubungan negatif dengan return saham. Semakin tinggi rasio PBV maka semakin rendah return saham yang yang diterima dan sebaliknya semakin rendah rasio PBV maka semakin tinggi return saham yang diterima.

  Hal ini disebabkan selain mencerminkan nilai buku, saham juga mencerminkan nilai intrinsiknya (nilai sebenarnya). Saham dengan PBV

  82 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 88. 83 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, hlm. 76.

  tinggi (overvalued) memiliki risiko penurunan harga yang tinggi sebab nilaiharganya cenderung menurun mendekati nilai intrinsiknya sehingga return-nya lebih rendah, sebab penurunan harga saham perusahaan berarti meningkatkan risiko dari saham itu sendiri. Sedangkan saham dengan PBV rendah (undervalued) memiliki risiko penurunan harga saham kecil sebab nilaiharganya cenderung meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga return-nya lebih tinggi dan menyebabkan menurunnya risiko pada harga saham. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa PBV berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham (return), sementara hubungan PBV dengan beta adalah positif. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H A7 : Price to Book Value (PBV) berpengaruh negatif signifikan terhadap

  return saham syari’ah.

  H A8 : Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif signifikan terhadap beta

  saham syari’ah.

5. Hubungan Inflasi dengan Return dan Beta Saham

  Inflasi adalah proses kenaikan barang secara terus menerus. 84 Sebenarnya inflasi tidak selalu buruk, asalkan masih berada pada tingkat yang

  aman. Inflasi menjadi bermasalah bila laju inflasinya tinggi. Karena, inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menjadi menurun. Para investor akan menangkap sinyal negatif atas meningkatnya inflasi yang juga bisa berpengaruh terhadap harga saham.

  Inflasi yang semakin meningkat akan menyebabkan penurunan pada harga saham yang juga akan berakibat pada nilai jual dari suatu saham.

  Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan risiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif. Kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun. Selain itu kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan. Sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham.

  Selain itu, inflasi yang tinggi menjadi sinyal negatif bagi para investor. Investor akan cenderung melepas sahamnya apabila terjadi peningkatan inflasi, lebih-lebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali. Hal ini terjadi karena pada saat inflasi tinggi maka investasi dalam bentuk tabungan atau deposito lebih menguntungkan dan lebih pasti dibandingkan investasi pada saham sehingga investor cenderung melepas sahamnya dan memilih tabungan atau deposito untuk berinvestasi. Kecenderungan investor untuk melepas sahamnya akan menyebabkan harga saham menjadi turun, dan penurunan harga saham akan membuat risiko (beta) saham naik dan tingkat pengembalian (return) saham akan turun. Di sisi lain, dengan adanya inflasi, pemerintah akan menaikkan tingkat suku bunga. Kebijakan pemerintah ini Selain itu, inflasi yang tinggi menjadi sinyal negatif bagi para investor. Investor akan cenderung melepas sahamnya apabila terjadi peningkatan inflasi, lebih-lebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali. Hal ini terjadi karena pada saat inflasi tinggi maka investasi dalam bentuk tabungan atau deposito lebih menguntungkan dan lebih pasti dibandingkan investasi pada saham sehingga investor cenderung melepas sahamnya dan memilih tabungan atau deposito untuk berinvestasi. Kecenderungan investor untuk melepas sahamnya akan menyebabkan harga saham menjadi turun, dan penurunan harga saham akan membuat risiko (beta) saham naik dan tingkat pengembalian (return) saham akan turun. Di sisi lain, dengan adanya inflasi, pemerintah akan menaikkan tingkat suku bunga. Kebijakan pemerintah ini

  Penurunan harga saham perusahaan berarti meningkatkan risiko dari saham itu sendiri, dan akibatnya beta saham menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi akan berpengaruh positif terhadap beta saham syari’ah. Dan terdapat pengaruh negatif dari perubahan tingkat inflasi yang tidak diantisipasi sebelumnya pada return saham. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H A9 : Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham syari’ah.

  H : Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham syari’ah.

  A10

6. Hubungan Kurs Mata Uang dengan Return dan Beta Saham

  Kurs mata uang atau nilai tukar merupakan pengukur nilai dari suatu valuta dari perspektif valuta lain. 85 Kenaikan kurs menyebabkan penurunan

  pada nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri. Semakin tinggi kurs menyebabkan nilai tukar menjadi melemah dan turunnya kurs akan membuat nilai tukar menjadi menguat. Apabila kurs mata uang domestik mengalami penguatan, maka penguatan tersebut sebagai sinyal yang baik bagi investor sehingga akan mendorong keinginan investor untuk berinvestasi pada pasar modal yang menyebabkan naiknya harga saham perusahaan. Selanjutnya kenaikan harga saham perusahaan akan menyebabkan return saham meningkat.

  85 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim, hlm. 86.

  Menurut Junaldi yang dikutip Abdul, kurs dolar Amerika berpengaruh negatif terhadap harga saham dikarenakan secara teoritis ketidakstabilan kurs mata uang akan mempengaruhi biaya-biaya operasi, apabila kurs dolar menguat dari rupiah maka biaya produksi juga akan semakin meningkat dikarenakan impor bahan baku dan peralatan. Dengan ongkos produksi yang semakin besar akan menghasilkan keuntungan yang semakin kecil, sehingga akan mempengaruhi pergerakan harga saham, dimana harga saham juga akan

  ikut menurun. 86

  Nilai kurs suatu mata uang bisa bergerak turun atau sebaliknya mengalami kenaikan (berubah-ubah) tergantung seberapa besar permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. Jika permintaan terhadap suatu mata uang tertentu meningkat, maka nilai tukar mata uang tersebut akan naik, dan sebaliknya. Namun, fluktuasi yang sering berubah tajam bisa menjadi indikasi buruk bagi perekonomian suatu negara karena mencerminkan ketidakstabilan ekonomi negara tersebut.

  Nilai kurs akan mempengaruhi tingkat return dan beta saham. Perubahan nilai kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Jika perubahan kurs bergerak tajam atau berubah- ubah (naikturun), maka akibatnya kondisi ekonomi sulit diprediksi, harga- harga sulit ditentukan dan tingkat keuntungan yang diharapkan (return) dari

  86 Abdul Nasser Hasibuan, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan,” hlm. 36-37.

  adanya investasi akan menurun. Oleh karena itu, bagi pelaku ekonomi semakin rendah tingkat fluktuasi nilai kurs adalah semakin baik.

  Dengan demikian, perubahan nilai kurs berpengaruh positif terhadap risiko (beta) saham syari’ah, karena nilai kurs yang sering berubah-rubah dengan tajam akan menurunkan minat investor dalam berinvestasi sebab return menjadi lebih sulit untuk diprediksikan dan mengakibatkan hubungan nilai kurs berpengaruh negatif terhadap return saham. Turunnya minat investor terhadap investasi pada saham akan membuat harga saham dan return saham menurun akibatnya beta saham meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H A11 : Kurs mata uang berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham

  syari’ah.

  H A12 : Kurs mata uang berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham

  syari’ah.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

  Penelitian ini termasuk dalam jenis terapan. Penelitian jenis ini berusaha untuk menerapkan semua teori yang ilmiah atas keadaan pada saat itu. 1 Ada pun

  penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka-angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti, sehingga data seperti

  ini memungkinkan untuk dianalisis menggunakan pendekatan statistik. 2 Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu penelitian yang menggambarkan dan

  menjelaskan variabel-variabel independen yang terdiri dari variabel karakteristik perusahaan dan variabel makro ekonomi untuk dianalisis pengaruhnya terhadap variabel dependen, yaitu return dan beta saham syari’ah.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

  Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti. 3 Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar

  di Jakarta Islamic Index (JII) yang mempublikaskan laporan keuangan per 31 Desember.

  Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), hlm. 26.

  2 Ibid., hlm. 27.

2. Sampel

  Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik sama dengan dengan populasinya, diambil sebagai sumber data penelitian. 4

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan

  tertentu. 5

  Pemilihan sampel dengan purposive sampling yang bertujuan untuk memperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan penelitian ini. Kriteria tersebut meliputi:

  1. Perusahaan yang konsisten terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) selama lima tahun berturut-turut dimulai dari tahun 2004-2008.

  2. Perusahaan yang konsisten dijadikan sebagai sampel sebanyak delapan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun pengamatan.

C. Metode Pengumpulan Data

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapatkan secara tidak langsung dari obyek penelitian. 6 Biasanya telah

  dikumpulkan oleh lembaga tertentu dan sudah melalui tahap pengujian validitas

  Ibid., hlm. 46. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 122.

  6 Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, hlm.

  dan reliabilitas, sehingga peneliti bisa secara langsung memanfaatkan data tersebut. 7

  Data yang digunakan adalah data pooling. Data pooling adalah data yang waktunya lebih dari satu waktu tertentu dan merupakan urutan serta terdiri dari

  beberapa sumber pada waktu yang sama. 8 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD),

  laporan keuangan untuk periode pengamatan 2004-2008, website mengenai Pasar Modal, Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Dependen

  Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 9 Variabel dependen yang

  digunakan dalam penelitian ini adalah return dan beta.

  a. Return Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi di masa mendatang. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian saham (return) berupa return realisasi atau return yang

  Ibid. 8 Ibid., hlm. 45.

  9 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, hlm. 59.

  telah terjadi. Besarnya return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Rumusnya: 10

  P t = Harga investasi sekarang P t-1 = Harga saham sebelumnya

  D t = Dividen periodik

  b. Beta Saham Beta adalah pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu

  sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. 11 Beta saham dalam penelitian ini menggunakan data beta yang sudah dikoreksi, penulis

  hanya memanfaatkan data tersebut tanpa harus mendapatkannya dengan menghitung secara manual. Adapun pengukuran beta secara manual diukur menggunakan persamaan regresi dari model pasar dengan

  persamaan sebagai berikut: 12

  R i = Return saham

  a i = Konstanta

  β

  = Beta saham

  Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 195. 11 Ibid., hlm. 358.

  12 Ibid., hlm. 361.

  R m = Return pasar

  e i = Residual selama periode t, diasumsikan = 0

2. Variabel Independen

  Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). 13

  Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari karekteristik perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, Total Assets Turnover (TAT), leverage, Return on Asset (ROA), dividen payout, dan price book value (PBV), serta variabel makro ekonomi yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan inflasi.

  a. Total Assets Turnover TAT adalah rasio untuk mengukur sejauh mana efektifitas perusahaan

  menggunakan total aktiva, atau dapat dirumuskan dengan: 14

  Penjualan

TAT

  Total Aktiva

  b. Return on Asset ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, atau dapat dirumuskan

  dengan: 15

  13 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, hlm. 59. 14 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: STIM

  YKPN, 2007), hlm. 81.

  15 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta:

  Total Aset

  c. Dividend Payout Dividend payout adalah rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio pembayaran

  dividen dihitung sebagai berikut: 16

  Dividen Per Lembar

  Earning Per Lembar

  d. Price Book Value PBV adalah rasio yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, atau dapat

  dirumuskan dengan: 17

  Harga Saham

PBV

  Nilai Buku Per Saham

  e. Kurs Mata Uang Kurs mata uang atau nilai tukar merupakan pengukur nilai dari suatu

  valuta dari perspektif valuta lain. 18 Data yang digunakan adalah pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika selama dalam periode

  pengamatan. Perubahan nilai kurs diukur dengan menggunakan nilai spot. Pengukuran perubahan nilai kurs menggunakan nilai spot adalah:

  Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 86. 17 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, hlm. 76.

  18 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim (Jakarta:

  Erlangga, 2000), hlm. 86.

  Nilai Kurs Nilai Kurs

  Kurs

  Nilai Kurs

  t

  = Menunjukkan dalam angka tahunan

  f. Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan yang berlangsung terus- menerus. Salah satu cara untuk mengukur inflasi adalah menghitung indek harga konsumen (IHK), melalui harga rata-rata barang dan jasa

  yang dibeli konsumen. 19 Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum.

  Persamaannya adalah sebagai berikut: 20

  Tingkat Harga Tingkat Harga

  2 4? ?A2 .4

  Tingkat Harga

E. Teknik Analisa Data

1. Uji Asumsi Klasik

  Penelitian dengan variabel independen lebih dari satu atau menggunakan regresi linier berganda harus lolos uji asumsi klasik terlebih dahulu, supaya hasil dari penelitian tersebut tidak bias. Permasalahan asumsi klasik ini baru perlu diperhatikan bila regresi yang dibuat akan digunakan sebagai alat prediksi. Regresi didapatkan dari penggunaan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square) sehingga bisa didapatkan sebuah

  Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di

  Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 8-9.

  20 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Grafindo Persada, 2007),

  hlm. 136.

  estimator terbaik yang tidak bias (Best Linier Unbiased Estimator BLUE). 21 Dalam penelitian ini digunakan empat uji asumsi klasik yaitu

  multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, normalitas.

  1. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Sebuah persamaan regresi yang baik bila tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di

  dalam model regresi adalah sebagai berikut: 22

  a. 2 Nilai R yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen

  banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

  b. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

  c. Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya.

  Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, hlm.

  166-167.

  22 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang:

  Undip, 2006), hlm. 95.

  Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance >10.

  2. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya, masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas

  dari satu observasi ke observasi lainnya. 23 Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

  Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, digunakan tes Durbin Watson (DW). Hipotesis yang akan diuji dan pengambilan keputusan ada atau

  tidaknya autokorelasi adalah: 24 Ho : Tidak ada autokorelasi

  Ha : Ada autokorelasi

  23 Ibid., hlm. 99. 24 Ibid., hlm. 100.

  Tabel 3.1

  Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

  Hipotesis nol

  Keputusan

  Jika

  Tidak ada autokorelasi positif

  Tolak

  0

  No decision

  dl

  Tidak ada autokorelasi negatif

  Tolak

  4-dl

  No decision

  4-du

  Tidak ada autokorelasi, positif Tidak ditolak

  du

  atau negatif

  3. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisidas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

  heteroskedastisitas. 25 Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji glejser

  yaitu dengan meregresi nilai-nilai absolut residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi. Jika variabel independen signifikan secara statistik (<0.05) mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika variabel independen

  Ibid., hlm. 125.

  tidak ada yang signifikan secara statistik (>0.05) mempengaruhi variabel dependen maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 26

  4. Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara yang digunakan untuk mengetahui normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Jika signifikansi pada nilai Kolmogorov Smirnov <0.05 maka Ho ditolak, jadi data residual berdistribusi tidak normal. Jika signifikansi pada nilai

  K-S >0.05, maka Ho diterima, jadi data residual berdistribusi normal. 27

2. Analisis Regresi Berganda

  Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Selain itu juga digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan randomstokastik, yang berarti

  Ibid., hlm. 129. 27 Ibid., hlm. 147-152.

  mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independenbebas diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang). 28 Formulasi

  yang digunakan sebagai berikut:

  Y 1 = a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +e Y 2 = a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +e

  Keterangan:

  Y 1 = Return Saham Y 2 = Beta Saham

  a = Konstanta

  b 1 -b 6 = Koefisien Variabel Independen

  X 1 = Total Assets Turnover (TAT)

  X 2 = Return on Assets (ROA)

  X 3 = Dividen Payout Ratio (DPR)

  X 4 = Price Book Value (PBV)

  X 5 = Kurs Mata Uang

  X 6 = Inflasi

  e = Residu Persamaan regresi berganda di atas membentuk dua persamaan regresi berganda yang sama. Kedua model tersebut di atas masing-masing bertujuan untuk mengestimasi danatau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Model yang pertama menjelaskan kekuatan hubungan antara enam

  Ibid., hlm. 86.

  variabel independen terhadap return saham. Model yang kedua menjelaskan kekuatan hubungan antara enam variabel independen terhadap beta saham. Selain itu model tersebut juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan randomstokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independenbebas diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang).

3. Uji Persamaan Regresi

  a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

  Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Jika probabilitas tingkat kesalahan F-hitung lebih kecil dan tingkat signifikansi 5, maka variabel independen mempunyai pengaruh secara

  bersama-sama 29 terhadap variabel dependen. Pengambilan

  kesimpulannya dengan ketentuan sebagai berikut:

  a. Jika nilai Sig < α maka H 0 ditolak

  b. Jika nilai Sig > α maka H 0 diterima

  b. Koefisien Determinasi

  Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

  Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

  Ibid., hlm. 88.

  terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat

  tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dianjurkan untuk

  2 menggunakan nilai Adjusted R 30 .

  c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji T)

  Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika probabilitas tingkat kesalahan T-hitung lebih kecil dan tingkat signifikansi 5 berarti terdapat pengaruh yang

  signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. 31 Pengambilan kesimpulannya dengan ketentuan sebagai berikut:

  a. Jika nilai Sig < α maka H 0 ditolak

  b. Jika nilai Sig > α maka H 0 diterima

  30 Ibid., hlm. 87. 31 Ibid., hlm. 88.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Data

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return syari’ah dan beta saham syari’ah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2004-2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang sudah dipublikasikan di Jakarta Islamic Index dari laporan keuangan tahunan dan ICMD yang diperoleh dari pojok BEJ MM UII. Perusahaan yang sahamnya terdaftar secara konsisten di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2004-2008 berjumlah delapan perusahaan, yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel pada penelitian ini, sehingga diperoleh data pooling selama lima tahun sebanyak empat puluh sampel. Ada pun perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index secara konsisten selama tahun 2004-2008 dapat dilihat pada bagian lampiran.

B. Pengujian Asumsi Klasik

  Pengujian hipotesis dengan model regresi linear berganda harus menghindari adanya penyimpangan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel independen total assets turnover, return on asset, dividen payout ratio, dan price book value, serta variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan inflasi mampu menjadi estimator atas Pengujian hipotesis dengan model regresi linear berganda harus menghindari adanya penyimpangan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel independen total assets turnover, return on asset, dividen payout ratio, dan price book value, serta variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan inflasi mampu menjadi estimator atas

  Pada pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dua kali yang terdiri dari multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan normalitas karena variabel dependen dalam penelitian ini ada dua yaitu return dan beta, sedangkan variabel independennya adalah karakteristik perusahaan yang terdiri dari total assets turnover, return on asset, dividen payout ratio, price book value, serta variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan inflasi.

1. Uji Multikolinearitas

  Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Indikator yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas adalah VIF (Variance Inflation Factor) dan lawannya tolerance. Bila nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1 maka dikatakan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi. Namun bila VIF >10 maka variabel tersebut memiliki multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Indikator yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas adalah VIF (Variance Inflation Factor) dan lawannya tolerance. Bila nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1 maka dikatakan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi. Namun bila VIF >10 maka variabel tersebut memiliki multikolinearitas

  Tabel 4.1

  Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah

  Tabel Nilai Tolerance dan Variance Inflation Variabel

  Sumber: Data Diolah

  Tabel 4.2

  Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah

  Tabel Nilai Tolerance dan Variance Inflation Variabel

  Sumber: Data Diolah

  Hasil uji multikolinearitas dari tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance masing-masing variabel independen tidak ada yang lebih kecil dari 0,10. Begitu pula nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel independen tidak lebih dari 10. Maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model yang dipakai.

2. Uji Autokorelasi

  Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

  Syamsul Hadi, Metode Penelitian untuk Akuntansi dan Keuangan (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), hlm. 168.

  linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Konsekuensi dari adanya autokorelasi adalah peluang keyakinan menjadi besar serta varian dan nilai kesalahan standar akan ditaksir terlalu rendah. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi,

  digunakan tes Durbin Watson (DW). 2 Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 di bawah ini:

  Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah

  Model

  Std. Error Of The Estimate

  Sumber: Data diolah

  Dari tabel 4.3 di atas hasil uji autokorelasi terhadap variabel return saham syari’ah terlihat bahwa nilai D-W sebesar 1,888. Angka tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, jumlah sampel 36 (n) dan 6 variabel independen (k = 6) diketahui nilai dl = 1,114 dan du = 1,877, sehingga nilai 4-dl = 2,886 dan 4-du = 2,123. Karena nilai D-W 1,888 berada pada interval 1,887 – 2,123 (du

  2 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Undip, 2006), hlm. 99-100.

  Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah

  Model

  Std. Error Of The Estimate

  Sumber: Data diolah

  Sementara dari tabel 4.4 di atas hasil uji autokorelasi terhadap variabel beta saham syari’ah terlihat bahwa nilai D-W sebesar 2,117. Angka tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, jumlah sampel 36 (n) dan 6 variabel independen (k = 6) diketahui nilai dl = 1,114 dan du = 1,877, sehingga nilai 4-dl = 2,886 dan 4- du = 2,123. Karena nilai D-W 2,117 berada pada interval 1,887 – 2,123 (du

3. Uji Heteroskedastisitas

  Model regresi yang baik adalah varian residualnya bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan uji glejser untuk pengujian pada return saham syari’ah dan uji park untuk pengujian pada beta saham syari’ah. Dasar pengambilan keputusan pada dua uji tersebut di atas sama yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi variabel independen dengan nilai tingkat kepercayaan (α = 0,05). Apabila nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (sig > α), maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala Model regresi yang baik adalah varian residualnya bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan uji glejser untuk pengujian pada return saham syari’ah dan uji park untuk pengujian pada beta saham syari’ah. Dasar pengambilan keputusan pada dua uji tersebut di atas sama yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi variabel independen dengan nilai tingkat kepercayaan (α = 0,05). Apabila nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (sig > α), maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala

  Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah (Uji Glejser)

  a. Dependent Variable: Abs_Ut1 Sumber: Data diolah

  Hasil uji heteroskedastisitas terhadap variabel return saham syari’ah dengan (uji glejser) pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa variabel independen TAT memiliki nilai signifikansi 0,174, variabilitas ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,319, variabilitas DPR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,353, variabilitas PBV memiliki nilai signifikansi sebesar 0,101, variabilitas inflasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,178, dan variabilitas kurs memiliki nilai signifikansi sebesar 0,189. Tidak satu pun variabel independen memiliki nilai signifikansi di bawah nilai α (0,05). Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

  3 Ibid., hlm. 125-129.

  Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah (Uji Park)

  a. Dependent Variable: LnU2i Sumber: Data diolah

  Sementara hasil uji heteroskedastisitas terhadap variabel beta saham syari’ah dengan (uji park) pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa signifikansi variabel TAT sebesar 0,304, ROA sebesar 0,915, DPR sebesar 0,353, PBV sebesar 0,359, variabilitas inflasi sebesar 0,178, dan kurs sebesar 0,189. Tidak satu pun variabel independen memiliki nilai signifikansi di bawah nilai α (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4. Normalitas

  Regresi yang baik adalah regresi yang memiliki data yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini digunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan hipotesis:

  Ho = Data residual berdistribusi normal Ha = Data residual tidak berdistribusi normal Dengan pengambilan keputusannya adalah:

  2) Jika nilai signifikansi > α maka Ho diterima Jika signifikansi pada nilai Kolmogorov-Smirnov < 0.05, maka Ho ditolak, jadi data residual berdistribusi tidak normal. Jika signifikansi pada nilai Kolmogorov-Smirnov > 0.05, maka Ho diterima, jadi data residual

  berdistribusi normal. 4 Hasil uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov) dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8 di bawah ini:

  Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah (Uji Kolmogorov-Smirnov)

  Sumber: Data diolah

  Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah (Uji Kolmogorov-Smirnov)

  Sumber: Data diolah

  Hasil uji normalitas (uji Kolmogorof-Smirnov) pada tabel 4.7 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,736. Dan pada tabel 4.8 di atas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,479, hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi kedua tabel di atas lebih besar dari nilai tingkat kepercayaan (a=0,05). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan menerima Ho, sehingga data residual berdistribusi normal.

  4 Ibid., hlm. 147-152.

C. Pengujian Regresi Linier Berganda Terhadap Return Saham Syari’ah

1. Uji Simultan (Uji F)

  Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian atau model ini merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output uji ANOVA. Jika signifikansi F di bawah 0,05 maka model yang digunakan sudah tepat. Hasil pengujian model regresi dengan menggunakan uji F dapat dilihat pada tabel ANOVA di bawah ini:

  Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah ANOVA(b)

  Sampel

  F Sig.

  Kesimpulan

  36 3.956 a .005 Model regresi dapat digunakan

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA

  b. Dependent Variable: Return Sumber: Data diolah

  Berdasarkan hasil regresi diperoleh sig. F sebesar 0,005. Pada taraf signifikansi 5 (0,05), maka sig. F sebesar 0,005<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan dan ekonomi makro secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syari’ah.

2. Koefisien Determinasi

  Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun

  penggunaan koefisien determinasi R 2 memiliki kelemahan, yaitu bias penggunaan koefisien determinasi R 2 memiliki kelemahan, yaitu bias

  variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, koefisien determinasi dalam penelitian ini

  2 menggunakan nilai adjusted R 5 . Hasil uji determinasi dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini:

  Tabel 4.10 Hasil Uji Determinasi Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah

  Model

  R

  R Square

  Adjusted R Square

  Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan uji determinasi yang tampak pada tabel

  4.10 di atas, besarnya koefisien determinasi atau adjusted R square adalah 0,336 hal ini berarti 33,6 variasi return saham syari’ah dapat dijelaskan oleh variasi dari enam variabel yang berpengaruh terhadap return saham syari’ah. Sedangkan sisanya (100 - 33,6 = 66,4) dijelaskan oleh variabel lain seperti rasio likuiditas, rasio leverage, harga minyak dunia, tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran, Produk Domestik Bruto (PDB), dan suku bunga, yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut di atas.

3. Uji Parsial (Uji t)

  Uji t pada dasarnya menunjukkan bagaimana pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel

  Ibid., hlm. 87.

  dependen. 6 Cara pengambilan keputusan uji t adalah: pada signifikansi 0.05, jika sig. t<0.05, maka hipotesis alternatif diterima, yang menyatakan bahwa

  suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.11.

  Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah

  Ha

  Variabel Prediksi Koefisien t hitung

  Tidak Signifikan Ditolak

  Tidak Signifikan Ditolak

  Tidak Signifikan Ditolak

  Tidak Signifikan Ditolak

  a. Dependent Variable: Return Sumber: Data diolah

  Dari hasil tabel 4.11 di atas, maka analisis persamaan regresi adalah: Return saham syari’ah = 0,151 – 0,298 TAT – 0,007 ROA + 0,006 DPR +

  0,037 PBV + 0,019 Inflasi – 3,379 Kurs

4. Pengujian Hipotesis Secara Parsial

  a. Pengaruh TAT Terhadap Return Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh TAT terhadap return saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar -0,298, t hitung sebesar -1,481

  Ibid., hlm. 88.

  dengan nilai probabilitas signifikansi 0,149. Hipotesis (H a1 ) yang

  dibangun pada variabel ini adalah TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Karena nilai probabilitas

  signifikansi 0,149 > 0.05 dapat disimpulkan H a1 ditolak. Hal ini

  menunjukkan pengaruh koefisien regresinya negatif dan tidak signifikan TAT terhadap return saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah tidak terbukti.

  b. Pengaruh ROA Terhadap Return Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh ROA terhadap return saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar -0,007, t hitung sebesar -0,532

  dengan nilai probabilitas signifikansi 0,598. Hipotesis (H a3 ) yang

  dibangun pada variabel ini adalah ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Karena nilai probabilitas

  signifikansi 0,598 > 0.05 dapat disimpulkan H a3 ditolak. Hal ini

  menunjukkan pengaruh koefisien regresinya negatif dan tidak signifikan ROA terhadap return saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah tidak terbukti.

  c. Pengaruh DPR Terhadap Return Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh DPR terhadap return saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,006, t hitung sebesar 1,397

  dengan nilai probabilitas signifikansi 0,173. Hipotesis (H a5 ) yang dengan nilai probabilitas signifikansi 0,173. Hipotesis (H a5 ) yang

  signifikansi 0,173 > 0.05 dapat disimpulkan H a5 ditolak. Hal ini

  menunjukkan pengaruh koefisien regresinya positif dan tidak signifikan DPR terhadap return saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah tidak terbukti.

  d. Pengaruh PBV Terhadap Return Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh PBV terhadap return saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,037, t hitung sebesar 3,546

  dengan nilai probabilitas signifikansi 0,001. Hipotesis (H a7 ) yang

  dibangun pada variabel ini adalah PBV berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Karena nilai probabilitas

  signifikansi 0,001 < 0.05 dapat disimpulkan H a7 ditolak. Hal ini

  menunjukkan pengaruh koefisien regresinya positif dan signifikan PBV terhadap return saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa PBV berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah tidak terbukti.

  e. Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh inflasi terhadap return saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,019, t hitung sebesar 0,835

  dengan nilai probabilitas signifikansi 0,410. Hipotesis (H a9 ) yang

  dibangun pada variabel ini adalah inflasi berpengaruh negatif dan dibangun pada variabel ini adalah inflasi berpengaruh negatif dan

  signifikansi 0,410 > 0.05 dapat disimpulkan H a9 ditolak. Hal ini

  menunjukkan pengaruh koefisien regresinya positif dan tidak signifikan inflasi terhadap return saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah tidak terbukti.

  f. Pengaruh Kurs Terhadap Return Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh kurs terhadap return saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar -3,379, t hitung sebesar -2,085 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,046. Hipotesis (H a11 ) yang dibangun pada variabel ini adalah kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,046 > 0.05 dapat disimpulkan H a11 diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien regresinya negatif dan signifikan kurs terhadap return saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah terbukti.

D. Pengujian Regresi Linier Berganda Terhadap Beta Saham Syari’ah

1. Uji Simultan (Uji F)

  Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian atau model ini merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian atau model ini merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan

  Tabel 4.12 Hasil Uji Simultan Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah ANOVA(b)

  Sampel

  F Sig.

  Kesimpulan

  36 3,292 a 0,014 Model regresi dapat digunakan

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA

  b. Dependent Variable: Beta Saham Syari’ah Sumber: Data diolah

  Berdasarkan hasil regresi diperoleh sig. F sebesar 0,014. Pada taraf signifikansi 5 (0,05), maka sig. F sebesar 0,014<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan dan ekonomi makro secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syari’ah.

2. Koefisien Determinasi

  Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun

  penggunaan koefisien determinasi R 2 memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.

  Setiap tambahan satu variabel maka R 2 meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau

  tidak. Oleh karena itu, koefisien determinasi dalam penelitian ini

  2 menggunakan nilai adjusted R 7 . Hasil uji determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:

  Tabel 4.13 Hasil Uji Determinasi Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah

  Model

  R

  R Square

  Adjusted R Square

  Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan uji determinasi yang tampak pada tabel

  4.13 di atas, besarnya koefisien determinasi atau adjusted R square adalah 0,282 hal ini berarti 28,2 variasi beta saham dapat dijelaskan oleh variasi dari enam variabel yang berpengaruh terhadap beta saham syari’ah. Sedangkan sisanya (100 - 28,2 = 71,8) dijelaskan oleh variabel lain seperti rasio likuiditas, rasio leverage, harga minyak dunia, tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran, Produk Domestik Bruto (PDB), dan suku bunga, yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut di atas.

3. Uji Parsial (Uji t)

  Uji t pada dasarnya menunjukkan bagaimana pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel

  dependen. 8 Cara pengambilan keputusan uji t adalah: pada signifikansi 0.05, jika sig. t<0.05, maka hipotesis alternatif diterima, yang menyatakan bahwa

  suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.14. di bawah ini:

  Ibid., hlm. 87. 8 Ibid., hlm. 88.

  Tabel 4.14 Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah

  Ha

  Variabel Prediksi Koefisien t hitung

  Tidak Signifikan Ditolak

  Tidak Signifikan Ditolak

  Tidak Signifikan Ditolak

  a. Dependent Variable: Beta Sumber: Data diolah

  Dari hasil tabel 4.14 di atas, maka analisis persamaan regresi adalah: Beta saham syari’ah = 0,149 – 0,294 TAT + 0,018 ROA + 0,001 DPR –

  0,006 PBV + 0,016 Inflasi – 3,272 Kurs

4. Pengujian Hipotesis Secara Parsial

  a. Pengaruh TAT Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh TAT terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar -0,294, t hitung sebesar -2,431 dengan

  nilai probabilitas signifikansi 0,021. Hipotesis (H a2 ) yang dibangun pada

  variabel ini adalah TAT berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,021 < 0.05 dapat

  disimpulkan H a2 diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien

  Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa TAT berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah terbukti.

  b. Pengaruh ROA Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh ROA terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,018, t hitung sebesar 2,425

  dengan nilai probabilitas signifikansi 0,022. Hipotesis (H a4 ) yang

  dibangun pada variabel ini adalah ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas

  signifikansi 0,022 < 0.05 dapat disimpulkan H a4 ditolak. Hal ini

  menunjukkan pengaruh koefisien regresinya p o s i t i f dan signifikan ROA terhadap beta saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah tidak terbukti.

  c. Pengaruh DPR Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh DPR terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,001, t hitung sebesar 0,244 dengan

  nilai probabilitas signifikansi 0,809. Hipotesis (H a6 ) yang dibangun pada

  variabel ini adalah DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,809 > 0.05 dapat

  disimpulkan H a6 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien

  regresinya p o s i t i f dan tidak signifikan DPR terhadap beta saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa

  DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah tidak terbukti.

  d. Pengaruh PBV Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh PBV terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar -0,006, t hitung sebesar -0,938 dengan

  nilai probabilitas signifikansi 0,356. Hipotesis (H a8 ) yang dibangun pada

  variabel ini adalah PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,356 > 0.05 dapat

  disimpulkan H a8 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien

  regresinya n e g a t i f dan tidak signifikan PBV terhadap beta saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah tidak terbukti.

  e. Pengaruh Inflasi Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh inflasi terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,016, t hitung sebesar 1,210 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,236. Hipotesis (H a10 ) yang dibangun pada variabel ini adalah inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,236 > 0.05 dapat disimpulkan H a10 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien regresinya p o s i t i f dan tidak signifikan inflasi terhadap beta saham syari’ah. Kesimpulan dari e. Pengaruh Inflasi Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh inflasi terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,016, t hitung sebesar 1,210 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,236. Hipotesis (H a10 ) yang dibangun pada variabel ini adalah inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,236 > 0.05 dapat disimpulkan H a10 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien regresinya p o s i t i f dan tidak signifikan inflasi terhadap beta saham syari’ah. Kesimpulan dari

  f. Pengaruh Kurs Terhadap Beta Saham Syari’ah Berdasarkan hasil pengujian pengaruh kurs terhadap beta saham syari’ah diperoleh koefisien regresi sebesar -3,272, t hitung sebesar -3,364 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,002. Hipotesis (H a10 ) yang dibangun pada variabel ini adalah kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Karena nilai probabilitas signifikansi 0,002 < 0.05 dapat disimpulkan H a10 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh koefisien regresinya n e g a t i f dan signifikan kurs terhadap beta saham syari’ah. Kesimpulan dari pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah tidak terbukti.

E. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian

  Dari hasil analisis regresi p a d a p e n g u j i a n s i m u l t a n ( u j i F ) menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan dan ekonomi makro berpengaruh terhadap return saham syari’ah maupun terhadap beta saham syari’ah. Gabungan variabel-variabel independen penelitian ini secara simultan dapat menjelaskan variabilitas return saham syari’ah, dengan kontribusi sebesar 33,6, dan secara simultan dapat menjelaskan variabilitas beta saham syari’ah, dengan kontribusi sebesar 28,2.

  Dari hasil analisis regresi (uji t) terhadap return saham syari’ah Dari hasil analisis regresi (uji t) terhadap return saham syari’ah

  hipotesis yang dibangun di awal. Jadi H a1 ,H a3 ,H a5 ,H a7 dan H a9 tidak terbukti.

  Dari hasil analisis regresi (uji t) terhadap beta saham syari’ah

  menunjukkan bahwa hanya variabel TAT yang menjawab sesuai hipotesis (H a2 ) yang dibangun di awal. Kesimpulan dari H a2 adalah TAT berpengaruh negatif

  signifikan terhadap beta saham syari’ah. Sementara variabel ROA, DPR, PBV, inflasi dan kurs menghasilkan tidak ada satu pun variabel tersebut menjawab

  hipotesis yang dibangun di awal. Jadi H a4 ,H a6 ,H a8 ,H a10 dan H a12 tidak terbukti.

  Adapun analisis pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh TAT terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh TAT terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa TAT berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

  (H a1 ) yang dibangun di awal, yaitu TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah TAT selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham.

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh TAT terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa TAT berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta

  saham syari’ah. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis (H a2 ) yang dibangun di

  awal, yaitu TAT berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Besarnya pengaruh TAT terhadap beta saham tersebut adalah sebesar -0,294,. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika jumlah TAT naik, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan penurunan beta saham syari’ah sebesar -0,294. Sedangkan jika jumlah TAT menurun, maka penurunan tersebut menyebabkan beta saham syari’ah meningkat sebesar - 0,294.

  Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa TAT memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah berapa pun jumlah TAT tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Sementara pola hubungan TAT dengan beta saham syari’ah memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan. Artinya jika jumlah TAT mengalami kenaikan maka akan menurunkan tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah TAT mengalami penurunan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah) dalam perdagangan saham syari’ah.

  Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa TAT menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa TAT menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam

  Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas belum mendapat perhatian dari investor untuk memprediksi return saham syari’ah, tetapi bila dilihat pengaruhnya terhadap risiko (beta saham syari’ah) rasio ini memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat risiko (beta) yang terjadi pada perdagangan saham syari’ah. Jika jumlah TAT mengalami kenaikan maka akan menurun tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah TAT mengalami penurunan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah) dalam perdagangan saham. Hal ini mengindikasikan semakin cepat tingkat perputaran aktiva maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Maka diharapkan investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan rasio aktivitas ini.

2. Pengaruh ROA terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh ROA terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan

  terhadap return saham. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (H a3 )

  yang dibangun di awal, yaitu ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah ROA selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh ROA terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

  (H a4 ) yang dibangun di awal, yaitu ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Besarnya pengaruh ROA terhadap beta saham syari’ah tersebut adalah sebesar 0,018. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika jumlah ROA naik, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan beta saham syari’ah meningkat sebesar 0,018. Sedangkan jika jumlah ROA menurun, maka penurunan tersebut menyebabkan beta saham syari’ah menurun sebesar 0,018.

  Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa ROA memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa ROA memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah

  Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar diterima dan risiko atau kerugian yang terjadi dalam investasi relatif kecil. Tingginya ROA akan menjadi sinyal positif yang akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan. Hasil pengujian hipotesis di atas tidak mendukung teori signaling yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin besar tingkat return yang dihasilkan, karena ROA sebagai rasio profitabilitas tentunya akan memberikan informasi atau sinyal bagi investor terhadap prospek perusahaan di masa mendatang. Informasi mengenai keuntungan perusahaan sebagai hasil dari investasi perusahaan tidak mempengaruhi tingkat return yang diperoleh dan mengindikasikan risiko yang diperoleh semakin bertambah akibat kenaikan keuntungan dari investasi. Walaupun dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa pun tingkat ROA yang dihasilkan tidak memiliki pengaruh terhadap Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar diterima dan risiko atau kerugian yang terjadi dalam investasi relatif kecil. Tingginya ROA akan menjadi sinyal positif yang akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan. Hasil pengujian hipotesis di atas tidak mendukung teori signaling yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin besar tingkat return yang dihasilkan, karena ROA sebagai rasio profitabilitas tentunya akan memberikan informasi atau sinyal bagi investor terhadap prospek perusahaan di masa mendatang. Informasi mengenai keuntungan perusahaan sebagai hasil dari investasi perusahaan tidak mempengaruhi tingkat return yang diperoleh dan mengindikasikan risiko yang diperoleh semakin bertambah akibat kenaikan keuntungan dari investasi. Walaupun dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa pun tingkat ROA yang dihasilkan tidak memiliki pengaruh terhadap

3. Pengaruh DPR terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh DPR terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa DPR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

  (H a5 ) yang dibangun di awal, yaitu DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah DPR selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh DPR terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa DPR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

  beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (H a6 ) yang

  dibangun di awal, yaitu DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah DPR selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat risiko (beta) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

  Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa DPR tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah) dan risiko (beta saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah perusahaan yang membagikan dividen kepada pemegang saham maka tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat keuntungan (return saham syari’ah) Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa DPR tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah) dan risiko (beta saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah perusahaan yang membagikan dividen kepada pemegang saham maka tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat keuntungan (return saham syari’ah)

  Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori signaling yang menyatakan bahwa informasi tentang pembagian dividen merupakan suatu sinyal bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik, khususnya dalam memperoleh keuntungan. Adanya informasi pembagian dividen berarti menggambarkan perusahaan mempunyai arus kas yang baik.

  Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa dividend payout merupakan rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penjelasan yang dikemukakan Lintner bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil. Alasan lain adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai risiko yang kecil dibandingkan dengan yang

  menahannya dalam bentuk laba yang ditahan. 9

  Hasil penelitian ini menunjukkan ketika perusahaan membagikan atau tidak sebuah dividen maka tidak ikut mempengaruhi terhadap tingkat

  Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 2008), hlm. 371-372.

  keuntungan (return saham) maupun risiko (beta saham) yang diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah. Sebagaimana pendapat Mogdiliani dan Miller (MM) bahwa dividen adalah tidak relevan karena pembayaran dividen tidak

  berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. 10 Dalam teori bird in the hand theory salah satu asumsi dalam pendekatan MM ini adalah bahwa

  kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. 11 Pembayaran dividen bisa saja memberatkan perusahaan

  karena akan mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk investasi. Di sisi lain, pembayaran dividen juga merugikan pemegang saham karena harus membayar pajak atas dividen yang diterima tersebut. Ini berarti bahwa hanya perusahaan yang benar-benar menguntungkan yang berani membayarkan dividen karena perusahaan tersebut mampu menangggung biaya atas berkurangnya dana untuk investasi.

  Ada beberapa alasan pelaku pasar dapat merespon pengumuman dividen itu sebagai sinyal bad news. Pertama, perusahaan yang membagikan dividen bisa saja akan mengalami kesulitan likuiditas dan solvabilitas di waktu-waktu mendatang dan akan terganggu model kerjanya. Kedua, pelaku pasar bisa mengintepretasikan keputusan RUPS yang menetapkan besaran atau target dividen yang harus dibagikan direksi sebagai suatu sinyal yang akan memicu para direksi berperilaku moral hazard, yaitu melakukan rekayasa laporan keuangan atau memanipulasi laba yang menguntungkan kepentingan

  Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001),

  hlm. 282.

  11 Ibid., 284.

  pemegang saham dan perusahaan serta kepentingan direksi sendiri, tapi justru merugikan kepentingan stakeholders lainnya. 12

4. Pengaruh PBV terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh PBV terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

  (H a7 ) yang dibangun di awal, yaitu PBV berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Besarnya pengaruh PBV terhadap return saham syari’ah tersebut adalah sebesar 0,037. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika jumlah PBV naik, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan return saham syari’ah meningkat sebesar 0,037. Sedangkan jika jumlah PBV menurun, maka penurunan tersebut menyebabkan return saham syari’ah menurun sebesar 0,037.

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh PBV terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa PBV berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

  beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (H a8 ) yang

  dibangun di awal, yaitu PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah PBV selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat risiko (beta saham syari’ah) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

  12

  Andreas Lako, Laporan Keuangan dan Konflik Kepentingan (Yogyakarta: Amara Books, 2007), hlm. 36.

  Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa PBV memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah jika jumlah PBV mengalami kenaikan maka akan meningkatkan tingkat return saham perusahaan, sebaliknya jika jumlah PBV mengalami penurunan maka akan menurunkan tingkat return saham perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Sementara pola hubungan PBV dengan beta saham syari’ah memiliki hubungan negatif tidak signifikan. Artinya berapa pun jumlah PBV selama periode pengamatan tidak mempengaruhi besarnya tingkat risiko (beta saham syari’ah) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

  Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan pada bab sebelumnya karena semakin tinggi rasio PBV dalam artian rasio mengalami overvalued maka memiliki risiko penurunan harga yang tinggi sebab nilaiharganya cenderung menurun mendekati nilai intrinsiknya sehingga return-nya lebih rendah. Sedangkan saham dengan PBV rendah (undervalued) memiliki risiko penurunan harga saham kecil sebab nilaiharganya cenderung meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga returnnya lebih tinggi.

  Hasil penelitian ini tentang pengaruh positif dari PBV terhadap return saham syari’ah dan tidak adanya pengaruhnya PBV terhadap tingkat risiko (beta saham syari’ah) menunjukkan adanya anomali dalam perdagangan saham khusunya saham syari’ah. Kejadian anomali ini menunjukan adanya Hasil penelitian ini tentang pengaruh positif dari PBV terhadap return saham syari’ah dan tidak adanya pengaruhnya PBV terhadap tingkat risiko (beta saham syari’ah) menunjukkan adanya anomali dalam perdagangan saham khusunya saham syari’ah. Kejadian anomali ini menunjukan adanya

  Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai PBV akan memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap perubahan return saham syari’ah. Nilai PBV yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi terhadap return saham syari’ah yang semakin tinggi, sebaliknya perubahan nilai PBV yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap return saham syari’ah yang rendah.

  Berdasarkan hal tersebut, ketika melihat tidak adanya pengaruh hubungan PBV dengan tingkat risiko (beta saham) bisa saja diindikasikan bahwa ketika rasio PBV semakin tinggi (overvalued) atau nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya, bisa saja investor tidak terlalu mengkhawatirkan risiko yang terjadi tersebut. Karena bisa saja harga pasar pada saat itu sewaktu-waktu mengalami penurunan secara tiba-tiba (undervalued) karena faktor eksternal perusahaan, sehingga harga pasar lebih rendah dari nilai buku yang diperoleh dan investor mempunyai kesempatan pada waktu itu untuk memperoleh return saham yang lebih baik. Jadi investor tidak terlalu mengkhawatirkan ketika harga sahamnya lebih rendah dari harga pasar, karena kejadian penurunan harga saham perusahaan tidak selalu berarti terjadinya peningkatan risiko secara langsung dari saham itu sendiri. Sebab hal semacam itu sudah sering terjadi pada kenyataannya.

5. Pengaruh Inflasi terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh inflasi terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

  (H a9 ) yang dibangun di awal, yaitu inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun tingkat laju inflasi selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh inflasi terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (H a10 ) yang dibangun di awal, yaitu inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Artinya berapa pun tingkat laju inflasi selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat risiko (beta) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham.

  Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return) dan risiko saham (beta). Hubungan yang terjadi adalah jika tingkat laju inflasi berubah baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka tidak memberikan efek terhadap tingkat keuntungan (return saham) maupun risiko (beta saham) yang diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah.

  Berdasarkan teori yang dikemukakan Fama, Geske dan Roll yang Berdasarkan teori yang dikemukakan Fama, Geske dan Roll yang

  karena dari perubahan inflasi yang terjadi bisa disebabkan inflasi tersebut sudah diantisipasi sebelumnya. Pada dasarnya kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun. Selain itu kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan. Sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham.

  Sebenarnya inflasi tidak selalu buruk, asalkan masih berada pada tingkat yang aman. Inflasi menjadi bermasalah bila laju inflasinya tinggi. Karena, inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menjadi menurun. Selain itu, inflasi yang tinggi menjadi sinyal negatif bagi para investor. Investor akan cenderung melepas sahamnya apabila terjadi peningkatan inflasi, lebih-lebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali.

  Dapat dipahami bahwa pada saat terjadi kenaikan inflasi, para investor cenderung bereaksi untuk menjual saham yang dimiliki karena biasanya investor akan mensyaratkan tingkat return yang tinggi guna melindungi return riilnya. Langkah ini diambil guna mengantisipasi atas kemungkinan meningkatnya risiko saham yang diakibatkan oleh kenaikan inflasi, yaitu memprediksikan bahwa kenaikan harga barang dan jasa pada saat inflasi akan

  Zainal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), hlm.

  berdampak pada berkurangnya daya beli dan tingkat keuntungan perusahaan, sehingga investor berusaha melindungi risiko penurunan return riil dengan cara menaikkan return yang disyaratkan. Reaksi investor tersebut akan menyebabkan harga saham di pasaran turun. Ini menunjukkan bahwa naik

  turunnya harga saham merupakan prediksi tinggi rendahnya tingkat inflasi. 14

6. Pengaruh Kurs terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh kurs terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis (H a11 ) yang dibangun di awal, yaitu kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Besarnya pengaruh kurs terhadap return tersebut adalah sebesar -3,379. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika terjadi kenaikan kurs sebesar satu satuan, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan penurunan return sebesar -3,379. Sedangkan jika terjadi penurunan kurs sebesar satu satuan, maka penurunan tersebut menyebabkan kenaikan return sebesar -3,379.

  Berdasarkan hasil regresi pengaruh kurs terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (H a12 ) yang dibangun di awal, yaitu kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham. Besarnya pengaruh kurs terhadap beta tersebut adalah sebesar -3,272.

  Ibid.

  Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika terjadi kenaikan kurs sebesar satu satuan, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan penurunan beta sebesar -3,272. Sedangkan jika terjadi penurunan kurs sebesar satu satuan, maka penurunan tersebut menyebabkan kenaikan beta sebesar -3,272.

  Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah jika tingkat kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka dapat memberikan efek negatif terhadap tingkat keuntungan (return) yang diperoleh. Sementara pola hubungan kurs dengan risiko (beta saham) memiliki pengaruh yang negatif. Artinya jika kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka risiko (beta saham) menjadi kecil atau tidak memiliki efek yang berarti pada perdagangan saham syari’ah.

  Kenaikan kurs menyebabkan penurunan pada nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri. Semakin tinggi kurs menyebabkan nilai tukar menjadi melemah dan turunnya kurs akan membuat nilai tukar menjadi menguat. Apabila kurs mata uang domestik mengalami penguatan, maka penguatan tersebut sebagai sinyal yang baik bagi investor sehingga akan mendorong keinginan investor untuk berinvestasi pada pasar modal yang menyebabkan naiknya harga saham perusahaan. Selanjutnya kenaikan harga saham perusahaan akan menyebabkan return saham meningkat.

  Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika, dari sisi perusahaan menyebabkan biaya yang berkaitan dengan kegiatan ekspor-impor akan mengalami kenaikan. Munculnya kenaikan biaya tersebut, berpengaruh pada penurunan laba perusahaan dikarenakan kenaikan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, belum tentu disertai dengan naiknya laba perusahaan. Demikian pula dengan penurunan laba yang menyebabkan penurunan tingkat return yang diperoleh investor, sehingga investor akan menangkap satu bentuk sinyal negatif dalam investasi. Munculnya sinyal negatif pada pandangan investor, berpengaruh pada harga saham, karena penurunan return yang ditawarkan dalam investasi. Fluktuasi yang muncul tersebut menyebabkan turunnya minat investor untuk melakukan pembelian terhadap saham yang tentunya berakibat pada berkurangnnya tingkat keuntungan investor.

  Fluktuasi kurs nilai tukar mata uang biasanya disebabkan oleh gejolak aktual moneter sebagaimana juga halnya dengan ekspektasi pasar terhadap gejolak moneter yang disebabkan oleh perubahan dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDBGDP), inflasi, suku bunga, rancangan anggaran dan defisit perdagangan atau surplus perdagangan, penabungan dan akuisisi dan

  kondisi ekonomi makro lainnya. 15

  Perusahaan yang aktif di perdagangan internasional akan diuntungkan jika mata uang domestik terdepresiasi, karena penerimaan dalam mata uang

  “Bursa

  Valuta Asing,”

  http:id.wikipedia.orgwikiBursa_valuta_asing , akses 2 September 2009.

  domestik akan meningkat sebagai akibat lebih berharganya mata uang asing dan jumlah penjualan (ekspor) yang meningkat karena harga produk lebih

  kompetitif di mata konsumen luar negeri. 16

  Penelitian yang dilakukan Desak Putu Suciwati dan Mas’ud Machfoed yang dikutip Sumiarsih menyimpulkan bahwa pada periode setelah krisis ekonomi (setelah 1997) arah hubungan antara nilai kurs dan return saham berkorelasi negatif signifikan. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia, bahwa setelah tahun 1997 terjadi depresiasi rupiah yang tinggi terhadap sejumlah mata uang asing terutama terhadap dolar Amerika, sehingga

  hubungan antara nilai tukar dengan return perusahaan cenderung negatif. 17

  Pengaruh kurs dengan risiko (beta saham) memiliki pengaruh yang berlawanan. Artinya jika kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi apresiasi maupun terjadi depresiasi maka risiko (beta saham) menjadi kecil atau tidak memiliki efek yang berarti. Hal ini terjadi karena investor ada kemungkinan selama periode pengamatan penelitian ini, tidak terlalu memikirkan tingkat fluktuatif nilai kurs yang berubah-ubah setiap waktu karena perubahan nilai kurs antara rupiah dan nilai dolar pada periode penelitian ini mengalami perubahan yang tidak jauh atau dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs cukup stabil.

  Zainal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, hlm. 156.

  17 Titi Sumiharsih “Pengaruh Variabel Fundamental, Indikator Makro Ekonomi dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan yang Listing di Jakarta

  Islamic Index Tahun 2004-2006.” Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2008), hlm. 90.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Dari hasil analisis regresi p a d a u j i F menunjukkan bahwa variabel- variabel karakteristik perusahaan dan ekonomi makro berpengaruh terhadap return saham maupun terhadap beta saham syari’ah.

  2. Berdasarkan hasil pengujian dapat dipahami bahwa TAT memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah berapa pun jumlah TAT tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi hipotesis

  (H a1 ) yang dibangun di awal tidak diterima. Sementara pola hubungan TAT dengan beta saham syari’ah memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan. Artinya jika jumlah TAT mengalami kenaikan maka akan menurun tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah TAT mengalami penurunan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah)

  dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi hipotesis (H a2 ) yang dibangun di

  awal diterima.

  3. Berdasarkan hasil pengujian dapat dipahami bahwa ROA memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah berapa pun jumlah

  ROA tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi hipotesis

  (H a3 ) yang dibangun di awal tidak diterima. Sementara pola hubungan ROA dengan beta saham syari’ah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya jika jumlah ROA mengalami kenaikan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah ROA mengalami penurunan maka akan menurunkan tingkat risiko (beta saham syari’ah) dalam

  perdagangan saham syari’ah. Jadi hipotesis (H a4 ) yang dibangun di awal tidak

  diterima.

  4. Berdasarkan hasil pengujian dapat dipahami bahwa DPR tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah) maupun terhadap risiko (beta saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah perusahaan yang membagikan dividen kepada pemegang saham maka tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat keuntungan (return saham syari’ah) maupun risiko (beta saham syari’ah) yang diperoleh dalam perdagangan

  saham syari’ah. Jadi hipotesis (H a5 dan H a6 ) yang dibangun di awal tidak

  diterima.

  5. Berdasarkan hasil uji parsial dapat dipahami bahwa PBV memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah jika jumlah PBV mengalami kenaikan maka akan meningkatkan tingkat return saham perusahaan, sebaliknya jika jumlah PBV mengalami penurunan maka akan menurunkan tingkat return saham perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi 5. Berdasarkan hasil uji parsial dapat dipahami bahwa PBV memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah jika jumlah PBV mengalami kenaikan maka akan meningkatkan tingkat return saham perusahaan, sebaliknya jika jumlah PBV mengalami penurunan maka akan menurunkan tingkat return saham perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi

  hubungan PBV dengan beta saham syari’ah memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan. Artinya berapa pun jumlah PBV selama periode pengamatan tidak mempengaruhi besarnya tingkat risiko (beta saham syari’ah) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi hipotesis

  (H a8 ) yang dibangun di awal tidak diterima.

  6. Berdasarkan hasil uji parsial dapat dipahami bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return) dan risiko saham (beta). Hubungan yang terjadi adalah jika tingkat laju inflasi berubah baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka tidak memberikan efek terhadap tingkat keuntungan (return saham) maupun risiko (beta saham) yang

  diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah. Jadi hipotesis (H a9 dan H a10 )

  yang dibangun di awal tidak diterima.

  7. Berdasarkan hasil uji parsial dapat dipahami bahwa kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah jika tingkat kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka dapat memberikan efek negatif terhadap tingkat keuntungan (return) yang diperoleh. Jadi hipotesis (H a11 ) yang dibangun di awal diterima. Sementara pola hubungan kurs dengan risiko (beta saham) memiliki pengaruh yang negatif. Artinya jika kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka risiko (beta saham) menjadi kecil atau tidak memiliki efek 7. Berdasarkan hasil uji parsial dapat dipahami bahwa kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah jika tingkat kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka dapat memberikan efek negatif terhadap tingkat keuntungan (return) yang diperoleh. Jadi hipotesis (H a11 ) yang dibangun di awal diterima. Sementara pola hubungan kurs dengan risiko (beta saham) memiliki pengaruh yang negatif. Artinya jika kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun terjadi penurunan maka risiko (beta saham) menjadi kecil atau tidak memiliki efek

B. Saran

  1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi investor dan analis pasar modal agar mampu mengoptimalkan informasi yang berkaitan dengan investasi pada pasar saham syari’ah.

  2. Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini tergolong masih sedikit yaitu hanya delapan perusahaan karena perusahaan yang dipilih hanya perusahaan yang konsisten di Jakarta Islami Index (JII) dari 2004-2008. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel perusahaan yang akan diteliti dan memperpanjang waktu penelitian agar hasil yang didapat lebih akurat dan bervariasi.

  3. Perlu dilakukan penelitian yang sama dengan menggunakan variabel-variabel industri seperti jenis industri, ukuran industri dan kosentrasi industri serta menambah dan mengurangi variabel-variabel karakteristik perusahaan, seperti rasio likuiditas, rasio leverage, serta variabel-variabel ekonomi makro seperti harga minyak dunia, tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran, Produk Domestik Bruto (PDB), suku bunga dan lainnya.

  4. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian variabel-variabel ekonomi makro, industri dan karakteristik perusahaan dengan return dan beta saham non syari’ah serta menguji perbedaan antara return dan beta saham syari’ah dengan return dan beta saham non syari’ah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

  Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2000.

Akuntansi

  Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, Edisi VIII, Yogyakarta: BPFE, 2004. Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi I, Yogyakarta: BPFE,

  Analisis Laporan Keuangan

  Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, Edisi III,

  Yogyakarta: STIM YKPN, 2007.

Ekonomi dan Ekonomi Islam

  Boediono, Ekonomi Moneter, Edisi III, Yogyakarta: BPFE, 2001. Ghafur, Muhammad Wibowo, Ekonomi Moneter: Tinjauan Ekonomi

  Konvensional dan Islam, Yogyakarta: Biruni Press, 2007. Herlambang, Tedy, dkk, Ekonomi Makro: Teori, Analisis, dan Kebijakan, Jakarta:

  PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. Karim, Adiwarman Aswar, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Cetakan I,

  Jakarta: Gema Insani, 2001. - - - -, Ekonomi Makro Islami, Edisi I, Jakarta: Raja Grafindo, 2007. Nopirin, Ekonomi Makro, Buku II, Edisi I, Yogyakarta: BPFE, 2000. Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di

  Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2005. Syafe’i, Rahmat, Fiqih Muamalah, Cetakan III, Bandung: Pustaka Setia, 2006.

  Jurnal dan Skripsi

  Anastasia, Njo, dkk, “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik

  Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume. 5, No. 2, November 2003.

  Auliyah, Robiyatul dan Ardi Hamzah, “Analisa Karakteristik Perusahaan,

  Industri, dan Makro Ekonomi Terhadap Return dan Beta Saham Syari’ah,” Simposium Nasional Akuntansi IX, Agustus 2006.

  Hamzah, Ardi, “Analisa Ekonomi Makro, Industri dan Karakteristik Perusahaan

  Terhadap Beta Saham Syari’ah”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005.

  - - - -, “Analisa Karakteristik Perusahaan dan Makro Ekonomi Terhadap Return

  Saham Syari’ah dan Non Syari’ah,” International Seminar and Symposium, UNAIR, Surabaya, Agustus 2008.

  Hasibuan, Abdul Naser, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi Makro

  Terhadap Return Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia,” Tesis: Universitas Sumatra Utara (2009).

  Setianto, Agus, Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Return On Equity dan Price

  To Book Value Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan- Perusahaan Di Jakarta Islamic Index Periode 2005-2007,” Skripsi: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2009).

  Sumiarsih, Titi, “Pengaruh Variabel Fundamental, Indikator Makro Ekonomi dan

  Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan yang Listing di Jakarta Islamic Index Tahun 2004-2006.” Skripsi: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2008),

  Syafitri, Dian, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas

  Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII),” Skripsi: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2008).

  Ulupui, I G. K. A., “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan

  Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta

  (BEJ),”

  http:ejournal.unud.ac.idabstraki20g20k20a20ulupui28129.p

  df, akses 9 Februari 2010.

  Wira, Varietmi, “Analisa Karakteristik Perusahaan Terhadap Return dan Beta

  Perusahaan Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Jakarta,” http:fekon.unand.ac.idicbeimagesPaperAnalisa_Karakteristik_Perusah aan_Terhadap_Return_Dan_Beta_Perusahaan_Makanan_Dan_Minuman_ Di_Bursa_Efek_Jakarta.pdf, akses 30 Mei 2010.

  Zubaidah, Siti, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs

  Terhadap Beta Saham Syari’ah Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta

  Islamic

  Index

  (JII),” (JII),”

  Manajemen Keuangan dan Pasar Modal

  Ahmad, Kamaruddin, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi

  Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Arifin, Zainal, Teori Keuangan dan Pasar Modal, Edisi I, Yogyakarta:

  EKONISIA, 2005. Hartono, Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi V, Yogyakarta:

  BPFE, 2008. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi

  IV, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.

  Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi III,

  Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2001. - - - -, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),

  Edisi IV, Yogyakarta: BPFE, 2008. Lako, Andreas, Laporan Keuangan dan Konflik Kepentingan, Edisi Revisi,

  Yogyakarta: Amara Books, 2007. Madura, Jeff, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim, Jilid

  1, Edisi 4, Jakarta: Erlangga, 2000. Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi IV, Yogyakarta:

  BPFE, 2001. Syamsudin, Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi:

  Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

  Metodologi Penelitian

  Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan

  IV, Semarang: Undip, 2006.

  Hadi, Syamsul, Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan Keuangan, Edisi I,

  Yogyakarta: EKONOSIA, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan XIII, Bandung: Alfabeta, 2009.

  Internet Website

  “Analisis Fundamental,” http:bursa-investasi.tripod.comid14.html, akses 23

  Oktober 2007. Bank Indonesia, http:www.bi.go.idweb Bukhari,

  “Tantangan

  Investasi

  Syari’ah

  di

  Pasar Modal,”

  http:bukhariibra.wordpress.commakalah-kitatantangan-investasi- syari’ah-di-pasar-modal, akses 23 September 2009.

  Dev Group on Research dan

  Until, “Price to Book Value,”

  http:www.infovesta.comrollerpenjelasanentryprice_to_book_value, akses 2 Agustus 2010.

  “Bursa

  Valuta Asing,”

  http:id.wikipedia.orgwikiBursa_valuta_asing, akses 2 September 2009.

Lain-Lain

  Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, Cetakan I, Yogyakarta:

  Pustaka Widyatama, 2006. JSX, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Yogyakarta: Bursa Efek

  Universitas Islam Indonesia.

  Lampiran Terjemah

DAFTAR LAMPIRAN TERJEMAH

  No

  Halaman No Footnote

  Terjemahan

  1 17 9 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

  2 17 10 Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.

  3 19 13 Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

  4 20 15 Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu

  Lampiran Daftar Sampel dan Profil Perusahaan

Daftar Nama Perusahaan yang Terpilih sebagai Sampel

  No

  Kode

  Nama Perusahaan (PT)

  1 ANTM

  PT. Aneka Tambang (persero) Tbk.

  2 BUMI

  PT. Bumi Resources Tbk.

  3 INCO

  PT. International Nickel Indonesia Tbk.

  4 INTP

  PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.

  5 KLBF

  PT. Kalbe Farma Tbk.

  6 PTBA

  PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

  7 TLKM

  PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

  8 UNVR

  PT. Unilever Indonesia Tbk.

1. PT. Aneka Tambang (ANTM)

  PT. Aneka Tambang didirikan di Republik Indonesia pada 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22, tahun 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang”, dan diumumkan dalam Tambahan No. 36, Berita Negara No. 56, 5 Juli 1968. Pada 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26, tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”. Perusahaan yang beralamat di Jl. Letjen TB Simatupang No.1. Ruang lingkup kegiatannya adalah di bidang pertambangan berbagai jenis galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian tersebut.

2. PT. Bumi Resources (BUMI)

  PT. Bumi Resources didirikan pada 26 Juni 1973. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Wisma Bakrie lantai 7, Jl. HR Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta. Perusahaan ini mempunyai ruang lingkup kegiatan yang meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk penjualan dan pertambangan batubara) dan eksplorasi minyak.

3. PT. International (INCO)

  PT. Inco didirikan pada Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited dan menandatangi kontrak karya dengan pemerintah Indonesia pada 27 Juli 1968. Perusahaan Inco ini memproduksi nikel dalam matte dari bijih laterit. Perusahaan ini berkantor pusat di Plaza Bapindo - Citibank Tower, lantai 22, Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta.

4. PT. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)

  PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. didirikan di Indonesia pada 16 Januari 1985 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, SH., No 227. Akta pendirian tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2876HT.01.01Th.1985 pada 17 Mei 1984 dan diumumkan dalam Berita Acara Negara Republik Indonesia, No. 946, Tambahan No. 57, pada 17 Mei 1985. Anggaran Dasar Perusahaaan telah mengalami perubahan, perubahan terakhir dengan Akta Notaris Amrul Portom Pohan, SH., No. 57, pada 5 Juli 2006 mengenai: perubahan anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan yang telah didaftarkan di Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada 24 Juli 2006.

  Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup perusahaan antara lain pabrik semen, bahan bangunan, kontruksi dan perdagangan. Saat ini perusahaan bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai inti usaha) dan beton siap pakai. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Wisma Indocement lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav 70, Jakarta. Pabriknya berlokasi di Citeurep, Cirebon, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.

5. PT. Kalbe Farma (KLBF)

  PT Kalbe Farma Tbk. (perusahaan ) didirikan di Indonesia dalam kerangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) No.6 Tahun 1968 yang telah diubah menjadi Undang-Undang No.11. tahun 1970 berdasarkan Akta Notaris Raden Imam Soeselo Prawirokusumo No. 3, pada 10 September 1966. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.572. Pada 12 September 1967 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Acara Negara Republik Indonesia No. 102, pada 22 Desember 1967. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Akta Notaris DR. Irawan Soerodjo, SH., No. 74, pada 29 November 2005, mengenai peningkatan modal yang ditempatkan dan disebutkan modal perusahaan sebesar 2.034.414.422 lembar saham dengan nilai nominal Rp.50 per saham, sehubungan dengan itu transaksi penggabungan usaha dijelaskan dalam catatan 3. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-32928 HT.01.04.TH.2005. Pada 12 Desember 2005 dan telah diumumkan dalam Pengumuman Perusahaan pada 12 Desember 2005.

  Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, PT. Kalbe Farma Tbk. mempunyai ruang lingkup usaha antara lain usaha dalam industri dan distribusi produk farmasi (obat-obatan bagi manusia dan hewan). Saat ini PT Kalbe Farma

  Tbk., mempunyai kegiatan utama, yaitu bergerak dalam produksi dan pengembangan produk farmasi. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dimana kantor pusatnya berada di Jalan MH. Tamrin, Blok A-3, Lippo Cikarang, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial tahun 1966.

6. PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA)

  PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk didirikan pada 2 Maret 1981, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980 dengan akta notaris Mohammad Ali No. 1, yang telah diubah dengan akta notaris No. 5, pada 6 Maret 1984 dan No. 51, pada 29 Mei 1985 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-7553-HT.01.04.TH.85. Pada 28 November 1985 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 33. Tambahan No. 550, pada 25 April 1986. Saat ini perusahaan berkedudukan Jl. Perigi No. 1 Tanjung Enim 31716, Sumatera Selatan. Perusahaan bergerak di bidang industri tambang batubara meliputi penyelidikan

  umum, eksplorasi, eksploitasi,

  pengolahan,

  pemurnian,

  pengangkutan, perdagangan hasil olahan.

7. PT. Telekomunikasi Indonesia (TLKM)

  Perusahaan Perseroan (Persero) P.T. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Perusahaan) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884 berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7, pada 27 Maret 1884 dan diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52, pada 3 April 1884. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi serta informatika, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. PT. Unilever Indonesia (UNVR)

  PT. Unilever Indonesia Tbk. (perseroan) didirikan pada 5 Desember 1933. Kegiatan utama perseroan meliputi bidang pembuatan, pemasaran, dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi: sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, minuman dengan bahan pokok teh, dan produk kosmetik. Kantor perseroan berlokasi di Jl.Gatot Subroto Kav-15, Jakarta. Sedangkan perseroan memiliki pabrik yang berlokasi di Jl. Kawasan Jababeka 9 Blok D, Jalan Raya Jababeka Blok O, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi dan Jalan Raya Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Jawa Timur.

  Lampiran Data-Data Penelitian

DATA-DATA SAMPEL

  Lampiran Data 1

Total Asset Turnover (TAT) Perusahaan - Perusahaan yang Listing di JII Tahun 2004 - 2008

  Kode Perusahaan

  Sumber: Pusat Informasi Pasar Modal Fak. Ekonomi UII ( data diolah kembali)

  Lampiran Data 2

Return On Asset (ROA) Perusahaan - Perusahaan yang Listing di JII Tahun 2004 - 2008

  Kode Perusahaan

  Sumber: Pusat Informasi Pasar Modal Fak. Ekonomi UII ( data diolah kembali)

  Lampiran Data 3

Dividend Payout Ratio (DPR) Perusahaan - Perusahaan yang Listing di JII Tahun 2004 - 2008

  Kode Perusahaan

  Sumber: Pusat Informasi Pasar Modal Fak. Ekonomi UII ( data diolah kembali)

  Lampiran Data 4

Price Book to Value (PBV) Perusahaan - Perusahaan yang Listing di JII Tahun 2004 - 2008

  Kode Perusahaan

  Sumber: Pusat Informasi Pasar Modal Fak. Ekonomi UII ( data diolah kembali)

  Lampiran Data 5

  Perubahan Inflasi Indonesia Berdasarkan Indeks Harga Konsumen

  Tahun 2004 – 2008

(dalam ) Indek

  Tahun

  Perubahan

Umum

  Desember

  287,99

  0,94

  Inflasi 2003

  5,06

  2004

  Januari

  110,45

  0,57

  Februari

  110,43

  -0,02

  Maret

  110,83

  0,36

  April

  111,91

  0,97

  Mei

  112,90

  0,88

  Juni

  113,44

  0,48

  Juli

  113,88

  0,39

  Agustus

  113,98

  0,09

  September

  114,00

  0,02

  Oktober

  114,64

  0,56

  Nopember

  115,66

  0,89

  Desember

  116,86

  1,04

  Inflasi 2004

  6,40

  2005

  Januari

  118,53

  1,43

  Februari

  118,33

  -0,17

  Maret

  120,59

  1,91

  April

  121,00

  0,34

  Mei

  121,25

  0,21

  Juni

  121,86

  0,50

  Juli

  122,81

  0,78

  Agustus

  123,48

  0,55

  September

  124,33

  0,69

  Oktober

  135,15

  8,70

  Nopember

  136,92

  1,31

  Desember

  136,86

  -0,04

  Inflasi 2005

  17,11

  2006

  Januari

  138,72

  1,36

  Februari

  139,53

  0,58

  Maret

  139,57

  0,03

  Sumber: Laporan Bank Indonesia (data diolah kembali)

  Lampiran Data 6

  Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

  Berdasarkan Kurs Tengah

  Tahun 2004 – 2008

  (dalam )

  Tahun

  Dolar

  Rupiah

  Perubahan ()

  2003

  Desember

  1 8487

  Januari

  1 8394

  -1,10

  Februari

  1 8425

  0,37

  Maret

  1 8568

  1,70

  April

  1 8608

  0,47

  Mei

  1 8965

  4,15

  Juni

  1 9382

  4,65

  Juli

  1 9036

  -3,69

  Agustus

  1 9235

  2,20

  September

  1 9182

  -0,57

  Oktober

  1 9096

  -0,94

  Nopember

  1 9031

  -0,71

  Desember

  1 9223

  2,13

  2004

  8,65

  Januari

  1 9204

  -0,21

  Februari

  1 9244

  0,43

  Maret

  1 9370

  1,36

  April

  1 9539

  1,80

  Mei

  1 9479

  -0,63

  Juni

  1 9616

  1,45

  Juli

  1 9799

  1,90

  Agustus

  1 9986

  1,91

  September

  1 10232

  2,46

  Oktober

  1 10093

  -1,36

  Nopember

  1 10040

  -0,53

  Desember

  1 9857

  -1,82

  2005

  6,78

  Januari

  1 9493

  -3,69

  Februari

  1 9253

  -2,53

  Maret

  1 9171

  -0,89

  Sumber: Laporan Bank Indonesia (data diolah kembali)

  Lampiran Data 7

Perkembangan Return Saham Perusahaan JII Tahun 2004 – 2008 Return Saham

  Sumber: Pusat Informasi Pasar Modal Fak. Ekonomi UII ( data diolah kembali)

  Lampiran Data 8

Perkembangan Beta Saham Perusahaan JII Tahun 2004 – 2008

Beta Saham

  Sumber: Pusat Informasi Pasar Modal Fak. Ekonomi UII ( data diolah kembali)

  Lampiran Hasil Olah Data Penelitian

HASIL OUTPUT SPSS

A. Pengujian Asumsi Klasik Terhadap Return Saham

1. Multikolinearitas

  Coefficients a Collinearity Statistics

  1 (Constant) TAT

  a. Dependent Variable: Return

2. Uji Autokorelasi (Durbin Watson)

  Model Summary b

  Std. Error of the

  Model

  R

  R Square

  Adjusted R Square

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA b. Dependent Variable: Return

3. Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

  Coefficients a Standardized

  Unstandardized Coefficients

  Coefficients

  Model

  B Std. Error

  Beta

  t Sig.

  a. Dependent Variable: Abs_Ut1

4. Uji Normalitas

  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  Normal Parameters a Mean

  .0000000

  Std. Deviation

  .47900935

  Most Extreme Differences

  Kolmogorov-Smirnov Z

  .685

  Asymp. Sig. (2-tailed)

  .736

  a. Test distribution is Normal.

B. Pengujian Asumsi Klasik Terhadap Beta Saham

1. Multikolinearitas

  Coefficients a Collinearity Statistics

  1 (Constant) TAT

  a. Dependent Variable: Beta

2. Uji Autokorelasi (Durbin Watson)

  Model Summary b

  Std. Error of the

  Model

  R

  R Square

  Adjusted R Square

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA b. Dependent Variable: Beta

3. Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)

  Coefficients a Standardized

  Unstandardized Coefficients

  Coefficients

  Model

  B Std. Error

  Beta

  t Sig.

  a. Dependent Variable: LnU2i

4. Uji Normalitas

  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  Normal Parameters a Mean

  .0000000

  Std. Deviation

  .28749906

  Most Extreme Differences

  Kolmogorov-Smirnov Z

  .841

  Asymp. Sig. (2-tailed)

  .479

  a. Test distribution is Normal.

C. Pengujian Regresi Linier Berganda Terhadap Return Saham

1. Koefisien Determinasi

  Variables EnteredRemoved b Variables

  Model

  Variables Entered

  Removed

  Method

  1 Kurs, DPR, PBV,

  Inflasi, TAT, ROA a

  . Enter

  a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Return

  Model Summary b Std. Error of the

  Model

  R

  R Square

  Adjusted R Square

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA b. Dependent Variable: Return

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

  ANOVA b

  Model

  Sum of Squares

  df Mean Square

  F Sig.

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA b. Dependent Variable: Return

3. Uji Signifikansi Individual (Uji T)

  Coefficients a

  B Std. Error

  a. Dependent Variable: Return

D. Pengujian Regresi Linier Berganda Terhadap Beta Saham

1. Koefisien Determinasi

  Variables EnteredRemoved b Variables

  Model

  Variables Entered

  Removed

  Method

  1 Kurs, DPR, PBV,

  Inflasi, TAT, ROA a

  . Enter

  a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Beta

  Model Summary b Std. Error of the

  Model

  R

  R Square

  Adjusted R Square

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA b. Dependent Variable: Beta

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

  ANOVA b

  Model

  Sum of Squares

  df Mean Square

  F Sig.

  a. Predictors: (Constant), Kurs, DPR, PBV, Inflasi, TAT, ROA b. Dependent Variable: Beta

3. Uji Signifikansi Individual (Uji t)

  Coefficients a

  B Std. Error

  a. Dependent Variable: Beta

BIOGRAFI TOKOH

Adiwarman Azwar Karim

  Lahir di Jakarta, 29 Juni 1963. Memperoleh gelar Insinyur pada tahun 1986 dari Institut Pertanian Bogor (IPB), memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989 dari Universitas Indonesia (UI), memperoleh gelar M.B.A. pada tahun 1988 dari European University, Belgia, memperoleh gelar M.A.E.P. pada tahun 1992 dari Boston University, USA. Karir di bidang perbankan syari’ah digeluti sejak tahun 1992 di Bank Muamalat Indonesia. Pernah menjadi Visiting Research Associate pada Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford, Inggris. Tahun 2001, mendirikan Karim Business Consulting.

Boediono

  Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, mendapat gelar Bachelor of Economics (Honours) dari University of Western Australia, memperoleh gelar Master of Economics dari Monash Univesity (Australia), gelar Doctor of Philosophy diperoleh dari Wharton School University of Pennsylvania (USA). Bidang spesialisasinya adalah Teori Ekonomi, Ekonometrika, Ekonomi Matematika, dan Perekonomian Indonesia.

Imam Ghozali

  Guru besar Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Beliau menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Gadjah Mada (1985). Pendidikan S2 diselesaikannya di University of New South Wales, Sydney, Australia (1990) dan pendidukan S3 (Ph.D) bidang Management Accounting diselesaikannya di University of Wollongong, Australia (1992-1995). Disamping sebagai dosen tetap Fakultas Ekonomi UNDIP, beliau juga menjadi dosen tidak tetap di Program Magister Manajemen Universitas Jendral Sudirman, Purwokerto, dosen tidak tetap pada program S3 Akuntansi Universitas Pandjajaran, Bandung. Mulai tahun 2005 sampai sekarang menjabat sebagai Direktur Program S3 Ilmu Ekonomi, Universitas Diponegoro, disamping itu sejak tahun 1999 sampai sekarang menjadi staf ahli Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah.

Jogiyanto H. M.

  Jogiyanto H. M adalah staff pengajar pada Fakultas Ekonomi UGM. Pendidikan formal yang diperolehnya adalah sarjana muda teknik sipil, sarjana muda akuntansi, M. B. A. dengan konsentrasi di Information System dan doktor di bidang akuntansi.

Mamduh M. Hanafi

  Beliau adalah pengajar FE UGM. Beliau masuk staf pengajar FE UGM pada tahun 1989, memperoleh Master Of Business Administration dari Temple University, USA tahun 1992 dengan konsentrasi Finance, memperoleh penghargaan Beta Gamma Sigma, The Honor Society for Collegiate School of Business dan mengikuti kursus Banking and Finance di University of Kentucky USA, 1995. memperoleh PhD di bidang Finance, di University of Rhode Island, 2001. menjadi visiting scholar University of Hawai, 2001.

R. Agus Sartono

  Dosen Manajemen Keuangan pada Fakultas Ekonomi dan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. beliau memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan manajemen dengan prediket cum laude dari Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1987, Master Of Business Administration dari School Of Business, Western Carolin University, North Carolina pada tahun 1993. Beliau telah menyelesaikan short course di bidang Advance Banking Management di University Of Kentucky USA pada tahun 1994. Beliau juga anggota Phi Gamma MU (International Honor society In Social Science). Bidang-bidang minat dan spesialisasinya adalah manajemen keuangan dan ekonomi manajerial.

Zaki Baridwan

  Dosen tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Lulus Sarjana dari Fakultas Ekonomi UGM pada tahun 1973, memperoleh gelar Master of Science pada tahun 1984. Doctor of Business Administration pada tahun 1989 dari School of Accounting University of Kentucky USA.

CURICULUM VITAE

  Nama

  : H. Ali Muhayatsyah

  Tempat Tanggal Lahir

  : Lhokseumawe, 27 Juli 1988

  Alamat Rumah

  : Jl. Merpati No.30, Kel. Teumpok Teungoh, Kec. Banda

  Sakti, Kota Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, 24351

  Alamat di Yogyakarta

  : Jl. Bimokurdo No.40 Sapen, Kel. Demangan, Kec.

  Gondokusuman, Daerah Istimewa Yogakarta, 55221

  No. Hp

  : 08529-27-7-9888 (Telkomsel AS)

  e-mail

  : alimuhayatsyahyahoo.com

  alimuhayatsyahgmail.com

  Nama Ayah

  : Drs. H. Muhammad Ismail, M.Si.

  Nama Ibu

  : Hj. Lathifah Usman, SmHk.

  Riwayat Pendidikan:

  1. SDN Caturtunggal I Depok, Sleman, Yogyakarta

  (1994 – 1995)

  2. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gandapura, Bireun, NAD (1996 – 1997)

  3. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Lhokseumawe, NAD

  (1998 – 2000)

  4. Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Al-Akbar, Medan

  (2000 – 2003)

  5. SMAN 1 Lhokseumawe, NAD

  (2003 – 2006)

  6. S1 Keuangan Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

  (2006 – 2011)

  Yogyakarta, 10 Rabiul Awal 1432 H

  14 Februari 2011 M

  Penyusun

  H. Ali Muhayatsyah NIM. 06390016

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37