Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen Dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten- dan Sensitif-Parakuat

PENGARUH KEDALAMAN TANAM, NITROGEN DAN APLIKASI PARAKUAT TERHADAP PERTUMBUHAN Eleusine indica L. Gaertn RESISTEN- DAN SENSITIF-PARAKUAT SKRIPSI OLEH: CHRISTIAN TAMPUBOLON 090301110/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KEDALAMAN TANAM, NITROGEN DAN APLIKASI PARAKUAT TERHADAP PERTUMBUHAN Eleusine indica L. Gaertn RESISTEN- DAN SENSITIF-PARAKUAT SKRIPSI OLEH: CHRISTIAN TAMPUBOLON 090301110/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen Dan Aplikasi Parakuat

terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten-

dan Sensitif-Parakuat

Nama

: Christian Tampubolon


NIM

: 090301110

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D Ketua

Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B., M.Sc Anggota

Mengetahui
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
CHRISTIAN TAMPUBOLON : Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten- dan Sensitif-Parakuat, dibimbing oleh Edison Purba dan T. Chairun Nisa, B
Eleusine indica merupakan salah satu gulma yang cukup berpengaruh negatif yang biasa ditemukan di lahan pertanian dan tempat- tempat umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam, nitrogen, dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan Eleuisine indica biotip resisten(ETS) dan biotip sensitif- parakuat (EFH). Penelitian ini terdiri dari 3 unit yaitu ; pertama, perbandingan kemampuan tumbuh yang berbeda E. indica biotip resisten dan biotip sensitif- parakuat yang tumbuh pada 5 kedalaman tanam yaitu 0, 2.5, 5, 7.5 , dan 10 cm. Kedua, perbandingan respon pertumbuhan E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat terhadap pupuk nitrogen dengan 3 taraf yaitu 0, 200, dan 400 kg/ ha. Ketiga, pengaruh aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat dengan 7 taraf yaitu 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g b.a/ha. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dan setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukan kedalaman tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah kecambah yang tumbuh. Jumlah kecambah yang tumbuh tertinggi terdapat pada kedalaman 0 cm pada populasi ETS dan EFH dan kemampuan tumbuh kecambah pada ETS lebih tinggi dibanding EFH. Pemberian nitrogen juga berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan bobot kering dan berpengaruh tidak nyata pada jumlah malai dan jumlah biji. Dosis pupuk nitrogen paling bepengaruh yaitu pada dosis 400 kg/ha. Sedangkan aplikasi parakuat berpengaruh nyata terhadap jumlah gulma bertahan hidup dan bobot kering pada populasi sensitif-parakuat tetapi berpengauh tidak nyata terhadap bobot kering pada populasi resisten-parakuat. Dosis parakuat mematikan tertinggi yaitu pada dosis 1600 g b.a/ ha
Kata kunci : Eleusine indica, resisten dan sensitif- parakuat, kedalaman tanam, nitrogen, parakuat
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
CHRISTIAN TAMPUBOLON: Effect of burial depth, nitrogen, and paraquat on the growth of Eleusine Indica resistant- paraquat and susceptible- , supervised by Edison Purba danT. Chairun Nisa, B
Eleusine indica is one among the weeds that has significantly negative effects on agricuture which is commonly found in agriculture fields and public areas. This research aims to determine the effect of burial depth of seeds, nitrogen, and paraquat to the growth of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat. This research was carried out in 3 experiment units were; the comparison of seedling number of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat which emerge at 5 burial depths namely 0, 2.5, 5, 7.5 , and 10 cm, the growth response of E. indica resistant-paraquat and susceptibleparaquat to nitrogen at 3 doses namely 0, 200, dan 400 kg ha-1, and the effect of paraquat on the growth of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat at 7 doses namely 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g a.i. ha-1. Non factorial randomised block design (RBD) with three replication was used for each unit of experiment.
The results showed that the burial depth significantly reduced number of seedlings that emerged. The seedling number was highly on 0 cm and the seedling ability in ETS was higher than EFH. Nitrogen significantly increase number of tillers and weed’s dry weight but showed nonsignificantly effect on the number of panicles and seeds. The best dose of nitrogen that showed significantly effect was 400 kg ha-1. Paraquat significantly reduced the number of weeds that survive and weed’s dry weight for susceptible- paraquat population but it was nonsignificant for weed’s dry weight for resistant- paraquat population. The dose of paraquat that kill the weeds was 1600 g a.i. ha-1. Keywords: Eleusine indica, resistant-paraquat and susceptible-paraquat, burial
depth, nitrogen, paraquat
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Christian Tampubolon, lahir di Porsea pada tanggal 22 September 1990, putra dari Bapak S. Tampubolon dan Ibu B. br Marpaung. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA tahun 2008 dari SMA Negeri 2 Balige dan pada tahun 2009 terdaftar masuk ke Program StudiAgroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan antara lain organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) dan UKM KMK USU Unit Pelayanan Fakultas Pertanian. penulis juga aktif menjadi asisten Laboratorium Ilmu Gulma (2013-2014) dan Laboratorium dasar Agronomi (2013 /2014). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Amal Tani mulai bulan Juli sampai Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten- dan SensitifParakuat “ Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D dan Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B., M.Sc selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak masukan berharga kepada penulis dan kepada Ayahanda S. Tampubolon dan Ibunda B. br Marpaung yang tiada hentinya memberikan cinta kasihnya melalui dukungan doa dan finansial serta kakak dan adik serta keluarga yang selalu mendukung. Di samping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada temanteman seperjuangan Agroekoteknologi 2009 serta abang, kakak, teman, dan adik dari keluarga besar UKM KMK USU UP FP atas semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan selama perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Mei 2014

Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................... i

ABSTRACT.................................................................................................. i

RIWAYAT HIDUP..................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI ...............................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR................................................................................... i

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... i


PENDAHULUAN

Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Hipotesa Penelitian ................................................................................ Kegunaan Penelitian ..............................................................................

1 3 4 4

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Eleusine indica L. Gaertn ................................................ 5 Kedalaman Biji dari Permukaan Tanah .................................................. 6 Pemupukan Nitrogen ............................................................................. 7 Kejadian Resistensi ........................................................................... 9 Parakuat................................................................................................. 11 Gulma Resisten-Parakuat....................................................................... 12

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 14 Bahan dan Alat ...................................................................................... 14 Metode Penelitian .................................................................................. 16 Pengamatan Parameter Jumlah Anakan ................................................................................ 17 Bobot Kering .................................................................................. 18 Jumlah Malai per Rumpun............................................................... 18 Jumlah Biji ..................................................................................... 18 Jumlah Gulma yang Bertahan Hidup .............................................. 19 Bobot Kering Setelah Aplikasi ........................................................ 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ..................................................................................................... 21 Jumlah Kecambah yang Tumbuh ................................................... 23 Jumlah Anakan ................................................................................ 23 Bobot Kering .................................................................................. 24 Jumlah Malai per Rumpun............................................................... 25 Jumlah Biji ..................................................................................... 26 Jumlah Gulma yang Bertahan Hidup .............................................. 27 Bobot Kering Setelah Aplikasi ....................................................... 28 Lethal Dose 50 (LD50)..................................................................... 29 Pembahasan .......................................................................................... 30
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... 35 Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Jumlah kecambah E. indica biotip ETS dan EFH yang tumbuh pada
berbagai kedalaman tanam........................................................................ 21 2. Jumlah anakan E. indica populasi ETS dan EFH pada pemberian
pupuk nitrogen 6 MSA............................................................................. 22 3. Jumlah malai E. indica biotip ETS dan EFH pada pemberian pupuk
nitrogen .................................................................................................. 24 4. Jumlah biji E. indica biotip ETS dan EFH pada pemberian pupuk
nitrogen .................................................................................................. 25 5. Bobot kering E. indica populasi ETS dan EFH pada pemberian pupuk
nitrogen .................................................................................................. 26 6. Jumlah E. indica biotip ETS dan EFH bertahan hidup pada aplikasi
parakuat 3 MSA........................................................................................ 28 7. Bobot kering E. indica populasi ETS dan EFH pada aplikasi parakuat
3 MSA. ..................................................................................................... 29 8. Nilai LD50 herbisida parakuat yang diaplikasikan pada E. indica............... 30
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR No. Hal. 1. Grafik perbandingan jumlah kecambah E. indica yang tumbuh pada
biotipi ETS dan EFH pada berbagai kedalaman tanam ............................. 22 2. Grafik perbandingan jumlah kecambah E. indica yang tumbuh pada
biotip ETS dan EFH pada berbagai kedalaman tanam 0, 5, dan 10 cm ..... 22 3. Grafik perbandingan jumlah anakan E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen. ............................................................... 23 4. Grafik perbandingan jumlah malai E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen ............................................................... 24 5. Grafik perbandingan jumlah biji E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen ................................................................ 26 6. Grafik Perbandingan bobot kering E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen ................................................................ 24 7. Grafik perbandingan E. indica yang bertahan hidup biotip ETS dan EFP
pada parakuat pada 3 MSA. ...................................................................... 27 8. Grafik perbandingan bobot kering E. indica biotip ETS dan EFP pada
parakuat pada 3 MSA ............................................................................... 30
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Bagan penelitian...............................................................................................38 2. Rencana kegiatan penelitian .............................................................................39 3. Lampiran perhitungan pupuk............................................................................40 4. Lampiran kalibrasi alat semprot .......................................................................41 5. Data pengamatan jumlah kecambah yang tumbuh populasi ETS pada
berbagai kedalaman tanam (%).........................................................................42 6. Sidik ragam jumlah kecambah yang tumbuh populasi ETS pada berbagai
kedalaman tanam .............................................................................................42 7. Transformasi data √(y+0,5) kecambah populasi EFH yang tumbuh pada
berbagai kedalaman tanam (%).........................................................................43 8. Sidik ragam transformasi data √(y+0,5) kecambah populasi EFH yang
tumbuh pada berbagai kedalaman tanam ..........................................................43 9. Data jumlah kecambah yang tumbuh populasi EFH pada berbagai
kedalaman tanam (%).......................................................................................44 10. Sidik ragam jumlah kecambah yang tumbuh populasi EFH pada berbagai
kedalaman tanam ............................................................................................44 11. Data jumlah anakan populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 45 12. Sidik ragam jumlah anakan populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 45 13. Data jumlah anakan populasi EFH pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 46 14. Sidik ragam jumlah anakan populasi EFH pada 6 MSA terhadap
pemberian nitrogen ..........................................................................................46 15. Data jumlah malai populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 47 16. Sidik ragam jumlah malai populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 47 17. Data jumlah malai populasi EFH pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 48 18. Sidik ragam jumlah malai populasi EFH pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 48 19. Data jumlah biji populasi ETS terhadap pemberian nitrogen............................49 20. Sidik ragam jumlah biji populasi ETS terhadap pemberian nitrogen ................49 21. Data jumlah biji populasi EFH terhadap pemberian nitrogen ...........................50 22. Sidik ragam jumlah biji populasi EFH terhadap pemberian nitrogen................50
Universitas Sumatera Utara


23. Data bobot kering populasi ETS pada 10 MSA terhadap pemberian nitrogen............................................................................................................ 51
24. Sidik ragam bobot kering populasi ETS pada 10 MSA terhadap pemberian nitrogen............................................................................................................ 51
25. Data bobot kering populasi EFH pada 10 MSA terhadap pemberian nitrogen............................................................................................................ 52
26. Sidik ragam bobot kering populasi EFH pada 10 MSA terhadap pemberian nitrogen ..........................................................................................52
27. Data jumlah gulma bertahan hidup populasi ETS 3 MSA pada aplikasi parakuat (%) ....................................................................................................53
28. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup populasi ETS 3 MSA pada aplikasi parakuat ..............................................................................................53
29. Data jumlah gulma bertahan hidup populasi EFH 3 MSA pada aplikasi parakuat (%) ....................................................................................................54
30. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup populasi EFH 3 MSA pada aplikasi parakuat ..............................................................................................54
31. Data bobot kering populasi ETS 3 MSA pada aplikasi parakuat (g)..................55 32. Sidik ragam bobot kering populasi ETS 3 MSA pada aplikasi parakuat (g) ......55 33. Data bobot kering populasi EFH 3 MSA pada aplikasi parakuat (g)..................56 34. Sidik ragam bobot kering populasi EFH 3 MSA pada aplikasi parakuat (g) ......57 35. Dokumentasi Penelitian....................................................................................58
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
CHRISTIAN TAMPUBOLON : Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten- dan Sensitif-Parakuat, dibimbing oleh Edison Purba dan T. Chairun Nisa, B
Eleusine indica merupakan salah satu gulma yang cukup berpengaruh negatif yang biasa ditemukan di lahan pertanian dan tempat- tempat umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam, nitrogen, dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan Eleuisine indica biotip resisten(ETS) dan biotip sensitif- parakuat (EFH). Penelitian ini terdiri dari 3 unit yaitu ; pertama, perbandingan kemampuan tumbuh yang berbeda E. indica biotip resisten dan biotip sensitif- parakuat yang tumbuh pada 5 kedalaman tanam yaitu 0, 2.5, 5, 7.5 , dan 10 cm. Kedua, perbandingan respon pertumbuhan E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat terhadap pupuk nitrogen dengan 3 taraf yaitu 0, 200, dan 400 kg/ ha. Ketiga, pengaruh aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat dengan 7 taraf yaitu 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g b.a/ha. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dan setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukan kedalaman tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah kecambah yang tumbuh. Jumlah kecambah yang tumbuh tertinggi terdapat pada kedalaman 0 cm pada populasi ETS dan EFH dan kemampuan tumbuh kecambah pada ETS lebih tinggi dibanding EFH. Pemberian nitrogen juga berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan bobot kering dan berpengaruh tidak nyata pada jumlah malai dan jumlah biji. Dosis pupuk nitrogen paling bepengaruh yaitu pada dosis 400 kg/ha. Sedangkan aplikasi parakuat berpengaruh nyata terhadap jumlah gulma bertahan hidup dan bobot kering pada populasi sensitif-parakuat tetapi berpengauh tidak nyata terhadap bobot kering pada populasi resisten-parakuat. Dosis parakuat mematikan tertinggi yaitu pada dosis 1600 g b.a/ ha
Kata kunci : Eleusine indica, resisten dan sensitif- parakuat, kedalaman tanam, nitrogen, parakuat
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
CHRISTIAN TAMPUBOLON: Effect of burial depth, nitrogen, and paraquat on the growth of Eleusine Indica resistant- paraquat and susceptible- , supervised by Edison Purba danT. Chairun Nisa, B

Eleusine indica is one among the weeds that has significantly negative effects on agricuture which is commonly found in agriculture fields and public areas. This research aims to determine the effect of burial depth of seeds, nitrogen, and paraquat to the growth of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat. This research was carried out in 3 experiment units were; the comparison of seedling number of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat which emerge at 5 burial depths namely 0, 2.5, 5, 7.5 , and 10 cm, the growth response of E. indica resistant-paraquat and susceptibleparaquat to nitrogen at 3 doses namely 0, 200, dan 400 kg ha-1, and the effect of paraquat on the growth of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat at 7 doses namely 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g a.i. ha-1. Non factorial randomised block design (RBD) with three replication was used for each unit of experiment.
The results showed that the burial depth significantly reduced number of seedlings that emerged. The seedling number was highly on 0 cm and the seedling ability in ETS was higher than EFH. Nitrogen significantly increase number of tillers and weed’s dry weight but showed nonsignificantly effect on the number of panicles and seeds. The best dose of nitrogen that showed significantly effect was 400 kg ha-1. Paraquat significantly reduced the number of weeds that survive and weed’s dry weight for susceptible- paraquat population but it was nonsignificant for weed’s dry weight for resistant- paraquat population. The dose of paraquat that kill the weeds was 1600 g a.i. ha-1. Keywords: Eleusine indica, resistant-paraquat and susceptible-paraquat, burial
depth, nitrogen, paraquat
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh pada lahan budidaya, atau tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan kehadirannya sehingga merugikan tanaman lain yang ada di sekitarnya. Gulma memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu menurunkan produktifitas tanaman budidaya dan pendapatan petani (Sukman dan Yakup, 1995).
Eleuisine indica disebut juga dengan gulma perak merupakan salah satu gulma berumput tahunan yang sangat banyak ditemukan dan menimbulkan masalah. Gulma ini banyak dijumpai di berbagai tempat karena dapat tumbuh di tanah yang kering dan keras.Selain dijumpai di daerah pertanaman, gulma ini banyak dijumpai di daerah jalan lalu lintas, perumahan, dan lapangan golf. Gulma ini tergolong gulma yang pertumbuhannya cepat sehingga dibutuhkan pengontrolan secara penuh (Breden and James, 2009).
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kehadiran gulma. Pengendalian gulma yang umum dilakukan yaitu pengendalian secara kimiawi dengan memanfaatkan herbisida sebagai pembasmi. Meskipun pengendalian dengan cara ini banyak menguntungkan petani (Purba, 2009), namun jika cara ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan meningkatkan resistensi gulma, bahkan mengganggu kesehatan manusia. Apalagi para petani banyak yang menggunakan dosis herbisida melebihi kebutuhan (Sukman dan Yakup, 1995).
Universitas Sumatera Utara

Saat ini, telah dilaporkan 432 kasus resistensi gulma terhadap herbisidayang terjadi di 65 negara dan 235 spesies gulma (138 dikotil and 97 monokotil). Gulma juga dilaporkan telah resisten terhadap 155 jenis herbisida yang berbeda (Weedscience.com, 2014).
Perkembangan gulma ditinjau dari segi mekanisme perkembangannya diperhatikan jauh lebih efisien dari tanaman budidaya. Gulma berkembang biak secara generatif (biji) maupun secara vegetatif. Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak bahkan dapat menghasilkan 40.000 biji dalam semusim (Sukman dan Yakub, 1995).
Menurut Chuah et al (2004), biji gulma dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds Jumlah biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan juta biji. Karena benih gulma dapat terakumulasi dalam tanah, maka kepadatannya terus meningkat. Dengan pengolahan tanah secara konvensional, perkecambahan benih gulma yang terbenam tertunda, sampai terangkat ke permukaan karena pengolahan tanah (Fadhly dan Fahdiana, 2009). Perbedaan posisi biji di dalam tanah menjadi masalah karena mengakibatkan perbedaan kemunculan gulma (Jalali, 2012).
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling banyak diperebutkan antara pertanaman dan gulma. Oleh karena itu unsur ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung ( Sukman dan Yakub, 1995).
Di Sumatera Utara, parakuat telah dikenal sebagai herbisida kontak purna tumbuh yang telah diizinkan untuk diaplikasikan pada lahan jagung dengan sistem
Universitas Sumatera Utara

tanpa olah tanah (TOT) dan digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun sempit seperti Digitaria cyliaris, Eleusine indica, Cyperus rotundus. Dapat juga digunakan pada kacang panjang , kedelai , ketimun, dan beberapa tanaman perkebunan seperti kelapa sawit (Kementrian Pertanian, 2012).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Balai Benih Induk (BBI) Tanjung Selamat, untuk pengendalian gulma di lahan jagung, biasanya digunakan Gramoxone dengan bahan aktif parakuat.Penggunaan parakuat selama 11 tahun tanpa diadakan pergantian produk menyebabkan beberapa gulma menjadi resisten sehingga pemakaian herbisida tersebut menjadi tidak efektif. Salah satu gulma yang resisten yang dijumpai adalah Eleuisine indica. Sehingga ada biotip Eleuisine indica yang resisten terhadap parakuat dan ada yang masih sensitif tergantung kepada lokasi tumbuhnya. Permasalahan respon dari Eleuisine indica resiten- dan sensitif- parakuat terhadap keberadaan unsur N di dalam tanah, serta pengaruh posisi kedalaman biji di bawah permukaan tanah terhadap pertumbuhan gulma tesebut masih belum ada diteliti. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam, pemberian nitrogen, dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan gulma Eleuisine indica resisten- dan sensitif- parakuat.
Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian Diduga kedalaman tanam biji berpengaruh terhadap kemampuan
perkecambahan, pemberian nitrogen pada tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan dan jumlah biji, dan aplikasi parakuat berbeda pengaruhnya terhadap E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Eleusine indica L. Gaertn
Eleuisine indica L Gaertn merupakan gulma berumpun yang memiliki sistem perakaran yang berserat. Daun berwarna hijau dan seperti perak pada bagian dasar. Daun memanjang dan memiliki helaian daun yang berlipat. Pada permukaan daun hampir tidak dijumpai bulu- bulu halus. Gulma ini memiliki malai yang tampak seperti bergerigi. Biji- biji tersusun seperti tandan pada tangkai bunga.Pada Setiap malai terdapat 3-7 tandan pada ujung batang dan pada setiap malai tersebut terdapat lebih dari 50.000 biji (Breden and James, 2009).
Dalam dunia tumbuhan Eleuisine indica termasuk ke dalam famili Poaceae, genus Eleusine. Deskripsinya yaitu merupakan rumput semusim berdaun pita, membentuk rumpun yang rapat agak melebar dan rendah. Perakarannya tidak dalam tetapi lebat dan kuat menjangkar tanah sehingga sukar untuk mencabutnya. Berkembang biak terutama dengan biji, bijinya banyak dan kecil serta mudah terbawa. Eleuisine indica berbunga sepanjang tahun dan tiap tanamannya dapat menghasilkan hingga 140.000 biji tiap musimnya (Lee and Ngim, 2000).
Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau tidak terlalu kering dan terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0 – 1600 meter diatas permukaan laut. Pembabatan sukar untuk memberantasnya karena bukubuku batang terutama bagian bawah potensial menumbuhkan tunas baru. Aplikasi herbisida baik kontak maupun sistemik umumnya lebih efektif untuk mengendalikannya (Breden and James, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Letak Kedalaman Biji dari Permukaan Tanah Tanah mengandung biji- biji gulma yang setiap saat dapat berkecambah
yang dihasilkan dari tahun- tahun sebelumnya. Biji- biji yang dalam kondisi yang menguntungkan akan dapat berkecambah dan tumbuh menimbulkan gangguan serta berkompetisi dengan tanaman pangan yang disebut sebagai simpanan biji. Biji- biji yang berada pada lapisan olah tanah masih digolongkan simpanan biji, karena pada suatu saat biji ini dapat terangkat ke permukaan tanah akibat adanya pengolahan tanah . Pada umumnya biji yang berada pada lapisan olah (sampai kedalaman 25 cm) yang perlu mendapat perhatian khussus karena biji-biji inilah yang memegang peranan penting baik dari segi jenis maupun jumlah yang akan menimbulkan gangguan nantinya (Gulshan and Altaf, 2012).
Umur biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi dan pada umumnya lebih panjang dibanding dengan biji tanaman yang dibudidayakan.Informasi mengenai biji di dalam tanah dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu pengamatan perkecambahan pada biji yang dibenamkan ke dalam tanah dengan waktu pembenaman yang cukup lama dan koleksi biji dari tanah yang tidak pernah mengalami gangguan (Sastroutomo, 1993).
Biji gulma merupakan penyambung hidup antara induk dan keturunannya.Dan meupakan alat penyebaran yang utama. Biji sering kali harus bertahan melawan kondisi lingkungan yang ekstrim selama menunggu kondisi yang menguntungkan untuk berkecambah dan pertumbuhannya. Lingkungan yang memungkinkan terjadinya perkecambahan dan kedalaman letak biji gulma yang mampu untuk berkecambah dapat memberikan petunjuk untuk merencanakan pola tanam yang tepat, guna menekan populasi gulma yang tidak diinginkan, serta
Universitas Sumatera Utara


mengetahui letak kedalaman herbisida pra tumbuh yang tepat untuk mengendalikan gulma tersebut (Sukman dan Yakub, 1995).
Biji gulma tersebar secara horizontal dan secara vertical di dalam profil tanah.Posisi biji secara horizontal di dalam tanah umumnya mengikuti arah barisan tanaman sedangkan distribusi secara vertikal dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Jika tanah dibajak biasanya biji tersebar pada kedalaman 4-6 inchi dibawah permukaan tanah (Menalled, 2008).
Kedalaman pembenaman dari biji- biji gulma juga berpengaruh pada laju perkecambahannya. Kedalalaman pembenaman memberikan jumlah perkecambahan yang berbeda. Pemunculan kecambah berkurang sekitar 75 % bila pembenaman biji gulma hanya 0,5 cm. Sehingga biji gulma akan berkecambah baik bila berada diatas permukaan tanah, mungkin hal ini karena pengaruh cahaya. Bila terkena cahaya langsung biji gulma akan berkecambah dua kali lipat. (Moenandir, 1993). Pemupukan Nitrogen
Dalam suatu percobaan persaingan jagung dengan gulma Amaranthus menunjukkan bahwa pupuk memacu pertumbuhan gulma dan terjadi peningkatan pada kehilangan hasil jagung. Amaranthus menekan jagung dengan perincian bahwa pada tanaman jagung kadar N (100%) dan bila ada Amaranthus menjadi hanya 58%, yang berarti terjadi penekanan sebesar 42%. Demikian pula sebaliknya, maka selama tanaman budidaya tumbuh bersama gulma , akan terjadi interaksi dan N dibutuhkan oleh keduanya karena unsurnya diperebutkan (Moenandir, 1993).
Universitas Sumatera Utara

Pemberian pupuk anorganik selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi, juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sekitarnya. Usaha mengatasi masalah gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, meliputi pengendalian secara fisik dengan cara manual dan mekanis, pengendalian secara kimia dengan herbisida, pengendalian secara kultur teknis dengan menanam varietas unggul, mengatur waktu pemupukan dan takaran pupuk, rotasi tanaman, dan jarak tanam (Soerdjandono dan Noerizal, 2004).
Dengan penambahan Nitrogen sampai 90 kg/ ha akan meningkatkan kepadatan batang, biomassa dan jumlah anakan per satuan luasan, dan ditunjukkan pula bahwa dengan peningkatan kepadatan pada kesuburan tersebut akan terbentuk secara luas dan dalam keadaan kurang air gulma ini akan tetap menghijau (Moenandir, 1993).
Pupuk nitrogen telah banyak diketahui peranannya dalam meningkatkan perkecambahan tunas rhizoma pada beberapa jenis gulma menahun seperti pada Agropyron repens, Imperata cylindrica, dan Cyperus rotundus. Kandungan nitrogen pada rizoma erat kaitannya dengan kandungan nitrogen di dalam tanah dan rizoma yang mempunyai kandungan nitogen lebih banyak menghasilkan tunas daripada yang kandungan nitrogennya rendah (Sastroutomo, 1993).
Pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain peningkatan ukuran sel, menyebabkan batang dan daun menjadi lebih sekulen dan kurang keras. Salah satu faktor penting peranan nitrogen adalah pengaruhnya terhadap penggunaan nitrogen di dalam tanah. Selain untuk pertumbuhan tanaman harus cukup mengandung nitrogen untuk membangun sel- sel baru (Damanik, dkk.,2011).
Universitas Sumatera Utara

Kejadian Resistensi Resistensi herbisida dilaporkan pertama kali melawan terhadap 2,4-D
(kelompok Fenoksi) pada tahun 1957 di Hawaii. Pada tahun 1968, laporan resistensi herbisida ditetapkan pertama kali pada alang-alang (Senecio vulgaris) yang melawan terhadap herbisida triazin yang telah didokumentasikan. Resistensi dilaporkan pertama kali terhadap 2,4 – D pada tahun 1945, dalapon pada tahun 1953, atrazine pada tahun 1958, picloram pada tahun 1963, trifluralin pada tahun 1963, diclofop pada tahun 1977, trialate pada tahun 1962, chlorsulfuron pada tahun 1982, dan glifosat pada tahun 2003 (Chaudhry, 2008).
Eleuisine indica yang resisten terhadap glifosat baru-baru ini ditemukan di pertanaman kapas USA Mississippi pada tahun 2010. Sebelum penemuan ini, telah ada dua kasus resistensi untuk biotip ini di dua daerah lainnya yaitu di perkebunan buah-buahan di Malaka dan di Teluk Intan, Perak, Malaysia pada tahun 1997 dimana diketahui bahwa Eleuisine indica pada wilayah ini telah mengalami resisten berganda (multiple resistance) serta di perkebunan kopi di Colombia, Caldas pada tahun 2006. Sedangkan Eleuisine indica yang resisten parakuat ditemukan di kebun sayuran di Malaysia, Penang pada tahun 1990. Wilayah tempat penemuannya meliputi Pahang, Trengganu, Perak, Johor, Kedah, Selandar, dan Penang.Selain itu juga ditemukan di USA, Florida pada pertanaman tomat pada tahun 1996 (Heap, 2012).
Para ahli biologi mengungkapkan bahwa tidak mungkin suatu gulma berubah menjadi resisten tanpa perubahan dari populasinya. Populasi gulma memiliki kelebihan masing-masing, meskipun ada kemiripan bentuk antar gulma akan tetapi ada perbedaan pada level genetis. Terkadang, ada beberapa variasi
Universitas Sumatera Utara

genetik yang peka terhadap herbisida sehingga penanggulangan tidak perlu berulang (hanya 1:1.000.000). Evolusi resistensi terus berlanjut seiring dengan pemakaian satu jenis herbisida yang menyebabkan biotip populasi alami yang rentan menurun drastis dan biotip resisten perlahan meningkat. Akan tetapi, kita tidak akan mengetahui perbedaan gulma yang rentan dan resisten (Santhakumar, 2002).
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktifatau sama cara kerja) secara berulang- ulang dalam periode yang lama padasuatu areal adalah timbulnya kemungkinan masalah yang timbul pada arealtersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten herbisida. Pada suatu populasi gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenisherbisida dengan hasil memuaskan, ada kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan regenerasi, sejumlah individu yang juga tahan terhadap herbisida yang sama pada aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang- ulang, setiap pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu- individu yang sensitif dan meninggalkan individu- individu yang resisten. Jumlah individuindividu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian ( Purba, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Parakuat Nama umum Nama kimia Rumus bangun

: Parakuat : 1,1´ - Dimethyl - 4,4´ - bipyridinium dichloride :

Parakuat diketahui sebagai herbisida yang sangat beracun yang telah dipasarkan selama lebih dari 60 tahun. Merupakan salah satu herbisida yang digunakan oleh lebih dari 100 negara pada lebih dari 100 jenis tanaman. Gramoxone, yang diproduksi oleh Syngenta merupakan merek dagang yang umum untuk parakuat, tetapi diberi label nama yang berbeda oleh berbagai perusahaan. Saat ini China merupakan produsen parakuat terbesar di dunia yang dapat memproduksi lebih dari 100.000 ton per tahun (Watts, 2011).
Parakuat beraksi sangat cepat, non-selektif, herbisida kontak yang diabsorpsi oleh daun. Parakuat merusak jaringan tumbuhan dengan menghambat proses fotosintesis dan pecahnya membran sel, yang menyebabkan keluarnya air yang menyebabkan keringnya daun dengan sangat cepat. Parakuat juga dapat ditranslokasikan oleh tanaman yang memungkinkan meningkatnya residu (Watts, 2011).
Herbisida pascatumbuh yang cukup luas penggunaannya untuk mengendalikan gulma adalah parakuat (1,1-dimethyl 4,4-bypiridilium) yang
Universitas Sumatera Utara

merupaka herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke dalam daun atau bagian hijau lain, bila terkena sinar matahari, molekul herbisida ini akan bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ tanaman sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar.Parakuat merupakan herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuhan dengan tanah. Residu parakuat tidak tertimbun dalam tanah, dan tidak diserap oleh akar tanaman (Tjitrosoedirdjo ,dkk., 1984).
Herbisida yang cukup aman dipakai adalah herbisida yang mengganggu proses fotosintesis, salah satunya parakuat. Kloroplast yang telah menerima sinar memakai tenaga sinar itu untuk melancarkan 2 rangkai transport elektron. Salah satu proses ini dapat dihambat oleh parakuat, yaitu dengan cara membelokkan rantai transport elektron pada PS1 (disaat terjadinya beberapa reaksi yang berakhir dengan reduksi NADP menjadi NADPH) sehingga terjadi reaksi ½ O2 + H2O + e H2O2. Senyawa H2O2 merupakan senyawa yang merusak membran sel (plasmalemma) yang mengakibatkan sel menjadi kering ( Riadi, 2011).
Gulma Resiten-Parakuat Resistensi terhadap herbisida adalah kemampuan tumbuhan secara genetik
untuk bertahan hidup dan berproduksi walaupun telah diberi herbisida dengan dosis yang biasanya mampu mematikan gulma tersebut. Kemampuan bertahan ini merupakan proses evolusi yang membuat tanaman tahan terhadap herbisida yang digunakan secara terus menurus dalam pengendalian gulma tersebut (Ashig and Tracy, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Parakuat, sebuah herbisida yang efektif dengan spectrum luas, dapat menghancurkan semua jaringan tanaman hijau secara kontak. Herbisida yang dengan mengganggu aktivitas system transfer electron intraselular tanaman, sehingga menghambat reduksi dari NADP ke NADPH selama fotosintesis, yang kemudian mengarah pada pembentukan superoksida anion, single oksigen, sertara dikalhidroksil dan peroxyl. Spesies yang reaktif oksigen (ROS) ini berinteraksi dengan membran lemak tak jenuh, menghancurkan organel tanaman dan dapat menyebabkan kematian sel (Quassinti, et.al, 2008).
Pada penggunaan bipyridinium, herbisida parakuat telah lama diketahui sebagai efek beracun bagi tanaman pada saat mengkatalis transfer elektron dari fotosistem I pada membran kloroplas sampai molekul oksigen menghasilkan O2 radikal yang menyebabkan oksidasi lemak dan membran rusak. Pertama kali gulma resisten parakuat dilaporkan pada tahun 1981 yang terjadi pada gulma Conyza bonariensis yang populasi pertumbuhannya terdapat di Mesir. Kurang lebih ada 11 spesies gulma yang telah dilaporkan resisten terhadap parakuat (Hart and Ditomaso, 1994).
Resistensi terhadap parakuat bias disebabkan oleh peningkatan kemampuan untuk mendetoksifikasi bentuk oksigen beracun yang dihasilkan oleh transfer electron dari radikal parakuat. Tanaman memiliki sejumlah enzim pelindung yang mampu mendetoksifikasi bentuk oksigen beracun dan sel-sel sehingga melindungi dari kerusakan oksidatif (Holt, 1993).
Resistensi terhadap herbisida parakuat tercatat telah terdapat pada 18 tanaman dikotil dan 7 tanaman monokotil dari berbagai spesies yang tersebar di dunia. Resisten parakuat ummnya terjadi karena pemakaian 5-10 herbisida setiap
Universitas Sumatera Utara

tahunnya pada luas lahan 5-7 yard. Biotip resisten parakuat dapat bertahan dari 5250 kali dosis yang lebih tinggi dari pada biotip yang rentan (Smisek,et al., 1998).
Gulma-gulma yang resisten terhadap Parakuat, yaitu Amaranthus lividus, Arctotheca calendula, Bidens pilosa, Conyza bonariensis, Conyza canadensis, Conyza sumatrensis, Crassocephalum crepidiodes, Cuphea carthagenenis, Eleusine indica, Epilobium adenocaulon, Erigeron philadelphicus, Hordeum glaucum, Hordeum leporinum, Ischaemum rugosum, Landoltia punctata, Lepidium virginicum, Lolium rigidum, Mitracarpus hirtus, Monochoria korsakowii, Poa annua, Solanum americanum, Solanum nigrum, Solanum ptycanthum, Vulpia bromoides, Youngia japonica (Heap, 2012).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada ketinggian + 25 m diatas permukaan laut . Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai dengan Maret 2014 Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji gulma Eluisine indica yang diambil dari 2 tempat yang berbeda yaitu biji E. indica biotip resisten-parakuat berasal dari areal pertanaman Balai Benih Induk (BBI) Tanjung Selamat, disebut sebagai biotip resisten (ETS), biji populasi kedua adalah biji E. indica sensitif-paraquat dari kompleks Fakultas Hukum USU dimana parakuat dan herbisida lain tidak pernah digunakan untuk pengendaliannya yang digunakan sebagai populasi pembanding dan disebut sebagai populasi sensitif herbisida (EFH).
Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, herbisida yang digunakan adalah parakuat (Gramoxone 276 SL). Bahan lain seperti pot sebagai tempat media tanam , boks sebagai tempat mengecambahkan biji, top soil, pasir, kompos sebagai media tanam, air sebagai pencampur herbisida..
Adapun alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, label nama, timbangan, knapsacksprayer ,gelas ukur, ember, amplop dan alat pendukung lainnya.
Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian Adapun penelitian ini terdiri dari 3 unit yaitu
1. Perbandingan jumlah biji Elusine indica resisten dan sensitif- paraquat tumbuh (emerge) pada berbagai kedalaman tanam. Pengamatan ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial
dengan 5 perlakuan, yaitu kedalaman tanam biji 0, 2.5, 5, 7.5 , dan 10 cm dibawah permukaan tanah. Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Biji ditanam pada pot berdiameter 21 cm dengan media tanam top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Pada setiap pot diisi media tanam tersebut sampai sebatas 3 cm dari bibir pot. Pada setiap pot ditaburkan biji masing- masing biotip E. indica sebanyak 100 biji secara merata. Biji yang ditaburkan adalah biji hasil seleksi secara visual. Penaburan biji disesuaikan dengan perlakuan kedalaman tanam masing- masing. Diatas biji yang sudah ditaburkan ditutup lagi dengan media tanam yang sama hingga mencapai 3 cm sebelum bibir pot.
Pengamatan dilakukan setiap hari sampai tidak ada lagi kecambah yang muncul diatas permukaan tanah. Parameter yang diamati adalah jumlah kecambah yang tumbuh ke permukaan tanah. Gulma yang sudah diamati dan dicatat langsung dicabut demikian seterusnya setiap hari.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut;
Yij = µ + ρi + αj + εij Dimana; Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke- j
µ = Nilai tengah ρi = Pengaruh perlakuan kedalaman tanam ke-i
Universitas Sumatera Utara

αj = Pengaruh ulangan ke- j εij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan terkecil Duncan (DMRT) taraf 5%. 2. Perbandingan Respon Pertumbuhan biji E. indica resisten- dan sensitifparakuat terhadap pupuk nitrogen Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan perlakuan pemberian pupuk nitrogen pada 3 taraf yaitu 0, 200, dan 400 kg/ ha. Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Kedua biotip E. indica yang berasal dari dua lokasi pengambilan biji berbeda disemaikan dengan cara disebar merata di boks perkecambahan berukuran 30 cm × 22 cm yang telah diisi tanah dan ditutup dengan lapisan tanah tipis. Kemudian disiapkan media tanam pada pot. Pada umur 2 minggu setelah disemaikan, tanaman dipindahtanam ke dalam pot percobaan yang berisi media tanam topsoil, pasir, dan kompos (2 : 1 : 1) sebanyak 8 bibit per pot, tanaman tersebut dipelihara dan ditempatkan di tempat terbuka. Pupuk nitrogen (urea) diaplikasikan sesuai dengan perlakuan pot masing- masing. Pemberian pupuk urea dilakukan 2 minggu setelah tanaman dipindahtanamkan ke pot. Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut Jumlah anakan Jumlah anakan pada biotip resisten- dan sensitif-paraquat pada setiap dosis N dihitung untuk masing-masingrumpun pada 8 MST
Universitas Sumatera Utara

Jumlah Malai per Rumpun Pengamatan jumlah malai per rumpun dilakukan pada 12 MST.
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah malai per rumpun. Jumlah Biji
Pengamatan jumlah biji dilakukan pada 12 MST.Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah biji per rumpun.Penghitungan biji dilakukan menghitung biji pada 2 sampel malai pada setiap pot lalu dikalikan dengan jumlai malai keseluruhan pada setiap plot. Bobot Kering
Pada 12 MST gulma dipotong tepat pada leher akar (permukaan tanah) dari masing-masing pot .E. indica dari masing- masing pot dimasukkan ke dalam satu amplop dan diberi label, kemudian diovenkan pada temperatur 70ºC selama 72 jam. Setelah bobot keringnya konstan, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut
Yijk = µ + ρi + αj + εij dimana: Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke- j
µ = Nilai tengah ρi = Pengaruh perlakuan ke-i αj = Pengaruh ulangan ke- j εij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan terkecil Duncan (DMRT) taraf 5%.
Universitas Sumatera Utara

3. Pengaruh Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan E. indica resisten- dan sensitif- parakuat.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan perlakuan aplikasi parakuat pada 7 taraf yaitu 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g b.a/ha. Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Kedua biotip E. indica yang berasal dari dua lokasi pengambilan biji berbeda disemaikan dengan cara disebar merata di boks perkecambahan berukuran 30 cm × 22 cm yang telah diisi tanah dan ditutup dengan lapisan tanah tipis. Kemudian disiapkan media tanam pada pot. Pada umur 2 minggu setelah disemaikan, tanaman dipindahtanam ke dalam pot percobaan yang berisi media tanam topsoil, pasir, dan kompos (2 : 1 : 1) sebanyak 8 bibit p