Pengaruh Kedan Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten- dan Sensitif-Parakuat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh pada lahan budidaya,
atau tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan kehadirannya
sehingga merugikan tanaman lain yang ada di sekitarnya. Gulma memiliki
dampak

negatif

menurunkan

terhadap

produktifitas

pertumbuhan
tanaman

dan

produksi


budidaya

dan

tanaman,

pendapatan

yaitu
petani

(Sukman dan Yakup, 1995).
Eleuisine indica disebut juga dengan gulma perak merupakan salah satu
gulma berumput tahunan yang sangat banyak ditemukan dan menimbulkan
masalah. Gulma ini banyak dijumpai di berbagai tempat karena dapat tumbuh di
tanah yang kering dan keras.Selain dijumpai di daerah pertanaman, gulma ini
banyak dijumpai di daerah jalan lalu lintas, perumahan, dan lapangan golf. Gulma
ini tergolong gulma yang pertumbuhannya cepat


sehingga dibutuhkan

pengontrolan secara penuh (Breden and James, 2009).
Berbagai upaya dilakukan
Pengendalian
kimiawi

gulma

dengan

yang

untuk

mengatasi

umum dilakukan

memanfaatkan


herbisida

yaitu

kehadiran

gulma.

pengendalian

secara

sebagai pembasmi. Meskipun

pengendalian dengan cara ini banyak menguntungkan petani (Purba, 2009),
namun jika cara ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan

dan


meningkatkan

resistensi

gulma,

bahkan

mengganggu

kesehatan manusia. Apalagi para petani banyak yang menggunakan dosis
herbisida melebihi kebutuhan (Sukman dan Yakup, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Saat ini, telah dilaporkan

432 kasus resistensi gulma terhadap


herbisidayang terjadi di 65 negara dan 235 spesies gulma (138 dikotil and 97
monokotil). Gulma juga dilaporkan telah resisten terhadap 155 jenis herbisida
yang berbeda (Weedscience.com, 2014).
Perkembangan gulma ditinjau dari segi mekanisme perkembangannya
diperhatikan jauh lebih efisien dari tanaman budidaya. Gulma berkembang biak
secara generatif (biji) maupun secara vegetatif. Secara umum gulma semusim
berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak bahkan dapat
menghasilkan 40.000 biji dalam semusim (Sukman dan Yakub, 1995).
Menurut Chuah et al (2004), biji gulma

dapat bertahan dalam tanah

selama bertahun-tahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds Jumlah
biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan juta biji. Karena benih
gulma dapat terakumulasi dalam tanah, maka kepadatannya terus meningkat.
Dengan pengolahan tanah secara konvensional, perkecambahan benih gulma yang
terbenam tertunda, sampai terangkat ke permukaan karena pengolahan tanah
(Fadhly dan Fahdiana, 2009). Perbedaan posisi biji di dalam tanah menjadi
masalah karena mengakibatkan perbedaan kemunculan gulma (Jalali, 2012).
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling banyak diperebutkan

antara pertanaman dan gulma. Oleh karena itu unsur ini lebih cepat habis terpakai.
Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot
kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak
daripada jagung ( Sukman dan Yakub, 1995).
Di Sumatera Utara, parakuat telah dikenal sebagai herbisida kontak purna
tumbuh yang telah diizinkan untuk diaplikasikan pada lahan jagung dengan sistem

Universitas Sumatera Utara

tanpa olah tanah (TOT) dan digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun
sempit seperti Digitaria cyliaris, Eleusine indica, Cyperus rotundus. Dapat juga
digunakan pada kacang panjang , kedelai , ketimun, dan beberapa tanaman
perkebunan seperti kelapa sawit (Kementrian Pertanian, 2012).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Balai Benih Induk (BBI)
Tanjung Selamat, untuk pengendalian gulma di lahan jagung, biasanya digunakan
Gramoxone dengan bahan aktif parakuat.Penggunaan parakuat selama 11 tahun
tanpa diadakan pergantian produk menyebabkan beberapa gulma menjadi resisten
sehingga pemakaian herbisida tersebut menjadi tidak efektif. Salah satu gulma
yang resisten yang dijumpai adalah Eleuisine indica. Sehingga ada biotip
Eleuisine indica yang resisten terhadap parakuat dan ada yang masih sensitif

tergantung kepada lokasi tumbuhnya. Permasalahan respon dari Eleuisine indica
resiten- dan sensitif- parakuat terhadap keberadaan unsur N di dalam tanah, serta
pengaruh posisi kedalaman biji di bawah permukaan tanah terhadap pertumbuhan
gulma tesebut masih belum ada diteliti. Dengan demikian, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hal tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh kedalaman
tanam, pemberian nitrogen, dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan gulma
Eleuisine indica resisten- dan sensitif- parakuat.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
Diduga kedalaman

tanam biji berpengaruh terhadap kemampuan

perkecambahan, pemberian nitrogen pada tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan jumlah biji, dan aplikasi parakuat berbeda pengaruhnya
terhadap E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat
berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Universitas Sumatera Utara