Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resisten- dan Sensitif-Parakuat

PENGARUH KEDALAMAN TANAM, NITROGEN DAN APLIKASI PARAKUAT
TERHADAP PERTUMBUHAN Eleusine indica L. Gaertn
RESISTEN- DAN SENSITIF-PARAKUAT

SKRIPSI

OLEH:
CHRISTIAN TAMPUBOLON
090301110/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KEDALAMAN TANAM, NITROGEN DAN APLIKASI PARAKUAT
TERHADAP PERTUMBUHAN Eleusine indica L. Gaertn
RESISTEN- DAN SENSITIF-PARAKUAT


SKRIPSI

OLEH:
CHRISTIAN TAMPUBOLON
090301110/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen Dan Aplikasi Parakuat
terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Resistendan Sensitif-Parakuat
Nama

: Christian Tampubolon


NIM

: 090301110

Program Studi

: Agroekoteknologi

Minat

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D
Ketua

Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B., M.Sc

Anggota

Mengetahui
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
CHRISTIAN TAMPUBOLON : Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen
dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn
Resisten- dan Sensitif-Parakuat, dibimbing oleh Edison Purba dan
T. Chairun Nisa, B
Eleusine indica merupakan salah satu gulma yang cukup berpengaruh
negatif yang biasa ditemukan di lahan pertanian dan tempat- tempat umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam, nitrogen,
dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan Eleuisine indica biotip resisten(ETS) dan biotip sensitif- parakuat (EFH). Penelitian ini terdiri dari 3 unit yaitu ;
pertama, perbandingan kemampuan tumbuh yang berbeda E. indica biotip resisten
dan biotip sensitif- parakuat yang tumbuh pada 5 kedalaman tanam yaitu 0, 2.5, 5,
7.5 , dan 10 cm. Kedua, perbandingan respon pertumbuhan E. indica biotip

resisten- dan biotip sensitif- parakuat terhadap pupuk nitrogen dengan 3 taraf yaitu
0, 200, dan 400 kg/ ha. Ketiga, pengaruh aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan
E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat dengan 7 taraf yaitu 0, 50,
100, 200, 400, 800, 1600 g b.a/ha. Perlakuan disusun dalam rancangan acak
kelompok (RAK) dan setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukan kedalaman tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah kecambah yang tumbuh. Jumlah kecambah yang tumbuh
tertinggi terdapat pada kedalaman 0 cm pada populasi ETS dan EFH dan
kemampuan tumbuh kecambah pada ETS lebih tinggi dibanding EFH. Pemberian
nitrogen juga berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan bobot kering dan
berpengaruh tidak nyata pada jumlah malai dan jumlah biji. Dosis pupuk nitrogen
paling bepengaruh yaitu pada dosis 400 kg/ha. Sedangkan aplikasi parakuat
berpengaruh nyata terhadap jumlah gulma bertahan hidup dan bobot kering pada
populasi sensitif-parakuat tetapi berpengauh tidak nyata terhadap bobot kering
pada populasi resisten-parakuat. Dosis parakuat mematikan tertinggi yaitu pada
dosis 1600 g b.a/ ha
Kata kunci : Eleusine indica, resisten dan sensitif- parakuat, kedalaman tanam,
nitrogen, parakuat

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
CHRISTIAN TAMPUBOLON: Effect of burial depth, nitrogen, and
paraquat on the growth of Eleusine Indica resistant- paraquat and susceptible- ,
supervised by Edison Purba danT. Chairun Nisa, B
Eleusine indica is one among the weeds that has significantly
negative effects on agricuture which is commonly found in agriculture fields and
public areas. This research aims to determine the effect of burial depth of seeds,
nitrogen, and paraquat to the growth of E. indica resistant-paraquat and
susceptible-paraquat. This research was carried out in 3 experiment units were;
the comparison of seedling number of E. indica resistant-paraquat and
susceptible-paraquat which emerge at 5 burial depths namely 0, 2.5, 5, 7.5 , and
10 cm, the growth response of E. indica resistant-paraquat and susceptibleparaquat to nitrogen at 3 doses namely 0, 200, dan 400 kg ha-1, and the effect of
paraquat on the growth of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat
at 7 doses namely 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g a.i. ha-1. Non factorial
randomised block design (RBD) with three replication was used for each unit of
experiment.
The results showed that the burial depth significantly reduced number of
seedlings that emerged. The seedling number was highly on 0 cm and the seedling
ability in ETS was higher than EFH. Nitrogen significantly increase number of

tillers and weed’s dry weight but showed nonsignificantly effect on the number of
panicles and seeds. The best dose of nitrogen that showed significantly effect was
400 kg ha-1. Paraquat significantly reduced the number of weeds that survive and
weed’s dry weight for susceptible- paraquat population but it was nonsignificant
for weed’s dry weight for resistant- paraquat population. The dose of paraquat
that kill the weeds was 1600 g a.i. ha-1.
Keywords: Eleusine indica, resistant-paraquat and susceptible-paraquat, burial
depth, nitrogen, paraquat

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Christian Tampubolon, lahir di Porsea pada tanggal 22 September
1990, putra dari Bapak S. Tampubolon dan Ibu B. br Marpaung. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan SMA tahun 2008 dari SMA
Negeri 2 Balige dan pada tahun 2009 terdaftar masuk ke Program
StudiAgroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui
jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama


perkuliahan

penulis

aktif

mengikuti

organisasi

kemahasiswaan antara lain organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi
(HIMAGROTEK) dan UKM KMK USU Unit Pelayanan Fakultas Pertanian.
penulis juga aktif menjadi asisten Laboratorium Ilmu Gulma (2013-2014) dan
Laboratorium dasar Agronomi (2013 /2014).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Amal Tani
mulai bulan Juli sampai Agustus 2012.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “ Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat
terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica

L. Gaertn

Resisten- dan Sensitif-

Parakuat “
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D dan Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B., M.Sc selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak masukan
berharga kepada penulis dan kepada Ayahanda S. Tampubolon dan Ibunda
B. br Marpaung yang tiada hentinya memberikan cinta kasihnya melalui
dukungan doa dan finansial serta kakak dan adik serta keluarga yang selalu
mendukung.
Di samping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada temanteman seperjuangan Agroekoteknologi 2009 serta abang, kakak, teman, dan adik
dari keluarga besar UKM KMK USU UP FP atas semangat, doa, motivasi, dan

rasa kekeluargaan yang telah diberikan selama perkuliahan, penelitian serta
penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Mei 2014

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................

i

ABSTRACT..................................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................


i

KATA PENGANTAR .................................................................................

i

DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

i

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

i

PENDAHULUAN

Latar Belakang .....................................................................................

1

Tujuan Penelitian ...................................................................................

3

Hipotesa Penelitian ................................................................................

4

Kegunaan Penelitian ..............................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Eleusine indica L. Gaertn ................................................

5

Kedalaman Biji dari Permukaan Tanah ..................................................

6

Pemupukan Nitrogen .............................................................................

7

Kejadian Resistensi

...........................................................................

9

Parakuat.................................................................................................

11

Gulma Resisten-Parakuat .......................................................................

12

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................

14

Bahan dan Alat ......................................................................................

14

Metode Penelitian ..................................................................................

16

Pengamatan Parameter
Jumlah Anakan ................................................................................

17

Bobot Kering ..................................................................................

18

Jumlah Malai per Rumpun ...............................................................

18

Jumlah Biji .....................................................................................

18

Jumlah Gulma yang Bertahan Hidup ..............................................

19

Bobot Kering Setelah Aplikasi ........................................................

19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .....................................................................................................

21

Jumlah Kecambah yang Tumbuh ...................................................

23

Jumlah Anakan ................................................................................

23

Bobot Kering ..................................................................................

24

Jumlah Malai per Rumpun ...............................................................

25

Jumlah Biji .....................................................................................

26

Jumlah Gulma yang Bertahan Hidup ..............................................

27

Bobot Kering Setelah Aplikasi .......................................................

28

Lethal Dose 50 (LD50) .....................................................................

29

Pembahasan ..........................................................................................

30

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................................... 35
Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Hal.

1.

Jumlah kecambah E. indica biotip ETS dan EFH yang tumbuh pada
berbagai kedalaman tanam ........................................................................ 21

2.

Jumlah anakan E. indica populasi ETS dan EFH pada pemberian
pupuk nitrogen 6 MSA............................................................................. 22

3.

Jumlah malai E. indica biotip ETS dan EFH pada pemberian pupuk
nitrogen .................................................................................................. 24

4.

Jumlah biji E. indica biotip ETS dan EFH pada pemberian pupuk
nitrogen .................................................................................................. 25

5.

Bobot kering E. indica populasi ETS dan EFH pada pemberian pupuk
nitrogen .................................................................................................. 26

6.

Jumlah E. indica biotip ETS dan EFH bertahan hidup pada aplikasi
parakuat 3 MSA........................................................................................ 28

7.

Bobot kering E. indica populasi ETS dan EFH pada aplikasi parakuat
3 MSA. ..................................................................................................... 29

8.

Nilai LD50 herbisida parakuat yang diaplikasikan pada E. indica ............... 30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal.

1.

Grafik perbandingan jumlah kecambah E. indica yang tumbuh pada
biotipi ETS dan EFH pada berbagai kedalaman tanam ............................. 22

2.

Grafik perbandingan jumlah kecambah E. indica yang tumbuh pada
biotip ETS dan EFH pada berbagai kedalaman tanam 0, 5, dan 10 cm ..... 22

3.

Grafik perbandingan jumlah anakan E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen. ............................................................... 23

4.

Grafik perbandingan jumlah malai E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen ............................................................... 24

5.

Grafik perbandingan jumlah biji E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen ................................................................ 26

6.

Grafik Perbandingan bobot kering E. indica pada biotip ETS dan EFH
pada pemberian pupuk nitrogen ................................................................ 24

7.

Grafik perbandingan E. indica yang bertahan hidup biotip ETS dan EFP
pada parakuat pada 3 MSA. ...................................................................... 27

8.

Grafik perbandingan bobot kering E. indica biotip ETS dan EFP pada
parakuat pada 3 MSA ............................................................................... 30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Hal

1.
2.
3.
4.
5.

Bagan penelitian............................................................................................... 38
Rencana kegiatan penelitian ............................................................................. 39
Lampiran perhitungan pupuk............................................................................ 40
Lampiran kalibrasi alat semprot ....................................................................... 41
Data pengamatan jumlah kecambah yang tumbuh populasi ETS pada
berbagai kedalaman tanam (%)......................................................................... 42
6. Sidik ragam jumlah kecambah yang tumbuh populasi ETS pada berbagai
kedalaman tanam ............................................................................................. 42
7. Transformasi data √y+0,5)
(
kecambah populasi EFH yang tumbuh pada
berbagai kedalaman tanam (%)......................................................................... 43
8. Sidik ragam transformasi data √y+0,5)
(
kecambah populasi EFH yang
tumbuh pada berbagai kedalaman tanam .......................................................... 43
9. Data jumlah kecambah yang tumbuh populasi EFH pada berbagai
kedalaman tanam (%) ....................................................................................... 44
10. Sidik ragam jumlah kecambah yang tumbuh populasi EFH pada berbagai
kedalaman tanam ............................................................................................ 44
11. Data jumlah anakan populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 45
12. Sidik ragam jumlah anakan populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 45
13. Data jumlah anakan populasi EFH pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 46
14. Sidik ragam jumlah anakan populasi EFH pada 6 MSA terhadap
pemberian nitrogen .......................................................................................... 46
15. Data jumlah malai populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 47
16. Sidik ragam jumlah malai populasi ETS pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 47
17. Data jumlah malai populasi EFH pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 48
18. Sidik ragam jumlah malai populasi EFH pada 6 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 48
19. Data jumlah biji populasi ETS terhadap pemberian nitrogen............................ 49
20. Sidik ragam jumlah biji populasi ETS terhadap pemberian nitrogen ................ 49
21. Data jumlah biji populasi EFH terhadap pemberian nitrogen ........................... 50
22. Sidik ragam jumlah biji populasi EFH terhadap pemberian nitrogen ................ 50

Universitas Sumatera Utara

23. Data bobot kering populasi ETS pada 10 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 51
24. Sidik ragam bobot kering populasi ETS pada 10 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 51
25. Data bobot kering populasi EFH pada 10 MSA terhadap pemberian
nitrogen............................................................................................................ 52
26. Sidik ragam bobot kering populasi EFH pada 10 MSA terhadap
pemberian nitrogen .......................................................................................... 52
27. Data jumlah gulma bertahan hidup populasi ETS 3 MSA pada aplikasi
parakuat (%) .................................................................................................... 53
28. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup populasi ETS 3 MSA pada
aplikasi parakuat .............................................................................................. 53
29. Data jumlah gulma bertahan hidup populasi EFH 3 MSA pada aplikasi
parakuat (%) .................................................................................................... 54
30. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup populasi EFH 3 MSA pada
aplikasi parakuat .............................................................................................. 54
31. Data bobot kering populasi ETS 3 MSA pada aplikasi parakuat (g) .................. 55
32. Sidik ragam bobot kering populasi ETS 3 MSA pada aplikasi parakuat (g) ...... 55
33. Data bobot kering populasi EFH 3 MSA pada aplikasi parakuat (g).................. 56
34. Sidik ragam bobot kering populasi EFH 3 MSA pada aplikasi parakuat (g) ...... 57
35. Dokumentasi Penelitian.................................................................................... 58

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
CHRISTIAN TAMPUBOLON : Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen
dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn
Resisten- dan Sensitif-Parakuat, dibimbing oleh Edison Purba dan
T. Chairun Nisa, B
Eleusine indica merupakan salah satu gulma yang cukup berpengaruh
negatif yang biasa ditemukan di lahan pertanian dan tempat- tempat umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam, nitrogen,
dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan Eleuisine indica biotip resisten(ETS) dan biotip sensitif- parakuat (EFH). Penelitian ini terdiri dari 3 unit yaitu ;
pertama, perbandingan kemampuan tumbuh yang berbeda E. indica biotip resisten
dan biotip sensitif- parakuat yang tumbuh pada 5 kedalaman tanam yaitu 0, 2.5, 5,
7.5 , dan 10 cm. Kedua, perbandingan respon pertumbuhan E. indica biotip
resisten- dan biotip sensitif- parakuat terhadap pupuk nitrogen dengan 3 taraf yaitu
0, 200, dan 400 kg/ ha. Ketiga, pengaruh aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan
E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat dengan 7 taraf yaitu 0, 50,
100, 200, 400, 800, 1600 g b.a/ha. Perlakuan disusun dalam rancangan acak
kelompok (RAK) dan setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukan kedalaman tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah kecambah yang tumbuh. Jumlah kecambah yang tumbuh
tertinggi terdapat pada kedalaman 0 cm pada populasi ETS dan EFH dan
kemampuan tumbuh kecambah pada ETS lebih tinggi dibanding EFH. Pemberian
nitrogen juga berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan bobot kering dan
berpengaruh tidak nyata pada jumlah malai dan jumlah biji. Dosis pupuk nitrogen
paling bepengaruh yaitu pada dosis 400 kg/ha. Sedangkan aplikasi parakuat
berpengaruh nyata terhadap jumlah gulma bertahan hidup dan bobot kering pada
populasi sensitif-parakuat tetapi berpengauh tidak nyata terhadap bobot kering
pada populasi resisten-parakuat. Dosis parakuat mematikan tertinggi yaitu pada
dosis 1600 g b.a/ ha
Kata kunci : Eleusine indica, resisten dan sensitif- parakuat, kedalaman tanam,
nitrogen, parakuat

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
CHRISTIAN TAMPUBOLON: Effect of burial depth, nitrogen, and
paraquat on the growth of Eleusine Indica resistant- paraquat and susceptible- ,
supervised by Edison Purba danT. Chairun Nisa, B
Eleusine indica is one among the weeds that has significantly
negative effects on agricuture which is commonly found in agriculture fields and
public areas. This research aims to determine the effect of burial depth of seeds,
nitrogen, and paraquat to the growth of E. indica resistant-paraquat and
susceptible-paraquat. This research was carried out in 3 experiment units were;
the comparison of seedling number of E. indica resistant-paraquat and
susceptible-paraquat which emerge at 5 burial depths namely 0, 2.5, 5, 7.5 , and
10 cm, the growth response of E. indica resistant-paraquat and susceptibleparaquat to nitrogen at 3 doses namely 0, 200, dan 400 kg ha-1, and the effect of
paraquat on the growth of E. indica resistant-paraquat and susceptible-paraquat
at 7 doses namely 0, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g a.i. ha-1. Non factorial
randomised block design (RBD) with three replication was used for each unit of
experiment.
The results showed that the burial depth significantly reduced number of
seedlings that emerged. The seedling number was highly on 0 cm and the seedling
ability in ETS was higher than EFH. Nitrogen significantly increase number of
tillers and weed’s dry weight but showed nonsignificantly effect on the number of
panicles and seeds. The best dose of nitrogen that showed significantly effect was
400 kg ha-1. Paraquat significantly reduced the number of weeds that survive and
weed’s dry weight for susceptible- paraquat population but it was nonsignificant
for weed’s dry weight for resistant- paraquat population. The dose of paraquat
that kill the weeds was 1600 g a.i. ha-1.
Keywords: Eleusine indica, resistant-paraquat and susceptible-paraquat, burial
depth, nitrogen, paraquat

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh pada lahan budidaya,
atau tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan kehadirannya
sehingga merugikan tanaman lain yang ada di sekitarnya. Gulma memiliki
dampak

negatif

menurunkan

terhadap

produktifitas

pertumbuhan
tanaman

dan

produksi

budidaya

dan

tanaman,

pendapatan

yaitu
petani

(Sukman dan Yakup, 1995).
Eleuisine indica disebut juga dengan gulma perak merupakan salah satu
gulma berumput tahunan yang sangat banyak ditemukan dan menimbulkan
masalah. Gulma ini banyak dijumpai di berbagai tempat karena dapat tumbuh di
tanah yang kering dan keras.Selain dijumpai di daerah pertanaman, gulma ini
banyak dijumpai di daerah jalan lalu lintas, perumahan, dan lapangan golf. Gulma
ini tergolong gulma yang pertumbuhannya cepat

sehingga dibutuhkan

pengontrolan secara penuh (Breden and James, 2009).
Berbagai upaya dilakukan
Pengendalian
kimiawi

gulma

dengan

yang

untuk

mengatasi

umum dilakukan

memanfaatkan

herbisida

yaitu

kehadiran

gulma.

pengendalian

secara

sebagai pembasmi. Meskipun

pengendalian dengan cara ini banyak menguntungkan petani (Purba, 2009),
namun jika cara ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan

dan

meningkatkan

resistensi

gulma,

bahkan

mengganggu

kesehatan manusia. Apalagi para petani banyak yang menggunakan dosis
herbisida melebihi kebutuhan (Sukman dan Yakup, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Saat ini, telah dilaporkan

432 kasus resistensi gulma terhadap

herbisidayang terjadi di 65 negara dan 235 spesies gulma (138 dikotil and 97
monokotil). Gulma juga dilaporkan telah resisten terhadap 155 jenis herbisida
yang berbeda (Weedscience.com, 2014).
Perkembangan gulma ditinjau dari segi mekanisme perkembangannya
diperhatikan jauh lebih efisien dari tanaman budidaya. Gulma berkembang biak
secara generatif (biji) maupun secara vegetatif. Secara umum gulma semusim
berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak bahkan dapat
menghasilkan 40.000 biji dalam semusim (Sukman dan Yakub, 1995).
Menurut Chuah et al (2004), biji gulma

dapat bertahan dalam tanah

selama bertahun-tahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds Jumlah
biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan juta biji. Karena benih
gulma dapat terakumulasi dalam tanah, maka kepadatannya terus meningkat.
Dengan pengolahan tanah secara konvensional, perkecambahan benih gulma yang
terbenam tertunda, sampai terangkat ke permukaan karena pengolahan tanah
(Fadhly dan Fahdiana, 2009). Perbedaan posisi biji di dalam tanah menjadi
masalah karena mengakibatkan perbedaan kemunculan gulma (Jalali, 2012).
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling banyak diperebutkan
antara pertanaman dan gulma. Oleh karena itu unsur ini lebih cepat habis terpakai.
Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot
kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak
daripada jagung ( Sukman dan Yakub, 1995).
Di Sumatera Utara, parakuat telah dikenal sebagai herbisida kontak purna
tumbuh yang telah diizinkan untuk diaplikasikan pada lahan jagung dengan sistem

Universitas Sumatera Utara

tanpa olah tanah (TOT) dan digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun
sempit seperti Digitaria cyliaris, Eleusine indica, Cyperus rotundus. Dapat juga
digunakan pada kacang panjang , kedelai , ketimun, dan beberapa tanaman
perkebunan seperti kelapa sawit (Kementrian Pertanian, 2012).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Balai Benih Induk (BBI)
Tanjung Selamat, untuk pengendalian gulma di lahan jagung, biasanya digunakan
Gramoxone dengan bahan aktif parakuat.Penggunaan parakuat selama 11 tahun
tanpa diadakan pergantian produk menyebabkan beberapa gulma menjadi resisten
sehingga pemakaian herbisida tersebut menjadi tidak efektif. Salah satu gulma
yang resisten yang dijumpai adalah Eleuisine indica. Sehingga ada biotip
Eleuisine indica yang resisten terhadap parakuat dan ada yang masih sensitif
tergantung kepada lokasi tumbuhnya. Permasalahan respon dari Eleuisine indica
resiten- dan sensitif- parakuat terhadap keberadaan unsur N di dalam tanah, serta
pengaruh posisi kedalaman biji di bawah permukaan tanah terhadap pertumbuhan
gulma tesebut masih belum ada diteliti. Dengan demikian, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hal tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh kedalaman
tanam, pemberian nitrogen, dan aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan gulma
Eleuisine indica resisten- dan sensitif- parakuat.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
Diduga kedalaman

tanam biji berpengaruh terhadap kemampuan

perkecambahan, pemberian nitrogen pada tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan jumlah biji, dan aplikasi parakuat berbeda pengaruhnya
terhadap E. indica biotip resisten- dan biotip sensitif- parakuat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat
berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Eleusine indica L. Gaertn
Eleuisine indica L Gaertn merupakan gulma berumpun yang memiliki
sistem perakaran yang berserat. Daun berwarna hijau dan seperti perak pada
bagian dasar. Daun memanjang dan memiliki helaian daun yang berlipat. Pada
permukaan daun hampir tidak dijumpai bulu- bulu halus. Gulma ini memiliki
malai

yang tampak seperti bergerigi. Biji- biji tersusun seperti tandan pada

tangkai bunga.Pada Setiap malai terdapat 3-7 tandan pada ujung batang dan pada
setiap malai tersebut terdapat lebih dari 50.000 biji (Breden and James, 2009).
Dalam dunia tumbuhan

Eleuisine indica

termasuk ke dalam famili

Poaceae, genus Eleusine. Deskripsinya yaitu merupakan rumput semusim berdaun
pita, membentuk rumpun yang rapat agak melebar dan rendah. Perakarannya tidak
dalam tetapi lebat dan kuat menjangkar tanah sehingga sukar untuk mencabutnya.
Berkembang biak terutama dengan biji, bijinya banyak dan kecil serta mudah
terbawa. Eleuisine indica berbunga sepanjang tahun dan tiap tanamannya dapat
menghasilkan hingga 140.000 biji tiap musimnya (Lee and Ngim, 2000).
Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau tidak terlalu kering dan
terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0 – 1600 meter
diatas permukaan laut. Pembabatan sukar untuk memberantasnya karena bukubuku batang terutama bagian bawah potensial menumbuhkan tunas baru. Aplikasi
herbisida baik kontak maupun sistemik umumnya lebih efektif untuk
mengendalikannya (Breden and James, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Letak Kedalaman Biji dari Permukaan Tanah
Tanah mengandung biji- biji gulma yang setiap saat dapat berkecambah
yang dihasilkan dari tahun- tahun sebelumnya. Biji- biji yang dalam kondisi yang
menguntungkan akan dapat berkecambah dan tumbuh menimbulkan gangguan
serta berkompetisi dengan tanaman pangan yang disebut sebagai simpanan biji.
Biji- biji yang berada pada lapisan olah tanah masih digolongkan simpanan biji,
karena pada suatu saat biji ini dapat terangkat ke permukaan tanah akibat adanya
pengolahan tanah . Pada umumnya biji yang berada pada lapisan olah (sampai
kedalaman 25 cm) yang perlu mendapat perhatian khussus karena biji-biji inilah
yang memegang peranan penting baik dari segi jenis maupun jumlah yang akan
menimbulkan gangguan nantinya (Gulshan and Altaf, 2012).
Umur biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi dan pada umumnya
lebih panjang dibanding dengan biji tanaman yang dibudidayakan.Informasi
mengenai biji di dalam tanah dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu
pengamatan perkecambahan pada biji yang dibenamkan ke dalam tanah dengan
waktu pembenaman yang cukup lama dan koleksi biji dari tanah yang tidak
pernah mengalami gangguan (Sastroutomo, 1993).
Biji

gulma

merupakan

penyambung

hidup

antara

induk

dan

keturunannya.Dan meupakan alat penyebaran yang utama. Biji sering kali harus
bertahan melawan kondisi lingkungan yang ekstrim selama menunggu kondisi
yang menguntungkan untuk berkecambah dan pertumbuhannya. Lingkungan yang
memungkinkan terjadinya perkecambahan dan kedalaman letak biji gulma yang
mampu untuk berkecambah dapat memberikan petunjuk untuk merencanakan pola
tanam yang tepat, guna menekan populasi gulma yang tidak diinginkan, serta

Universitas Sumatera Utara

mengetahui

letak

kedalaman

herbisida pra tumbuh

yang

tepat

untuk

mengendalikan gulma tersebut (Sukman dan Yakub, 1995).
Biji gulma tersebar secara horizontal dan secara vertical di dalam profil
tanah.Posisi biji secara horizontal di dalam tanah umumnya mengikuti arah
barisan tanaman sedangkan distribusi secara vertikal dipengaruhi oleh pengolahan
tanah. Jika tanah dibajak biasanya biji tersebar pada kedalaman 4-6 inchi dibawah
permukaan tanah (Menalled, 2008).
Kedalaman pembenaman dari biji- biji gulma juga berpengaruh pada laju
perkecambahannya.

Kedalalaman

pembenaman

memberikan

jumlah

perkecambahan yang berbeda. Pemunculan kecambah berkurang sekitar 75 % bila
pembenaman biji gulma hanya 0,5 cm. Sehingga biji gulma akan berkecambah
baik bila berada diatas permukaan tanah, mungkin hal ini karena pengaruh cahaya.
Bila terkena cahaya langsung biji gulma akan berkecambah dua kali lipat.
(Moenandir, 1993).
Pemupukan Nitrogen
Dalam suatu percobaan persaingan jagung dengan gulma Amaranthus
menunjukkan bahwa pupuk memacu pertumbuhan gulma dan terjadi peningkatan
pada kehilangan hasil jagung. Amaranthus menekan jagung dengan perincian
bahwa pada tanaman jagung kadar N (100%) dan bila ada Amaranthus menjadi
hanya 58%, yang berarti terjadi penekanan sebesar 42%. Demikian pula
sebaliknya, maka selama tanaman budidaya tumbuh bersama gulma , akan terjadi
interaksi dan N dibutuhkan oleh keduanya karena unsurnya diperebutkan
(Moenandir, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Pemberian

pupuk anorganik selain dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman padi, juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sekitarnya. Usaha
mengatasi masalah

gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, meliputi

pengendalian secara fisik dengan cara manual dan mekanis, pengendalian secara
kimia dengan herbisida, pengendalian secara kultur teknis dengan menanam
varietas unggul, mengatur waktu pemupukan dan takaran pupuk, rotasi tanaman,
dan jarak tanam (Soerdjandono dan Noerizal, 2004).
Dengan penambahan Nitrogen sampai 90 kg/ ha akan meningkatkan
kepadatan batang, biomassa dan jumlah anakan per satuan luasan, dan
ditunjukkan pula bahwa dengan peningkatan kepadatan pada kesuburan tersebut
akan terbentuk secara luas dan dalam keadaan kurang air gulma ini akan tetap
menghijau (Moenandir, 1993).
Pupuk nitrogen telah banyak diketahui peranannya dalam meningkatkan
perkecambahan tunas rhizoma pada beberapa jenis gulma menahun seperti pada
Agropyron repens, Imperata cylindrica, dan Cyperus rotundus. Kandungan
nitrogen pada rizoma erat kaitannya dengan kandungan nitrogen di dalam tanah
dan rizoma yang mempunyai kandungan nitogen lebih banyak menghasilkan tunas
daripada yang kandungan nitrogennya rendah (Sastroutomo, 1993).
Pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan
beberapa akibat antara lain peningkatan ukuran sel, menyebabkan batang dan
daun menjadi lebih sekulen dan kurang keras. Salah satu faktor penting peranan
nitrogen adalah pengaruhnya terhadap penggunaan nitrogen di dalam tanah.
Selain untuk pertumbuhan tanaman harus cukup mengandung nitrogen untuk
membangun sel- sel baru (Damanik, dkk.,2011).

Universitas Sumatera Utara

Kejadian Resistensi
Resistensi herbisida dilaporkan pertama kali melawan terhadap 2,4-D
(kelompok Fenoksi) pada tahun 1957 di Hawaii. Pada tahun 1968, laporan
resistensi herbisida ditetapkan pertama kali pada alang-alang (Senecio vulgaris)
yang melawan terhadap herbisida triazin yang telah didokumentasikan. Resistensi
dilaporkan pertama kali terhadap 2,4 – D pada tahun 1945, dalapon pada tahun
1953, atrazine pada tahun 1958, picloram pada tahun 1963, trifluralin pada tahun
1963, diclofop pada tahun 1977, trialate pada tahun 1962, chlorsulfuron pada
tahun 1982, dan glifosat pada tahun 2003 (Chaudhry, 2008).
Eleuisine indica yang resisten terhadap glifosat baru-baru ini ditemukan
di pertanaman kapas USA Mississippi pada tahun 2010. Sebelum penemuan ini,
telah ada dua kasus resistensi untuk biotip ini di dua daerah lainnya yaitu di
perkebunan buah-buahan di Malaka dan di Teluk Intan, Perak, Malaysia pada
tahun 1997 dimana diketahui bahwa Eleuisine indica pada wilayah ini telah
mengalami resisten berganda (multiple resistance) serta di perkebunan kopi di
Colombia, Caldas pada tahun 2006. Sedangkan Eleuisine indica yang resisten
parakuat ditemukan di kebun sayuran di Malaysia, Penang pada tahun 1990.
Wilayah tempat penemuannya meliputi Pahang, Trengganu, Perak, Johor, Kedah,
Selandar, dan Penang.Selain itu juga ditemukan di USA, Florida pada pertanaman
tomat pada tahun 1996 (Heap, 2012).
Para ahli biologi mengungkapkan bahwa tidak mungkin suatu gulma
berubah menjadi resisten tanpa perubahan dari populasinya. Populasi gulma
memiliki kelebihan masing-masing, meskipun ada kemiripan bentuk antar gulma
akan tetapi ada perbedaan pada level genetis. Terkadang, ada beberapa variasi

Universitas Sumatera Utara

genetik yang peka terhadap herbisida sehingga penanggulangan tidak perlu
berulang (hanya 1:1.000.000). Evolusi resistensi terus berlanjut seiring dengan
pemakaian satu jenis herbisida yang menyebabkan biotip populasi alami yang
rentan menurun drastis dan biotip resisten perlahan meningkat. Akan tetapi, kita
tidak

akan

mengetahui

perbedaan

gulma

yang

rentan

dan

resisten

(Santhakumar, 2002).
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan
aktifatau sama cara kerja) secara berulang- ulang dalam periode yang lama
padasuatu areal adalah timbulnya kemungkinan masalah yang timbul pada
arealtersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten herbisida. Pada
suatu populasi gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenisherbisida dengan
hasil memuaskan, ada kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang
diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap
herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan
regenerasi, sejumlah individu yang juga tahan terhadap herbisida yang sama pada
aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang- ulang, setiap
pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu- individu yang
sensitif dan meninggalkan individu- individu yang resisten. Jumlah individuindividu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan dan
menyebabkan kegagalan dalam pengendalian ( Purba, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Parakuat
Nama umum

: Parakuat

Nama kimia

: 1,1´ - Dimethyl - 4,4´ - bipyridinium dichloride

Rumus bangun

:

Parakuat diketahui sebagai herbisida yang sangat beracun yang telah
dipasarkan selama lebih dari 60 tahun. Merupakan salah satu herbisida yang
digunakan oleh lebih dari 100 negara pada lebih dari 100 jenis tanaman.
Gramoxone, yang diproduksi oleh Syngenta merupakan merek dagang yang
umum untuk parakuat, tetapi diberi label nama yang berbeda oleh berbagai
perusahaan. Saat ini China merupakan produsen parakuat terbesar di dunia yang
dapat memproduksi lebih dari 100.000 ton per tahun (Watts, 2011).
Parakuat beraksi sangat cepat, non-selektif, herbisida kontak yang
diabsorpsi oleh daun. Parakuat merusak jaringan tumbuhan dengan menghambat
proses fotosintesis dan pecahnya membran sel, yang menyebabkan keluarnya air
yang menyebabkan keringnya daun dengan sangat cepat. Parakuat juga dapat
ditranslokasikan oleh tanaman yang memungkinkan meningkatnya residu
(Watts, 2011).
Herbisida

pascatumbuh

yang

cukup

luas

penggunaannya

untuk

mengendalikan gulma adalah parakuat (1,1-dimethyl 4,4-bypiridilium) yang

Universitas Sumatera Utara

merupaka herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke dalam daun atau
bagian hijau lain, bila terkena sinar matahari, molekul herbisida ini akan bereaksi
menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ
tanaman sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik digunakan untuk
mengendalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar.Parakuat merupakan
herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuhan dengan tanah. Residu
parakuat tidak tertimbun dalam tanah, dan tidak diserap oleh akar tanaman
(Tjitrosoedirdjo ,dkk., 1984).
Herbisida yang cukup aman dipakai adalah herbisida yang mengganggu
proses fotosintesis, salah satunya parakuat. Kloroplast yang telah menerima sinar
memakai tenaga sinar itu untuk melancarkan 2 rangkai transport elektron. Salah
satu proses ini dapat dihambat oleh parakuat, yaitu dengan cara membelokkan
rantai transport elektron pada PS1 (disaat terjadinya beberapa reaksi yang berakhir
dengan reduksi NADP menjadi NADPH) sehingga terjadi reaksi ½ O2 + H2O + e H2O2. Senyawa H2O2 merupakan senyawa yang merusak membran sel
(plasmalemma) yang mengakibatkan sel menjadi kering ( Riadi, 2011).
Gulma Resiten-Parakuat
Resistensi terhadap herbisida adalah kemampuan tumbuhan secara genetik
untuk bertahan hidup dan berproduksi walaupun telah diberi herbisida dengan
dosis yang biasanya mampu mematikan gulma tersebut. Kemampuan bertahan ini
merupakan proses evolusi yang membuat tanaman tahan terhadap herbisida yang
digunakan

secara

terus

menurus

dalam

pengendalian

gulma

tersebut

(Ashig and Tracy, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Parakuat, sebuah herbisida yang efektif dengan spectrum luas, dapat
menghancurkan semua jaringan tanaman hijau secara kontak. Herbisida yang
dengan

mengganggu

aktivitas

system

transfer

electron

intraselular

tanaman, sehingga menghambat reduksi dari NADP ke NADPH selama
fotosintesis,

yang

kemudian

mengarah

pada

pembentukan

superoksida

anion, single oksigen, sertara dikalhidroksil dan peroxyl. Spesies yang reaktif
oksigen (ROS) ini berinteraksi dengan membran lemak tak jenuh, menghancurkan
organel tanaman dan dapat menyebabkan kematian sel (Quassinti, et.al, 2008).
Pada penggunaan bipyridinium, herbisida parakuat telah lama diketahui
sebagai efek beracun bagi tanaman pada saat mengkatalis transfer elektron dari
fotosistem I pada membran kloroplas sampai molekul oksigen menghasilkan O2
radikal yang menyebabkan oksidasi lemak dan membran rusak. Pertama kali
gulma resisten parakuat dilaporkan pada tahun 1981 yang terjadi pada gulma
Conyza bonariensis yang populasi pertumbuhannya terdapat di Mesir. Kurang
lebih ada 11 spesies gulma yang telah dilaporkan resisten terhadap parakuat
(Hart and Ditomaso, 1994).
Resistensi

terhadap

parakuat

bias

disebabkan

oleh

peningkatan

kemampuan untuk mendetoksifikasi bentuk oksigen beracun yang dihasilkan oleh
transfer electron dari radikal parakuat. Tanaman memiliki sejumlah enzim
pelindung yang mampu mendetoksifikasi bentuk oksigen beracun dan sel-sel
sehingga melindungi dari kerusakan oksidatif (Holt, 1993).
Resistensi terhadap herbisida parakuat tercatat telah terdapat pada 18
tanaman dikotil dan 7 tanaman monokotil dari berbagai spesies yang tersebar di
dunia. Resisten parakuat ummnya terjadi karena pemakaian 5-10 herbisida setiap

Universitas Sumatera Utara

tahunnya pada luas lahan 5-7 yard. Biotip resisten parakuat dapat bertahan dari 5250 kali dosis yang lebih tinggi dari pada biotip yang rentan (Smisek,et al., 1998).
Gulma-gulma yang resisten terhadap Parakuat, yaitu Amaranthus lividus,
Arctotheca calendula, Bidens pilosa, Conyza bonariensis, Conyza canadensis,
Conyza sumatrensis, Crassocephalum crepidiodes, Cuphea carthagenenis,
Eleusine
Hordeum

indica,
glaucum,

Epilobium
Hordeum

adenocaulon, Erigeron philadelphicus,
leporinum,

Ischaemum

rugosum,

Landoltia punctata, Lepidium virginicum, Lolium rigidum, Mitracarpus hirtus,
Monochoria korsakowii, Poa annua, Solanum americanum, Solanum nigrum,
Solanum ptycanthum, Vulpia bromoides, Youngia japonica (Heap, 2012).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara pada ketinggian + 25 m diatas permukaan laut . Penelitian
dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai dengan Maret 2014
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji gulma
Eluisine indica yang diambil dari 2 tempat yang berbeda yaitu biji E. indica
biotip resisten-parakuat berasal dari areal pertanaman Balai Benih Induk (BBI)
Tanjung Selamat, disebut sebagai biotip resisten (ETS), biji populasi kedua adalah
biji E. indica sensitif-paraquat dari kompleks Fakultas Hukum USU dimana
parakuat dan herbisida lain tidak pernah digunakan untuk pengendaliannya yang
digunakan sebagai populasi pembanding dan disebut sebagai populasi sensitif
herbisida (EFH).
Pupuk

yang digunakan adalah pupuk urea, herbisida yang digunakan

adalah parakuat (Gramoxone 276 SL). Bahan lain seperti pot sebagai tempat
media tanam , boks sebagai tempat mengecambahkan biji, top soil, pasir, kompos
sebagai media tanam, air sebagai pencampur herbisida..
Adapun alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,
label nama, timbangan, knapsacksprayer ,gelas ukur, ember, amplop dan alat
pendukung lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Adapun penelitian ini terdiri dari 3 unit yaitu
1. Perbandingan jumlah biji Elusine indica resisten dan sensitif- paraquat
tumbuh (emerge) pada berbagai kedalaman tanam.
Pengamatan ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial
dengan 5 perlakuan, yaitu kedalaman tanam biji 0, 2.5, 5, 7.5 , dan 10 cm
dibawah permukaan tanah. Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Biji ditanam
pada pot berdiameter 21 cm dengan media tanam top soil, pasir, dan kompos
dengan perbandingan 2:1:1. Pada setiap pot diisi media tanam tersebut sampai
sebatas 3 cm dari bibir pot. Pada setiap pot ditaburkan biji masing- masing biotip
E. indica sebanyak 100 biji secara merata. Biji yang ditaburkan adalah biji hasil
seleksi secara visual. Penaburan biji disesuaikan dengan perlakuan kedalaman
tanam masing- masing. Diatas biji yang sudah ditaburkan ditutup lagi dengan
media tanam yang sama hingga mencapai 3 cm sebelum bibir pot.
Pengamatan dilakukan setiap hari sampai tidak ada lagi kecambah yang
muncul diatas permukaan tanah. Parameter yang diamati adalah jumlah kecambah
yang tumbuh ke permukaan tanah. Gulma yang sudah diamati dan dicatat
langsung dicabut demikian seterusnya setiap hari.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut;
Yij = µ + ρi + αj + εij
Dimana; Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke- j
µ

= Nilai tengah

ρi

= Pengaruh perlakuan kedalaman tanam ke-i

Universitas Sumatera Utara

αj = Pengaruh ulangan ke- j
εij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan
dengan uji beda rataan terkecil Duncan (DMRT) taraf 5%.
2. Perbandingan Respon Pertumbuhan biji E. indica resisten- dan sensitifparakuat terhadap pupuk nitrogen
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial
dengan perlakuan pemberian pupuk nitrogen pada 3 taraf yaitu 0, 200, dan 400
kg/ ha. Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Kedua biotip E. indica yang
berasal dari dua lokasi pengambilan biji berbeda disemaikan dengan cara disebar
merata di boks perkecambahan berukuran 30 cm × 22 cm yang telah diisi tanah
dan ditutup dengan lapisan tanah tipis. Kemudian disiapkan media tanam pada
pot. Pada umur 2 minggu setelah disemaikan, tanaman dipindahtanam ke dalam
pot percobaan yang berisi media tanam topsoil, pasir, dan kompos (2 : 1 : 1)
sebanyak 8 bibit per pot, tanaman tersebut dipelihara dan ditempatkan di tempat
terbuka. Pupuk nitrogen (urea)

diaplikasikan sesuai dengan perlakuan pot

masing- masing. Pemberian pupuk urea dilakukan 2 minggu setelah tanaman
dipindahtanamkan ke pot.
Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut
Jumlah anakan
Jumlah anakan pada biotip resisten- dan sensitif-paraquat pada setiap
dosis N dihitung untuk masing-masingrumpun pada 8 MST

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Malai per Rumpun
Pengamatan jumlah malai per rumpun dilakukan pada 12 MST.
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah malai per rumpun.
Jumlah Biji
Pengamatan jumlah biji dilakukan pada 12 MST.Pengamatan dilakukan
dengan menghitung jumlah biji per rumpun.Penghitungan biji dilakukan
menghitung biji pada 2 sampel malai pada setiap pot lalu dikalikan dengan jumlai
malai keseluruhan pada setiap plot.
Bobot Kering
Pada 12 MST gulma dipotong tepat pada leher akar (permukaan tanah)
dari masing-masing pot .E. indica dari masing- masing pot dimasukkan ke dalam
satu amplop dan diberi label, kemudian diovenkan pada temperatur 70ºC selama
72 jam. Setelah bobot keringnya konstan, lalu ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut
Yijk = µ + ρi + αj + εij
dimana: Yij

= Hasil pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke- j

µ

= Nilai tengah

ρi

= Pengaruh perlakuan ke-i

αj

= Pengaruh ulangan ke- j

εij

= Pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan
dengan uji beda rataan terkecil Duncan (DMRT) taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

3. Pengaruh Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan E. indica resisten- dan
sensitif- parakuat.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial
dengan perlakuan aplikasi parakuat pada 7 taraf yaitu 0, 50, 100, 200, 400, 800,
1600 g b.a/ha. Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Kedua biotip E. indica
yang berasal dari dua lokasi pengambilan biji berbeda disemaikan dengan cara
disebar merata di boks perkecambahan berukuran 30 cm × 22 cm yang telah diisi
tanah dan ditutup dengan lapisan tanah tipis. Kemudian disiapkan media tanam
pada pot. Pada umur 2 minggu setelah disemaikan, tanaman dipindahtanam ke
dalam pot percobaan

yang berisi media tanam topsoil