Peranan Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi Jawa Barat
PERANAN INDUSTRI GARMEN
DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH PROPlNSl JAWA BARAT
Oleh:
SRI JULIA INDRlATl
..
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Semuanya tegadi b e n a kehendak Allah,
hvak ada daya upaya kecudi dengan pertolongan Allah.
(QS. A1 - Kalfi: 38.)
ABSTRAK
SRI JULIA MDRIATI. Peranan Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Proplnsl
J a ~ v aBarat. Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR, BAMBANG JUANDA dan ERNAN
RUSTIADI.
Industri gannen merupakan salah satu industri penting di Propinsi Ja\va Barat y m g
sangat berpengaruh terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
penyerapan pekerja dan ekspor. Krisis ekonomi yang teqadi sejak penengahan trthun 1 lj1)7.
mengakibatkan harga bahan baku impor menjadi sangat mahal. Keadaan in1 menjad~
pernasalahan bagi perusahaan industri, karena berkaitan dengan biaya produksi. Lebih lanjut
&an berpengaruh terhadap pengurangan produksi dan pemutusan hubungan ke ja.
Penelitian ini bertujuan: a) Melihat profil industri garmen di Propinsi Jaua Barat. b)
htlengetahui sebaran dan keragaman keragaan spqial kegiatan industri garmen besar dm
sedang di Propinsi Jawa Barat, c) Mengetahui peranan d m kontribusi kegiatan industri
garnen bagi perekonomian wilayah di Propinsi Jawa Barat. d) Melihat darnpak krisis
terhadap industri garmen di Propinsi Jawa Barat, e) Mengetahui faktor-faktor penentu
keragaan industri garmen besar dan sedang di Propinsi Jawa Barat.
Metode analisis yang digunakan adalah: Analisis Input-Output, Analisis Kuosien
Lokasi (Location Quotien), Kuosien Lokalisasi Industri, Analisis Entropy relatif dan indeks
carnpuran, analisis regresi komponen utama, Fungsi Produksi Constant Elasticity of
Subriturion dan fungsi produksi Cobb Douglas. Data yang dipergunakan meliputi: data
primer Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan tahun 1980-1999, Sensus Ekonomi
Tahun 1996, dan Survei Usaha Terintegrasi Tahun 1999 yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik, serta data sekunder dari Badan Pusat Statistik, instansildinas terkait lainnya.
Hasil analisis menunjukkan krisis ekonomi mengakibatkan kontraksi pada industri
garmen, tapi masih dapat bertahan dan terlihat mulai meningkat lagi pada tahun 1999, karena
produknya di ekspor. Outputnya merupakan leading sector bagi perekonomian wilayah, nilai
tambah brutonya penyumbang terbesar PDRB, ketergantungannya tinggi terhadap sektor
lain sebagai input produksi atau lebih bersifat hilir, kebanyakkan bahan baku yang digunakan
impor. Perusahaan relatif sangat menyebar baik untuk pekerja maupun outputnya, sebaran
pekeja lebih rendah dari pada potensi sebaran output. Outputnya dipengaruhi faktor
produksi, produktivitas serta kepadatan penduduk. Disarnping itu, semakin menyebar industri
garmen dan semakin tinggi pencarnpur& industri garmen dan non garmen, dan semakin
banyak pemakaian bahan baku lokal dari pada impor, maka Output per PDRB propinsi akan
meningkat. Kondisi usaha belum efsien atau increasing return to scale, karena produktivitas
modal maupun pekerja rendah. Modal kerja dan pekerja dipergunakan bersamaan atau
bersifat komplernenter. Sumber pertumbuhan industri garmen Propinsi Jawa Barat lebih
banyak mengandalkan peranan input pekerja, sedangkan input modal lebih rendah dan TFP
negatif
Untuk meningkatkan peranan industri garmen, terutama meningkatkan sumbangan
PDRB dan penyerapan pekeja,perlu perhatian pemerintah pada industri hi. Perhatian yang
diperlukan supaya perusahaan industri garmen tidak terlalu tergantung pada bahan baku
impor, dapat lebih efisien dan produktiv dalam menjalankan usahanya.
PWD-PPI lPB
SURAT PERNYATAAN
Denyan in1 saya menyatakan bahwa, tesis:
.' PERANAN INDUSTRI GARMEN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH PROPlNSl JAWA BARAT"
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber
data
dan lnformasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya
-
Bogor, 21 Mei 2002
Sri Julia lndriati
NRP. 99388/PWD
..
PWD-PPs IPB
PERANAN INDUSTRI GARMLN
DAlAM PEMBANGUNAN WILAYAH PROPINSI JAWA BARAT
01eh:
SRI JULIA INDRlATl
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sain pada
Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan I'edesaan
..
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
: Peranan Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi
Judul Tesis
NRP
Nomor Pokok
Program Studi
Jawa Barat
: Sri Julia Indriati
: 99.388
: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetuj ui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar. MSc
Ketua
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan
Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar MSc
1 ? JUN
Tanggal lulus: 21 Mei 2002.
PWDJPs IPB
a61(32
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 25 Juli 1960, putri dari Bapak M.
Nasucha dan Ibu Dewi Kartiningdyah (Alm). Penulis sebagai putri ketiga dari empat
bersaudara. Pada tanggal 1 Juli 1985 penulis menikah dengan Mas Hartojo, SE.
Penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar (SD) Pandawa Jakarta pada
tahun 1972, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Marsudirini Jakarta pada tahun 1975,
Sekolah Menengah Atas Negeri XII (SMAN XII) Jakarta pada tahun 1979. Pendidikan
sarjana muda penulis tempuh di Akademi Ilmu Statistik Jakarta, lulus pada tahun 1983
sebagai ikatan dinas. Setamat kuliah penulis wajib bekerja di Badan Pusat Statistik. Pada
tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan sarjana yang ditempuh di Program Studi
Statistika, Fakultas MlPA IPB, lulus pada tahun 1991. Kesempatan untuk melanjutkan ke
program pascasarjana pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan (PWD) di perguruan tinggi yang sama, diperoleh penulis pada tahun 1999.
Sampai saat ini penulis masih bekerja di Badan Pusat Statistik. Subdit. Statistik
Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga tempat penulis mengabdi.
Puji dan syukur penulis panjackan kehadtrat Allah SWT atas berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah In1 berhasil dlselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yany dilaksanakan sejak bulan Maret ZOO1 ini ialah garmen, denyan judul
Peranan Industri Garrnen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr. Ir. AfFendi Anwar, MSc,
Bapak Dr. Bambang Juanda, MS dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M A selaku
~
komisi
pembimbing, yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam rangka penyelesaian tesis
ini.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Direktur Statistik
Industri, Bapak Drs. Sudjoko beserta staf Subdlt Statistik lndustri Kecil dan Kerajinan
Rumahtangga, Bapak pimpinan dan staf Statistik Lndustri Besar Sedang, teman-teman
PWD angkatan 1999, Bapak Agus Sahri, MSc, blbak Dinarsih, SSi, Bapak Rifa Rufiadi,
SKM, Bapak Margo Yuwono, SSi, Bapak Ir. Suryadi, Satti Wagistina, FvlSi, Eka
tak dapat disebutkan satu per satu. MudahSriwidianti, MSi dan semua pihak y?hg
mudahan kesemuanya menjadikan rangkaian tarnbahan amal yang berlipat ganda.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda, Mas Hartojo, Mas
Sonny, Dik Yenny, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya dengan
penuh kesabaran memberi dorongan dan semangat.
Akhirnya dengan mengharap keridhoan Allah SWT, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat, baik bagi pembaca maupun peneliti lainnya, walaupun n~asihjauh dari
sempurna.
Bogor, Mei 2002
Sri Julia Indriati
.
IV
PROFIL DAN ANALISIS PERANAN INDUSTRI GARMEN ..........
4.1.
4 2.
4.3.
4.4.
59
Potensi Wilayah ...................................................
Gambaran Umum Industri Pengolahan .................. ......
Profil Industri garmen di Indonesia ..............................
Peranan Industri Gannen terhadap Perekonomian Wilayah di
Jawa Barat ..........................................................
4.4.1. Kontribusi industri garmen terhadap perekonomian
wilayah di Jawa Barat ...................................
4.4.2. Analisis dampak pengganda industri garmen
terhadap perekonomian wilayah .....................
4.4.3. Analisis keterkaitan industri garmen terhadap sektor
ekonomi lainnya ...........................................
4.4.4.Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan ...............
..
V
.
ANALISIS PENYEBARAN DAN KERAGAAN INDUSTRI GARMEN
BESAR DAN SEDANG ...................................................
5.1. Kegiatan Basis dan Bukan Basis ................................
5.2.
Kuesion Lokalisasi Industri ......................................
5.3, Faktor-faktor Penentu Lndustri Garmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.3.1. Berdasarkan kabupaten . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.3.2. Berdasarkan propinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.4. Keragaan
. .Produksi Garrnen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5. Produkt~vitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V I.
PEMBAHASAN UMUM
Profil dan Peranan Industri Garmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 1.
....
6.2. Sebaran Spasial lndustri Garmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
.
.
.
6.3. Keragaan Industri Gannen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VII
.
I I6
119
121
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
7.1.
7.2.
Kesimpulan ........................................................
Saran ...............................................................
DANAR PUSTAKA ....................................................................
125
128
129
DAFTAR TABEL
Bentuk Umum Tabel Input-Output . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Banyaknya Perusahaan, Pekerja dan Output lndustr~
Garmen di Indonesia pada Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Karakteristik Industri Garmen di Propinsi Jawa Barat Tahun
1996 dan 1999 (harga konstan 1993) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Karakteristik Industri Tekstil di Propinsi Jawa Barat Tahun 1996
dan Tahun 1999 (harga konstan 1993) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Ekspor Garmen Propinsi Jawa Barat menu nlt Beberapa Negara
Tujuan Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
.
.
............................
Struktur Perekonomian Propinsi Jawa
Barat menurut
Kontribusi Sektoral, Transaksi Donlestik Atas Dasar Harga
Produsen Tahun 1999 ........................ .
.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Komposisi NTB menurut Komponen di Propinsi Jawa Barat
Tahun 1999 ...............................................................
Dampak Kebutuhan Pekerja menurut Klasifikasi 13 Sektor di
Propinsi Jawa Barat, Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9.
Pengganda Output Sederhana dan Pengganda Output Total
menurut Klasifikasi 10 Sektor di Propinsi Jawa Barat, Tahun 1999
77
Penyganda Pendapatan Pekerja nlenurut Klasifikasi 10 Sektor di
Propinsi Jawa Barat, Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
....... .
.. . . .....
SO
11.
Keterkaitan Langsuny ke Depan dan ke Belakang
..................
83
12.
Keterkaitan Langsung dan Tak Langsung ke Depan dan ke
Belakang ....................................................................
84
10.
lndeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan .............
86
Rlnykasan Jumlah Kecamatan menurut Analisis LQ Industri
Besar Sedang menurut KLUI 2 Digit Propinsi Jawa Barat Tahun
1 999............................................................................
89
Rinykasan Jurnlah Kecamatan menurut Analisis LQ Industri
Besar Sedany berdasarkan ISIC 3 Digit 32 Propinsi Jawa Barat
Tahun 1999 ...............................................................
90
Ringkasan KLI IBS Berdasarkan Pekerja dan Output menurut
]SIC2 Digit Propinsi Jawa Barat Tahun 1999 ......................
93
Ringkasan Analisis KLI Industri IBS Berdasarkan Pekerja dan
Ouput menurut KLUI 3 Digit 32 Propinsi Jawa Barat Tahun
1999 ........................................................................
93
Keragaan Industri dan kondisi per Kabupaten di Propinsi Jawa
Barat Tahun 1999 .........................................................
98
Keragaan Industri dan Kondisi Propinsi Jawa Barat Tahun
1987-1 999 ..................................................................
106
Kontribusi Input Pekerja, Modal serta TFP terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Barat, Tahun 1 987-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
115
DAFfAR GAMBAR
Konfigurasi Sapasial LQ Output dan Pekrrjrl lrlcfustr~ Tekst~l.
Garmen dan Kulit, serta LQ Output dan Pekerja lndustr~Garn~en
.......
Propinsi Jawa Barat Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
91
Jumlah Perusahaan per Kabupaten Propinsi Jawa
Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
93
Barat
Besarnya PDRB IndPDRB Kab, BB Loka1:'BB Inip. Lpuh
Gaji/Pekerja dan OutputPDRB Kab Per Kabupaten
Proplnsi
Jawa Barat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
97
Konfigurasi Spasial Entropy Relatif Pekerja dan Produks~sena
Indeks Campuran Pekerja dan Produks~Industr~Gannen dnrl Kon
Carmen Propinsi Jawa Barat Tahun 1 999 . .
100
Jumlah Perusahaan dan Pekerja Propinsi Jaws Barat
Tahun 1987-1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
104
Besarnya Output/Persh,, BB Lokal/BB Imp, Upah Gajilpekerja dan
PDRB Ind/PDRB Prop Tahun 1987-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
105
Produktivitas Pekerja Industri Garmen di Propinsi J a w Barat
Tahun 1980-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
113
Produktivitas Modal lndustri Garmen di Propinsi Jawa Barat
Tahun 1 980-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
113
..
PWD-PPs IPB
Halaman
1.
Diagram Alur Pikir ........................................................
2.
Konsep dan Definisi .......................................................
3.
Tabel Koefisien Input-Output Jawa barat Tahun 1999, transaksi.
Domestik Atas Dasar Harga Produsen (1 0 X 1 0 ) ....................
4.
Print Out Analisis Regresi Komponen Utanla menurut Kabupaten
di Propinsi Jawa Barat Tahun 1999 ..: ..................................
5.
Print Out Analisis Regresi Komponen Utama Propinsi Jawa Barat
Tahun 1987-1999 .........................................................
6.
Print Out Analisis Fungsi Produksi CES (Constant Elasticity of
Slrhtittrtion) ...................................................................
7.
Data dan Print out Analisis Produktivitas) ..............................
PWD-PPu IPB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada awal era Pemerintahan Orde Baru sekitar tahun 1966 perekonomian
Indonesia masih sangat bergantung pada sektor pertanian, adapun konstribusi sektor
pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 50 persen, dan
konstribusi sektor industri terhadap PDB .kurang dari 9 persen.
Kondisi ini
berlangsung hingga sekitar tahun 1990, akhir era Pembangunan Jangka Panjang
Tahap I (PJP I).
Dengan
semakin kuatnya
isu tuntutan
perdagangan
bebas dunia,
kabijaksanaan Pemerintah Indonesia mulai mengutamakan sektor perindustrian.
Pertimbangannya fondasi sektor pertanian telah cukup mantap untuk mendukung
pengembangan sektor industri pada era PJP IT.
Dampak kebijakan Pemerintah tersebut berakibat konstribusi sektor
pertanian terhadap PDB cenderung menurun, sementara itu konstribusi sektor
industri cenderung terus mengalami peningkatan.
Sejalan dengan kebijakan
tersebut, maka pada tahun 1991 untuk pertama kalinya konstribusi sektor industri
terhadap penciptaan PDB sebesar 20,96 persen lebih besar dibandingkan dengan
sektor pertanian, yang hanya tinggal sekitar 19,66 persen.
Kemudian, memasuki awal PJP I1 (1 994) konstribusi sektor industri terhadap
PDB secara kontinyu terus meningkat mencapai 23,50 persen, sebaliknya sektor
pertanian terns mengalami penurunan dengan konstribusinya tinggal sekitar 17,40
persen.
Meskipun konstribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung terus
menurun, tetapi sebenarnya secara absolut produksi pertanian masih mengalami
peningkatan.
Peningkatan produksi pertanian tersebut terrefleksikan setelah
d~canangkannyaprogram intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yai
tu sejak 1 984
Indonesia yang semula dikenal sebagai negara pengimpor beras terbesar menjadi
negara yang telah dapat berswasembada pangan terutama beras.
Dengan demikian, kedua sektor tersebut sebenamya mempakan sektor
andalan yang paling menunjang perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Dengan cukup tingginya konstribusi sektor industri terhadap PDB, maka penurunan
atau peningkatan pertumbuhan sektor industri, secara langsung akan berpengaruh
terhadap perkembangan perekonomian nasional.
Fenomena tersebut terlihat dm
terasa, ketika pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang kernudian berlanjut
menjadi krisis ekonomi, sektor industri yang paling terpukul, sehingga pada tahun
1998 perekonomian nasional mengalami kontraksi sekitar 1 3 persen.
Hal ini
menunjukkan, bahwa betapa besar pengaruh sektor industri tersebut terhadap
perekonomian nasional.
Kebijaksanaan pemerintah sepuluh tahun sebelum krisis, bias pada industri industri besar yang tidak dibangun berdasarkan sumber daya dalam negeri.
(domestic resource-base industry). Ketergantungan pada luar negeri sangat besar
untuk bahan baku, barang modal dan teknologi. Salah satu sebab krisis, hutang luar
negeri yang ~ e r l a l ubesar, sehingga mengganggu kestabilan neraca pembayaran
denyan naiknya nilai tukar (Exchange Hatr). lndustr~padat modal
tl&L
dapdt
membeli barang modal lagi. Sebetulnya sumbangan indusrtl besar terhadap ProduL
Domestik Regional Bruto (PDRB) besar, sehingga rnenolong perekonomran
lndonesia. Dengan proteksi pemerintah yany bias, menyebabksn penunlbuhan
ekonomi Indonesia tidak wajar, perusahaan yang besar tidak rnembantu yany kecrl
Selain industri besar, yaitu industri sedang, kecil dan rumah tangga sepenuhnya
usaha swasta. Kebijakan pengembangan pada industri sedans, kecil dan rumah
tangga pada kenyataannya barn merupakan retorika saja. Padahal penganibangan
usaha-usahalperusahan-perusahaan ini lebih bersandar pada sunlberdaya dalam
negeri.
Salah satu andalan sektor industri adalah industri garmen yang juga
merupakan andalan ekspor Indonesia. Oleh sebab itu komoditi ini menjadi sunlber
perekonomian daerah, baik dalam penyediaan lapangan kerja, pemasukan devisa
maupun pendapatan daerah. Namun demikian, dengan terjadinya krisis ekonomi,
politik maupun sosial di Indonesia, kecenderungan perkembangan pasar tekstil dan
pakaian di dunia yang "diskriminatif' dalam penetapan quota, dikhawatirkan aka11
mempengaruhi pengembangan industri garmen di Propinsi Jawa Barat.
Terjadinya krisis ekonomi telah berpengaruh pada kegiatan industri
pengolahan. Krisis ini mengakibatkan naiknya harga bahan baku dan biaya produksi
lainnya, sedangkan daya beli masyarakat menurun. Ketidakstabilan kondisi politik di
Indonesia, ikut memperlemah kondisi ekonomi, khususnya pada fluktuasi nilai tukar
dolar yang tidak stabil dan tidak terkendali. Kondisi ini mempersulit perusahaan
PWD-PPs IPB
yang bahan bakunya berasal dari impor, seperti perusahaan garmen di Propinsi Jawa
Barat yang lebih dari 45 persen bahan bakunya diimpor. Disamping itu, kesenjangan
masyarakat mengakibatkan kerawanan keamanan bagi usaha maupun masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berry dan Levyu (1994) terhadap
perusaham eksportir kecil dan menengah
yang bergerak dibidang garmen, diperoleh
basil sebagai berikut: 1) Industri garmen di Indonesia didominasi pengusaha
keturunan Cina, 2) kebanyakkan perusa,haan mempunyai jatur
pemasaran
lnternasional lewat jalur privat, demikian pula dengan perolehan kapabilitas
teknologinya. Namun sebagian perusahaan memiliki jalur yang siap diakses oleh
perusahaan besar, oleh tenaga yang berpendidikan maupun adanya jaringan
keluarga. Pemilik, utamanya etnis Cina dan pola pemasaran bersama. Dukungan
lembaga
publik
maupun
pemerintah
dirasakan
nlasih
kurang
terhadap
pengembangan pasar di luar negeri maupun teknologi bagi perusahaan eksport~r
n~enengah dan kecil. Pengusaha eksportir garnren Indonesia tingkat kecil dan
menengah
merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. lndustri ini
terkonsentrasi nlencolok secara regional dan etnis. Perusahaan non pribumi
mendominasi industri garmen, dan diperkirakan mengkontribusi lebih dari 90 persen
kuota ekspor. Daerah yang menjadi basis industri garnen adalith Jakarta, Bandung
dan beberapa kabupaten di Jawa Barat yang sebagian sudah masuk ke area Propinsi
barn yaitu Banten.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 1999 Propinsi Jawa Barat berpenduduk 42
Juta jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 981 jiwa/km2. Dari jumlah
PWD-PPs IPB
tersebut jumlah yang bekerja mcncapar 1 1.8 luta jlwa, denyar komposisi lapangan
usaha utama pada sektor pertanIan sebanyak 5.2 Juta jitva, perdagangan 3.9 Juta
jiwa. dan industri lainnya 2.7 Juta jiwa.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Barat atas
dasar harga konstan tahun 1999 sebesar Rp. 69 triliun. Peranan industri Sarmen
dilihat dari Nilai Tambah Bmto (NTB) sebesar 33.71 persen yani mempakan
sumbangan dari sebanyak 17.015 unit perusabaan industri garmen, dengan jumlah
pekerja sebanyak 279 ribu orang. Dari keadaan ini, banyaknya industri garmen besar
dan sedang sebanyak 542 pemsahaan, menyerap pekerja sebanyak 225 ribu orang
dan menghasilkan output sebesar Rp 10,76 triliun. Dengan pertimbangan Jawa Barat
penyerap pekerja terbanyak dan penghasil output garmen terbesar dibanding
propinsi-propinsi lain, maka dipilihlah Propinsi Jawa Barat sebagai wilayah
penelitian.
Dalam membuat
landasan kebijaksanaan pembangunan, tentunya
diperlukan pengetahuan yang lenykap tentang kondisi: sosial ekonomi masyarakat,
potensi yang dimiliki, serta pemasalahan yang dihadapi. Berdasarkan pengetahuan
ini dapat mengembangkan kebijakan-kebijakan yang lebih terarah, termasuk
berbagai alternatifnya bagi upaya memajukan daerah. Guna mengetahui lebih jauh
seberapa besar darnpak dan peranan
industri gannen tersebut terhadap
pembangunan wilayah, maka diperlukan suatu penelitian lebih jauh tentang Peranan
Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Penlbangunan ekononi~w~layahmerupakan salah satu isu strategis dalam
penpekt~fpembanyunan nasional. Dalam pembangunan ekonomi wilayah akan
d ~ t e m uberbayal
~
kesenjangan ekonoml yany disebabkan oleh konsentrasi kegiatan
ekonomi yany terjadi hanya di beberapa wilayah maju dan terjadi penguasaan aset
-
yang t~dakadil dan merata antar pelaku dan antar golongan masyarakat. Masalah
yang terkait dengan pengembangan ekonomi daerah adalah belum memadainya
jaringan prasarana yang menunjang
pengembangan potensi
dan keterkaitan
ekonom~ w~layah dan terpusatnya ~nvestasi, sehingga manfaat pertumbuhan
ekonomi hanya dinikmati oleh daerah-daerah tertentu. Tidak berkembangnya
ekonomi di berbagai daerah juga diakibatkan oleh kurang kuatnya struktur
kelembagaan ekonomi lokal sehingga mata rantai produksi, pengolahan,' dan
pemasaran hanya dikuasai oleh sebagian pelaku ekonomi. Disamping itu keunggulan
koperatif masing-masing daerah, terutama keunggulan geografis, agraris dan maritim
sebagai surnber potensi ekonomi masyarakat belum dimanfaatkan secara optimal.
Dalarn kaitannya dengan pembangunan wilayah, masih dijumpai banyak
permasalahan antara lain, rendahnya akumulasi modal, efiesensi, produktivitas, dan
kualitas produksi. Sedangkan untuk pengembangan suatu industri sangat dipengaruhi
antara lain oleh pekerja yang terampil dan murah, penyediaan bahan baku, kualitas
produksi, tersedianya prasarana, serta pemasaran produk.
Dalam upaya pengembangan wilayah Propinsi Jawa Barat, maka perlu
dilihat potensi daerah tersebut. Disamping itu dengan terjadinya krisis niulti
dimensional yang mencakup krisis ekonomi, politik maupun sosial juga perlu dilihat
pengaruhnya terhadap pendapatan dan penyerapan pekerja di Propinsi Jawa Barat.
Salah satu potensi wilayah Propinsi Jawa Barat adalah
--
produksi
garmennya, seperti kemeja, celana, kebaya, blus, rok, kerudung, jaket, dan lain-lain
Untuk meningkatkan pendapatan daerah, maka perlu dilakukan perielitian niengenal
dariipak dan peranan dari usaha industri garmen ini.
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebaga~
berikut:
a. Bagaimana dampak krisis pada perkembangan industri garmen di P r o p ~ n sJri\\.a
~
Barat?
b. Bagaimana peranan dan kontribusi industri garmen keterkaitannya dengan sektor
ekonomi yang lain?
c. Bagaimana sebaran dan keragaman keragaan spasial kegirtan industri garmen
besar dan sedang di Propinsi Jawa Barat ?
d. Apakah ada pengaruh efek spasial (pola sebaran spasial) terhadap keragaman
sektor industri dilihat dari Output dan banyaknya pekerja.
e. Upaya-upaya apa yang hams dilakukan untuk meningkatkan produksi garmen di
Propinsi Jawa Barat?
.PWD-PPI IPB
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perurnusan diatas, maka dilaJcukan penelitian ini yang
bertujuan untuk:
a. Melihat keragaan profil industri garmen di Propinsi Jawa Barat.
-
b. Mengetahui sebaran dan keragaman keragaan spasial kegiatan industri garmen
besar dan sedang di Propinsi Jawa Barat.
c. Mengetahui peranan dan kontribusi kegiatan industri garnien bagi perekonomian
wilayah di Propinsi Jawa Barat.
d. Melihat dampak krisis terhadap industri garmen di Propi~tsiJawa Barat
e. Mengetahui faktor-faktor penentu keragaan industri garmen besar dan sedang di
Propinsi Jawa Barat.
1 .J. R l i ~ ~ ~ fPenelitian
aat
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi
para pembuat keputusan dan para pengambil keputusan dalam merumuskan arah
pelaksanaan kegiatan pembangunan industri garmen pada khususnya di Propins1
Jawa Barat.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi pada penelitian selanjutnya.
..
PrC'U-PPY IPB
II. KERANGKA PEMlKlRAN
2.1, Punbangunan Wilayah
Pembangunan wilayah diarahkan untuk mencapai tujuan pertumbuhan
-
ekonomi (growth),
pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainabi/ify)
ekosistem. Anwar (1999) mengemukakan bahwa, pertumbuhan ekonomi ditentukan
sejauh mana swnber-sumber yang langka yang terdiri dari sumber daya manusia
(human kapital), peralatan (man-made resources), dapat dialokasikan untuk hasil
maksimum, sehingga dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dalam meningkatkan
keglatan produktifnya. Semakin tinggi tingkat kemampuan sumberdaya mahusia
yang digambarkan oleh kemarnpuan untuk penguasaan teknologi, maka semakin
btsar kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk
mencapai pertumbuhan wilayah yang tinggi.
Sukirno (1985) mengatakan dalam berbagai analisis dan penyelidikan
r::t:;~enai
kegiatan ekononli ditinjau dari sudut penyebaran di berbagai wilayah.
P e r k a w n wilayah dapat dibedakan dalam 3 penyertian wilayah, yaitu wilayah
homogen, wilayah nodal, dan wilayah administrasi.
Pengertian yang pertama
m e n - w ~ a pbahwa suatu wilayah sebagai suatu space atau ruang, suatu kegiatan
r k o n o m ~berlaku dan diberbagai pelosok ruang tersebut sifat-sifatnyanya sama. Jadi
b3us-batas di antara satu wilayah dengan wilayah lainnya ditentukan oleh titik-titik
)Its.amaan sifat-sifat
tersebut sudah mengalami perubahan. Persamaan sifat-sifatnya
..
dapat drtrnjau &n segl pcndapatan per kaplta penduduknya, dari segr ayama atau
suku bangsa masyarakatnya maupun dari segi struktur ekonominya. Pengertian
kedua dan yang palmy ideal drgunakan dalam analisis mengenai ekonomi ruang.
mengartikan bahwa wilayah ~ t usebagai suatu ekonorni ruang yang dikuasai oleh satu
atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Pengertian yang ketiga memberikan batasan
sesuatu wilayah berdasarkan pembagian administrasi tertentu seperti satu propinsi,
kabupaten, desa dan sebagarnya. Wilayah yang diartikan menurut pengertian yang
ketiga ini dinamakan wilayah administrasi atau wilayah perencanaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam prakteknya apabila membahas
mengenai pembangunan wilayah perencanaan wilayah, pengertian yang ketiga
merupakan pengertian yang banyak digunakan. Hal ini disebabkan oleh: (1) dalam
melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan
tindakan-tidakan berbagai badan pemerintah, dengan demikian lebih praktis apabila
suatu negara dipecah menjadi beberapa wilayah-wilayah ekonomi berdasarkan
satuan administrasi yang telah ada; (b) wilayah yang batasannya
ditentukan
berdasarkan satuan administrasi l e b ~ h niudah dianal~s~skarena sejak lalna
pengumpulan data berbagai wilayah dalam suatu negara pembagiannya didasarkan
pada satuan administrasi.
Bedasarkan pengertian wilayah tersebut di atas, pengertian yany digunakan
dalam penelitian ini adalah pengertian yang ketiga yaitu kecamatan, kabupaten,
propinsi terrnasuk wilayah administrasi atau wilayah perencanaan. .
..
-
Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan adalah proses untuk
nlemperbaiki mutu kehidupan semua manusia. Selanjutnya dikatakan bahwa tujuan
pembangunan adalah:
a. Menrnykatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan
pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan perlindungaK
b Meningkatkan tamp hidup yaitu: selain meningkatkan pendapatan, memperluas
kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih
besar kepada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, secara keseluruhan akan
nlemperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa
percaya diri sebagai individu maupun suatu bangsa.
c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan
setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan
bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara, tetapi juga terhadap
kebodohan dan kesengsaraan.
Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan wilayah tersebut,
haruslah didasarkan kepada suatu kebijaksanaan dasar pembangunan dan
disesuaikan dengan kondisi baik politik maupun sosial ekonomi yang dianut oleh
masyarakat
bangsa tersebut. Pembangunan wilayah di Indonesia merupakan
kesatuan pembangunan nasional sebagai perwujudan Wawasan Nusantara, maka
sasaran pembangunan harus selalu didasarkan pada sasaran pembangunan nasional
dengan meniperhatikan prioritas dan potensi yang dimiliki.
?a.D-PPs IPB
Pembangunan yang terpadu dan terencana perlu d~iakuicnntrrhndap selunrh
bidang kehidupan. Untuk menjamin berhasilnya suatu pembangunan tldak hanya
ditentukan oleh tersedianya dana yang mencukupi, tetapi juga sangat ditentukan oleh
perencanaan yang matang. Untuk itu diperlukan data dan ~nformastyang akurat dan
mendukung terhadap proyek pembangunan yang akan dikerjakan. Salah satu
pertimbangan untuk membangun suatu wilayah adalah denyan melihat sejauh mana
industri unggulan yang ada di suatu daerah, dapat memberikan kontribusi yang
tinggi bagi pembangunan di daerah yang bersangkutan.
2.2. Keterkaitan a n t a r sektor dalam perekonon1ia1.r
Kelnajuan suatu sektor dalam perekonomian wilayah tidak niungkin dicapai
tanpa dukungan sektor-sektor yang lainnya. Hal tersebut memungkinkan keterkaitan
antar sektor ekonomi yang satu dengan yang lainnya
Dalam penelitian ini, untuk memperkirakan peranan dari kontribusi sektor
i~idustrigarmen terhadap perekonomian wilayah di Propinsi Jawa Barat digunakari
pcrencanaan
wilayah. Friedman dan
Weaver ( 1 979) menyatakan, bahwa
perencanaan wilayah adalah proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan
pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi
dan sosial tersebut.
Pendekatan dengan menggunakan teori ini berusaha menjelaskan
perubahan-penrbahan yang terjadi terhadap suatu wilayah
I'll 'U PP.1 II'B
dengan menekankan
hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian suatu wilayah,
dan kekuatan-kekuatan pendorong yang berasal dari sektor industri garmen ke sektor
yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang paling sederhana
dan cukup dikenal adalah teori basis ekonomi (economic base theory), sedangkan
yang lebih Amit antara lain teori pengganda perdagangan dan analisis input-output
-
(Glasson, 1977). Semua pendekatan tersebut pada dasamya mempunyai kesamaan
dalam memandang tata ruang sebagai satu kesatuan yang integral. Model-model
tersebut tidak hanya bermanfaat untuk menjelaskan perubahan wilayah dan untuk
memperkirakan implikasinya bagi keputusan ekonomi, tetapi sangat bermanfaat bagi
perencanaan pembangunan wilayah.
Penelitian ini mengunakan analisis Input-Output (1-0) untuk keperluan
perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan di Propinsi Jawa Barat. Salah
I
satu tujuan utama analisis input output untuk menjelaskan hubungan keterkaitan
antar sektor (backward a n d fonvarcl linkage analysis). Analisis ini sangat penting
terutama dalam perencanaan sektoral.
Model 1-0 merupakan salah satu nlodel kesein~banganhubungan ulnum
(general equilibriutn model) yang dapat digunakan untuk tujuan analisis
pembangunan ekonomi. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Francois
Quesnay, lalu dikembangkan oleh Wassily Leontief (Glasson, 1 977), dengan dasar
pendekatan adalah hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sektor yang
la~nnyadalam perekonomian sedemikian rupa sehingga dapat dinyatakan dalam
persanlaan linier. Adapun konsep dasar yang dikembangkan Leontif adalah:
- --
. it !
t 8 P ,1tJB
1 . Struktur ptrekonorn~an tersusun darl berbaya~ sektor yany satu sama
13111
berinteraku melalui jual bell.
2. Output s u a w sektor dijual kepada sektor yang lainnya dan untuk memenuhi
permintaan akhir.
3. lnput suatu sektor dibeli dari sektor-sektor yang lainnya dan rumah tangga (dalam
bentuk jasa pekerja), perner~ntah(misalnya pembayaran pa-tak tidak langsung),
penyusutaq surplus usaha dan impor.
4. Hubungan mput dengan output bersifat Ilnear.
5. Dalarn satL kurun waktu Analisis (biasanya satu tahun) total input sama dengan
total outpLr
6. Suatu s e k o r terdiri dari
atau beberapa perusahaan dengan satu sektor
m e n g h a s i h satu output, dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi.
b1e::Iit
.'ulalisis 1-0 yang dikembangkan oleh Wassily Leontief memiliki
asumsi d a s x -%ed
prodtrction jirnction atau dikenal sebagai fungsi produksi
Leontief, aruz>zhanya ada satu kombinasi input untuk memproduksi tingkat output
tertentu.
Den--
mengkombinasikan potensi wilayah yang dimiliki dengan potensi
sektoral, dih;=pkan
terarah.
PWD-PPs IPB
-
tercipta suatu strategi pengembangan yang lebih baik dan
.';.?:I
PLZ?:
-T?zdiuf/-/
G-dn.2
2.3. Teori Basis Ekonomi
Salah satu alat untuk mengukur pertumbuhan wilayah yang popular adalah
konsep basis ekonomi. Glason (dalam Sitohang, 1977) mengatakan bahwa
berdasarkan konsep basis ekonomi ini kegiatan ekonomi wilayah dibagi menjadi dua
-
sektor yaitu, sektor basis dan non basis.
Kegiatan sektor basis adalah kegiatan-kegiatan yang mengekpor barangbarany dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar perbatasan perkonomian n~asyaraknt
!.ang bersanykutan. Sedangkan kegiatan non basis adalah kagiatan-kegiatan yang
menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang
berrsmpat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Hal
~ n iberarti
kegiatan-kegiatannya tidak mengekspor barang-barang jadi, sehingga
rusng lingkup produksi dan pasarnya bersifat lokal.
Lebih lanjut Glasson mengatakan dalam pembagian kegiatan ini terdapat
hubungan sebagai akibat yang membentuk teori basis ekonomi (basis ekspor).
B e m b a h banyaknya kegiatan basis di dalam suatu wilayah akan menambah arus
pendapatan ke dalarn wilayah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap
barang-barang dan jasa-jasa di dalarnnya dan menimbulkan kenaikan volume
lcegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan
berkurangnya
pendapatan yang mengalir masuk ke dalam wilayah yang
bersangkutan, dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis.
Dengan demikian kegiatan basis mempunyai penggerak pertama (Primer mover
Idtrle) JI rnana setlap perubahan mempunyal efek mult~plterterhadap perekonomian
Pada dasarnya teorl ini mengarahkan penumbuhan ekonomi wilayah yang
J~tentukanoleh aktivitas ekspor wilayah tersebut. Menurut Nort (dalam Sukimo,
1085)
peranan ekspor dalam pembangunan wilayah atau perekonomian suatu
w~layahadalah secara langsung n~enimbulkankenaikan kepada pendapatan faktortitlitor produlisi wilayah dan pendapatan wilayah dan lebih penting lagi bahwa
perkembanyan ekspor akan menciptakan permintaan-permintaan atas produksi
11)dustnlokal (liesidentiory Industries) terutama digunakan untuk memenuhi pasaran
dl ~ v ~ l a y atersebut.
h
Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non
basis dapat digunakan dua cara, yaitu nletode langsung dan tidak langsung. Metode
langsung dapat dilakukan dengan survei secara langsung untuk mengidentifikasi
sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis
denyan tepat, tetapi memerlukan biaya yang sangat mahal, waktu dan tenaga yang
lebih banyak. Oleh sebab itu sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan
cara yang kedua, yaitu metode tidak langsung yang dapat didekati dengan tiga cara
(Glasson, 1977):
a. Metode pendekatan asumsi (Arbitrer) yaitu dengan mengasumsikan industri
primer dan manufakturing adalah basis.
..
PWD-PPs IPB
b. Metode pendekatan kuosien lokasi (LQ) yaitu merupakan perbandingan antan
pangsa relatif pendapatan atau pekerja sektor-i pada tingkat nasional atau
wilayah yang lebih tinggi terhadap pendapatan atau pekerja total pada tinykat
nasional yang lebih tinggi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
di mana:
n , : total pendapatanlpekerja sektor-i
pads tingkat wilayah
n : total pendapatanlpekerja wilayah
N,: total pendapatanlpekerja sektor-i pada tingkat nasional atau wilayah ?an2
lebih tinggi
N: total pendapatanlpekerja pada tingkat nasional atau wilayah yang lebih
tinggi
Dari hasil penghitungan rumus di atas, apabila LQ > 1 maka kegiatan
tersebut merupakan kegiatan basis dan apabila LQ < 1 maka ha1 ini menunjukan
bahwa kegiatan tersebut bukan kegiatan basis.
Dalam metode ini asumsi yang harus dipenuhi adalah: ( I ) pola permintaan
wilayah sama dengan pola permintaan nasional; (2) permintaan wilayah atas
sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, sedangkan
kekurangannya didatangkan dari luar wilayah.
c. Metode pendekatan minimum yaitu merupakan modifikasi dari metode kuoslen
lokasi, dengan mengunakan distribusi minimum dari employment yang
diperlukan untuk menopang industri regional. Setiap wilayah dihitung persentase
angkatan kerja yang dipekerjakan dalam setiap industri. Kemudian persentase
yang terkecil dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi industri
-
tercentu. Sedangkan persentase yang lebih tinggi dianggap sebagai pekerja basis
Dalam penelitian ini, untuk menetukan kegiatan basis dan non basis
dilakukan dengan pendekatan kuosien lokasi (LQ). Richardson (1 977) menyatakan,
bahwa metode pendekatan kuosien lokasi adalah merupakan metode yang lazim
dlgunakan dalam studi-studi empirik. Namun demikian Hoover (1 977) menyarankan
bahwa apabila menggunakan pendekatan metode tersebut memperkirakan berapa
bariyak output industri diekspor, maka seba~knyaperhitungan tidak didasarkan pada
~~endapatan
perorangan atau jumlah penduduk. Tetapi sebaiknya didasarkan dugaan
statistik
yang lebih menunjukan permintaan akan barang industri yang
bersangkutan.
Dengan menggunakan analisis basis ekonomi terhadap propinsi Jawa Barat,
ha1 ini dimaksudkan dalam rangka pembangunan wilayah. Seperti dikemukakan
d latas, bahwa salah satu tujuan upaya pembangunan wilayah adalah meningkatan
pendapatan masyarakat dan sekaligus penerimaan devisa.
Dalam bagian eko-sistem, industri merupakan input dari lingkungan yang
dl trilnsformasi menjadi output. Kemudian output tersebut disalurkan kembal i kepada
lingkungan. Oleh karena itu kelangsungan industri ditentukan olch fakror-faktor
internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi masaiah produksr drtn
pemasaran, yang antara lain ditentukan oleh kematangan pengusaha dan pekerja
dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan faktor ekstemal menyanykut kornponen
lingkungan mikro dan makro. Yang termasuk dalam komponen mikro adalah
komponen lingkungan yang mempunyai pengaruh iangsuny terhadap suatu
perusahaan yang antar lain pesaing, pelanggan, pemasok, lembaga-lembaga
keuangan, pasar pekerja dan distributor atau penyalur. Sedangkan lingkungan makro
atau umum yaitu lingkungan yang mempengaruhi organisasi secara keseluruhan,
seperti kebudayaan, teknologi, pendidikan, politik, hukum, sosiologi dan ekonomi.
Dengan melakukan analisis sistem industri akan dapat diidentifikasi
kekuatan atau potensi, kelemahan dan peluang-peluang yang dimiliki oleh industri
serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan untuk kelangsungan hidupnya.
Keberhwilan industri dalam jangka pendek dapat dilihat dari kemampuan
produksi dan efisiensi, sedangkan untuk jangka menengah dapat dilihat dari
kemampuan menyesuaikan diri dan berkembang, dan untuk jangka panjang dapat
dilihat dari kontinuitas usaha secara terus menerus.
2.4. Pertumbuhan dan Sumber-surnber Perturnbuhan
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dicerminkan oleh pertumbuhan ~ r o d u k
Domestik Brut0 (PDB), yaitu pertumbuhan nilai tambah (value added) sektor
..
PWD-PP.V IPB
ekonomi. Dalam konteks ini pertumbuhan diartikan sebagai: (1) perubahan PDB
menurut dimensi waktu dan (2) pertumbuhan PDB per kapita menurut dimensi
waktu. Perbedaan kedua definisi terletak pada konsep "produktivitas" nilai tambah
per kapita. Dengan demikian, definisi kedua dari konsep pertumbuhan tersebut
mengacu pada growth of population-value added ratio. Pendekatan pertumbuhan
-
berdasarkan produktivitas , akan lebih tepat bila mengunakan acuan "pekerja"
di banding populasi: Konsep terakhir ini disebut sebagai growth oJ'et)~ployment-voltre
trdded ratio. Namun demikian definisi terakhir mengacu pada konsep produktivitas
pnrsial, yakni pekerja. Konsep Total Factor productivity (TFP) akan lebih tepat
iintuk menggambarkan kondisi perusahaan, sektor maupun agregat ekonomi yang
mcmpunyai lebih dari satu input peubah.
Sedangkan ditilik dari sumber-sumber pertumbuhan, unlumnya dibagi ke
dalam dua kelompok utama, ( 1 ) pertumbuhan yang berasal dari s i s ~pemlintaan
(~/en,and
side) dan ( 2 ) pertumbuhan dari sisi penawaran (srryply .sitle)l Kelompok
yang berpendapat, bahwa sumber-sumber pertumbiihan berasal dari
menyatakan
S I S I penawaran
sumber-sumber pertumbuhan berasal dari konsumsi masyaraknt,
investasi swasta, goverment expenditure dan ekspor2. Sedangkan kelompok sirpply
side menyatakan bahwa sumber ekonomi berasal: ( I ) kontribusi modal fisik
(physical capital), (2) modal manusia (human capital), (3) pertumbuhan penduduk
' Kelompok yang menyatakan sumber pertumbuhan dari sisi sup ly side umuqmya bemsal dari kelornpok
Klasik dm pmgikutnya, sedangkan p e m b u h w berasal d& demand side umurnnya berual dar~
kelompok Keynes dan pengrkutnya.
Bebwtpa tudi exripiris pertumbuhan dari sisi aggregate demand dapat dibaca pada hisan: (I) Frederik
Sjoolm (1 998), (2)Thomten Beck dkk (1 999). Simeon D j d o v (1 998).
PWD-PPs IPB
atau pekerja serta (4) inovasi dan kemajuan teknologi. Pada kelompok kedua ~ n i .
Analisis
sumber-sumber pertumbuhan yang digunakan adalah Total Factor
Productivity (TFP)~
Konsep pertumbuhan yang digunakan umumnya relatif sama (PDB per
kapita), narnun yang berbeda adalah sumber-sumber perturnbuhan, yakni yang
berasal dari sisi penawaran atau permintaan. Narnun demikian, jika Analisis sumber
pertumbuhan bersifat sektoral umumnya menggunakan pendekatan sisi penawaran,
karena Analisis sumber pertumbuhan dari sisi permintaan umumnya banyak
digunakan pada makroekonomi secara agregat. Oleh karena itu, Analisis sumber
pertumbuhan dipengaruhi atau tergantung dari ketersediaan data dan tujuan analisis
dari studi empiris yang dilakukan. Untuk memperjelas konsep pertumbuhan dan
sumber-sumber pertumbuhan, maka akan dipaparkan beberapa pemikiran awal
tentang konsep tersebut.
Proses
pertumbuhan
menurut Kaldor, mempertimbangkan
dimensi
peningkatan per pekerja dan dimensi waktu. Konsep pertu~nbuhanyang ditawarkan
secara implisit menjelaskan bahwa sumber pertumbuhan adalah teknologi @hy.sicnl
cctpitnl). Sedangkan konsep pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets, adalah: ( 1 )
transformasi struktur ekonomi, baik struktur produksi maupun ketenagakerjaan, (2)
pergesaran
struktur
ketenagakerjaaan
dari
sektor
tradisional
ke
modern
(~rrhanisation)dan (3) transformasi tahapan industrialisasi dari early, middle dan
' I )ladopsi iui N.Gregoy M d i w , David Romer dm David N.
Weil dalam tulisannye" A Contribution to
Ihc li~iipiricsof Emnomi Gro~vth,Qutlrterly Journal of Economics 107 (2): 407-437, May 1992.
later rndus~ries,melalui
perubahan share of employment antar tahap industrialisasi.
Denyan demikian, konsep pertumbuhan Kuznets tidak hanya mengacu pada
pertumbuhan nilai tambah atau output per pekeja,namun juga menjelaskan proses
transformasi ekonomi sebagai konsekuensi perbedaan percepatan pertumbuhan antar
sektor ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pertumbuhan
-
ekonomi juga dijadikan acuan untuk mengidentifikasi proses pertumbuhan. Sumbersumber pertumbuhan menurut Kuznets berasal dari (1) teknologi dan (2)
perdagangan internasional (pasar)
Simatupang (1988)' menyatakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi
adalah peningkatan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Peningkatan
efisiensi ekonomi produksi sangat penting bagi perusahaan dalam rangka
peningkwtan keuntungan dan daya swing. Peningkatan efisiensi ekonomi juga
sangat penting bagi ekonomi secara keseluruhan, karena ha1 ini berarti peningkatan
efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada pada perekonomian
tersebut.
Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan: (1) mempergunakan teknologi yang
ada dengan baik, (2) mempergunakan jumlah masukan yang optimal, dan memilih
skala usaha dengan optimal. Efisiensi yang terkait dengan penggunaan teknologi
yang ada secara tepat disebut efisiensi teknis. Efisiensi yang berhubunyan dengan
skala usaha disebut ekonomi skala usaha (economic of scale).
'
I lirl ~ nsrjalan
i
dengan pernikiran Pai D. H. Penandiker (1 996) yang menyatakan bGwa daya &ng IKKR
Jltentukm oleh dua hal, yakni: (1) teknologi, dan (2) pasar.
I)iadopi dari Pmtar Simatupang " Penentuan Ekonomi Skala Usaha den n fungsi Keuntungan: Landasan Teoritis
Jcrlrn wntoh Fungi Cobb-Douglas dm T ~ S I lurt~al
O ~ ~ g ~konomi,B;(l):
m
1-1 6, Mei 1988.
Dalam tulisan lain, Simatupang (1 996) menyatakan bahwa produktn t t u
total faktor produksi (total factor pt-ocluctivify) merupakan sumber pertumbuhan
produksi dan daya saing. Hal ini karena pada konsep TFP sunrber penumbuharr
merupakan interaksi antara dua sumber pertumbuhan utama, yakn~ ( I ) teknoloyl
dan (2) efek penerimaan skala faktor produksi (econonric of .sculu). Dengan kalln~a~
lain, TFP adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu
kesatuan (faktor produksi agregat) dalam menghasilkan output secara keselumhan
(output agregat) atau produksi rata-rata faktor produksi agregat.
Jika
dalarn perpektif ekonomi
makro (agregat sektoral), konsep
pertumbuhan intinya mengacu pada perkembangan "nilai tarnbah" atau "nilai
output" agregat, maka ukuran pertumbuhan di tingkat makro juga berdasarkan "nilai
tambah" ataupun "output". Dalam konteks mikro perusahaan, konsep nilai tarnbah
pada dasarnya merupakan profir gains yang diperoleh dari proses pembelian input
faktor, proses produksi dan ha.rgajual output. Dengan kata lain, konsep penumbuhan
ditilik dari kacamata perusahaan adalah pertumbuhan output ataupun dtwfit gains
yang dihasilkan perusahaan. Pendekatan yang umum dalam ekonomi produksi dalarn
konteks pertumbuhan "nilai tambah" adalah pendekatan fbngsi keuntunyan ( dual),
sedangkan pertumbuhan dapat didekati dengan jumlah output yang dihasilkan,
sehingga pendekatan yang sering
dipakai adalah pendekatan hngsi produksi
(primal). Perbedaan pemakaian keduanya tergantung dari (1) kondisi empiris, (2)
Diadiadopsi
dari. Pantar Simatu g dalam ."Konsep dan Pengukurw roduktivitav Tokl Faktor Produksi" Seminar
~ a s o ~d m n ~ t a n ~ m i u Epertan~an,
tas
Jakarta 6-7 Agustus 19 6. Dsprtrmen Pertmian.
8
PWD-PPs IPB
data yang tersedra dan (3) tujuan analisis. Hal ini dikarenakan keluar masuknya
perusahaan dalam industri (entry into and exit @om
tnarket) tergantung dari
kemampuan membuat keuntungan dari jenis usaha yang dikerjakan.
Sedangkan menurut ~arlson',empat kekuatan yang mendorong perusahaan
untuk memaksimumkan keuntungan (source of growth), yakni ( 1 ) technicul
kt~o\c.ledge,(2)product demand, (3)factor strpply3an ( 4 )capital supply. Sedangkan
menurut J.M Handerson and Richard E. Quandt (1980), sumber pertumbuhan
(sotrrce demand) dan efisiensi usaha, yang pada akhimya mempengaruhi realokasl
sulnber days" Sebagaimana dipaparkan sebagai berikutg:
". .. firm move into markets in which they can make profit and
leave those in which they incur losses. Resources such as labor tend to be
attracted the industries the products of which are in great demand.
Inefficient firm are liminated from the market and are replaced by efficient
ones".
Berkaitan dengan ha1 tersebut, mak
DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH PROPlNSl JAWA BARAT
Oleh:
SRI JULIA INDRlATl
..
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Semuanya tegadi b e n a kehendak Allah,
hvak ada daya upaya kecudi dengan pertolongan Allah.
(QS. A1 - Kalfi: 38.)
ABSTRAK
SRI JULIA MDRIATI. Peranan Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Proplnsl
J a ~ v aBarat. Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR, BAMBANG JUANDA dan ERNAN
RUSTIADI.
Industri gannen merupakan salah satu industri penting di Propinsi Ja\va Barat y m g
sangat berpengaruh terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
penyerapan pekerja dan ekspor. Krisis ekonomi yang teqadi sejak penengahan trthun 1 lj1)7.
mengakibatkan harga bahan baku impor menjadi sangat mahal. Keadaan in1 menjad~
pernasalahan bagi perusahaan industri, karena berkaitan dengan biaya produksi. Lebih lanjut
&an berpengaruh terhadap pengurangan produksi dan pemutusan hubungan ke ja.
Penelitian ini bertujuan: a) Melihat profil industri garmen di Propinsi Jaua Barat. b)
htlengetahui sebaran dan keragaman keragaan spqial kegiatan industri garmen besar dm
sedang di Propinsi Jawa Barat, c) Mengetahui peranan d m kontribusi kegiatan industri
garnen bagi perekonomian wilayah di Propinsi Jawa Barat. d) Melihat darnpak krisis
terhadap industri garmen di Propinsi Jawa Barat, e) Mengetahui faktor-faktor penentu
keragaan industri garmen besar dan sedang di Propinsi Jawa Barat.
Metode analisis yang digunakan adalah: Analisis Input-Output, Analisis Kuosien
Lokasi (Location Quotien), Kuosien Lokalisasi Industri, Analisis Entropy relatif dan indeks
carnpuran, analisis regresi komponen utama, Fungsi Produksi Constant Elasticity of
Subriturion dan fungsi produksi Cobb Douglas. Data yang dipergunakan meliputi: data
primer Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan tahun 1980-1999, Sensus Ekonomi
Tahun 1996, dan Survei Usaha Terintegrasi Tahun 1999 yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik, serta data sekunder dari Badan Pusat Statistik, instansildinas terkait lainnya.
Hasil analisis menunjukkan krisis ekonomi mengakibatkan kontraksi pada industri
garmen, tapi masih dapat bertahan dan terlihat mulai meningkat lagi pada tahun 1999, karena
produknya di ekspor. Outputnya merupakan leading sector bagi perekonomian wilayah, nilai
tambah brutonya penyumbang terbesar PDRB, ketergantungannya tinggi terhadap sektor
lain sebagai input produksi atau lebih bersifat hilir, kebanyakkan bahan baku yang digunakan
impor. Perusahaan relatif sangat menyebar baik untuk pekerja maupun outputnya, sebaran
pekeja lebih rendah dari pada potensi sebaran output. Outputnya dipengaruhi faktor
produksi, produktivitas serta kepadatan penduduk. Disarnping itu, semakin menyebar industri
garmen dan semakin tinggi pencarnpur& industri garmen dan non garmen, dan semakin
banyak pemakaian bahan baku lokal dari pada impor, maka Output per PDRB propinsi akan
meningkat. Kondisi usaha belum efsien atau increasing return to scale, karena produktivitas
modal maupun pekerja rendah. Modal kerja dan pekerja dipergunakan bersamaan atau
bersifat komplernenter. Sumber pertumbuhan industri garmen Propinsi Jawa Barat lebih
banyak mengandalkan peranan input pekerja, sedangkan input modal lebih rendah dan TFP
negatif
Untuk meningkatkan peranan industri garmen, terutama meningkatkan sumbangan
PDRB dan penyerapan pekeja,perlu perhatian pemerintah pada industri hi. Perhatian yang
diperlukan supaya perusahaan industri garmen tidak terlalu tergantung pada bahan baku
impor, dapat lebih efisien dan produktiv dalam menjalankan usahanya.
PWD-PPI lPB
SURAT PERNYATAAN
Denyan in1 saya menyatakan bahwa, tesis:
.' PERANAN INDUSTRI GARMEN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH PROPlNSl JAWA BARAT"
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber
data
dan lnformasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya
-
Bogor, 21 Mei 2002
Sri Julia lndriati
NRP. 99388/PWD
..
PWD-PPs IPB
PERANAN INDUSTRI GARMLN
DAlAM PEMBANGUNAN WILAYAH PROPINSI JAWA BARAT
01eh:
SRI JULIA INDRlATl
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sain pada
Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan I'edesaan
..
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
: Peranan Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi
Judul Tesis
NRP
Nomor Pokok
Program Studi
Jawa Barat
: Sri Julia Indriati
: 99.388
: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetuj ui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar. MSc
Ketua
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan
Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar MSc
1 ? JUN
Tanggal lulus: 21 Mei 2002.
PWDJPs IPB
a61(32
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 25 Juli 1960, putri dari Bapak M.
Nasucha dan Ibu Dewi Kartiningdyah (Alm). Penulis sebagai putri ketiga dari empat
bersaudara. Pada tanggal 1 Juli 1985 penulis menikah dengan Mas Hartojo, SE.
Penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar (SD) Pandawa Jakarta pada
tahun 1972, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Marsudirini Jakarta pada tahun 1975,
Sekolah Menengah Atas Negeri XII (SMAN XII) Jakarta pada tahun 1979. Pendidikan
sarjana muda penulis tempuh di Akademi Ilmu Statistik Jakarta, lulus pada tahun 1983
sebagai ikatan dinas. Setamat kuliah penulis wajib bekerja di Badan Pusat Statistik. Pada
tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan sarjana yang ditempuh di Program Studi
Statistika, Fakultas MlPA IPB, lulus pada tahun 1991. Kesempatan untuk melanjutkan ke
program pascasarjana pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan (PWD) di perguruan tinggi yang sama, diperoleh penulis pada tahun 1999.
Sampai saat ini penulis masih bekerja di Badan Pusat Statistik. Subdit. Statistik
Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga tempat penulis mengabdi.
Puji dan syukur penulis panjackan kehadtrat Allah SWT atas berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah In1 berhasil dlselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yany dilaksanakan sejak bulan Maret ZOO1 ini ialah garmen, denyan judul
Peranan Industri Garrnen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr. Ir. AfFendi Anwar, MSc,
Bapak Dr. Bambang Juanda, MS dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M A selaku
~
komisi
pembimbing, yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam rangka penyelesaian tesis
ini.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Direktur Statistik
Industri, Bapak Drs. Sudjoko beserta staf Subdlt Statistik lndustri Kecil dan Kerajinan
Rumahtangga, Bapak pimpinan dan staf Statistik Lndustri Besar Sedang, teman-teman
PWD angkatan 1999, Bapak Agus Sahri, MSc, blbak Dinarsih, SSi, Bapak Rifa Rufiadi,
SKM, Bapak Margo Yuwono, SSi, Bapak Ir. Suryadi, Satti Wagistina, FvlSi, Eka
tak dapat disebutkan satu per satu. MudahSriwidianti, MSi dan semua pihak y?hg
mudahan kesemuanya menjadikan rangkaian tarnbahan amal yang berlipat ganda.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda, Mas Hartojo, Mas
Sonny, Dik Yenny, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya dengan
penuh kesabaran memberi dorongan dan semangat.
Akhirnya dengan mengharap keridhoan Allah SWT, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat, baik bagi pembaca maupun peneliti lainnya, walaupun n~asihjauh dari
sempurna.
Bogor, Mei 2002
Sri Julia Indriati
.
IV
PROFIL DAN ANALISIS PERANAN INDUSTRI GARMEN ..........
4.1.
4 2.
4.3.
4.4.
59
Potensi Wilayah ...................................................
Gambaran Umum Industri Pengolahan .................. ......
Profil Industri garmen di Indonesia ..............................
Peranan Industri Gannen terhadap Perekonomian Wilayah di
Jawa Barat ..........................................................
4.4.1. Kontribusi industri garmen terhadap perekonomian
wilayah di Jawa Barat ...................................
4.4.2. Analisis dampak pengganda industri garmen
terhadap perekonomian wilayah .....................
4.4.3. Analisis keterkaitan industri garmen terhadap sektor
ekonomi lainnya ...........................................
4.4.4.Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan ...............
..
V
.
ANALISIS PENYEBARAN DAN KERAGAAN INDUSTRI GARMEN
BESAR DAN SEDANG ...................................................
5.1. Kegiatan Basis dan Bukan Basis ................................
5.2.
Kuesion Lokalisasi Industri ......................................
5.3, Faktor-faktor Penentu Lndustri Garmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.3.1. Berdasarkan kabupaten . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.3.2. Berdasarkan propinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.4. Keragaan
. .Produksi Garrnen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5. Produkt~vitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V I.
PEMBAHASAN UMUM
Profil dan Peranan Industri Garmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 1.
....
6.2. Sebaran Spasial lndustri Garmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
.
.
.
6.3. Keragaan Industri Gannen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VII
.
I I6
119
121
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
7.1.
7.2.
Kesimpulan ........................................................
Saran ...............................................................
DANAR PUSTAKA ....................................................................
125
128
129
DAFTAR TABEL
Bentuk Umum Tabel Input-Output . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Banyaknya Perusahaan, Pekerja dan Output lndustr~
Garmen di Indonesia pada Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Karakteristik Industri Garmen di Propinsi Jawa Barat Tahun
1996 dan 1999 (harga konstan 1993) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Karakteristik Industri Tekstil di Propinsi Jawa Barat Tahun 1996
dan Tahun 1999 (harga konstan 1993) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Ekspor Garmen Propinsi Jawa Barat menu nlt Beberapa Negara
Tujuan Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
.
.
............................
Struktur Perekonomian Propinsi Jawa
Barat menurut
Kontribusi Sektoral, Transaksi Donlestik Atas Dasar Harga
Produsen Tahun 1999 ........................ .
.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Komposisi NTB menurut Komponen di Propinsi Jawa Barat
Tahun 1999 ...............................................................
Dampak Kebutuhan Pekerja menurut Klasifikasi 13 Sektor di
Propinsi Jawa Barat, Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9.
Pengganda Output Sederhana dan Pengganda Output Total
menurut Klasifikasi 10 Sektor di Propinsi Jawa Barat, Tahun 1999
77
Penyganda Pendapatan Pekerja nlenurut Klasifikasi 10 Sektor di
Propinsi Jawa Barat, Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
....... .
.. . . .....
SO
11.
Keterkaitan Langsuny ke Depan dan ke Belakang
..................
83
12.
Keterkaitan Langsung dan Tak Langsung ke Depan dan ke
Belakang ....................................................................
84
10.
lndeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan .............
86
Rlnykasan Jumlah Kecamatan menurut Analisis LQ Industri
Besar Sedang menurut KLUI 2 Digit Propinsi Jawa Barat Tahun
1 999............................................................................
89
Rinykasan Jurnlah Kecamatan menurut Analisis LQ Industri
Besar Sedany berdasarkan ISIC 3 Digit 32 Propinsi Jawa Barat
Tahun 1999 ...............................................................
90
Ringkasan KLI IBS Berdasarkan Pekerja dan Output menurut
]SIC2 Digit Propinsi Jawa Barat Tahun 1999 ......................
93
Ringkasan Analisis KLI Industri IBS Berdasarkan Pekerja dan
Ouput menurut KLUI 3 Digit 32 Propinsi Jawa Barat Tahun
1999 ........................................................................
93
Keragaan Industri dan kondisi per Kabupaten di Propinsi Jawa
Barat Tahun 1999 .........................................................
98
Keragaan Industri dan Kondisi Propinsi Jawa Barat Tahun
1987-1 999 ..................................................................
106
Kontribusi Input Pekerja, Modal serta TFP terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Barat, Tahun 1 987-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
115
DAFfAR GAMBAR
Konfigurasi Sapasial LQ Output dan Pekrrjrl lrlcfustr~ Tekst~l.
Garmen dan Kulit, serta LQ Output dan Pekerja lndustr~Garn~en
.......
Propinsi Jawa Barat Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
91
Jumlah Perusahaan per Kabupaten Propinsi Jawa
Tahun 1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
93
Barat
Besarnya PDRB IndPDRB Kab, BB Loka1:'BB Inip. Lpuh
Gaji/Pekerja dan OutputPDRB Kab Per Kabupaten
Proplnsi
Jawa Barat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
97
Konfigurasi Spasial Entropy Relatif Pekerja dan Produks~sena
Indeks Campuran Pekerja dan Produks~Industr~Gannen dnrl Kon
Carmen Propinsi Jawa Barat Tahun 1 999 . .
100
Jumlah Perusahaan dan Pekerja Propinsi Jaws Barat
Tahun 1987-1999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
104
Besarnya Output/Persh,, BB Lokal/BB Imp, Upah Gajilpekerja dan
PDRB Ind/PDRB Prop Tahun 1987-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
105
Produktivitas Pekerja Industri Garmen di Propinsi J a w Barat
Tahun 1980-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
113
Produktivitas Modal lndustri Garmen di Propinsi Jawa Barat
Tahun 1 980-1 999 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
113
..
PWD-PPs IPB
Halaman
1.
Diagram Alur Pikir ........................................................
2.
Konsep dan Definisi .......................................................
3.
Tabel Koefisien Input-Output Jawa barat Tahun 1999, transaksi.
Domestik Atas Dasar Harga Produsen (1 0 X 1 0 ) ....................
4.
Print Out Analisis Regresi Komponen Utanla menurut Kabupaten
di Propinsi Jawa Barat Tahun 1999 ..: ..................................
5.
Print Out Analisis Regresi Komponen Utama Propinsi Jawa Barat
Tahun 1987-1999 .........................................................
6.
Print Out Analisis Fungsi Produksi CES (Constant Elasticity of
Slrhtittrtion) ...................................................................
7.
Data dan Print out Analisis Produktivitas) ..............................
PWD-PPu IPB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada awal era Pemerintahan Orde Baru sekitar tahun 1966 perekonomian
Indonesia masih sangat bergantung pada sektor pertanian, adapun konstribusi sektor
pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 50 persen, dan
konstribusi sektor industri terhadap PDB .kurang dari 9 persen.
Kondisi ini
berlangsung hingga sekitar tahun 1990, akhir era Pembangunan Jangka Panjang
Tahap I (PJP I).
Dengan
semakin kuatnya
isu tuntutan
perdagangan
bebas dunia,
kabijaksanaan Pemerintah Indonesia mulai mengutamakan sektor perindustrian.
Pertimbangannya fondasi sektor pertanian telah cukup mantap untuk mendukung
pengembangan sektor industri pada era PJP IT.
Dampak kebijakan Pemerintah tersebut berakibat konstribusi sektor
pertanian terhadap PDB cenderung menurun, sementara itu konstribusi sektor
industri cenderung terus mengalami peningkatan.
Sejalan dengan kebijakan
tersebut, maka pada tahun 1991 untuk pertama kalinya konstribusi sektor industri
terhadap penciptaan PDB sebesar 20,96 persen lebih besar dibandingkan dengan
sektor pertanian, yang hanya tinggal sekitar 19,66 persen.
Kemudian, memasuki awal PJP I1 (1 994) konstribusi sektor industri terhadap
PDB secara kontinyu terus meningkat mencapai 23,50 persen, sebaliknya sektor
pertanian terns mengalami penurunan dengan konstribusinya tinggal sekitar 17,40
persen.
Meskipun konstribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung terus
menurun, tetapi sebenarnya secara absolut produksi pertanian masih mengalami
peningkatan.
Peningkatan produksi pertanian tersebut terrefleksikan setelah
d~canangkannyaprogram intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yai
tu sejak 1 984
Indonesia yang semula dikenal sebagai negara pengimpor beras terbesar menjadi
negara yang telah dapat berswasembada pangan terutama beras.
Dengan demikian, kedua sektor tersebut sebenamya mempakan sektor
andalan yang paling menunjang perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Dengan cukup tingginya konstribusi sektor industri terhadap PDB, maka penurunan
atau peningkatan pertumbuhan sektor industri, secara langsung akan berpengaruh
terhadap perkembangan perekonomian nasional.
Fenomena tersebut terlihat dm
terasa, ketika pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang kernudian berlanjut
menjadi krisis ekonomi, sektor industri yang paling terpukul, sehingga pada tahun
1998 perekonomian nasional mengalami kontraksi sekitar 1 3 persen.
Hal ini
menunjukkan, bahwa betapa besar pengaruh sektor industri tersebut terhadap
perekonomian nasional.
Kebijaksanaan pemerintah sepuluh tahun sebelum krisis, bias pada industri industri besar yang tidak dibangun berdasarkan sumber daya dalam negeri.
(domestic resource-base industry). Ketergantungan pada luar negeri sangat besar
untuk bahan baku, barang modal dan teknologi. Salah satu sebab krisis, hutang luar
negeri yang ~ e r l a l ubesar, sehingga mengganggu kestabilan neraca pembayaran
denyan naiknya nilai tukar (Exchange Hatr). lndustr~padat modal
tl&L
dapdt
membeli barang modal lagi. Sebetulnya sumbangan indusrtl besar terhadap ProduL
Domestik Regional Bruto (PDRB) besar, sehingga rnenolong perekonomran
lndonesia. Dengan proteksi pemerintah yany bias, menyebabksn penunlbuhan
ekonomi Indonesia tidak wajar, perusahaan yang besar tidak rnembantu yany kecrl
Selain industri besar, yaitu industri sedang, kecil dan rumah tangga sepenuhnya
usaha swasta. Kebijakan pengembangan pada industri sedans, kecil dan rumah
tangga pada kenyataannya barn merupakan retorika saja. Padahal penganibangan
usaha-usahalperusahan-perusahaan ini lebih bersandar pada sunlberdaya dalam
negeri.
Salah satu andalan sektor industri adalah industri garmen yang juga
merupakan andalan ekspor Indonesia. Oleh sebab itu komoditi ini menjadi sunlber
perekonomian daerah, baik dalam penyediaan lapangan kerja, pemasukan devisa
maupun pendapatan daerah. Namun demikian, dengan terjadinya krisis ekonomi,
politik maupun sosial di Indonesia, kecenderungan perkembangan pasar tekstil dan
pakaian di dunia yang "diskriminatif' dalam penetapan quota, dikhawatirkan aka11
mempengaruhi pengembangan industri garmen di Propinsi Jawa Barat.
Terjadinya krisis ekonomi telah berpengaruh pada kegiatan industri
pengolahan. Krisis ini mengakibatkan naiknya harga bahan baku dan biaya produksi
lainnya, sedangkan daya beli masyarakat menurun. Ketidakstabilan kondisi politik di
Indonesia, ikut memperlemah kondisi ekonomi, khususnya pada fluktuasi nilai tukar
dolar yang tidak stabil dan tidak terkendali. Kondisi ini mempersulit perusahaan
PWD-PPs IPB
yang bahan bakunya berasal dari impor, seperti perusahaan garmen di Propinsi Jawa
Barat yang lebih dari 45 persen bahan bakunya diimpor. Disamping itu, kesenjangan
masyarakat mengakibatkan kerawanan keamanan bagi usaha maupun masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berry dan Levyu (1994) terhadap
perusaham eksportir kecil dan menengah
yang bergerak dibidang garmen, diperoleh
basil sebagai berikut: 1) Industri garmen di Indonesia didominasi pengusaha
keturunan Cina, 2) kebanyakkan perusa,haan mempunyai jatur
pemasaran
lnternasional lewat jalur privat, demikian pula dengan perolehan kapabilitas
teknologinya. Namun sebagian perusahaan memiliki jalur yang siap diakses oleh
perusahaan besar, oleh tenaga yang berpendidikan maupun adanya jaringan
keluarga. Pemilik, utamanya etnis Cina dan pola pemasaran bersama. Dukungan
lembaga
publik
maupun
pemerintah
dirasakan
nlasih
kurang
terhadap
pengembangan pasar di luar negeri maupun teknologi bagi perusahaan eksport~r
n~enengah dan kecil. Pengusaha eksportir garnren Indonesia tingkat kecil dan
menengah
merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. lndustri ini
terkonsentrasi nlencolok secara regional dan etnis. Perusahaan non pribumi
mendominasi industri garmen, dan diperkirakan mengkontribusi lebih dari 90 persen
kuota ekspor. Daerah yang menjadi basis industri garnen adalith Jakarta, Bandung
dan beberapa kabupaten di Jawa Barat yang sebagian sudah masuk ke area Propinsi
barn yaitu Banten.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 1999 Propinsi Jawa Barat berpenduduk 42
Juta jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 981 jiwa/km2. Dari jumlah
PWD-PPs IPB
tersebut jumlah yang bekerja mcncapar 1 1.8 luta jlwa, denyar komposisi lapangan
usaha utama pada sektor pertanIan sebanyak 5.2 Juta jitva, perdagangan 3.9 Juta
jiwa. dan industri lainnya 2.7 Juta jiwa.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Barat atas
dasar harga konstan tahun 1999 sebesar Rp. 69 triliun. Peranan industri Sarmen
dilihat dari Nilai Tambah Bmto (NTB) sebesar 33.71 persen yani mempakan
sumbangan dari sebanyak 17.015 unit perusabaan industri garmen, dengan jumlah
pekerja sebanyak 279 ribu orang. Dari keadaan ini, banyaknya industri garmen besar
dan sedang sebanyak 542 pemsahaan, menyerap pekerja sebanyak 225 ribu orang
dan menghasilkan output sebesar Rp 10,76 triliun. Dengan pertimbangan Jawa Barat
penyerap pekerja terbanyak dan penghasil output garmen terbesar dibanding
propinsi-propinsi lain, maka dipilihlah Propinsi Jawa Barat sebagai wilayah
penelitian.
Dalam membuat
landasan kebijaksanaan pembangunan, tentunya
diperlukan pengetahuan yang lenykap tentang kondisi: sosial ekonomi masyarakat,
potensi yang dimiliki, serta pemasalahan yang dihadapi. Berdasarkan pengetahuan
ini dapat mengembangkan kebijakan-kebijakan yang lebih terarah, termasuk
berbagai alternatifnya bagi upaya memajukan daerah. Guna mengetahui lebih jauh
seberapa besar darnpak dan peranan
industri gannen tersebut terhadap
pembangunan wilayah, maka diperlukan suatu penelitian lebih jauh tentang Peranan
Industri Garmen dalam Pembangunan Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Penlbangunan ekononi~w~layahmerupakan salah satu isu strategis dalam
penpekt~fpembanyunan nasional. Dalam pembangunan ekonomi wilayah akan
d ~ t e m uberbayal
~
kesenjangan ekonoml yany disebabkan oleh konsentrasi kegiatan
ekonomi yany terjadi hanya di beberapa wilayah maju dan terjadi penguasaan aset
-
yang t~dakadil dan merata antar pelaku dan antar golongan masyarakat. Masalah
yang terkait dengan pengembangan ekonomi daerah adalah belum memadainya
jaringan prasarana yang menunjang
pengembangan potensi
dan keterkaitan
ekonom~ w~layah dan terpusatnya ~nvestasi, sehingga manfaat pertumbuhan
ekonomi hanya dinikmati oleh daerah-daerah tertentu. Tidak berkembangnya
ekonomi di berbagai daerah juga diakibatkan oleh kurang kuatnya struktur
kelembagaan ekonomi lokal sehingga mata rantai produksi, pengolahan,' dan
pemasaran hanya dikuasai oleh sebagian pelaku ekonomi. Disamping itu keunggulan
koperatif masing-masing daerah, terutama keunggulan geografis, agraris dan maritim
sebagai surnber potensi ekonomi masyarakat belum dimanfaatkan secara optimal.
Dalarn kaitannya dengan pembangunan wilayah, masih dijumpai banyak
permasalahan antara lain, rendahnya akumulasi modal, efiesensi, produktivitas, dan
kualitas produksi. Sedangkan untuk pengembangan suatu industri sangat dipengaruhi
antara lain oleh pekerja yang terampil dan murah, penyediaan bahan baku, kualitas
produksi, tersedianya prasarana, serta pemasaran produk.
Dalam upaya pengembangan wilayah Propinsi Jawa Barat, maka perlu
dilihat potensi daerah tersebut. Disamping itu dengan terjadinya krisis niulti
dimensional yang mencakup krisis ekonomi, politik maupun sosial juga perlu dilihat
pengaruhnya terhadap pendapatan dan penyerapan pekerja di Propinsi Jawa Barat.
Salah satu potensi wilayah Propinsi Jawa Barat adalah
--
produksi
garmennya, seperti kemeja, celana, kebaya, blus, rok, kerudung, jaket, dan lain-lain
Untuk meningkatkan pendapatan daerah, maka perlu dilakukan perielitian niengenal
dariipak dan peranan dari usaha industri garmen ini.
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebaga~
berikut:
a. Bagaimana dampak krisis pada perkembangan industri garmen di P r o p ~ n sJri\\.a
~
Barat?
b. Bagaimana peranan dan kontribusi industri garmen keterkaitannya dengan sektor
ekonomi yang lain?
c. Bagaimana sebaran dan keragaman keragaan spasial kegirtan industri garmen
besar dan sedang di Propinsi Jawa Barat ?
d. Apakah ada pengaruh efek spasial (pola sebaran spasial) terhadap keragaman
sektor industri dilihat dari Output dan banyaknya pekerja.
e. Upaya-upaya apa yang hams dilakukan untuk meningkatkan produksi garmen di
Propinsi Jawa Barat?
.PWD-PPI IPB
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perurnusan diatas, maka dilaJcukan penelitian ini yang
bertujuan untuk:
a. Melihat keragaan profil industri garmen di Propinsi Jawa Barat.
-
b. Mengetahui sebaran dan keragaman keragaan spasial kegiatan industri garmen
besar dan sedang di Propinsi Jawa Barat.
c. Mengetahui peranan dan kontribusi kegiatan industri garnien bagi perekonomian
wilayah di Propinsi Jawa Barat.
d. Melihat dampak krisis terhadap industri garmen di Propi~tsiJawa Barat
e. Mengetahui faktor-faktor penentu keragaan industri garmen besar dan sedang di
Propinsi Jawa Barat.
1 .J. R l i ~ ~ ~ fPenelitian
aat
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi
para pembuat keputusan dan para pengambil keputusan dalam merumuskan arah
pelaksanaan kegiatan pembangunan industri garmen pada khususnya di Propins1
Jawa Barat.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi pada penelitian selanjutnya.
..
PrC'U-PPY IPB
II. KERANGKA PEMlKlRAN
2.1, Punbangunan Wilayah
Pembangunan wilayah diarahkan untuk mencapai tujuan pertumbuhan
-
ekonomi (growth),
pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainabi/ify)
ekosistem. Anwar (1999) mengemukakan bahwa, pertumbuhan ekonomi ditentukan
sejauh mana swnber-sumber yang langka yang terdiri dari sumber daya manusia
(human kapital), peralatan (man-made resources), dapat dialokasikan untuk hasil
maksimum, sehingga dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dalam meningkatkan
keglatan produktifnya. Semakin tinggi tingkat kemampuan sumberdaya mahusia
yang digambarkan oleh kemarnpuan untuk penguasaan teknologi, maka semakin
btsar kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk
mencapai pertumbuhan wilayah yang tinggi.
Sukirno (1985) mengatakan dalam berbagai analisis dan penyelidikan
r::t:;~enai
kegiatan ekononli ditinjau dari sudut penyebaran di berbagai wilayah.
P e r k a w n wilayah dapat dibedakan dalam 3 penyertian wilayah, yaitu wilayah
homogen, wilayah nodal, dan wilayah administrasi.
Pengertian yang pertama
m e n - w ~ a pbahwa suatu wilayah sebagai suatu space atau ruang, suatu kegiatan
r k o n o m ~berlaku dan diberbagai pelosok ruang tersebut sifat-sifatnyanya sama. Jadi
b3us-batas di antara satu wilayah dengan wilayah lainnya ditentukan oleh titik-titik
)Its.amaan sifat-sifat
tersebut sudah mengalami perubahan. Persamaan sifat-sifatnya
..
dapat drtrnjau &n segl pcndapatan per kaplta penduduknya, dari segr ayama atau
suku bangsa masyarakatnya maupun dari segi struktur ekonominya. Pengertian
kedua dan yang palmy ideal drgunakan dalam analisis mengenai ekonomi ruang.
mengartikan bahwa wilayah ~ t usebagai suatu ekonorni ruang yang dikuasai oleh satu
atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Pengertian yang ketiga memberikan batasan
sesuatu wilayah berdasarkan pembagian administrasi tertentu seperti satu propinsi,
kabupaten, desa dan sebagarnya. Wilayah yang diartikan menurut pengertian yang
ketiga ini dinamakan wilayah administrasi atau wilayah perencanaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam prakteknya apabila membahas
mengenai pembangunan wilayah perencanaan wilayah, pengertian yang ketiga
merupakan pengertian yang banyak digunakan. Hal ini disebabkan oleh: (1) dalam
melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan
tindakan-tidakan berbagai badan pemerintah, dengan demikian lebih praktis apabila
suatu negara dipecah menjadi beberapa wilayah-wilayah ekonomi berdasarkan
satuan administrasi yang telah ada; (b) wilayah yang batasannya
ditentukan
berdasarkan satuan administrasi l e b ~ h niudah dianal~s~skarena sejak lalna
pengumpulan data berbagai wilayah dalam suatu negara pembagiannya didasarkan
pada satuan administrasi.
Bedasarkan pengertian wilayah tersebut di atas, pengertian yany digunakan
dalam penelitian ini adalah pengertian yang ketiga yaitu kecamatan, kabupaten,
propinsi terrnasuk wilayah administrasi atau wilayah perencanaan. .
..
-
Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan adalah proses untuk
nlemperbaiki mutu kehidupan semua manusia. Selanjutnya dikatakan bahwa tujuan
pembangunan adalah:
a. Menrnykatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan
pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan perlindungaK
b Meningkatkan tamp hidup yaitu: selain meningkatkan pendapatan, memperluas
kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih
besar kepada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, secara keseluruhan akan
nlemperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa
percaya diri sebagai individu maupun suatu bangsa.
c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan
setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan
bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara, tetapi juga terhadap
kebodohan dan kesengsaraan.
Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan wilayah tersebut,
haruslah didasarkan kepada suatu kebijaksanaan dasar pembangunan dan
disesuaikan dengan kondisi baik politik maupun sosial ekonomi yang dianut oleh
masyarakat
bangsa tersebut. Pembangunan wilayah di Indonesia merupakan
kesatuan pembangunan nasional sebagai perwujudan Wawasan Nusantara, maka
sasaran pembangunan harus selalu didasarkan pada sasaran pembangunan nasional
dengan meniperhatikan prioritas dan potensi yang dimiliki.
?a.D-PPs IPB
Pembangunan yang terpadu dan terencana perlu d~iakuicnntrrhndap selunrh
bidang kehidupan. Untuk menjamin berhasilnya suatu pembangunan tldak hanya
ditentukan oleh tersedianya dana yang mencukupi, tetapi juga sangat ditentukan oleh
perencanaan yang matang. Untuk itu diperlukan data dan ~nformastyang akurat dan
mendukung terhadap proyek pembangunan yang akan dikerjakan. Salah satu
pertimbangan untuk membangun suatu wilayah adalah denyan melihat sejauh mana
industri unggulan yang ada di suatu daerah, dapat memberikan kontribusi yang
tinggi bagi pembangunan di daerah yang bersangkutan.
2.2. Keterkaitan a n t a r sektor dalam perekonon1ia1.r
Kelnajuan suatu sektor dalam perekonomian wilayah tidak niungkin dicapai
tanpa dukungan sektor-sektor yang lainnya. Hal tersebut memungkinkan keterkaitan
antar sektor ekonomi yang satu dengan yang lainnya
Dalam penelitian ini, untuk memperkirakan peranan dari kontribusi sektor
i~idustrigarmen terhadap perekonomian wilayah di Propinsi Jawa Barat digunakari
pcrencanaan
wilayah. Friedman dan
Weaver ( 1 979) menyatakan, bahwa
perencanaan wilayah adalah proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan
pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi
dan sosial tersebut.
Pendekatan dengan menggunakan teori ini berusaha menjelaskan
perubahan-penrbahan yang terjadi terhadap suatu wilayah
I'll 'U PP.1 II'B
dengan menekankan
hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian suatu wilayah,
dan kekuatan-kekuatan pendorong yang berasal dari sektor industri garmen ke sektor
yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang paling sederhana
dan cukup dikenal adalah teori basis ekonomi (economic base theory), sedangkan
yang lebih Amit antara lain teori pengganda perdagangan dan analisis input-output
-
(Glasson, 1977). Semua pendekatan tersebut pada dasamya mempunyai kesamaan
dalam memandang tata ruang sebagai satu kesatuan yang integral. Model-model
tersebut tidak hanya bermanfaat untuk menjelaskan perubahan wilayah dan untuk
memperkirakan implikasinya bagi keputusan ekonomi, tetapi sangat bermanfaat bagi
perencanaan pembangunan wilayah.
Penelitian ini mengunakan analisis Input-Output (1-0) untuk keperluan
perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan di Propinsi Jawa Barat. Salah
I
satu tujuan utama analisis input output untuk menjelaskan hubungan keterkaitan
antar sektor (backward a n d fonvarcl linkage analysis). Analisis ini sangat penting
terutama dalam perencanaan sektoral.
Model 1-0 merupakan salah satu nlodel kesein~banganhubungan ulnum
(general equilibriutn model) yang dapat digunakan untuk tujuan analisis
pembangunan ekonomi. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Francois
Quesnay, lalu dikembangkan oleh Wassily Leontief (Glasson, 1 977), dengan dasar
pendekatan adalah hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sektor yang
la~nnyadalam perekonomian sedemikian rupa sehingga dapat dinyatakan dalam
persanlaan linier. Adapun konsep dasar yang dikembangkan Leontif adalah:
- --
. it !
t 8 P ,1tJB
1 . Struktur ptrekonorn~an tersusun darl berbaya~ sektor yany satu sama
13111
berinteraku melalui jual bell.
2. Output s u a w sektor dijual kepada sektor yang lainnya dan untuk memenuhi
permintaan akhir.
3. lnput suatu sektor dibeli dari sektor-sektor yang lainnya dan rumah tangga (dalam
bentuk jasa pekerja), perner~ntah(misalnya pembayaran pa-tak tidak langsung),
penyusutaq surplus usaha dan impor.
4. Hubungan mput dengan output bersifat Ilnear.
5. Dalarn satL kurun waktu Analisis (biasanya satu tahun) total input sama dengan
total outpLr
6. Suatu s e k o r terdiri dari
atau beberapa perusahaan dengan satu sektor
m e n g h a s i h satu output, dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi.
b1e::Iit
.'ulalisis 1-0 yang dikembangkan oleh Wassily Leontief memiliki
asumsi d a s x -%ed
prodtrction jirnction atau dikenal sebagai fungsi produksi
Leontief, aruz>zhanya ada satu kombinasi input untuk memproduksi tingkat output
tertentu.
Den--
mengkombinasikan potensi wilayah yang dimiliki dengan potensi
sektoral, dih;=pkan
terarah.
PWD-PPs IPB
-
tercipta suatu strategi pengembangan yang lebih baik dan
.';.?:I
PLZ?:
-T?zdiuf/-/
G-dn.2
2.3. Teori Basis Ekonomi
Salah satu alat untuk mengukur pertumbuhan wilayah yang popular adalah
konsep basis ekonomi. Glason (dalam Sitohang, 1977) mengatakan bahwa
berdasarkan konsep basis ekonomi ini kegiatan ekonomi wilayah dibagi menjadi dua
-
sektor yaitu, sektor basis dan non basis.
Kegiatan sektor basis adalah kegiatan-kegiatan yang mengekpor barangbarany dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar perbatasan perkonomian n~asyaraknt
!.ang bersanykutan. Sedangkan kegiatan non basis adalah kagiatan-kegiatan yang
menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang
berrsmpat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Hal
~ n iberarti
kegiatan-kegiatannya tidak mengekspor barang-barang jadi, sehingga
rusng lingkup produksi dan pasarnya bersifat lokal.
Lebih lanjut Glasson mengatakan dalam pembagian kegiatan ini terdapat
hubungan sebagai akibat yang membentuk teori basis ekonomi (basis ekspor).
B e m b a h banyaknya kegiatan basis di dalam suatu wilayah akan menambah arus
pendapatan ke dalarn wilayah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap
barang-barang dan jasa-jasa di dalarnnya dan menimbulkan kenaikan volume
lcegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan
berkurangnya
pendapatan yang mengalir masuk ke dalam wilayah yang
bersangkutan, dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis.
Dengan demikian kegiatan basis mempunyai penggerak pertama (Primer mover
Idtrle) JI rnana setlap perubahan mempunyal efek mult~plterterhadap perekonomian
Pada dasarnya teorl ini mengarahkan penumbuhan ekonomi wilayah yang
J~tentukanoleh aktivitas ekspor wilayah tersebut. Menurut Nort (dalam Sukimo,
1085)
peranan ekspor dalam pembangunan wilayah atau perekonomian suatu
w~layahadalah secara langsung n~enimbulkankenaikan kepada pendapatan faktortitlitor produlisi wilayah dan pendapatan wilayah dan lebih penting lagi bahwa
perkembanyan ekspor akan menciptakan permintaan-permintaan atas produksi
11)dustnlokal (liesidentiory Industries) terutama digunakan untuk memenuhi pasaran
dl ~ v ~ l a y atersebut.
h
Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non
basis dapat digunakan dua cara, yaitu nletode langsung dan tidak langsung. Metode
langsung dapat dilakukan dengan survei secara langsung untuk mengidentifikasi
sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis
denyan tepat, tetapi memerlukan biaya yang sangat mahal, waktu dan tenaga yang
lebih banyak. Oleh sebab itu sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan
cara yang kedua, yaitu metode tidak langsung yang dapat didekati dengan tiga cara
(Glasson, 1977):
a. Metode pendekatan asumsi (Arbitrer) yaitu dengan mengasumsikan industri
primer dan manufakturing adalah basis.
..
PWD-PPs IPB
b. Metode pendekatan kuosien lokasi (LQ) yaitu merupakan perbandingan antan
pangsa relatif pendapatan atau pekerja sektor-i pada tingkat nasional atau
wilayah yang lebih tinggi terhadap pendapatan atau pekerja total pada tinykat
nasional yang lebih tinggi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
di mana:
n , : total pendapatanlpekerja sektor-i
pads tingkat wilayah
n : total pendapatanlpekerja wilayah
N,: total pendapatanlpekerja sektor-i pada tingkat nasional atau wilayah ?an2
lebih tinggi
N: total pendapatanlpekerja pada tingkat nasional atau wilayah yang lebih
tinggi
Dari hasil penghitungan rumus di atas, apabila LQ > 1 maka kegiatan
tersebut merupakan kegiatan basis dan apabila LQ < 1 maka ha1 ini menunjukan
bahwa kegiatan tersebut bukan kegiatan basis.
Dalam metode ini asumsi yang harus dipenuhi adalah: ( I ) pola permintaan
wilayah sama dengan pola permintaan nasional; (2) permintaan wilayah atas
sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, sedangkan
kekurangannya didatangkan dari luar wilayah.
c. Metode pendekatan minimum yaitu merupakan modifikasi dari metode kuoslen
lokasi, dengan mengunakan distribusi minimum dari employment yang
diperlukan untuk menopang industri regional. Setiap wilayah dihitung persentase
angkatan kerja yang dipekerjakan dalam setiap industri. Kemudian persentase
yang terkecil dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi industri
-
tercentu. Sedangkan persentase yang lebih tinggi dianggap sebagai pekerja basis
Dalam penelitian ini, untuk menetukan kegiatan basis dan non basis
dilakukan dengan pendekatan kuosien lokasi (LQ). Richardson (1 977) menyatakan,
bahwa metode pendekatan kuosien lokasi adalah merupakan metode yang lazim
dlgunakan dalam studi-studi empirik. Namun demikian Hoover (1 977) menyarankan
bahwa apabila menggunakan pendekatan metode tersebut memperkirakan berapa
bariyak output industri diekspor, maka seba~knyaperhitungan tidak didasarkan pada
~~endapatan
perorangan atau jumlah penduduk. Tetapi sebaiknya didasarkan dugaan
statistik
yang lebih menunjukan permintaan akan barang industri yang
bersangkutan.
Dengan menggunakan analisis basis ekonomi terhadap propinsi Jawa Barat,
ha1 ini dimaksudkan dalam rangka pembangunan wilayah. Seperti dikemukakan
d latas, bahwa salah satu tujuan upaya pembangunan wilayah adalah meningkatan
pendapatan masyarakat dan sekaligus penerimaan devisa.
Dalam bagian eko-sistem, industri merupakan input dari lingkungan yang
dl trilnsformasi menjadi output. Kemudian output tersebut disalurkan kembal i kepada
lingkungan. Oleh karena itu kelangsungan industri ditentukan olch fakror-faktor
internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi masaiah produksr drtn
pemasaran, yang antara lain ditentukan oleh kematangan pengusaha dan pekerja
dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan faktor ekstemal menyanykut kornponen
lingkungan mikro dan makro. Yang termasuk dalam komponen mikro adalah
komponen lingkungan yang mempunyai pengaruh iangsuny terhadap suatu
perusahaan yang antar lain pesaing, pelanggan, pemasok, lembaga-lembaga
keuangan, pasar pekerja dan distributor atau penyalur. Sedangkan lingkungan makro
atau umum yaitu lingkungan yang mempengaruhi organisasi secara keseluruhan,
seperti kebudayaan, teknologi, pendidikan, politik, hukum, sosiologi dan ekonomi.
Dengan melakukan analisis sistem industri akan dapat diidentifikasi
kekuatan atau potensi, kelemahan dan peluang-peluang yang dimiliki oleh industri
serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan untuk kelangsungan hidupnya.
Keberhwilan industri dalam jangka pendek dapat dilihat dari kemampuan
produksi dan efisiensi, sedangkan untuk jangka menengah dapat dilihat dari
kemampuan menyesuaikan diri dan berkembang, dan untuk jangka panjang dapat
dilihat dari kontinuitas usaha secara terus menerus.
2.4. Pertumbuhan dan Sumber-surnber Perturnbuhan
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dicerminkan oleh pertumbuhan ~ r o d u k
Domestik Brut0 (PDB), yaitu pertumbuhan nilai tambah (value added) sektor
..
PWD-PP.V IPB
ekonomi. Dalam konteks ini pertumbuhan diartikan sebagai: (1) perubahan PDB
menurut dimensi waktu dan (2) pertumbuhan PDB per kapita menurut dimensi
waktu. Perbedaan kedua definisi terletak pada konsep "produktivitas" nilai tambah
per kapita. Dengan demikian, definisi kedua dari konsep pertumbuhan tersebut
mengacu pada growth of population-value added ratio. Pendekatan pertumbuhan
-
berdasarkan produktivitas , akan lebih tepat bila mengunakan acuan "pekerja"
di banding populasi: Konsep terakhir ini disebut sebagai growth oJ'et)~ployment-voltre
trdded ratio. Namun demikian definisi terakhir mengacu pada konsep produktivitas
pnrsial, yakni pekerja. Konsep Total Factor productivity (TFP) akan lebih tepat
iintuk menggambarkan kondisi perusahaan, sektor maupun agregat ekonomi yang
mcmpunyai lebih dari satu input peubah.
Sedangkan ditilik dari sumber-sumber pertumbuhan, unlumnya dibagi ke
dalam dua kelompok utama, ( 1 ) pertumbuhan yang berasal dari s i s ~pemlintaan
(~/en,and
side) dan ( 2 ) pertumbuhan dari sisi penawaran (srryply .sitle)l Kelompok
yang berpendapat, bahwa sumber-sumber pertumbiihan berasal dari
menyatakan
S I S I penawaran
sumber-sumber pertumbuhan berasal dari konsumsi masyaraknt,
investasi swasta, goverment expenditure dan ekspor2. Sedangkan kelompok sirpply
side menyatakan bahwa sumber ekonomi berasal: ( I ) kontribusi modal fisik
(physical capital), (2) modal manusia (human capital), (3) pertumbuhan penduduk
' Kelompok yang menyatakan sumber pertumbuhan dari sisi sup ly side umuqmya bemsal dari kelornpok
Klasik dm pmgikutnya, sedangkan p e m b u h w berasal d& demand side umurnnya berual dar~
kelompok Keynes dan pengrkutnya.
Bebwtpa tudi exripiris pertumbuhan dari sisi aggregate demand dapat dibaca pada hisan: (I) Frederik
Sjoolm (1 998), (2)Thomten Beck dkk (1 999). Simeon D j d o v (1 998).
PWD-PPs IPB
atau pekerja serta (4) inovasi dan kemajuan teknologi. Pada kelompok kedua ~ n i .
Analisis
sumber-sumber pertumbuhan yang digunakan adalah Total Factor
Productivity (TFP)~
Konsep pertumbuhan yang digunakan umumnya relatif sama (PDB per
kapita), narnun yang berbeda adalah sumber-sumber perturnbuhan, yakni yang
berasal dari sisi penawaran atau permintaan. Narnun demikian, jika Analisis sumber
pertumbuhan bersifat sektoral umumnya menggunakan pendekatan sisi penawaran,
karena Analisis sumber pertumbuhan dari sisi permintaan umumnya banyak
digunakan pada makroekonomi secara agregat. Oleh karena itu, Analisis sumber
pertumbuhan dipengaruhi atau tergantung dari ketersediaan data dan tujuan analisis
dari studi empiris yang dilakukan. Untuk memperjelas konsep pertumbuhan dan
sumber-sumber pertumbuhan, maka akan dipaparkan beberapa pemikiran awal
tentang konsep tersebut.
Proses
pertumbuhan
menurut Kaldor, mempertimbangkan
dimensi
peningkatan per pekerja dan dimensi waktu. Konsep pertu~nbuhanyang ditawarkan
secara implisit menjelaskan bahwa sumber pertumbuhan adalah teknologi @hy.sicnl
cctpitnl). Sedangkan konsep pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets, adalah: ( 1 )
transformasi struktur ekonomi, baik struktur produksi maupun ketenagakerjaan, (2)
pergesaran
struktur
ketenagakerjaaan
dari
sektor
tradisional
ke
modern
(~rrhanisation)dan (3) transformasi tahapan industrialisasi dari early, middle dan
' I )ladopsi iui N.Gregoy M d i w , David Romer dm David N.
Weil dalam tulisannye" A Contribution to
Ihc li~iipiricsof Emnomi Gro~vth,Qutlrterly Journal of Economics 107 (2): 407-437, May 1992.
later rndus~ries,melalui
perubahan share of employment antar tahap industrialisasi.
Denyan demikian, konsep pertumbuhan Kuznets tidak hanya mengacu pada
pertumbuhan nilai tambah atau output per pekeja,namun juga menjelaskan proses
transformasi ekonomi sebagai konsekuensi perbedaan percepatan pertumbuhan antar
sektor ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pertumbuhan
-
ekonomi juga dijadikan acuan untuk mengidentifikasi proses pertumbuhan. Sumbersumber pertumbuhan menurut Kuznets berasal dari (1) teknologi dan (2)
perdagangan internasional (pasar)
Simatupang (1988)' menyatakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi
adalah peningkatan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Peningkatan
efisiensi ekonomi produksi sangat penting bagi perusahaan dalam rangka
peningkwtan keuntungan dan daya swing. Peningkatan efisiensi ekonomi juga
sangat penting bagi ekonomi secara keseluruhan, karena ha1 ini berarti peningkatan
efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada pada perekonomian
tersebut.
Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan: (1) mempergunakan teknologi yang
ada dengan baik, (2) mempergunakan jumlah masukan yang optimal, dan memilih
skala usaha dengan optimal. Efisiensi yang terkait dengan penggunaan teknologi
yang ada secara tepat disebut efisiensi teknis. Efisiensi yang berhubunyan dengan
skala usaha disebut ekonomi skala usaha (economic of scale).
'
I lirl ~ nsrjalan
i
dengan pernikiran Pai D. H. Penandiker (1 996) yang menyatakan bGwa daya &ng IKKR
Jltentukm oleh dua hal, yakni: (1) teknologi, dan (2) pasar.
I)iadopi dari Pmtar Simatupang " Penentuan Ekonomi Skala Usaha den n fungsi Keuntungan: Landasan Teoritis
Jcrlrn wntoh Fungi Cobb-Douglas dm T ~ S I lurt~al
O ~ ~ g ~konomi,B;(l):
m
1-1 6, Mei 1988.
Dalam tulisan lain, Simatupang (1 996) menyatakan bahwa produktn t t u
total faktor produksi (total factor pt-ocluctivify) merupakan sumber pertumbuhan
produksi dan daya saing. Hal ini karena pada konsep TFP sunrber penumbuharr
merupakan interaksi antara dua sumber pertumbuhan utama, yakn~ ( I ) teknoloyl
dan (2) efek penerimaan skala faktor produksi (econonric of .sculu). Dengan kalln~a~
lain, TFP adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu
kesatuan (faktor produksi agregat) dalam menghasilkan output secara keselumhan
(output agregat) atau produksi rata-rata faktor produksi agregat.
Jika
dalarn perpektif ekonomi
makro (agregat sektoral), konsep
pertumbuhan intinya mengacu pada perkembangan "nilai tarnbah" atau "nilai
output" agregat, maka ukuran pertumbuhan di tingkat makro juga berdasarkan "nilai
tambah" ataupun "output". Dalam konteks mikro perusahaan, konsep nilai tarnbah
pada dasarnya merupakan profir gains yang diperoleh dari proses pembelian input
faktor, proses produksi dan ha.rgajual output. Dengan kata lain, konsep penumbuhan
ditilik dari kacamata perusahaan adalah pertumbuhan output ataupun dtwfit gains
yang dihasilkan perusahaan. Pendekatan yang umum dalam ekonomi produksi dalarn
konteks pertumbuhan "nilai tambah" adalah pendekatan fbngsi keuntunyan ( dual),
sedangkan pertumbuhan dapat didekati dengan jumlah output yang dihasilkan,
sehingga pendekatan yang sering
dipakai adalah pendekatan hngsi produksi
(primal). Perbedaan pemakaian keduanya tergantung dari (1) kondisi empiris, (2)
Diadiadopsi
dari. Pantar Simatu g dalam ."Konsep dan Pengukurw roduktivitav Tokl Faktor Produksi" Seminar
~ a s o ~d m n ~ t a n ~ m i u Epertan~an,
tas
Jakarta 6-7 Agustus 19 6. Dsprtrmen Pertmian.
8
PWD-PPs IPB
data yang tersedra dan (3) tujuan analisis. Hal ini dikarenakan keluar masuknya
perusahaan dalam industri (entry into and exit @om
tnarket) tergantung dari
kemampuan membuat keuntungan dari jenis usaha yang dikerjakan.
Sedangkan menurut ~arlson',empat kekuatan yang mendorong perusahaan
untuk memaksimumkan keuntungan (source of growth), yakni ( 1 ) technicul
kt~o\c.ledge,(2)product demand, (3)factor strpply3an ( 4 )capital supply. Sedangkan
menurut J.M Handerson and Richard E. Quandt (1980), sumber pertumbuhan
(sotrrce demand) dan efisiensi usaha, yang pada akhimya mempengaruhi realokasl
sulnber days" Sebagaimana dipaparkan sebagai berikutg:
". .. firm move into markets in which they can make profit and
leave those in which they incur losses. Resources such as labor tend to be
attracted the industries the products of which are in great demand.
Inefficient firm are liminated from the market and are replaced by efficient
ones".
Berkaitan dengan ha1 tersebut, mak