Pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap efisiensi, pendapatan dan distribusi pendapatan petani jagung di Provinsi Gorontalo

PENGARUH PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL
TERHADAP EFISIENSI, PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI PROVINSI GORONTALO

ANDI YULYANI FADWIWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengaruh Penggunaan
Varietas Unggul Terhadap Efisiensi, Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Petani
Jagung Di Provinsi Gorontalo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Agustus 2013
Andi Yulyani Fadwiwati
NIM H363080101

RINGKASAN
ANDI YULYANI FADWIWATI.
Pengaruh Penggunaan Varietas Unggul
Terhadap Efisiensi, Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Petani Jagung di Provinsi
Gorontalo (SRI HARTOYO sebagai Ketua, SRI UTAMI KUNCORO dan
I WAYAN RUSASTRA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis pengaruh penggunaan varietas
unggul terhadap keragaan usahatani, kelayakan teknologi, dan struktur pendapatan,
(2) menganalisis pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap efisiensi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi petani jagung, (3) menganalisis
pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap pendapatan rumahtangga petani
jagung, (4) menganalisis pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap distribusi
pendapatan rumahtangga petani jagung. Penelitian dilakukan di Provinsi Gorontalo,
yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato. Metode
pengambilan sampel dengan metode random sampling, sampel sebanyak 355

rumahtangga petani. Menggunakan analisis R/C ratio, perubahan penggunaan
teknologi dapat dievaluasi dengan menggunakan analisis anggaran parsial sederhana,
selanjutnya perubahan penggunaan varietas menggunakan fungsi produksi stochastik
frontier Cobb-Douglas, dan efisiensi alokatif dan ekonomis dianalisis menggunakan
pendekatan dari sisi input. Sedangkan untuk mengetahui distribusi pendapatan rumah
petani jagung dengan menggunakan Gini Ratio.
Hasil penelitian: (1) perubahan teknologi varietas dengan menggunakan varietas
unggul baru menghasilkan tambahan keuntungan bagi petani jagung sehingga layak
untuk diintroduksikan, (2) penggunaan varietas unggul baru lebih efisien
dibandingkan dengan penggunaan varietas unggul lama. Faktor-faktor yang menjadi
penyebab inefisiensi teknis adalah lama pendidikan, keanggotaan dalam kelompok
tani, akses kredit dan penyuluhan, (3) penggunaan varietas unggul baru berdampak
positif yang nyata terhadap peningkatan pendapatan usahatani jagung, (4) perubahan
teknologi dalam hal ini teknologi varietas unggul baru tidak serta merta membuat
distribusi pendapatan makin tidak merata, hal ini diakibatkan karena adanya
pengalihan kegiatan dalam suatu rumahtangga petani jagung. Implikasi Kebijakan
antara lain: (1) peningkatan efisien dapat dilakukan melalui peningkatan manajemen
usahatani baik teknis maupun kapabilitas manajerial petani, (2) dibutuhkan
ketersediaan dan akses kesempatan kerja dari luar usahatani jagung (khususnya non
pertanian) melalui dukungan sarana dan prasarana serta peningkatan kapasitas tenaga

kerja dalam rangka akselerasi diversifikasi dan peningkatan pendapatan rumahtangga
petani, (3) ketersediaan dan akses lahan atau kapital dalam menunjang adopsi
teknologi, serta peningkatan pendapatan usahatani jagung dan rumahtangga petani
secara agregat. Ketersediaan dan akses kesempatan kerja dan berusaha di luar
usahatani jagung dan non pertanian merupakan instrumen penting dalam peningkatan
pendapatan rumahtangga petani.
Kata kunci : varietas unggul, efisiensi, pendapatan , distribusi pendapatan

SUMMARY
ANDI YULYANI FADWIWATI. The Influence of High Yielding Variety
Utilization on Efficiency, Income and Income Distribution of Corn Farmer at
Gorontalo Province. (SRI HARTOYO as Chairman, SRI UTAMI KUNCORO and
I WAYAN RUSASTRA as members of Counselor Commission).
The research aims to: (1) analyze the influence of high yielding variety
utilization on farming feasibility, technological feasibility and income structure, (2)
analyze the influence of high yielding variety utilization on efficiency and factors
influencing corn farmer inefficiency, (3) analyze the influence of high yielding
variety utilization on income of corn farmer household, (4) analyze the influence of
high yielding variety utilization on income distribution of corn farmer household. The
research is conducted in Gorontalo Province, which is in Boalemo and Pohuwato

Districts of Gorontalo Regency. Random sampling method is used in the research
with 355 samples of farmer household. Using R/C ratio analysis, the change in
technology utilization can be evaluated with simple partial budget analysis; whereas
losses and gains analysis is used to evaluate the feasibility of changing on variety
utilization using Cobb-Douglas’s stochastic frontier. In addition, allocative and
economic efficiency are analyzed using input approach, and gini ratio is used to find
out the income distribution of corn farmer household.
Research results: (1) the change on variety technology by using new high
yielding variety has produced additional profit for corn farmers; therefore the farming
is feasible to be introduced, (2) the use of new high yielding variety is more efficient
than the old variety. Factors causing technical inefficiency are year of education,
membership in farmer group, access to credit and agriculture extension, (3) the use of
new high yielding variety has significant and positive impact on income improvement
of corn farming, (4) the change on technology, in this case, new high yielding variety,
does not immediately shock income distribution due to activities shift in corn farmer
household. Implication for policy, among others: (1) improvement on efficiency can
be done through enhancement of farming management, either technical management
or farmer’s managerial capability, (2) the availability of and access to job opportunity
outside corn farming (especially non-agriculture) are needed through facilities and
infrastructures support, and improvement on worker’s capacity to accelerate

diversification and to increase income of small farmer household, (3) the availability
of and access to field with supporting capital for the adoption of technology to
increase corn farming and income of farmer household in aggregate. The availability
of and access to job opportunity outside corn farming and non-agriculture are
important instruments to increase farmer household’s income.

Keywords: high yielding variety, efficiency, income, income distribution

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL TERHADAP

EFISIENSI, PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
PETANI JAGUNG DI PROVINSI GORONTALO

ANDI YULYANI FADWIWATI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup :
1 Prof Dr Ir Kuntjoro
Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor

2 Dr Ir Anna Fariyanti,MS

Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka :
1 Dr Ir Harianto,MS
Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor

2 Dr Ir Sumaryanto
Staf Peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP),
Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan kasih sayang dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir
dari tugas belajar di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Terselesaikannya disertasi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada :

1 Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof Dr Ir Sri
Utami Kuntjoro, MS dan Prof Dr Ir I Wayan Rusastra, APU sebagai Anggota
Komisi Pembimbing.
2 Tim penguji sidang tertutup Prof Dr Ir Kuntjoro, Dr Ir Anna Fariyanti,MS,
Dr Ir Meti Ekayani, Dr Aceng Hidayat serta tim penguji ujian terbuka Dr Ir
Harianto,MS, Dr Ir Sumaryanto, Dr Ir Yusman Syaukat, MEc, Dr Meti
Ekayani, SHut, MSc. Seluruh dosen Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian atas
segala ilmu yang disampaikan selama masa perkuliahan dan semoga dapat
dijadikan bekal penulis untuk mengembangkan ilmu ekonomi pertanian.
3 Kepala Badan Litbang Pertanian, Sekertaris Badan Litbang Pertanian
Kementerian Pertanian, Bapak Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, dan Bapak Kepala Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Gorontalo.
4 Dr Ir Abdul Gaffar Tahir, MSi yang telah banyak membantu dan berdiskusi
dengan membuka wawasan serta memberikan buku yang terkait dengan
penelitian. Micha S. Ratu Rihi, MS yang berdiskusi terkait penelitian.
5 Penghargaan kepada keluarga penulis, yaitu kedua orangtua penulis Drs
Tadjuddin Rais dan Dr Hj Marwanting Tadjuddin,MS. Kedua mertua penulis
Drs H Umar Alie dan Dra Hj Siti Alang.
6 Suami penulis Syamsul Bachri Umar,ST terima kasih atas pengertiannya

yang mendalam, doa dan dorongan moril serta kesediaannya memberikan izin
dan waktu pada penulis untuk menyelesaikan pendidikan, anak-anakku
tersayang Dhiya Afifah Syamsul, Andi Muhammad Nur Fitrah Syamsul,
Aulia Ramadhani Syamsul. Kakak penulis Ir Andi Apriany Fatmawati, MP
dan adik Andi Ilham Djaya, ST.
7 Teman-teman EPN angkatan 2008 serta sekertariat Program Ilmu Ekonomi
Pertanian.
Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
yang lebih baik dari Allah SWT. Harapan penulis semoga disertasi ini bermanfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah referensi bagi yang
memerlukannya.
Bogor, Agustus 2013
Andi Yulyani Fadwiwati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN


xii
xiii
xiv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA
Program Peningkatan Produksi Jagung
Penyebaran Varietas Jagung di Indonesia
Varietas lokal

Varietas komposit
Varietas hibrida
Penelitian-Penelitian Tentang Efisiensi
Penelitian Tentang Pengaruh Perubahan Teknologi Pertanian
Kerangka Pemikiran
Efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi
Pendekatan stochastik frontier
Pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap pendapatan
dan distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan

7
7
10
11
11
12
13
18
22
22
23
25

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi, Waktu, dan Tempat Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Contoh
Model dan Analisis Data
Analisis usahatani dan kelayakan perubahan teknologi
Spesifikasi model fungsi produksi stochastik frontier
Analisis efisiensi alokatif dan ekonomis
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
rumahtangga petani
Distribusi pendapatan rumahtangga petani

29
29
29
29
31
31
31
33
35

3

4

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN GAMBARAN
UMUM RUMAHTANGGA PETANI JAGUNG DI PROVINSI
GORONTALO
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kondisi Geografis

1
1
3
5
6
6
6

27

36
37

37
37

Iklim
Tataguna lahan
Penduduk dan mata pencaharian
Gambaran Umum Rumahtangga Petani Jagung
Karakteristik rumahtangga petani jagung
Keanggotaan dalam kelompok tani
Akses terhadap kredit
Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani Jagung
Pola tanam lahan kering
Diversifikasi usahatani
5

6

7

8

ANALISIS USAHATANI, KELAYAKAN TEKNOLOGI DAN
STRUKTUR
PENDAPATAN
RUMAHTANGGA
PETANI
JAGUNG
Keragaan Usahatani
Input produksi usahatani jagung
Analisis usahatani jagung
Analisis usahatani padi
Usahatani sayuran
Analisis usahatani ternak
Kelayakan Perubahan Teknologi
Analisis titik impas harga output
Struktur Pendapatan Rumahtangga Petani Jagung
Struktur pendapatan menurut luas penggunaan lahan
ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI USAHATANI JAGUNG
Pemilihan Model Fungsi Produksi
Pendugaan Fungsi Produksi Stochastik Frontier Jagung di
Provinsi Gorontalo
Efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi
inefisiensi teknis petani jagung di Provinsi Gorontalo
Efisiensi alokatif petani jagung di Provinsi Gorontalo
Efisiensi ekonomi petani jagung di Provinsi Gorontalo

37
38
39
40
40
43
44
45
45
46
48

48
48
52
53
54
55
56
56
57
57
59
59
61
66
72
73

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
RUMAHTANGGA
PETANI
JAGUNG
DI
PROVINSI
GORONTALO
Faktor Berpengaruh Terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani
Jagung
Distribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Jagung

75

SIMPULAN DAN SARAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Simpulan
Saran Implikasi Kebijakan

78
78
79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

75
77

80
87

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

21
22
23
24

Penyebaran varietas jagung lokal yang dominan di Indonesia pada
MT 2005 dan 2006
Penyebaran varietas jagung komposit di Indonesia pada MT 2005
dan 2006
Penyebaran varietas jagung di Indonesia dalam periode 2002
sampai 2005 dan 2006
Rencana pergeseran penggunaan varietas jagung di Indonesia
Pembagian responden menurut lokasi penelitian dan varietas
jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2012
Data iklim di Provinsi Gorontalo Tahun 2010
Tataguna lahan di Provinsi Gorontalo Tahun 2010
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kepadatan
penduduk di Provinsi Gorontalo Tahun 2010
Mata pencaharian penduduk usia 15 tahun keatas di Provinsi
Gorontalo Tahun 2010
Jumlah petani jagung (responden) berdasarkan umur, pendidikan
dan pengalaman usahatani jagung di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Karakteristik anggota rumahtangga petani jagung di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012
Kepemilikan lahan dan status petani jagung responden di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012
Keanggotaan dalam kelompok petani jagung di Provinsi Gorontalo
Tahun 2012
Akses terhadap penyuluhan petani jagung di Provinsi Gorontalo
Tahun 2012
Akses terhadap kredit petani jagung di Provinsi Gorontalo Tahun
2012
Jumlah petani jagung dan penerapan pola tanam lahan kering di
Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Jumlah rumahtangga petani yang memelihara ternak di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012
Jumlah petani jagung yang menggunakan input produksi pada
usahatani jagung di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Rata-rata penggunaan input dan produksi rata-rata yang dihasilkan
oleh petani jagung VUB dan VUL Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Rincian harga rata-rata input yang digunakan dan harga rata-rata
output dari petani jagung VUB dan petani jagung VUL di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012
Analisis usahatani jagung dan produksi rata-rata di Provinsi
Gorontalo, 2012
Analisis usahatani padi di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Analisis usahatani sayuran di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Analisis usahatani ternak sapi di Provinsi Gorontalo Tahun 2012

11
12
12
13
30
37
38
39
40
41
42
43
44
44
45
45
47
49
50
52

53
54
55
56

25
26
27

28

29

30

31

32

33
34

Struktur pendapatan rumahtangga petani jagung di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012
Struktur pendapatan rumahtangga petani jagung berdasarkan luas
penguasaan lahan di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Hasil pendugaan fungsi produksi jagung varietas unggul baru,
varietas unggul lama, gabungan tanpa dummy dan gabungan dengan
dummy di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier pada usahatani
jagung dengan menggunakan metode Maximum Likelihood
Estimation (MLE) di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Distribusi frekuensi efisiensi teknis petani jagung varietas unggul
baru, petani jagung varietas unggul lama dan gabungan responden di
Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Hasil estimasi parameter model efek inefisiensi teknis produksi
Stochastic Frontier jagung varietas unggul baru dan varietas unggul
lama di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Distribusi frekuensi efisiensi alokatif petani jagung varietas
unggul baru, petani jagung varietas unggul lama dan gabungan
responden di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Distribusi frekuensi efisiensi ekonomi petani jagung varietas
unggul baru, petani jagung varietas unggul lama dan gabungan
responden di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumahtangga
petani jagung di Provinsi Gorontalo Tahun 2012
Distribusi pendapatan rumahtangga petani jagung di Provinsi
Gorontalo Tahun 2012

57
59
61

62

67

69

73

74

76
78

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Isokuan, isocost, efisiensi teknis (TE), efisiensi alokatif (AE) dan
efisiensi ekonomis (EE) dengan pendekatan input
Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Kurva kemungkinan produksi rumahtangga yang menggunakan dan
tidak menggunakan varietas unggul baru
Derajat kemerataan dan ketidakmerataan menurut kurva Lorenz

23
24
26
28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Konsumsi domestik jagung di Indonesia pada tahun 2007-2011
2 Perkembangan produksi jagung berdasarkan provinsi pada tahun
2008-2012
3 Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi jagung di
Indonesia pada tahun 2008 - 2012
4 Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi jagung di
Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 - 2012
5 Potensi pengembangan jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2011
6 Diskripsi jagung varietas unggul lama
7 Diskripsi jagung varietas unggul baru
8 Analisis varians untuk pengujian kesamaan koefisien regresi jagung
varietas unggul di Provinsi Gorontalo tahun 2012
9 Hasil analisis pendugaan fungsi produksi jagung varietas unggul baru
di Provinsi Gorontalo tahun 2012
10 Hasil analisis pendugaan fungsi produksi jagung varietas unggul
lama di Provinsi Gorontalo tahun 2012
11 Hasil analisis pendugaan fungsi produksi jagung gabungan tanpa
dummy varietas di Provinsi Gorontalo tahun 2012
12 Hasil analisis pendugaan fungsi produksi jagung gabungan dengan
dummy varietas di Provinsi Gorontalo tahun 2012
13 Hasil analisis pendugaan fungsi produksi jagung gabungan dengan
dummy varietas tanpa retriksi di Provinsi Gorontalo tahun 2012
14 Hasil analisis pendugaan fungsi produksi jagung gabungan dengan
dummy varietas terektriksi di Provinsi Gorontalo tahun 2012
15 Hasil estimasi fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani
jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2012
16 Analisis anggaran parsial sederhana usahatani jagung per hektar di
Provinsi Gorontalo pada tahun 2012
17 Analisis kelayakan perubahan teknologi usahatani jagung di
Provinsi Gorontalo pada tahun 2012
18 Analisis titik impas harga output usahatani jagung di Provinsi
Gorontalo pada tahun 2012
19 Analisis titik impas tambahan produksi usahatani jagung di Provinsi
Gorontalo pada tahun 2012
20 Uji statistik rata-rata penggunaan input dan produksi rata-rata yang
dihasilkan oleh petani jagung VUB dan VUL di Provinsi Gorontalo
tahun 2012
21 Riwayat Hidup

87
87
88
88
88
89
92
95
95
96
97
98
99
100
101
111
112
112
112
113

115

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian masih memegang peran strategis dalam
perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi
yang nyata dalam pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku
industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan
sumber pendapatan. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) tahun 2012 mencapai 15.14 persen meningkat sebesar 0.42 persen
dibandingkan pada tahun 2011 yang hanya mencapai 14.72 persen. Salah satu
komoditas subsektor pertanian yang sangat berperan dari sisi ekonomi, sosial
maupun politik adalah tanaman pangan. Tanaman pangan merupakan salah satu
subsektor yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pangan dan sebagai
sumber pendapatan bagi petani.
Petani tanaman pangan pada umumnya memiliki penguasaan lahan yang
sangat sempit dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga. Sementara itu,
pelaku usaha (petani) tanaman pangan dituntut untuk berpartisipasi dalam
membangun kekuatan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas maupun
peningkatan indeks pertanaman. Tuntutan tersebut sering kali terbentur pada
ketidakberdayaan petani dalam menerapkan (mengadopsi) teknologi karena
keterbatasan modal usaha.
Salah satu tanaman pangan strategis yang bernilai ekonomis tinggi adalah
jagung. Jagung (Zea mays) mempunyai peluang untuk dikembangkan karena
kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras
(Zubachtirodin et al. 2007). Posisi jagung dalam diversifikasi konsumsi pangan
berfungsi mengurangi ketergantungan terhadap permintaan beras, selain itu juga
mempunyai arti penting dalam pengembangan industri karena merupakan bahan
baku industri pangan dan pakan khususnya pakan ternak monogastrik.
Penggunaan jagung yang relatif tinggi pada industri pakan disebabkan oleh harga
jagung yang murah, mengandung kalori yang tinggi, mempunyai protein dengan
kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi dan digemari oleh
ternak (Tangendjaya et al. 2005).
Permintaan jagung Indonesia meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, industri pakan dan pangan. Konsumsi jagung
dalam negeri meningkat selama lima tahun terakhir (2007 sampai 2011) sebesar
11 197 776 ton tahun 2007 menjadi 15 492 170 ton tahun 2011 atau meningkat
sebesar 35.2 persen per tahun, kebutuhan untuk pakan ternak sebesar 8 892 551
ton tahun 2007 meningkat menjadi 12 929 854 ton tahun 2011 atau meningkat
sebesar 38 persen per tahun, kebutuhan untuk pangan sebesar 432 353 ton tahun
2010 meningkat menjadi 445 127 ton tahun 2011 atau meningkat sebesar 0.35
persen (Lampiran 1).
Ketersediaan pasokan jagung akan mempengaruhi industri peternakan
secara luas. Bila pasokan jagung mengalami kelangkaan akan berakibat pada
stagnasi ketersediaan bahan baku bagi industri pakan ternak maupun industri
pangan. Sebaliknya dengan adanya kecukupan jagung akan mendorong
ketersediaan pakan ternak. Jagung sebagai bahan baku pakan ternak sangat

2

berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan penyediaan protein
hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Sementara itu, perkembangan produksi jagung nasional pada periode 2008
sampai 2012 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3.94 persen per tahun dari
16.32 juta ton pipilan kering pada tahun 2008 menjadi 18.96 juta ton pipilan
kering pada tahun 2012, sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai 4.05
persen per tahun dan luas panen rata-rata menurun sebesar 0.14 persen per tahun
(Lampiran 2 dan Lampiran 3). Data produksi apabila disandingkan dengan total
kebutuhan jagung nasional maka diketahui bahwa produksi jagung masih
dibawah total kebutuhan jagung secara nasional. Oleh karena itu, untuk
mencukupi kebutuhan konsumsi, bahan baku pakan ternak dan bahan baku
industri pangan telah dilakukan impor pada kurun waktu 2007 sampai 2011
dengan kisaran 169 359 ton sampai 2 585 981 ton (Lampiran 1). Selanjutnya
kebutuhan jagung tahun 2012 mencapai 22 juta ton sementara produksi nasional
hanya sebesar 18.96 juta ton, sedangkan impor jagung sekitar 200 000 ton.
Sehingga impor diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi secara merata
sepanjang tahun.
Masih rendahnya kinerja produksi jagung secara umum dalam memenuhi
kebutuhan disebabkan oleh rendahnya rata-rata produktivitas jagung nasional
yaitu sebesar 4.8 ton per hektar (BPS 2012). Menurut Kasryno et al. (2007)
bahwa potensi produktivitas jagung hibrida dapat mencapai 7 ton per hektar.
Produktivitas jagung nasional relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
produktivitas jagung negara produsen seperti Amerika Serikat yang telah
mencapai 10.34 ton per hektar dan Cina mencapai 5.35 ton per hektar.
Rendahnya produktivitas jagung secara rataan nasional sejalan dengan
penelitian Bachtiar et al. (2007) yang mengungkapkan bahwa pada beberapa
sentra produksi jagung seperti di Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan
Jawa Timur masih banyak petani yang menggunakan varietas lokal dan varietas
unggul lama yang benihnya telah mengalami degradasi secara genetik dan belum
dimurnikan.
Penggunaan benih jagung hibrida tahun 2009 sampai 2010 sekitar 50 persen
dari total pemakaian benih jagung di Indonesia. Disamping itu pemerintah pada
tahun yang sama telah mengalokasikan subsidi benih jagung unggul sebanyak 4
266 ton untuk areal tanam seluas 225 534 hektar (Bisnis Indonesia 2010).
Permasalahan dalam penyebaran benih unggul dalam hal ini adalah tidak
tersedianya benih ditingkat petani pada saat waktu tanam dan harga benih unggul
yang cendrung meningkat terutama jagung hibrida.
Peningkatan produksi jagung secara nasional pada tahun 2013
dikembangkan suatu program peningkatan produktivitas melalui Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) berbasis kawasan dengan areal tanam
seluas 260 ribu ha yang terdiri dari: 1) Kawasan pertumbuhan seluas 54 700 ha
(jagung hibrida seluas 9 000 ha yang dialokasikan di 9 kabupaten/kota pada 5
provinsi dan jagung komposit seluas 45 700 ha yang dialokasikan di 60
kabupaten/kota pada 13 provinsi); 2) Kawasan pengembangan seluas 170 300 ha
(jagung hibrida seluas 170 300 ha yang dialokasikan di 148 kabupaten/kota pada
23 provinsi); 3) Kawasan pemantapan seluas 35 000 ha yang dialokasikan di 31
kabupaten/kota pada 10 provinsi (Kementerian Pertanian 2013). Melalui upaya

3

ini produksi jagung secara nasional mulai menunjukkan peningkatan, meskipun
belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri secara keseluruhan.
Di Indonesia terdapat beberapa sentra produksi tanaman jagung antara lain
Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Jawa Barat.
Provinsi Gorontalo menempatkan pertanian sebagai sektor unggulan serta
komoditas andalan jagung yang bertujuan untuk memacu peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang sekaligus menjadi
penggerak utama pembangunan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi
dialami oleh sektor pertanian yang tumbuh sebesar 11.32 persen. Sektor pertanian
mampu menyumbang 3.04 persen terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I
tahun 2012 (BPS 2012). Share produksi jagung Gorontalo pada tahun 2012
adalah 3.5 persen dari total produksi jagung nasional sebesar 18 961 645 ton
(Lampiran 2). Share produksi jagung Gorontalo masih tergolong rendah apabila
dibandingkan dengan wilayah sentra produksi lainnya seperti Jawa Timur, Jawa
Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, masing-masing sebesar
31.6 persen, 15.8 persen, 9.2 persen, 7.7 persen dan 7.2 persen.
Komoditas jagung di Provinsi Gorontalo merupakan komoditas unggulan,
namun terdapat permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani
jagung yaitu penurunan luas panen, produksi dan produktivitas. Dalam lima
tahun terakhir (2008 sampai 2012) luas panen jagung menurun sekitar 2.13 persen
per tahun, produksi menurun rata-rata 1.68 persen per tahun dan produktivitas
menurun sebesar 0.06 persen per tahun (Lampiran 4). Pencapaian produktivitas
jagung di Provinsi Gorontalo sebesar 4.5 ton per ha lebih rendah 0.3 ton per
hektar dibandingkan produktivitas jagung nasional yang mencapai 4.8 ton per ha.
Peningkatan produktivitas jagung dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru serta menggunakan sumber daya
yang tersedia secara lebih efisien. Teknologi merupakan bagian dalam
pembangunan pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
karena teknologi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses
produksi (Jatileksono 1992; Nicholson 1998). Salah satu teknologi baru yang
dikembangkan adalah teknologi varietas. Varietas unggul baru (hibrida) pada
dasarnya memiliki berbagai kelebihan yaitu mempunyai kemampuan berproduksi
lebih tinggi, pertumbuhan tanaman tegak, seragam, tahan rebah, dan tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Dengan demikian penggunaan varietas
unggul baru merupakan salah satu bentuk teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani. Perubahan pendapatan yang mengarah
kepada pemerataan distribusi pendapatan menandakan bahwa pembangunan
ekonomi sektor pertanian di daerah tersebut berjalan sesuai dengan tujuan
pembangunan, karena apabila tidak maka akan terjadi ketimpangan.

Perumusan Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah
menggunakan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif dengan
lingkungan setempat. Pengembangan varietas unggul dari jenis hibrida telah
berkontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas dan produksi. Peran

4

varietas unggul sangat strategis karena terkait dengan beberapa hal yakni:
(a) dapat meningkatkan hasil per satuan luas, (b) tahan terhadap hama dan
penyakit, (c) daya adaptasi tinggi, dan (d) merupakan komponen teknologi yang
relatif mudah.
Pengembangan tanaman jagung di Provinsi Gorontalo pada awalnya banyak
menggunakan varietas komposit terutama varietas Lamuru (varietas unggul lama)
yang merupakan varietas unggul hasil temuan dari Balai Penelitian Tanaman
Serealia (Balitsereal). Namun dalam perjalanannya selama enam tahun terakhir
terjadi perubahan penggunaan varietas jagung dari varietas unggul lama ke
varietas unggul baru (hibrida). Petani di Provinsi Gorontalo menanam jagung
varietas unggul baru (hibrida) karena hasilnya relatif lebih tinggi daripada jagung
varietas unggul lama (komposit dan lokal). Hasil penelitian Bahua (2008) di
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo mengungkapkan bahwa produksi
jagung hibrida lebih tinggi dibandingkan jagung komposit masing-masing sebesar
5.4 ton per hektar dan 3.4 ton per hektar. Sedangkan hasil penelitian Antara
(2010) mengatakan bahwa produksi jagung hibrida lebih tinggi daripada jagung
non hibrida masing-masing sebesar 4 505 kg per hektar pipilan kering dan 2 720
kg per hektar pipilan kering.
Varietas unggul baru (hibrida) diperkenalkan sejak tahun 2002, namun tidak
semua petani jagung dapat mengadopsi varietas tersebut. Hal ini karena
ketersediaan benih pada saat dibutuhkan relatif terbatas. Disamping itu harga
benih varietas unggul baru relatif tinggi, sehingga petani memilih untuk
menanam benih hasil produksi sebelumnya, walaupun kualitas benihnya telah
menurun.
Peningkatan produktivitas jagung tidak terlepas dari petani sebagai pelaku
utama yang memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan teknologi yang
dibutuhkan dalam kegiatan usahataninya, termasuk kegiatan pendampingan dan
penyuluhan. Untuk mengadopsi teknologi varietas unggul baru peran penyuluh
sangat penting dalam mengembangkan kemampuan petani. Kapabilitas manajerial
petani akan menentukan rasionalitas petani dalam mengambil keputusan untuk
usahataninya. Disamping itu petani juga harus memiliki sifat progressif untuk
melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (inovasi baru) serta terampil
melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan produktivitas,
pendapatan atau keuntungan, maupun kesejahteraan keluarga. Idiong (2007)
membuktikan bahwa pada kondisi tingkat adopsi teknologi yang rendah di Cross
River State Nigeria, maka pilihan terbaik untuk meningkatkan produktivitas
dalam jangka pendek yaitu melalui peningkatan efisiensi, namun dalam jangka
panjang peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui teknologi.
Kegiatan pendampingan teknologi sebagai pembelajaran untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam usahatani jagung.
Dengan adanya penyuluhan diduga dapat meningkatkan kemampuan manajerial
petani yang selanjutnya diduga akan mempengaruhi efisiensi produksi maupun
efisiensi alokatif. Dengan adanya adopsi teknologi varietas unggul baru diduga
mempunyai efisiensi yang lebih tinggi baik efisiensi teknik maupun efisiensi
alokatif dibandingkan dengan petani yang tidak mengadopsi teknologi varietas.
Penelitian Fadwiwati et al. (2013) mengungkapkan bahwa penggunaan varietas
unggul baru pada petani jagung di Provinsi Gorontalo mempunyai tingkat
efisiensi teknis lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat efisiensi varietas unggul

5

lama. Pertanyaannya adalah sampai sejauhmana penggunaan varietas unggul baru
mempengaruhi tingkat efisiensi petani jagung ?.
Adanya adopsi teknologi varietas unggul baru mengakibatkan produksi serta
tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Dengan anggapan permintaan jagung tetap
maka kenaikan produksi akan berakibat harga jagung menurun. Walaupun harga
jagung menurun namun karena kenaikan produksi yang jauh lebih tinggi maka
adopsi varietas unggul baru ini masih menyebabkan peningkatan pendapatan.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa disatu sisi masih terdapat
petani yang tidak mengadopsi varietas unggul baru yang produktivitasnya relatif
tetap, tetapi di sisi lain harganya turun, maka diduga akan berakibat pada
pendapatan jagungnya menurun. Pertanyaannya adalah sampai sejauhmana
pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap pendapatan petani jagung ?.
Petani di Provinsi Gorontalo selain menanam jagung juga menanam
komoditas lain seperti tanaman padi, sayuran dan perkebunan. Bagi petani yang
mengadopsi varietas unggul baru karena pendapatan dari usahatani jagung yang
meningkat, akan menyebabkan realokasi sumber daya lahan dan tenaga kerja dari
usahatani selain jagung dan non pertanian ke usahatani jagung. Sementara itu,
bagi petani yang tidak mengadopsi teknologi varietas unggul baru karena
pendapatan yang menurun sebagai akibat dari turunnya harga maka diduga akan
merealokasikan sumber daya lahannya dan tenaga kerja dalam keluarga dari
usahatani jagung ke usahatani selain jagung dan non pertanian, sehingga di duga
pendapatan petani yang tidak mengadopsi varietas unggul baru yang berasal dari
tanaman selain jagung dan non pertanian juga akan meningkat. Disatu sisi
pendapatan usahatani jagung bagi petani yang mengadopsi varietas unggul baru
meningkat, di sisi lain pendapatan petani yang tidak mengadopsi diduga
pendapatannya juga meningkat, karena pendapatan yang diperoleh petani berasal
dari usahatani non jagung dan non pertanian. Lin (1999) mengungkapkan bahwa
teknologi baru memberikan dampak pada pendapatan rumahtangga baik yang
mengadopsi maupun yang tidak mengadopsi. Namun apakah tercapainya
peningkatan pendapatan juga diikuti dengan tingkat pemerataan distribusi
pendapatan terhadap rumahtangga petani. Pertanyaannya adalah sampai
sejauhmana penggunaan varietas unggul baru berpengaruh terhadap distribusi
pendapatan rumahtangga petani ?.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada rumusan masalah,
maka dapat disusun beberapa tujuan penelitian, yaitu :
1
Menganalisis pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap keragaan
usahatani, kelayakan teknologi dan struktur pendapatan
2
Menganalisis pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap efisiensi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi petani jagung.
3
Menganalisis pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap pendapatan
rumahtangga petani jagung.
4
Menganalisis pengaruh penggunaan varietas unggul terhadap distribusi
pendapatan rumahtangga petani jagung.

6

Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
informasi terhadap upaya pemerintah khususnya di Provinsi Gorontalo untuk
mengembangkan usahatani jagung dengan menggunakan varietas unggul baru
yang berdampak terhadap efisiensi, pendapatan dan distribusi pendapatan
rumahtangga petani. Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan mampu:
1 Memberi masukan dan informasi bagi pihak pengambil kebijakan khususnya
pemerintah daerah dalam merumuskan langkah kebijakan yang berhubungan
dengan efisiensi, pendapatan dan distribusi pendapatan rumahtangga petani
jagung yang menjadi komoditas unggulan Provinsi Gorontalo.
2 Bagi petani jagung, sebagai pertimbangan untuk menentukan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
pendapatan usahatani.
3 Sumbangan pemikiran bagi penelitian lanjutan.

Kebaruan Penelitian
Penelitian ini mempertimbangkan varietas unggul lama (VUL) dan varietas
unggul baru (VUB), sehingga: (1) Dapat diketahui kelayakan perubahan
teknologi; (2) Dapat dikomparasi tingkat efisiensi teknis dan faktor yang
berpengaruh; (3) Implikasi kebijakan peningkatan produksi jagung melalui
penyebaran varietas unggul baru dapat dirumuskan lebih tegas dan komprehensif.
Kebanyakan penelitian tentang dampak dari perubahan teknologi mengarah
kepada ketimpangan pendapatan rumahtangga, yaitu penelitian Gotsch (1972),
Raju (1976), Suparmoko (1980), Singh (1999), Zuhaida (2000) dan Kusrini et al.
(2009). Namun penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan varietas unggul
baru tidak berdampak terhadap disparitas pendapatan rumahtangga petani jagung,
karena dimungkinkan adanya realokasi sumber daya antar kegiatan dalam
rumahtangga petani.
Analisis dampak penggunaan jagung varietas unggul baru terhadap
distribusi pendapatan rumahtangga mempertimbangkan kegiatan usahatani
jagung, kegiatan usahatani selain jagung dan non pertanian, sehingga: (1) Dapat
diketahui dampak penggunaan varietas unggul terhadap distribusi pendapatan; (2)
Dapat diketahui jenis kegiatan yang berkontribusi terhadap penurunan disparitas
pendapatan; dan (3) Implikasinya terhadap transformasi struktural ekonomi
pertanian pedesaan dapat dirumuskan lebih baik.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada usahatani jagung di tiga kabupaten sentra
produksi yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten
Pohuwato.
Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini terbatas pada petani
jagung yang menanam jagung varietas unggul baru dan varietas unggul lama.
Varietas unggul baru adalah jagung varietas hibrida dan varietas unggul lama

7

adalah varietas komposit dan varietas lokal. Varietas unggul baru merupakan
varietas yang bersumber dari balai penelitian ataupun perusahaan swasta.
Varietas unggul lama bersumber dari balai penelitian ataupun perusahaan swasta
maupun dari petani yang benihnya ditanam dua sampai tiga kali musim tanam
dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah dari varietas unggul baru.
Analisis menggunakan data cross section pada tahun 2012, sehingga tidak
dapat menangkap fenomena antar waktu. Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui metode survei dan
wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi tingkat produksi jagung, hargaharga input produksi, harga produksi jagung di tingkat petani, jumlah penggunaan
tenaga kerja, data sosial ekonomi rumahtangga petani, penggunaan input
usahatani dan sumber pendapatan rumahtangga. Data sekunder terkait dengan
kondisi wilayah geografis, suhu udara atau iklim, jenis penggunaan lahan serta
penduduk dan mata pencahariannya. Data sekunder diperoleh dari berbagai
terbitan dari instansi terkait, seperti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Gorontalo, Badan Pusat Statistik (BPS) baik tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Gorontalo, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Pusat
Informasi Jagung (BPIJ), dan instansi lain yang terkait dengan kebutuhan
penelitian.
Penelitian ini terbatas pada analisis usahatani, analisis anggaran parsial,
fungsi produksi stochastic frontier dengan model produksi frontier CobbDouglas. Selanjutnya pendekatan Gini Ratio untuk melihat distribusi pendapatan
rumahtangga petani.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Program Peningkatan Produksi Jagung
Jagung diusahakan pada lingkungan yang beragam yaitu dari lahan kering,
sawah tadah hujan hingga sawah beririgasi. Areal pertanaman jagung telah
mengalami pergeseran pada tahun 1980-an dominan (78 persen) ditanam dilahan
kering dan sisanya sebesar 11 persen ditanam di lahan sawah irigasi dan 10 persen
ditanam disawah tadah hujan. Namun, saat ini diperkirakan areal pertanaman
jagung di lahan sawah irigasi dan tadah hujan meningkat berturut-turut sebesar 10
sampai 15 persen dan 20 sampai 30 persen terutama di daerah produksi jagung
komersial (Badan Litbang Pertanian 2005). Menurut Djulin et al. (2005) bahwa
hingga kini jagung masih dominan ditanam di lahan kering pada musim hujan,
walaupun di sisi lain juga terjadi perluasan jagung di lahan sawah pada musim
kemarau. Masih dominannya pertanaman jagung di lahan kering pada musim
hujan menyebabkan timbulnya permasalahan yang terkait mutu hasil dan
fluktuasi harga yang relatif besar. Kondisi ini juga merupakan sebagai salah satu
penyebab lambatnya adopsi teknologi . Hasil penelitian Djulin et al. (2005)
menyebutkan bahwa usahatani jagung varietas unggul baru (hibrida) di lahan
sawah dan lahan kering memberikan hasil sebesar 6.14 ton per hektar dan 4.62

8

ton per hektar, dengan keuntungan yang diraih masing-masing sebesar 2.9 juta
rupiah dan 2.1 juta rupiah per hektar.
Pengembangan produksi jagung dapat dilakukan melalui peningkatan
produktivitas maupun perluasan areal tanam. Beberapa tantangan dalam
pengembangan jagung antara lain; (1) kebutuhan jagung yang terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yaitu untuk pangan dan bahan
baku industri makanan, serta untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternak dimana
hasil produk peternakan untuk penyediaan protein hewani; (2) produksi jagung
yang belum merata sepanjang tahun, dan saat ini masih dominan ditanam dilahan
kering (tadah hujan); (3) jagung masih dianggap sebagai tanaman kedua setelah
padi (secondary crop); (4) untuk komoditas jagung masih belum terdapat jaminan
harga jual seperti halnya komoditas padi yang telah memiliki referensi harga
pembelian pemerintah; dan (5) penerapan teknologi yang belum sepenuhnya
sesuai anjuran, sementara introduksi teknologi spesifik lokasi cukup intensif
disebarkan ke tingkat petani baik pemerintah maupun swasta (Departemen
Pertanian 2010).
Sementara itu, peningkatan produksi memiliki peluang yang besar melalui;
(1) peningkatan produktivitas jagung, dimana produktivitas saat ini masih
dibawah produktivitas potensial dengan semakin meningkatnya varietas unggul
baru (hibrida); (2) terdapatnya peran swasta yang aktif dalam pengembangan
industri benih, teknologi budidaya dan pemasaran hasil; (3) harga jagung yang
semakin meningkat; (4) dukungan pemerintah daerah dalam pengembangan
jagung; dan (5) masih memungkinnya perluasan areal pertanaman jagung pada
lahan-lahan yang belum diusahakan dan yang belum dimanfaatkan. Menurut
Rusastra dan Kasryno (2005) bahwa terdapat beberapa kebijakan strategis yang
perlu dilakukan dalam pengembangan usahatani jagung terutama pada
agroekosistem lahan kering yaitu; (1) introduksi varietas komposit yang berdaya
hasil tinggi, berumur genjah, tipe tanaman pendek dan berbatang kokoh; (2)
penerapan teknologi usahatani konservasi sistem budidaya lorong (alley
cropping); (3) pemanfaatan pupuk kandang untuk meningkatkan bahan organik
tanah; (4) penanaman tepat waktu pada awal musim hujan; (5) introduksi
teknologi tanpa olah tanah dan hemat tenaga kerja; dan (6) intensifikasi program
penyuluhan untuk memperbaiki kemampuan manajemen petani.
Peningkatan produksi dapat ditempuh melalui;(1) peningkatan produktivitas
terutama melalui penyebaran benih varietas unggul baru (hibrida) dan komposit
unggul; (2) perluasan areal tanam yang diarahkan keluar Jawa yang memiliki
potensi cukup luas melalui pemanfaatan lahan sawah selama musim kemarau
yang tidak ditanami padi serta mengoptimalkan dan menambah luas lahan kering;
(3) pengamanan produksi atas gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT)
jagung, dampak fenomena iklim dan menekan kehilangan hasil saat penanganan
panen dan pasca panen yang kurang baik; (4) penguatan kelembagaan agribisnis
ditingkat petani, kelembagaan usaha dan pemerintah sesuai perannya masingmasing; dan (5) pembiayaan dalam pengembangan produksi jagung, melalui pola
Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), pendampingan teknologi, fasilitasi
kredit pertanian dan program pengembangan jagung melalui kemitraan usaha
(Purwanto 2007).
Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi penghasil jagung utama
di luar pulau Jawa dan Sumatera. Untuk meningkatkan produksi jagung

9

pemerintah telah mencanangkan program pengembangan agropolitan berbasis
jagung, sebagai salah satu dari 3 (tiga) program unggulan Provinsi Gorontalo.
Keberhasilan ini didukung oleh berbagai program yang telah dijalankan
diantaranya pengembangan kawasan jagung Sulawesi atau Celebes Corn Belt
(CCB) dan program saat ini adalah peningkatan produksi jagung 2 juta ton.
Program CCB dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 6 Agustus
2006, merupakan kegiatan yang diturunkan dan dipertajam dari program nasional
yaitu Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan
oleh Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005. Sedangkan program peningkatan
produksi jagung 2 juta ton merupakan kebijakan terbaru dari pemerintah provinsi
Gorontalo di Tahun 2008 dalam upaya menjadikan jagung sebagai salah satu
komoditas unggulan Provinsi Gorontalo selain beras. Percepatan peningkatan
produksi jagung tersebut dapat tercapai dengan penggunaan varietas unggul.
Program tersebut menekankan pada usaha intensifikasi (peningkatan intensitas
pertanaman, IP) maupun ekstensifikasi.
Program lainnya yang ikut mendukung program nasional dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian khususnya jagung dengan melalui Badan
Litbang Pertanian, adalah program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU),
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Program Rintisan
Pemasyarakatan Inovasi Pertanian (PRIMATANI), Farmer Empowerment
Trought Agricultural Technology and Information (FEATI), dan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Program-program tersebut lebih
menekankan pada penerapan dan pengembangan teknologi budidaya di tingkat
petani dan optimalisasi pembinaan melalui pendampingan dan pengawalan.
Terkait dengan penggunaan benih unggul untuk mendukung peningkatan
produksi jagung, pemerintah telah memberikan subsidi benih kepada petani
jagung. Selain subsidi benih, pemerintah juga memberikan bantuan langsung
benih unggul dan bantuan benih dari cadangan benih nasional. Subsidi benih
dilakukan sejak tahun 1986 yang bertujuan untuk mendorong peningkatan
produksi dan penggunaan benih bermutu, meningkatkan pengamanan produksi
pangan, membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraan.
Selain bantuan benih unggul dari pemerintah, program peningkatan
produksi lainnya juga dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
(Litbang) Pertanian yang telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang
mampu meningkatkan produktivitas jagung, diantaranya varietas unggul yang
sebagian telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, juga telah menghasilkan dan mengembangkan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu
meningkatkan produktivitas jagung dan efisiensi input produksi. Selain program
tersebut, pada tahun 2005 melalui Badan Litbang Pertanian, juga telah melakukan
suatu terobosan baru yaitu Program PRIMATANI. Sebagaimana tujuan utamanya
adalah mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas pravalensi
adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian maupun
sumber teknologi lainnya, serta untuk memperoleh umpan balik mengenai
karakteristik teknologi tepat guna spesifik lokasi dan spesifik pengguna, yang
merupakan kebutuhan esensial dalam rangka mewujudkan penelitian dan
pengembangan teknologi pertanian berorientasi kebutuhan pengguna.

10

Keberadaan teknologi tersebut juga akan dapat mendorong terwujudnya
pengembangan komoditas unggulan yang spesifik lokasi yang pada akhirnya
dapat mendorong terciptanya produk unggulan di bidang pertanian yang
berwawasan agribisnis kerakyatan (sistem perusahaan pertanian pedesaan).
Kondisi saat ini (existing condition), maka dalam upaya pengembangan PTT
secara nasional, Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang
(SL) PTT.
Panduan SL-PTT jagung ini dimaksudkan sebagai; (1) acuan dalam
pelaksanaan SL-PTT jagung dalam upaya peningkatan produksi nasional; (2)
pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program peningkatan
produksi jagung baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (3) acuan
dalam penerapan komponen teknologi PTT jagung oleh petani sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya
sebagai upaya peningkatan produksi; dan (4) pedoman dalam peningkatan
produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani jagung.
Rusastra et al. (2011) bahwa SL-PTT salah satu program andalan Kementerian
Pertanian dalam mendukung peningkatan produksi jagung yang dimulai sejak
tahun 2008. SL-PTT jagung pada tahun 2011 mencakup luasan areal pertanaman
206 730 ha, ditujukan untuk peningkatan produktivitas. Cakupan areal secara
spasial dan keterlibatan kelompok tani dalam pelaksanaan SL-PTT jagung
varietas hibrida seluas 206 730 ha melibatkan 13 780 kelompok tani di 25
provinsi pada 237 kabupaten/kota.
Berbagai kebijakan diatas pada intinya adalah agar keuntungan dan
pendapatan usahatani jagung dapat lebih meningkat. Upaya peningkatan produksi
jagung senantiasa diikuti upaya peningkatan efisiensi. Proses produksi usahatani
dikatakan efisien apabila faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani
tersebut dapat dialokasikan.

Penyebaran Varietas Jagung di Indonesia
Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi produksi jagung
yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan hasil per satuan luas.
Varietas ungg