Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur Di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

(1)

PENGARUH MODAL BERGULIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SAYUR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

SKRIPSI

Oleh : YENNY LELY

030304010 SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2007

Yenny Lely : Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur Di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan), 2007


(2)

PENGARUH MODAL BERGULIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SAYUR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

SKRIPSI

Oleh : YENNY LELY

030304010 SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan

(Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)

Nama : Yenny Lely

NIM : 030304010

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh: Komisis Pembimbing

(H.M. Mozart B Darus, M.Sc) (Emalisa, SP., M.Si) Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Ir. Lily Fauziah., M.Si) Ketua Departemen


(4)

RINGKASAN

YENNY LELY (030304010/sep/Agribisnis), judul skripsi “Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M Mozart B Darus, M.Sc, sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP., M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga November 2007. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dan pengambilan sampel dengan metode acak sederhana. Petani sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis uji beda rata-rata.

Dari hasil penelitian diperoleh :

1.a. Petani memperoleh informasi modal bergulir dari Dinas Pertanian Kota Medan melalui PPL. Pengajuan untuk mendapatkan modal bergulir cukup diwakilkan kepada ketua kelompok tani dan tidak memerlukan persyaratan yang sulit, sehingga untuk mendapatkan modal bergulir dapat dikatakan mudah.

1.b. Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan), sehingga diperoleh produksi yang meningkat dari sebelum menggunakan modal bergulir dan perawatan tanaman lebih intensif.

1.c. Tingkat pengembalian modal bergulir di dua daerah penelitian berbeda. Tingkat pengembalian modal bergulir Kelompok Tani Sedar Kelurahan Terjun lebih lancar dari tingkat pengembalian Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus.

2. Tidak ada pembinaan khusus dari PPL kepada petani penerima modal bergulir tentang penggunaan modal bergulir dalam pengelolaan usahanya dan kelancaran administrasi pengembalian modal bergulir.

3. Dari hasil analisis uji beda terdapat perbedaan nyata biaya sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan) sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Hasil yang diperoleh biaya sarana produksi petani meningkat setelah menggunakan modal bergulir, yaitu diperoleh hasil untuk Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus thitung sebesar -11,274 lebih

kecil dari ttabel sebesar -2,178, dan hasil yang diperoleh Kelompok Tani

Sedar Kelurahan Terjun thitung sebesar -10,020 lebih kecil dari ttabel sebesar

-2,776

4 Dari hasil analisis uji beda terdapat perbedaan nyata pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Hasil yang diperoleh pendapatan petani meningkat setelah menggunakan modal bergulir, yaitu diperoleh hasil untuk Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus thitung sebesar -2,318 lebih kecil dari ttabel sebesar -2,178, dan hasil

yang diperoleh Kelompok Tani Sedar Kelurahan Terjun thitung sebesar


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Juli 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Alfian dan Ibu Asnah Saragih.

Pendidikan yang ditempuh penulis sebagai berikut :

1. Tahun 1991 – 1997 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Dr.Wahidin Sudirohusodo.

2. Tahun 1997 – 2000 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Dr. Wahidin Sudirohusodo.

3. Tahun 2000 - 2003 menyelasaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Medan.

4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jalur SPMB.

5. Bulan Juli - Agustus 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sempung Polling Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi.

6. Bulan September - November melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Lily Fauziah selaku ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan terima kasih juga

kepada Bapak H.M. Mozart B Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada seluruh pihak yang memberikan data dan informasi di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga serta teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat diterima oleh kita semua.

Medan, Februari 2008


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasa Teori... 12

2.3. Kerangka Pemikiran... 15

2.4. Hipotesis Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penetuan Daerah Penelitian ... 19

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.3. Metode Pengumpulan Data... 20

3.4. Metode Analisis Data... 21

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 24

Luas dan Letak Geografis ... 24

Keadaan Penduduk... 25

Penggunaan Tanah ... 29

Sarana dan Prasarana ... 30


(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Kegiatan Modal Bergulir di Daerah Penelitian ... 36

Cara Mendapatkan Modal Bergulir... 36

Penggunaan Modal Bergulir ... 38

Tingkat Pengembalian Modal Bergulir... 39

5.2. Program Pembinaan Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Bagi Petani Penerima Modal Bergulir... 41

5.3. Analisis Perbedaan Biaya Sarana Produksi (benih, pupuk dan obat-obatan) Usahatani Sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir ... 42

5.4. Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir ... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

1. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Menurut Kecamatan di Kota

Medan Tahun 2005... 4

2. Potensi Pertanahan Pertanian Sayuran DI Kecamatan Medan Marelan... 5

3. Distribusi Populasi dan Sampel... 20

4. Matriks Metode Pengumpulan Data... 21

5. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 25

6. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 26

7. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Terjun ... 27

8. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Terjun ... 28

9 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 29

10. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Terjun... 29

11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus... 30

12. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Terjun ... 31

13. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007 ... 32

14.Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007 ... 34

15.Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004 ... 39

16.Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005... 40

17.Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi Usahatani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005)di Kelurahan Tanah Enam Ratus... 43

18.Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi Usahatani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005) di Kelurahan Terjun ... 45


(10)

19.Analisis Uji Beda Pendapatan Petani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005) di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 48 20.Analisis Uji Beda Pendapatan Petani Sayur Sebelum (Musim Tanam

Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005) di Kelurahan Terjun ... 49


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi dan Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2007

2. Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

3. Penerimaan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Penerimaan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

4. Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

5. Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

6. Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

7. Biaya Pupuk Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

8. Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

9. Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 10. Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005


(13)

11. Biaya Obat-obatan Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

12. Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 13. Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 14. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 15. Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok

Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

16. Biaya Penyusutan Alat-alat Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Penyusutan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

17. Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

18. Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

19. Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

20. Penerimaan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Penerimaan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005


(14)

21. Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

22. Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

23. Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

24. Biaya Pupuk Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

25. Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

26. Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 27. Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

28. Biaya Obat-obatan Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

29. Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 30. Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005


(15)

31. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 32. Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok

Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

33. Biaya Penyusutan Alat-alat Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Penyusutan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

34. Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

35. Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

36. Peminjaman dan Pengembalian Modal Bergulir Petani Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004/2005 dan Peminjaman dan Pengembalian Modal Bergulir Petani Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005/2006

37. Penggunaan Modal Bergulir Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004 dan Penggunaan Modal Bergulir Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005

38. Hasil Kuisioner Pertanyaan Tentang Cara Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Memperoleh Modal Bergulir

39. Hasil Kuisioner Pertanyaan Tentang Cara Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Memperoleh Modal Bergulir

40. Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi (benih,pupuk dan obat-obatan) Usahatani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus

41. Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi (benih,pupuk dan obat-obatan) Usahatani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Terjun


(16)

42. Analisis Uji Beda Pendapatan Petani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus

43. Analisis Uji Beda Pendapatan Petani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi. Pembangunan pertanian akan memperkuat dan menyumbang ekonomi secara menyeluruh. Oleh karena itu, sektor pertanian perlu mendapat perhatian karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup pada sektor ini, dan kontribusinya yang sangat tinggi dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, penurunan kemiskinan, dan penyediaan bahan baku dalam sektor–sektor industri.

Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau untuk mencapai masyarakat yang memiliki industri yang kuat harus didasari dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh sehingga perekonomian nasional akan menjadi tangguh, dengan memperkuat sektor pertanian ini menunjukkan bahwa perekonomian nasional berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak dan ini watak ekonomi kerakyatan yang harus tercermin dalam keseluruhan kegiatan dan pelaksanaan pembangunan.

Dalam PJP I sektor pertanian dikatakan sektor yang tangguh karena sektor pertanian telah mampu menjadi :

1. Penghasil bahan pangan.

2. Penyediaan lapangan kerja, bahkan kini sektor pertanian masih menampung 54 % dari jumlah angkatan kerja yang ada.


(18)

3. Pendorong munculnya kesempatan berusaha dan bahkan pesatnya industripun sebagian besar berasal dari industri yang berbahan baku hasil pertanian.

4. Penyedian faktor produksi dan bahkan industri bahan baku seperti industri peralatan pertanian dan pupuk kini berkembang pesat karena berkembangnya sektor pertanian ini.

5. Penghasil devisa yang cukup besar dan bahkan sejak tahun 1986/1987 ekspor nonmigas lebih besar dari ekspor migas.

(Soekartawi, 1999).

Pada masa sekarang sebagian besar dari petani berada dalam posisi yang lemah di mana tingkat pendidikan, keterampilan yang dikuasai dan terutama modal yang ada sangat terbatas. Keterbatasan ketiga hal tersebut menyebabkan kecilnya hasil usaha pertanian. Untuk mengatasi kekurangan modal, maka petani akan mencari pinjaman melalui lembaga perkreditan.

Peranan lembaga perkreditan bukan saja sebagai lembaga ikatan antara golongan yang punya dan yang tidak punya, tetapi ada kalanya merupakan suatu bentuk tenggang rasa yang dimanfaatkan dalam bentuk modal.

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal, usaha sudah pasti tidak bisa dilakukan. Modal dibutuhkan untuk proses produksi. Kecukupan modal mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan Kekurangan modal akan menyebabkan timbulnya risiko kegagalan atau rendahnya produksi.

Pada dasarnya pemberian kredit diarahkan untuk meningkatkan produksi dengan mengutamakan pengusaha golongan lemah atau petani, dengan


(19)

meningkatnya produksi diharapkan dapat terjadi peningkatan pendapatan petani. Untuk itu, pemerintah berperan dalam penciptaan program kredit bagi petani. Hal ini juga yang mendorong pemerintah Kota Medan memberikan bantuan modal bagi petani dalam bentuk kredit, yaitu modal bergulir.

Modal bergulir adalah modal pinjaman yang merupakan kebijakan dari Pemerintah Kota Medan yang dananya bersumber dari APBD Medan yang disalurkan melalui Dinas Pertanian Kota Medan untuk disalurkan kepada daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian (petani, peternak dan nelayan) dan industri rumah tangga yang mengelola hasil pertanian.

Program ini telah berjalan dari tahun 2003 sampai sekarang. Kredit ini sampai sekarang masih digunakan oleh petani karena bunganya yang rendah (10 %), prosedurnya tidak terlalu rumit dan jaminannya atas nama kelompok, ketua kelompok yang bertanggung jawab atas anggotanya. Hal ini berbeda jika petani meminjam kepada bank, di mana prosedur peminjaman rumit dan petani harus mempunyai agunan sebagai jaminan. Hasil penjualan/pendapatan yang tidak tetap dan luas lahan yang tidak terlalu besar membuat masyarakat petani di Kota Medan, khususnya di Kecamatan Medan Marelan sulit untuk meminjam kepada bank.

Modal bergulir merupakan kredit yang disalurkan melalui kelompok. Menurut Elfindri dan Zein (2001) pemberian kredit secara kelompok akan menghasilkan beban bagi penerima kredit lebih ringan, sekaligus resiko pengembaliannya juga semakin kecil. Dengan arti kata besarnya pengembalian, beban bunga dan cicilan pokok dapat dikembalikan lebih tepat bilamana dibandingkan dengan kredit yang disalurkan secara individu.


(20)

Di dalam pemberian kredit secara kelompok terdapat pembinaan dari petugas lapangan (PPL) dalam menciptakan kelompok yang mandiri dalam usahanya serta memonitor kelompok peminjam dalam kelancaran pengembalian kredit.

Kecamatan Medan Marelan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian terluas di Kota Medan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Menurut Kecamatan Di Kota Medan Tahun 2005

Luas Areal (Ha) No Kecamatan

Pertanian Persentase (%) Panenan Persentase(%)

1 Medan Tuntungan 970 11,71 1.372 17,67

2 Medan Johor 107 1,29 162 2,09

3 Medan Amplas 239 2,89 301 3,88

4 Medan Denai 50 0,60 64 0,82

5 Medan Area 0 0 0 0

6 Medan Kota 0 0 0 0

7 Medan Maimun 0 0 0 0

8 Medan Polonia 64 0,77 58 0,75

9 Medan Baru 5 0,06 25 0,32

10 Medan Selayang 1.458 17,60 990 12,75

11 Medan Sunggal 315 3,80 297 3,82

12 Medan Helvetia 314 3,79 314 4,04

13 Medan Petisah 0 0,00 0 0

14 Medan Barat 0 0 0 0

15 Medan Timur 7 0,08 28 0,36

16 Medan Perjuangan 5 0,06 1 0,01

17 Medan Tembung 31 0,37 89 1,15

18 Medan Deli 786 9,49 517 6,66

19 Medan Labuhan 1.942 23,45 1.445 18,61

20 Medan Marelan 1.990 24,03 2.102 27,07

21 Medan Belawan 0 0 0 0

Jumlah 8.283 100 7.765 100

Sumber : BPS Sumatera Utara 2006

Pada tabel di atas dapat dilihat Kecamatan Medan Marelan memiliki luas areal pertanian dan panenan yang terluas di Kota Medan, dengan luas areal pertanian sebesar 1.990 Ha dengan persentase sebesar 24,03 % dan luas panenan sebesar 2.102 Ha dengan persentase 27,07 % dari seluruh luas areal pertanian dan luas panenan di Kota Medan.


(21)

Kecamatan Medan Marelan memiliki potensi pertanian sayuran, yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Pertanahan Pertanian Sayuran di Kecamatan Medan Marelan

Luas Pertanahan Pertanian Sayuran (Ha) No Kelurahan

Sawi Kangkung Bayam Timun Terong Kacang

panjang

Cabai Jlh

1 Labuhan Deli 2 1 1 - - 2 - 6

2 Rengas Pulau 34 19 19 2 5 13 7 99

3 Terjun 48 18 18 20 10 30 8 152

4 Tanah Enam

Ratus

83 29 29 18 12 18 7 196

5 Paya Pasir 4 3 3 - - 2 - 12

Jumlah 171 70 70 40 27 65 22 463

Sumber : Kantor Camat Medan Marelan 2006

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah seluruh luas pertanian sayuran di Kecamatan Medan Marelan adalah 463 Ha, dengan luas terbesar di Kelurahan Tanah Enam Ratus dengan luas 196 Ha dan luas terkecil di Kelurahan Labuhan Deli yaitu 6 ha. Petani di Kecamatan Medan Marelan menanam lebih dari satu jenis sayuran di areal pertaniannya, dengan potensi yang ada petani dapat memanfaatkan fasilitas bantuan modal tersebut untuk membantu usahataninya dan meningkatkan produksinya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan dalam kesediannya melayani para ekonomi lemah seperti sektor pertanian yang harus mendapat perhatian dalam memenuhi kekurangan modal yang dihadapi oleh petani, telah mendorong penulis untuk mengetahui pengaruh modal bergulir dalam peningkatan pendapatan petani yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul “ Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur Di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan).”


(22)

1.2Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan diteliti, antara lain :

1. Bagaimana gambaran kegiatan modal bergulir di daerah penelitian ?

2. Bagaimana program pembinaan dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) bagi petani sayur penerima modal bergulir ?

3. Adakah perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan) usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian ?

4. Adakah perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui gambaran kegiatan modal bergulir di daerah penelitian, yaitu :

a. Untuk mengetahui cara mendapatkan modal bergulir.

b. Untuk mengetahui cara petani menggunakan modal bergulir. c. Untuk mengetahui tingkat pengembalian modal bergulir.

2 Untuk mengetahui bagaimana program pembinaan dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) bagi petani sayur penerima modal bergulir.

3 Untuk mengetahui perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan) usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian.


(23)

4 Untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian

1.4 Kegunaan Penelitan

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan dalam usaha peningkatan pendapatan petani sayur khususnya di Kecamatan Medan Marelan.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Uang diterima oleh masyarakat luas sebagai alat bayar dalam transaksi jual beli, sewa-menyewa, hutang-piutang, bahkan dalam setiap perjanjian yang mengandung kewajiban pembayaran (Muhammad dan Murniati, 2000).

Kebutuhan akan uang tunai menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, berapapun tingkat subsistensi dan tradisionalitas kehidupan ekonomi produksi rumah tangga. Pada saat sumberdaya yang dikuasai tidak lagi dianggap memadai untuk menanggulangi kebutuhan hidup, melakukan pertukaran atau memperoleh sejumlah uang tunai, maka hubungan pinjam-meminjam merupakan alternatif utama dalam masyarakat (Gunardi, 1994).

Setiap orang mempunyai kebutuhan dengan ukuran masing-masing. Kebutuhan akan kesejahteraan hidup tidak terbatas. Oleh karena itu, setiap pemerintahan negara mengatur politik ekonominya untuk menjunjung warganya ke derajat hidup yang layak. Segala daya dan upaya dikerahkan dan diciptakan oleh pemerintah demi kepentingan bangsanya untuk mencapai cita-cita yang setinggi-tingginya, yaitu dengan pengerahan aparatur-aparaturnya untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah bidang perkreditan yang dapat digunakan sebagai faktor pendorong bagi masyarakat mencapai kemajuan (Tjiptoadinugroho, 1994).

Dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang, kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus


(25)

menjadi prioritas dalam melakukan program apapun (Hanani, Ibrahim, dan Purnomo, 2003).

Perekonomian Indonesia sejak dahulu berdasarkan pada satuan-satuan usaha kecil baik di daerah kota maupun di daerah pedesaan. Mereka adalah para petani kecil, pengusaha kecil, pedagang kecil dan semua kegiatan produktif berskala kecil. Setiap perekonomian merupakan susunan piramidal dengan dasar yang kuat, melebar dan luas, dan merupakan landasan yang luas bagi pembangunan ini adalah pengembangan golongan usaha kecil dengan pemberian kredit untuk usaha-usaha produktif (Widjaya, 1999).

Masyarakat petani memiliki dua kebutuhan, yakni kebutuhan ekonomis dan kebutuhan sosial. Agar dapat hidup layak, seorang petani harus memenuhi tiga macam kebutuhan, yaitu (1) replacement funds, yaitu dana yang yang dibutuhkan petani untuk mengganti sarana produksi dan peralatan produksi dan konsumsi. (2) ceremonial funds, yaitu dana yang dibutuhkan petani untuk membiayai kegiatan-kegiatan sosial. (3) funds of rent, yaitu petani yang tidak memiliki tanah sendiri, dana tersebut digunakan untuk menyewa tanah (Gunardi, 1994).

Pola penerimaan dan pengeluaran petani tidak seirama. Penerimaan petani diperoleh setelah panen, sedangkan pengeluaran dilakukan setiap hari untuk perawatan/pemeliharaan tanaman dan memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan. Masalah ini sering menimbulkan risiko yang sangat besar pada petani, kalau biaya tidak dapat dipenuhi secara tepat jumlah maka akibatnya adalah produksi atau hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan (Daniel, 2002b).


(26)

Nirschl dan Sticker (2005) mengatakan bahwa kredit merupakan suatu alat atau cara untuk menciptakan modal. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri (equity capital) atau pinjaman dari pihak lainnya. Modal yang berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang atau kredit.

Bentuk-bentuk kredit yang lazim diberikan adalah pinjaman musiman dan pinjaman angsuran. Pinjaman musiman adalah pinjaman yang dibayar kembali sesudah satu kali atau beberapa kali panen. Sebaliknya, pinjaman angsuran pelunasannya dilakukan dalam 10 sampai 20 cicilan bulanan. (Djojohadikusumo, 1989).

Hortikultura sebagai sub sektor pertanian rakyat yang kian lama kian terbukti urgensinya. Produksi hortikultura akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang, yang dengan sendirinya memerlukan penanganan dan produksi yang lebih besar lagi. Sebab, bukan saja hasil pertanian hortikultura ini dibutuhkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat, namun dalam aspek produksinya pun melibatkan banyak kehidupan petani dan keluarganya (Sastraatmadja, 1991).

Budidaya hortikultura tergolong padat modal di dalam penyediaan sarana produksi, pemeliharaan tanaman dan tenaga kerja. Tanaman sayuran, bunga-bungaan atau tanaman hias dengan siklus pengolahan yang relatif pendek membutuhkan modal yang besar. Hal ini menjadi kendala bagi petani hortikultura yang umumnya lemah di dalam permodalan. Kemudahan fasilitas dana kredit dengan bunga rendah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek akan


(27)

banyak menolong petani hortikultura untuk benar-benar berperan sebagai subyek dalam agribisnis hortikultura (Soekartawi, 1994).

Kredit dapat disalurkan melalui kelompok-kelompok peminjam yang biasanya tergabung dalam kelompok-kelompok sektor, seperti kelompok tani, nelayan, pedagang dan sebagainya (Gunardi, 1994).

Pemberian kredit secara kelompok akan menghasilkan beban bagi penerima kredit lebih ringan karena beban pembiayaan dipikul secara bersama-sama, sekaligus risiko kemacetan pengembalian kredit kecil. Selain itu proses pengajuan dan pencicilan kredit dapat diwakili oleh seorang anggota. Sehingga keterbatasan dari SDM dalam pengurusan dapat dipecahkan melalui mekanisme ini. Dan dalam kredit melalui kelompok terdapat pembinaan dari petugas lapangan untuk mengembangkan kelompok dalam menjalankan usahanya. Jadi penyaluran kredit dengan melibatkan kelompok lebih baik baik dibandingkan penyaluran kredit secara individu (Elfindri dan Zein, 2001).

Sebagaimana paket-paket kredit bagi usaha kecil lainnya, kredit tidak lagi disalurkan hanya sebagai kredit. Akan tetapi, disalurkan dalam kerangka pembinaan nasabah kecil dengan menyertakan sejumlah paket pelatihan, penyuluhan, maupun bentuk-bentuk penerangan lain yang cukup memberi arti bagi peningkatan usaha dan diri individu kelompok sasaran itu sendiri. Di dalam konteks ini, kelompok sasaran secara individual cukup mendapat manfaat sosial dan secara ekonomis mendapatkan perbaikan tingkat usaha. (Gunardi, 1994).

Bantuan permodalan berupa kredit pada dasarnya harus merupakan daya rangsang. Pihak yang mendapat bantuan kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi demi kemajuan usahanya (Tjiptoadinugroho, 1994).


(28)

Tujuan kredit adalah untuk memperbaiki standar hidup, dengan cara menyediakan akses kredit bagi peningkatan pendapatan, dengan harapan bisa membantu usaha pertanian dengan cara menggulirkan dana pinjaman (Zulkarnain, 2003).

Program kredit yang proses kerjanya dilakukan dengan cara menggulirkan dana. Itu berarti bahwa modal yang tersedia diberikan dalam bentuk kredit, dan uang yang dikembalikan dalam bentuk bunga dan pelunasannya dimasukkan lagi sebagai dana, dan dengan demikian dapat digunakan lagi untuk memberi kredit berikutnya. Sehingga dana tersebut selalu bisa bergulir di antara program itu sendiri dan para petani secara berkelanjutan (Nirschl dan Sticker, 2005).

Program pinjaman modal usaha dengan pola dana bergulir yang bunga pinjamannya cukup rendah ini dapat memberikan bantuan keuangan bagi usaha produktif dan merangsang kegiatan tersebut di masyarakat sekaligus memupuk jiwa kewirausahaan. Pinjaman modal ini akan digulirkan dari suatu usaha ke usaha yang lain sehingga dapat merata dirasakan oleh masayarakat. Dalam jangka panjang, secara makro meningkatnya ekonomi masyarakat berarti juga akan meningkatnya perekonomian suatu daerah secara keseluruhan (Anonimus, 2005).

2.2 Landasan Teori

Sebagai faktor produksi tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan. Dengan kata lain, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya


(29)

masukan yang diberikan sehingga menimbulkan risiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima. Tidak dipungkiri bahwa modal suatu saat dan bahkan sering menjadi masalah dalam pengembangan usaha pertanian. (Daniel, 2002b).

Masalah produksi pertanian di negara-negara yang sedang berkembang selalu didekati melalui pendekatan ekonomi. Berbagai program seperti program kredit bagi petani telah diciptakan oleh pemerintah negara-negara yang sedang berkembang untuk mendorong petani mau meningkatkan produksi mereka (Soetrisno, 1998).

Kebijakan pemerintah di bidang kredit pertanian bertujuan agar penggunaan kredit yang tersedia bagi sektor pertanian dapat dipergunakan seefisien mungkin, artinya kredit bagi pertanian mampu membantu meningkatkan produksi pertanian setinggi-tingginya. Tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat teknis ekonomis. Tetapi kredit pertanian tidak saja mempunyai tujuan teknis ekonomi tetapi pada akhirnya mempunyai tujuan lain, yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat petani (Mubyarto, 1997).

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Tjiptoadinugroho (1994) yang mengatakan tujuan pokok dari kredit produksi pertanian dapat dibagi tiga, yaitu :

a. Menambah luasnya tanah yang dapat digarap. b. Meningkatkan hasil produksi.

c. Meningkatkan pendapatan petani.

Kredit yang terorganisasi dengan baik merupakan suatu persyaratan untuk menimbulkan dinamisasi kegiatan ekonomi. Kredit mempunyai fungsi pemerata. Setidak-tidaknya ini berlaku bagi sektor pertanian, yang hingga kini mencakup bagian terbesar dari masyarakat Indonesia. Kredit harus membantu petani untuk


(30)

mengatasi masa paceklik dan kekurangan uang, melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk tujuan-tujuan tertentu (menggarap tanah, penanaman serta pemeliharaan), yang kemudian dapat dibayar kembali (Djojohadikusumo, 1989).

Investasi yang ditanamkan pemerintah pada usaha pembangunan pertanian diharapkan oleh pemerintah dapat dibayar kembali oleh petani melalui kenaikan produksi mereka (Soetrisno, 1992).

Pengalaman menunjukkan bahwa rasionalisasi penyaluran kredit melalui kelompok didasarkan oleh empat alasan, yakni simplifikasi manajemen penyaluran, minimalisasi biaya penyaluran, minimalisasi risiko tunggakan, dan multlipikasi manfaat kelompok. Alasan terakhir terutama ditujukan bila penyaluran kredit dihubungkan dengan aksi pengembangan masyarakat, seperti penyuluhan, pertukaran pengalaman dan informasi, dan lain-lain. (Gunardi, 1994).

Program-program kredit biasanya mempunyai unsur pendidikan yang jelas, yang salah satu targetnya adalah mengadakan pembinaan bagi para anggota peminjam dalam kaitannya dengan pengelolaan uang (Nirschl dan Sticker, 2005).

Pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok peminjam yaitu berupa kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dalam pertemuan nonformal. Pembinaan terhadap kelompok dapat berupa :

1. Pemantapan organisasi, dengan melakukan pengarahan agar kelompok peminjam menjadi kelompok mandiri.

2. Pemantapan administrasi, dengan jalan melakukan pemeriksaan pembukuan, membantu pelancaran distribusi kredit, dan memberikan bimbingan manajerial.


(31)

3. Pemantapan modal usaha yang dilakukan dengan memberikan motivasi hidup hemat, mengarahkan penggunaan modal dan kredit, membantu kelancaran kredit dan penagihan.

4. Pemantapan usaha produktif yang dilakukan dengan jalan memberikan alternatif pengembangan usaha dan informasi untuk mendapatkan sarana produksi, membantu memecahkan masalah praktis dalam kegiatan usaha kelompok, serta monitoring bimbingan pengelolaan usaha anggota kelompok.

(Gunardi, 1994).

2.3 Kerangka Pemikiran

Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping tanah, tenaga kerja dan manajemen. Modal bergulir merupakan bantuan modal bagi petani untuk menjalankan usahataninya.

Modal bergulir ini merupakan bantuan modal dari Pemerintah Kota Medan yang disalurkan melalui Dinas Pertanian Kota Medan yang sumber dananya berasal dari APBD Medan kepada daerah atau kecamatan yang memiliki potensi pertanian. Dana ini digunakan oleh petani untuk melakukan kegiatan produksi dalam usahataninya dengan tujuan untuk peningkatan produksinya.

Kredit ini hanya dapat diberikan kepada petani sayur yang tergabung dalam kelompok tani, karena modal bergulir merupakan kredit yang diberikan melalui kelompok. Pemberian kredit secara kelompok dapat membantu keterbatasan SDM anggotanya dalam kepengurusan administrasi pengajuan dan pencicilan, yaitu dengan diwakilkan oleh seorang atau dua orang anggota dari kelompok tani. Sistem kerja modal bergulir yaitu pengembalian dari kelompok


(32)

sebelumnya digulirkan kepada kelompok lain yang memerlukannya. Hal ini akan membuat kelompok peminjam lama termotivasi untuk mengembalikan kredit dengan tepat waktu karena adanya desakan dari kelompok peminjam yang baru yang ingin menggunakan modal itu, sehingga dalam sistem ini terdapat rasa toleransi satu dengan yang lain. Selain itu juga dapat memperkecil terjadinya kredit macet.

Selain bantuan modal, peranan petugas lapangan (PPL) juga diperlukan untuk melakukan pembinaan kepada petani penerima modal bergulir agar modal yang diterima dapat dipergunakan secara tepat untuk pengelolaan usahatani, dan petani dapat mandiri dalam mengelola usahanya, sehingga dalam menjalankan usahatani berikutnya petani dapat terlepas dari ketergantungan akan penggunaan kredit. Petugas lapangan yaitu PPL juga berperan memonitor kelancaran pengembalian modal bergulir.

Modal bergulir tersebut digunakan petani untuk menambah biaya sarana produksi yang sangat menentukan hasil produksi yang diperoleh. Nilai output (hasil produksi) adalah penerimaan serta pendapatan usahatani. Peranan modal bergulir bertujuan meningkatkan output baik kuantitas maupun kualitasnya.

Modal bergulir diberikan untuk membantu permodalan usahatani, sehingga dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Perolehan pendapatan yang diterima oleh petani sebagiannya dapat digunakan untuk membayar pinjaman modal bergulir secara mencicil. Dengan pendapatan yang meningkat, pengembalian modal bergulir dapat dilakukan dengan lancar yaitu tepat waktu dan tepat jumlah, sehingga modal tersebut dapat digulirkan pada kelompok tani berikutnya yang membutuhkan.


(33)

Berdasarkan uraian di atas maka untuk lebih memahami hal tersebut pada gambar kita dapat melihat kerangka pemikiran untuk penelitian ini.

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Garis Hubungan

Pendapatan

Pembinaan dari PPL

Pengembalian Modal Bergulir Biaya Saprodi

Usahatani Petani Sayur

Produksi Modal Bergulir


(34)

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang sudah dibuat, maka disajikan hipotesis yang akan diteliti yaitu :

5. Ada perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan) usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian.

6. Ada perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian.


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode yang digunakakan dalam penentuan daerah penelitian adalah secara purposive (secara sengaja) yaitu di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Penentuan daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut mendapatkan modal bergulir sebagai sebagai bantuan modal untuk usaha pertaniannya dan memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan, terutama pertanian sayur.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi petani sayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan yang menerima modal bergulir yaitu Kelompok Tani Serba Jadi sebanyak 25 KK, kemudian diambil sampel 13 KK dan petani Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan yang menerima modal bergulir adalah Kelompok Tani Sedar sebanyak 10 KK, kemudian diambil sampel sebanyak 5 KK.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Menurut Sevilla, dkk (1993) simple random sampling adalah suatu metode pemilihan sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama umtuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk lebih jelasnya populasi dan sampel kelompok tani yang menerima modal bergulir dapat dilihat pada tabel berikut:


(36)

Tabel 3. Distribusi Populasi dan Sampel No Kelurahan Nama Kelompok

Tani

Jumlah Populasi (KK)

Jumlah Sampel (KK)

1 2

Tanah Enam Ratus

Terjun

Serba Jadi Sedar

25 10

13 5

Total 35 18

Sumber : PPL Kecamatan Medan Marelan

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani yang mengambil modal bergulir dengan metode wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Metode pengumpulan data untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :


(37)

Tabel 4. Matriks Metode Pengumpulan Data

No Tujuan Penelitian Rincian

Metodpe Pengumpulan

Data

Sumber

1 Untuk mengetahui gambaran kegiatan modal bergulir di daerah penelitian

d. Untuk mengetahui cara mendapatkan modal bergulir. e. Untuk mengetahui cara petani

menggunakan modal bergulir. f. Untuk mengetahui tingkat

pengembalianmodal bergulir.

Wawancara Petani dan PPL

2 Untuk mengetahui bagaimana program pembinaan dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) bagi petani sayur penerima modal bergulir.

Wawancara Petani dan PPL

3 Untuk mengetahui perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan) usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di dua daerah penelitian.

Wawancara Petani

4 Untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di dua daerah penelitian

Wawancara Petani

3.4 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian 1a, 1b, 1c dan 2 dianalisis dengan analisis deskriptif berdasarkan survei di daerah penelitian.

Metode analisis untuk tujuan penelitian 3 dan 4 yaitu dengan menggunakan analisis uji beda (analisis komparatif) dengan menggunakan uji satistik t.


(38)

Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kriteria pengujian

Dimana : Ho = Tidak ada perbedaan antara I dan II H1 = Ada perbedaan antara I dan II Ho diterima (H1 ditolak) apabila t t t ( )db

; 2 0

2 α

α ≤ ≤

Ho ditolak (H1 diterima) apabila ( )

db

t t

; 2

0 > α atau t t ;( )db

2 0 <−α

2. Menentukan nilai uji statistik (nilai t0)

3. Membuat kesimpulan

Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak. (Hasan, 2004).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional.

Definisi :

1. Modal bergulir adalah bantuan modal yang diberikan oleh Pemerintah Kota Medan yang dananya bersumber dari APBD Medan. Modal ini disalurkan melalui Dinas Pertanian Kota Medan yang kemudian diberikan kepada kelompok yang mengusahakan usaha pertanian sebagai pinjaman. Petani berkewajiban melunasi kredit ditambah dengan bunganya dan pengembaliannya kemudian digulirkan kepada anggota kelompok lainnya. 2. Kelompok tani adalah kumpulan dari petani yang melakukan usahatani

yang dipimpin oleh seorang kontak tani dan menggunakan modal bergulir dalam menjalankan usahataninya.


(39)

3. Petani Sayur adalah petani yang mengusahakan produksi sayur dalam usahataninya dan menggunakan modal bergulir dalam mengusahakan usahataninya.

4. Pembinaan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) adalah petugas yang memberikan pembinaan agar petani penerima modal bergulir berhasil mengelola usaha dan pengembalian dana lancar.

5. Biaya sarana produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan yang digunakan petani dalam proses produksi usahatani sayur.

6. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani sayur yang dihitung dengan satuan kilogram.

7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani dari suatu usahatani.

8. Pengembalian modal bergulir adalah pengembalian modal yang dilakukan petani penerima modal bergulir kepada Dinas Pertanian Kota Medan dalam bentuk pencicilan, dengan jangka waktu 10 bulan. Pengembalian dilakukan beserta dengan bunganya sebesar 10 %.

Batasan operasional :

1. Tempat penelitian adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September-November tahun 2007. 3. Sampel peneliti adalah petani sayur yang menerima modal bergulir.


(40)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan berada pada ketinggian 3 m diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 31° C, curah hujan rata-rata 600 mm/tahun dan memiliki luas 524,9 Ha. Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Rengas Pulau Medan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manunggal Deli Serdang

• Sebelah Barat berbatasan dengan Klumpang/Terjun Medan

• Sebelah Timur berbatasan dengan Titi Papan Medan

Kelurahan Tanah Enam Ratus terletak ± 5 Km dari Ibukota Kecamatan Marelan, ± 14 Km dari Ibukota Medan dan ± 14 Km dari pusat fasilitas ekonomi, kesehatan, pemerintahan Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki 11 lingkungan.

b. Kelurahan Terjun

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berada pada ketinggian 3 m diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 31° C, curah hujan rata-rata 600 mm/tahun dan memiliki luas 1.605 Ha. Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Terjun mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :


(41)

• Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Sicanang Medan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanah Enam Ratus Medan

• Sebelah Barat berbatasan dengan Hamparan Perak Deli Serdang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Paya Pasir/Rengas Pulau Medan

Kelurahan Tanah Enam Ratus terletak ± 0,5 Km dari Ibukota Kecamatan Marelan, ± 22 Km dari Ibukota Medan dan ± 22 Km dari pusat fasilitas ekonomi, kesehatan, pemerintahan Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Kelurahan Terjun memiliki 22 lingkungan.

Keadaan Penduduk

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus sebanyak 20.199 jiwa, terdiri dari 10.503 orang laki-laki dan 9.696 orang perempuan dengan total kepala keluarga 4.721 KK. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 4 2.799 13,86

2 5 – 9 2.341 11,59

3 11 – 14 1.964 9,72

4 15 – 19 1.861 9,21

5 20 – 24 1.287 6,37

6 25 – 29 1.324 6.55

7 30 – 34 1.297 6,42

8 35 – 39 1.160 5,74

9 40 – 44 1.157 5,73

10 45 – 49 3.185 15,77

11 50 - 54 1.133 5,61

12 ≥ 55 691 3,42

Jumlah 20.199 100


(42)

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 45 – 49 tahun yakni sebesar 3.185 jiwa dengan persentase 15,77 % dan yang terendah adalah kelompok umur ≥ 55 tahun yakni 691 jiwa dengan persentase 3,42 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Tanah Enam Ratus yang tergolong usia produktif (15 – 55 tahun) berjumlah 12.727 jiwa (63,01 %) dan usia tidak produktif sebanyak 7.472 jiwa (36,99 %).

Mayoritas penduduk di Kelurahan Tanah Enam Ratus merupakan suku Jawa. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Hubungan kekeluargaan dapat dilihat dari adanya gotong royong, acara-acara adat, baik dalam acara perkawinan maupun dalam acara-acara lainnya.

Mata pencaharian utama penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah bertani. Selain bertani, penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, tukang dan lain-lain.

Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 538 13,06

2 TNI/POLRI 50 1,21

3 Karyawan Swasta 822 19,95

4 Pedagang 427 10,36

5 Petani 1.833 44,48

6 Pertukangan 27 0,66

7 Buruh Tani 416 10,09

8 Jasa-jasa 8 0,19

Jumlah 4.121 100


(43)

Pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus sebagian besar bersumber dari sektor pertanian yaitu sebagai petani (44,48 %) yang pada umumnya mengusahakan sayur mayur terutama sayur bayam, sawi, kangkung, mentimun, kacang panjang dan lain-lain. Dan ada juga yang mengusahakan tanaman padi dan beternak.

b. Kelurahan Terjun

Jumlah penduduk Kelurahan Terjun sebanyak 19.468 jiwa, terdiri dari 9.344 orang laki-laki dan 10.124 orang perempuan dengan total kepala keluarga 4.114 KK. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Terjun No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 4 1.711 8,79

2 5 – 9 1.678 8,62

3 11 – 14 1.624 8,34

4 15 – 19 1.586 8,15

5 20 – 24 1.547 7,95

6 25 – 29 1.559 8,01

7 30 – 34 1.773 9,11

8 35 – 39 1.793 9,21

9 40 – 44 1.873 9,62

10 45 – 49 1.621 8,33

11 50 - 54 1.486 7,63

12 ≥ 55 1.217 6,25

Jumlah 19.468 100

Sumber : Kantor Kelurahan Terjun 2006

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 40 – 44 tahun yakni sebesar 1.873 jiwa dengan persentase 9,62 % dan yang terendah adalah kelompok umur ≥ 55 tahun yakni 1217 jiwa dengan persentase 6,25 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penduduk di


(44)

Kelurahan Terjun yang tergolong usia produktif (15 – 55 tahun) berjumlah 7.138 jiwa (36,66 %) dan usia tidak produktif sebanyak 12.330 jiwa (63,33 %).

Mayoritas penduduk di Kelurahan Terjun merupakan suku Jawa. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Hubungan kekeluargaan dapat dilihat dari adanya gotong royong dan acara-acara adat, seperti dalam acara perkawinan maupun dalam acara-acara lainnya.

Mata pencaharian utama penduduk Kelurahan Terjun adalah bertani. Selain bertani, penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, tukang dan lain-lain.

Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Terjun

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 568 16,42

2 TNI/POLRI 86 2,49

3 Karyawan Swasta 641 18,53

4 Pedagang 325 9,39

5 Petani 1.066 30,81

6 Pertukangan 476 13,76

7 Buruh Tani 296 8,55

8 Jasa-jasa 2 0,06

Jumlah 3.460 100

Sumber : Kantor Kelurahan Terjun 2006

Pada Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kelurahan Terjun sebagian besar bersumber dari sektor pertanian yaitu sebagai petani (30,81 %) yang pada umumnya mengusahakan sayur mayur terutama sayur bayam, sawi, kangkung, mentimun, kacang panjang dan lain-lain. Dan ada juga yang mengusahakan tanaman padi dan beternak.


(45)

Penggunaan Tanah

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Luas lahan Kelurahan Tanah Enam Ratus menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Luas lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah dan Ladang 400 76,20

2 Bangunan Umum 10,9 2,08

3 Kolam 0,5 0,10

4 Pemukiman 112 21,34

5 Lapangan Sepakbola 1,5 0,29

Jumlah 524,9 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus 2007

Pada Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk sawah yakni seluas 400 Ha (76,20 %), pemukiman seluas 112 Ha (21,34 %), bangunan umum 10,9 Ha (2.08 %), lapangan sepakbola seluas 1,5 Ha (0,29 %) dan kolam seluas 0,5 Ha (0,10 %).

b. Kelurahan Terjun

Luas lahan Kelurahan Terjun menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Luas lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Terjun

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah dan Ladang 400 24,92

2 Bangunan Umum 32,5 2,02

3 Kolam 2,5 0,16

4 Pemukiman 1168,5 72,80

5 Lapangan Sepakbola 1,5 0,09

Jumlah 1.605 100

Sumber : Kantor Kelurahan Terjun 2007

Pada Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah pemukiman yakni seluas 1168,5 (72,80 %), sawah seluas 400 Ha


(46)

(24,92 %), bangunan umum 32,5 Ha (2,02 %), kolam seluas 2,5 Ha (0,16 %) dan lapangan sepakbola seluas 1,5 Ha (0,09 %).

Sarana dan Prasarana

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat memperlancar jalannya laju pembangunan sehingga dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Sarana dan prasarana yang ada di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan

- SD 7

- SMP 1

- SMU 1

- Madrasah 2

2 Sarana Komunikasi

- Pesawat Telepon 701

- Pesawat TV 3.151

3 Sarana Transportasi

- Sepeda 300

- Becak 300

- Sepeda Motor 700

- Mobil 50

4 Pasar 1

5 KUD -

6 Pompa Air 35

7 Zetor 8

8 Kantor Kelurahan 1

9 Penyuluh Pertanian Lapangan 1 orang

10 Kelompok Tani 4

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2007

Sarana dan prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana transportasi, komunikasi dan


(47)

pendidikan. Sarana transportasi cukup tersedia di daerah ini sehingga petani tidak memperoleh kesulitan dalam meperoleh sarana produksi dan pemasaran hasil.

Pada tabel diatas tidak terdapat KUD, karena KUD di Kelurahan Tanah Enam Ratus sekarang sudah tidak aktif lagi. Sehingga petani tidak bisa memperoleh sarana produksi dengan harga yang lebih murah. Dengan tidak aktifnya lagi KUD, maka tidak ada lembaga yang dapat membantu petani dalam memperoleh bantuan modal untuk usahataninya.

b. Kelurahan Terjun

Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Terjun

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan

- SD 9

- SMP 2

- SMU 1

- Madrasah 3

2 Sarana Komunikasi

- Pesawat Telepon 400

- Pesawat TV 3.790

3. Sarana Transportasi

- Sepeda 300

- Becak 200

- Sepeda Motor 248

- Mobil 322

4 Pasar 1

5 KUD -

6 Pompa Air 30

7 Zetor 6

8 Kantor Kelurahan 1

9 Penyuluh Pertanian Lapangan 1 orang

10 Kelompok Tani 3

Sumber: Kantor Kelurahan Terjun 2007

Sarana dan prasarana di Kelurahan Terjun dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana transportasi, komunikasi dan pendidikan. Sarana


(48)

transportasi cukup tersedia di daerah ini sehingga petani tidak memperoleh kesulitan dalam meperoleh sarana produksi dan pemasaran hasil.

Pada tabel di atas tidak terdapat KUD, karena KUD di Kelurahan Terjun sama seperti di Kelurahan Tanah Enam Ratus sudah tidak aktif lagi. Sehingga petani tidak bisa memperoleh sarana produksi dengan harga yang lebih murah. Dengan tidak aktifnya lagi KUD, maka tidak ada lembaga yang dapat membantu petani dalam memperoleh bantuan modal untuk usahataninya.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, luas lahan, jenis sayuran yang ditanam, pendidikan formal petani, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman bertani.

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Karakteristik petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :

Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 32 - 60 43,69

2 Luas lahan Ha 0,08 – 0,2 0,14

3 Jenis sayur yang ditanam

- Sawi, bayam,

Kangkung -

4 Pendidikan Tahun 6 - 12 9,23

5 Jumlah tanggungan Jiwa 3 - 7 5

6 Pengalaman bertani Tahun 8 - 48 21,77

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Tabel 13 memperlihatkan bahwa umur petani sampel berkisar antara antara 32 – 60 tahun dengan rataan 43,69 tahun. Dari data tersebut terlihat bahwa


(49)

petani masih berada dalam kategori umur produktif yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Luas lahan petani sampel usahatani sayur di daerah penelitian berkisar antara 0,08 – 0,2 Ha dengan rataan sebesar 0,14 Ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan tergolong kecil.

Petani sampel mengusahakan dua jenis sayur yaitu bayam dan sawi, bayam dan kangkung, atau sawi dan kangkung. Kedua jenis sayuran ini diusahakan pada saat petani sebelum mendapatkan modal bergulir dan sesudah mendapatkan modal bergulir.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Tingkat pendidikan petani petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 6 – 12 tahun dengan rataan 9,23 tahun dapat dikatakan rendah.

Jumlah tanggungan keluarga petani berkisar antara 3 – 7 jiwa dengan rata-rata 5 jiwa. Dari rata-rataan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel termasuk sedang. Sebagian dari tanggungan tersebut ikut serta dalam kegiatan usahatani.

Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 8 – 48 tahun dengan rataan 21,77 tahun. Dari rataan tersebut dapat dilihat bahwa petani telah memiliki pengalaman yang cukup untuk menjalankan usahatani sayur.


(50)

b. Kelurahan Terjun

Keadaan umur petani sampel di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 29 - 56 40,2

2 Luas lahan Ha 0,08 – 0,2 0,13

3 Jenis sayur yang ditanam - Sawi, bayam -

4 Pendidikan Tahun 9 - 12 10,2

5 Jumlah tanggungan Jiwa 2 - 5 3

6 Pengalaman bertani Tahun 10 - 40 25,4

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa umur petani sampel di daerah penelitian berkisar antara antara 29 – 56 tahun dengan rataan 40,2 tahun. Dari data tersebut terlihat bahwa petani masih berada dalam kategori umur produktif yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Luas lahan petani sampel usahatani sayur di daerah penelitian berkisar antara 0,08 – 0,2 Ha dengan rataan sebesar 0,13 Ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan masih tergolong kecil. Luas lahan petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun tidak begitu bervariasi perbedaannya.

Petani sampel mengusahakan dua jenis sayur yaitu bayam dan sawi. Kedua jenis sayuran ini diusahakan pada saat petani sebelum mendapatkan modal bergulir dan setelah mendapatkan modal bergulir.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Tingkat pendidikan petani


(51)

petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 6 – 12 tahun dengan rataan 10,2 tahun dapat dikatakan rendah.

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 2 – 5 jiwa dengan rataan 3 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel termasuk kecil. Hal ini dikarenakan sebagian anak-anaknya telah menikah. Sebagian dari tanggungan keluarga tersebut ikut serta dalam kegiatan usahatani.

Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 10 – 40 tahun dengan rataan 25,4 tahun. Dari rataan tersebut dapat dilihat bahwa petani telah memiliki pengalaman yang cukup untuk menjalankan usahatani sayur.


(52)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kegiatan Modal Bergulir di Daerah Penelitian

Modal bergulir adalah bantuan modal yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kota Medan kepada daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian atau pengolahan hasil pertanian. Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan adalah daerah sentra produksi sayur-mayur di Kota Medan. Modal bergulir telah dijalankan sejak tahun 2003, diharapkan bantuan modal ini dapat membantu petani agar berhasil mengelola usaha pertaniannya sehingga dapat meningkatkan produksi dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan.

Modal bergulir merupakan fasilitas kredit dari pemerintah bagi petani setelah KUD di Kecamatan Medan Marelan pada saat ini sudah nonaktif. Modal bergulir ini merupakan kredit lunak, dimana besar bunga pinjamannya sebesar 10 % selama 10 bulan. Gambaran mengenai modal bergulir dapat dilihat dengan jelas dari bagaimana petani mendapatkan modal bergulir, kegunaan dari modal bergulir oleh petani dan bagaimana tingkat pengembalian modal bergulir di daerah penelitian.

Cara Mendapatkan Modal Bergulir

Petani di daerah penelitian memperoleh informasi tentang adanya modal bergulir dari petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang merupakan petugas Dari Dinas Pertanian, kemudian informasi tersebut disampaikan kepada ketua kelompok tani yang kemudian diberitahukan kepada anggota kelompok tani.


(53)

Ketua kelompok tani mendiskusikan kepada anggota kelompok tani berapa jumlah pinjaman yang mereka butuhkan dan berapa petani yang ingin meminjam modal bergulir. Petani yang ingin meminjam modal bergulir harus merupakan anggota kelompok tani, yang merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan modal bergulir.

Mekanisme pengajuan modal bergulir oleh petani, yaitu sebagai berikut : 1. Petani membuat surat pengajuan modal bergulir dari kelurahan yang disertai

materai

2. Melampirkan photo copy KTP

3. Pengajuan petani tersebut cukup diwakilkan oleh ketua kelompok tani untuk diajukan ke petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

4. Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kemudian mengajukan permohonan petani tersebut ke Dinas Pertanian Kota Medan

Cara petani mendapatkan modal bergulir dapat dibilang mudah jika dilihat dari mekanisme diatas. Hal ini juga yang dinyatakan oleh petani sampel di daerah penelitian. Tiga belas (13) orang petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus menyatakan mudah mendapatkan modal bergulir, begitu juga dengan lima (5) petani sampel Kelompok Tani Sedar, Kelurahan Terjun menyatakan mudah mendapatkan modal bergulir.

Petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus mendapatkan modal bergulir pada bulan Juni tahun 2004 dan petani sampel Kelompok Tani Sedar, Kelurahan Terjun mendapatkan modal bergulir pada bulan Juni tahun 2005.


(54)

Modal bergulir merupakan kredit yang diberikan secara bergantian antar kelompok tani, jadi tidak semua kelompok tani di Kecamatan Medan Marelan mendapatkan modal bergulir pada periode yang sama.

Penggunaan Modal Bergulir

Petani sampel di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli benih, pupuk dan obat-obatan sehingga perawatan/pemeliharaan tanaman dapat dilakukan secara intensif. Petani sampel menggunakan modal bergulir untuk membiayai usaha pertaniannya sebesar 75 % - 100 % dari jumlah modal bergulir yang didapatkannya.

Petani sampel kelompok Tani Serba jadi, delapan (8) orang menggunakan modal bergulir untuk usahatani sebesar 100 %, dan lima (5) orang menggunakan modal bergulir sebesar 75 % - 100 %, sebagian dari modal bergulir tersebut digunakan untuk non usahatani. Petani menggunakan modal bergulir tersebut sebagian untuk membayar uang sekolah anaknya dan untuk membiayai hidup keluarganya sehari-hari.

Sebagian besar petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi menggunakan kredit yang diterimanya sebesar 100 % untuk usahatani, karena rata-rata modal bergulir yang diterima petani jumlahnya tidak terlalu besar, yaitu dengan rataan

Rp 580.769,00 dan jumlah pinjaman berkisar antara Rp 300.000,00 - Rp 1.000.000,00.

Penggunaan modal bergulir oleh petani sampel Kelompok Tani Sedar diketahui 4 orang menggunakan modal bergulir sebesar 100 % dan 1 orang menggunakan sebesar 75 % - 100 %. Modal bergulir yang diterimanya sebagian untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jumlah pinjaman dari


(55)

Kelompok Tani Sedar sama untuk semua anggota kelompok tani yang ingin menggunakan modal bergulir yaitu masing-masing petani mendapatkan Rp 500.000,00.

Petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus menggunakan modal bergulir untuk membiayai usahataninya pada bulan Juni tahun 2004. Sedangkan petani sampel Kelompok Tani Sedar, Kelurahan Terjun menggunakan modal bergulir pada bulan Juni tahun 2005.

Tingkat Pengembalian Modal Bergulir

Modal bergulir dapat dikembalikan oleh petani dalam waktu 10 bulan dan diberikan tenggang waktu 2 bulan. Jadi petani dapat mengembalikan modal bergulir paling cepat dalam waktu 10 bulan dan paling lama dalam waktu 12 bulan.

Petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus seharusnya mengembalikan modal bergulir paling cepat bulan April tahun 2005 dan paling lama bulan Juni tahun 2005. Sedangkan petani sampel Kelompok Tani Sedar, Kelurahan Terjun mengembalikan modal bergulir pada bulan April tahun 2006 dan paling lama bulan Juni tahun 2006.

Untuk mengetahui tingkat pengembalian modal bergulir oleh petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004

Kelompok Tani Serba Jadi

Bulan Jumlah Petani

(orang)

Persentase (%)

April 4 30,77

Juni 7 53,85

Juli 2 15,38

Jumlah 13 100


(56)

Pada Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa petani Kelompok Tani Serba jadi paling banyak mengembalikan modal bergulir pada bulan Juni sebesar 53,85 %, bulan April 30,77 % dan bulan Juli 15,38 %. Dan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal bergulir oleh petani sampel di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :

Tabel 16. Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005

Kelompok Tani Sedar Bulan Jumlah Petani

(orang)

Persentase (%)

April 3 60

Juni 2 40

Juli - -

Jumlah 13 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 36

Tabel 16 menunjukkan petani Kelompok Tani Sedar paling banyak mengembalikan modal bergulir pada bulan April sebesar 60 % dan bulan Juni sebesar 40 %. Dari data tersebut dapat dilihat petani dari Kelompok Tani Sedar lebih cepat mengembalikan modal bergulir dan tunggakannya kecil, bila dibandingkan dengan petani dari Kelompok Tani Serba Jadi yang paling banyak menunggak, walaupun masih dalam tenggang waktu yang diperbolehkan. Akan tetapi masih juga ada petani yang mengembalikan modal bergulir melebihi waktu tenggang yang diberikan. Berarti pengembalian petani dari Kelompok Tani Sedar lebih lancar bila dibandingkan dengan petani Kelompok Tani Serba Jadi.

Kelancaran pengembalian modal bergulir sangat bergantung kepada pengawasan dan bimbingan dari ketua kelompok tani dan petugas PPL. Ketua kelompok tani harus bisa bertanggung jawab dalam pengawasan pengembalian


(57)

modal bergulir, karena ia adalah orang yang paling dekat terhadap anggota-anggotanya.

Jumlah pengembalian modal bergulir yang harus dikembalikan oleh petani adalah jumlah pokok yang dipinjam petani ditambah dengan bunga/jasa dari jumlah pokok yang dipinjam, yaitu 10 % dari pinjaman pokok. Pengembalian modal bergulir ini diwakilkan kepada satu orang, yaitu ketua kelompok tani untuk dibayarkan kepada petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Ketua kelompok tani yang bertanggungjawab dalam mengkoordinasi anggotanya agar lancar dalam pengambalian modal bergulir.

Mekanisme pengembalian modal bergulir, yaitu sebagai berikut :

1. Petani membayar pengembalian modal bergulir kepada ketua kelompok tani 2. Ketua kelompok tani menyetorkan pengembalian modal bergulir tersebut

kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

3. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kemudian menyetorkan pengembalian modal bergulir tersebut ke Dinas pertanian Kota Medan

5.2 Program Pembinaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Bagi Petani Penerima Modal Bergulir

Program kredit modal bergulir merupakan program kredit yang diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani. Modal bergulir bukan bukan kredit yang hanya diberikan begitu saja kepada petani. Namun diperlukan peranan Peyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam membina petani penerima modal bergulir agar kredit yang mereka terima dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dalam usaha pertanian. Selain itu PPL dapat mengawasi kelancaran pengembalian modal bergulir.


(58)

Dari sampel petani Kelompok Tani Serba Jadi menyatakan tidak ada pembinaan khusus bagi petani penerima modal bergulir tentang penggunaan modal bergulir yang baik sehingga dapat menciptakan petani yang mandiri. Begitu juga dengan petani sampel Kelompok Tani Sedar menyatakan tidak ada pembinaan khusus bagi petani penerima modal bergulir dari PPL.

Penyuluhan pertanian yang diberikan oleh PPL di daerah penelitian adalah penyuluhan budidaya yang rutin atau biasa diberikan kepada petani. Pertemuan dengan PPL dilakukan dua kali dalam sebulan, baik pertemuan kepada Kelompok Tani Serba Jadi dan Kelompok Tani Sedar.

5.3 Analisis Perbedaan Biaya Sarana Produksi (benih, pupuk, obat-obatan) Usahatani Sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Daerah Penelitian

Biaya sarana produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk menghasilkan produksi tertentu dari lahan yang diusahakannya. Biaya sarana produksi mencakup biaya benih, biaya pupuk dan biaya obat-obatan. Biaya benih, biaya pupuk dan biaya obat-obatan merupakan biaya tidak tetap, sehingga besar kecilnya jumlah benih, pupuk dan obat-obatan dapat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan yang kemudian dapat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.

Keterbatasan modal yang dimiliki petani dapat mempengaruhi jumlah benih, pupuk dan obat-obatan yang dibeli dan digunakan petani dalam usahataninya, sehingga dapat mempengaruhi jumlah produksi yang diinginkan. Modal bergulir merupakan sarana kredit yang dapat membantu petani dalam pembiayaan usahataninya. Dengan modal bergulir ini petani menggunakannya untuk menambah sarana produksi (benih,pupuk dan obat-obatan), sehingga petani


(59)

dapat mengoptimalkan sarana produksi untuk usahatani mereka, dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.

Untuk mengetahui perbedaan biaya sarana produksi (benih,pupuk dan obat-obatan) sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu analisis uji beda yang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :

Tabel 17. Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi Usahatani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2004) di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Biaya Sarana Produksi Sebelum (Rp)

Setelah (Rp)

1 Biaya benih 51.684,62 69.807,69

2 Biaya pupuk 233.653,85 306.846,15

3 Biaya obat-obatan 65.246,15 92.946,15

Total 350.584,62 469.600,00

t-hitung = -11,274 t-tabel = -2,178 Nyata pada α = 0,05

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 13 dan 30

Berdasarkan hasil analisis uji beda diperoleh t-hitung sebesar -11,274 yang lebih kecil dari t-tabel sebesar -2,178 pada taraf signifikansi 5 %. Karena t-hitung lebih kecil dari – t-tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari data dapat diketahui adanya perbedaan nyata biaya sarana produksi (benih,pupuk dan obat-obatan) sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan adanya perbedaan biaya sarana produksi (benih,pupuk dan obat-obatan) sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir diterima.

Tabel 17 di atas memperlihatkan bahwa adanya perbedaan jumlah benih sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Perbedaan itu adalah


(1)

sehingga diperoleh peningkatan pendapatan. Pertambahan pendapatan ini ternyata setelah dikurangi dengan pelunasan modal bergulir tiap bulannya masih diperoleh peningkatan pendapatan walaupun peningkatannya tidak terlalu besar.

Perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu analisis uji beda yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 20. Analisis Uji Beda Pendapatan Petani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005) di Kelurahan Terjun

No Uraian Satuan Sebelum Setelah

1 Jumlah produksi Kg 2.360,00 2.570,00

2 Biaya produksi Rp 1.053.994,00 1.116.904,00

3 Penerimaan Rp 3.050.000,00 3.310.000,00

4 Pendapatan Rp 2.232.226,00 2.269.316,00

t-hitung = -3,765 t-tabel = -2,776 Nyata pada α= 0,05

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2, 18, 19, dan 35

Berdasarkan hasil analisis uji beda diperoleh t-hitung sebesar -3,765 yang lebih kecil dari t-tabel sebesar -2,776 pada taraf signifikansi 5 %. Karena t-hitung lebih kecil dari – t-tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari data dapat diketahui adanya perbedaan nyata pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan adanya perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir diterima.

Tabel 20 di atas memperlihatkan bahwa terjadi pertambahan biaya produksi setelah petani menggunakan modal bergulir. Akan tetapi pertambahan biaya produksi tersebut dapat ditutupi dengan peningkatan penerimaan yang


(2)

dihasilkan, sehingga diperoleh peningkatan pendapatan. Pertambahan pendapatan ini setelah dikurangi dengan pelunasan modal bergulir tiap bulannya masih diperoleh peningkatan pendapatan, meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar.


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Gambaran modal bergulir di daerah penelitian yaitu sebagai berikut :

a. Petani memperoleh informasi modal bergulir dari Dinas Pertanian Kota Medan melalui PPL. Pengajuan untuk mendapatkan modal bergulir cukup diwakilkan kepada ketua kelompok tani dan tidak memerlukan persyaratan yang sulit, sehingga untuk mendapatkan modal bergulir dapat dikatakan mudah.

b. Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan.

c. Tingkat pengembalian modal bergulir di dua daerah penelitian berbeda. Tingkat pengembalian modal bergulir Kelompok Tani Sedar Kelurahan Terjun lebih lancar dari tingkat pengembalian Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus.

2. Tidak ada pembinaan khusus dari PPL kepada petani penerima modal bergulir tentang penggunaan modal bergulir dalam pengelolaan usahanya dan kelancaran administrasi pengembalian modal bergulir.

3. Ada perbedaan nyata biaya sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan) sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir.

4. Ada perbedaan nyata pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir.


(4)

6.2 Saran

1. Kepada Penyuluh Pertanian Lapangan

Sebaiknya dilakukan pembinaan terhadap petani-petani penerima modal bergulir tentang penggunaan modal bergulir dalam pengelolaan usahanya dan pembinaan terhadap kelancaran administrasi pengembalian modal bergulir. 2. Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor terjadinya penunggakan pengembalian modal bergulir.

3. Kepada Pemerintah

Program modal bergulir ini untuk seterusnya dapat tetap diberikan kepada petani di Kecamatan Medan Marelan, karena tujuan yang diharapkan dapat tercapai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2005. Program Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pinjaman Modal Usaha dengan Pola Dana Bergulir Kabupaten Lampung-Tengah. Lampung Tengah (http://lampungtengah.go.id/uploadfiles/Kep.Bupati No. 04 20005.pdf)

Daniel, M. 2002a. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara . 2002b. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara

Djojohadikusumo,S. 1989. Kredit Untuk Rakyat Di Masa Depresi. Jakarta : LP3ES

Elfindri dan A. Zein. 2001. “Kredit Untuk Nelayan dan Perbaikan Manajemen”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. IX(2)

Gunardi, H. S. 1994. Kredit Rakyat : Dari Mekanisme Arisan Hingga BPR. Jakarta : Akatiga

Hanani, N., J. T. Ibrahim, dan M. Purnomo., 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama

Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : Bumi Aksara Mubyarto., 1997. Ilmu Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta : Akademi Ilmu

Pengetahuan Indonesia Komisi Ilmu Sosial

Muhammad, A., dan R. Murniati., 2000. Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan. Bandung : Citra Aditya Bakti

Nirschl, H., dan G. Sticker., 2005. Panduan Kredit Mikro Untuk Usaha Kecil. Penerjemah : J. D. B. Santoso dan A. B. Widyanto. Yogyakarta : Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas

Sastraatmadja, E. 1991. Ekonomi Pertanian Indonesia : Masalah, Gagasan dan Strategi. Bandung : Angkasa

Sevilla, C.G, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah : A. Tuwu. Jakarta : UI Press.

Soekartawi. 1994. Pembangunan Pertanian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada . 1999. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada


(6)

Soetrisno, L. 1992. “Problema Pertanian di Indonesia dan Sumbangan Organisasi Pemerintah untuk Memecahkannya”. Dalam P. Hagul (ed). Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta : Rajawali

. 1998. Pertanian Pada Abad Ke-21. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tjiptoadinugroho, R. 1994. Perbankan Masalah Perkreditan. Jakarta : Pradnya Paramita

Widjaya, F. 1999. Perkreditan, Bank Dan Lembaga-lembaga Keuangan. Yogyakarta : BPFE-Universitas Gadjah Mada

Wirartha, I. M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi : Edisi Pertama. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Zulkarnain. 2003. Membangun Ekonomi Rakyat. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa