Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

(1)

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP

PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN

SIMALUNGUN

(Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

SKRIPSI

OLEH:

SRI ASTUTI

100304026

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP

PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN

SIMALUNGUN

(Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

SKRIPSI

OLEH: SRI ASTUTI

100304026 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D)

NIP. 19670303199802001 NIP. 196309281998031001

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Sri Astuti (100304026) dengan judul skripsi “Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean)”. Dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia di Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji beda dua rata-rata dan analisis usahatani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Produksi jagung petani pengguna pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pupuk kimia, dengan selisih rata-rata sebesar 11 kg/ha. Dimana produksi rata-rata petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar 4.702 kg/ha sedangkan produksi rata-rata petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar 4.691 kg/ha. Namun berdasarkan analisis uji beda rata-rata selisih tersebut tidak berbeda nyata atau tidak terdapat perbedaan nyata antara produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. (2) Biaya usahatani jagung pengguna pupuk kimia lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pupuk kompos. Untuk perhitungan biaya riil, biaya usahatani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 7.345.100/ha, sedangkan untuk pengguna pupuk kompos sebesar Rp 6.250.374/ha. Untuk perhitungan opportunity cost, biaya usahatani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 8.723.171/ha, sedangkan untuk pengguna pupuk kompos sebesar Rp 7.582.053/ha. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata, baik dengan perhitungan biaya riil maupun opportunity cost menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. (3) Pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pupuk kimia. Untuk perhitungan biaya riil, pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 7.890.089/ha, sedangkan pendapatan petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 6.626.381/ha. Untuk perhitungan opportunity cost, pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 6.558.410/ha, sedangkan pendapatan petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 5.248.310/ha. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata, baik dengan perhitungan biaya riil maupun opportunity cost menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia.

Kata Kunci: Analisis Uji beda Rata-rata, Tanaman Jagung, Pengguna Pupuk Kompos, Pengguna Pupuk Kimia, opportunity cost, biaya riil


(4)

RIWAYAT HIDUP

Sri Astuti, lahir di Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 19 April 1992. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari Ayahanda Muslan dan Ibu Sri Suripti.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 104245 Desa Tumpatan, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dan lulus pada tahun 2004. 2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah

Nurul Ittihadiyah Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang dan lulus pada tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang dan lulus pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama).

5. Pada bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Guntung, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

6. Pada bulan September 2014 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, FP-USU yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan selama masa perkuliahan.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Pegawai dan Staff Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.


(6)

5. Bapak Kepala Desa Bangun Panei, penyuluh pertanian Desa Bangun Panei serta petani sampel yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

6. Orangtua tercinta Bapak Muslan dan Ibu Sri Suripti serta abang-abang ku tersayang Ari Arfan dan Supriadi S.Pd yang selalu memberikan do’a, motivasi, kasih sayang serta dukungan baik materi maupun non materi selama masa perkuliahan penulis.

7. Teman-teman Agribisnis FP-USU Stambuk 2010, terutama untuk Anggra Wirahadi, Dedy Pahriansyah, Eka Syaputra, Liza Safitri, Nurhamidah, Rizki Hardiansyah SP, Prasetyo Trisna Widyanto, Zuliya Hermis, Debi Pratama, Amril Hanafi Nst dan Rizki Romadhona Tbn (ADELMRTTZDAR) yang selalu ada untuk membantu penulis selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Untuk Mukti Amsar yang telah menemani penulis dalam penelitian serta Ayusmi yang juga selalu ada untuk memotivasi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sumbangan saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1. Pupuk Kompos ... 6

2.1.2. Jagung ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Biaya Usahatani ... 10

2.2.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) ... 10

2.2.1.2. Biaya Variabel (Variable Cost) ... 11

2.2.2. Pendapatan Usahatani ... 12

2.3. Penelitian Terdahulu ... 13

2.4. Kerangka Pemikiran ... 15

2.5. Hipotesis Penelitian ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Analisis Data ... 23


(8)

3.5.2. Batasan Operasional ... 30

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL... 31

4.1. Deskripsi Desa Bangun Panei ... 31

4.1.1. Luas Daerah dan Letak Geografis ... 31

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 32

4.1.3. Sarana dan Prasarana ... 35

4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 36

4.2.1. Umur ... 36

4.2.2. Pendidikan ... 36

4.2.3. Lama Berusahatani ... 37

4.2.4. Luas Lahan ... 38

4.3. Karakteristik Usahatani ... 39

4.3.1. Status Kepemilikan Lahan ... 39

4.3.2. Penggunaan Tenaga Kerja ... 40

4.3.3. Penggunaan Benih Jagung ... 41

4.3.4. Penggunaan Pupuk ... 42

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1. Perbandingan Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia ... 44

5.2. Perbandingan Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil ... 46

5.3. Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil ... 48

5.4. Perbandingan Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost ... 50

5.5. Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost ... 53

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

6.1. Kesimpulan ... 55

6.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Volume dan Nilai Impor Jagung Indonesia Tahun 2008-2012 1 2 Hasil Aplikasi Penggunaan Pupuk Organik dipadukan

dengan Pupuk Anorganik

6 3 Perkembangan Konsumsi dan Produksi Jagung di Indonesia 8 4 Realisasi Penyaluran Pupuk Organik Bersubsidi Sektor

Pertanian Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

17

5 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

18 6 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut

Kecamatan di Kabupaten Simalungun Tahun 2012

19 7 Jumlah Sampel Petani Pengguna Pupuk Kompos

Berdasarkan Luas Lahan

21 8 Jumlah Sampel Petani Pengguna Pupuk Kimia Berdasarkan

Luas Lahan

22 9 Pola Penggunaan Lahan di Desa Bangun Panei 32 10 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 33

11 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur 33

12 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 34 13 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 34

14 Kondisi Sarana dan Prasarana 35

15 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 36 16 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 37 17 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Berusahatani 38 18 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan 39 19 Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar

Keluarga Petani Sampel

41 20 Penggunaan Benih Jagung Petani Sampel Pengguna Pupuk

Kompos dan Pupuk Kimia

42 21 Perbandingan Rekomendasi Pupuk yang Dianjurkan dengan

Rata-Rata Penggunaan Pupuk Petani Sampel di Desa 43


(10)

Tabel Judul Halaman

22 Rata–Rata Produksi, Biaya, dan Pendapatan Petani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil

44

23 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia

45 24 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung

Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

46

25 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

48

26 Rata–Rata Produksi, Biaya, dan Pendapatan Petani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost

51

27 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost

51

28 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 16


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos 2 Karakteristik Petani Sampel Pengguna Pupuk Kimia

3 Komposisi Penggunaan Pupuk Petani Sampel Pengguna Pupuk Kimia 4 Komposisi Penggunaan Pupuk Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos

dan Kimia

5 Biaya Sarana Produksi (Saprodi) yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dalam Usahatani Jagung per Musim Tanam 6 Biaya Sarana Produksi (Saprodi) yang Dikeluarkan Petani Sampel

Pengguna Pupuk Kimia dalam Usahatani Jagung per Musim Tanam 7 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk

Kompos per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil

8 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kimia Per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil

9 Biaya Pemipilan Jagung yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam

10 Biaya Penyusutan Alat Pertanian yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dalam Usahatani Jagung per Musim Tanam 11 Biaya Penyusutan Alat Pertanian yang Dikeluarkan Petani Sampel

Pengguna Pupuk Kimia dalam Usahatani Jagung per Musim Tanam

12 Biaya Sewa Lahan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dan Pupuk Kimia dalam Usahatani Jagung per Musim Tanam

13 Total Biaya Variabel dan Biaya Tetap yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dan Pupuk Kimia dalam Usahatani Jagung per Musim Tanam

14 Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya Total dan Pendapatan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos

15 Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya Total dan Pendapatan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kimia

16 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dengan Perhitungan Opportunity Cost

17 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost


(13)

Lampiran Judul

18 Biaya Sewa Lahan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang Dikeluarkan Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dan Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost

19 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia

20 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

21 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

22 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan

Opportunity Cost

23 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost


(14)

ABSTRAK

Sri Astuti (100304026) dengan judul skripsi “Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean)”. Dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia di Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji beda dua rata-rata dan analisis usahatani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Produksi jagung petani pengguna pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pupuk kimia, dengan selisih rata-rata sebesar 11 kg/ha. Dimana produksi rata-rata petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar 4.702 kg/ha sedangkan produksi rata-rata petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar 4.691 kg/ha. Namun berdasarkan analisis uji beda rata-rata selisih tersebut tidak berbeda nyata atau tidak terdapat perbedaan nyata antara produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. (2) Biaya usahatani jagung pengguna pupuk kimia lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pupuk kompos. Untuk perhitungan biaya riil, biaya usahatani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 7.345.100/ha, sedangkan untuk pengguna pupuk kompos sebesar Rp 6.250.374/ha. Untuk perhitungan opportunity cost, biaya usahatani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 8.723.171/ha, sedangkan untuk pengguna pupuk kompos sebesar Rp 7.582.053/ha. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata, baik dengan perhitungan biaya riil maupun opportunity cost menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. (3) Pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pupuk kimia. Untuk perhitungan biaya riil, pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 7.890.089/ha, sedangkan pendapatan petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 6.626.381/ha. Untuk perhitungan opportunity cost, pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 6.558.410/ha, sedangkan pendapatan petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 5.248.310/ha. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata, baik dengan perhitungan biaya riil maupun opportunity cost menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia.

Kata Kunci: Analisis Uji beda Rata-rata, Tanaman Jagung, Pengguna Pupuk Kompos, Pengguna Pupuk Kimia, opportunity cost, biaya riil


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting dan mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian. Komoditi jagung bukan hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis (Rukmana, 1997).

Secara nasional kebutuhan jagung di Indonesia masih banyak mengalami kekurangan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri banyak mendatangkan (impor) dari luar negeri. Berikut ini data volume dan nilai impor jagung Indonesia tahun 2008-2012.

Tabel 1. Volume dan Nilai Impor Jagung Indonesia Tahun 2008 – 2012 Tahun Volume Impor (Ton) Nilai Impor (000 US$)

2008 264.665 87.395

2009 338.798 77.841

2010 1.527.516 369.077

2011 3.207.657 1.028.527

2012 1.797.876 531.084

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari tahun 2008 sampai tahun 2012 volume impor jagung terus meningkat dari 264.665 ton menjadi 1.797.876 ton. Hal ini menjadi indikator peluang yang cukup besar untuk mengembangkan komoditas jagung bagi wilayah-wilayah yang potensial. Menurut Pasandaran dan Kasryino (2002) sentra pengembangan produksi jagung di Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: (1) Sumatera merupakan daerah pengembangan


(16)

jagung masa depan karena memperlihatkan dinamika perkembangan yang cepat selama tiga dekade lalu serta memiliki sumber daya lahan yang mendukung; (2) Jawa merupakan sentra produksi jagung dan bahan pangan, namun sumber daya lahan semakin terbatas sehingga peran tersebut akan semakin menurun; (3) Kawasan Timur Indonesia merupakan daerah konsumen jagung sebagai makanan pokok dengan iklim yang relatif kering.

Salah satu daerah yang sesuai untuk pengembangan produktivitas jagung di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu penghasil jagung tertinggi selain Kabupaten Karo. Pada tahun 2010 Kabupaten Karo merupakan penghasil jagung tertinggi dengan produksi mencapai 454.178 ton dan Kabupaten Simalungun berada di tempat kedua dengan produksi 319.282 ton. Namun pada tahun 2012 produksi jagung di Kabupaten Simalungun meningkat menjadi 371.070 ton, sedangkan produksi jagung di Kabupaten Karo menurun menjadi 369.848 ton (BPS Sumatera Utara, 2014).

Selain kondisi wilayah yang mendukung, perhatian pemerintah terhadap komoditi jagung pun sangat membantu berkembangnya usahatani jagung di Kabupaten Simalungun sehingga luas panen jagung pun terus meningkat dari

tahun 2010 yang hanya seluas 63.712 ha menjadi 64.935 ha pada tahun 2012 (BPS Simalungun, 2014).

Namun dalam berusahatani, petani juga menghadapi kendala-kendala yang dapat menghambat keberlangsungan usahanya. Salah satu yang menjadi hambatan petani yaitu ketika memasuki masa tanam keberadaan pupuk kimia bersubsidi sulit didapatkan di kios-kios pertanian setempat. Sulitnya mendapatkan pupuk


(17)

kimia bersubsidi menjadikan petani terpaksa membeli pupuk dengan harga yang tinggi. Berdasarkan informasi dari penyuluh pertanian di Kabupaten Simalungun diketahui bahwa harga pupuk urea yang beredar di pasaran mencapai Rp 5200/kg, sedangkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk pupuk bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah Rp 1800/kg (Penyuluh Pertanian Simalungun, 2014).

Selain masalah di atas, petani juga menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus dan berlebihan menjadikan lahan mereka kering dan terjadi pengerasan di permukaan. Hal ini sesuai menurut Parnata (2010), bahwa penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Keadaan ini akan merugikan, baik untuk ekosistem alam maupun kesejahteraan petani. Karena penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus meningkat jumlahnya tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.

Hal ini berbeda jika dibandingkan petani menggunakan pupuk kompos. Menurut Budiman (2013), pengerasan tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian kompos. Kompos yang dicampurkan ke dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah, dan memperbaiki kondisi fisik tanah tersebut. Kompos dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam mengeluarkan zat gizi dalam material lainnya ke dalam tanah.

Namun, dengan berbagai kelebihan yang ada pada pupuk kompos dan penyuluhan yang telah diberikan oleh penyuluh selama ini petani jagung yang menggunakan pupuk kompos masih sekitar 50% atau setengah dari jumlah petani jagung yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa petani jagung masih melihat


(18)

bahwa pupuk kimia masih memiliki manfaat yang jauh lebih baik dibandingkan menggunakan pupuk kompos.

Dengan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah perbedaan pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia murni.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimanakah perbandingan produksi jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia di daerah penelitian?

2. Bagaimanakah perbandingan biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia di daerah penelitian?

3. Bagaimanakah perbandingan pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menganalisis produksi jagung pengguna pupuk kompos dengan

pengguna pupuk kimia di daerah penelitian

2. Untuk menganalisis biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia di daerah penelitian

3. Untuk menganalisis pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia di daerah penelitian.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani untuk dapat meningkatkan pendapatannya.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Simalungun dan instansi terkait dalam menetapkan kebijakan penggunaan pupuk kimia bersubsidi maupun pupuk kompos.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos

Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang (Novizan, 2002).

Pupuk organik yang sering digunakan untuk memupuk tanaman adalah kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Dengan demikian, pupuk kandang dan pupuk hijau yang mengalami proses fermentasi merupakan bagian dari kompos (Parnata, 2010).

Beberapa kegunaan kompos adalah: (1) Memperbaiki struktur tanah; (2) Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir; (3) Meningkatkan

daya tahan dan daya serap air; (4) Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah; (5) Menambah dan mengaktifkan unsur hara (Budiman, 2013).

Peluang penggunaan pupuk organik di masa yang akan datang semakin besar. Ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain semakin mahalnya pupuk kimia akibat pencabutan subsidi pupuk kimia oleh pemerintah, semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah, semakin tingginya kesadaran akan bahaya residu pupuk kimia terhadap kesehatan manusia, dan adanya trend pertanian


(21)

organik. Pupuk organik boleh dikatakan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia sehingga aman dipakai (Musnamar, 2003).

Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Beberapa hasil aplikasi penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik disajikan dalam Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil Aplikasi Penggunaan Pupuk Organik dipadukan dengan Pupuk Anorganik

Komoditas Lokasi/Jenis

Tanah Dosis Pemupukan (ha)

Produksi Hasil

(Ton/Ha)

Peningkatan (Ton/Ha)

Padi Sukabumi, Ngawi/lahan sawah

5 ton jerami + NPK dosis

rekomendasi setempat 6,5 – 7,0 1,5 Jagung Lahan kering

masam

5 ton pupuk kandang + NPK dosis rekomendasi setempat

3,4 1,5

Kedelai Jambi/ultisol 5 ton kompos serasah sisa panen + NPK dosis rekomendasi setempat

2,3 0,9

Ubi Kayu Jambi/ultisol 5 ton kompos serasah sisa panen + NPK dosis rekomendasi setempat

28 10

Sumber: Musnamar, 2003

Selain meningkatkan produktivitas tanaman, dengan penggunaan pupuk kompos maka penggunaan pupuk kimia pun akan berkurang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kresnatita (2004) bahwa penggunaan pupuk organik baik yang berasal dari kompos rami maupun pupuk kandang sapi dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik (urea) sebanyak 50 kg/ha.


(22)

2.1.2. Jagung

Seperti kita ketahui bersama, tanaman jagung sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua yang terbilang sangat penting setelah tanaman padi, bahkan sekarang ini masih ada beberapa daerah kecil yang memanfaatkan jagung sebagai makanan pokok mereka sehari-hari (Budiman, 2013).

Selama tiga dekade terakhir permintaan jagung untuk pangan maupun untuk bahan baku pakan domestik terus meningkat seiring dengan berkembangnya pabrik pakan dan industri perunggasan. Jumlah pabrik pakan ternak pada tahun 2012 adalah 68 pabrik dengan total kapasitas produksi terpasang 18,15 juta ton dan produksi riil 13,8 juta ton. Berikut adalah data perkembangan konsumsi dan produksi jagung tahun 2008-2012.

Tabel 3. Perkembangan Konsumsi dan Produksi Jagung di Indonesia

Tahun Konsumsi (ton) Produksi (ton) Defisit (ton)

2008 16.615.000 16.317.000 298.000

2009 17.989.000 17.630.000 359.000

2010 20.066.000 18.328.000 1.738.000

2011 20.505.000 17.230.000 3.275.000

2012 20.392.000 19.377.000 1.015.000

Sumber:Direktorat Pangan dan Pertanian, 2014

Meningkatnya permintaan komoditas jagung untuk industri pakan dan pangan, menuntut kontinuitas ketersediaan dan mutu produk yang memadai. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan produksi yang dapat ditempuh melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Namun, pengembangan komoditas jagung di Indonesia masih mengalami beberapa kendala, antara lain sebagai berikut:


(23)

a. Masih sedikitnya penggunaan benih hibrida b. Kelangkaan pupuk

c. Kelembagaan belum berkembang

d. Teknologi pascapanen dan panen belum memadai e. Lahan garapan sempit

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Selain kendala diatas, keadaan di lapangan yang dihadapi petani adalah penggunaan pupuk kimia yang terus menerus akan menurunkan produktivitas lahan yang mengakibatkan menurunnya produksi jagung mereka. Menurut Zubachtirodin (2009) hal ini dapat diatasi dengan perbaikan pengelolaan usahatani yaitu salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik, dengan memanfaatkan bahan organik tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman jagung.

Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Biasanya jenis pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang berupa pupuk kandang diberikan dosis sekitar 15-20 ton/ha. Pupuk anorganik yang digunakan untuk jagung berupa urea, SP-36, dan KCL (Adisarwanto dan Yustina, 2000).


(24)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Biaya Usahatani

Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2006), biaya usahatani yaitu semua korbanan yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan kotor kecuali upah tenaga keluarga, bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri.

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Rahim dan Diah, 2008).

2.2.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi (Soekartawi, 2002).

Berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam usahatani dapat merupakan modal tetap. Alat-alat tersebut adalah traktor, bajak, cangkul, sabit, dan lain-lain. Untuk alat-alat tersebut hanya diperhitungkan penyusutannya. Modal berdasarkan fungsinya dibagi dalam modal tidak tetap dan modal tetap. Modal tidak tetap hanya dipakai dalam satu kali proses produksi maka keseluruhan nilai modal tidak tetap dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Sementara modal tetap perlu diperhitungkan dahulu karena tidak semua nilai modal tetap dibebankan pada proses produksi. Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut lima konsekuensi biaya, yaitu biaya bunga, modal, penyusutan, asuransi, pemeliharaan, dan komplementer (Suratiyah, 2006).


(25)

Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat. Untuk menghitung biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (Straight Line Method) yaitu sebagai berikut:

Harga Pembelian – Nilai Residu Penyusutan per tahun =

Umur Ekonomis (Suratiyah, 2006).

2.2.1.2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. (Soekartawi, 2002).

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Tenaga kerja usahatani dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja (Suratiyah, 2006).


(26)

2.2.2. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002).

Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2006), pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Pendapatan bersih adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Rp).

b. Pendapatan petani adalah pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar (Rp).

c. Pendapatan tenaga keluarga adalah selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan bunga modal sendiri (Rp/jam kerja orang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut:

1) Faktor internal dan faktor eksternal 2) Faktor manajemen

Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal, yaitu ketersedian dan harga. Faktor ketersedian dan harga sarana produksi benar-benar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu berapapun dana tersedia. Namun, jika faktor produksi berupa pupuk tidak tersedia atau langka di pasaran maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi. Demikian pula jika


(27)

harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau. Semuanya itu pasti berpengaruh pada biaya, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani (Suratiyah, 2006).

2.3. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul “Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik” di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik dan perbedaan tersebut nyata pada α = 0.01, hal itu dikarenakan biaya usahatani yang dikeluarkan pengguna pupuk organik jauh lebih rendah. Perbedaan biaya usahatani tersebut sebanyak Rp 1.949.066 atau 42,32%. Secara statistik perbedaan tersebut nyata pada α = 0.00. Perbedaan biaya usahatani tersebut disebabkan oleh: a. Penyusutan alat pertanian: Nilai penyusutan alat pertanian petani jagung

pengguna pupuk non organik lebih besar 33,27% dibanding dengan nilai penyusutan alat pertanian petani jagung pengguna pupuk organik.

b. Biaya benih: Biaya benih yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 39,64% dibanding biaya benih yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk organik.

c. Biaya tenaga kerja: Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 16,04% dibanding biaya tenaga kerja petani pengguna pupuk organik.


(28)

d. Biaya pupuk: Biaya pupuk yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 67,29% dari biaya pupuk yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk organik.

e. Irigasi: Biaya irigasi yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih tinggi 87,98% dari petani jagung pengguna pupuk organik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purtikoningrum (2009) dengan judul “Penggunaan Pupuk Organik Bokashi Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani Pada Usahatani Padi Varietas IR 64 di Kabupaten Karanganyar”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa:

a. Produktivitas padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi sebesar 6.154,08 Kg/Ha/MT, sedangkan produktivitas padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi sebesar 6.370,84 Kg/Ha/MT. Menurut hasil uji statistika produktivitas padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi tidak berbeda nyata dengan produktivitas padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi, atau dengan kata lain produktivitas padi dari kedua usahatani tersebut sama.

b. Pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi adalah sebesar Rp 7.571.953,02/Ha dan pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi yaitu sebesar Rp 6.705.328,06/Ha. Menurut hasil uji statistika pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi berbeda nyata dengan pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi.


(29)

2.4. Kerangka Pemikiran

Jagung memiliki banyak manfaat dan kegunaan, selain untuk bahan pangan manusia, jagung juga menjadi bahan baku utama untuk pakan ayam. Kendala yang di hadapi petani dalam usahatani jagung di Indonesia salah satu diantaranya yaitu masalah pupuk. Pupuk menjadi satu hal yang sangat vital bagi tanaman, kekurangan pupuk dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Namun keberadaan pupuk kimia bersubsidi yang dibutuhkan petani menjadi hal yang sangat sulit didapatkan. Distribusi yang kurang merata dan mahalnya harga pupuk kimia non subsidi menyebabkan petani jagung mencari alternatif lain yaitu dengan menggunakan pupuk kompos. Selain itu, alasan lain petani menggunakan pupuk kompos adalah pengerasan yang terjadi pada lahan jagung mereka yang disebabkan penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus selama ini. Pupuk kompos dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara.

Dengan penggunaan pupuk kompos maka biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan dengan penggunaan pupuk kompos maka petani mengurangi penggunaan pupuk kimia yang biasa mereka gunakan. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


(30)

Petani Jagung Petani Jagung

Penggunaan Pupuk Penggunaan Pupuk

Pupuk Kimia Pupuk Kimia + Kompos

Produksi Produksi

Biaya Analisis Uji Beda Biaya Dua Rata-Rata

Pendapatan Pendapatan

Keterangan:

: Alur berpikir

: Alur analisis

: Alat analisis

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Produksi yang diperoleh pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan pupuk kimia. 2. Biaya yang dikeluarkan pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk

kompos lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan pupuk kimia. 3. Pendapatan petani jagung yang menggunakan pupuk kompos lebih tinggi


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil dari tujuan penelitian. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kabupaten Simalungun Kecamatan Dolok Pardamean Desa Bangun Panei. Pemilihan Kabupaten Simalungun berdasarkan data penyaluran/distribusi pupuk organik bersubsidi pada tahun 2012 yang ada pada Tabel 4 berikut ini. Berdasarkan informasi yang terdapat pada tabel tersebut diketahui bahwa kebutuhan pupuk organik yang selalu dipenuhi dalam setahun (% diatas 100) ada 4 kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat dan Labuhan Batu Selatan. Diantara keempat kabupaten tersebut, produksi jagung tertinggi berada pada Kabupaten Simalungun yang dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan informasi tersebut maka peneliti menetapkan Kabupaten Simalungun menjadi daerah penelitian.

Selanjutnya untuk pemilihan Kecamatan Dolok Pardamean didasarkan informasi dari salah satu produsen terbesar pupuk kompos di daerah Simalungun bahwa permintaan pupuk kompos tertinggi yaitu berada di Kecamatan Raya, Sidamanik, Purba dan Dolok Pardamean. Diantara keempat kecamatan tersebut Dolok Pardamean memiliki produksi jagung tertinggi di Kabupaten Simalungun pada tahun 2012 dengan jumlah produksi sebesar 27.037 ton yang dapat dilihat pada Tabel 6.


(32)

Tabel 4. Realisasi Penyaluran Pupuk Organik Bersubsidi Sektor Pertanian Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

No Kabupaten/Kota

Realisasi Jumlah Alokasi Kebutuhan Setahun % Jan-April Mei-Agustus Sept-

Des Setahun

1 Medan 25 5 17 47 8 47,96

2 Langkat 74 81 - 155 2.034 7,62

3 Deli Serdang 200 521 248 969 1.690 57,34

4 Simalungun 911 878,5 1.866,6 3.656.1 3.608 101,33

5 Karo 1983,4 3477,72 3.673 9.134,12 10.103 90,41

6 Asahan 394 626 305 1.325 1.667 79,48

7 Labuhan Batu 15 46,32 88 150 331 45,32

8 Tapanuli Utara 463 356 391 1.210 1.221 99,14

9 Tapanuli Tengah - 171 229 400 254 157,48

10 Tapanuli Selatan 91 137 97 325 586 55,46

11 Nias - 40 50 90 165 54,55

12 Dairi 723 1081,4 1600,6 3.405 3.440 98,98

13 Tebing Tinggi - - - - 6 0

14 Tanjung Balai 10 5 - 15 40 37,5

15 Binjai 7 93 - 100 264 37,88

16 P.Siantar 98 54 103 255 449 56,79

17 Toba Samosir 389 279 499 1.167 1.413 82,59

18 Mandailing Natal 24 80 96 200 350 57,14

19 P.Sidempuan 14 23 113 150 237 63,29

20 Serdang Bedagai 252 231 533 1.016 1.744 58,26

21 H. Hasundutan 107 113 145 365 440 82,95

22 Pakpak Bharat 44 53 138 235 215 109,3

23 Nias Selatan - - - - 2 0

24 Samosir 85 168 262 515 745 69,13

25 Sibolga - - - 0

26 Batubara 104 121 349 574 946 60,68

27 Padang Lawas 157 176 224 557 682 81,67

28 P. Lawas Utara 78 121 310 50 557 91,38

29 Lab. Batu Selatan 125 11,6 113,9 250 212 118,16

30 Lab. Batu Utara 12,56 17 45,44 75 475 15,79

31 Nias Barat - - - - 2 0

32 Nias Utara - - - - 4 0

33 Gunung Sitoli - - 15 15 20 75


(33)

Tabel 5. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

No Kabupaten/Kota Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kw/ha)

1 Nias 36 127 35,28

2 Mandailing Natal 1.267 5.283 41,7

3 Tapanuli Selatan 2.149 12.463 57,99

4 Tapanuli Tengah 1.573 6.358 40,42

5 Tapanuli Utara 4.027 15.470 38,42

6 Toba Samosir 4.818 24.201 50,23

7 Labuhanbatu 870 3.403 39,11

8 Asahan 5.947 18.962 31,88

9 Simalungun 64.935 371.070 57,14

10 Dairi 35.249 149.500 42,41

11 Karo 65.318 369.848 56,62

12 Deli Serdang 23.204 85.405 36,81

13 Langkat 17.671 121.803 68,93

14 Nias Selatan 420 1.568 37,33

15 Humbang Hasundutan 926 2.827 30,53

16 Pakpak Bharat 3.052 12.128 39,74

17 Samosir 2.941 9.224 31,36

18 Serdang Bedagai 11.642 43.426 37,3

19 Batu Bara 1.750 8.139 46,51

20 Padang Lawas Utara 428 1.524 35,61

21 Padang Lawas 648 2.405 37,11

22 Labuhanbatu Selatan 926 3.915 42,28

23 Labuhanbatu Utara 929 4.066 43,77

24 Nias Utara 119 406 34,12

25 Nias Barat 34 120 35,29

26 Sibolga - - -

27 Tanjungbalai 19 60 31,58

28 Pematangsiantar 2.922 14.966 51,22

29 Tebing Tinggi 38 112 29,47

30 Medan 265 997 37,62

31 Binjai 870 3.226 37,08

32 Padangsidimpuan 242 1.449 59,88

33 Gunungsitoli 56 194 34,64


(34)

Tabel 6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Kecamatan Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kw/ha)

Silimakuta 2.076 11.887 57,26

Pematang Silimahuta 1.673 9.601 57,39

Purba 3.729 21.906 58,75

Haranggol Horison 67 398 59,47

Dolok Pardamean 4.366 27.037 61,93

Sidamanik 2.971 18.152 61,1

Pematang Sidamanik 3.803 23.367 61,42

Girsang Sipangan Bolon 970 5.461 56,3

Tanah Jawa 2.913 17.664 60,64

Hatonduhan 2.500 14.735 58,93

Dolok Panribuan 3.488 19.249 55,18

Jorlang Hataran 2.013 11.078 55,03

Panei 2.656 15.926 59,96

Panombeian Panei 2.058 12.238 59,47

Raya 2.915 17.528 60,13

Dolok Silou 3.451 20.893 60,54

Silou Kahean 2.159 12.249 56,73

Raya Kahean 2.063 11.590 56,18

Tapian Dolok 1.010 5.335 52,82

Dolok Batu Nanggar 1.535 8.892 57,93

Siantar 1.758 10.670 59,77

Gunung Malela 570 3.368 59,09

Gunung Maligas 897 5.265 58,69

Huta Bayu Raja 2.339 15.121 64,65

Jawa Maraja Bah Jambi 1.156 7.185 62,15

Pematang Bandar 1.024 6.499 63,46

Bandar Huluan 1.678 10.126 60,34

Bandar 2.604 16.834 64,65

Bandar Masilam 1.293 7.643 59,11

Bosar Maligas 1.024 5.965 58,25

Ujung Padang 1.857 9.929 53,47

Kabupaten Simalungun 64.643 383.813 59,37 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2014


(35)

Sedangkan untuk pemilihan desa didapatkan informasi dari kepala penyuluh pertanian Kecamatan Dolok Pardamean bahwa di Kecamatan Dolok Pardamean penggunaan pupuk kompos merata di setiap desa tetapi untuk produksi jagung tertinggi berada di Desa Bangun Panei sehingga ditetapkan bahwa Desa Bangun Panei menjadi daerah penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman jagung yang menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia di Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyuluh pertanian Desa Bangun Panei jumlah petani jagung di Desa Bangun Panei sebanyak 157 orang. Dari jumlah tersebut petani jagung yang menggunakan pupuk kompos berjumlah 78 orang dan petani yang hanya menggunakan pupuk kimia berjumlah 79 orang.

Untuk menentukan besarnya sampel, maka peneliti menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

n =

�+�.�² Dimana:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir (Supriana, 2013)


(36)

Dengan menggunakan rumus Slovin dan tingkat kesalahan sebesar 10% maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk populasi petani pengguna pupuk kompos dan kimia yang berjumlah 78 orang, maka jumlah sampel adalah sebagai berikut:

n = 78 1+78.(0,1)²

n = 78 1+0,78

n = 43,82 = 45

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling karena populasi mempunyai sifat heterogen secara bertingkat (stratum) berdasarkan luas lahan. Karena dalam penelitian ini untuk masing-masing stratum tidak diketahui pasti jumlah populasinya, maka penarikan sampel untuk setiap stratum diambil secara merata. Jumlah sampel yang akan diambil dalam setiap stratum adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Sampel Petani Pengguna Pupuk Kompos Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (ha) Jumlah Sampel

1. Sempit (< 0,5) 15

2. Sedang (0,5-1) 15

3. Luas (> 1) 15

Jumlah 45

2. Untuk populasi petani pengguna pupuk kimia yang berjumlah 79 orang, maka jumlah sampel adalah sebagai berikut:

n = 79 1+79.(0,1)²


(37)

n = 79 1+0,79

n = 44,13 = 45

Jumlah sampel yang akan diambil dalam setiap stratum adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Jumlah Sampel Petani Pengguna Pupuk Kimia Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (ha) Jumlah Sampel

1. Sempit (< 0,5) 15

2. Sedang (0,5-1) 15

3. Luas (> 1) 15

Jumlah 45

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dengan cara wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi yang terkait seperti Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, dan UPTD (Unit Pelaksana Tugas Daerah) Kecamatan Dolok Pardamean.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, 2, dan 3 dianalisis dengan menggunakan metode analisis uji beda rata-rata untuk dua sampel terpisah (independent sample). Metode analisis tersebut digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan nyata secara statistik produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia.


(38)

Adapun langkah-langkah analisis statistik dengan menggunakan uji beda rata-rata adalah sebagai berikut:

1. Sebelum mencari t hitung terlebih dahulu dilakukan uji F yang digunakan untuk mengetahui apakah varians homogen atau heterogen, dengan uji statistik sebagai berikut:

H0 : S12 = S22

H1 : S12≠ S22

Rumus yang digunakan adalah: Fhitung =

S12 S22

Keterangan:

F = koefisien F tes

S12 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai besar

S22 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai kecil

Tes signifikansi untuk menetapkan apakah data dari sampel tersebut bervarians homogen atau heterogen dapat digunakan tabel kritik F dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya, yaitu menggunakan ketentuan sebagai berikut (n1 – 1) dan (n2 – 1).

Kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Apabila F hitung > F tabel 0,05 (n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H1 artinya

variansnya heterogen

b. Apabila F hitung < F tabel 0,05 (n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H0 artinya

variansnya homogen (Soepeno, 2002).


(39)

2. Apabila varians heterogen, maka untuk menghitung besarnya koefisien t, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

      +       − = 2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X t

3. Apabila varians homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t

dengan rumus thitung sebagai berikut:

      +       − = 2 1 2 2 1 1 1 n n s X X t Keterangan :

S12 = Nilai varians dari produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung

yang menggunakan pupuk kompos dan kimia

S22 = Nilai varians dari produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung

yang menggunakan pupuk kimia

1

X = Rata-rata produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos dan kimia

2

X = Rata-rata produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk kimia

n1 = Jumlah sampel dari petani jagung yang menggunakan pupuk kompos

dan kimia

n2 = Jumlah sampel dari petani jagung yang menggunakan pupuk kimia

) 1 ( ) 1 ( ). 1 ( ). 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − − + − = n n s n s n s


(40)

4. Menentukan hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut: H0: μ1= μ2

H1: μ1≠ μ2

Dimana:

μ1 = rata-rata produksi, biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh

petani jagung pengguna pupuk kompos dan kimia

μ2 = rata-rata produksi, biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh

petani jagung pengguna pupuk kimia 5. Taraf nyata dan nilai t tabel nya:

α= 5%= 0,05

tα/2= 0,025 dengan db = (n-2) = 88 t tabel = 1,98

6. Kriteria pengujian beda rata-rata adalah sebagai berikut:

a. Apabila -1,98 ≤ t hitung ≤ +1,98 maka terima H0 dan tolak H1. Artinya

tidak terdapat perbedaan nyata antara produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kimia dan kompos dengan petani pengguna pupuk kimia.

b. Apabila t hitung > 1,98 atau t hitung < -1,98 maka tolak H0 dan terima H1.

Artinya terdapat perbedaan nyata antara produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kimia dan kompos dengan petani pengguna pupuk kimia.


(41)

Untuk memperoleh nilai biaya dan pendapatan maka digunakan rumus biaya dan pendapatan sebagai berikut:

Pd = TR – TC TR = Y . Py TC = FC + VC Dimana:

Pd : pendapatan usahatani (Rp)

TR : total penerimaan (total revenue) (Rp) TC : total biaya (total cost) (Rp)

FC : biaya tetap (fixed cost) (Rp) VC : biaya variabel (variable cost) (Rp)

Y : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (kg) Py : harga Y (Rp)

(Rahim dan Diah, 2008).

Untuk perhitungan pengeluaran biaya usahatani, dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1. Biaya riil yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan.

2. Opportunity cost yaitu biaya yang tidak dikeluarkan tetapi diperhitungkan, terdiri dari biaya:

a. Sewa lahan, yaitu petani sampel yang memiliki lahan sendiri diperhitungkan menyewa lahan dan mengeluarkan biaya sewa lahan.

b. Pajak, yaitu biaya pajak yang tidak dibayarkan oleh petani sampel yang mempunyai lahan sendiri.


(42)

c. Tenaga Kerja Dalam keluarga (TKDK), yaitu setiap petani sampel yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka petani tersebut dianggap mengeluarkan biaya tenaga kerja yang sama dengan petani yang menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan dihitung berdasarkan upah yang berlaku di daerah penelitian.

Perhitungan biaya usahatani yang dilakukan dengan dua cara bertujuan untuk: 1. Perhitungan biaya riil digunakan untuk memahami keputusan petani.

2. Opportunity cost digunakan untuk mengetahui apakah pilihan petani tersebut merupakan pilihan yang terbaik

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Petani pengguna pupuk kompos dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk kompos dan pupuk kimia dalam usahataninya.

2. Petani pengguna pupuk kimia dalam penelitian ini adalah petani yang hanya menggunakan pupuk kimia dalam keseluruhan proses usahataninya

3. Pupuk kompos dalam penelitian ini adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak yang di ukur dengan satuan kilogram (kg).

4. Pupuk kimia adalah pupuk yang digunakan oleh petani yang berasal dari bahan kimia seperti Za, Urea dan Ponska yang di ukur dengan satuan kilogram (kg).


(43)

5. Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian atau pembayaran peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung yang di ukur dengan satuan rupiah (Rp).

6. Biaya tetap (fixed cost) dalam penelitian ini adalah biaya yang digunakan untuk membayar uang sewa lahan atau pajak dan alat-alat pertanian yang di ukur dengan satuan rupiah (Rp).

7. Biaya variabel (variable cost) dalam penelitian ini adalah biaya yang digunakan untuk membayar biaya benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja yang di ukur dengan satuan rupiah (Rp).

8. Opportunity cost dalam penelitian ini adalah biaya yang diluangkan yang berkaitan dengan tiap pilihan dalam menggunakan beberapa macam sumberdaya di dalam suatu kegiatan usahatani, yaitu biaya sewa lahan, biaya pajak dan biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK).

9. Penggunaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan petani sampel dalam setiap proses kegiatan usahatani mulai dari pengolahan lahan hingga pasca panen yang di ukur dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK). 10.Produksi adalah keseluruhan hasil panen jagung yang menggunakan pupuk

kompos maupun pupuk kimia dalam jangka waktu satu kali musim tanam yang di ukur dalam satuan kilogram (kg).

11.Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh petani dari hasil pengelolaan usahatani jagung yang menggunakan pupuk kompos maupun pupuk kimia setelah dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan yang di ukur dengan satuan rupiah (Rp).


(44)

12.Harga jagung dalam penelitian ini adalah harga jual yang diterima petani pada saat menjual hasil panen jagung yang menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia yang di ukur dengan satuan rupiah (Rp).

3.5.2. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani jagung yang menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia.


(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Desa Bangun Panei 4.1.1. Luas Daerah dan Letak Geografis

Desa Bangun Panei merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun, dengan luas wilayah yaitu 4 km2. Desa Bangun Panei terdiri dari 5 dusun dengan perincian sebagai berikut :

1. Dusun I (Bangun Panei) : 1,5 km2 2. Dusun II (Bangun Jaya) : 0,5 km2 3. Dusun III (Bangun Mariah) : 0,75 km2 4. Dusun IV (Pangkalan Tongah) : 0,75 km2 5. Dusun V (Marihat) : 0,5 km2

Desa Bangun Panei memiliki iklim tropis atau iklim sedang. Sebagian besar lahan di Desa Bangun Panei sangat cocok untuk lahan pertanian seperti jagung dan kopi.

Adapun batas-batas Desa Bangun Panei adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sikodang Barat Kecamatan Pane

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Partuakan Kecamatan Dolok Pardamean

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Simantin Pane Dame Kecamatan Pane 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sinaman Labah Kecamatan Dolok


(46)

Desa Bangun Panei berjarak ± 12 km ke ibukota kecamatan dan jarak ke ibukota kabupaten ± 32 km. Desa Bangun Panei merupakan desa yang sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama untuk tanaman jagung dan kopi.

Penggunaan lahan di Desa Bangun Panei 2 km2 atau setengah dari wilayah Bangun Panei diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hanya 0,12 km2 diperuntukkan sebagai pemukiman. Berikut ini merupakan pola penggunaan lahan di Desa Bangun Panei.

Tabel 9. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bangun Panei

No Penggunaan Lahan Luas (km2) Persentase (%)

1 Perumahan/Pemukiman 0,12 3

2 Lahan Pertanian 2 50

3 Sarana Ibadah 0,06 1,5

4 Sarana Pendidikan 0,05 1,25

5 Sarana Kesehatan 0,01 0,25

6 Sarana Umum Lainnya 1,76 44

Total 4 100

Sumber: Kantor Desa Bangun Panei, 2014 4.1.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Bangun Panei yaitu sebesar 2.356 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebesar 575 KK yang terdiri dari lima dusun. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu dengan persentase 52%, sedangkan jumlah penduduk laki-laki memiliki persentase 48%. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.


(47)

Tabel 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 1.131 48,00

2 Perempuan 1.225 52,00

Total 2.356 100

Sumber: Kantor Desa Bangun Panei, 2014

Berdasarkan keadaan umur, distribusi jumlah penduduk Desa Bangun Panei dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini.

Tabel 11. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

No Dusun Umur (tahun)

0-16 17-60 > 60 Jumlah

1 I 310 450 40 800

2 II 248 233 30 511

3 III 182 195 25 402

4 IV 173 133 30 336

5 V 117 175 15 307

TOTAL 1.030 1.186 140 2.356

Persentase % 43,72 50,34 5,94 100

Sumber :Kantor Desa Bangun Panei,2014

Berdasarkan Tabel 11 di atas diketahui jumlah penduduk yang berusia produktif sebanyak 1.186 jiwa dengan persentase 50,34% yang berarti bahwa sebagian besar penduduk di Desa Bangun Panei ini masih berusia produktif. Sedangkan penduduk yang berusia lanjut diatas 60 tahun memiliki persentase yang paling kecil yaitu 5,94% dengan jumlah 140 jiwa.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Desa Bangun Panei dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.


(48)

Tabel 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Dusun

Tingkat Pendidikan TK/

PAUD SD SLTP SMA PT Jumlah

1 I 43 115 137 448 43 786

2 II 32 85 121 230 31 499

3 III 20 61 90 194 30 395

4 IV 46 33 85 131 22 317

5 V 35 30 43 174 12 294

TOTAL 176 324 476 1.177 138 2.291

Persentase % 7,47 13,75 20,20 49,95 5,85 97,24 Sumber :Kantor Desa Bangun Panei,2014

Berdasarkan Tabel 12 di atas diketahui jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 1.177 jiwa atau 49,95% yang berarti bahwa tingkat pendidikan di Desa Bangun Panei sudah tergolong maju.

Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Desa Bangun Panei dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini.

Tabel 13. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 PNS 54 2,30

2 Petani 1.163 49,36

3 Pedagang 9 0,38

4 Lain-Lain 1.130 47,96

TOTAL 2.356 100

Sumber :Kantor Desa Bangun Panei,2014

Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Bangun Panei paling banyak bermata pencaharian sebagai petani sebesar 1.163 jiwa dengan persentase 49,36%. Sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS dan pedagang masing-masing sebanyak 54 jiwa atau 2,30% dan 9 jiwa dengan persentase 0,38%.


(49)

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan tertentu. Prasarana merupakan segala sesuatu yang mendukung terselenggaranya suatu proses terutama yang menunjang perubahan di Desa Bangun Panei. Kondisi sarana dan prasarana di Desa Bangun Panei dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Kondisi Sarana dan Prasarana

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan Formal

TK / PAUD 2

SD 3

2 Sarana Kesehatan

Puskesmas Pembantu 1

Posyandu 1

3 Sarana Ibadah

Mesjid / Musholla 1

Gereja 8

4 Sarana Sosialisasi Petani

Kelompok Tani (POKTAN) 19

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) 1

5 Sarana Penunjang

PLN Ada

Jalan Desa 7 km

Jembatan Ada

Transportasi Darat Sepeda Motor, Mobil.

Kantor Desa Ada

Air Bersih Ada

6 Prasarana

Hand Traktor 2

Mesin Pemipil Jagung 1

Mesin Panen 1

Kios Saprodi (Lestari) 1


(50)

4.2. Karakteristik Petani Sampel 4.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat produktivitas seseorang dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani jagung yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan umur yaitu sebagai berikut:

Tabel 15. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok

Umur (tahun)

Petani Jagung

Pengguna Pupuk Kompos Pengguna Pupuk Kimia Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

21 ≤ x ≤ 30 4 8,89 14 31,11

31 ≤ x ≤ 40 17 37,78 15 33,33

41 ≤ x ≤ 50 15 33,33 11 24,44

51 ≤ x ≤ 60 7 15,56 2 4,44

x > 60 2 4,44 3 6,68

Jumlah 45 100 45 100

Sumber: Lampiran 1 dan 2

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar petani sampel tergolong dalam kelompok umur 31 – 40 tahun, yang berjumlah 17 orang untuk petani pengguna pupuk kompos dan 15 orang untuk pengguna pupuk kimia.

4.2.2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani jagung yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu sebagai berikut:


(51)

Tabel 16.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

Petani Jagung

Pengguna Pupuk Kompos Pengguna Pupuk Kimia Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tidak Tamat SD - - 1 2,22

Tamat SD 1 2,22 1 2,22

Tamat SMP 10 22,22 12 26,67

Tamat SMA/SMK 30 66,67 30 66,67

Tamat D3/S1 4 8,89 1 2,22

Jumlah 45 100 45 100

Sumber: Lampiran 1 dan 2

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMA, yang berjumlah 30 orang untuk petani pengguna pupuk kompos dan 30 orang untuk petani pengguna pupuk kimia.

4.2.3. Lama Berusahatani

Lama berusahatani menunjukkan pengalaman yang dimiliki petani dalam berusahatani, hal ini merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh seorang petani yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pengetahuan dalam berusahatani. Semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani maka semakin banyak pengetahuan yang didapat dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani jagung yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lama berusahatani yaitu sebagai berikut:


(52)

Tabel 17.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Berusahatani Lama

Berusahatani (tahun)

Petani Jagung

Pengguna Pupuk Kompos Pengguna Pupuk Kimia Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

x < 10 20 44,44 25 55,56

11 ≤ x ≤ 20 15 33,33 15 33,33

21 ≤ x ≤ 30 8 17,79 3 6,67

x > 30 2 4,44 2 4,44

Jumlah 45 100 45 100

Sumber: Lampiran 1 dan 2

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman usahatani petani sampel memiliki rentang 0 – 10 tahun yang berjumlah 20 orang atau 44,44% untuk petani pengguna pupuk kompos dan 25 orang atau 55,5% untuk petani pengguna pupuk kimia.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1 – 1 ha. Artinya bahwa lahan usahatani jagung di Desa Bangun Panei tergolong sempit. Hal ini dikarenakan petani tidak hanya menanam tanaman jagung, namun mereka juga berusahatani yang lain seperti tanaman kopi, jahe, kunyit, dan lain-lain sehingga lahan mereka terbagi-bagi untuk tanaman yang lain. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani jagung yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut:


(53)

Tabel 18.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan (ha)

Petani Jagung

Pengguna Pupuk Kompos Pengguna Pupuk Kimia Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

x < 0,3 3 6,67 9 20

0,3 ≤ x ≤ 0,6 40 88,89 32 71,11

x > 0,6 2 4,44 4 8,89

Jumlah 45 100 45 100

Sumber: Lampiran 1 dan 2

Berdasarkan Tabel 18 di atas, luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani sampel yaitu berkisar antara 0,3 – 0,6 ha. Untuk petani sampel pengguna pupuk kompos sekitar 88,89% atau 40 orang memiliki luas lahan 0,3 – 0,6 ha, sedangkan untuk petani sampel pengguna pupuk kimia yang memiliki luas lahan 0,3 – 0,6 ha berjumlah 32 orang atau 71,11%. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel baik pengguna pupuk kimia murni maupun pengguna pupuk kompos memiliki rata-rata luas lahan yang sedang.

4.3. Karakteristik Usahatani 4.3.1. Status Kepemilikan Lahan

Petani jagung di Desa Bangun Panei tidak semua memiliki lahan sendiri, Sebagian dari petani ada yang menyewa lahan dalam berusahatani jagung. Berdasarkan penelitian, petani sampel pengguna pupuk kimia 43 orang memiliki lahan sendiri dan 2 orang menyewa lahan sedangkan untuk petani sampel pengguna pupuk kompos 44 orang memiliki lahan sendiri dan hanya 1 orang yang menyewa lahan.


(54)

Gambar 2. Grafik Status Kepemilikan Lahan Petani Sampel Sumber: Lampiran 12

4.3.2. Penggunaan Tenaga Kerja

Dalam menjalankan usahatani, petani jagung di Desa Bangun Panei ada yang menggunakan Tenaga Kerja dalam Keluarga (TKDK) dan Luar Keluarga (TKLK). Berdasarkan penelitian, petani sampel baik pengguna pupuk kompos maupun pengguna pupuk kimia lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani mereka. Hal ini berarti biaya yang dikeluarkan petani akan semakin tinggi karena tenaga kerja luar keluarga akan langsung dihitung sebagai pengeluaran (biaya riil) sedangkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung sebagai biaya usahatani namun menjadi opportunity cost.

Berikut ini distribusi penggunaan tenaga kerja petani sampel pengguna pupuk kompos dan pengguna pupuk kimia.

Lahan Milik

Sendiri Lahan Sewa Total Petani Pengguna Pupuk

Kimia (Orang) 43 2 45

Petani Pengguna Pupuk

Kompos (Orang) 44 1 45

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Pe

ta

n

i


(55)

Tabel 19. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Petani Sampel

Keterangan

Petani Pengguna Pupuk

Kompos Petani Pengguna Pupuk Kimia Menggunakan

TKDK

Menggunakan TKLK

Menggunakan TKDK

Menggunakan TKLK

Pengolahan

Lahan - 45 petani - 45 petani

Penanaman 1 petani 44 petani 2 petani 43 petani Penyemprotan

Pestisida 23 petani 22 petani 45 petani -

Pemanenan 1 petani 44 petani - 45 petani

Sumber: Lampiran 6,7,8,dan 9

Berdasarkan Tabel 19 di atas, diketahui bahwa untuk pengolahan lahan baik petani pengguna pupuk kompos maupun pupuk kimia semua menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini disebabkan petani tidak mempunyai traktor sendiri untuk mengolah lahan sehingga petani harus menyewa traktor orang lain. Untuk penanaman, diantara total 90 petani sampel hanya 3 petani saja yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Untuk penyemprotan, sebanyak 68 petani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan 22 petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Untuk pemanenan, hanya 1 orang petani saja yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan 89 petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Maka dapat disimpulkan bahwa petani sampel lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dibandingkan tenaga kerja dalam keluarga.

4.3.3. Penggunaan Benih Jagung

Petani jagung di Desa Bangun Panei tidak seragam dalam penggunaan benih. Berdasarkan penelitian, petani sampel pengguna pupuk kompos lebih


(56)

lebih banyak menggunakan benih hibrida. Berikut ini merupakan data penggunaan benih jagung di daerah penelitian.

Tabel 20. Penggunaan Benih Jagung Petani Sampel Pengguna Pupuk Kompos dan Pupuk Kimia

Jenis Benih

Petani Pengguna Pupuk Kompos

Petani Pengguna Pupuk Kimia

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Lokal 29 64,45 4 8,89

Hibrida 16 35,55 41 91,11

Total 45 100 45 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 20 diatas, diketahui bahwa petani sampel pengguna pupuk kompos lebih dari setengah jumlah petani atau sekitar 64,45% menggunakan benih jenis lokal, sedangkan petani sampel pengguna pupuk kimia hampir seluruhnya atau 91,11% menggunakan benih jenis hibrida.

4.3.4. Penggunaan Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani sampel terdiri dari pupuk kimia dan pupuk kompos. Dibandingkan dengan rekomendasi atau anjuran penggunaan pupuk yang ditetapkan oleh penyuluh pertanian di desa penelitian, maka penggunaan pupuk petani sampel masih jauh dari yang diharapkan. Khusus untuk penggunaan pupuk kompos, petani sampel telah menggunakan pupuk melebihi anjuran yang ditetapkan. Jumlah penggunaan pupuk yang digunakan oleh petani sampel dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.


(57)

Tabel 21. Perbandingan Rekomendasi Pupuk yang Dianjurkan dengan Rata-Rata Penggunaan Pupuk Petani Sampel di Desa Bangun Panei per Hektar

Jenis Pupuk

Pengguna Pupuk Kompos Pengguna Pupuk Kimia Anjuran

Penggunaan (kg)

Pemakaian Pupuk

(kg) Anjuran

Penggunaan (kg)

Pemakaian Pupuk (kg)

Range

Rata-Rata Range

Rata-Rata Urea 450 7,5 – 250 82,28 450 83 - 1.250 299,19

Phonska 100 62,5 - 250 122 100 83 – 833 255,54

Kompos 150 3.000 - 6.562,5

4.949,5 0 0 0

NPK 0 15 - 250 115 0 47 - 312,5 161,88

KCL 0 0 0 0 139 – 417 278

TSP 0 0 0 0 278 278

SP-36 0 83 - 100 91,5 0 83 – 250 183,87

ZA 0 30 30 0 125 125


(58)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perbandingan Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam

Hasil analisis produksi, biaya, dan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia di Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun disajikan pada Tabel 22 berikut.

Tabel 22. Rata–Rata Produksi, Biaya, dan Pendapatan Petani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil

Uraian Satuan Petani Pengguna Pupuk Kompos

Petani Pengguna Pupuk Kimia

1. Penerimaan Rp/ha 14.140.463 13.971.481

- Produksi kg/ha 4.702 4.691

- Produktivitas kg/ha 10.510 14.851

- Harga Rp/kg 3.019 2.984

2. Biaya Total Rp/ha 6.250.374 7.345.100

a. Biaya Tetap Rp/ha 86.067 124.078

- Pajak Rp/ha 11.111 7.500

- Sewa Lahan Rp/ha 27.778 55.556

- Penyusutan Alat Rp 47.178 61.022

b. Biaya Variabel Rp/ha 6.164.307 7.221.022

- Biaya Benih Rp/ha 436.000 1.045.846

- Biaya Tenaga Kerja Rp/ha 2.954.923 2.865.355

- Biaya Pupuk Rp/ha 2.102.032 2.575.563

- Biaya Pestisida Rp/ha 201.148 265.185

- Biaya Pemipilan Rp/kg 470.204 469.073

3. Pendapatan Rp/ha 7.890.089 6.626.381


(59)

Hasil analisis uji beda rata-rata untuk produksi jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini:

Tabel 23. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Produksi

Equal variances assumed

1.930 .168 -.061 88 .951

Equal variances not assumed

-.061 87.994 .951

Sumber: Lampiran 19

Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,168 (> 0,05) artinya sampel memiliki varians yang homogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = -0,061. Dengan demikian t hitung = -0,061 terletak didalam range -1,98 sampai +1,98 (didalam daerah penerimaan H0) yang artinya

hipotesis H0 diterima dan hipotesis H1 ditolak yaitu tidak ada perbedaan nyata

antara produksi jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Berdasarkan pada tabel 22, rata-rata produksi jagung petani pengguna pupuk kompos sebesar 4.702 kg/ha sedangkan produksi rata-rata petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar 4.691 kg/ha. Artinya petani jagung pengguna pupuk kompos memiliki produksi lebih tinggi 11 kg/ha dibandingkan petani jagung pengguna pupuk kimia. Selisih ini sangat kecil sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara produksi jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia.


(60)

pengguna pupuk kimia. Dimana produktivitas rata-rata pengguna pupuk kompos sebesar 10.510 kg/ha sedangkan pengguna pupuk kimia sebesar 14.851 kg/ha. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purtikoningrum (2009) bahwa produktivitas padi yang menggunakan pupuk organik lebih rendah dibandingkan yang tanpa menggunakan pupuk organik.

5.2. Perbandingan Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil

Hasil analisis uji beda rata-rata untuk biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia yang menggunakan perhitungan biaya riil dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini:

Tabel 24. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Biaya

Equal variances assumed

3.426 .068 3.971 88 .000

Equal variances not assumed

3.971 65.556 .000

Sumber: Lampiran 20

Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,068 (> 0,05) artinya sampel memiliki varians yang homogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = 3,971. Dengan demikian t hitung terletak di luar range -1,98 sampai +1,98 (di luar daerah penerimaan H0) yang artinya hipotesis H0


(61)

ditolak dan hipotesis H1 diterima yaitu ada perbedaan nyata antara biaya usahatani

jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia.

Pada tabel 22 diperoleh rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 6.250.374/ha, sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 7.345.100/ha. Artinya petani jagung pengguna pupuk kimia mengeluarkan biaya Rp 1.094.726/ha (14,9%) lebih banyak dibandingkan petani jagung pengguna pupuk kompos.

Tingginya biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia disebabkan oleh:

1. Biaya Benih

Petani pengguna pupuk kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli benih sebesar Rp 1.045.846/ha, sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli benih sebesar Rp 436.000/ha. Perbedaan ini dikarenakan petani pengguna pupuk kimia rata-rata menggunakan benih jenis hibrida dengan harga Rp 56.000/kg, sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata menggunakan benih jenis lokal dengan harga Rp 4.000/kg.

2. Biaya Pupuk

Petani pengguna pupuk kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 2.575.563/ha, sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 2.102.032/ha. Perbedaan ini dikarenakan harga pupuk kimia jauh lebih tinggi dibandingkan harga pupuk kompos. Walaupun petani pengguna pupuk kompos tetap


(1)

No Sampel

Pengguna Pupuk Kompos Pengguna Pupuk Kimia Sewa Lahan

(Rp) PBB (Rp)

Sewa Lahan

(Rp) PBB (Rp)

33 750.000 7.500 750.000 7.500

34 750.000 7.500 750.000 7.500

35 750.000 7.500 750.000 7.500

36 750.000 7.500 750.000 7.500

37 750.000 7.500 750.000 7.500

38 750.000 7.500 750.000 7.500

39 750.000 7.500 750.000 7.500

40 750.000 7.500 750.000 7.500

41 750.000 7.500 750.000 7.500

42 750.000 7.500 900.000 9.000

43 750.000 7.500 1.000.000 10.000

44 900.000 9.000 1.000.000 10.000

45 1.250.000 12.500 1.000.000 10.000

Σ 27.950.000 279.500 23.400.000 234.000


(2)

Lampiran 19. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia

Group Statistics

Petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Produksi Pengguna Pupuk Kimia 45 4690.73 881.200 131.362

Pengguna Pupuk Kompos 45 4702.04 874.190 130.317

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Produksi Equal variances

assumed

1.930 .168 -.061 88 .951 -11.311 185.036 -379.031 356.409 Equal variances

not assumed


(3)

Lampiran 20. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

Group Statistics

Petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Biaya Pengguna Pupuk Kimia 45 7.35E6 1646555.075 245453.938

Pengguna Pupuk Kompos 45 6.25E6 842381.858 125574.873

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Biaya Equal variances

assumed

3.426 .068 3.971 88 .000 1094725.956 275711.234 546807.814 1642644.097 Equal variances

not assumed


(4)

Lampiran 21. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil

Group Statistics

Petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pendapatan Pengguna Pupuk Kimia 45 6.63E6 1860119.706 277290.274

Pengguna Pupuk Kompos 45 7.89E6 2078455.321 309837.826

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pendapatan Equal variances

assumed

.324 .571 -3.039 88 .003 -1263707.444 415799.680 -2090021.935 -437392.954 Equal variances

not assumed


(5)

Lampiran 22. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost

Group Statistics

Petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Biaya Pengguna Pupuk Kimia 45 8.72E6 1720890.644 256535.231

Pengguna Pupuk Kompos 45 7.58E6 701167.273 104523.846

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Biaya Equal variances

assumed

5.781 .018 4.098 88 .000 1135297.022 277011.839 584794.202 1685799.842 Equal variances not

assumed


(6)

Lampiran 23. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost

Group Statistics

Petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pendapatan Pengguna Pupuk Kimia 45 5.25E6 1946585.560 290179.842

Pengguna Pupuk Kompos 45 6.56E6 2089620.086 311502.171

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pendapatan Equal variances

assumed

.524 .471 -3.064 88 .003 -1304278.511 425720.499 -2150308.544 -458248.478

Equal variances not assumed


Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Adopsi Teknologi Budidaya Jagung Terhadap Pendapatan Petani (Kasus : Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun)

8 70 95

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

10 44 101

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

0 0 12

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

0 0 1

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

0 1 8

Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 11

Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 13

Analisis Dampak Adopsi Teknologi Budidaya Jagung Terhadap Pendapatan Petani (Kasus : Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun)

0 1 13