Bahan Pakan dan Formulasi Ransum

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun Oleh :
Ramdhan Dwi Nugroho
11/312722/PT/05981
XXVIII
Asisten : Astiari Tia Legawa

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti mata kuliah Bahan Pakan
dan Formulasi Ransum tahun 2013 yang dilaksanakan di Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Laporan ini telah diperiksa dan disahkan pada Mei
2013.


Yogyakarta, Mei 2013
Asisten Pendamping,

Astiari Tia Legawa

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatklan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Ilmu
Hijauan Makanan Ternak sampai pembuatan laporan praktikum. Laporan ini
disusun sebagai syarat menempuh ujian akhir Hijauan dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., sebagai dekan Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Prof. Ir. R. Djoko Soetrisno, M.Sc., Ph.D, Ir. Bambang Suhartanto,
DEA., Nafiatul Umami, S.Pt., MP., Ph.D., Bambang Suwignyo, S.Pt.,
MP., Ph.D. selaku Dosen Ilmu Hijauan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.

3. Seluruh asisten Laboratorium Hijauan Makanan Ternak yang telah
membimbing praktikan.
4. Semua pihak yang telah membantu kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan pada laporan-laporan
berikutnya.

Yogyakarta, Mei 2013

Penyusun

PENDAHULUAN
Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan, disukai,
dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat
bagi ternak dan tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia, menuntut tercukupinya kebutuhan akan pangan
sehingga menyebabkan sebagian lahan yang digunakan untuk hijauan
makanan ternak dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan dan

pemukiman penduduk. Berkurangnya lahan hijauan dan pakan ternak
berakibat pada menurunnya kualitas, kuantitas dan kontinuitas pakan hijauan
yang dibutuhkan ternak.
Pakan dapat didefinisikan sebagai pakan bagi hewan herbivora,
biasanya dengan konsentrat seperti biji-bijian yang memiliki kecernaan yang
tinggi. Tumbuh-tumbuhan pakan biasanya terdapat di tempat liar, tetapi
biasanya lebih banyak dijumpai di padang-padang rumput, di perkebunan
dengan tanaman keras atau di tempat-tempat terbuka, di dalam dan di dekat
hutan dan sepanjang jalanan, pematang sawah dan saluran-saluran air. Pada
waktu musim penghujan ketersediaannya sangat melimpah sedang pada
musim kemarau terjadi kekurangan. Hal itu tentu saja akan berpengaruh
terhadap produksi ternak.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui fraksi-fraksi yang terkandung
di dalam sebuah bahan pakan yaitu dengan menggunakan analisis proksimat.
Fraksi-fraksi yang diperoleh yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar,
serat kasar dan kadar ETN. Setelah diketahui fraksi-fraksi di dalamnya, maka
dapat ditentukan pula kelas dari bahan pakan tersebut. Praktikum Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum dilaksanakan supaya praktikan mengenal
berbagai macam bahan pakan yang mendukung keberhasilan suatu usaha
peternakan.


Zat yang ada di dalam pakan terdiri atas zat-zat kimia yang bertujuan
untuk mendukung kehidupan suatu organisme disebut nutrien. Nutrien inilah
yang diperlukan oleh ternak sehingga sesuai dengan umur, ukuran, jenis dan
tingkat produktivitas suatu ternak sehingga terpenuhi kebutuhan akan nutrien.
Di samping konsentrat, ternak juga memerlukan pakan berupa hijauan.
Hijauan adalah bagian dari tanaman rumput atau legum yang mengandung
18% serat kasar dalam bahan kering yang digunakan sebagai bahan
makanan ternak. Istilah ini biasanya digunakan bagi bahan yang berasal dari
tanaman sebagai hijauan pandangan, hay silase, dan bahan makanan hijauan
yang dicacah.

ANALISIS PROKSIMAT
Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
Hasil dan Pembahasan
Pengamantan Fisik
Pengamatan fisik perlu dilakukan untuk menentukan suatu jenis dari
sebuah bahan pakan dan diperlukan ketelitian yang cukup tinggi dalam
penentuan jenis suatu bahan pakan. Kekeliruan dapat terjadi dalam
pengamatan fisik, hal ini dapat membahayakan ternak sebagai pemakan

bahan pakan tersebut.
Terdapat ciri-ciri khusus dari bahan pakan Kaliandra yang terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Pengamatan Fisik Kaliandra
Parameter
Tekstur
Warna
Bau
Rasa (bila perlu)

Pengamatan
Halus
Hijau
Sepet, seperti bau teh
Pahit

Kaliandra memiliki tekstur yang halus, berwarna hijau, baunya seperti
teh, dan memiliki rasa yang pahit. Sampel pakan Kaliandra yang digunakan
berbentuk hijauan halus, sehingga sempat mengalami kebingungan dalam
menebak jenis bahan pakan. Warna dan rasa dari bahan pakan ini spesifik,

sehingga tebakan banyak yang kurang benar.
Kaliandra masuk ke dalam kelas hijauan. Hijauan ialah semua bahan
makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk
kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminea), leguminosa,
dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru,
dan lain sebagainya (Hartadi et al.,1997). Hartadi et al. (1997) mengemukakan
bahwa hijauan adalah bagian dari tanaman rumput dan legum yang

mengandung 18% serat kasar dalam bahan kering yang digunakan sebagai
bahan pakan ternak.
Legum mengandung NDF (Neutral Detergent Fiber) yang lebih rendah
dibanding dengan rumput pada umur yang sama, tetapi kandungan NDF
legum maupun rumput akan meningkat dengan meningkatnya umur (Rayburn,
1998). Berdasarkan komposisi tersebut, maka daun Calliandra callothyrsus
merupakan sumber protein yang sangat berharga sebagai pakan dan
digunakan sebagai suplemen hijauan yang berkualitas rendah (Tangendjaja,
1991).
Berbagai bahan kimia juga terkandung di dalam Kaliandra. Rincian
komposisi kimia yang terkandung dalam Kaliandra dapat dilihat dari tabel
berikut :

Tabel 2. Komposisi Kimia Kaliandra (%BK)
Komposisi Kimia
Persentase (%)
BK
31,78
BO
96,13
PK
22,29
NDF
29,10
ADF
18,20
Hemiselulosa
10,90
(Hasil analisis Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM,
2009)
Ada sekitar 145 spesies yang terdapat dalam genus Calliandra. Hampir
semuanya merupakan spesies asli dari Amerika Utara dan Selatan, 9 spesies
asli Madagaskar, 2 spesies asli Afrika, dan 2 spesies asli India. Calliandra

calothyrsus merupakan satu-satunya spesies yang digunakan secara luas dan
telah diintroduksi ke daerah tropis (Macqueen 1997).

Analisis Proksimat
Analisis proksimat dikembangkan dari Weende Experiment Station
Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu metode analisis
yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Analisis ini
didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al.,
1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat karena nilai yang
diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Sistem analisis
proksimat dapat untuk mengetahui 6 macam fraksi, yaitu 1) air, 2) abu, 3)
protein kasar, 4) lemak kasar, 5) serat kasar, 6) ekstrak tanpa nitrogen.
Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya dapat dicari hanya berdasarkan
perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis proksimat
merupakan dasar analisis kimia yang dikerjakan setiap hari dari pakan,
jaringan tubuh, feses, ataupun ekskreta yang diantaranya berguna untuk
menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga untuk
menentukan pakan standar untuk semua jenis ternak ( M. Kamal, 1994).
Analisis proksimat pada Kaliandra dalam praktikum yang dilakukan di
dapatkan hasil seperti pada tabel ini.

Tabel 3.Analisis Proksimat Pengamatan
Parameter
Kadar Air (%)
Protein Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Abu (%)

Kelompok
28
35,27
15,85
37,55
3,71
7,28

Nilai
Kelompok
27
35,24

16,08
9,99
3,63
7.50

Rata-rata
35,255
15,965
23,77
3,67
7,39

Penetapan kadar air. Penentuan kadar air merupakan hal yang tersulit
dalam analisis proksimat (Tilman, et al., 1998). Prinsip penetapan kadar air
adalah air yang terkandung di dalam suatu bahan pakan akan menguap
seluruhnya apabila bahan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu pada

suhu 105° sampai 110°C dengan tekanan udara bebas (Kamal, 1994).
Penetapan kadar air tidak digunakan gelas timbang melainkan menggunakan
silika disk. Hal itu bertujuan agar nantinya sampel dapat langsung ditanur

untuk mencari kadar abu, karena silika tahan terhadap tanur tetapi gelas
timbang tidak tahan. Pemanasan yang dilakukan menggunakan oven bersuhu
105° sampai 110°C dengan tekanan udara bebas. Silika disk perlu diletakkan
di dalam desikator dengan tujuan menstabilkan dan mencegah kontaminasi.
Penggunaan desikator harus digeser tutupnya bila ingin dibuka, hal tersebut
mencegah kontaminasi.
Berdasarkan hasil analisis proksimat yang telah dilakukan didapatkan
hasil persentase kadar air dalam Kaliandra sebesar 35,27 % dan berat
keringnya adalah 93,89 %. Air dalam analisis proksimat adalah semua cairan
yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100
sampai 105oC dengan tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak
menguap mempunyai bobot tetap.
Penentuan kandungan atau kadar air atau cairan dari suatu bahan
sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan
tersebut. Perbedaan kandungan bahan kering dalam praktikum dengan
literatur dikarenakan adanya perbedaan tingkat kesegaran dari bahan sampel
dan juga oleh cuaca di sekitarnya (Kamal, 1994). Menurut Tillman et.al (1997),
kadar air tanaman menurun dengan makin tuanya umur tanaman dan
terutama pada saat biji terbentuk dan tanaman menjadi masak.
Penetapan kadar abu. Prinsip penetapan kadar abu yaitu suatu bahan
pakan bila dibakar pada suhu 550° sampai 600°C selama beberapa waktu
maka semua zat organiknya akan terbakar sempurna menghasilkan oksida
yang menguap yaitu berupa CO₂ dan H₂O dan gas-gas lain, sedang yang
tertinggal tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu, jadi
kadar abu dapat ditetapkan dari perhitungan jumlah dari bahan yang tertinggal
tidak menguap (M. Kamal, 1994).

Berdasarkan hasil analisis proksimat yang telah dilakukan didapatkan
kandungan kadar abu dalam Kaliandra diperoleh sebesar 7,28% . Menurut
Tangenjaja et al., (1992), kadar abu dari Kaliandra adalah 7,6 %. Hasil yang
diperoleh dari praktikum cukup sesuai dengan literatur. Menurut Tillman
(1997), kadar mineral atau abu dalam tanaman adalah sangat variabel
tergantung spesies tanaman.
Penetapan kadar protein kasar. Prinsip yang digunakan dalam
penetapan kadar protein kasar adalah asam sulfat pekat dengan katalisator
CuSO4 dan K2SO4 dapat memecah ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4
kecuali ikatan N=N, NO, dan NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana basa akan
melepasakan NH3, yang kemudian dititrasi dengan HCl 0,1N (M. Kamal,
1994). Penetapan kadar protein terbagi menjadi tiga tahap yaitu : 1) Destruksi,
berfungsi untuk melepaskan N organic sampel dengan adanya penambahan
H2SO4, 2) Destilasi, berfungsi untuk melepaskan NH3 yang kemudian
ditangkap oleh H3BO3, 3) Destruksi, berfungsi untuk mengetahui jumlah N
yang terdestilasi. Fungsi dari CuSO4 dan K2SO4 (kjeltab) adalah sebagai
katalisator, dengan begitu reaksi yang terjadi dapat dipercepat. Fungsi
penambahan H3BO3 pada proses penetapan kadar protein kasar adalah
menangkap NH3 yang terlepas. NaOH selain untuk memberi suasana basa
pada (NH4)2SO4 juga berfungsi sebagai penetral H2SO4. Indikator mix juga
digunakan agar pada saat proses titrasi dapat terjadi perubahan warna, yaitu
dari hijau menjadi hijau agak bening.
Menurut Kamal (1999) kadar protein kasar dipengaruhi oleh faktor
species, perbedaan umur tanaman, dan bagian tanaman yang dianalisis.
Semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin berkurang.
Kadar protein kasar lebih banyak pada bagian daun daripada bagian batang.
Seperti halnya karbohidrat protein kasar adalah nama kumpulan dan
menengahkan lebih dari 20 asam amino. Kebutuhan protein dalam pakan

dapat dicukupi dengan memberi leguminase, daun turi, lamtorogung, biji-bijian
kedelai, bungkil dan kacang tanah (Akoso, B.T, 1996).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kadar
protein kasar pada Kaliandra adalah 15,85 %. Menurut hasil penelitian di
Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM (2009)
kandungan atau kadar protein kasar yang terdapat pada Kaliandra berjumlah
22,29%. Hasil yang didapatkan berbeda dengan literatur. Faktor yang
memengaruhi perbedaan ini diantaranya perbedaan kadar nitrogen pada
masing-masing sampel yang digunakan, kandungan asam amino masingmasing bahan yang digunakan (Utomo,1999).
Penetapan kadar serat kasar. Prinsip penetapan kadar serat kasar
adalah semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus
dalam H₂SO₄ 1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang
berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang tertinggal
disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya bobot setelah dibakar
550° sampai 600°C adalah serat kasar (Kamal, 1994). Fungsi dari H₂SO₄
1,25% (0,255 N) adalah menghidrolisis karbohidrat dan protein sedangkan
fungsi dari NaOH 1,25% (0,313 N) adalah untuk penyabunan lemak. Ethyl
alkohol 95% juga ditambahkan dengan tujuan melarutkan lemak hasil
penyabunan lemak. Sampel pada penetapan kadar serat kasar dibungkus
menggunakan kertas minyak agar pada saat sampel dituang ke beaker glass
tidak ada sampel yang tersisa menempel di kertas pembungkus. Proses
penyaringan menggunakan glass wool dengan tujuan agar pada saat sampel
disaring dengan bantuan vacum serat kasarnya tertahan dan tidak ikut
tersedot oleh vacum.
Serat kasar mengandung selulosa dan beberapa hemislulosa dan
polisakarida lain yang berfungsi sebagai bahan pelindung tanaman. Serat
kasar juga mengandung lignin. Sudah nyata bahwa kadar serat kasar hijauan

adalah lebih tinggi dari biji dan kulit biji yang dipisahkan pada saat
penggilingan. Kadar serat kasar tanaman adalah terendah bila tanaman masih
sangat muda dan cenderung naik kadar serat kasarnya apabila tanaman
makin tua. Tanaman tua mengandung serta kasar lebih tinggi bila dibanding
tanaman yang lebih muda. Pada umumnya, kadar serat kasar tanamnan yang
makin tinggi, pencernaan makin lama dan nilai produktifnya makin rendah
(Hartadi et al., 1999).
Berubahnya umur tanaman menyebabkan berubahnya nilai dan
komposisi nutrien dari tanaman tersebut. Semakin tua umur tanaman akan
mengakibatkan turunnya kadar protein dan karbohidrat struktural akan naik
bersamaan dengan kadar lignin tanaman tertinggi setelah dewasa (Kamal,
1999). Berdasarkan dari hasil praktikum analisis proksimat kandungan kadar
serat kasar pada Kaliandra adalah 37,55 %. Menurut Khajarern (1995), kadar
serat kasar yang terkandung di dalam Kaliandra adalah 27 %. Hasil yang
didapatkan dari praktikum sedikit berbeda dengan literatur. Faktor yang dapat
mempengaruhi perbedaan tersebut diantaranya konsumsi pakan dan masingmasing sampel yang berbeda-beda, jenis spesies yang digunakan untuk
sampel (Utomo, 1999).
Penetapan kadar lemak kasar (ekstrak ether). Prinsip dalam
penetapan kadar ekstrak ether adalah lemak dapat diekstraksi dengan
menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet, kemudian
ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya (Kamal, 1994). Praktikum
kali ini terdapat sedikit perbedaan perlakuan dibandingkan dengan prinsip.
Penentuan bobot lemak dilakukan tidak dengan menguapkan ether melainkan
sampelnya yang dipanaskan dalam oven pengering lalu hilangnya bobot
setelah dioven antara sebelum diekstraksi dan sesudah diekstraksi dikatakan
sebagai kadar ekstrak ether. Sampel pada penetapan kadar lemak kasar tidak
perlu dibungkus dengan kertas minyak tetapi dibungkus dengan kertas saring
bebas lemak karena apabila dibungkus dengan kertas minyak maka zat

pelarut lemak selain mengekstraksi lemak pada sampel juga akan
mengekstraksi lemak pada kertas minyak. Hal ini akan menyebabkan
penetapan kadar lemak kasar tidak valid.
Lemak di dalam tubuh ternak berfungsi sebagai penghasil asam-asam
lemak dan energi. Unsur nutrisi ini dicerna menjadi asam-asam lemak dan
gliserol yang sebagian diubah menjadi energi, sedang yang lainnya disimpan
sebagai lemak tubuh yang akhirnya akan menghasilkan asam amino
nonessensial (Kartadisatra, H.R. 1997).
Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat terhadap Kaliandra
didapatkan hasil kandungan lemak kasarnya adalah 3,71 %. Menurut Anonim
(2009), kadar lemak kasar atau ekstrak ether yang terdapat pada Kaliandra
adalah 4,1 %. Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut di
dalam pelarut lemak (ether, petroleum ether, petroleum benzene, dan
sebagainya), oleh karena itu lemak kasar lebih tepat disebut ekstrak ether.
Disebut lemak kasar karena merupakan campuran dari beberapa senyawa
yang larut di dalam pelarut lemak (M. Kamal, 1994).
Penetapan kadar ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Penetapan kadar
ekstrak tanpa nitrogen hanya berdasarkan perhitungan yaitu 100% dikurangi
jumlah % dari kelima fraksi yang lain. Menurut Hartadi et al., (1999) bahwa
Ekstrak tanpa nitrogen mengandung mono-, di-, tri- dan tetra-sakarida
ditambah pati dan beberapa bahan zat yang termasuk hemiselulosa. Karena
kadar ETN adalah 100% dikurangi dari presentase dari kadar air, abu, protein,
lemak, dan serat kasar, maka nilainya tidak tepat dan dapat berubah. Namun,
kesalahan-kesalahan tidak begitu mengkhawatirkan pada analisa-analisa
yang telah rutin dikerjakan, terutama karena selulosa dan pati adalah
komponen utama bahan makanan dan tidak memisahkan zat-zat ini.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kadar ekstrak tanpa nitrogen
adalah 7,62%.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan fisik maka dapat diketahui bahwa
bahan yang dipakai adalah Kaliandra, untuk hasil analisis proksimat yang
telah dilakukan pada Kaliandra diperoleh kesimpulan bahwa Kaliandra
memiliki tekstur yang halus, warna hijau, bau yang menyerupai bau teh, dan
rasanya pahit. Kaliandra memiliki kandungan kadar air sebesar 35,27%,
bahan kering 93,89%, kadar abu 7,28%, kadar serat kasar 37,55%, kadar
protein kasar 15,85%, kadar lemak kasar 3,71%, dan untuk ETN adalah
7,62%. Faktor yang mempengaruhi semua uji adalah perlakuan terhadap
bahan pakan, lama penyimpanan, jenis tanaman, pengolahan tanaman.

LAMPIRAN
Perhitungan kaliandra
Penentuan Kadar Air
(X+Y) – (X+Z)
Kadar Air =
X 100 %
Y
Ket : X= bobot gelas timbang
Y= bobot cuplikan pakan
Z= bobot cuplikan setelah dioven 105 – 110oC
(18.00949+1.0058) – (18.9538)
Kadar Air =

X 100%
1.0058

= 64.73%
Penentuan kadar abu
18.0783 – 18.00949
Kadar abu =

X 100% = 7.28652%

19. 01529
Penentuan kadar serat kasar
19.4132 – 19.0580
Kadar serat kasar =
X 100% = 37.55032%
1.0072
Penentuan kadar protein kasar
(9.4-0.3) X 0.1 X 0.014 X 6.25
Kadar protein kasar =
X 100%
0.5023
= 15.8520%
Penentuan kadar ekstrak eter
1.0728 – 1.0478
Kadar ekstrak eter I =
X 100% = 3.791%
0.7027
1.0757 – 1.0506
Kadar ekstrak eter II =
X 100% = 3.802%
0.7027
1.0775 – 1.0541
Kadar ekstrak eter III =

X 100% = 3.546%

0.7027
Rata-rata kadar ekstrak eter = 3.791 + 3.802 + 3.546 = 3.713%
3

Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
ETN

= 100 % – ( % Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar PK + %
Kadar EE)
= 100 % – (7,28652%+37,55032%+15,8520%+3,791%)
= 35,53 %

LAMPIRAN
Perhitungan kaliandra
Penentuan Kadar Air
(X+Y) – (X+Z)
Kadar Air =
X 100 %
Y
Ket : X= bobot gelas timbang
Y= bobot cuplikan pakan
Z= bobot cuplikan setelah dioven 105 – 110oC
(18.00949+1.0058) – (18.9538)
Kadar Air =

X 100%
1.0058

= 64.73%
Penentuan kadar abu
18.0783 – 18.00949
Kadar abu =

X 100% = 7.28652%
19. 01529
Penentuan kadar serat kasar
19.4132 – 19.0580
Kadar serat kasar =
X 100% = 37.55032%
1.0072
Penentuan kadar protein kasar
(9.4-0.3) X 0.1 X 0.014 X 6.25
Kadar protein kasar =
X 100%
0.5023
= 15.8520%
Penentuan kadar ekstrak eter
1.0728 – 1.0478
Kadar ekstrak eter I =
X 100% = 3.791%
0.7027
1.0757 – 1.0506
Kadar ekstrak eter II =
X 100% = 3.802%
0.7027
1.0775 – 1.0541
Kadar ekstrak eter III =

X 100% = 3.546%
0.7027
Rata-rata kadar ekstrak eter = 3.791 + 3.802 + 3.546 = 3.713%
3

Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
ETN

= 100 % – ( % Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar PK + %
Kadar EE)
= 100 % – (7,28652%+37,55032%+15,8520%+3,791%)
= 35,53 %