Kaiian Kebijakan Perikanan Tangkap di Kabupaten Mandailing-Natal, Sumatera Utara

yp

200~
o 99

KAJIAN KEBIJAKAN PERTKANAN TANGKAP
DX KABUPATEN MLANDAILING-NATAL,
SUMATERA UTARA

AZAHIRIN

PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIICANAN
DEPARTEMEN P E W F A A T A N SUMBERDAYA PERIKA.Nm
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

KAJIAN KEBIJAKAN PERIKANAN TANGKAP
DI KABUPATEN MANDAILING-NATAL,
SUMATERA UTARA


Oleh:
AZAHIRIN
C05499038

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERKANAN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KBLAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ABSTRAK
AZAHIRW C05499038. Kaiian Kebiiakan Perikanan Tangkao di Kabuoaten
Mandailing-Natal, sumatera Utara. %ibirnbing oleh DA=WAN
dan mV
SOLrn.

Kabupaten Mandailing-Natal adalah kabupaten yang dibentuk berdasarkan UU
No. 12 tahun 1998, dari pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan. Kabupaten
Mandailing-Natal memiliki potensi usaha penangkapan dan budidaya, dimana luas
laut sejauh 12 mil diperkirakan seluas 3.778,08 km2 dengan panjang pantai 170 km
@inas Kelautan dan Perikanan Mandailing-Natal, 2002). Kabupaten ini memiliki
volume produksi sub sektor perikanan laut sebesar 1.3963,7 ton dengan nilai produksi
sebesar Rp. 95.383.450.000, serta jumlah perahukapal sebanyak 948 unit, jumlah alat
tangkap sebanyak 1.055 unit serta 1.548 mmah tangga perikanan @inas Kelautan dan
Perikanan Sumatera Utara, 2001).
P e m a i i t a n potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Mandailing-Natal hams
dilakukan secara terkontrol, sehingga kelestarian sumberdaya ikan dapat
dipertahankan, serta produktivitas optimum terus tejaga. Setiap d a y a h yang
dimanfahtkm uiikik usaha penangkapan ikan perlu diketahui jumlah potensinya,
bagaimana tingkat pemanfaatamya dan upaya-upaya pengembangannya di era
otonomi daerah yang sekarang sudah dirnulai. Sistem pengembangan wilayah pesisir
berbasis perikanan tangkap tidak hanya mencakup faktor produksi, melainkan
mencakup pula berbagai faktor terkait Iaimya seperti sumberdaya manusia, sarana
dan prasarana dan kelembagaan yang terkait dengan perikanan tangkap. Oleh karena
itu dalam upaya pengembangannya perlu mempertimbangkan berbagai f&or terkait
dalam sistem perikanan tangkap tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk 1. menduga potensi dan tingkat pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Mandailing-Natal; 2. mengidentifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh atau komponen-komponen yang berperan dalam
pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Mandailing-Natal; 3. mengkaji
kebijakan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Mandailing-Natal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan dan instansi terkait serta observasi
langsung ke lapangan sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran
literatur di perpustakaan dan arsip Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Mandailing-Natal. Analisis data dilakukan dengan analisis potensi untuk rnenduga
potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan laut, analisis sistem untuk
mengidentifikasi komponen-komponen yang berpengamh dalam pengembangan
perikanan tangkap dan analisis komparatif deskriptif untuk mengkaji kebijakan
perikanan tangkap di Kabupaten Mandailing-Natal.
Usaha penangkapan ikan yang ada di pantai barat Kabupaten Mandailing-Natal
tergolong dalam usaha kecil (small scale iizdzcstty fisheries). Terdapat beberapa
kelompok sumberdaya ikan yang tingkat pemanfaatamya masih rendah yaitu masih
dibawah 50 % seperti pada kelompok sumberdaya ikan demersal (5,58%), kelompok

su~llberdayaikan pelagis (10,SO %) dan ikan karang (20,72 %). Sedangkan pada

kelompok sumberdaya udang sudah berlebihan pengusahaannya (ol~erexploited)
yaitu 113,15 %.
Analisis kebutuhan menguraikan sistem ke dalam komponenlunit sebagai para
pelaku (stake holder) yang terlibat didalamnya. Dalam sistem pengelolaan perikanan
tangkap di Kabupaten Mandailing-Natal diketahui beberapa komponen yang berperan
dalam pembangunan dan pengembangan dunia kelautan dan perikanan. Pihak-pihak
atau pelaku-pelaku yang terliba: dalan sistem perikanan tangkap di Mandailing-Natal
adalah nelayan, pedagang, pengolah, juraganltoke, konsumen, TPI, Dinas Relautan
dan Perikanan serta Pemda. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilahkan, ada
b e b e r a p masalah utama yang berkaitan dengan sistem perikanan di Kabupaten
Mandailing-Natal, yaitu: sebagian besar nelayan masih menggunakan bidang usaha
penangkapan dengan rnenggunakan kapal motor di bawah 5 G T dan perahu tanpa
motor dan pasca penangkapan secara tradisional, keterbatasan modal d a i ~rendahnya
tingkat pendidikan dan keterampilan nelayan, fasilitas (sarana dan prasarana) masih
sangat terbatas dan tidak memadai, pelelangan tidak dilaksanakan di TPI.
Pengendalian operasi penangkapan per!u dilakukan mengingat adanya sumberdaya
ikan yang telah mengalami tangkap lebih. Untuk itu pemerintah daerah melalui dinas
kelautan dan perikanan perlu melakukan pengendalian dengan mengurangi jumlah
alat yang dioperasikan untuk menangkap sumberdaya udang yang telah mengalami
tangkap lebih tersebut jdalam ha1 ini adalah dogol). Dalam rangka mengatasi

keterbatasan operasi penangkapan ikan di laut karena sebagian besar unit
penangkapan masih menggunakan kapal motor di bawah 5 G T dan tanpa motor serta
untuk mengoptimalkan sumberdaya ikan yang tingkat pemanfaatannya masih di
bawah 50 % maka Program peningkatan skala usaha (untuk kapal motor di bawah 5
GT) sesuai untuk mengatasi ha1 tersebut melalui ukuran kapal dan alat tangkap
diperbesar seliingga operasi penangkapan dapat rnenjangkau laut lepas.
Alternatif lain adalah perlu dilahkan motorisasi sampanlperahu dayung filenjadi
motor tempel maupun motor bermesin dalam. Usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan
peningkatan skala usaha merupakan salah satu langkah yang hams ditempuh dalam
rangka pemanfaatan potensi tersebut. Kecenderungan penambahan jumlah upaya
penangkapan ztau peningkatan produksi tanpa ada~iyaperaturan yang mengatur
jumlah armada dan aiat tangkap yang di perbolehkan beroperasi akan rnenyebabkan
o~lerfishiiigpada ~ e r a i r a ntersebut dan juga aLan menimbulkan gejala kepayahan
(exl~azrsted)potensi sumberdaya ikan, urituk itu pemerintah daerah perlu pengaturan
jumlah upaya penangkapan dali jumlah armada yang beroperasi, pengaturan jumlah
alat tangkap, pengaturan waktu dan daerah penangkapan ikan yang sesuai dengan
musim penangkapan.
Per],; penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang dan mendukung
kelancaran pembangunan dan pengembangan sub sektor perikanan tangkap di
Kabu~atenMandailing-Natal.

Keterbatasan fasilitas mempakarl salah satu faktor yang
menjadi penyebab rendahnya produksi dan pendapatan nelayan, selain itu dapat
menarik minat investor untuk menanamkarl modalnya di daerah ini sehingga
pengembangan wilayah Mandailing-Natal bisa lebih cepat dicapai. Untuk itu
Pernerinta!~ Daerah Kabupaten Mandailing-Natal perlu perbaikan dan

pengoptimalkan PPI yang ada agar fungsi PPI seperti tempat pendaratan dal;
pembongkaran hasil tangkapan serta tempat berlabuh kapal dapat dilaksanakan
dengan baik. Pengoptimalan fungsi TPI dan peinbangunan TPI bagi daerah yang
belum ada perlu dilaksanakan agar nelayan mendapatkan harga yang layak untuk
hasil tangl~apannya.Pembangunan pabrik es perlu segera dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan es melaut nelayan dan pembangunan pabrik tepung ikan ~ilengatasi .
tejadinya ol~erprodtrci.
Upaya peningkatan h a l i t a s sumberdaya manusia sektor perikanan sangat penting
dlakukan. Hal ini karena melihat potensi dan ko1:disi usaha perikanan di daerah ini,
serta untuk melaksanakan pengembangan dan pembangunannya, sangat dibutuhkan.
sumberdaya manusia yang berkualitas atau PNS dengan background perikanan.
Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing-Natal agar mempercepat
pengangkatan atau penerimaan PNS untuk Dinas Kelautan dan Perikanan.
Bila ha1 terszbut dipenuhi, akan berpengaruh nyata kepada peningkatan skill

nelayan karena kegiatan pelatihan dan penyuluhan menjadi berkesinambungan
sehingga Dinas Kelautan dan Perikanan benar-benar menjadi dinas teknis. Dari
jumlah PNS yang ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten MandalingNatal hanya terdapat 2 orang yang teknisi, 1 orang Sarjana budidaya dan 1 orang lagi
tamatan Sekolah Menengah Perikansc.
Program pelatihail dan magang aparatur Dinas Kelautan dan Perikanan ke daerah
yang telah berhasiwmaju maupun ke pusat pzndidikan, latihan dan keteran~pilan
Departemen Kelautan dan Perikanan perlu diprioritaskan agar transfer of tech~lologi
dan program pelatihan dan sosialisasi teknologi penangkapan ikan dan teknologi
pengolahan hasil perikanan kepada nelayan dapat berjalan dengan baik. Program
pelatihan dan sosialisasi teknologi penangkapan ikan dan ieknologi pengolahan hasil
perikanan perlu secara bertahap diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan
nelayan (dalam ha1 menyangkut keterampilan pasca panen di atas kapal un:.dk
meningkatkan mutu hasil tangkapan dan pengetahuan mengenai masa penangkapan
maupun daerah penangkapan ikan).
Pembentukan Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan di tiga kecamatan pantai dan
unit pelaksana teknis (UPT) pada sentra kawasan produksi perikanan perlu segera
direalisasikan. Hal ini karena cabang dinas kelautan dan perikanan serta UPT di 3
kecamatan pantai tersebut sampai saat ini belum ada atau belum dibentuk. Peran
lembaga keuangan sangat dibutuhkan dalam pengembangan perikanan, terutama
berupa pinjaman modal usaha. Hal ini sesuai dengan kondisi nelayan yang sering

mengalami kendala dalam masalah permodalan untuk meningkatkan usahanya. Bank
Rakyat Indonesia (BFU) sesuai dengan komitmennya untuk membantu masyarakat
petani termasuk nelayan me~lyediakanbatuan kredit. Narnun fasilitas ini belum
sepenuhnya dapat dirnanfaatkan oleh nelayan karena masalah prosedur dan
persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh nelayan seperti keharusan adanya
agunan daiam pengajuan kredit.
Pemberian bantuan keuangan dari pemerintah kepada masyarakat nelayan melalui
permodalan sangat membantu perkembangan usaha perikanan tangkap. Akan tetapi
perlu diperhatikan mekanisme pemberian bantuan agar tidak menimbulkan
keser~janganantara nelayan yang diberi bantuan densan nelayan yang tidak diberi

bantcan. Pe~nbangunanperikanan tnemang tidak terlepas dari dukungan tinansial.
Oleh karena itu perlu dibangun lembaga keuangan yang dapat me~ubantunelayan
agar pembangunan perikanan rnenjadi berkembang. Kemudian keberadaan TPI tidak
berjalan seperti yang diharapkan. Ikan hasil tangkapan yang didaratkan oleh para
nelayan tidak di lelang di TPI akan tetapi langsung dijual kepada pedagang, pengolah
atau kepada juragan.
Dengan demikian terlihat bahwa pola kelembagaan yang ada belum banpak yang
mendukung sektor perikanan tangkap belum adanya program untuk mengatasi ha1
tersebut. Untuk itu pelu pola kelembagaan yang melibatkan nelayan sebagai salah

satu komponennya seperti dengan membentuk lembaga perkunipulan
nelayadpaguyuban nelayan. Selain itu hams ada koorditiasi antar letnbaga terkait
sehingga memudahkan perkembangan peiikaiian tangkap di Kabupaten MandailingNatal.