MENGHIDUPKAN KEMBALI MAKRIFAT JAWA
MENGHIDUPKAN KEMBALI MAKRIFAT JAWA
Aldian Wahyu Ramadhan
Kesedihan ketika ditinggal oleh orang yang dicintai, ketidak- bahagiaan atas semua materi berlimpah ruah yang ada, hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan semua dan mencari apa yang sebenarnya berharga di dalam hidup ini. Semua harta dijual, lalu diberikan kepada orang lain, sampai akhirnya tidak juga menemukan jawaban atas kegelisahannya karena keinginannya bertemu “orang” belum tercapai juga, adalah salah satu cerita mengenai Ki Ageng Suryomentaram di dalam buku ini.
Judul buku
: Makrifat Jawa untuk Semua:
Menjelajah Ruang Rasa dan Mengembangkan Kecerdasan Batin Bersama Ki Ageng Suromentaram
Penulis
: Abdurrahman El-‘Ashiy
Penerbit
: PT Serambi Ilmu Semesta
Waktu terbit
: Agustus 2011/ Ramadan 1432
Jumlah halaman : 310 halaman Ukuran buku
: 13 x 20,4 cm
Buku ini menyajikan informasi-informasi yang mungkin jarang diketahui tetapi penting untuk diketahui seperti informasi bahwa Ki Ageng Suryomentaram adalah salah seorang penggagas Tentara Sukarela yang diubah menjadi Tentara Pembela Tanah Air (PETA) (h. 34-36). Lewat sarasehan yang diadakan tiap Selasa Kliwon, Ki
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
A LDIAN W AHYU R AMADHAN
Ageng Suryomentaram, Ki Hadjar Dewantara dan kawan-kawan mereka yang lain mendirikan lembaga pendidikan kebangsaan dengan nama Taman Siswa dan Ki Hadjar Dewantara dipilih menjadi pemimpinnya (h.32). Ki Gede Suryomentaram adalah nama sebelum diubah oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi Ki Ageng Suryomentaram (h.33).
Membaca buku ini penulis serasa bersentuhan secara personal dengan Ki Ageng Suryomentaram yang dianggap oleh penulisnya seorang pembaharu ( mujaddid) Kejawen. Buku yang ditulis oleh Abdurrahman El-‘Ashiy ini menyajikan beberapa pembahasan, mulai dari siapakah Ki Ageng Suryomentaram, lalu dilanjutkan kepada pertemuan dengan ajaran-ajaran Ki Ageng Suryomentaram, dan pada bab terakhir kuasa manusia, manusia kuasa, lalu setelah khatimah ada lampiran yang berisi tentang kutipan dari 100 kalimah Imam Ali, kutipan dari kitab-kitab karya al-Ghazali, dan kutipan- kutipan yang lain.
Penulis buku ini menyandingkan pemikiran Ki Ageng tentang jiwa dengan pemikiran Mulla Shadra dan Ibn Sina tentang jiwa. Bagi Shadra, misalnya, jiwa adalah “substansi yang zatnya nonmateri tetapi sangat terikat dengan materi dalam aktivitasnya.” Rasa menurut Ki Ageng adalah pendorong manusia untuk beraktivitas, bahkan pendorong setiap gerak manusia. Sedangkan Ibn Sina membedakan jiwa melalui tiga fakultas, yaitu jiwa tumbuh- tumbuhan, jiwa hewani dan kemudian baru jiwa manusia. Tetapi Ki Ageng menyederhanakannya menjadi rasa manusia itu ada yang dangkal, yang dalam, dan yang sangat dalam (h. 51).
Poin lain yang menarik adalah pandangan Ki Ageng bahwa manusia dapat mempelajari atau mengetahui segala sesuatu melalui tiga perangkat yang inheren dalam dirinya: pertama, melalui pancaindera; kedua, melalui rasa hati; dan ketiga, melalui pengertian atau pemahaman. Pertama-tama, ketika lahir dan kita dipanggil oleh ibu kita Andrea, misalnya, lalu mulai merasa aku si Andrea. Pengorganisasian di pikiran selalu menyatu dengan rasa keakuan kita (h. 52-55).
Penulis buku ini, Abdurrahman El-‘Ashiy, menganggap pemikiran Ki Ageng mirip dengan J. Krishnamurti dari India, Zarathustra
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
M ENGHIDUPKAN K EMBALI M AKRIFAT J AWA
dari Persia, dan Sokrates dari Yunani. Krishnamurti mendasarkan ajarannya pada pengetahuan tentang diri sendiri ( self-knowledge), yang kurang lebih sama dengan Ki Ageng yang mendasarkan ajarannya pada pemahaman atas diri sendiri ( pangawikan pribadi). Zarathustra juga pernah mengemukakan ajaran Tat Tvam Asi! (Itulah Engkau!) [ sic], sedangkan Sokrates di kota Athena mengemukakan ajaran yang bertema Gnothi seauton! (Kenalilah dirimu!). Penulis buku ini mengatakan bahwa keempat tokoh di atas sesungguhnya adalah orang-orang yang mencapai makrifat (h. 37).
Dewasa ini kejahatan semakin meningkat di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta. Pemerkosaan di angkot marak terjadi, pelecehan seksual di Transjakarta kerap kali terjadi, dan tindak kriminal di tempat-tempat umum atau yang seharusnya aman makin sering terjadi. Padahal tayangan keagamaan di TV sudah mulai bertumbuh dengan pesat, bahkan sudah ada stasiun TV yang tayangannya khusus acara keagamaan. Dari media cetak sudah ada koran dan majalah yang temanya agama, tetapi tidak mampu mencegah atau mengurangi kejahatan.
Ada sebuah anekdot yang penulis dapatkan dari seorang mantan dubes. Dia pernah bercerita sebagai berikut: Suatu ketika ada seorang ustadz yang sedang ceramah, yang tiba-tiba meninggal secara mendadak. Lalu ketika sampai di akhirat ustadz tersebut bertemu dengan malaikat dan diajak bertemu dengan Tuhan. Lalu ketika bertemu ustadz tersebut diberikan putusan bahwa dia masuk surga kelas dua karena amal ibadahnya. Berselang waktu kemudian, seorang sopir angkot meninggal karena kecelakaan. Sesampainya di akhirat malaikat mengajaknya bertemu dengan Tuhan. Lalu Tuhan memberikan putusan bahwa dia masuk surga kelas satu karena amal ibadahnya. Sopir angkot itu senang sekali saat perjalanan menuju surga kelas satu, dan tiba-tiba ustadz yang masuk surga kelas dua melihat dia dan kaget kok dia sebagai sopir angkot bisa masuk surga yang lebih baik dari surga si ustadz. Lalu ustadz tersebut memanggil malaikat dan memaksa untuk ketemu Tuhan kembali. Malaikat dengan terpaksa menuruti permintaan ustadz tersebut. Saat bertemu dengan Tuhan, ustadz tersebut bertanya, “Ya Tuhan,
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
A LDIAN W AHYU R AMADHAN
kenapa Engkau memasukkan hambamu ini yang mengajarkan kebaikan ke dalam surga yang lebih rendah daripada surga sopir angkot?” Tuhan menjawab, “Sudahlah, kau terima saja. Banyak kok ustadz yang Aku masukkan ke dalam neraka. Sudah untunglah kamu bisa masuk surga.” Tapi ustadz tetap bertanya, “Kenapa?” Akhirnya Tuhan menjawab, “Setiap engkau ceramah banyak jamaahmu yang hanya tertawa-tertawa saja, atau malah banyak yang hanya untuk merasa terhibur saja. Sedangkan sopir angkot tersebut, setiap dia menjalankan mobilnya selalu membuat para penumpang menyebut ‘Astagfi rullah,’ karena berbahayanya dia membawa mobil untuk mengejar pemasukan mencukupi biaya hidup anak-anak dan istrinya. Maka banyak penumpang yang langsung membaca doa dalam perjalanan setelah bertemu angkot, karena rusuhnya dia membawa mobil. Para penumpangnya selalu ingat kematian saat di dalam angkot tersebut, karena cara mengendaraninya yang membahayakan. Jadi cara sopir menjalankan angkot tersebut lebih efektif membuat orang lain ingat Aku daripada cara engkau berceramah, ustadz.”
Anekdot di atas benar-benar sesuai dengan sebuah survai yang berjudul How Islamic are Islamic Countries?, yang menaruh negara- negara Islam di urutan bawah survai tersebut dan Selandia Baru, yang bukan negara Islam, di peringkat pertama. Menurut penulis, hal itu terjadi karena pengajaran agama yang paling berkembang di Indonesia adalah pengajaran yang kebanyakan hanya dari segi lahiriah seperti fi kih, teologi, dan masih banyak lagi yang ternyata hanya menimbulkan masalah, bukan memecahkan masalah bagi kehidupan orang banyak.
Tasawuf adalah jalan yang, menurut penulis, ideal untuk membangun akhlak dan persatuan dan kesatuan, sesuai dengan motto negara kita Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda tetapi satu, karena tasawuf mengajarkan substansi, bukan hanya bentuk. Jadi buku Makrifat Jawa untuk Semua ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk menjadi bacaan ringan tetapi bermanfaat ke depannya. Buku-buku tasawuf lebih menuntut kepada pembacanya untuk praktik atau pengamalan dibanding teori. Kebanyakan buku tasawuf adalah tulisan tentang pangalaman-pengalaman ruhani.
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
M ENGHIDUPKAN K EMBALI M AKRIFAT J AWA
Mohon maaf sebesar-besarnya atas kata-kata yang tidak sesuai atau menyinggung perasaan para pembaca. Semoga buku-buku mengenai tasawuf di Tanah Air semakin sering terbit. Semoga kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Wa’Llāh a‘lam bi al-shawāb.
Aldian Wahyu Ramadhan adalah mahasiswa Program Pascasarjana The Islamic College Jakarta.
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
A LDIAN W AHYU R AMADHAN
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
C ATATAN K EHIDUPAN P RIBADI S EORANG R AHIB P AKAIAN D ALAM P EREMPUAN
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
M ICHAEL A TTIE
TITIK-TEMU, Vol. 4, No. 2, Januari - Juni 2012
C ATATAN K EHIDUPAN P RIBADI S EORANG R AHIB P AKAIAN D ALAM P EREMPUAN