Gempa 8,5 SR Kembali guncang Pulau Sumatera

Visi Kemenkes dalam krisis kesehatan

Visi Kementerian Kesehatan adalah masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Masyarakat yang mandiri dimulai dari masyarakat yang sehat. Hanya masyarakat yang sehat yang dapat berperan aktif dalam mengurangi,

Kerentanan atau Ketahanan?

oleh: dr. Mohammad Imran S. Hamdani

Berbicara mengenai kerentanan masyarakat maka kita akan meletakkan titik tumpu pada dampak bencana atau kerusakan lingkungan terhadap masyarakat atau pada kebutuhan mereka dalam keadaan darurat dan pasca bencana.

Berfokus kepada ketahanan berarti bahwa menempatkan penekanan lebih besar pada apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri dan bagaimana memperkuat kapasitas mereka.

InfO KrISIS KESEhATAn

beradaptasi terhadap tekanan, menjalankan fungsi dasarnya dan melenting kembali pada kehidupan yang lebih baik setelah bencana. Masa depan penanggulangan bencana yang dapat mengakibatkan krisis kesehatan dapat dicapai secara lebih cepat dan efektif dengan cara mempertajam fokus pada penanggulangan bencana yang berbasis ketahanan masyarakat.

Mengapa bukan berbasis pada kerentanan? Tentu saja bukan berarti bahwa kerentanan tidak perlu diperhatikan. Pendekatan kerentanan merupakan bentuk respon kepada masyarakat saat terkena bencana. Pendekatan ini melihat masyarakat sebagai objek yang perlu mendapat bantuan bukan subjek yang dapat berperan aktif dalam penanggulangan bencana. Dapat dikatakan bahwa pendekatan kerentanan merupakan pendekatan berbasis kebutuhan masyarakat pada saat terjadi bencana.

Visi Kemenkes dapat diurai menjadi dua hal yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan masyarakat sehat yang berkeadilan. Masyarakat sehat yang mandiri, mencerminkan pencapaian partisipasi masyarakat secara aktif dalam menyehatkan diri dan lingkungannya termasuk dalam aktivitas penanggulangan bencana oleh masyarakat. Masyarakat sehat yang berkeadilan dapat mengandung makna bahwa setiap orang dalam berbagai tingkatan dan status dalam masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan perlakuan yang sama terkait kesehatan. Termasuk didalamnya adalah mendapatkan pelayanan kesehatan saat bencana tanpa melihat statusnya dalam masyarakat. Dus, ketahanan masyarakat merupakan prioritas diikuti dengan perhatian terhadap kerentanannya yang tersirat dalam visi Kemenkes.

Pendekatan berbasis ketahanan masyarakat

Pendekatan untuk membangun daya tahan masyarakat terhadap bencana dapat dilakukan dengan cara (a) pengembangan kebijakan, strategi dan penguatan komitmen; (b) alokasi tanggungjawab pada setiap level; (c) mengintegrasikan ketahanan masyarakat terhadap bencana dalam kebijakan dan strategi umum; dan (d)

mengembangkan partnership dengan akademisi, LSM dan sektor swasta.

Nilai-nilai dasar dan budaya yang sudah berakar ditengah-tengah masyarakat dapat dikembangkan sebagai bentuk awareness masyarakat sendiri dalam memandang lingkungannya yang rawan. Sebagai contoh, masyarakat yang hidup di kaki Gunung Merapi tidak memandang Gunung Merapi sebagai bahaya sehingga dapat dipahami mengapa masyarakat disana tetap kembali ke rumahnya meskipun lingkungannya hancur dihempas awan panas. Gunung Merapi yang sedang mengeluarkan kepulan asap, oleh

masyarakat dianggap bahwa Merapi sedang melangsungkan hajat. Merapi akan mengeluarkan berkah pasir dan material lain yang dapat menyuburkan tanah ladangnya dan menghidupkan perekonomian. Masyarakat pun melakukan interaksi yang terlihat sebagai proses ritual -yang tidak lekang oleh perkembangan kehidupan modern, dengan harapan bahwa hajatan Merapi tersebut dapat melimpahkan keberkahan di tanah mereka sekaligus memohon agar terhindar dari marabahaya.

Aktivitas masyarakat di Gunung Merapi tersebut dapat dikonversi ke dalam bentuk kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman letusan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan dengan sebaik dan sebijak mungkin untuk membantu masyarakat meningkatkan kewaspadaannya. Banyak nilai-nilai dan budaya luhur dalam masyarakat yang dikenal dengan kearifan lokal terkait dengan bencana. Masyarakat di sekitar Gunung Awu memandang Gunung Awu sebagai penjaga nilai-nilai moral mereka, letusannya merupakan tanda adanya pelanggaran terhadap nilai moral. Kita masih teringat masyarakat

Pulau Simeleu yang selamat dari terjangan tsunami pasca gempa pada akhir tahun 2004 karena mengikuti nilai-nilai dan budaya yang tetap terjaga sampai saat ini.

Pemerintah termasuk Kementerian Kesehatan dan jajarannya harus jeli membaca dan menyikapi nilai-nilai dan budaya lokal dalam rangka perumusan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana (krisis kesehatan) berbasis ketahanan masyarakat yang implementatif.

Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana ke dalam program Desa Siaga merupakan salah satu bentuk pengejawantahan pengurangan risiko bencana berbasis ketahanan masyarakat bidang kesehatan. Perlu penguatan perumusan kebijakan dan strategi serta penyusunan langkah-langkah konkrit yang berbasis bukti ilmiah dan ilmu pengetahuan dengan melibatkan peneliti dan akademisi. Langkah- langkah itu dapat berupa penilaian risiko berbasis karakteristik wilayah dan kependudukan, pengembangan pengetahuan dan edukasi berbasis kultur dan perilaku, dan integrasi manajemen risiko ke dalam program- program reguler.

Tidak ada masyarakat yang aman secara penuh dari ancaman bencana baik alam, non alam maupun manusia. Namun demikian, bukan hal yang mustahil, bahwa suatu saat kemandirian masyarakat terhadap kejadian bencana -seperti cerita singkat pada paragraf awal - dicapai dengan diawali oleh komitmen bersama semua pihak dan diikuti dengan langkah-langkah yang konkrit. Cerita itu mungkin pernah terjadi atau hanya khayalan tentang masa depan. Hal yang terpenting adalah apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk masa depan yang lebih baik.

Referensi: Indiyanto, Agus. Kajian Integratif Ilmu

Agama, Sosial dan Budaya: Respon Masyarakat Lokal Atas Bencana. Jakarta. 2012

Kartasasmita, Ginanjar. Karakteristik dan

Struktur Masyarakat Indonesia Modern. Disampaikan pada uji sahih penyusunan konsep GBHN 1998. Yogyakarta. 1997

Twigg, John. Characteristics of a Disaster-

Resilient Community. Page 8-14. London. 2009

...masyarakat yang hidup di kaki Gunung Merapi tidak memandang Gunung Merapi sebagai bahaya sehingga dapat dipahami mengapa masyarakat disana tetap kembali ke rumahnya meskipun lingkungannya hancur dihempas awan panas.

InfO KrISIS KESEhATAn

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. No. 4-9, Blok A Lantai VI Ruang 601, Jakarta 12950 Telp. (021) 5265043, 5210411, 5210394 Fax. (021) 5271111, 5210395 E-mail : [email protected] Website : www.penanggulangankrisi.depkes.go.id