Dibalik Keindahan Gunung Salak dan Fenomena “Wisata Bencana”

GREAT LOVE WITHOUT BOUNDARY –

Tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Indonesia Menuntut Ilmu di Negeri Cina

oleh: dr. Rakhmad Ramadhanjaya

KESIApSIAGAAn

InfO KrISIS KESEhATAn

orang), TNI-AD (4 orang), Dinas Damkar dan PB Provinsi DKI Jakarta (2 orang), PK Kementerian Kesehatan (2 orang) dan Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM (1 orang).

Guna memandu 16 orang peserta ini, CERT menerjunkan 4 orang instruktur yang terdiri dari 3 orang instruktur medis dan 1 orang instruktur rescue. Para instruktur sangat berpengalaman di bidangnya masing-masing. Selain itu, CERT juga menyediakan area simulasi penanganan bencana yang mirip keadaan riil, seperti reruntuhan bangunan, bangkai kendaraan dan lainnya.

Pusat pelatihan CERT juga dilengkapi dengan ruang kelas dan asrama yang sangat jauh dari kata “mengecewakan”. Untuk urusan kantong tengah (perut), CERT memenuhi permintaan peserta yang umumnya menginginkan menu halal yang dimasak oleh koki muslim. Secara keseluruhan, kami sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh CERT.

Dalam pelatihan selama lima hari ini, sebanyak 30% materi diberikan dalam bentuk perkuliahan di dalam kelas dan 70% materi diberikan dalam bentuk praktik/simulasi. Proporsi materi tentang medis adalah sebanyak 80% sedangkan materi tentang rescue sebanyak 20%. Berikut adalah agenda harian pada pelatihan ini :

Hari 1: Students Registration, Background of Risk and Disaster Medicine, Emergency Response Management, Rescue, Scenario 1- Reconnaissance Rescue, Scenario 2- Indoor Reconnaissance and Triage

Hari 2: Rescue, Scenario 3- Stretcher movement over uneven ground, Medicine Patient Assessment and Field Diagnostics

Hari 3: AHA BLS Provider Course Chain of survival, Skill assessment Written test, Scenario 4- Field Trauma Care

Hari 4: Scenario 5- Vehicle accident, Medicine - Public health on disaster site, Scenario 6- Psychological support for victims, Rescue and Skill Assessment Night Drillings

Hari 5: Daytime Field Exercise, Debriefing, Course Evaluation and Feedback.

Di akhir perjalanan kami di Cina, kami berkesempatan mengunjungi The Great Wall, Forbidden City, Tian An Men Square dan Temple of Heaven. Tak lupa, kami juga mengunjungi Silk Market untuk membeli buah tangan untuk keluarga dan teman-teman di tanah air.

Berkaca dari perjalanan kami di Cina, alangkah baiknya apabila Indonesia juga memiliki lembaga semacam CERT ini, mengingat Indonesia juga seringkali mengalami kejadian bencana.

BNPB sebagai leading sector dalam penanggulangan bencana, melalui Pusdiklatnya dapat bekerjasama dengan Kementerian terkait dan lembaga akademik, mengembangkan kurikulum pelatihan yang komprehensif, kemudian disertifikasi oleh lembaga profesi yang kompeten. Peserta pelatihan yang menjadi target sasarannya adalah tim SRC-PB yang telah dibentuk sebelumnya. Instruktur pelatihan dapat berasal dari BNPB, Kementerian, maupun lembaga akademik terkait.

Sudah banyak ilmu yang kami peroleh dari perjalanan di Cina ini dan kami sudah menjalankan “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China”. Akan

tetapi, yang terpenting bukanlah dimana kita memperoleh suatu ilmu, yang terpenting adalah dimana kita bisa mengaplikasikan ilmu itu.

Tetap Semangat Kawan

Simulasi Penanganan Korban

Simulation Site

InfO KrISIS KESEhATAn

TAnGGAp DArUrAT

Gempa 8,5 SR Kembali guncang Pulau Sumatera

oleh: dr. Willy Pandu Ariawan

Peta Daerah Terdampak Akibat Gempa

“Ada gempa besar di Aceh....!!!!” kata salah seorang rekan kerjaku tiba – tiba dengan setengah berteriak, memecah suasana rapat bidang yang tengah berlangsung di ruang rapat utama kantor Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan. Kamipun segera menuju ke ruang pemantauan tempat kami dapat memperoleh keterangan dari beberapa sumber informasi di media elektronik dan internet. Di ruangan itu terdapat beberapa layar LCD, tersambung dengan beberapa stasiun televisi yang secara live memberitakan situasi terakhir di wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Beberapa staf PK pun segera mencoba mencari informasi melalui internet, radio komunikasi, dan menelepon beberapa kontak person di daerah guna memperoleh informasi terakhir terkait gempa yang baru saja terjadi.

ari itu, 11 April 2012 tepat pada

akibat kejadian tersebut. pukul 15.38 WIB, kembali terjadi dengan apa yang pernah terjadi gempa dengan kekuatan 8,5

Mereka sepertinya masih trauma

skala richter pada kedalaman 10 H gempa yang kemudian disusul Indonesia merupakan wilayah rawan

tahun 2004 yang lalu, dimana

Seperti kita ketahui, kepulauan di

bencana geologi khususnya gempa pantai barat Sumatera, Provinsi Aceh,

km yang dirasakan cukup kuat di

dengan terjangan tsunami di Provinsi

bumi dan tsunami karena merupakan Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Aceh meluluh- lantakkan semua

tempat pertemuan empat lempeng Bengkulu, dan Lampung. Tampak di

yang dilaluinya. Belum lagi surut

dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng layar kaca televisi, banyak orang di

air mata akibat duka yang dialami

Indo-Australia, lempeng Samudera daeah–daerah tersebut panik dan

masyarakat Aceh, pada tahun 2009

Pasifik, dan lempeng Filipina. Interaksi berlarian menuju tempat–tempat

gempa kembali mengguncang pesisir

yang terjadi di antara keempat yang dirasa aman.

Sumatera, kali ini Provinsi Sumatera

Barat mengalami dampak yang parah

lempeng dunia terbagi menjadi tiga.

InfO KrISIS KESEhATAn

Tipe pertama adalah lempeng bergerak saling menjauh. Barat dan di Kota Sabang Provinsi Aceh. Satu orang korban Tipe kedua adalah pertemuan batas dua lempeng yang

terpaksa dirawat inap di RS harapan Bunda Provinsi Aceh bergerak saling mendekati dan bertumbukan sehingga

serta terjadi pengungsian di Provinsi Aceh (Kota Banda menciptakan zona subduksi. Tipe ketiga adalah sebuah

Aceh, Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Simelue) dan lempeng menabrak secara menyerong lempeng yang

Provinsi Sumatera Barat (Kota Padang dan Kabupaten berbeda sehingga tercipta dua komponen. Sesar

Padang Pariaman).

Sumatera merupakan salah satu contoh pergerakan lempeng tersebut. Garis yang memanjang dari Teluk

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Semangko, Provinsi Lampung, hingga Aceh lebih

Kesehatan melalui PKKK Regional Sumatera Utara dan kurang sepanjang 1.650 km terbagi menjadi 19 segmen.

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh selaku perpanjangan Pergeseran lempeng pada sesar sumatera sangat aktif,

tangan dari Pemerintah Provinsi Aceh segera melakukan dengan kecepatan dua sentimeter per tahun.

beberapa upaya penanggulangan krisis kesehatan, di antaranya melakukan proses evakuasi penduduk di lokasi

Pesisir barat sumatera merupakan daerah yang sering bencana untuk mengantisipasi terjadinya tsunami dan dilanda gempa, lihat table 1.

menyiagakan fasilitas pelayanan kesehatan. Kementerian Kesehatan pun segera mengirimkan 7 petugas untuk

Tabel 1. Catatan Gempa Besar yang terjadi di

melakukan pemantauan di Provinsi Aceh dan memastikan

Sumatera sejak Tahun 2004 (Sumber : http://www.

kesiapan PK Regional Sumatera Utara dalam

setkab.go.id/berita-4053-gempa-simeulue-bukti-

menghadapi kejadian ini.

banyaknya-potensi-gempa-di-sumatera.html)

Potensi bencana gempa bumi yang ada di wilayah

Tanggal

Sumatera semestinya membuat kita semua lebih waspada.

Kejadian

Kekuatan Gempa

Di sektor kesehatan tentunya dengan meningkatkan kapasitas seluruh sumber daya kesehatan baik yang ada

26 Des 2004 8,9 SR di Sumatera Bagian Utara di wilayah Sumatera itu sendiri maupun di wilayah lain

12 Sep 2007 8,4 SR di Sumatera Bagian Selatan yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai pendukung yang sewaktu–waktu dapat memberikan dukungan serta

12 Sep 2007 8,2 SR di Sumatera Bagian Selatan bantuannya dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan

13 Sept 2007 7,2 SR di Sumatra Bagian Selatan

akibat bencana.

20 Sept 2007 7,1 SR di Sumatera Bagian Selatan Upaya tersebut dapat dimulai dengan melakukan proses identifikasi, daerah mana saja yang memiliki tingkat

20 Feb 2008 7,2 SR di Sumatera Bagian Utara kerawanan dan kerentanan terhadap bahaya gempa

25 Feb 2008 7,4 SR di Sumatera Bagian Selatan bumi, kemudian dibuat prioritas wilayah yang selanjutnya akan diperkuat dari aspek peningkatan kapasitas sumber

30 Sept 2009 7,7SR di Sumatera Bagian Selatan daya kesehatannya. Dari wilayah yang telah ditetapkan

6 April 2010 7,6 SR di Sumatera Bagian Utara menjadi prioritas, dapat kita identifikasi berapa fasilitas kesehatan yang dimiliki baik negeri maupun swasta,

9 Mei 2010 7,8 SR di Sumatera Bagian Utara sumber daya manusia baik medis maupun non medis serta

11 Januari 2012 7,1 SR di Tengah Laut Pesisir Sumatera sumberdaya lain yang menunjang pelayanan kesehatan. Bagian Utara

Dari beberapa data tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk pemetaan sehingga kita dapat dengan lebih mudah

11 April 2012 8,5 SR di Tengah Laut Pesisir Sumatera Bagian Utara

mengetahui kekuatan sumber daya kesehatan yang ada di wilayah rawan bencana gempa yang telah kita tentukan

11 April 2012 8,1 SR di Tengah Laut Pesisir Sumatera

sebelumnya.

Bagian Utara

Gempa yang terjadi kali ini merupakan gempa besar yang kesekian kali terjadi di wilayah pesisir barat Sumatera. Selanjutnya terjadi 12 kali gempa susulan dengan kekuatan antara 5,2 – 8,1 SR (rata-rata 6,2 SR). Gempa susulan dengan kekuatan 8,1 SR terjadi pada pukul 17.43 WIB dengan kedalaman 10 km dan berpotensi tsunami. Akibat kejadian ini sedikitnya 2 orang meninggal dunia, yaitu di Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera

InfO KrISIS KESEhATAn

Telah sering kita dengar kecelakaan transportasi di berbagai wilayah di Indonesia baik itu kecelakaan transportasi darat, laut maupun udara. Masih segar dalam ingatan kita kecelakaan yang melibatkan bus dan beberapa kendaraan di daerah Cisarua Bogor yang merenggut banyak korban meninggal dan luka-luka. Penyebabnya adalah kelalaian dan sistem pemeliharaan alat transportasi yang masih jauh dari apa yang diharapkan. Belum lagi tuntutan akan pendapatan perusahaan yang sudah pasti akan banyak dibebankan kepada para pegawai yang bertugas di bagian operasional alat transportasi. Beberapa hal tersebut sering menjadi permasalahan sehingga banyak alat transportasi publik yang jauh dari kata aman dan laik jalan. Belum lagi kasus beberapa pilot dari maskapai penerbangan lokal yang kedapatan tengah menkonsumsi narkotika jenis sabu, justru beberapa saat sebelum pilot tersebut menerbangkan pesawat yang membuat kita menjadi semakin was was saat menggunakan jasa pelayanan transportasi udara.

T ragedi kembali terjadi, pesawat

jenis Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia pada tanggal 9 Mei 2012

sekitar pukul 14.33 WIB dikabarkan hilang kontak dengan menara pengawas saat melakukan penerbangan “Joy Flight” yang kedua setelah kembali ke Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma dari penerbangannya yang pertama. Penerbangan yang membawa

45 orang penumpang (sesuai data terakhir setelah proses identifikasi oleh DVI) ini semestinya dilakukan sebagai bagian dari tur perusahaan untuk mempromosikan pesawat Sukhoi yang pertama kali dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar komersial. Karena seperti kita ketahui bahwa sebelumnya perusahaan asal Rusia tersebut memproduksi pesawat tempur yang beberapa di antaranya telah dibeli oleh Indonesia untuk memperkuat sistem pertahanan yang dimiliki oleh TNI Angkatan Udara.

Sebelum dikabarkan hilang kontak, menara pengawas melaporkan bahwa

Segera setelah mengetahui berita ini dan menerima laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan segera melakukan langkah– langkah penyiapan dukungan operasional dalam upaya pencarian dan evakuasi korban. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor selaku perpanjangan tangan pemerintah daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor selaku perpanjangan tangan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan penanggung jawab upaya penanggulangan krisis kesehatan di wilayahnya segera dimintakan informasi terkait situasi terakhir di lokasi serta kemungkinan adanya kebutuhan dukungan sumber-sumber daya kesehatan dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan.

Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, dr. Sri Henni Setiawati, M.H.A segera menginstruksikan untuk mengirim tim dukungan managemen. Pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012, dikirim tim yang beranggotakan 2 orang staf PK untuk melakukan assessment awal dan dukungan managemen. Kepala PK bersama 2 orang staf PK dan 1

Peran Kementerian Kesehatan dalam Penanganan Kecelakaan Jatuhnya Pesawat Sukhoi SJ100

oleh: Willy Pandu Ariawan

TAnGGAp DArUrAT

pilot pesawat Sukhoi sempat meminta izin untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki pada posisi di 10 nautical mile dari Atang Sanjaya. Posisi terakhir inilah yang menjadi petunjuk penting pada proses pencarian dan evakuasi selanjutnya.

Pada hari yang sama Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Daryatmo bersama KNKT dan PT Trimarga Rekatama sebagai perusahaan rekanan yang mendatangkan pesawat Sukhoi dari Rusia melaksanakan jumpa pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Kepala Basarnas menuturkan pesawat hilang kontak tetapi belum bisa dipastikan jatuh. Basarnas kemudian langsung menerbangkan 2 heli Bronco dan Super Puma begitu mendapat info hilang kontak pesawat Sukhoi Superjet 100 tersebut. Namun, karena kondisi awan yang begitu pekat dan angin yang terlalu kencang, pencarian udara dihentikan pada Rabu malam dan dilanjutkan keesokan paginya.

Kepala Pusat

Penanggulangan Beserta Tim Evakuasi Korban Jatuhnya

Pesawat Sukhoi SJ100

InfO KrISIS KESEhATAn

orang staf Ditjen P2PL segera bergerak menuju Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, untuk bergabung dengan tim pertama yang tiba terlebih dahulu di lokasi.

Upaya yang Dilakukan oleh Jajaran Kesehatan

Segera setelah diketahui kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di wilayah Gunung Salak Kabupaten Bogor, seluruh jajaran kesehatan segera melakukan beberapa langkah antisipasi sejak awal kejadian hingga operasi pencarian secara resmi ditutup, diantaranya :

Kesiapsiagaan di Lokasi Sekitar

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Kesehatan Kota Bogor menyiagakan RS Rujukan yaitu RS Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi dan RS PMI Kota Bogor.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyiagakan sejumlah Puskesmas dan mobil ambulans untuk menerima korban. Nama Puskesmas tersebut antara lain, Puskesmas Tamansari, Puskesmas Tenjolaya, Puskesmas Pamijahan dan Puskesmas Ciampea di Kabupaten Bogor serta Puskesmas Cijeruk, Puskesmas Cigombang, Puskesmas Ciburayut dan Puskesmas Caringin di Kabupaten Sukabumi.

3. Dinas Kesehatan Kota Bogor dan PMI Kota Bogor menyiagakan masing- masing 2 unit mobil ambulans di RS PMI Kota Bogor.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor membuka 3 Pos Kesehatan berlokasi di Balai Embrio, Desa Pasir Pogor, Desa Curug Nangka sejak tanggal 11 Mei 2012.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memberikan alkohol dan povidon iodine antiseptik masing-masing 1 dus kepada Tim SAR.

6. Penyiagaan 11 unit mobil ambulans di lokasi transit di Kecamatan Cijeruk dengan rincian: 2 unit mobil ambulans dari TNI, 1 unit ambulans dari Polri, 1 unit mobil ambulans dari PMI dan 7 unit mobil ambulans dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (Poskes Embrio 2, Poskes Cimelati

2, mobile 1, dan siaga di Puskesmas Curug Nangka 2).

7. PK Kementerian Kesehatan telah mengirimkan 3 tim ke lokasi kejadian dengan rincian, tim 1 beranggotakan

6 orang, tim 2 beranggotakan 2 orang dan tim 3 beranggotakan 2 orang.

8. PK Kementerian Kesehatan mengirimkan bantuan Alkohol 10 btl @1ltr, betadine 5 box (1box @30btl), lysol 5 box, Handscoen disposible L 5 box, Paket Obat-obatan PKD (Pelayanan Kesehatan Dasar ) 3 Paket, rompi Kesehatan 35 buah, topi

25 buah Masker 3 box @50 buah)

Kesiapsiagaan di Bandara Halim Perdana Kusuma

1. Pendirian Posko DVI dan antemortem di Bandara Halim Perdana Kusuma (ditutup pada tanggal 12 Mei 2012).

2. Pendirian Pos Pelayanan Kesehatan KKP Halim Perdana Kusuma (ditutup pada tanggal 14 Mei 2012).

pesawat di jurang dengan kedalaman 500 meter dari tebing Gunung Salak membuat harapan akan adanya korban selamat kian menipis. Kemudian saat tim evakuasi telah mencapai lokasi jatuhnya pesawat dan mulai melakukan evakuasi korban meninggal, jajaran kesehatan menjadi lebih terfokus pada dukungan kesehatan bagi para anggota tim evakuasi yang terdiri dari TNI, POLRI, PMI, LSM dan relawan lainnya. Pos kesehatan yang telah didirikan sebelumnya di Posko Embrio Cijeruk, Posko Helipad Cijeruk, dan Posko Halim segera diperkuat untuk mengantisipasi tim evakuasi dan anggota keluarga korban yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar. Sistem rujukan dari pos kesehatan menuju rumah sakit pun telah disiapkan berikut beberapa ambulans gawat darurat seandainya diperlukan.

Operasi pencarian dan evakuasi dihentikan pada tanggal 21 Mei 2012, dari kegiatan operasi tersebut telah

dievakuasi sebanyak 35 kantong jenazah ke Bandara Halim Perdana Kusuma yang kemudian dibawa ke RS Pusat Polri Bhayangkara Tingkat I Dr. R.S. Soekamto Kramat Jati (30 kantong berisi bagian tubuh korban dan 5 kantong berisi properti). Total jumlah pasien yang dilayani dari semua pos kesehatan yang didirikan sejak tanggal 11 hingga

16 Mei 2012 sebanyak 223 pasien dan telah dilakukan penyuntikan vaksin Tetanus Toksoid guna mengantisipasi kemungkinan akan adanya kontaminasi kuman tetanus kepada personil tim evakuasi yang tiba di Poskes Helipad Cijeruk. Tim DVI pun akhirnya selesai melakukan identifikasi terhadap 45 korban pesawat Sukhoi Superjet 100.

Upaya yang dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai koordinator di tingkat pusat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor selaku penanggung jawab wilayah dipusatkan untuk memberikan dukungan terhadap segala upaya pencarian dan evakuasi korban. Pada awal kejadian, beberapa rumah sakit yang berada di sekitar lokasi kejadian disiapkan untuk menerima seandainya ada korban selamat yang membutuhkan penanganan medis lebih lanjut. Hal ini dilakukan berdasarkan informasi yang diterima dari Basarnas yang menyebutkan bahwa masih ada kemungkinan korban selamat dari kejadian tersebut.

Namun seiring berjalannya proses pencarian dan evakuasi, terlebih saat ditemukannya lokasi jatuhnya

Proses Evakuasi Korban dari Lapangan Cijeruk ke Halim Perdana Kusuma.

Pos Kesehatan di Halim Perdana Kusuma

InfO KrISIS KESEhATAn

TAnGGAp DArUrAT

Lesson Learnt

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari peristiwa ini dan banyak peristiwa kecelakaan transportasi lain yang sebelumnya terjadi. Oleh karena itu kita harus dapat selalu memperbaiki sistem pelayanan serta keamanan transportasi, terutama kualitas dari sumber daya manusia yang banyak dikatakan sebagai “penyebab” terjadinya sebuah kecelakaan transportasi atau yang sering kita dengar sebagai “human

error”. Tim Kesehatan dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

H betapa informasi itu menjadi sangat baik koordinasi lintas

al lain dari sisi penanggulangan

Sistem koordinasi juga

krisis kesehatan yang dapat

perlu mendapatkan porsi

kita lihat dan rasakan adalah

perhatian yang cukup,

penting sebagai bagian dari dasar

program maupun sektor

penggerakkan sumberdaya guna

terkait, tidak hanya pada

mengatasi segala permasalahan yang

saat dilakukannya upaya

timbul dari sebuah kejadian. Semakin

tanggap darurat, tetapi

cepat dan akurat informasi tersebut

juga pada saat pra dan

kita terima, semakin cepat dan tepat

pasca penanggulangan

pula respons yang kita berikan.

krisis kesehatan. Ke depan

Takkalah pentingnya SOP penggerakan

diharapkan akan semakin

Tim Evakuasi Korban Sebelum Berangkat Kelokasi berubah dengan semakin seringnya Jatuhnya Pesawat Sukhoi sistem koordinasi baik di

sumber daya yang akan selalu dapat

sering dilakukan pengujian

SOP tersebut diuji baik melalui simulasi

internal PPKK, lintas program

maupun kenyataan dilapangan. Tidak maupun lintas sektor melalui kegiatan table top dan lain sebagainya guna ada SOP yang statis, SOP akan selalu

meningkatkan kualitas dari sistem koordinasi itu sendiri.

berubah seiring adanya evaluasi dan perbaikan yang dilakukan setelah SOP tersebut teruji.

Teknis proteksi diri petugas medis dan petugas evakuasi juga perlu dikaji kembali karena petugas yang menjadi ujung tombak jalannya operasi pencarian dan evakuasi merupakan kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi terkontaminasi bakteri, virus, dan kontaminan lain yang dapat berasal dari korban, baik korban hidup maupun korban meninggal. Kelompok tersebut harus diberikan pengetahuan, kemampuan, dan alat proteksi yang memadai sehingga dapat meminimalisasi risiko yang mereka terima.

Rapat Koordinasi Antara Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dengan Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri

SOSOK InfO KrISIS KESEhATAn

“Saya sendiri dalam bekerja tidak punya keinginan apa-apa, tapi mengalir begitu saja layaknya air, filosofi yang orang tua berikan saya maknai betul, sehingga aplikasinya bagi saya adalah melaksanakan setiap pekerjaan dengan sungguh- sungguh dan penuh tanggung jawab disertai dengan keikhlasan.”

kedua orang tua mengajarkan dalam berkehidupan harus berjuang untuk mewujudkan suatu keinginan dengan apa yang dimilikinya, apapun hasilnya dari perjuangan itu saya harus ikhlas menerimanya.

Dalam bekerja , saya tidak punya keinginan apa-apa, tapi mengalir begitu saja layaknya air, filosofi hidup yang orang tua berikan saya maknai betul, sehingga aplikasinya bagi saya adalah melaksanakan setiap pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab disertai dengan keikhlasan, itulah makna dari perjuangan.

Hidup sebagai seorang dokter tidak membuat saya berbeda dengan orang lain, yang membedakan hanya kebetulan saya diberikan kelebihan sehingga bisa membantu masyarakat untuk sembuh dari sakitnya.

Dalam menjalani hidup, terus terang saya tidak punya apa-apa, semua yang saya miliki merupakan pemberian dari orang tua. Mereka selalu wanti-wanti ( berpesan ), bila saya perlu sesuatu mintalah pada orang tua. Jadi tidaklah salah bila ada sebagian orang menilai saya sebagai anak manja.

Mereka tidak ingin saya menjadi orang yang tidak memiliki “derajat”.

Banyak orang yang memiliki jabatan tinggi dalam pemerintahan, karena sikap dan perilakunya tidak terpuji, memanfaatkan jabatan untuk memuaskan nafsunya sehingga tergelincir, bermasalah dengan hukum. Akibat dari perbuatannya itu akhirnya dicemooh oleh masyarakat. Beranjak dari hal itulah, kedua orang tua saya mendorong anaknya untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Saya mensyukuri betul apa yang sudah Allah berikan sehingga bisa menjadi seperti saat ini, ujar dari suami ibu Ulfainun Maysaroh.

Perjalan karir saya dimulai dari Kepala Puskesmas Sine di Kabupaten Ngawi tahun 1983 - 1987, kemudian tahun 1987 – 1991 di Puskesmas Ngawi, tahun 1991 - 1999 dipercaya sebagai Kasie Pemulihan dan Yankes Dasar, kemudian tahun 1999 ditetapkan sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.

Saat reformasi bergulir pada tahun 1999, masyarakat Kabupaten Ngawi melalui perangkat legislatif, mencari putra daerah untuk diusung menjadi Bupati periode 1999 - 2004, saya termasuk calon yang akan diusulkan.

Namun karena jabatan tersebut bukan merupakan pilihan, maka tawaran tersebut saya tolak secara halus dengan

dr. Harsono, sewaktu menjadi Bupati dalam kesempatan program predator alami dengan melepas burung hantu untuk membasmi hama tikus

“Berhenti Jadi Bupati, Bukan Berarti Berhenti Mengabdi “

Wawancara Khusus dengan dr. Harsono Mantan Bupati Ngawi (1999 – 2004 dan 2005 – 2010)

oleh: Dodi Iriyanto

M asyarakat Kabupaten Ngawi

tahu betul dengan sosok laki-laki yang bernama dr.

Harsono, karena selama 10 tahun, sejak tahun 1999 – 2004 dan 2005 – 2010 dipercaya memimpin Kabupaten Ngawi menjadi seorang Bupati. Ada hal yang menarik bisa diungkapkan dari seorang dr. Harsono, dimulai dari perjalanan karirnya sebagai seorang dokter disebuah Puskesmas sampai menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. Kemudian seiring dengan perjalan waktu, kehidupannya mengalir seperti air sampai akhirnya beliau berhasil mencapai puncak karier pengabdian sebagai Bupati dengan masa bhakti dua periode. Setelah beliau menyelesaikan masa bakti, anak pertama beliau Oni Anwar Harsono, terpilih menjadi Wakil Bupati Ngawi untuk perionde 2011 – 2016. Untuk mengetahui lebih dekat dengan beliau, staf Buletin Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan menuliskan kisahnya secara singkat, berikut petikannya :

Dapatkah diceritakan secara sekilas perjalanan karir Bapak ?

Saya terlahir sebagai anak tunggal dari orang tua yang bermata pencaharian sebagai pedagang di Ngawi, dengan status tersebut tidak berarti saya menjadi anak yang dimanja, sebaliknya

InfO KrISIS KESEhATAn

alasan ingin berkonsentrasi menempuh pendidikan jenjang S2 di FKM di Universitas Gajah Mada.

Tawaran untuk menjadi Bupati berhasil saya hindari, dan selama satu Semester masa perkuliahan, saya sangat menikmati betul menjadi mahasiswa. Teman-teman kuliah banyak yang seprofesi dan tidak sedikit menjabat Kepala Dinas Kesehatan di daerahnya masing-masing, kondisi ini bagi saya merupakan suatu kemudahan dalam berinteraksi dan bertukar pengalaman, sehingga semakin memperkaya pengetahuan untuk melengkapi tugas sebagai Kepala Dinas Kabupaten Ngawi.

Dalam mengarungi hidup dan berkehidupan manusia boleh berencana tetapi hasil akhir Tuhan yang menentukan. Selama masa perkuliahan pada Semester I, Tuhan merubah pilihan hidup saya. Tawaran menjadi Bupati yang sebelumnya saya tolak, akhirnya saya terima. ( beliau berhenti berbicara kemudian tertawa), sambil menahan tawanya.

Selama proses pembelajaran saya menghadapi kesulitan, karena tidak mampu untuk mengikuti mata kuliah Statistik, bukan karena dosennya yang “killer”, tapi karena saya tidak mampu, yang ada dalam pikiran saya waktu itu adalah menghindar alias berhenti kuliah (droup out). “Menjadi Bupati tidak sesulit mengerjakan tugas statistik”, akhirnya saya memutuskan menerima pinangan menjadi Bupati yang diusung partai Golkar,PDIP,PKS dan PKB”, demikian yang dikisahkan.

Sebagaimana kita ketahui banyak Bupati yang tersangkut masalah korupsi, karena adanya politik balas budi kepada partai politik pendukungnya, bagaimana dengan bapak?

Saya menjadi Bupati tidak mengeluarkan uang sepeserpun, dan bukan berarti berkompromi dengan partai-partai politik yang mengusung saya. Selama menjabat sebagai Bupati,

kebijakan dibuat tujuannya adalah untuk mensejahterakan rakyat, namun bila dalam pelaksanaan kebijakan tersebut dari unsur legislatif banyak melakukan intervensi, maka saya lawan dengan ancaman mengundurkan diri. Ancaman ini bukan gertak sambal tapi betul-betul akan saya lakukan. Saya berani bersikap tegas karena rakyat yagn memilih saya bukan DPRD.

Sebagai bupati yang berprofesi seorang dokter adakah pengaruhnya terhadap pembangunan Kabupaten Ngawi sewaktu bapak pimpin, khususnya di bidang Kesehatan ?

Di awal masa tugas, masyarakat masih menganggap saya sebagai seorang dokter bukan seorang Bupati. Selama kurun waktu dua tahun, masih banyak pasien-pasien saya datang berobat ke kantor. Kedatangan mereka tidak bisa saya tolak, di dalam ruang kantor Bupati saya menerima pasien. Tidak saja pasien umum yang datang tetapi juga pegawai Pemda Kabupaten Ngawi yang sebelumnya sudah menjadi pasien saya, beliau menceritakan kisahnya diiringi tawa lepas.

Terkait dengan kapasitas saya sebagai dokter, “saya percaya betul dengan teman-teman di jajaran kesehatan, mereka punya kemampuan untuk merencanakan program pembangunan kesehatan dan melaksanakannya dengan baik”. Oleh karena itu fokus pembangunan di Kabupaten Ngawi saya arahkan pada sektor pertanian dan perekonomian rakyat. Buah dari kepercayaan itu terbayar dengan penghargaan di bidang kesehatan pada tahun 2005 dan 2007, Kabupaten Ngawi menerima Anugrah Ksatria Bhakti Husada dari Kementerian Kesehatan.

Terkait dengan kesiapsiagaan penanggulangan bencana, Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi telah memiliki Brigade Siaga Bencana (BSB) Siaga 24 Jam tesebar di 24 Puskesmas, telah memiliki BLC, mendapat pelatihan pertolongan di perairan ( water rescue ) dan pelatihan bencana.

Hanya ada satu hal penyesalan yang masih tertanam dalam hati, saya merasa sangat berdosa sekali ketika terjadi bencana banjir di Kabupaten Ngawi pada tahun 2007, 76 desa terendam banjir, 22 rumah hanyut, 113 rumah roboh, 1.256 rumah rusak berat, 1.555 rumah rusak ringan dan 20.784 rumah terendam banjir dengan kerugian ditaksir mencapai 100 milyar rupiah.Tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk membantu masyarakat. Ketika itu, banyak fasilitas umum termasuk fasilitas kesehatan yang mengalami kelumpuhan, sehingga masyarakat tidak bisa memperoleh pelayanan

sebagaimana mestinya.

Kabupaten Ngawi termasuk daerah yang rawan bencana banjir. Sejujurnya Pemerintah daerah dan saya khususnya sebagai Bupati pada waktu itu, tidak memiliki kemampuan dalam upaya kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir. Akibatnya adalah penanganan bencana banjir pada masa tanggap darurat amburadul. Sistim informasi tidak berjalan sebagaimana diharapkan, banyak logistik yang tidak dapat disalurkan karena koordinasi antar lembaga sangat lemah. Hal itu saya sadari setelah memperoleh pengetahuan tentang manajemen bencana, dengan bekerja kembali di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur membantu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Jawa Timur.

Apakah Bapak sebagai mantan Bupati tidak merasa malu ketika memutuskan untuk bekerja kembali di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai staf biasa yang ditempatkan di PK Regional Provinsi Jawa Timur ?

Saya sampaikan kembali, bahwa bagi saya bekerja itu adalah suatu pengabdian dan kebetulan saya adalah

InfO KrISIS KESEhATAn

seorang dokter, sehingga saya bisa memahami tentang makna pengabdian itu. Apa yang sudah ditanamkan orang tua saya tentang hidup adalah bagaimana kita bisa melaksanakan setiap pekerjaan dengan sungguh- sungguh, bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan ikhlas. Dan bekerja di daerah bencana antara harapan dengan kenyataan terkadang berbeda sehingga ketika kita memutuskan ikut dalam Tim yang bertugas di daerah bencana jangan pernah mengharapkan apa-apa tapi kita harus ikhlas untuk menerima kondisi apa adanya, siap mengorbankan waktu untuk orang lain , bahkan materi. Oleh karena itu bekerja di daerah bencana harus atas kemauan diri sendiri tidak boleh dipaksa. Jadi keputusan saya untuk mengabdi kembali setelah usai menjabat sebagai Bupati bukanlah hal yang memalukan, bahkan dengan posisi sebagai mantan Bupati bisa saya manfaatkan untuk advokasi ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam hal pengetahuan penanggulangan krisis kesehatan, hitung-hitung untuk menghapus dosa ketika menjadi Bupati tidak bisa berbuat lebih baik menolong masyarakat yang terkenan bencana banjir.

Dan selama hampir dua tahun saya mengabdikan diri di Regional PK Provinsi Jawa Timur saya melihat, upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan krisis kesehatan masih perlu ditingkatkan, bahwa dengan terbentuknya BPBD memberikan harapan untuk memperbaiki tingkat pemahaman kita tentang ilmu kebencanaan tidak saja di jajaran pemerintah tetapi juga keterlibatan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

Harapan saya dengan terbentuknya BNPB dan Regional PK Provinsi Jawa Timur bisa membangun jejaring koordinasi dan kerjasama yang baik, dan saling melengkapi, karena Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

diwilayahnya sudah terbentuk BPBD sulit memperoleh alokasi khusus dari APBD untuk upaya penanggulangan krisis kesehatan, baik pada masa pra, saat maupun paska. Karena penanggulangan krisis kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi juga menjadi tanggung jawab lintas sektor dan lintas program, maka Kementerian Kesehatan, BNPB maupun BPBD bisa memfasilitasi kebutuhan Dinas Kesehatan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan, baik dalam peningkatan kapasitas petugas terlatih, pembuatan rencana kontijensi dan kegiatan lainnya.

Pengalaman pertama bapak terlibat langsung bersama Regional PK Provinsi Jawa Timur dalam masa tanggap darurat bencana ?

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kalau pengalaman menghadapi musibah bencana saya sudah pernah ketika Kabupaten Ngawi tahun 2007 dilanda banjir, namun untuk pengalaman bersama PK Regional Jawa Timur, pada tahun 2010 saya ikut terlibat dalam kegiatan siaga darurat Gunung Bromo di Kababupaten Probolinggo kemudian

Gunung Ijen di Kabupaten Bondowoso dan yang lebih mengesankan adalah ketika ikut dalam kegiatan Tanggap Darurat Gunung Merapi di Provinsi DIY. Selama bertugas 3 minggu di tiga lokasi yaitu : Cangkringan, Mukir Sari dan Stadion Maguwoharjo. Saat itu awan panas masih menjadi ancaman tidak saja bagi para pengungsi tapi juga relawan maupun tim kesehatan yang membantu pelayanan kesehatan pengungsi. Yang sangat dramatis adalah ketika awan panas turun menyebabkan beberapa bagian atap tenda inflatabel PK Regional hangus terkena pasir panas, sementara Tim Kesehatan sudah menyelamatkan diri.

Dari pengalaman itu, saya banyak memperoleh pengalaman baru bersama teman-teman di PK Regional jawa Timur yang sudah tebih dulu berkecimpung di dunia bencana, dan selama ini komunikasi saya dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi maupun drg. MVS Mahanani cukup baik, tidak ada batas atau rasa sungkan, sebaliknya sebagai staf beliau saya juga harus manut apa yang diperintahkan.

InfO KrISIS KESEhATAn

rAGAm InfO

Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pemantauan dan Informasi di PPK Regional/Sub Regional

Oleh: Dr. Ina Agustina Isturini, MKM

ata dan Informasi adalah faktor terpenting dalam

tidak terkecuali dalam upaya penanggulangan krisis D No PPK Reg/ Rentang Jumlah Rata-rata Sub Reg Tenaga Jumlah Tenaga

Tabel 1

pengambilan keputusan sebagai unsur dalam

Jumlah Tenaga Pengelol Pemantauan dan Informasi

menentukan kebijakan strategis dan operasional,

kesehatan di Indonesia Dalam upaya penanggulangan

1 9 PPK Regional

5 – 28 orang

14 orang

krisis kesehatan sangat diperlukan data dan informasi

pada saat Pra Bencana, Tanggap Darurat dan Pasca 8 orang Bencana.

2 2 PPK Sub Regional

6 – 10 orang

Latar belakang pendidikan tenaga pengelola pemantauan dan Pada tahun 2006-2007 telah dibentuk 9 PPK Regional

informasi di PPK Regional bervariasi dari SMA hingga S3. Tingkat dan 2 PPK Sub Regional yang bertujuan untuk

pendidikan terbanyak yaitu SMA (38%) dan S1 (32%). Sedangkan mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan

latar belakang pendidikan di PPK Sub Regional dari SMA hingga pelayanan kesehatan dalam penanggulangan krisis

S2, dengan proporsi terbesar yaitu S1 (44%) dan SMA (31%). Untuk kesehatan. Sesuai Kepmenkes No. 783 tahun 2006, salah

jelasnya dapat dilihat pada grafik 1 dan 2.

satu tugas PPK Regional dan Sub Regional tersebut yaitu untuk menyediakan informasi kesiapsiagaan (termasuk

Grafik 1

analisis risiko dan peta rawan bencana di wilayah

Proporsi Latar Belakang Pendidikan

regionalnya) dan upaya penanggulangan krisis kesehatan

Tenaga Pengelola Pemantauan dan Informasi di PPK Regional/

serta ikut membantu melakukan pemantauan pada saat

Sub Regional

dan pasca bencana. Namun hingga saat ini, PPK Regional maupun Sub Regional belum melaksanakan fungsinya tersebut dengan optimal. Untuk itu PPK Regional dan Sub Regional perlu diperkuat peranannya dalam upaya pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan sehingga informasi yang dihasilkan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana dapat lebih cepat, tepat dan akurat.

Salah satu upaya untuk meningkatkan peranan PPK Regional/sub regional yaitu dengan melakukan

Grafik 2

monitoring dan evaluasi secara langsung oleh pusat untuk melihat kendala-kendala kegiatan pemantauan

Jumlah Tenaga di PPK Regional/Sub Regional Berdasarkan

dan informasi di lapangan serta menentukan

Latar Belakang Pendidikan

rekomendasi langkah-langkah strategis dalam rangka peningkatan kualitas pemantauan dan informasi oleh PPK Regional/Sub Regional.

Hasil dari monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

Jumlah tenaga yang mengelola PPK Regional bervariasi dengan rentang 5 orang hingga 28 orang dan rata-rata 14 orang. Sedangkan PPK Sub Regional jumlah rata-rata tenaga pengelola lebih sedikit yaitu

Lebih dari separuh tenaga pengelola pemantauan dan informasi

8 orang. PPK Regional/Sub Regional merupakan PNS, sebagaimana grafik berikut ini.

InfO KrISIS KESEhATAn

3. Kepemilikan Sarana Informasi yang Status Kepegawaian Tenaga di PPK Regional/Sub Regional

Grafik 3

Rusak/Hilang

Sejak tahun 2007, PPK Regional/Sub Regional telah dilengkapi sarana informasi berupa antara lain HT, HP Satelit, Radio Komunikasi, Komputer, Laptop, Printer, TV, Tsunami Early Warning System dan sebagainya. Kelengkapan sarana informasi tersebut tidak selalu sama tiap PPK Regional/Sub Regional.

Sejumlah sarana informasi mengalami kerusakan berat yaitu printer, radkom, PC, laptop dan TEWS. Beberapa di antaranya mengalami rusak ringan yaitu HT, handycam, camera digital dan CPU. Selain itu juga terdapat sarana informasi yang hilang yaitu printer dan laptop. Rincian

2. Kepemilikan Pos Informasi 24 Jam

wilayah PPK Regional yang memiliki sarana informasi yang rusak yaitu di tabel 2.

Sebanyak 4 PPK Regional telah memiliki Pos Informasi

24 jam yang rutin ada baik saat bencana maupun tidak,

Tabel 2

yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan. Sedangkan 4 PPK Regional lainnya hanya

Kepemilikan Sarana Informasi yang Rusak/Hilang

mengaktifkan Pos Informasi 24 jam pada saat kondisi tanggap darurat. Selain itu terdapat 1 PPK Regional yang belum

Kepemilikan Sarana Informasi

memiliki Pos Informasi yaitu PPK Regional Bali. Hal ini dapat

Nama PPK Reg/

No

dilihat pada grafik 4.

Sub Reg

Rusak

Rusak Hilang

Berat

Ringan

√ - Kepemilikan Pos Informasi 24 Jam

3 DKI Jakarta

Sejak tahun 2007, PPK Regional/Sub Regional telah

11 Sumbar

dilengkapi sarana informasi berupa antara lain HT, HP Satelit, Radio Komunikasi, Komputer, Laptop, Printer, TV, Tsunami Early Warning System dan sebagainya. Kelengkapan sarana informasi tersebut tidak selalu sama tiap PPK Regional/Sub

4. Kepemilikan Email Khusus PPK Regional/Sub

Regional.

Regional

Sejumlah sarana informasi mengalami kerusakan berat yaitu Sebagian besar PPK Regional telah memiliki email printer, radkom, PC, laptop dan TEWS. Beberapa di antaranya khusus atas nama PPK Regional yaitu Sumatera mengalami rusak ringan yaitu HT, handycam, camera digital Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan CPU. Selain itu juga terdapat sarana informasi yang Sulawesi Selatan dan Bali. Di samping itu seluruh PPK hilang yaitu printer dan laptop. Rincian wilayah PPK Regional Sub Regional telah memiliki email khusus. Jelasnya yang memiliki sarana informasi yang rusak yaitu di tabel 2.

dapat dilihat pada grafik 5.

InfO KrISIS KESEhATAn

Grafik 5 Grafik 7 Kepemilikan Email Khusus PPK Regional/Sub Regional

Kepemilikan Data Pra Bencana

5. Kepemilikan Media Penyebarluasan Informasi

Sebagian besar PPK Regional telah melakukan pemantauan Sebagian besar PPK Regional dan seluruh PPK Sub Regional

kejadian krisis kesehatan di seluruh wilayah regionalnya. memanfaatkan media penyebarluasan milik Dinkes Provinsi

Terdapat 2 PPK Regional yang hanya memantau kejadian di Pusat Regional saja yaitu Sumatera Selatan dan Sulawesi

sebagai media penyebarluasan informasi, seperti leaflet, Utara. Sedangkan Sumatera Utara melakukan pemantauan brosur, banner, poster maupun buku. Terdapat 2 PPK

di sebagian wilayah regionalnya. Sebagai catatan, dalam Regional yang memiliki media penyebarluasan informasi

implementasi di lapangan Provinsi Bengkulu masih khusus yaitu Jawa Timur (website ppkregjatim.dinkes.

dianggap sebagai bagian dari PPK Regional Sumatera jatimprov.go.id) dan Jawa Tengah (blog ppkkr_semarang).

Selatan. Padahal dalam Kepmenkes 1228 tahun 2007 telah Jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.

dinyatakan bahwa Provinsi tersebut merupakan anggota dari PPK Sub Regional Sumatera Barat yang merupakan bagian dari PPK Regional Sumatera Utara.

Grafik 6 Kepemilikan Media Penyebarluasan Informasi

Meskipun sebanyak 6 PPK Regional telah melakukan pemantauan di seluruh wilayah regionalnya, namun hanya

3 di antaranya yang melakukan pencatatan kejadian krisis kesehatan tersebut dalam bentuk tabel bencana yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Sedangkan 3 PPK Regional lainnya yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan hanya melakukan pencatatan kejadian di Pusat Regional atau sebagian wilayah regionalnya saja.

Grafik 8 Pendataan Kejadian Krisis Kesehatan di PPK Regional

6. Pendataan dan Pelaporan

6.1 PPK REGIONAL Sebanyak 7 PPK Regional telah melakukan pendataan

kesiapsiagaan wilayah regionalnya walau belum seluruh wilayah regional. Sebagian besar baru memiliki data kesiapsiagaan pusat regionalnya saja. Sebanyak 2 PPK Regional belum melakukan pendataan kesiapsiagaan yaitu Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Terkait kepemilikan peta rawan bencana, terdapat 1 PPK Regional yang sama sekali

Seluruh PPK Regional telah menggunakan format pelaporan yang terdapat dalam Kepmenkes No. 064 tahun 2006

belum memiliki peta rawan bencana wilayahnya, yaitu tentang Sistem Informasi PKAB. Sebanyak 8 PPK Regional Bali. Sedangkan 2 PPK Regional yaitu Jawa Tengah dan

selalu melaporkan kejadian krisis kesehatan ke PK baik Kalimantan Selatan telah memiliki peta rawan bencana di

itu laporan awal maupun perkembangan. Hanya 1 PPK seluruh wilayah regionalnya. Jelasnya dapat dilihat pada

Regional saja yang kadang-kadang melaporkan yaitu grafik 7.

Sulawesi Utara.

InfO KrISIS KESEhATAn

Grafik 9

Grafik 11

Pelaporan Kejadian Krisis Kesehatan di PPK Regional Pelaporan Kejadian Krisis Kesehatan di PPK Sub Regional

Kesimpulan dari kegiatan monitoring dan evaluasi

6.2 PPK SUB REGIONAL

kegiatan pemantauan dan informasi di ppk regional/sub

Seluruh PPK Sub Regional baru memiliki peta rawan

regional :

bencana di sebagian wilayah sub regionalnya. Untuk data

1. Sistem pelaporan PPK Regional/sub Regional belum kesiapsiagaan, hanya Sumatera Barat yang telah memiliki

ditetapkan dalam Sistem Informasi PKKAB yang berlaku. data tersebut untuk seluruh wilayah kerjanya. Seluruh

Selain itu belum ada biaya khusus untuk sistem informasi PPK Sub Regional telah melakukan pemantauan di seluruh

di PPK Regional/Sub Regional. Sehingga terjadi beberapa wilayah kerjanya, namun hanya Papua yang telah mencatat

masalah dalam implementasi, seperti : kejadian krisis kesehatan di wilayahnya dalam bentuk tabel

a. Tidak ada PPK Regional yang telah mendata bencana. Untuk jelasnya dapat dilihat di grafik 10.

kesiapsiagaan di seluruh wilayah kerjanya dan hanya

2 PPK Regional yang memiliki peta rawan bencana di

Grafik 10

seluruh wilayahnya.

Pendataan Pra Bencana serta Kejadian Krisis Kesehatan di

b. Baru sebagian kecil yang telah melakukan pencatatan

PPK Sub Regional

kejadian krisis kesehatan di seluruh wilayah kerjanya.

c. Provinsi anggota maupun PPK Sub Regional tidak otomatis melaporkan kejadian krisis kesehatan pada PPK Regional tempat mereka bernaung.

2. Sarana komunikasi yang ada masih belum memadai. Belum ada jaringan telpon dan faksimili di sejumlah PPK Regional. Selain itu beberapa sarana komunikasi di PPK Regional/ Sub Regional mengalami kerusakan berat maupun ringan

3. Posisi Bengkulu dalam Kepmenkes No. 783/2006 merupakan bagian dari PPK Regional Sumatera Selatan. Kemudian dalam Kepmenkes No. 1227/2007, Bengkulu ditetapkan sebagai bagian dari PPK Sub Regional Sumatera Barat yang merupakan bagian dari PPK Regional Sumatera Utara. Dalam

Seluruh PPK Sub Regional selalu melaporkan kejadian krisis Kepmenkes terbaru tersebut tidak ditegaskan apakah posisi kesehatan baik awal maupun perkembangan pada PK

Bengkulu berubah dari Sumsel menjadi Sumut. Hal ini Kemenkes. Namun mereka hanya kadang-kadang saja

menimbulkan kerancuan dalam implementasi pelaksanaan melaporkannya pada PPK Regional mereka. Hal ini terlihat pada

pemantauan dan informasi di lapangan. Karena posisi Grafik 11

Bengkulu menjadi berada dalam 2 PPK Regional.

Rekomendasi Rencana Tindak Lanjut

a. Agar ditetapkan posisi PPK Regional dan Sub Regional dalam sistem informasi PKKAB

b. Agar dilakukan pemantauan kondisi sarana komunikasi secara berkala dan dilakukan pemeliharaan.

c. Agar disediakan biaya khusus terkait pemantauan dan informasi.

d. Agar ditetapkan secara tegas posisi bahwa sejak ditetapkannya Provinsi Bengkulu sebagai bagian dari PPK Sub Regional Sumbar maka otomatis Provinsi tersebut menjadi

Monev Pemantauan dan Informasi di PK Sub Regional Papua bagian dari PPK Regional Sumatera Utara.

InfO KrISIS KESEhATAn

rAGAm InfO

Ke Daerah Bencana bisa bikin badan

langsing ?

oleh: Dodi Iriyanto

Tim Kesehatan Kementerian Kesehatan bersama TNI memindahkan jenazah korban Shukoi SJ 100 di Posko Pasir Pogor, Cijeruk, Bogor ke pesawat Helikopter untuk di evakuasi ke Jakarta. (dok.PPKK-Kemkes)

agi petugas kesehatan yang biasa

dapat diwujudkan menyebabkan bertugas di daerah bencana,

dapat mengakibatkan berkurangnya

B berat ideal akan sangat mempengaruhi penelitian. Akan tetapi dari kisah 4. Pola makan yang tidak teratur

berkurangnya nafsu makan. memiliki berat badan melebihi

berat badan. Pernyataan ini masih

memerlukan pembuktian melalui

gerak tubuh, ketika beraktifitas

sebagai akibat tuntutan tugas dan pada kegiatan yang membutuhkan

yang dituturkan oleh Tim Pusat

tidak adanya pilihan jenis makanan kekuatan dan ketahanan fisik. karena

Penanggulangan Krisis Kesehatan yang

yang memenuhi menu sehat dapat kondisi di daerah bencana banyak

kerap bertugas ke daerah bencana,

menyebabkan berkurangnya keterbatasan, misalnya akibat

pernyataan di atas ada benarnya.

asupan gizi. terputusnya jalur transportasi sehingga

Lalu faktor-faktor apa saja yang menjadi

5. Kondisi cuaca panas bila tidak minimnya ketersediaan air dan listrik,

sulit memperoleh sarana angkutan,

penyebab menurunnya berat badan itu.

Inilah penyebab :

diimbangi dengan asupan air yang mencukupi dapat menyebabkan

rusaknya infrastruktur ekonomi

kekurangan cairan menyebabkan masyarakat dan instalasi kesehatan

1. Aktifitas kerja fisik dan fikiran

dehidrasi, dan dapat menyebabkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan

yang tidak mengenal waktu,

sakit yang pada akhirnya dengan bencana, sebagai contoh saat

dimulai pukul 08.00 sampai

berpengaruh pada berat badan. kejadian banjir bandang di Wasior yang

larut malam diakhiri dengan

kegiatan koordinasi dan evaluasi,

merusakkan infrastruktur pelayanan

6. Kondisi lingkungan yang rusak masyarakat seperti kantor pemerintah,

menyiapkan laporan kegiatan

dan tidak sehat, akibat bencana pasar, Puskesmas sangat menyulitkan

harian, yang dilakukan secara

memunculkan ancaman terjangkit petugas kesehatan yang bertugas untuk

berulang-ulang selama masa

penyakit yang dapat menyebabkan memberikan pelayanan kesehatan.

penugasan menyebabkan

berkurangnya berat badan, Pemulihan pelayanan Puskesmas yang

kelelahan fisik dan berakibat

contohnya diare. terkubur lumpur menuntut tenaga

berkurangnya nafsu makan.

Apa yang tertulis di atas merupakan fisik untuk membersihkan Puskesmas

kesehatan bekerja ekstra keras secara

2. Tuntutan tugas yang

rangkuman dari cerita pengalaman dengan peralatan tradisonal, begitu juga

membutuhkan kecepatan dan

yang disampaikan oleh teman-teman kondisi udara yang cukup panas serta

ketepatan yang tidak diimbangi

tim kesehatan, dan selalu berulang ketersediaan bahan pangan sangat sulit

dengan ketersediaan sarana, bisa

ketika mendapat penugasan kembali. didapat, menuntut ketahanan fisik yang

menyebabkan seseorang berada

Bagi siapa saja yang punya keinginan prima.

dalam tekanan secara kejiwaan

sehingga menyebabkan stress

untuk membuktikannya bisa ikut terlibat

dalam kegiatan penanggulangan krisis Kondisi tersebut, banyak dijumpai

dan depresi. Keadaan ini dapat

kesehatan di daerah bencana. Anjuran pada daerah yang mengalami bencana

berakibat berkurangnya nafsu

dari penulis sebaiknya dihindari dan menjadi tantangan tersendiri bagi

makan dan tidak jarang diikuti

terjadinya penurunan berat badan siapapun untuk bisa beradaptasi dalam

dengan diare.

secara tidak wajar, antisipasi dan keterbatasan, tanpa mengurangi tugas

kesiapan diperlukan bagi siapa saja dan tanggung jawab yang diembannya.

3. Penugasan ke daerah bencana

yang terlalu lama, menyebabkan

yang akan bertugas ke daerah bencana,

semoga bermanfaat. Dampak bencana sebagaimana

seseorang merindukan kampung

halamannya ( homesickness ).

tersebut di atas secara tidak langsung

Akumulasi rasa rindu yang tidak

InfO KrISIS KESEhATAn

N amun di balik keindahan Gunung

Salak ini sering terjadinya kecelakaan pesawat yang

berujung maut. Beberapa kejadian kecelakaan pesawat

yang terjadi di sekitar Gunung Salak antara lain:

1. Helikopter Sikorsky S-38 jenis Twinpac dengan nomor H-3408 milik TNI Angkatan Udara jatuh di pangkalan udara militer Atang Sanjaya Bogor yang terletak di kaki Gunugn Salak pada tanggal

29 Oktober 2003. Kecelakaan ini menyebabkan tujuh anggota TNU AU meninggal dunia.

2. Pesawat Cessna 185 Skywagon jatuh di Danau Lido Cijeruk, Bogor pada tanggal 20 Juni 2004.

3. Pesawat Cassa TNI AU A212-200 jatuh di kawasan Gunung Salak Bogor pada tanggal 26 Juni 2008 yang menyebabkan 18 penungpang tewas.

4. Pesawat latih jenis Sundowner jatuh di daerah Tenjo, Bogor pada tanggal

30 April 2009

5. Heli Puma milik TNI AU jatuh dikawasan Lanud Atang Senjaya. Dalam kecelakaan ini menyebabkan

2 orang tewas dan 5 orang mengalami luka-luka.