PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP YPAK PTPN III GUNUNG PARA T.A 2016/2017.

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP YPAK
PTPN III GUNUNG PARA T.A 2016/2017

Oleh :
Chenly Kasandra Malau
NIM. 4123111011
Program Studi Pendidikan matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i


iii

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP YPAK
PTPN III GUNUNG PARA T.A 2016/2017
Chenly Kasandra Malau (NIM. 4123111011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa di kelas VII SMP YPAK PTPN III Gunung
Para setelah diterapkan metode Penemuan Terbimbing dan bagaimana aktivitas
belajar siswa di kelas VII SMP YPAK PTPN III Gunung Para T.A 2016/2017
ketika diterapkan metode Penemuan Terbimbing. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII-A SMP YPAK PTPN III Gunung Para tahun ajaran 2016/2017 yang
berjumlah 30 orang. Objek dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada materi himpunan di kelas
VII-A SMP SMP YPAK PTPN III Gunung Para tahun ajaran 2016/2017. Data
diperoleh dari tes pemahaman konsep matematika siswa pada akhir setiap siklus

dan lembar observasi untuk setiap kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan Pemahaman konsep matematika siswa mengalami
peningkatan. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pemahaman konsep matematika
siswa pada tes diagnostik yaitu 58,37 dengan tingkat pemahaman rendah. Secara
klasikal dari 30 siswa hanya 5 siswa (16,67%) yang mencapai peningkatan
kemampuan pemahaman konsep (mencapai nilai ≥ 75). Setelah pelaksanaan
tindakan pada siklus I, nilai rata-rata pemahaman konsep matematika siswa
meningkat menjadi 67,07 dengan tingkat pemahaman sedang dan jumlah siswa
yang mencapai peningkatan sebanyak 12 siswa (40%). Selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus II, nilai rata-rata pemahaman konsep
matematika siswa meningkat menjadi 80,93 dengan tingkat pemahaman tinggi
dan sebanyak 26 siswa (86,67%) mencapai peningkatan, serta telah mencapai
indikator keberhasilan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa metode Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa pada materi himpunan di kelas VII-A SMP
YPAK PTPN III Gunung Para.
Kata Kunci : Kemampuan Pemahaman Konsep, Metode Penemuan Terbimbing,
Himpunan

iv


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga penelitian ini
dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul
“Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa di Kelas VII SMP YPAK
PTPN III Gunung Para T.A 2016/2017”. Adapun skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau
telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran kepada penulis
sejak awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D., Prof. Dr. Mukhtar,
M.Pd., Dr. Abil Mansyur, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran-saran mulai dalam perbaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Dr. Syafari, M.Pd selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku
ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis dalam
pengumpulan berkas-berkas untuk wisuda.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Sucipto, S.Pd

selaku kepala sekolah SMP YPAK PTPN III Gunung Para serta Ibu Dewi
Sundari, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf administrasi

v

yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama
melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis kepada Bapak Paian Malau dan

Mamak Desmani Sidauruk, orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing,
memberi kasih sayang, memberikan dorongan moril maupun materil dan selalu
mendoakan penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai. Terima
kasih juga untuk adik penulis Yosefha, Juan, dan Donna yang telah memberikan
doa dan motivasi kepada penulis, serta keluarga yang terus memberikan dukungan
kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih teristimewa kepada Yuli
Handita R. Sidauruk dan Indah Hartaty Tamba yang selalu rela direpotkan dan tak
henti memberikan motivasi serta menguatkan penulis untuk tetap semangat dalam
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk
Pasukan 96 (Hakimtan, Richard, Albinur, Amri, Hendrikson, Arifin dll) yang
menemani dan membantu penulis selama perkuliahan, teman-teman seperjuangan
di DIK A Matematika 2012 yang telah menjadi orang pilihan dalam berbagi dan
memberikan pelajaran berharga selama 4 tahun ini terkhusus kakak Itok yang jadi
temen duet paling ideal, Mariani, trio bebeh (Veronica, Olyvia, Elisa), Juniar,
Levana, Eka, Sanfriska, Cinde, Noviryanti dan keluarga besar edak (Anggi, Lolek,
kakak Dara, Dwiayu, Armi, Mila), ziah dan Nur Azhari, kepada Ridha dan Indri
yang paling sering menemani penulis untuk bertemu pembimbing dan menjadi
teman berbagi memperbaiki skripsi, teman seperjuangan semasa PPLT di SMPN
1 Perbaungan terkhusus Dani Ginting, Fathur Nasution, Wulandari, Rizky Siregar,

dan teman-teman lain yang tak bisa disebutkan satu-persatu, kepada penghuni satu
atap di Jln Taduan no. 96 (kak Dosri, Sarmeliana, Rotua, Rona, dan kak Yohana)
yang membuat suasana kos menjadi tempat pulang yang sangat nyaman. Ucapan
terima kasih yang terakhir penulis sampaikan kepada Ratlan Hutagalung yang tak
henti memberikan waktu, dukungan moril dan materil serta doa kepada penulis
sejak belum kuliah sampai penulis menyelesaikan perkuliahan saat ini. Semoga
berkat Tuhan semakin melimpah atasmu.

vi

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini.
Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan,
Penulis,

September 2016


Chenly Kasandra malau
NIM. 4123111011

vii

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii

iii
iv
vii
ix
x
xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pematasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional

1
10
10
10

10
11
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
13
2.1.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika
13
2.1.2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
17
2.1.3. Metode Pembelajaran
21
2.1.4. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) 22
2.1.4.1. Pengertian Metode Pembelajaran Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery)
22
2.1.4.2. Langkah-langkah Metode Penemuan Terbimbing
25
2.1.4.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan terbimbing 30

2.1.5. Materi Ajar Himpunan
32
2.2. Penelitian Relevan
38
2.3. Kerangka Konseptual
39
2.4. Hipotesis Tindakan
40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3. Subjek dan Objek Penelitian
3.4. Mekanisme dan rancangan Penelitian
3.5. Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
3.5.2. Observasi
3.6. Teknik Analisis Data

41
41

41
42
46
47
47
48

viii

3.6.1. Reduksi Data
3.6.2. Interpretasi Data
3.6.2.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematika
3.6.2.2. Analisis Data Observasi
3.7. Penarikan Kesimpulan

48
48
48
50
51

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
4.1.1. Permasalahan I
4.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah I (Perencanaan Tindakan I)
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
4.1.4 Observasi I
4.1. 4.1 Hasil Observasi Guru I
4.1. 4.2 Hasil Observasi Siswa I
4.1.5. Analisis Data Hasil Siklus I
4.1.5.1. Hasil Tes Pemahaman Konsep
4.1.5.2. Hasil Observasi aktivitas Siswa
4.1.6. Refleksi I
4.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II
4.2.1. Permasalahan II
4.2.2. Perencanaan Tindakan II
4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II
4.2.4. Observasi II
4.2.4.1. Hasil Observasi Guru II
4.2.4.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa II
4.2.5. Analisis Data Hasil Siklus II
4.2.5.1. Hasil Tes Pemahaman Konsep
4.2.6. Refleksi II
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.4. Rekap Tindakan

52
52
60
61
63
63
66
68
68
81
83
87
87
87
88
89
89
92
94
94
101
104
110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

119
120

DAFTAR PUSTAKA

121

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kesalahan Siswa Menyatakan Ulang Konsep
Gambar 1.2. Kesalahan Siswa Memberikan Contoh dari Konsep yang
Diberikan
Gambar 1.3. Kesalahan Siswa dalam Menyatakan Konsep dalam
Berbagai Bentuk Representasi Matematika
Gambar 1.4. Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal
Gambar 2.1. Interaksi Guru, Peserta Didik, dan Sumber Belajar
Gambar 2.2. Tahapan Pembelajaran Discovery Secara Umum
Gambar 2.3. Berbagai Jenis Penyajian Makanan
Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 4.1. Diagram Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa
pada Tes Diagnostik
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Menyatakan Ulang
Konsep Siklus I
Gambar 4.3 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Memberikan Contoh
dan Non Contoh Siklus I
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Menyajikan Konsep
dalam Berbagai Bentuk Representasi Matematis Siklus I
Gambar 4.5 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Mengaplikasikan
Konsep Dalam Pemecahan Masalah Siklus I
Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa pada TKPK I
Gambar 4.7 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Menyatakan Ulang
Konsep Siklus II
Gambar 4.8 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Memberikan Contoh
dan Non Contoh Siklus II
Gambar 4.9 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Menyajikan Konsep
dalam Berbagai Bentuk Representasi Matematis Siklus II
Gambar 4.10 Diagram Tingkat Pemahaman Siswa Mengaplikasikan
Konsep Dalam Pemecahan Masalah Siklus II
Gambar 4.11. Diagram Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Pada TKPK II
Gambar 4.12. Diagram Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa tiap Siklus
Gambar 4.13 . Diagram Tingkat Proses Pembelajaran Siswa
Gambar 4.14. Diagram Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Halaman
4
5
6
7
14
25
33
42
59
69
70
71
72
74
95
96
97
98
100
106
106
107

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.
Tabel 4.15.
Tabel 4.16.
Tabel 4.17.
Tabel 4.18
Tabel 4.19.
Tabel 4.20.
Tabel 4.21.
Tabel 4.22.
Tabel 4.23.
Tabel 4.24.
Tabel 4.25.

Peranan Siswa dan Guru dalam Metode Penemuan
Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing Penskoran
Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Tingkat Pemahaman Siswa
Kriteria Aktivitas Siswa dan Kemampuan Guru
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa pada
Tes Diagnostik Pemahaman Konsep Kelas VII-A
Hasil Observasi Proses Pembelajaran Pada Siklus I
Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Menyatakan Ulang
Konsep Siklus I
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Memberikan Contoh dan
Non Contoh Siklus I
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis Siklus I
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Mengaplikasikan Konsep
dalam Pemecahan Masalah Siklus I
Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep
Siswa Pada Siklus I
Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus I
Data Kesalahan Siswa pada soal nomor 1
Data Kesalahan Siswa pada soal nomor 2
Data Kesalahan Siswa pada soal nomor 3
Data Kesalahan Siswa pada soal nomor 4
Tabel Refleksi Perbaikan/ Revisi di Akhir Siklus I
Hasil Observasi Proses Pembelajaran Pada Siklus II
Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Pada Siklus II
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Menyatakan Ulang
Konsep Siklus II
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Memberikan Contoh
dan Non Contoh Siklus II
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis Siklus II
Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Mengaplikasikan
Konsep Dalam Pemecahan Masalah Siklus II
Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep
Siswa Pada Siklus II

23
29
47
50
50
52
54
55
57
59
63
66
69
70
71
72
73
73
75
77
79
81
84
91
93
95
96
97
98
99

xi

Tabel 4.26 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus II
Tabel 4.27. Resume Hasil Penelitian
Tabel 4.28. Deskripsi Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Setiap Siklus

100
102
105

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (SIKLUS I)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (SIKLUS I)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (SIKLUS II)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (SIKLUS II)
Lembar Aktivitas Siswa (LAS I)
Lembar Aktivitas Siswa (LAS II)
Lembar Aktivitas Siswa (LAS III)
Lembar Aktivitas Siswa (LAS IV)
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 1
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 1I
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 1II
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa 1V
Kisi-Kisi Tes Diagnostik
Lembar Validasi Tes Diagnostik
Tes Diagnostik
Alternatif Jawaban Tes Diagnostik
Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep I siklus I
Lembar Validasi Soal Tes Pemahaman Konsep Siklus I
Tes Kemampuan Pemahaman Konsep I Siklus I
Alternatif Penyelesaian Tes Kemamuan Pemahaman
Konsep I Siklus I
Lampiran 21. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep II Siklus II
Lampiran 22. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep II
Siklus II
Lampiran 23. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep II Siklus II
Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep II Siklus II
Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep II Siklus II
Lampiran 26. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I
Lampiran 27. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I
Lampiran 28. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Lampiran 29. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Lampiran 30. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
Lampiran 31. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
Lampiran 32. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
Lampiran 33. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
Lampiran 34. Hasil Tes Diagnostik
Lampiran 35. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep I Siklus I
Lampiran 36. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep II Siklus II
Lampiran 35. Dokumentasi Penelitian

124
133
142
151
163
168
172
175
180
182
185
187
191
192
195
197
200
201
204
206
211
212
215
217
221
223
226
229
232
235
236
237
238
239
241
243
245

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena
merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana
untuk mengembangkan potensi, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi
dan memecahkan problema kehidupan yang dialaminya. Dewasa ini manusia
harus menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang
begitu cepat. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu
berkompetensi dengan IPTEK.
Pada Bab II Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Di dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah satu ilmu bantu
yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
matematika juga tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk penguasaan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika
yang memadai. Hal ini dikarenakan matematika dapat melatih seseorang untuk
berpikir secara logis, kritis, kreatif, dan terampil untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan sarana penting yang
berkontribusi menjadi sarana berfikir ilmiah yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan daya pikir dan kemampuan logis. Santoso menyatakan bahwa
“kemajuan negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata 60% 80% menggantungkan kepada matematika”(Hujodo, 2001: 25).

1

2

Hal senada juga disampikan oleh Hariyati, Indaryanti dan Zulkardi
(2008:51) yang mengemukakan bahwa “matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu
matematika dapat digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari”. Artinya perkembangan pesat di bidang teknologi,
informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan matematika dan untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya matematika maka mata pelajaran matematika
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP,
SMA, sampai pada tingkat perguruan tinggi. Matematika juga dipakai sebagai
tolak ukur kelulusan siswa pada ujian nasional. Seperti yang tercantung dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa “mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama”(Depdiknas, 2006). Cornelius (Abdurrahman,
2012:204) juga mengungkapkan pentingnya siswa belajar matematika, yaitu
karena matematika merupakan “(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya”.
Ironisnya, pentingnya pembelajaran matematika tidak sejalan dengan
minat dan prestasi siswa dalam mempelajari matematika. Kenyataan di lapangan
menunjukkan prestasi belajar siswa dibidang matematika masih rendah. Hal ini
tercermin dari hasil penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011 untuk bidang
matematika, Indonesia berada diurutan ke–38 dari 42 negara yang siswanya di tes
dengan skor 386, sedangkan skor rata-rata internasional 500 (Napitupulu, 2012).

3

Persepsi siswa bahwa pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang
sulit dan kurang menyenangkan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
kurang baiknya prestasi belajar matematika siswa. Sulitnya matematika
disebabkan oleh konsep yang dikaji dalam matematika bersifat abstrak. Siswa
yang sulit memahami konsep akan cenderung menghapalkan konsep yang
diberikan guru tanpa memahami maksud dari isinya. Selain itu, guru juga jarang
mengaitkan konsep yang sudah dimiliki siswa untuk menemukan konsep baru.
Hal tersebut menambah kebingungan siswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Dahar
(2006:97) bahwa “guru dan bahan-bahan pelajaran sangat jarang menolong para
siswa dalam menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam
struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, akibatnya
pada para siswa hanya terjadi belajar hapalan”.
Belajar hapalan membuat siswa tidak benar-benar memahami konsep
matematika. Padahal, pemahaman akan konsep adalah salah satu kecakapan
matematika yang sangat perlu untuk dicapai. Sebagaimana tercantum pada SI
mata pelajaran matematika bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika
“agar siswa mampu memiliki kemampuan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, dan efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah”
(Wardhani, 2008:2).
Masalah-masalah diatas diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara
yang penulis lakukan pada 12 Juli 2016 di SMP YPAK PTPN III Gunung Para.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika
kelas VII di SMP YPAK PTPN III Gunung Para (Dewi Sundari, S. Pd) diketahui
bahwa masih banyak siswa yang sulit memahami pelajaran matematika terutama
pada materi Himpunan. Padahal materi himpunan harusnya dipahami betul oleh
siswa mengingat materi himpunan merupakan obyek dasar dari semua obyek yang
dipelajari dalam matematika. Pada saat seseorang belajar matematika, baik pada
tingkat dasar maupun lanjut, disadari atau tidak, ia harus selalu berhadapan
dengan himpunan. Materi himpunan merupakan materi yang erat kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa

4

dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada materi himpunan
ditemukan banyak permasalahan, dimana siswa kurang memahami sejumlah fakta
matematika mengenai konsep himpunan. Fakta dalam matematika pada dasarnya
merupakan kesepakatan-kesepakatan yang terkait dengan lambang, notasi,
ataupun aturan-aturan tertentu. Kurangnya siswa dalam memahami konsep
himpunan terlihat dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal dalam materi ini, siswa terkadang salah dalam
menggunakan konsep yang sesuai dengan soal yang mereka hadapi dan terlebih
lagi jika mereka diberikan soal dengan sedikit bervariasi yang membutuhkan
pemahaman lebih maka yang terjadi ialah siswa sulit mencari penyelesaiannya.
Selain melakukan wawancara, penulis juga memberikan tes diagnostik
kepada 30 orang siswa di kelas VII-A dan diperoleh hasil yang tidak memuaskan.
Tes yang diberikan adalah materi bilangan bulat yang merupakan materi prasyarat
dalam himpunan.
Dari 30 siswa yang mengikuti tes hanya 6 siswa yang nilai kemampuan
pemahaman konsepnya mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM), dimana nilai
KKM adalah 75. Artinya yang tuntas kemampuan pemahaman konsepnya hanya
sebanyak 5 siswa atau sebesar 16,67% dan yang tidak tuntas sebanyak 25 siswa
atau sebesar 83,33%. Dari hasil tes tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban siswa pada soal yang diberikan:
1. Saat diminta untuk menuliskan contoh bilangan asli Ani menjawab 0. (a)
Setujukah kamu dengan jawaban Ani tersebut? Berikan alasan untuk jawabanmu!
Adapun jawaban siswa dari pertanyaan tersebut dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 1.1. Kesalahan siswa menyatakan ulang konsep

5

Dari jawaban tersebut dapat dilihat bahwa siswa tidak mengetahui konsep
apa yang sedang ditanyakan pada soal sehingga banyak siswa yang
menyampaikan alasan tidak sesuai dengan permintaan soal walaupun memang
konsepnya sudah benar. Sebagian siswa lagi bahkan menuliskan konsep yang
salah dan sebagian lagi tidak dapat menuliskan alasan dari jawaban yang
diberikannya. Dari 30 siswa hanya 9 siswa yang dapat menjawab dan memberikan
alasan yang benar dan sesuai dengan konsep yang ditanyakan yaitu bahwa 0 tidak
termasuk bilangan asli karena bilangan asli dimulai dari 1. Sebanyak 21 siswa
memberikan alasan yang tidak sesuai dengan konsep yang ditanyakan dan 4 siswa
tidak memberikan alasan jawabannya. Dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
tidak memahami konsep dengan baik.
Pada soal nomor 2 siswa diminta untuk menuliskan contoh bilangan
negatif yang nilainya lebih besar dari -6 dan banyak siswa yang salah menjawab
pertanyaan ini. Berikut adalah jawaban siswa:

Gambar 1.2. Kesalahan siswa memberikan contoh dari konsep yang
diberikan
Dari jawaban tersebut dapat dilihat bahwa siswa salah memberikan contoh
bilangan negatif yang nilainya lebih besar dari -6. Dari 30 siswa hanya 10 siswa
yang memberikan contoh yang benar, sedangkan 20 siswa lain memberikan
contoh yang salah.
Pada soal selanjutnya dijumpai kesalahan siswa dalam menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematika. Soal yang diberikan dalam
bentuk soal cerita yaitu sebagai berikut:

6

Pada percobaan fisika, seorang siswa melakukan pengukuran suhu pada
sebongkah es. Suhu es tersebut mula-mula adalah 5°C dibawah titik beku. Setelah
dipanaskan, es berubah menjadi air yang bersuhu 3°C di atas titik beku.
Dari soal tersebut siswa diminta untuk menghitung kenaikan suhu es tersebut
hingga menjadi air dan membuat sketsa kenaikan suhunya menggunakan garis
bilangan.
Adapun jawaban siswa adalah sebagai berikut:

Gambar 1.3. Kesalahan siswa dalam menyatakan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematika
Dari gambar 1.3 tersebut dapat dilihat bahwa siswa belum dapat
menyatakan soal cerita kedalam bentuk representasi lain. Siswa belum mampu
mengubah bentuk soal cerita ke dalam bentuk operasi matematikanya padahal
siswa sudah dapat menyatakan ulang konsep negatif dan positif berdasarkan soal
cerita yang diberikan. Selain tidak dapat mengubah kedalam bentuk operasi
matematikanya sebagian besar siswa juga tidak dapat mengubah soal cerita
tersebut ke dalam bentuk garis bilangan. Dari 30 siswa hanya 6 siswa yang dapat
merepresentasikan soal dengan benar, 20 siswa salah dan 4 siswa lain tidak
menjawab.
Soal selanjutnya menunjukkan bahwa siswa belum mampu menggunakan
algoritma yang tepat dalam penyelesaian soal. Soal selanjutnya adalah seperti
berikut:
Pada saat jam istirahat Ani dan Dodi bermain cabut kartu. Kartu tersebut
sebelumnya sudah ditulis dengan bilangan positif dan negatif secara acak.

7

Bilangan yang muncul mewakili nilai yang mereka peroleh. Ani mencabut 6 kartu
namun mereka lupa mencatat nilai dari kartu terakhir. Jika nilai yang diperoleh
Ani berturut-turut 85¸-70,-30, 75,40, x serta jumlah nilai ani seluruhnya adalah 70.
Berapakah nilai x tersebut?
Dari soal tersebut jawaban siswa adalah sebagai berikut:

Gambar 1.4. Kesalahan siswa menyelesaikan soal
Jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak dapat memahami dan
memilih algoritma penyelesaian yang sesuai dengan soal yang diberikan. Dari 30
siswa yang dapat menjawab dengan benar hanya 1 siswa, sedangkan 29 siswa lain
tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar.
Dari hasil tes diagnostik tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa di kelas VII-A masih rendah sehingga perlu
adanya usaha yang dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Masalah lain yang juga ditemukan pada saat observasi
yaitu siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
disebabkan oleh metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi masih
monoton. Untuk meningkatkan keaktifan siswa perlu dipilih suatu metode yang
memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Prestasi
siswa dibidang matematika yang kurang memuaskan juga menjadi masalah yang
ditemukan dalam penelitian ini. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang
memberikan langsung rumus-rumus secara utuh dan kemudian memberikan
contoh soal dan penyelesaiannya sehingga membuat proses berpikir siswa hanya

8

terbatas pada tahapan-tahapan yang diberikan guru tanpa memahami benar konsep
yang sedang dipelajari. Hal tersebut mengakibatkan siswa akan kesulitan
menyelesaikan masalah-masalah yang berbeda dari yang diberikan oleh guru dan
membuat prestasi ssiwa menjadi kurang memuaskan. Anggapan siswa bahwa
pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sulit mengakibatkan
siswa kurang berminat dalam mempelajari matematika. Guru perlu memberikan
motivasi kepada siswa dan tak henti memberikan bimbingan jika siswa
mengalami kesulitan.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran. Guru harus memilih suatu metode yang berbeda dimana metode
yang diterapkan nantinya harus mampu menghadirkan situasi belajar bermakna
bagi ssiwa sehingga siswa tidak hanya mendengarkan dan menghapal materi yang
disampaikan guru, namun memaknai pelajaran dengan baik yang diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Siswa harus
dilibatkan dalam mengkontruksikan sendiri pengetahuan berdasarkan dengan
pengetahuan sebelumnya yang ia miliki. Dengan mengkontruksi sendiri
pengetahuannya, maka siswa akan lebih memahami konsep jika dibandingkan
dengan guru yang memberikan langsung konsep secara utuh. Metode yang
digunakan juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif
dan menjadi pusat pembelajaran bukan hanya sekedar mendengarkan serta mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa agar tidak menganggap matematika sebagai
pembelajaran yang sulit, namun menjadikan matematika seagai pembelajaran
yang mudah dan menyenangkan.
Salah satu metode yang dianggap sejalan dengan keinginan diatas yakni
yang memungkinkan siswa untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya,
berpusat pada siswa, mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang mandiri,
mampu memunculkan ide dan gagasan, lebih aktif, meningkatkan motivasi siswa,
serta meningkatkan kemampuan berpikir dalam belajar matematika sehingga
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah metode Penemuan
Terbimbing (guided discovery). Metode Penemuan Terbimbing menitik beratkan
pada aktifitas siswa dalam belajar dan memungkinkan siswa untuk mengetahui

9

dengan pasti informasi yang akan diselesaikan dan ide-ide penyelesaian yang
berasal dari diri mereka sendiri dengan difasilitasi oleh guru, ini adalah hal alami
yang membuat siswa lebih mudah mengerti dan pelajaran lebih mudah diingat.
Siswa yang merupakan subjek pembelajaran memiliki kemampuan secara aktif
mencari, mengelola, mengkontruksikan, dan menggunakan pengetahuan. Untuk
itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada
siswa untuk mengkontruksikan sendiri pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing merupakan salah satu
cara untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, dalam proses
ini siswa berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan
difasilitasi oleh guru. Dengan proses menemukan dan menyelidiki, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa, pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang
betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
Sesuai dengan pernyataan Bruner bahwa “belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan
hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencapai pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna” (Dahar 2006:79). Dalam metode penemuan terbimbing ini guru
memancing cara berpikir siswa yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus
sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan mengkontruksikan
konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan belajar menemukan
sesuatu untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Di Kelas VII
SMP YPAK PTPN III Gunung Para T.A 2016/2017.

10

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.

Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di kelas VII SMP YPAK
PTPN III Gunung Para masih rendah.

2.

Siswa yang kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3.

Prestasi belajar siswa dibidang matematika kurang memuaskan.

4.

Siswa menganggap pelajaran matematika terutama himpunan sebagai
pelajaran yang sulit.

1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan
masalah agar pembahasan lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini
dibatasi

pada

penerapan

metode

Penemuan

Terbimbing

dalam

upaya

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di kelas VII
SMP YPAK PTPN III Gunung Para T.A 2016/2017.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah
yang dikemukakan diatas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
di kelas VII SMP YPAK PTPN III Gunung Para setelah diterapkan metode
Penemuan Terbimbing?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP YPAK PTPN III Gunung
Para T.A 2016/2017 ketika diterapkan metode Penemuan Terbimbing?
3. Bagaimana kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan menerapkan
metode Penemuan Terbimbing?

11

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa di kelas VII SMP YPAK PTPN III Gunung Para setelah
diterapkan metode Penemuan Terbimbing.
2. Mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP YPAK
PTPN III Gunung Para T.A 2016/2017 ketika diterapkan metode Penemuan
Terbimbing.
3. Mengetahui bagaimana kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan
menerapkan metode Penemuan Terbimbing.
1.6. Manfaat Penelitian
Keberhasilan pencapaian tujuan penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.

Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan inovasi
pembelajaran matematika melalui penerapan metode penemuan terbimbing
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika di sekolah.

2.

Bagi siswa: melatih keterampilan siswa menemukan kembali berbagai konsep
dan prinsip matematika dengan mengimplementasikan metode penemuan
terbimbing.

3.

Bagi sekolah: sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
inovasi pembelajaran matematika dengan menerapkan metode penemuan
terbimbing di sekolah.

4.

Bagi peneliti berikutnya : dapat dijadikan bahan masukan dan perbandingan
bagi penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran, berikut diberikan definisi operasional:
1. Konsep matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita
mengklasifikasikan

objek-objek

atau

peristiwa-peristiwa

serta

12

mengklasifikasikan apakah objek-objek dan peristiwa-peristiwa itu termasuk
atau tidak termasuk ke dalam ide abstrak tersebut.
2. Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnnya. Seseorang dikatakan
memahami suatu konsep jika ia sudah dapat mencapai indikator-indikator
pemahaman konsep yaitu:


Mampu menyatakan ulang konsep dengan kata-kata sendiri,



Mampu mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya,



Mampu memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,



Mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis,



Mampu mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep,



Mampu menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu,



Mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam penyelesaian
masalah.

3. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep siswa dikatakan tercapai
apabila memenuhi kedua kriteria berikut:
1) Terdapat 80% dari seluruh siswa yang mengikuti tes mencapai nilai ≥75.

2) Rata-rata persentase aktivitas siswa minimal mencapai 80% (berada dalam
kategori baik).

4. Metode penemuan terbimbing (guided discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan konsep-konsep dan
hubungan antar konsep. Metode penemuan terbimbing mewajibkan siswa
melakukan aktivitas penemuan untuk menemukan sendiri suatu konsep atau
suatu aturan. Dalam metode penemuan terbimbing tugas guru sebagai
fasilitator yaitu memfasilitasi penemuan siswa. Pembelajaran akan lebih
bermakna apabila siswa terlibat langsung dalam proses menemukan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan
maka diperoleh kesimpulan bahwa :
1.

Pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-A di SMP YPAK PTPN
III Gunung Para mengalami peningkatan dari tes diagnotik ke tes
pemahaman konsep I setelah diterapkannya metode penemuan terbimbing.
Namun pada siklus I peningkatan yang diperoleh belum mencapai kriteria
keberhasilan sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II
dilakukan beberapa perbaikan yaitu perbaikan rancangan pembelajaran
dan pergantian kelompok heterogen. Dengan menerapkan metode
penemuan terbimbing dengan berbantukan lembar aktivitas siswa (LAS)
yang berisi instruksi-instruksi yang mengarahkan siswa untuk menemukan
konsep dengan mengkontruksi sendiri pengetahuannya dan dibantu oleh
bimbingan guru, maka kemampuan siswa dalam memahami konsep
semakin meningkat.

2.

Aktifitas siswa setelah diterapkannya metode penemuan terbimbing juga
mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam
metode penemuan terbimbing mendukung siswa untuk terlibat aktif dan
menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Selain itu, adanya diskusi
kelompok dan presentasi siswa juga melatih keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.

3.

Kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dikarenakan
guru sudah mulai terbiasa dengan metode penemuan terbimbing dan sudah
mendapatkan arahan serta masukan dari guru mata pelajaran sebagai
observer.

119

120

5.2

Saran
Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu :

1.

Kepada guru, khususnya guru matematika disarankan untuk menerapkan
metode Penemuan Terbimbing pada materi lainnya dan juga menggunakan
LAS. Agar hasil pembelajaran dengan metode Penemuan Terbimbing ini
maksimal, guru sebaiknya memberikan motivasi terlebih dahulu dan
memberikan insturksi serta bimbingan yang tepat yang dapat menuntun
siswa agar tidak kesulitan saat terlibat dalam proses penemuan.

2.

Kepada siswa SMP YPAK PTPN III Gunung Para disarankan lebih berani
dan aktif saat berlangsung proses pembelajaran, aktif dalam menemukan
solusi-solusi permasalahan, aktif dalam kerja kelompok, berani untuk
mengungkapkan ide-ide secara terbuka, serta percaya diri dengan
kemampuan sendiri.

3.

Kepada peneliti lain disarankan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menerapkan metode penemuan terbimbing pada
materi lain untuk penelitian selanjutnya dan memperhatikan kelemahankelemahan yang ada peneliti, sehinggga penelitian yang dilakukan
semakin baik.

121

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Laksana.
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Erlangga.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan
Menengah. Permendiknas-no-22-tahun-2006-standar-isi.Pdf (Diakses pada
tanggal 20 Februari 2016).
FMIPA Unimed. 2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Medan: Unimed.
Hakiim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Hariyati, Indaryanti, dan Zulkardi. 2008. Pengembangan Materi Luas Permukaan
Dan Volume Limas Yang Sesuai Dengan Karakteristik PMRI Di Kelas VIII
SMP Negeri 4 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2. No.1.
http://eprints_unsri.ac.id/799/1/URUT_5_GANJIL.Pdf
(Diakses
pada
tanggal 18 Februari 2016).
Harja. 2012. Pemahaman Konsep Matematis, mediaharja.blogspot.com/2012/05/
pemahaman-konsep-matematis.html?m=1 (Diakses tanggal 20 Februari
2016).
Hudojo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.

122

Karim, Asrul. 2011. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Edisi
Khusus No.1. http://jurnal. upi.edu/file/3-Asrul_Karim.pdf (Diakses tanggal 20
Februari 2016).
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
SMP/MTs Matematika. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Penemuan Terbimbing. Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Pengembangan Dan Penataran Guru Matematika. Yogyakarta: PPPPTK
Matematika.http://p4tk.matematika.org/downloads/ppp/PPP_Penemuan_terbim
bing.pdf (Diakses tanggal 11 Januari 2016).
Matthew, B & Igharo O Kenneth. 2013. A Study On The Effects Of Guided
Inquiry Teaching Method On Students Achievement In Logic. International
Researcer 2(1): 134-140.
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. BSE Matematika dan Aplikasinya 2 Kelas
VIII Untuk SMP/Mts. Jakarta: Depdiknas.
Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.
Harian Kompas. 14 Desember 2012. (Online). http://edukasi.kompas.com.
(Diakses pada 12 Februari 2016).

Pasaribu, Endi Zunaedy 2015. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan
Disposisi Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing Di Mtsn 1 Padangsidempuan. Tesis. Tidak diterbitkan. Medan:
Unimed.
Rahmadani, Elfira. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Konsep Dan Disposisi Matematis Siswa Berbantukan Geoboard. Tesis.
Tidak diterbitkan. Medan: Unimed.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sinaga, Bornok dkk. 2013. Matematika SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Kemendikbud

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.

123

Tim PPPG Matematika. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: PPPG Matematika.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. Yogyakarta: Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika
(PPPPTK).
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
Gaung Persada Press Group.
Yang, Eufhony F.Y, DKK. 2010. The Effectiveness of Inductive Discovery
Learning in 1:1 Mathematics Classroom. http://www.icce2010.upm.
edu.my/papers/c6/short%20paper/C6SP200.pdf (Diakses 22 Februari 2016).
Ziswan, Delnedi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun
Rencana Pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui Workshop
Pada SMKN 4 Kota Jambi. Tesis. Medan: Unimed.