MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS III SD AL KAUTSAR BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS III

SD AL KAUTSAR BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Farida Nisak

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pemahaman konsep sains melalui metode penemuan terbimbing di kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

Tujuan penelitian untuk meningkatkan pemahaman konsep sains pada kelas III SD Al Kautar Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini, terdiri dari tiga siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Alat pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran pemahaman konsep sains yakni semula pada siklus I rata-rata mencapai 58,10%, pada siklus II mencapai 67,08%, dan pada siklus III mencapai 78%. Dalam persentase pemahaman konsep sains siklus I mencapai 57%, pada siklus II mencapai 65%, dan pada siklus III mencapai 79%.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pulau Panggung Talang Padang pada tanggal 25 Juni 1969, sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan bapak Abdulmuis dan Ibu Suhyah. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah SDN Rajabasa Bandar Lampung lulus pada tahun 1983. Kemudian melanjutkan pada SMPN Kedaton Bandar Lampung lulus pada tahun 1986. Kemudian melanjutkan pendidikan pada SPGS Muhamadiyah Kedaton Bandar Lampung lulus pada tahun 1989. Kemudian penulis melanjutkan pada perguruan tinggi D1 PGSD Universitas Terbuka lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) SKGJ (Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan) Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 05 Januari 2015 Penulis,


(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orang tua yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang. 2. Anak-anaku tercinta

3. Seluru Dewan Guru SD Al Kautsar Bandar Lampung 4. Almamaterku tercinta Universitas Lampung (Unila).


(8)

MOTO

Sodaqoh yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara

muslim lainnya. (HR imam Ibnu Majah)

Apabila engkau mengalami kegagalan jangan engkau berputus asa, akan tetapi gunakanlah kegagalan itu untuk

terus menyalakan api semangat juangmu demi tercapai cita-citamu yang luhur.


(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas di SD Al Kautsar Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2014/2015. Dalam penulisan proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila. 2. Ibu Dr. Riswanti Rini,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi S1 PGSD.

4. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberi saran dan arahan yang terbaik buat kami.

5. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Dosen Pembahas yang senantiasa memberi saran dan arahan yang terbaik buat kami.

6. Bapak/Ibu Dosen FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Bapak Drs. Yus Indra, M.M, selaku Kepala Sekolah SD Al Kautsar. 8. Seluruh Dewan guru, staf, karyawan, tata usaha SD Al Kautsar.

9. Suamiku tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta perhatiannya dengan tulus dan ikhlas serta selalu memberikan motivasi demi keberhasilan penulis.


(11)

ix

10.Teman-teman S1 PGSD SKGJ yang telah memberikan dukungan moral. 11.Semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga segala bantuan serta kerjasama yang baik yang telah diberikan menjadi catatan amal yang baik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 05 Januari 2015

Penulis,


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Persentase Aktivitas Pembelajaran Pemahaman Konsep Sains

pada Siklus I ... 31 Tabel 2. Persentase Pemahaman Konsep Sains pada Siklus I ... 32 Tabel 3. Persentase Aktivitas Pembelajaran Pemahaman Konsep Sains

pada Siklus II ... 37 Tabel 4. Persentase Pemahaman Konsep Sains pada Siklus II ... 38 Tabel 5. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Pembelajaran Pemahaman

Konsep Sains Siklus I dan Siklus II ... 39 Tabel 6. Rekapitulasi Persentase Pemahaman Konsep Sains Siklus I dan

Siklus II ... 40 Tabel 7. Persentase Aktivitas Pembelajaran Pemahaman Konsep Sains

pada Siklus III ... 45 Tabel 8. Persentase Pemahaman Konsep Sains Siklus III ... 46 Tabel 9. Rekapitulas Persentase Aktivitas Pembelajaran Pemahaman

Siklus II dan Siklus III ... 47 Tabel 10. Rekapitulasi Persentase Pemahaman Konsep Sains


(13)

x

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat / Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran ... 5

1. Pengertian Belajar ... 5

2. Pengertian Pembelajaran ... 7

B. Teori Belajar ... 9

1. Teori Kognitivisme ... 9

2. Teori Konstruktivisme ... 10

C. Metode Penemuan (Discovery) ... 11

1. Pengertian Metode Penemuan ... 11

2. Fungsi Metode Penemuan ... 12

3. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery ... 12

4. Kelebihan dan Kekurangan ... 13

D. Kerangka Pikir ... 14

E. Hipotesis Tindakan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 16

B. Setting Penelitian ... 17

1. Waktu Penelitian ... 17

2. Tempat Penelitian ... 17

C. Subjek Penelitian ... 17

D. Sumber Data ... 17

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 18

1. Observasi ... 18

2. Tes ... 18

F. Instrumen Penelitian ... 18

G. Prosedur Penelitian ... 20


(14)

xi

1. Siklus I ... 21

2. Siklus II ... 23

3. Siklus III ... 25

I. Indikator Keberhasilan ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

1. Implementasi Pembelajaran Siklus I ... 28

2. Implementasi Pembelajaran Siklus II ... 34

3. Implementasi Pembelajaran Siklus III ... 42

B. Pembahasan ... 49

1. Siklus I ... 49

2. Siklus II ... 50

3. Siklus III ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 55

2. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 62

3. Instrumen Tes Pemahaman Konsep Sains pada Siklus I ... 64

4. Lembar Aktivitas Pembelajaran Pemahaman Konsep Sains Siklus I 65

5. Lembar Pemahaman Konsep Siklus I ... 67

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 69

7. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 75

8. Instrumen Tes Pemahaman Konsep Sains pada Siklus II ... 77

9. Lembar Aktivitas Pembelajaran Pemahaman Konsep Sains Siklus II 78

10.Lembar Pemahaman Konsep Siklus II ... 80

11.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 82

12.Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 88

13.Instrumen Tes Pemahaman Konsep Sains pada Siklus III ... 89

14.Lembar Aktivitas Pembelajaran Pemahaman Konsep Sains Siklus III 90

15.Lembar Pemahaman Konsep Siklus III ... 92

16.Izin Penelitian ... 94


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peserta didik pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga, berada pada rentang usia dini pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan keceradasan tumbuh dan berkembang sangat luar biasa dan pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatunya sebagai suatu keutuhan serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana, proses pembelajaran masih bergantung objek-objek pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas satu sampai kelas tiga untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah. Misalnya IPA dua jam pelajaran, IPS dua jam pelajaran, Bahasa Indonesia dua jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai sebagai suatu keutuhan, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir dan membuat kesulitan bagi peserta didik akibatnya anak kurang bisa memahami konsep-konsep yang diajarkan. Hal ini juga terjadi di kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung.


(18)

2

Berdasarkan pengamatan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas III SD Al Kautsar, dalam proses pembelajarannya siswa belum bisa memahami konsep-konsep sains yang diajarkan oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru hanya mengajarkan apa yang ada di dalam buku, sehingga mengakibatkan siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran, aktifitas sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran antara lain : berbicara dengan teman, bermalas-malasan, dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru. Situasi seperti ini mengakibatkan pemahaman konsep sains belum tercapai sehingga hasil belajar belum memenuhi harapan. Hal ini terlihat dari data yang ada, dari jumlah 30 siswa yang ada dikelas III SD Al Kautsar, hanya 40% dari seluruh jumlah siswa yang mampu memahami konsep-konsep sains, sementara 60% belum mampu memahami konsep-konsep sains dengan benar. Kondisi tersebut disebabkan guru hanya mengajarakan materi-materi sesuai dengan aturan-aturan dalam buku tanpa mempedulikan kesesuaian dengan lingkungan besar siswa, dengan kata lain guru masih menggunakan metode lama yaitu metode ceramah. Ceramah bukan metode efektif, hal ini disebabkan didalam ceramah hanya berpegang kepada penggunaan kata-kata saja dan siswa jarang dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Akibatnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep sains menjadi rendah. Atas dasar kondisi tersebut perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep sains, salah satu upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep sains adalah dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Dengan metode penemuan terbimbing siswa di arahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa


(19)

seolah-3

olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Maka dari itu diharapkan dengan pendekatan penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep sains di kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat di indetifikasi adalah sebagai berikut :

1. Guru masih menggunakan metode lama yaitu metode ceramah.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya mengajarkan materi sesuai dengan yang ada dibuku, tanpa mempedulikan kesesuaian dengan lingkungan.

3. Pemahaman konsep sains pada siswa masih rendah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah tersebut diatas diajukan rumusan masalah sebagai berikut: Rendahnya pemahaman konsep sains di kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung.

Maka permasalahan penelitian adalah

Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep sains di kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

Untuk meningkatkan pemahaman konsep sains dengan menggunakan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung.


(20)

4

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Manfaat bagi siswa

a. Membantu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep sains.

2. Manfaat bagi guru

a. Memberi sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih media pembelajaran dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep sains.

3. Manfaat bagi sekolah


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Menurut Daryanto (2010 : 2), belajar adalah suatu proses perubahan yaitu yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil suatu pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat terus menerus dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Hendry E Garret dalam Prawiradilaga (2008 : 22), berpendapat bahwa belajar merupakan proses berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Menurut


(22)

6

Skinner dalam prawiradilaga (2008 : 22), belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja atau terencana dilakukan terus menerus untuk mencapai perubahan (baik perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik).

Prinsip-prinsip belajar

Menurut Daryanto (2010 : 24), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. 3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk

mencapai tujuan instruksional.

4. Belajar itu proses kontinyu, maka tahap demi tahap menurut perkembangannya.

5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi ekplorasi dan discovery. 6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar tenang.


(23)

7

9. Belajar adalah proses berhubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga mendapat pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan response yang diharapkan.

2. Pengertian Pembelajaran

Menurut Depdiknas (2003: 2) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar mengajar pada suatu lingkungan belajar sebagai proses belajar yang di bangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Kunandar ( 2009 : 287 ) “pembelajaran adalah proses interaksi

antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan

perilaku ke arah yang lebih baik”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik untuk menjadi lebih baik.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003:57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian pembelajaran menurut para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara


(24)

8

pendidik dan peserta didik dalam suasana proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembalajaran.

Prinsip-prinsip Pembelajaran

Menurut Daryanto (2010 : 165), ada 10 prinsip pembelajaran yaitu:

1. Perhatian, guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada pelajaran.

2. Aktivitas, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

3. Apersepsi, guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa ataupun pengalamannya.

4. Peragaan, guru harus menunjukan benda-benda yang asli, bila mengalami kesukaran boleh menunjukan model, gambar, benda tiruan atau menggunakan media lainnya.

5. Repietisi, pelajaran itu perlu diulang.

6. Korelasi, guru wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara setiap mata pelajaran atau dengan kenyataan.

7. Konsentrasi, hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas mungkin, dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengatahuan secara luas dan mendalam.

8. Sosialisasi, siswa disamping sebagai individu juga mempunyai segi sosial yang perlu dikembangkan cara bergaul dengan orang lain.


(25)

9

9. Individualisasi, siswa merupakan makhluk individu yang unik, mempunyai perbedaan khas, guru diharapkan dapat membantu perkembangkan siswa sesuai dengan karakter/keunikannya.

10.Evaluasi, kegiatan pembelajaran perlu dievaluasi agar dapat memberikan motivasi bagi guru maupun bagi siswa dalam meningkatkan proses dan hasil belajar.

B. Teori Belajar

1. Teori Kognitivisme

Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan tersebut tidak harus selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman, ini tertata dalam bentuk kognitivisme yang sudah dimiliki siswa, teori kongnitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil, (Herpratiwi, 2009:20).

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran adalah (1) guru harus memberikan arahan agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan, memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh pengalaman yang optimal dalam proses belajar, dan meningkat kemauan belajar, (2) pendekatan pembelajaran dilakukan melalui urutan masalah, materi pelajaran yang logis dan sistematis, dari yang umum ke yang khusus, (3) pemberian hadiah dan hukuman harus memperhatikan ranah kuantitas dan kualitas, (4) mengawali pembelajaran dengan menggunakan kemampuan awal siswa. (Herpratiwi, 2009:34).


(26)

10

2. Teori Konstrutivisme

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori kontruktivisme lebih menekankan bahwa belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.

Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman

atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun

pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui


(27)

11

seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan

setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna.

Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

C. Metode Penemuan (Discovery) 1. Pengertian Metode Penemuan

Metode Penemuan menurut Sund (dalam Kartawisastra, 1980) ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdisikusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Metode penemuan merupakan suatu metode pengajaran yang menitik beratkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilotator yang mangarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.


(28)

12

Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas siswa itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam belajarya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

2. Fungsi Metode Penemuan

Tiga fungsi utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggenaralisasi pengetahuan. (2) berpusat pada siswa, (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan yang sudah ada.

3. Langkah-langkah Metode Penemuan (Discovery)

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Richard Seuham Subroto (2002: 199) adalah sebagai berikut:

a) Identifikasi kebutuhan siswa

b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian konsep dan generaliasi pengetahuan.

c) Seleksi bahan, masalah/tugas-tugas.

d) Membantu dan memperjelas tugas/masalah yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa.

e) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.

f) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan. g) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.


(29)

13

i) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.

j) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa. k) Membantu siswa merumuskan pinsip dan genaralisasi hasil

penemuannya.

4. Kelebihan dan Kekurangan

Metode discovery memiliki kebaikan menurut Suryo Subroto (2001: 12) yaitu:

a) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

b) Pengetahuan yang ditemukan sendiri malalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai.

c) Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

d) Siswa dibiasakan berfikir analisis dan mencoba memcahkan masalah yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

e) Metode berpusat pada siswa, dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.

Kelemahan metode discovery menurut Suryo Subroto (2001 : 34) adalah: a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar

ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya. Jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil


(30)

14

penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

b) Kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan

guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

d) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

D. Kerangka Pikir

Selama ini pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung, kerena banyak teori-teori dan tidak dihadirkan secara konkrit. Proses pembelajaran sains di kelas III SD Al Kautsar didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan tanya jawab.

Siswa lebih banyak mengandalkan informasi datang dari guru sehingga siswa masih sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi pelajaran. Metode pembelajaran tersebut menyebabkan kurangnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan konsep sains. Padahal kegiatan atau aktivitas dalam proses pembelajaran sangat penting dilakukan untuk menunjang perolehan pengetahuan dan informasi siswa.


(31)

15

Pengajaran yang baik membutuhkan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa, bukan berpusat pada guru. pengetahuan yang baru diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak harus berasal dari guru, tetapi juga dapat diperoleh dari lingkungan. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode penemuan terbimbing.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian tindakan kelas ini adalah

1. Dengan metode penemuan terbimbing, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Dengan metode penemuan terbimbing, dapat meningkatkan pemahaman konsep sains pada siswa.


(32)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam Penelitian Tindakan Kelas bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakukan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap aktivitas belajar siswa disekolah 2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran dikelas. 3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat

bantu, dan sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.


(33)

17

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa disekolah

Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu: (a) perencanaan tindakan (planning), (b) penerapan tindakan (action), (c) observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, (d) refleksi dan seterusnya samapi perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan)

B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada semester ganji tahun ajaran 2014/2015.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Al Kautsar Bandar Lampung. Dengan jumlah siswa adalah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

D. Sumber Data

Sumber data pada Penelitian Tindakan Kelas di SD Al Kautsar diambil dari hasil tes dan observasi siswa.


(34)

18

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah 1. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pada penelitian ini observasi digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dan kinerja guru pada pembelajaran pemahaman konsep sains menggunakan metode penemuan terbimbing.

2. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, atau kemampuan, yang dimiliki seseorang atau kelompok. Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada pemahaman konsep sains menggunakan metode penemuan terbimbing.

F. Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrument diturunkan berdasarkan definisi operasional. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis butir instrument.

Kisi-kisi instrument penelitian ini untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep sains pada siswa.


(35)

19

Tabel Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus I

No. Kemampuan Siswa

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengidentifikasi sifat-sifat khusus benda padat Mengidentifikasi sifat-sifat khusus benda cair Mengidentifikasi sifat-sifat khusus benda gas Menyebutkan sifat-sifat benda padat

Menyebutkan sifat-sifat benda cair Menyebutkan sifat-sifat benda gas

Tabel Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus II

No. Kemampuan Siswa

1.

2.

Mendemonstrasikan adanya perubahan sifat pada benda akibat pembakaran, pemanasan, dan diletakan di tempat terbuka. Membandingkan benda sebelum dan sesudah mengalami pembakaran, pemanasan, dan diletakan di tempat terbuka.

Tabel Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus III

No. Kemampuan Siswa

1.

2. 3.

Mengidentifikasi benda-benda di lingkungan sekolah Menyebutkan benda-benda yang terbuat dari plastik dan kegunaannya

Menyebutkan benda-benda yang terbuat dari kayu dan kegunaannya

Menyebutkan benda-benda yang terbuat dari kertas dan kegunaannya

Indikator aktivitas siswa yang digunakan pada lembar observasi siswa yaitu sebagai berikut :

1. Aktivitas memperhatikan penjelasan guru 2. Aktivitas bertanya

3. Aktivitas menjawab pertanyaan 4. Aktivitas pengamatan


(36)

20

6. Aktivitas menyusun laporan 7. Aktivitas menyusun hasil

Indikator kinerja guru yang digunakan pada lembar observasi siswa yaitu sebagai berikut :

1. Menyiapkan RPP

2. Pemilihan topik mendukung materi pembelajaran secara keseluruhan 3. Menyiapkan media pembelajaran

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran 5. Membentuk kelompo siswa

6. Memberi kesempatan siswa mengamati dan bertanya 7. Menjelaskan tugas setiap kelompok

8. Membimbing siswa mencari objek 9. Membimbing kerja kelompok

10.Membimbing siswa melakukan percobaan 11.Memberi penguatan

12.Memberi tugas latihan 13.Melakukan penilaian

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilaksanakan dalam proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur penelitian diilustrasikan melalui alur Penelitian Tindakan Kelas pada gambar dibawah ini :


(37)

21

Gambar 1. Diagram kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007 : 16).

H. Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2) Mempersiapkan media pembelajaran Perencanaan

Observasi

Tindakan Refleksi

Siklus I

Perencanaan

Observasi

Tindakan Refleksi

Siklus II


(38)

22

3) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa

b. Tindakan 1) Pendahuluan

Kegiatan pedahuluan diawali dengan alat-alat pembelajaran, kemudian melakukan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran yang telah lalu dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan membentuk kelompok siswa. Guru menyiapkan alat-alat peraga yang diberikan kepada setiap kelompok. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok. Siswa melakukan percobaan tentang sifat-sifat benda berdasarkan petunjuk yang ada di LKS. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Siswa dengan bimbingan guru ditugaskan untuk menyimpulkan sifat-sifat benda hasil percobaan tersebut. Setelah diskusi dan melakukan percoabaan, siswa mempresentasikan hasilnya. Kemudian kelompok lain memberikan pertanyaan atau tanggapan.

3) Penutup

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang materi. Guru memberikan penguatan kepada siswa. Guru memberikan tes tertulis kepada siswa. Pada


(39)

23

akhir kegiatan, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan datang.

c. Observasi

Dalam kegiatan ini, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran.

d. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus I yang dilakukan oleh peneliti. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus II

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2) Mempersiapkan media pembelajaran

3) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa

b. Tindakan 1) Pendahuluan

Kegiatan pedahuluan diawali dengan alat-alat pembelajaran, kemudian melakukan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran


(40)

24

yang telah lalu dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Setelah melakukan kegiatan percobaan pada pertemuan pertama, siswa bersama kelompoknya diberi tugas oleh guru untuk mengelompokan benda-benda berdasarkan sifat-sifat bendanya. Guru mengajak siswa untuk berkeliling lingkungan disekitar sekolah. Siswa bersama kelompoknya mengamati benda-benda disekitar. Siswa mencatat benda-benda yang ada disekitar. Siswa mengelompokan benda-benda disekitar berdasarkan sifa-sifat bendanya. Setelah siswa melakukan kegiatan mengamati benda-benda disekitar lingkungan sekolah. Siswa dengan bimbingan guru ditugaskan untuk menyimpulkan benda-benda hasil pengamatannya berdasarkan kelompok benda padat, cair dan gas. Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas Siswa dari kelompok lain, memberi tanggapan pada siswa yang sedang melakukan presentasi.

3) Penutup

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang materi. Guru memberikan penguatan kepada siswa. Guru memberikan tes tertulis kepada siswa. Pada akhir kegiatan, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan datang.


(41)

25

c. Observasi

Dalam kegiatan ini, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran.

d. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus II yang dilakukan oleh peneliti. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus III.

3. Siklus III

a. Perencanaan

1) Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2) Mempersiapkan media pembelajaran

3) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa

b. Tindakan

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pedahuluan diawali dengan alat-alat pembelajaran, kemudian melakukan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran yang telah lalu dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.


(42)

26

2) Kegiatan Inti

Guru membentuk kelompok siswa. Kemudian guru memperlihatkan alat peraga berupa kantong plastik, botol plastik, cermin dan penghapus serta mistar dari kayu. Guru bertanya nama benda-bendar tersebut kepada siswa. setelah siswa menyebutkan nama-nama dari benda tersebut, guru menjelaskan terbuat dari apa benda tersebut. Kemudian guru membagi LKS dan memberi tugas kepada setiap kelompok untuk mengamati benda-benda yang ada disekitar lingkungan sekolah dengan petunjuk yang ada pada LKS. Siswa menyimpulkan hasil pengamatan dan mempresentasikan.

3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang materi. Guru memberikan penguatan kepada siswa. Guru memberikan tes tertulis kepada siswa. Pada akhir kegiatan, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan datang.

c. Observasi

Dalam kegiatan ini, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran.

d. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus II yang dilakukan oleh peneliti. Bila


(43)

27

terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus III.

I. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasi jika :

1. Aktivitas siswa dalam semua aspek telah mencapai 65% keatas.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep sains pada siswa.

B. Saran

1. Siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agar siswa dapat menemukan konsep dalam pembelajaran.

2. Guru harus mampu meningkatkan semangat siswa guna untuk memotivasi siswa dalam belajar dan berkreativitas.

3. Kepada dewan guru hendakanya lebih kreatif lagi untuk menemukan metode pembalajaran yang baik dalam proses pembelajaran.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Rama Widjaya.

Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hamilk, Oemar. 2001. Metode Mengajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Transito

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Hollingsworth. 2003. Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT. Indeks

Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekola Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwadilaga. 2008. Prinsip Desains Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rohmat. 2004. Sains Sahabat Ku 3. Jakarta: Ganesa Exact

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sutarno. 2008. Kapita Selekta Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjendikti Syarifudin. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Usman, Basyirudin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra Utama. Wardani. 2004. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Universitas


(1)

yang telah lalu dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Setelah melakukan kegiatan percobaan pada pertemuan pertama, siswa bersama kelompoknya diberi tugas oleh guru untuk mengelompokan benda-benda berdasarkan sifat-sifat bendanya. Guru mengajak siswa untuk berkeliling lingkungan disekitar sekolah. Siswa bersama kelompoknya mengamati benda-benda disekitar. Siswa mencatat benda-benda yang ada disekitar. Siswa mengelompokan benda-benda disekitar berdasarkan sifa-sifat bendanya. Setelah siswa melakukan kegiatan mengamati benda-benda disekitar lingkungan sekolah. Siswa dengan bimbingan guru ditugaskan untuk menyimpulkan benda-benda hasil pengamatannya berdasarkan kelompok benda padat, cair dan gas. Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas Siswa dari kelompok lain, memberi tanggapan pada siswa yang sedang melakukan presentasi.

3) Penutup

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang materi. Guru memberikan penguatan kepada siswa. Guru memberikan tes tertulis kepada siswa. Pada akhir kegiatan, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan datang.


(2)

25

c. Observasi

Dalam kegiatan ini, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran.

d. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus II yang dilakukan oleh peneliti. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus III.

3. Siklus III

a. Perencanaan

1) Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2) Mempersiapkan media pembelajaran

3) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa b. Tindakan

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pedahuluan diawali dengan alat-alat pembelajaran, kemudian melakukan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran yang telah lalu dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.


(3)

2) Kegiatan Inti

Guru membentuk kelompok siswa. Kemudian guru memperlihatkan alat peraga berupa kantong plastik, botol plastik, cermin dan penghapus serta mistar dari kayu. Guru bertanya nama benda-bendar tersebut kepada siswa. setelah siswa menyebutkan nama-nama dari benda tersebut, guru menjelaskan terbuat dari apa benda tersebut. Kemudian guru membagi LKS dan memberi tugas kepada setiap kelompok untuk mengamati benda-benda yang ada disekitar lingkungan sekolah dengan petunjuk yang ada pada LKS. Siswa menyimpulkan hasil pengamatan dan mempresentasikan. 3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang materi. Guru memberikan penguatan kepada siswa. Guru memberikan tes tertulis kepada siswa. Pada akhir kegiatan, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan datang.

c. Observasi

Dalam kegiatan ini, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran.

d. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus II yang dilakukan oleh peneliti. Bila


(4)

27

terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus III.

I. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasi jika :

1. Aktivitas siswa dalam semua aspek telah mencapai 65% keatas.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep sains pada siswa.

B. Saran

1. Siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agar siswa dapat menemukan konsep dalam pembelajaran.

2. Guru harus mampu meningkatkan semangat siswa guna untuk memotivasi siswa dalam belajar dan berkreativitas.

3. Kepada dewan guru hendakanya lebih kreatif lagi untuk menemukan metode pembalajaran yang baik dalam proses pembelajaran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Rama Widjaya.

Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hamilk, Oemar. 2001. Metode Mengajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Transito

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Hollingsworth. 2003. Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT. Indeks

Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekola Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwadilaga. 2008. Prinsip Desains Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rohmat. 2004. Sains Sahabat Ku 3. Jakarta: Ganesa Exact

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sutarno. 2008. Kapita Selekta Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjendikti Syarifudin. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Usman, Basyirudin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra Utama. Wardani. 2004. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Universitas