EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN
TERBIMBING DITINJAU DARI PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK YPT Pringsewu TA
2013/2014)

Oleh
ARIEF AGENG SANJAYA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui
efektivitas penerapan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep
matematis siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK YPT Pringsewu tahun ajaran
2013/2014 sebanyak 595 siswa yang terdistribusi dalam lima belas kelas, sedangkan
sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 3 sebagai kelas eksperimen dan X TKR
1 sebagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data penelitian

diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis. Kesimpulan penelitian ini
adalah penerapan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep

matematis siswa.

Kata kunci : konvensional, pemahaman konsep matematis, penemuan terbimbing

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Arief Ageng Sanjaya dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1991 di Desa
Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi
Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara buah hati dari
Bapak Suharno, S.T dengan Ibu Ir Siswiyanti, M.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Pringsewu, yaitu
SD Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 1 Pringsewu, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri
1 Pringsewu pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan
Ujian Masuk Lokal (UML) Universitas Lampung 2009.


Penulis juga berorganisasi di dalam kampus dan luar kampus. Anggota muda di
himasakta dan fppi pada tahun 2009-2010. Anggota di himasakta, bem, fppi pada
tahun 2010-2011. Ketua umum himasakta 2011-2012. Ketua BEM FKIP pada tahun
2012-2013. Ketua umum KAMMI Unila tahun 2013-2014.

Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) Tematik tahun 2012 di desa
Taman sari Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan dan pada tahun yang
sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Moto
Bergerak tuntaskan perubahan, mengabdi
untuk indonesia
(ARIEF AGENG SANJAYA)

PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku ucapkan kepada sang pencipta Allah
SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada

Kedua orangtuaku tercinta Bapak dan Ibu yang telah
memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang
takkan pernah habis, yang selalu sabar dalam
membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih dan senang,
yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan dan
memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.
Pakdhe, budhe, om, tante, mas, mbak, adik, keponakan,
serta seluruh sanak saudara baik dari bapak maupun ibu,
atas semua doa dan dukungan yang telah kalian berikan
Sahabat-sahabat terbaikku baik di kampus maupun di luar
kampus atas semua doa, semangat persaudaraan, dan
kebersamaan yang telah kalian berikan
Para pendidik yang kuhormati, terimakasih untuk ilmu dan
pengalaman yang telah membuatku lebih berwawasan
Almamater Universitas Lampung Tercinta

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Dengan Metode Penemuan Terbimbing
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas X SMK YPT
Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014)” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan,
bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan,
sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.

2.

Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan
Pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

membimbing, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis
demi terselesaikannya skripsi ini.

3.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku dosen pembahas dan Ketua Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan
masukan, motivasi, dan kritikan dalam penyelsaian skripsi.

4.

Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd sebagai pengganti pembimbing I yang membantu
dalam penyelsaian skripsi

5.

Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

6.


Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,
beserta staf dan jajarannya

8.

Bapak Drs. H. Winarto Mustari, M.M., selaku Kepala SMK YPT Pringsewu
beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan
selama penelitian.

9.

Ibu Prima, S.Pd., selaku guru mitra dan guru mata pelajaran matematika kelas
X SMK YPT Pringsewu yang telah banyak membantu penulis selama
melakukan penelitian.


10. Siswa-siswi Kelas X SMK YPT Pringsewu yang telah banyak membantu
penulis selama melakukan penelitian.
11. Ayahanda Suharno, S.T., Ibunda Ir Siswiyanti, Yunda Titis Nindia Sari
Anggraini, Dinda M. Ziddan Bayu Aji dan Andika Satria Yoga S, dan keluarga
besarku, terima kasih atas doa, semangat, dan dukungannya.
12. Sahabat perjuangan di FPPI ; Budi Cahyanto, Yoga Winando, Adi Suripto,Eko
Hari, Joko,

13. Sahabat di himasakta ; Ermayanti Sutiyo, Fajar Swasono, Vina, Yunda Nanik,
Arina, Efendi, Dhita, Deni, Lili, Didik, Dek Nan, Nasir, Febby, Ichon,
Hamadin, Lisa Ensya dan kawan-kawan pengurus
14. Sahabat di BEM FKIP ; Imut, Akbar, Wahyu, Ami, Karsiwan, Yuni, Badri,
Septi, Sani, Evi, Suci, Andi, Lisa, Naim, Nisa, Yudi, Lia
15. Sahabat DPM ; Trian, fitma, wiwin, sifha, hani, dan kawan-kawan pengurus
16. Sahabat di KAMMI Yosse, Nur, Putra, Mitha, Ely Ulfa Sari, Deni, Nurul,
Martini, Fahita, Abe, Marel, Ari, Erma, Tika, Nisa, Riko,Anggi Dan KawanKawan Pengurus
17. Sahabat ngaji Arjun, Bowo, Imam, Gamal, Hengki, Roni, Satria, Elan, Hakim,
Rio, Surya
18. Sahabat-sahabat


seperjuanganku

di

griya kencanaa

yang memberikan

persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.
19. Sahabat-sahabat

seperjuanganku

Pendidikan

Matematika

2009


yang

memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini : Selvi, Astri, Ana,
Pitri H, Zia, Resti, Lena, Febri, Hendra, Jenifer, Bahrudin, Umpu, Cha, Ifa, Siti,
Ayu Rahma, Ageng, Novi, Prety, Evi, Nyoman, Yuni, Astia, Nike, Jenny,
Marthina, Albertus, Wayan, Vera, Restu, Yosse, Adi, Rini, Tullah, Elan, Inug,
Pitri O, Desi, Albertus, Riandra, Ikim, Meditama, Linda, Bobby, Ohmet,
C_lonk, Purbo, Evi, Maria, Yus, Ayu, Amal, Rara, Andin, Novio, Ari, Ika,
Puspa, Ines, Sri, Heri, dan Weny.
20. Kakak tingkat 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008, serta adik tingkat 2010, dan
2011, 2012, 2013 atas kebersamaannya.

21. Rekan-rekan KKN Tematik Unila dan PPL Taman Sari kecamatan Ketapang
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 : mama penda, pak su, iren, desi, eni,
andi, tika, haris, putri, inal, erik, putri,

atas persaudaraannya selama ini, dan

semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.
22. Rekan-rekanku, kakak-kakakku, dan mbak-mbakku: atas motivasi, dukungan,

perhatian, dan semangatnya selama ini.
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis
mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
bermanfaat.

Bandar Lampung,

September 2014

Penulis,

Arief Ageng Sanjaya

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
I.

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .........................................................................................

9

1. Belajar dan Pembelajaran ...............................................................

9

2. Efektivitas Pembelajaran ................................................................ 10
3. Metode Penemuan Terbimbing ..................................................... 12
4. Metode Konvensional ..................................................................... 15
5. Pemahaman Konsep Matematis .................................................... 17
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 18
C. Anggapan Dasar ................................................................................... 20
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 20

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ............................................................................ 21
B. Desain Penelitian ................................................................................. 22
C. Prosedur Penelitian ............................................................................... 23
D. Data Penelitian...................................................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 24
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................... 27
1. Uji Normalitas ............................................................................... 28
2. Uji Hipotesis ................................................................................... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 32
B. Pembahasan ......................................................................................... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 40
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .. 43
LAMPIRAN ..................................................................................................... .. 45

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Tahap Pembelajar Penemuan Terbimbing ............................................ 14
3.1

Nilai Rata-Rata Kelas........................................................................... 21

3.2

Desain Penelitian ................................................................................. 23

3.3

Pedoman Penskoran ............................................................................. 24

3.4

Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep ...................... 28

3.5 Rekap Uji Non Parametrik .................................................................... 30
4.1

Rekapitulasi Hasil Posttest .................................................................. 32

4.2

Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Kelas
Eksperimen .......................................................................................... 33

4.3

Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Kelas
Kontrol ................................................................................................. 34

4.4

Uji Mann-Withney U Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa..... 35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ............ ... 46
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .................. ... 75
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) .......................................................... ...103
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-kisi Soal Tes ................................................................................ . 126
B.2 Soal Posttest ........................................................................................ 127
B.3 Lembar Ceklis ....................................................................................... 128
B.4 Kunci Jawaban Soal Posttest dan Nilai ................................................ . 129
C. PERHITUNGAN
C.1 Daftar Nilai Awal Siswa ...................................................................... 136
C.2 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ........................................................ 139
C.3 Uji Normalitas Kelas Kontrol .............................................................. 143
C.4Uji Homogenitas ................................................................................. 146
C.5 Uji Reliabilitas…………………………………………………….… 147
C.6 Hasil Postes .......................................................................................... 149
C.7 Uji Normalitas Kelas Eksperimen………………………………….... 152
C.8 Uji Normalitas Kelas Kontrol .............................................................. 156
C.9 Uji Hipotesis…………………………………………......……………160

C.10 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen .. 163
C.11 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ......... 164
C.12 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas Eksperimen ....................................................................................... 165
C.12 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas Kontrol .............................................................................................. 166
D. LAIN-LAIN
D.1 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi……………………......……….168
D.2 Surat Kesediaan Membahas………………….…………………….......169
D.3 Surat Izin Penelitian ………………………………………….......…....170
D.4 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ……………………..........171
D.5 Daftar Hadir Seminar Proposal …………………………………..........173
D.5 Daftar Hadir Seminar Hasil .................................................................. 171

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat. Hal ini menuntut para pendidik
agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam
pendidikan matematika. Pendidikan matematika harus mampu menghasilkan
manusia bermutu, yang mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain di
dunia.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan dasar sampai menengah. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional
(dalam UU Nomor 20 Tahun 2003) yaitu
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, mengintegrasikan tujuan pendidikan nasional pada pendidikan
matematika harus dilakukan.

2
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika
lingkup pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang metode matematika, menyelesaikan metode dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sejalan dengan uraian diatas Kilpatrick dan Findell (2001) menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran matematika adalah membentuk pola pikir siswa yang dapat
di ukur dari kemampuan kecakapan yang dimilikinya, yang disebut dengan
Mathematical Proficiency atau kecak
apan matematika. Berdasarkan hasil penelitian mereka, diperoleh kesimpulan
bahwa terdapat lima jenis kompetensi matematika yang perlu dikembangkan
dalam pembelajaran matematika di sekolah, yaitu :
1. Conceptual understanding : comprehension of mathematical concepts,
operation, and relations
2. Procedural fluency : skill in carrying out procedures flexibly, accurately,
efficiently, and appropriately
3. Strategic competence : ability to formulate, represent, and solve
mathematical problems
4. Adaptive reasoning : capacity for logical thougt, reflection, explanation,
and justification
5. Productive disposition : habitual inclination to see mathematics as
sensible, useful, and worthwhile, coupled with a belief in diligence and
one’s own efficacy.

3
Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran
matematika. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep siswa dalam mata pelajaran matematika di Indonesia belum sesuai dengan
harapan.

Hasil survei The Trends In International Mathematics And Science Study
(TIMSS). Hasil survey TIMMSS

pada tahun 2003 menunjukkan prestasi

matematika siswa Indonesia berada di pringkat 34 dari 45 negara dengan rerata
411. Pada tahun 2007 prestasi matematika siswa Indonesia berada di pringkat 36
dari 49 negara. Pada tahun 2011 Indonesia kemudian menduduki pringkat 38 dari
45 negara dengan skor 386. Berikut adalah contoh soal TIMSS 2011
1. Berapa besar derajat jarum panjang (jarum untuk menit) pada jam 6.20 a.m
menuju 8.00 a.m pada hari yang sama?
2. Terdapat 10 kelerang di dalam tas : 5 berwarna merah, dan 5 berwarna
biru. Sue mengambil sebuah kelereng dari tas secara acak. Kelereng yang
ia ambil berwarna merah. Kemudian ia mengembalikan kelereng tersebut
dalam tas. Berapa peluang kelereng berikutnya yang ia ambil secara acak
berwarna merah?
(dalam Rafianti, 2013)
Survei dari TIMSS menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep masih
rendah. Peringkat ini memang tidak dapat dijadikan alat ukur mutlak bagi
keberhasilan pembelajaran di Indonesia. Keberadaan posisi yang kurang
memuaskan tersebut bisa dijadikan sebagi evaluasi untuk memotivasi guru dan

4
semua pihak dalam dunia pendidikan seingga siswa dapat lebih meningkatkan
prestasi belajar dalam matematika.

Selain hasil penelitian tentang rendahnya kemampuan pemahaman konsep,
peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa guru di SKM YPT
Pringsewu mengenai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa keampuan pemahaman konsep masih rendah
yaitu 50%, akibatnya nilai matematikanya dibawah KKM.

Proses pembelajaran di sekolah SMK YPT Pringsewu sebagian besar masih
menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya terpaku rumus dan contoh
yang diberikan oleh guru, sehingga jika diberikan soal yang berbeda dengan contoh
maka banyak siswa yang tidak bisa menjawab. Hal ini yang menyebabkan siswa
merasa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu pembelajaran yang tidak hanya
sekedar pemberian informasi yang dilakukan oleh guru kepada siswanya, tidak
hanya sekedar hafalan-hafalan yang mudah dilupakan oleh siswa. Masih
dibutuhkan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematiS. Proses yang melibatkan siswa secara aktiv untuk
mengeksplorasikan ide-idenya dan memfasilitasi kebutuhan belajarnya.

Pemahaman konsep siswa dapat diusahakan menjadi baik dengan cara memilih
metode pembelajaran yang tepat. Mencari metode pembelajaran yang membuat
siswa aktif dan mengonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga ia memperoleh
pengalaman untuk memahami konsep. Subroto (2006: 149) mengemukakan

5
bahwa semakin tepat metode yang digunakan, maka diharapkan semakin efektif
pula pencapaian tujuan yang diinginkan. Penggunaan metode penemuan bisa
dijadikan alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep.

Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu langkah untuk mendorong
siswa menemukan prinsip umum, mencari, dan memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Guru sebagai fasilitator, bertindak sebagai penunjuk jalan
yang membantu siswa dalam memahami konsep. Penemuan terbimbing
merupakan salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP.
Metode terbimbing diharapkan bisa membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran metematika.

Menurut Hamalik (2002: 134), metode penemuan terbimbing adalah suatu
prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objekobjek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa
menyadari suatu konsep. Siswa melakukan discovery (penemuan), sedangkan
guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar. Bimbingan dimaksudkan
agar penemuan yang dilakukan siswa terarah, memberi petunjuk siswa yang
mengalami kesulitan untuk menemukan suatu konsep, dan waktu pembelajaran
lebih efisien. Bimbingan diberikan melalui serangkaian pertanyaan atau LKS,
bimbingan yang diberikan guru tergantung pada kemampuan siswa dan materi
yang sedang dipelajari.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian berjudul
“Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing ditinjau dari
Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

6

B. Rumusan Masalah
“Apakah pembelajaran metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa?”

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tipe penemuan
terbimbing

dan

pembelajaran

konvensional

serta

hubungannya

dengan

pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dan calon guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran
matematika sebagai metode alternatif yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing dan keterkaitannya dalam pemahaman
konsep matematis siswa.

7
b. Bagi sekolah yang bersangkutan, untuk menambah sumbangan pemikiran
bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas siswanya.
c. Bagi peneliti lainnya, melalui hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi
bahan masukan dan bahan kajian bagi peneliti di masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini:
1.

Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan baru
berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru.

2.

Metode konvensional adalah suatu metode pembelajaran yang terfokus pada
guru. Guru menyampaikan materi pelajaran secara langsung dengan metode
ceramah, guru memberi contoh, guru melakukan tanya jawab dengan siswa,
dan guru memberi latihan.

3.

Model pembelajaran penemuan terbimbing dikatakan efektif apabila
pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran penemuan
terbimbing lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa dengan
pembelajaran konvensional.

4.

Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah
diadakan tes. Indikator pemahaman konsep berdasarkan Peraturan Dirjen
Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 yaitu :
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

8
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1.

Belajar dan Pembelajaran

Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak diimplementasi dalam
pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:
159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran anak, selama
anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi
secara aktif dengan lingkungannya. Selain Piaget, dikenal pula Vygotzky sebagai
ahli konstruktivisme sosial. Dinyatakan oleh Vygotzky (dalam Slavin, 2000: 17)
bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses
pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor sosial.

Secara lebih khusus konstruktivisme mempunyai pandangan bahwa seseorang
pada umumnya melalui empat tahap dalam belajar sesuai yang dikemukakan
Horsley (1990: 59) yaitu
(1) tahap apersepsi, tahap ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal
siswa dan digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar; (2) tahap
eksplorasi, tahap ini berfungsi sebagai mediasi pengungkapan ide-ide atau
pengetahuan dalam diri siswa; (3) tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada
tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan temannya, berusaha
menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar, bahkan
menghargai temuan temannya; (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep,

10
tahap ini merupakan tahap untuk mengukur sejauh mana siswa telah
memahami suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan.

2.

Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran akan tercapai apabila siswa berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya aktif mendengarkan penjelasan dari
guru, namun siswa mengonstruksi ide-ide mereka secara individual maupun
berkelompok. Dalam kegiatan tersebut, guru hanya berperan sebagai fasilitator
dan motivator. Mulyasa (2006: 193) juga menyatakan bahwa pembelajaran
dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk
kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai
secara optimal.

Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu

ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran
dan erat kaitannya dengan ketercapaian kompetensi siswa.

Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk dapat merancang bahan belajar
yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru harus kreatif
dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran, mengelola kelas agar tertib
dan teratur.

Hal ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pengetahuan,

pengalaman, dan pemahaman konsep yang baik.

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), berasal
dari kata efektif, yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, bisa juga
diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.

11
Efektivitas dalam pendidikan menurut

Pasaribu dan Simanjuntak (dalam

Suryosubroto, 2006: 9) dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari mengajar guru,
menyangkut sejauh mana rencana kegiatan belajar mengajar (KBM) terlaksana,
dan dari belajar murid, menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai
melalui kegiatan KBM.

Menurut Kyriacou (2011: 16-17), pembelajaran efektif bisa dirumuskan sebagai
pembelajaran yang berhasil, sebagaimana yang dikehendaki oleh guru. Terdapat
tiga variabel pokok yang berguna untuk membuat pembedaan tentang pembelajaran efektif, yaitu
(1) variabel konteks, mengacu pada seluruh karakteristik konteks aktivitas
belajar, biasanya berupa pelajaran berbasis ruang kelas, yang mungkin
memiliki dampak tertentu bagi kesuksesan aktivitas belajar, (2) variabel
proses, mengacu pada apa yang sebenarnya berlangsung di ruang kelas dan
membahas persepsi, strategi, dan perilaku guru dan murid, dan karakteristik
tugas belajar dan aktivitas-aktivitasnya itu sendiri, dan bagaimana semua itu
berinteraksi satu sama lain, (3) variabel produk, mengacu pada semua hasil
pendidikan yang diinginkan oleh guru dan yang telah menjadi dasar mereka
dalam merencanakan pelajaran dari kriteria yang mereka gunakan untuk
menilai efektivitas.

Setiap pembelajaran pasti menunjukkan perbedaan. Perbedaan pemahaman dalam
penelitian ini terlihat dari hasil tes pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan
dengan rata-rata skor tes pemahaman konsep. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan efektivitas pembelajaran akan
tercapai apabila siswa mencapai kompetensi dari tujuan pembelajaran yang
ditunjukkan dengan rata-rata skor tes pemahaman konsep siswa yang mengikuti
pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi dari siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.

12

3.

Metode Penemuan Terbimbing

Menurut Gilstrop (dalam Sudjarwo,2012 : 214) metode penemuan terbimbing
didifinisikan sebagai suatu prosedur yang menemukan belajar secara individual
manipulasi objek atau pengaturan atau pengkondisian objek dan eksperimentasi
lain oleh siswa sebelem generalisasi atau penarik kesimpulan dibuat. Menurut
Sund (dalam Roestiyah, 2008: 20), penemuan (discovery) adalah proses mental
dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut
seperti mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Menurut Marzono (dalam sudjarwo,2012:215) pembelajaran berbasis inkuiri
merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh guru agar kegitan
pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga membentuk dimensi proses belajar,
seperti

sikap

dan

mengintegrasikan

persepsi

positif

tentang

belajar,

memperoleh

pengetahuan, memperluas dan memperbaiki

dan

pengetahuan,

menggunakan pengetahuan secara bermakna dan kebiasaan berpikir produktif.

Menurut Bell (dalam Sutaji 2011, 3.23) metode penemuan terbimbing dapat
dirumuskan sebagai berikut
1) Siswa dapat mengembangkan keterampilan mencari dan memproses
informasi; 2) Siswa data mempelajari prinsip-prinsip secara logis; 3) Siswa
dapat memahami kaitan sebab akibat; 4) Siswa dapat belajar untuk terlibat

13
secara mandiri dan produktiv; 5) Siswa dapat belajar menemukanpengaitan
antara variable-variabel yang mengatakan pada generalisasi matematika; 6)
Siswa mendapatkan strategi keterlibatan yang bernilai melalui pemecahan
masalah; 7) Siswa dapat memahami metode pembuktian pemecahan masalah
secara matematis; 8) Siswa akan mempunyai landasan pemahaman yang kuat
ddan ilmi dalam matematikan; 9) Siswa dapat menemukan algoritma dan
prinsip-prinsip matematis; 10) Siswa menghargai atau mengapesiasi metode
penelitan pra matematikawan

Depdiknas, (2008: 17), siswa dihadapkan pada situasi untuk bebas menyelidiki
dan menarik kesimpulan, guru sebagai penunjuk jalan agar siswa mempergunakan
ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka miliki untuk mendapatkan
pengetahuan baru, siswa berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip
umum, berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru, sampai seberapa jauh siswa
dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang dipelajari.

Abidin (2011) menyatakan metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan dan
kekurangan yaitu
(1) siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami betul bahan
pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya, (2) sesuatu yang
diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, (3) menemukan sendiri
menimbulkan rasa puas, kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat, (4) siswa yang
memperoleh pengetahuannya dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuan ke berbagai konteks, dan (5) metode ini melatih
siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Sedangkan kelemahan metode
penemuan terbimbing yaitu (1) banyak menyita waktu, juga tidak menjamin
siswa tetap bersemangat mencari penemuan-penemuan, (2) tidak semua anak
mampu melakukan penemuan, (3) metode ini tidak dapat digunakan untuk
mengajarkan tiap topik, dan kelas yang banyak muridnya akan sangat
merepotkan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan belajar
dengan metode penemuan.

Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan metode penemuan
terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif

14
untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan bimbingan guru.

Tabel 2. 1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No. Fase
1.
Mengajukan
pertanyaan atau
permasalahan

2.

3.

Kegiatan Guru
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi
masalah.
Membagi
siswa
dalam
kelompok.

Membuat
hipotesis

Guru
memberikan
kesempatan pada siswa untuk
curah
pendapat
dalam
membuat hipotesis. Membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan
permasalahan
dan
memprioritaskan
hipotesis
mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
Mengumpulkan Guru membimbing siswa
data
mendapatkan informasi atau
data-data melalui percobaan
maupun telaah literature

4.

Menganalisis
data

Guru memberi kesempatan
pada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

5.

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan

Kegiatan Siswa
Siswa mengidentifikasi
masalah dan siswa
duduk
dalam
kelompoknya masingmasing.
Siswa
memberikan
pendapat
dan
menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan.

Siswa
melakukan
percobaan
maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan data-data
atau informasi
Siswa mengumpulkan
dan menganalisis data
serta
menyampaikan
hasil pengolahan data
yang terkumpul
Siswa
membuat
kesimpulan

Dengan mengikuti langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
tersebut siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga siswa akan belajar lebih
optimal. Akibatnya, pemahaman konsep siswa akan meningkat.

15

4.

Metode Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering
digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu
metode pembelajaran yang bepusat pada guru. Sanjaya (2006:259) menyatakan
bahwa pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Jadi pada umumnya
penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan. Menurut Djafar (2001:86) pembelajaran konvensional dilakukan
dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini peserta didik sekaligus mengerjakan
dua kegiatan yaitu mendengarkan dan mencatat.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaan yang telah lama digunakan.
Djamarah

(2006)

menyebut

pembelajaran

konvensional

sebagai

model

pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah karena sejak
dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Selain itu, dalam
pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan
penjelasan, serta pembagian tugas, dan latihan.

Sejalan dengan hal tersebut, Van de Walle (2008: 12) menyatakan bahwa guru
tradisional masih menuntun siswa bagaimana menggunakan materi yang dipelajari

16
untuk mengerjakan latihan.
jawaban.

Fokus utama dari pelajaran adalah mendapatkan

Para siswa menyandarkan pada guru untuk menentukan apakah

jawabannya benar. Anak-anak yang mendapatkan pengalaman seperti ini akan
mempunyai pandangan bahwa matematika adalah sederatan aturan yang tidak ada
polanya yang dibawa oleh guru. Akibatnya, anak-anak dijauhkan dari sumber
pengetahuan yang sebenarnya sangat baik.

Dengan memaknai pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran
tradisional, pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri.

Menurut Subiyanto

(dalam Uno, 2007) bahwa pembelajaran konvensional mempunyai ciri-ciri, yaitu
peserta didik tidak mengetahui tujuan mereka belajar pada hari itu; guru biasanya
mengajar dengan berpedoman pada buku; tes atau evaluasi biasanya bersifat
sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan siswa; dan siswa harus
mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru dengan patuh mempelajari urutan
yang diterapkan dan kurang sekali mendapatkan kesempatan untuk menyatakan
pendapatnya.

Menurut Ruseffendi (2005: 17) pembelajaran konvensional pada umumnya
memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada
pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil
daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Sedangkan, Djamarah dan
Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran konvensional
yaitu tidak memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan

17
dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih
efesien daripada belajar kelompok, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya,
dan guru mudah menguasai kelas. Sedangkan kelemahan model pembelajaran
konvensional yaitu siswa menjadi pasif, pembelajaran didominasi oleh guru dan
tidak banyak mendapat umpan balik atau cenderung searah, dan siswa kurang
mengerti materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada model pembelajaran
konvensional, guru berperan sebagai pemindah informasi kepada siswa dan siswa
sebagai pendengar yang bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan dan metode yang
digunakan adalah ceramah, contoh, dan latihan soal.

5.

Pemahaman Konsep Matematis

Wardhani (2008: 8) mengemukakan bahwa konsep adalah ide (abstrak) yang
dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk

mengelompokkan/

menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep biasa dibatasi dalam suatu ungkapan
yang disebut definisi. Dengan adanya definisi, menurut Soedjadi ( 2000: 14),
orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran atau lambang dari konsep yang
didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud konsep tertentu,
sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu.

Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/
PP/2004 diuraikan indikator pemhaman konsep matematis, yaitu

18
(a) mampu menyatakan ulang suatu konsep, (b) mengklasifikasikan objek-objek
menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (c) memberi contoh dan
noncontoh dari konsep, (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis, (e) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup
dari suatu konsep, (f) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur
atau operasi tertentu, dan (g) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada
pemecahan masalah.
Menurut Sardiman (2007: 42), pemahaman atau comprehension dapat diartikan
menguasai sesuatu dengan pikiran, belajar harus mengerti secara mental makna
dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga
menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Pemahaman tidak sebatas sekedar
tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahanbahan yang telah dipahami. Apabila siswa benar-benar memahami sesuatu, maka
akan siap memberikan jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau
berbagai masalah dalam belajar

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
matematis merupakan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep materi
ajar matematika yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah diadakan tes.
Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator pemahaman konsep, yaitu
menyatakan ulang suatu konsp, mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan non-contoh, menyatakan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan
syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur
atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep.

B. Kerangka Pikir

19
Penelitian tentang efektivitas pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
terhadap pemahaman konsep matematis ini terdiri dari satu variabel bebas dan
satu variabel terikat. Variabel bebas adalah metode pembelajaran, dalam hal ini
metode penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional, sedangkan yang
menjadi variabel terikat adalah pemahaman konsep matematis siswa.

Pemahaman suatu konsep adalah salah satu tujuan pembelajaran matematika.
Pemahaman siswa sangat dipengaruhi oleh pengalaman siswa itu sendiri, terutama
saat proses pembelajaran di kelas. Tingkat pemahaman konsep siswa dapat
diusahakan agar lebih baik dengan berbagai cara, salah satunya dengan memilih
metode pembelajaran yang tepat.

Selama proses penemuan, siswa mendapat bimbingan guru sejauh yang
diperlukan, sesuai dengan kemampuan siswa dan materi ajar, bimbingan diberikan
untuk mengarahkan siswa ke tujuan yang diharapkan melalui pertanyaan atau
LKS. Selain itu, bimbingan dalam proses penemuan dimaksudkan agar waktu
dalam pembelajaran lebih efisien dan juga pada umumnya siswa terlalu
tergesa‐gesa menarik kesimpulan dan tidak semua siswa dapat menemukan
sendiri. Dengan demikian, konsep yang ditemukan siswa tidak akan salah dan
dipahaminya dengan baik.

Setelah siswa menemukan yang dicari, yaitu suatu konsep/prinsip, siswa diberi
latihan soal.

Pemberian latihan soal dapat bermanfaat bagi siswa untuk

memantapkan pemahamannya terhadap sesuatu konsep yang telah ditemukannya
sehingga pemahaman siswa akan lebih bertahan lama dalam ingatan dan dapat
dimanfaatkan untuk menghadapi situasi lain. Selain itu, latihan dapat bermanfaat

20
bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa
melalui proses penemuan yang telah dilakukan.

Berdasarkan hal-hal di atas, pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
memungkinkan siswa untuk memiliki pemahaman kosep matematis lebih baik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi
pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran penemuan
terbimbing, dianggap memberikan kontribusi yang sama

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Hipotesis Umum
pembelajaran penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematis.

2.

Hipotesis Kerja
Kemampuan

pemahaman

konsep

matematis

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi
daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional

21

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMK YPT Pringsewu. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X SMK YPT Pringewu yang terdistribusi dalam limabelas
kelas (X) dengan siswa sebanyak 595 siswa. Data nilai diambil dari data nilai
ujian akhir smester satu.
Tabel 3.1. Rata-rata dan banyak kelas X
No.

Kelas

Rata-rata Nilai

Banyak Peserta Didik

1

TKJ I

70

36

2

TKJ II

58

44

3

TKJ III

60

43

4

TKJ IV

62

40

5

TKR I

60

43

6

TKR II

50

40

7

TKR III

53

38

8

TKR IV

55

37

9

TKR V

58

41

10

TKR VI

55

37

11

TKR VII

54

40

12

AV I

51

41

13

AV II

52

38

14

AV III

65

37

15

AV IV

52

40

57

595

Populasi

Sumber: SMK YPT Pringsewu tahun akademik 2013/2014

22
Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
dengan mengambil dua kelas dengan kemampuan yang sama atau hampir sama.
Tahap-tahap pengambilan sampel, yaitu
1. Mencari data awal dari guru kelas SMK YPT Pringsewu
2. Menghitung rata-rata nilai ulangan semester untuk setiap kelas.
3. Menentukan 2 kelas dengan nilai rata-rata kelas yang sama atau hampir
sama, kemudian 2 kelas tersebut akan dikategorikan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
4. Diasumsikan kelas dengan nilai rata-rata sama atau hampir sama memiliki
kemampuan awal yang sama.
Berdasarkan teknik pemilihan sampel tersebut, maka diperoleh kelas X TKJ 3
sebagai kelas pembelajaran penemuan terbimbing dan kelas X TKR 1 sebagai
kelas pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain posttest only control
design. Pada penelitian ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dari
nilai ujian akhir semester untuk mengetahui pemahaman konsep matematis awal
siswa, kemudian pada kelas eksperimen diberi perlakuan, yaitu pembelajaran
dengan menerapkan metode penemuan terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol,
pembelajaran dilakukan secara konvensional. Setelah diberi perlakuan, masingmasing kelas diberi Post-test untuk memperoleh data pemahaman konsep yang
dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama. Sesuai dengan

23
yang dikemukakan oleh Furchan (1982: 368) desain pelaksanaan penelitian
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.2. Desain penelitian
Kelompok
A1
A2

Perlakuan
X1
X2

O
O

Keterangan:
A1 = Eksperimen
A2 = Kontrol
O = Posttest
X1 = Model pembelajaran Penemuan terbimbing
X2 = Model pembelajaran konvensional

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui kondisi
lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, banyak siswa, cara
guru mengajar, dan karakteristik siswa

2.

Menentukan sampel penelitian.

3.

Menyiapkan perangkat pembelajaran dan perangkat postest.

4.

Melaksanakan perlakuan pada kelas yang menjadi sampel.

5.

Melakukan uji coba perangkat tes.

6.

Melakukan perbaikan perangkat tes bila diperlukan.

7.

Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

8. Menganalisis data
9. Menyusun laporan

24
D. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep
matematis siswa yang diperoleh melalui tes pada akhir pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan tes. Tes dilakukan
untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis yang diberikan
diakhir pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah

instrumen tes pemahaman konsep

matematis, berupa soal uraian. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator
pemahaman konsep matematis. Skor jawaban disusun berdasarakan indikator
pemahaman konsep matematis.
Tabel 3.3. Indikator dan pedoman penskoran tes pemahaman konsep
No
1.

Indikator
Menyatakan
ulang suatu
konsep

a.
b.
c.

2.

3.

Mengklasifikasi
objek menurut
sifat tertentu
sesuai dengan
konsepnya

a.
b.

Memberi contoh

a.

c.

Keterangan
Tidak menjawab
Menyatakan ulang suatu konsep tetapi
salah
Menyatakan ulang suatu konsep dengan
benar
Tidak menjawab
Mengklasifikasi objek menurut sifat
tertentu tetapi tidak sesuai dengan
konsepnya
Mengklasifikasi objek menurut sifat
tertentu sesuai dengan konsepnya
Tidak menjawab

Skor
0
1
2
0
1

2
0

25
dan non contoh

4.

5.

6.

Menyatakan
konsep dalam
berbagai bentuk
representasi
matematika
Menggunakan,
memanfaatkan
dan memilih
prosedur atau
operasi tertentu
Mengaplikasika
n konsep

b. Memberi contoh dan non contoh tetapi
salah
c. Memberi contoh dan non contoh dengan
benar
a. Tidak menjawab
b. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika tetapi salah
c. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika dengan benar
a. Tidak menjawab
b. Menggunakan, memanfatkan, dan
memilih prosedur tetapi salah
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur dengan benar

1
2
0
1
2
0
1
2

a. Tidak menjawab
0
b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak
1
tepat
c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat
2
Sumber: Sartika, 2011: 22

Sebagai upaya untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid
dan reliabel.

1.

Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu instrument dalam melakukan
fungsi ukurannya. Terhadap tes yang disusun, terlebih dahulu dilakukan validasi
untuk mengukur validitas dari perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu
sendiri sebagai alat ukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai
alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diujikan.

26
Menurut Azwar (2007: 175), pengujian validitas isi tidak melalui analisis
statistika, tetapi menggunakan analisis rasional. Lebih lanjut, Thoha (2001: 112)
menyatakan bahwa cara untuk menguji validitas isi ad