Keterkaitan Antara Redistribusi, Ketimpangan Pendapatan, Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Kabupaten/Kota Di Pulau Jawa.

KETERKAITAN ANTARA REDISTRIBUSI, KETIMPANGAN
PENDAPATAN, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: STUDI
KASUS KABUPATEN/KOTA DI PULAU JAWA

IDA BAGUS PERDANA KUMARA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keterkaitan antara
Redistribusi, Ketimpangan Pendapatan, dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Ida Bagus Perdana Kumara
NIM H151130396

RINGKASAN
IDA BAGUS PERDANA KUMARA. Keterkaitan antara Redistribusi, Ketimpangan
Pendapatan, dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Pulau Jawa.
Dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO dan WIWIEK RINDAYATI.
Kualitas pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui kemampuannya untuk
memperbaiki indikator-indikator kesejahteraan masyarakat seperti ketimpangan
pendapatan. Pulau Jawa adalah wilayah terkaya di Indonesia. Tingginya tingkat PDRB
tidak mampu mengurangi tingkat kemiskinan. Hal itu menunjukkan adanya masalah
ketimpangan pendapatan. Penelitian-penelitian sebelumnya menyimpulkan ada dua
kemungkinan keterkaitan antara ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
Kelompok pertama menemukan adanya tradeoff antara kemerataan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi dan kelompok lainnya tidak mendukung hipotesis tersebut.
Perbaikan ketimpangan pendapatan di Indonesia dilakukan melalui sistem pajak dan
transfer. Pemerintah melalui sistem pajak yang bersifat progresif berusaha untuk

melakukan redistribusi pendapatan untuk menekan angka ketimpangan pendapatan (indeks
Gini). Efisiensi sistem pajak yang masih rendah memunculkan dugaan bahwa sistem ini
tidak mampu untuk menekan ketimpangan pendapatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menghitung dan menganalisis perkembangan
indeks Gini dan redistribusi di tingkat kabupaten/kota; 2) Menganalisis hubungan antara
kemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Kemudian, menganalisis hubungan
tersebut pada kabupaten/kota kaya (high income) dan kabupaten/kota miskin (low income);
3) Menganalisis pengaruh redistribusi pada pertumbuhan ekonomi.; 4) Menguji kesesuaian
hipotesis Kuznets; 5) Menganalisis pengaruh sektor-sektor unggulan pada ketimpangan
pendapatan. Penelitian ini menggunakan semua kabupaten/kota di Pulau Jawa kecuali
kabupaten/kota baru hasil pemekaran. Penghitungan indeks Gini dan redistribusi (data
pajak) menggunakan data yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum indeks Gini kabupaten/kota
di Pulau Jawa mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada kabupaten/kota yang
termasuk dalam kategori tinggi yaitu dari 7% menjadi 32.2% dan penurunan pada
kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori rendah yaitu dari 22.6% menjadi 2.6%.
Penghitungan redistribusi dilakukan dengan mencari selisih antara indeks Gini sebelum
dan sesudah pajak (PPh dan PBB). Hasilnya menunjukkan sebagian besar cross section
memiliki nilai redistribusi negatif. Hasil ini menunjukkan redistribusi melalui pajak belum
efektif. Sistem pajak yang berlaku cenderung memperlebar ketimpangan pendapatan.

Keterkaitan antara kemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
menunjukkan bahwa hipotesis tradeoff berlaku di Pulau Jawa dan memiliki pengaruh yang
lebih besar pada kawasan high income. Hasil berbeda ditemukan pada kawasan low income,
pada kawasan tersebut hipotesis tradeoff tidak berlaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa
determinan pertumbuhan ekonomi pada high income mengandalkan ketersediaan modal
sedangkan pada low income mengandalkan perbaikan kualitas SDM. Selain itu, variabel
redistribusi juga berpengaruh signifikan negatif pada pertumbuhan ekonomi. Kuznets
dalam hipotesisnya menyatakan bahwa indeks Gini akan meningkat di awal pembangunan
dan menurun di akhir pembangunan. Dengan menggunakan variabel PDRB per kapita
penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis ini berlaku. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa sektor industri dan perdagangan mampu menurunkan ketimpangan
pendapatan di Pulau Jawa.
Kata kunci: redistribusi, ketimpangan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, pajak, dan
kabupaten/kota di Pulau Jawa

SUMMARY
IDA BAGUS PERDANA KUMARA. Linkage Analysis between Redistribution, Income
Inequality, and Growth: A Case Study of Districts and Municipalities in Java. Supervised
by D. S. PRIYARSONO and WIWIEK RINDAYATI.
The quality of economic growth can be measured by its ability to improve public

welfare indicators such as income inequality. Java is the wealthiest region in Indonesia.
The high level of GDRP is unable to reduce poverty rate. It shows existing of income
inequality problem. Previous studies concluded there were two possible linkages between
income inequality and economic growth. The first group found there was a tradeoff
between income equity and growth and the other did not support that hypothesis. To
improve income inequality, Indonesian government implements taxes and transfers system.
By progressive taxes system, government tries to redistribute income among people and
reduce income inequality indicator (Gini index). The efficiency of that system is still low
and probably unable to reduce Gini index.
The purposes of this study are: 1) to calculate and analyze Gini and redistribution
index at Java districts/municipalities level; 2) to analyze the linkage between income
equality and growth and also to analysis that linkage in rich areas (high income) and poor
areas (low income); 3) to analyze the impact of redistribution index to growth; 4) to test
validity of Kuznets hypothesis; and 5) to analyze the influence of main sectors on income
inequality. This study analyzes all districts/municipalities in Java, except the newly
established districts/municipalities. Calculating of Gini and redistribution index (taxes
data) uses National Socio-Economic Survey (Susenas) data.
The result of this study shows that Gini index of Java districts/municipalities level
is increasing during the analysis. At high category of Gini index, there is an increasing from
7% to 32.2%. Meanwhile, at low category, there is a decreasing from 22.6% to 2.6%. To

calculate redistribution index, this study use the difference between Gini index before and
after taxes (income tax and land tax and building). The result shows most of cross section
has negative redistribution index. It shows that our taxes system is still ineffective. Taxes
system tends to makes income inequality worse. Incomplete number of taxpayers is one of
the causes.
The linkage between income equality and growth shows that tradeoff hypothesis is
valid in Java and has greater influence in high income area. Different results are found in
low income area, in that region tradeoff hypothesis is not valid. It shows that determinant
of growth in high income focus on the availability of capital, while in low income, the
growth determinant focus on improvement of human resources quality. In addition,
redistribution index also have significant and negative effect on growth. Kuznets
hypothesis states that the Gini index will increase at the beginning of development and
decline at the end of development. By using GDP per capita, shows that the hypothesis is
valid. In addition, this study also shows that industry and trade sector able to reduce income
inequality in Java.

Keywords: growth, income inequality, Java districts/municipalities, redistribution, and
taxes

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

KETERKAITAN ANTARA REDISTRIBUSI, KETIMPANGAN
PENDAPATAN, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: STUDI
KASUS KABUPATEN/KOTA DI PULAU JAWA

IDA BAGUS PERDANA KUMARA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr

Judul Tesis
Nama
NIM

: Keterkaitan antara Redistribusi, Ketimpangan Pendapatan, dan
Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Pulau Jawa
: Ida Bagus Perdana Kumara
: H151130396

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir D. S. Priyarsono, MS

Ketua

Dr Ir Wiwiek Rindayati, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 10 Desember 2014

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah
ketimpangan pendapatan, dengan judul Keterkaitan antara Redistribusi,
Ketimpangan Pendapatan, dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. D. S. Priyarsono dan Ibu
Dr. Wiwiek Rindayati selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukan selama penelitian. Terima kasih sebesarnya penulis ucapkan kepada Ibu
Dr. Sri Mulatsih sebagai penguji dan kepada Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi sebagai
perwakilan departemen. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh staf Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana IPB, pihak beasiswa
freshgraduate Dikti, rekan-rekan Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB
angkatan 2012 Marmut, Mocin, Andrian, Salsa, Nidaa, Manda, Pika, Nisa, Bintan,
Bram, Kak Astri, Mbak Dewi, dan Mbak Siti atas semua kerja sama dan
dukungannya. Kepada Bli Joger Intercafe dan Mba Nurul BPS atas bantuannya saat
pengumpulan data penelitian. Kepada sahabat-sahabat sepermainan Indraprastha
(IP) Gde Parinatha, Darya, Bli Mayun, Bli Manu, Bli Didi, Bli Giri, Bli Joni, Bli
Agus, Bli Yoga, Bli Yuda, Mbo Kartika, Made Ayu, dan Debby, terima kasih telah

mengisi waktu luang dengan banyak kegembiraan. Kepada yang paling dicintai,
Ajik Ida Bagus Astawa, Ibu Ida Ayu Yeni Pajariati, serta adik-adik Ida Ayu Widya
Puspitasari dan Ida Bagus Trias Purnayana, kehadiran kalian selalu mendukung
penulis untuk terus menjadi lebih baik. Kepada Niang, Wak Ade, dan Wak Anom,
terima kasih untuk menjadi orang tua kedua selama penulis belajar di IPB. Terima
kasih penulis juga sampaikan kepada rekan-rekan di KMHD dan Brahmacarya atas
semua kerja samanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan
saran konstruktif dari pembaca dalam penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
pembangunan nasional.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Ida Bagus Perdana Kumara

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
VIII

DAFTAR GAMBAR
VIII
DAFTAR LAMPIRAN
IX
1.
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
2.
TINJAUAN PUSTAKA
5
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
5
Pengertian Ketimpangan Pendapatan
6
Redistribusi
7
Penelitian Terdahulu
8
Redistribusi dan ketimpangan pendapatan
8
Redistribusi dan pertumbuhan ekonomi
8
Ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
9
PDRB per kapita dan ketimpangan pendapatan
9
Pengaruh sektor-sektor unggulan pada ketimpangan pendapatan
10
Hipotesis Penelitian
10
Kerangka Pemikiran
11
3.
METODE PENELITIAN
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Analisis Data
13
Analisis Deskriptif
13
Analisis Kuantitatif
14
Penghitungan Indeks Gini (Gini Ratio)
14
Penghitungan Redistribusi
14
Elastisitas
15
Metode Panel Data
15
Panel Data Statis
16
Model Panel Data Tobit
18
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Perkembangan Indeks Gini di Pulau Jawa
19
Perkembangan Redistribusi di Pulau Jawa
21
Pengaruh Ketimpangan Pendapatan pada Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa
23
PDRB per kapita
24
Indeks Gini
25
Pengaruh Ketimpangan Pendapatan pada Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan
Low dan High Income
26
PDRB per Kapita
27
Indeks Gini
27
Pengaruh Redistribusi pada Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa
28

Kesesuaian Perkembangan Ketimpangan Pendapatan pada Hipotesis Kuznets
29
Pengaruh Sektor-sektor Unggulan pada Ketimpangan Pendapatan
30
5.
PENUTUP
31
Simpulan
31
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
35

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel, deskripsi, dan sumber data
12
Tabel 2 Selang nilai statistik DW dan keputusannya
17
Tabel 3 Simulasi kebijakan tarif pajak progresif
23
Tabel 4 Pengaruh ketimpangan pendapatan pada pertumbuhan ekonomi di Pulau
Jawa
24
Tabel 5 Pengaruh indeks Gini pada pertumbuhan ekonomi di low dan high income
26
Tabel 6 Pengaruh redistribusi pada pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa
28
Tabel 7 Pengujian hipotesis Kuznets dan pengaruh sektor-sektor unggulan pada
ketimpangan pendapatan
29
Tabel 8 Elastisitas variabel-variabel bebas
30

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Indikator-indikator ekonomi Pulau Jawa
Gambar 2 Distribusi pendapatan berdasarkan kelompok masyarakat
Gambar 3 Kurva U-terbalik
Gambar 4 Kerangka pikir konseptual
Gambar 5 Perkembangan indeks Gini berdasarkan daerah administrasi
Gambar 6 Pengelompokan indeks Gini berdasarkan Timmer (2004)
Gambar 7 Perkembangan indeks Gini sebelum dan setelah pajak di Pulau Jawa
Gambar 8 Indeks Gini dan Redistribusi di Pulau Jawa

2
3
7
11
20
21
21
22

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Korelasi antara variabel bebas dan tak bebas pada model Pulau Jawa
35
Lampiran 2 Pengaruh indeks Gini pada pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa
35
Lampiran 3 Pengaruh redistribusi pada pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa
36
Lampiran 4 Kabupaten/kota dengan pendapatan tertinggi
37
Lampiran 5 Kabupaten/Kota dengan pendapatan terendah
37
Lampiran 6 korelasi antara variabel bebas dan tak bebas pada model low dan high
income
38
Lampiran 7 Pengaruh indeks Gini pada pertumbuhan ekonomi (low income)
38
Lampiran 8 Pengaruh indeks Gini pada pertumbuhan ekonomi (high income) 39
Lampiran 9 Pengujian perkembangan indeks Gini pada hipotesis Kuznets
40
Lampiran 10 Pengaruh sektor-sektor unggulan pada indeks Gini (1)
41
Lampiran 11 Pengaruh sektor-sektor unggulan pada indeks Gini (2)
42

1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dikatakan berkualitas jika pertumbuhan tersebut
diikuti dengan perbaikan pada indikator-indikator kesejahteraan masyarakat.
Terdapat beberapa indikator kesejahteraan masyarakat antara lain kemiskinan,
pengangguran, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan ketimpangan. Ukuran
ketimpangan yang umum digunakan antara lain seperti ukuran Bank Dunia, indeks
Theil, dan indeks Gini. Ketimpangan pendapatan merupakan kondisi di mana
distribusi pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan
pendapatan yang umum diukur dengan menggunakan indeks Gini.
Indeks Gini mengukur ketimpangan pendapatan antara masyarakat dalam
suatu region. Besaran indeks ini berada di antara 0-1. Indeks Gini bernilai nol
menunjukkan pendapatan dalam suatu kawasan terdistribusi merata di antara
masyarakat. Sebaliknya, indeks Gini bernilai satu menunjukkan bahwa
ketidakmerataan sempurna terjadi pada distribusi pendapatan. Penelitian-penelitian
terdahulu menunjukkan adanya keterkaitan antara kemerataan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi. Kelompok pertama menyatakan adanya hipotesis tradeoff
antara kemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi (Barro 2000; Forbes
2000) dan kelompok lainnya tidak mendukung hipotesis tersebut (Benerjee dan
Duflo 2003). Pengelompokan tersebut juga dilakukan oleh Yusuf (2005).
Adanya tradeoff antara kemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi kurang baik. Ketimpangan
pendapatan yang tinggi sangat merugikan masyarakat, bahkan tingginya
pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh besar pada masyarakat
berpendapatan rendah. Selain itu, Birdsall (2005) menyatakan bahwa dampak dari
adanya ketimpangan pendapatan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cenderung melambat. Sejarah pernah menunjukkan bukti seperti kasus antara Korea
Selatan dan Filipina. Kedua negara tersebut pada tahun 1960 memiliki kemiripan
pada kondisi perekonomian agregat, namun sekarang telah memiliki gap yang
sangat besar. Salah satu penyebab utama masalah tersebut adalah perbedaan kondisi
ketimpangan pendapatan di awal pembangunan. Korea Selatan memiliki kondisi
ketimpangan pendapatan yang lebih baik dibandingkan Filipina (Benabou 1996).
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan akan
menyebabkan inefisiensi ekonomi, pengalokasian aset yang tidak efisien, dan dapat
melemahkan stabilitas sosial.
Perbaikan pada ketimpangan pendapatan dilakukan melalui redistribusi.
Redistribusi adalah sistem pendistribusian kembali pendapatan dari masyarakat
kaya ke masyarakat miskin. Redistribusi dilakukan melalui sistem pajak dan
transfer. Tujuan penerapan sistem ini yang utama adalah untuk memperbaiki
ketimpangan pendapatan. Selain itu, melalui sistem pajak diharapkan dapat sebagai
upaya pengumpulan pendapatan pemerintah. Sehingga dapat digunakan untuk
pembiayaan sektor-sektor yang produktif yang nantinya dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Kuznets dalam hipotesisnya menyebutkan bahwa ketimpangan pendapatan
akan semakin buruk bersamaan dengan proses industrialisasi dan dalam jangka

2

panjang akan semakin menurun. Hipotesis ini juga dikenal sebagai hipotesis Uterbalik (inverted-U). Hipotesis ini tidak berlaku secara mutlak, pada beberapa
negara disimpulkan bahwa hipotesis ini tidak berlaku.

Rumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat dengan rata-rata pada
satu dasawarsa terakhir (2012-2003) sebesar 5.8%. Pertumbuhan ini sangat
meyakinkan, terbukti dari tidak berpengaruh besarnya dampak krisis Amerika
Serikat dan Eropa pada perekonomian Indonesia. Data BPS (2014) menunjukkan
penyusun PDB Indonesia masih terfokus di Kawasan Barat Indonesia (KBI)
khususnya di Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan wilayah dengan perkembangan
tercepat dan memiliki potensi yang sangat besar. Tercatat bahwa 61% PDB nasional
bersumber dari Pulau Jawa. PDRB Pulau Jawa didominasi oleh dua sektor utama
yaitu sektor industri (industri pengolahan) dan sektor perdagangan (perdagangan,
hotel, dan restoran). Pangsa kedua sektor tersebut mencapai lebih dari 52%. Sektor
industri memiliki pangsa terbesar yaitu 28% dan sektor perdagangan memiliki
pangsa sebesar 24%. Namun, berdasarkan kemampuan penyerapan tenaga
kerjanya, sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja
terbesar yaitu 31%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 23% dan
sektor industri sebesar 17%.
Selain potensi pada PDRB, potensi lainnya adalah jumlah populasi yang
besar. Lebih dari setengah populasi nasional ada di Pulau Jawa. Besarnya potensi
tersebut juga diikuti dengan tingginya tingkat kemiskinan, sebesar 55% masyarakat
miskin nasional ada di Pulau Jawa (Gambar 1). Tingkat PDRB yang tinggi dan
diikuti oleh tingkat kemiskinan yang tinggi menunjukkan bahwa masalah
ketimpangan pendapatan terjadi di Pulau Jawa. Bahkan, beberapa provinsi di Pulau
Jawa seperti DKI Jakarta dan DI Yogyakarta merupakan provinsi-provinsi dengan
indeks Gini tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0.43.
Pulau Jawa

Non-Pulau Jawa

80%

Persen (%)

60%
40%
20%
0%
Masyarakat Miskin

Populasi
Indikator Ekonomi

PDRB

Gambar 1 Indikator-indikator ekonomi Pulau Jawa
Sumber: BPS, 2014

3

Gambar 2 menunjukkan distribusi pendapatan di antara masyarakat di Pulau
Jawa pada tahun 2012. Pembagiannya dilakukan berdasarkan kriteria Bank Dunia
yang membagi masyarakat ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok 20%
masyarakat terkaya (Upper), kelompok 40% masyarakat menengah (Middle), dan
kelompok 40% masyarakat termiskin (Lower). Berdasarkan gambar tersebut maka
diketahui bahwa 20% masyarakat dengan pendapatan tertinggi menikmati 51%
pendapatan yang ada, sedangkan 40% masyarakat dengan pendapatan terendah
hanya menikmati sebesar 15% pendapatan yang ada. Hasil ini menunjukkan bahwa
PDRB yang tinggi di Pulau Jawa lebih dinikmati oleh kelompok masyarakat kaya.
Bank Dunia mengelompokkan kondisi ini ke dalam kelompok ketimpangan
pendapatan moderat atau menengah.
Upper

Middle

Lower

15.41%

51.05%
33.53%

Gambar 2 Distribusi pendapatan berdasarkan kelompok masyarakat
Sumber: BPS, 2014
Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini akan terbagi menjadi dua
analisis utama. Analisis pertama meneliti mengenai keterkaitan antara ketimpangan
pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Analisis ini juga memasukan
pengaruh redistribusi pada pertumbuhan ekonomi. Dasar analisis ini mengikuti
penelitian yang dilakukan oleh Ostry, Berg, dan Charalambos (2014). Penelitian
tersebut menemukan bahwa redistribusi berdampak positif pada kemerataan
pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Redistribusi pendapatan di Indonesia
dilakukan melalui kebijakan fiskal yaitu pajak dan transfer. Setelah diterapkannya
tarif progresif dan proporsional pada sistem perpajakan di Indonesia, sistem yang
ada seharusnya tidak bias ke arah kelompok masyarakat berpendapatan tinggi.
Bersama dengan kegiatan transfer, sistem tersebut seharusnya dapat memperbaiki
distribusi pendapatan di masyarakat. Kebijakan yang bersifat progresif memiliki
kecenderungan lebih memberatkan pada masyarakat berpendapatan tinggi, mereka
akan mendapatkan tarif pajak yang lebih besar dibandingkan kelompok masyarakat
yang lebih miskin. Selanjutnya, hasil tersebut akan didistribusikan kembali ke
masyarakat sebagai upaya redistribusi pendapatan. Peluang lain dari penerapan
sistem perpajakan adalah sebagai sumber pemasukan yang potensial sehingga dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
Analisis kedua berfokus pada perkembangan indeks Gini. Analisis ini
mencoba membuktikan berlakunya hipotesis Kuznets di Pulau Jawa. Selain itu,
penelitian ini juga akan meneliti pengaruh sektor-sektor unggulan di Pulau Jawa
pada ketimpangan pendapatan. Sektor-sektor unggulan yang digunakan adalah

4

sektor pertanian yang merupakan sektor dengan pangsa penyerapan tenaga kerja
terbesar, serta sektor industri, dan perdagangan yang merupakan sektor dengan
pangsa PDRB terbesar.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan data
kabupaten/kota di Pulau Jawa sebagai dasar data analisis. Analisis akan dilakukan
pada semua kabupaten/kota di Pulau Jawa. Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah tersebut, maka beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagaimanakah dinamika perkembangan indeks Gini dan redistribusi di
Pulau Jawa?
2. Apakah terjadi tradeoff antara kemerataan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi di Pulau Jawa? Serta, bagaimanakah pengaruh redistribusi pada
pertumbuhan ekonomi?
3. Bagaimanakah perkembangan ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa
dalam kaitannya dengan hipotesis Kuznets?
4. Bagaimanakah pengaruh sektor-sektor unggulan pada ketimpangan
pendapatan di Pulau Jawa?

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan
redistribusi, ketimpangan pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa.
Secara lebih rinci, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menghitung dan menganalisis perkembangan indeks Gini dan
redistribusi di tingkat kabupaten/kota.
2. Menganalisis hubungan antara kemerataan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi. Kemudian, menganalisis hubungan tersebut
pada kabupaten/kota kaya (high income) dan kabupaten/kota miskin
(low income).
3. Menganalisis pengaruh redistribusi pada pertumbuhan ekonomi.
4. Menguji kesesuaian hipotesis Kuznets.
5. Menganalisis pengaruh sektor-sektor unggulan pada ketimpangan
pendapatan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan gambaran
kepada pembaca mengenai perkembangan redistribusi, ketimpangan pendapatan,
dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Selanjutnya, penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan masukan pada kebijakan redistribusi di Indonesia,
khususnya untuk perbaikan pada ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dan
informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian ini.

5

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup semua kabupaten/kota di Pulau
Jawa, kecuali tiga kabupaten/kota hasil pemekaran yaitu Kabupaten Pulau Seribu,
Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan sehingga total kabupaten/kota yang
digunakan adalah 115 kabupaten/kota. Tahun analisis yang digunakan adalah tiga
titik waktu yaitu tahun 2008, 2010, dan 2012. Penggunaan selang waktu dua tahun
dilakukan karena keterbatasan data yang diperoleh. Selain itu, perubahan pada nilai
indeks Gini sebagai indikator ketimpangan pendapatan sangat lambat, sehingga
penggunaan selang waktu dua tahun dianggap cukup untuk menangkap perubahan
pada variabel tersebut. Penelitian ini hanya menganalisis perkembangan
redistribusi, ketimpangan pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi.
Indeks Gini diukur dengan menggunakan data pengeluaran Rumah Tangga
(RT). Pengukuran pendapatan secara ekonomi dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan seperti pendekatan penerimaan, pengeluaran, dan nilai tambah (Lipsey
et al. 1995). Pengukuran variabel redistribusi dalam penelitian ini hanya
menggunakan aspek pajak, yaitu hanya pada Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Metode ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh
Sinaga (2012). Sektor unggulan yang digunakan dalam penelitian ini hanya
mencakup sektor pertanian, industri, dan perdagangan. Sektor pertanian merupakan
pendekatan sektor tradisional dan sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar.
Sedangkan, sektor industri dan perdagangan merupakan pendekatan sektor modern
dan sektor dengan pangsa PDRB terbesar.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per
kapita, yang diperlukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan (Tambunan 2003). Penyebab utama dari pertumbuhan ekonomi
adalah tersedianya sejumlah sumber daya dan peningkatan efisiensi penggunaan
faktor produksi.
Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian ekonomi makro adalah
penambahan nilai PDB riil, yang berarti peningkatan pendapatan nasional.
Pertumbuhan ekonomi ada dua bentuk, ekstensif yaitu dengan penggunaan lebih
banyak sumber daya dan intensif dengan penggunaan sejumlah sumber daya yang
lebih efisien (produktif). Nazfiger (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan produksi atau pendapatan per kapita suatu negara.
Produksi tersebut dihitung dengan Gross National Product (GNP) dikurangi PDB
atau Gross National Income (GNI) dikurangi PDB. Pertumbuhan ekonomi juga
berarti peningkatan kapasitas perekonomian suatu wilayah dalam waktu tertentu.
Konsep PDB digunakan pada tingkat nasional, sedangkan untuk tingkat provinsi
dan kabupaten/kota digunakan konsep PDRB. PDRB adalah jumlah nilai output

6

dari sektor ekonomi atau lapangan usaha. Penghitungan PDRB dikelompokkan
menjadi sembilan sektor yaitu: (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan Penggalian; (3)
Industri Pengolahan; (4) Listrik, gas, dan Air Bersih; (5) Bangunan; (6)
Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi; (8)
Keuangan, persewaan, dan Jasa perusahaan; dan (9) Jasa-jasa.

Pengertian Ketimpangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan adalah suatu kondisi di mana distribusi
pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan ditentukan oleh
tingkat pembangunan, heterogenitas etnis, dan berkaitan dengan kediktatoran serta
kegagalan pemerintah dalam menerapkan property rights (Gleaser 2006). Alesina
dan Rodrik (1994) menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan akan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena pada kawasan dengan tingkat kemerataan
yang lebih rendah membutuhkan kebijakan redistribusi yang lebih besar.
Sementara, kebijakan redistribusi tersebut akan mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan akan
menyebabkan beberapa hal, antara lain:
1. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem akan menyebabkan inefisiensi
ekonomi.
2. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem akan melemahkan stabilitas sosial
dan solidaritas.
3. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem umumnya dianggap tidak adil.
Beberapa ukuran ketimpangan yang sering digunakan antara lain: indeks
Gini, indeks Theil, dan ukuran ketimpangan dari Bank Dunia. Dalam penelitian ini
pengukuran ketimpangan pendapatan menggunakan Indeks Gini. Indeks Gini
adalah salah satu ukuran ketimpangan yang paling sering digunakan untuk
mengukur besaran ketimpangan pendapatan. Nilai dari indeks Gini bernilai di
antara 0-1. Semakin kecil nilai indeks Gini pada suatu daerah menunjukkan bahwa
ketimpangan yang terjadi semakin baik (semakin merata).
Indeks Gini adalah murni ukuran statistik untuk keragaman dan ukuran
normatif untuk mengukur ketimpangan. Wodon dan Yitzhaki (2002)
mengungkapkan beberapa kelebihan indeks Gini, yaitu:
1. Indeks Gini dapat digunakan untuk menghitung pendapatan negatif. Hal ini
merupakan salah satu sifat yang tidak dimiliki oleh sebagian ukuran
ketimpangan.
2. Indeks Gini dapat digambarkan secara geometris sehingga lebih mudah
untuk diamati dan dianalisis.
3. Indeks Gini memiliki teori dasar yang kuat. Sebagai indeks normatif, indeks
Gini dapat merepresentasikan teori kemiskinan relatif. Selain itu, indeks
Gini juga dapat diturunkan sebagai ukuran ketimpangan berdasarkan
aksioma-aksioma keadilan sosial.
Pada tahap awal pembangunan, distribusi pendapatan cenderung
memburuk, namun pada tahap selanjutnya distribusi pendapatan akan membaik.
Keadaan tersebut terjadi karena pada tahapan pertumbuhan awal akan terpusat
di sektor industri modern, yang mempunyai lapangan kerja terbatas namun
tingkat upah dan produktivitas yang tinggi. Observasi inilah yang dikenal

7

Ketimpangan Pendapatan

dengan kurva Kuznets “U-terbalik”, karena perubahan longitudinal dalam
distribusi pendapatan, misalnya koefisien Gini, tampak seperti kurva berbentuk Uterbalik (Gambar 3). Kurva Kuznets dapat dihasilkan oleh proses pertumbuhan
berkesinambungan yang berasal dari perluasan sektor modern, seiring dengan
perkembangan suatu wilayah dari perekonomian tradisional ke perekonomian
modern. Di samping itu, imbalan yang diperoleh dari sektor pendidikan
mungkin akan meningkat terlebih dahulu, karena sektor modern yang muncul
memerlukan tenaga kerja terampil, namun imbalan ini akan menurun karena
penawaran tenaga kerja terdidik meningkat dan penawaran tenaga kerja tidak
terdidik menurun (Todaro dan Smith 2006).

PDB per kapita
Gambar 3 Kurva U-terbalik

Redistribusi
Redistribusi merupakan upaya pemerintah untuk memeratakan pendapatan
di antara masyarakat. Secara umum metode yang digunakan oleh pemerintah adalah
melalui sistem pajak dan transfer. Setiap tahun, BPS melalui Susenas melakukan
survei pada RT di lingkup nasional. Survei ini mencakup pengeluaran RT termasuk
untuk pembayaran pajak. Data pajak yang tersedia hanya pajak penghasilan (PPh)
dan pajak bumi bangunan (PBB), tidak mencakup pungutan pajak lainnya seperti:
pajak pertambahan nilai dan cukai (pajak khusus) dan jenis pajak yang dipungut
oleh pemerintah daerah seperti pajak penerangan jalan umum, pajak pemanfaatan
air permukaan dan bawah tanah, dan jenis pajak lainnya. Kedua jenis pajak tersebut
merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.
PPh termasuk dalam jenis pajak langsung, artinya beban pajak ini tidak bisa
dialihkan kepada pihak lain sehingga pungutannya akan berdampak langsung pada
subjek pajak. PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan
tanah dan atau bangunan. PBB termasuk dalam pajak langsung, meskipun dalam
kenyataannya jenis pajak ini masih dimungkinkan untuk dialihkan (contoh: pajak
untuk Rumah Sewaan).
Pengaruh pajak pada redistribusi pendapatan seharusnya cukup nyata
karena tarif pajak yang berlaku bersifat progresif dan proporsional. Direktorat
Jenderal Pajak (2012) menetapkan tarif PPh yang berlaku adalah sebagai berikut:
5% (penghasilan 0 – 50 juta per tahun), 15% (penghasilan 50 - 250 juta per tahun),

8

25% (penghasilan 250 - 500 juta per tahun), dan 30% (penghasilan lebih dari 500
juta per tahun). Penentuan besar pajak untuk PBB dilakukan dengan metode
proporsional yaitu tergantung dari besar kecilnya nilai tanah dan bangunan.
Besarnya beban PBB adalah 0.5% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

Penelitian Terdahulu
Redistribusi dan ketimpangan pendapatan
Keterkaitan antara redistribusi dan ketimpangan pendapatan disampaikan
dalam hipotesis Meltzer dan Richard (1981). Hipotesis ini menyatakan bahwa
wilayah dengan indeks Gini yang lebih tinggi akan memunculkan tekanan untuk
melakukan redistribusi yang lebih besar. Alasan yang melatarbelakangi hipotesis
ini adalah negara-negara dengan tingkat demokrasi yang tinggi. Pada negara-negara
tersebut, pengaruh kekuatan politik sangat besar, sehingga masyarakat (voters)
memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi kebijakan yang akan diterapkan.
Pada wilayah tersebut masyarakatnya akan lebih berpihak pada kebijakankebijakan yang mendukung program-program yang meningkatkan redistribusi.
Penelitian yang menggunakan variabel redistribusi di Indonesia masih
sedikit. Sinaga (2012) menghitung redistribusi di Kabupaten Karo dengan membagi
kelompok masyarakat menjadi sepuluh kelompok (desil). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pada setiap kelompok tersebut besarnya redistribusi adalah
positif, namun sangat kecil.
Redistribusi dan pertumbuhan ekonomi
Pengaruh redistribusi pada pertumbuhan ekonomi secara umum dapat
berpengaruh positif atau negatif. Penelitian yang menyimpulkan bahwa redistribusi
dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi berpendapat bahwa jika redistribusi
digunakan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
peningkatan aspek-aspek yang dapat meningkatkan kualitas modal manusia seperti
kesehatan dan pendidikan maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
(Benabou 2000). Selain itu, pendapat lain yang mendukung menyatakan jika
redistribusi digunakan untuk menutup kerugian akibat ketidaksempurnaan pasar
maka akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi (Saint-Paul dan Verdier
1993). Penelitian (Ostry, Berg, dan Charalambos 2014) juga menyimpulkan bahwa
redistribusi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, penelitian yang mendukung bahwa redistribusi berpengaruh
negatif pada pertumbuhan ekonomi adalah didasarkan pada Hukum Okun. Hukum
Okun menyatakan bahwa akan ada tradeoff antara efisiensi dan kemerataan.
Efisiensi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi, sehingga perbaikan
kemerataan pendapatan melalui redistribusi akan mengurangi pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, asumsi lain yang melatarbelakangi hipotesis ini adalah dengan
tingginya pajak dan subsidi maka akan muncul kecenderungan seseorang untuk
mengurangi waktu bekerja dan jumlah investasi. Sehingga nantinya akan
mengurangi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Kondisi redistribusi di Indonesia terutama melalui pajak memang terlihat
belum baik. Namun, peningkatan perbaikan pada sistem ini terus dilakukan.
Melalui pendapatan pajak dapat dilakukan perbaikan pada infrastruktur,

9

pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor penting lainnya yang mampu
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, sehingga sistem redistribusi dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
Beberapa penelitian menemukan bahwa ada dua kemungkinan hubungan
antara ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Pendapat pertama
menyatakan adanya hubungan positif antara ketimpangan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi. Jika distribusi pendapatan semakin timpang maka
pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Pengaruh tersebut disebabkan
meningkatnya tingkat tabungan dan investasi dari masyarakat kaya (Kaldor 1957).
Barro (2000) menemukan bahwa pada kawasan kaya hipotesis tradeoff akan
berlaku, sedangkan pada kawasan miskin hipotesis tersebut tidak berlaku. Forbes
(2000) juga mendukung hasil penelitian Barro, namun penelitiannya menunjukkan
bahwa pada kawasan miskin tidak ada keterkaitan yang jelas antara kemerataan
pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh yang mendukung bahwa ketimpangan pendapatan dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi beralasan bahwa ketimpangan pendapatan
dapat menghilangkan kemampuan masyarakat miskin untuk tetap sehat sehingga
menurunkan kualitas modal manusia (Galor dan Moav 2004). Selain itu,
ketimpangan pendapatan dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem politik dan
perekonomian yang dapat mengurangi investasi (Alesina dan Perotti 1996). Untuk
kasus di Indonesia Hajiji (2010) yang meneliti keterkaitan antara pertumbuhan
ekonomi dan kemerataan pendapatan di Provinsi Riau menyimpulkan bahwa
adanya tradeoff antara kedua variabel tersebut.
Pulau Jawa merupakan kawasan terkaya di Indonesia dan memiliki share
sektor industri terbesar di Indonesia. Karakteristik sektor industri yaitu padat modal
menyebabkan tingkat kebutuhan modal di Pulau Jawa sangat tinggi. Jika
ketimpangan pendapatan semakin tinggi maka pendapatan masyarakat kaya akan
semakin tinggi dan ikut meningkatkan tingkat tabungan yang dapat digunakan
sebagai modal dan investasi. Selanjutnya, modal dan investasi tersebut digunakan
sebagai penggerak sektor industri dan kemudian berdampak pada pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan kondisi tersebut diduga bahwa di Pulau Jawa akan terjadi
tradeoff antara kemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
PDRB per kapita dan ketimpangan pendapatan
Kuznets menyatakan bahwa pertanian mewakili sebagian besar
perekonomian dan juga ditandai oleh rendahnya tingkat ketimpangan pada periode
awal pembangunan. Seiring terjadinya proses pembangunan, maka struktur
perekonomian secara perlahan akan beralih ke sektor sekunder bahkan tersier.
Perubahan sektoral ini umumnya memiliki dua efek dalam jangka panjang. Efek
pertama adalah perubahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yang
mengarah pada peningkatan PDB per kapita. Sebaliknya, efek kedua memprediksi
bahwa perubahan tersebut menyebabkan peningkatan ketimpangan. Akibatnya,
pada awal pembangunan, pendapatan dan ketimpangan pendapatan akan
berkorelasi positif. Seiring dengan proses pembangunan yang terjadi, perpindahan
tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri akan menurunkan ketimpangan

10

pendapatan. Akibatnya, tercipta hubungan jangka panjang yang negatif antara
ketimpangan pendapatan dan pendapatan.
Hipotesis ini tidak berlaku secara mutlak. Penelitian yang dilakukan oleh
Ostergaard dan Bjornskov (2013) pada negara-negara di Afrika menunjukkan tidak
berlakunya hipotesis Kuznets. Penelitiannya menemukan bahwa perkembangan
indeks Gini mengikuti pola kurva-U, di mana pada awal pembangunan tinggi dan
menurun di saat pertengahan pembangunan dan kembali meningkat di akhir
pembangunan. Penelitian di Indonesia pernah dilakukan Hartono dan Irawan (2008)
dengan menggunakan data provinsi-provinsi di Indonesia juga menyimpulkan
bahwa perkembangan indeks Gini mengikuti hipotesis Kuznets.
Berdasarkan PDRB, terlihat bahwa perkembangan sektor pertanian di Pulau
Jawa mengalami penurunan, sebaiknya pada sektor modern seperti sektor industri
dan perdagangan mengalami peningkatan. Kuznets menyatakan kondisi ini
merupakan kondisi peralihan dari sektor tradisional menuju sektor modern. Di sisi
lain, indeks Gini provinsi-provinsi di Pulau Jawa mengalami peningkatan. Kondisi
tersebut menunjukkan adanya dugaan bahwa perkembangan indeks Gini di Pulau
Jawa akan mengikuti hipotesis Kuznets.
Pengaruh sektor-sektor unggulan pada ketimpangan pendapatan
Kuznets menyatakan bahwa peningkatan ketimpangan pendapatan
disebabkan oleh proses industrialisasi, perpindahan sektor dominan dari sektor
pertanian menuju sektor sekunder bahkan tersier. Namun, secara perlahan
perkembangan sektor sekunder dan tersier tersebut dapat menurunkan ketimpangan
pendapatan. Calderon dan Serven (2004) dalam penelitiannya memasukan variabel
sektor modern (industri dan jasa) dan menguji pengaruhnya pada indeks Gini.
Hasilnya menyimpulkan bahwa variabel tersebut berpengaruh positif pada
ketimpangan pendapatan. Sebaliknya, Kassa (2003) dan Sari (2014) menyimpulkan
hasil yang sebaliknya. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa sektor industri
memberikan dampak negatif pada indeks Gini.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pajak dapat mengurangi ketimpangan pendapatan (indeks Gini) sehingga
besar nilai redistribusi adalah positif. Hubungan redistribusi dan indeks Gini
adalah searah.
2. Indeks Gini berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa
dan kawasan high income. Pada kawasan low income indeks Gini
berpengaruh negatif.
3. Redistribusi berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa.
4. Perkembangan indeks Gini mengikuti hipotesis Kuznets.
5. Sektor pertanian berpengaruh negatif pada indeks Gini, sebaliknya sektor
modern berpengaruh positif pada indeks Gini.

11

Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi dikatakan berkualitas jika mampu memperbaiki
kesejahteraan masyarakat termasuk ketimpangan pendapatan. Hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan berbeda-beda di setiap
kawasan, sehingga dibutuhkan analisis khusus untuk mengetahui hubungan kedua
variabel tersebut di Pulau Jawa. Penelitian ini juga akan menghitung besarnya efek
redistribusi pajak serta pengaruhnya pada kemerataan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi. Ostry, Berg, dan Charalambos (2014) menemukan bahwa variabel
redistribusi mampu memberikan dampak positif pada kemerataan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi.
Ada atau tidaknya tradeoff antara kemerataan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi, ketimpangan pendapatan merupakan masalah sosial ekonomi yang harus
diatasi. Penelitian ini akan mencoba mengetahui perkembangan indeks Gini dan
pengaruh dari sektor-sektor unggulan pada perkembangan indeks Gini. Kerangka
pikir konseptual yang diajukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.
Pertumbuhan Ekonomi
berkualitas

Tujuan 1

Meningkatkan indikator
kesejahteraan masyarakat

Menghitung indeks Gini
dan redistribusi

Ketimpangan
Pendapatan

Hipotesis Tradeoff

Hipotesis Kuznets

Pertumbuhan ekonomi dan
kemerataan pendapatan

Hubungan antara PDRB
per kapita dan ketimpangan
pendapatan

Sektor
Tradisional

Jangka pendek dan
panjang

Pertanian

Pada model ini, diuji
pengaruh redistribusi pada
pertumbuhan ekonomi

Pengaruh sektor-sektor
unggulan

Sektor
Modern

Industri

Perdagangan

Tujuan 2

PDRB per kapita

Tujuan 4
Tujuan 3

: Alur penelitian
: Variabel yang digunakan
: Tujuan penelitian
Gambar 4 Kerangka pikir konseptual

12

3. METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut merupakan data cross section dan time series pada semua
kabupaten/kota di Pulau Jawa kecuali tiga kabupaten/kota hasil pemekaran, serta
tiga titik tahun yaitu 2008, 2010, dan 2012. Data diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Pusat Jakarta. Untuk melakukan perhitungan pada beberapa variabel
digunakan data hasil Susenas yang kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan.
Jumlah sampel RT Susenas untuk Pulau Jawa mengalami peningkatan besar pada
tahun 2010 ke 2012 yaitu dari 30 268 menjadi 94 299 RT. Data lainnya yang
digunakan bersumber dari artikel, jurnal, media cetak, dan elektronik. Adapun data
dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara lebih lengkap ditunjukkan
pada tabel 1.
Tabel 1 Variabel, deskripsi, dan sumber data
No. Variabel
Deskripsi
1
Gr
Pertumbuhan ekonomi
2
Red
Redistribusi
3
Gini
Indeks Gini
4
Inc
PDRB per kapita
5
Perd
Pangsa
sektor
perdagangan, hotel, dan
restoran terhadap PDRB
6
Ind
Pangsa sektor industri
terhadap PDRB
7
Pert
Pangsa sektor pertanian
terhadap PDRB
8
ModS Sektor modern
9
PT
Pengeluaran total
(kode: EXPEND)
10
PBB
Pajak bumi dan bangunan
(kode: 331)
11
PPH
Pajak penghasilan dan
lainnya (kode: 336)

Sumber
BPS
Hasil perhitungan
Hasil perhitungan
BPS
BPS

Satuan
%
indeks (0-1)

Rp
%

BPS

%

BPS

%

BPS
Susenas

%
Rp

Susenas

Rp

Susenas

Rp

Definisi Operasional Variabel
1. Pertumbuhan ekonomi.
Variabel pertumbuhan ekonomi didekatkan dengan pertumbuhan PDRB per
kapita. PDRB per kapita adalah rasio PDRB atas harga konstan tahun 2000
terhadap jumlah penduduk. Satuan variabel ini adalah persen.
2. Redistribusi
Variabel redistribusi didekatkan dengan selisih indeks Gini sebelum dan
setelah pajak.

13

3. Indeks Gini
Variabel indeks Gini didekatkan dengan nilai indeks Gini sebelum pajak.
Nilai indeks Gini ini diperoleh dengan menggunakan data pengeluaran RT.
Nilai dari indeks Gini ini adalah antara 0-1.
4. Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan besarnya PDRB per kapita tahun konstan
2000 pada satu tahun sebelum tahun analisis yang didekatkan dengan nilai
PDRB per kapita. Satuan variabel ini adalah rupiah/jiwa.
5. Pangsa Sektor Perdagangan
Variabel ini dihitung dengan menggunakan persentase sektor perdagangan,
hotel, dan restoran pada total PDRB kabupaten/kota. Satuan variabel ini
adalah %.
6. Pangsa Sektor Industri
Variabel ini dihitung dengan menggunakan persentase sektor industri pada
total PDRB kabupaten/kota. Satuan variabel ini adalah %.
7. Pangsa Sektor Pertanian
Variabel ini dihitung dengan menggunakan persentase sektor pertanian pada
total PDRB kabupaten/kota. Satuan variabel ini adalah %.
8. Sektor Modern
Variabel ini merupakan total dari variabel pangsa sektor industri dan
perdagangan.
9. Pengeluaran Total
Variabel ini digunakan sebagai pendekatan pendapatan. Pengeluaran total
terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan. Pada Susenas
variabel ini masuk dalam modul konsumsi.
10. PBB
Besarnya PBB yang dibayarkan dalam satu tahun. Satuan variabel ini adalah
rupiah.
11. PPH
Besarnya PPH yang dibayarkan dalam satu tahun. Satuan variabel ini adalah
rupiah.

Metode Analisis Data
Penelitian ini secara umum menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif.
Analisis kuantitatif meliputi analisis keterkaitan antara redistribusi, ketimpangan
pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi. Pengolahan atas data dilakukan dengan
menggunakan beberapa paket program statistik yaitu: Microsoft Office Excel 2010,
Eviews 6.0, dan Stata 12.0.

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan
memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Fungsi analisis
deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah

14

diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data
yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk memberikan suatu
gambaran secara umum mengenai kondisi sosial ekonomi di Indonesia dan
karakteristik variabel-variabel yang terkait penelitian.

Analisis Kuantitatif
Penghitungan Indeks Gini (Gini Ratio)
Indeks Gini adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk
mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Keterbatasan data
indeks Gini di tingkat kabupaten/kota mengharuskan dilakukannya penghitungan
secara manual. Rumus penghitungan indeks Gini adalah sebagai berikut:
G = 1 - ∑ =1
− −1
+ −1 ) ................................................ (1)
dimana:
G
= Indeks Gini
Xk
= proporsi kumulatif dari RT untuk k = 1,2,…,n;
Yk
= proporsi kumulatif dari Pengeluaran RT untuk k = 1,2,…,n;
Nilai indeks Gini ada di antara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini
menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai indeks
Gini adalah nol maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada distribusi
pendapatan, sedangkan jika bernilai satu berarti terjadi ketidakmerataan pendapat
yang sempurna. Untuk publikasi resmi Indonesia oleh BPS, baik ukuran
ketidakmerataan pendapatan versi bank Dunia maupun indeks Gini,
penghitungannya menggunakan data pengeluaran (BPS 2014). Dalam penelitian ini
data yang digunakan sebagai pendapatan adalah pengeluaran RT yang bersumber
dari Susenas.
Hidayat dan Panturu (2007) mengungkapkan bahwa penghitungan indeks
Gini dengan menggunakan data pengeluaran cenderung lebih rendah daripada
indeks Gini yang dihitung dengan data pendapatan. Hal ini karena data pengeluaran
kemungkinan hanya dapat menggambarkan besarnya pendapatan pada penduduk
berpendapatan rendah dan menengah, tetapi tidak untuk penduduk berpendapatan
tinggi.

Penghitungan Redistribusi
Ukuran yang digunakan untuk mengukur pengaruh pajak pada redistribusi
pendapatan adalah menggunakan indeks Kakwani. Indeks ini mengukur efek
redistribusi dengan mencari selisih antara indeks Gini sebelum pajak dan transfer
terhadap indeks Gini setelah pajak dan transfer. Dalam penelitian ini penghitungan
efek redistribusi hanya terbatas pada variabel pajak dan tidak memasukan variabel
transfer. Metode penghitungan ini juga digunakan oleh Sinaga (2012) untuk
menghitung efek redistribusi di Kabupaten Karo. Data pajak yang digunakan adalah
hanya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Penghasilan (PPh) yang masuk
dalam kategori pungutan lainnya. Penelitian ini memiliki kekurangan pada

15

kelengkapan cakupan data pajak yang digunakan