Proksimat, Mineral Dan Struktur Jaringan Daging Juvenil Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Umur Panen Yang Berbeda

PROKSIMAT, MINERAL DAN STRUKTUR JARINGAN
DAGING JUVENIL IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA

LIA MAULINAH ANGRIANI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Proksimat, Mineral dan Struktur
Jaringan Daging Juvenil Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Umur Panen yang
Berbeda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, Februari 2016

Lia Maulinah Angriani
NIM C34100019

iv

ABSTRAK
LIA MAULINAH ANGRIANI. Proksimat, Mineral dan Struktur Jaringan Daging
Juvenil Ikan nila (Oreochromis niloticus) pada Umur Panen yang Berbeda. Dibimbing
oleh AGOES M. JACOEB dan NURJANAH.
Juvenil ikan nila banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat dalam berbagai
bentuk olahan, namun informasi komposisi kimia mengenai baby fish nila segar belum
tersedia. Tujuan penelitian ini adalah menentukan perbedaan proksimat, kandungan

mineral dan jaringan daging juvenil ikan nila berdasarkan umur panen, yaitu dua, tiga,
dan empat minggu. Metode yang digunakan untuk analisis proksimat berdasarkan SNI
1992-01-2891, mineral dengan menggunakan (Atomatic Absorption Spectrophotometer)
AAS dan analisis jaringan menggunakan metode parafin. Berat badan, panjang total dan
tinggi, serta kadar abu meningkat dengan meningkatnya umur panen, tetapi kandungan
protein total tidak berubah. Fe meningkat pada umur panen 4 minggu. Evaluasi
mikroskopis menunjukkan, struktur miomer yang kompak pada umur panen 4 minggu
dan miosepta berkembang.
Kata kunci : juvenil ikan nila, jaringan, mineral, proksimat, umur panen.

ABSTRACT
LIA MAULINAH ANGGRAINI. Proximate, Mineral and Network Structure Meat
Juvenil Tilapia (Oreochromis niloticus) in Different Harvest Time. Supervised by
AGOES M. JACOEB and NURJANAH.
Juvenile of tilapia mostly consumed by people of west java in various processed
forms, however still luck in chemical information. The purpose of this study was to
determine the differences of morphometric value, proximate and mineral content, as
well as its flesh tissue structure based on the harvest age at two, three and four weeks.
Proximate was determined with method based on SNI 1992-01-2891, mineral was
evaluated using (Atomic Absorption Spectrophotometer) AAS and flesh tissue structure

using paraffin method. Body weight, total length and height, as well as ash content
increased with the increasing of harvest age, but did not change in total protein content.
Fe increased in harvest age of 4 weeks. Microscopic evaluation showed compact
structure of myomere at harvest age four week and its myosepta developed more at this
time.
Keywords: Juvenile of tilapia, harvesting time, mineral, proximate, tissue

v

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

i


i

PROKSIMAT, MINERAL DAN STRUKTUR JARINGAN
DAGING JUVENIL IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA
UMUR PANEN YANG BERBEDA

LIA MAULINAH ANGRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

i


i

Judul Skripsi : Proksimat, Mineral dan Struktur Jaringan Daging Juvenil Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) pada Umur Panen yang Berbeda
Nama
: Lia Maulinah Angriani
NIM
: C34100019
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl-Biol
Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus

ii

iii

KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli hingga Agustus 2014 dengan judul
“Proksimat, Mineral dan Struktur Jaringan Daging Juvenil Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada Umur Panen yang Berbeda”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1 Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb Dipl-Biol selaku dosen pembimbing I dan
Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku dosen pembimbing II, atas segala
bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen, Dr Ir Wini
Trilaksani, MSc Selaku Penguji dan Desniar, SPi, MSi Selaku
GKM/Komdik atas saran dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
3 Staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan.
4 Ayahanda dan Ibunda kami tercinta, serta kakak dan adik, yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
5 Ibu Dian dari Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Ilmu Pakan, Fakultas Peternakan
yang telah bersedia memberikan bantuan dan menyediakan tempat untuk
pengujian mineral.
6 Sahabat, yaitu Susi susanti, Ratna Oktavia, Santiara Pramestia, Rieska
Ayu wulandari, Astrini Agustin, Dewi Rachmawati, Kartika Chandra
Kirana, Chicilia, T. W, Sri Wahyuningsih, dan Hifriend, Rika Mustika,
Annisa Khoirunika, Casselia Ajeng. P atas dukungan, tempat berkeluh
kesah, dan bantuannya selama ini.
7 Tim baby fish 47, Arif Yanuar Ridwan, Santoso Darmo Atmojo, Bianca
Benning, Laurensius Sitanggang, dan Siti Mayang Sari yang telah

memberikan dorongan dan kerja samanya.
8 Keluarga besar THP 47 atas segala bantuan, doa, semangat, dan dukungan
yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun,
semoga bermanfaat.

Bogor, 17 Februari 2016

Lia Maulinah Angriani

i

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 2
Bahan dan Alat Penelitian ................................................................................ 2
Prosedur Penelitian ........................................................................................... 3
Pengambilan dan Preparasi Sampel ................................................................. 4
Pengukuran Morfometrik ................................................................................. 4
Prosedur Analisis .............................................................................................. 4
Analisis Histologis (mengacu pada Angka et al. 1990) .............................. 4
Analisis Mineral (AOAC 2005)................................................................... 5
Analisis Proksimat ....................................................................................... 6
Analisis Data ................................................................................................ 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
Morfometrik Juvenil Ikan Nila ......................................................................... 8
Komposisi Kimia Juvenil Ikan Nila ................................................................. 9
Kadar Air ..................................................................................................... 9

Kadar Abu .................................................................................................. 10
Kadar Protein ............................................................................................. 10
Kadar Lemak ............................................................................................. 10
Komposisi Mineral Juvenil Nila (O. niloticus) .............................................. 11
Struktur Jaringan Otot Juvenil Ikan Nila (O. niloticus) ................................. 12
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 14
Kesimpulan ..................................................................................................... 14
Saran ............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 19

iii

DAFTAR TABEL
1
2
3

Bobot dan morfometrik juvenil ikan nila dari berbagai umur Panen
(n=30) .......................................................................................................... 8

Komposisi kimia juvenil ikan nila pada berbagai umur panen ................... 9
Mineral juvenil ikan nila (O. niloticus) ..................................................... 11

DAFTAR GAMBAR

1
2
3

Diagram alir metode penelitian .................................................................... 3
Morfometrik juvenil ikan nila pada umur panen .......................................... 8
Penampang melintang otot juvenil ikan nila dengan perbesaran
masing-masing 40x pada umur panen : (A) dua minggu (a. Miomer
utuh; b. Miomer mengalami keretakan; c. Miomer mengalami
pengeroposan; d. Ruang antar miomer), (B) tiga minggu (a. Miomer
utuh; b. Mioseptum; c. Ruang antar miomer; d. Material terlarut dari
miomer keluar dan memenuhi ruang antar miomer), (C) empat
minggu (a. Miomer utuh; b. ruang antar miomer). ..................................... 13

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan air tawar
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan menjadi target produksi perikanan
nasional. Berdasarkan KKP (2013) permintaan ikan nila dari tahun 2010 hingga
2013 mengalami peningkatan produksi yaitu 26,36% dengan jumlah produksi ikan
nila pada tahun 2013 sebesar 1,105,000 ton. Menurut data yang diperoleh dari
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, produksi ikan nila pada tahun
2010 mencapai 2 073.36 ton dengan pertumbuhan produksi 12,55%. Potensi yang
cukup besar yang dimiliki oleh sektor perikanan Kabupaten Bogor dalam
menghasilkan peluang usaha baru untuk memaksimalkan potensi yang ada,
khususnya dalam bidang pengolahan produk perikanan.
Ikan nila adalah salah satu ikan air tawar yang digemari oleh masyarakat
untuk dikonsumsi dengan berbagai ukuran. Ukuran konsumsi ikan nila pada
umumnya dengan bobot 200 gram pada umur panen 3-6 bulan, selain itu trend
saat ini masyarakat juga menggemari juvenil ikan untuk dikonsumsi. Tua et al.
(2012) menyatakan ikan dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan berat
badan, yaitu kecil 50-150 g, sedang 150-250 g, dan besar 250-350 g. Juvenil ikan
banyak dijadikan produk olahan keripik, karena lebih mudah diolah tanpa
disiangi. Menurut Ozyurt et al. (2008) juvenil ikan mengandung protein, kalsium,
mineral dan omega 3 yang cukup tinggi. Hal ini membuat produk olahan tersebut
populer di kalangan masyarakat.
Juvenil ikan banyak mengandung komponen yang penting untuk
pertumbuhan anak maupun orang dewasa. Komponen yang terdapat pada juvenil
ikan salah satunya adalah mineral. Kandungan mineral pada ikan berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan osmosis antara cairan tubuh dengan cairan di
sekitarnya. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil, namun mineral
memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup, karena
mineral sangat dibutuhkan dalam beberapa proses yang berlangsung di dalam
tubuh ikan. Ikan dapat mengabsorbsi beberapa mineral, tidak hanya mineral yang
berasal dari pakan tetapi juga berasal dari lingkungan aquatic. Perubahan
kandungan mineral dan jaringan individu diduga terkait dengan perkembangan
ontogeni individu tersebut. Pertambahan umur panen juvenil ikan nila diduga
berpengaruh terhadap kandungan mineral dan struktur jaringan dagingnya.
Informasi tersebut hingga kini belum tersedia, untuk itu kiranya perlu dilakukan
penelitian untuk menyediakan informasi tersebut.

Rumusan Masalah
Masyarakat Jawa Barat memiliki kebiasaan baru, yakni mengkonsumsi ikan
nila yang masih dalam fase juvenil dan hingga kini belum tersedia informasi
tentang kandungan mineral, proksimat, struktur jaringan dagingnya dari berbagai
umur panen.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan perbedaan kandungan proksimat,
mineral, dan struktur jaringan daging juvenil ikan nila pada umur panen 2, 3, dan
4 minggu.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
komposisi kimia, profil mineral dan perkembangan jaringan daging juvenil ikan
nila pada umur panen dua, tiga dan empat minggu.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel, analisis
proksimat, analisis mineral, analisis jaringan daging juvenil ikan nila dan
pengolahan data serta penulisan laporan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksakan pada Juli 2014 sampai September 2014. Sampel
berasal dari tambak nila di Kampung Kaum, Desa Pabuaran, Kemang, Kabupaten
Bogor. Preparasi bahan baku dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium
Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis jaringan
dilakukan di Laboratorium Histologi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Uji proksimat dilakukan di
Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Analisis mineral dilakukan di Laboratorium Pengujian Nutrisi
Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah baby fish ikan nila
dengan umur panen 2, 3, dan 4 minggu yang berasal dari tambak nila di Kampung
Kaum, Desa Pabuaran, Kemang, Kabupaten Bogor. Bahan yang digunakan untuk
analisis proksimat meliputi aquades, H2SO4, NaOH 40%, HCl 0,1 N, H3BO42%,
kertas saring, kapas bebas lemak dan pelarut heksana. Bahan yang digunakan
untuk analisis jaringan meliputi larutan Formaldehida, BNF, etanol absolut,
Tertier Butil Alkohol (TBA), minyak parafin, parafin, xilol, hematoksilin, eosin,

3

etanol, larutan seri Johansen. Bahan yang digunakan untuk analisis mineral adalah
Aquades, kertas saring Whatman, asam nitrat (HNO3 65%), asam perkhlorat
(HClO4 70%), H2SO4 pekat, dan HCl.
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk preparasi sampel yaitu baskom, pisau,
talenan, kertas label, cool box, penggaris, timbangan digital, kamera, dan pensil.
Alat yang digunakan untuk analisis proksimat adalah timbangan digital, cawan
porselen, oven, desikator, tanur, kompor listrik, bulb, pipet, tabung reaksi, gelas
erlenmeyer, tabung kjeldhal, tabung sokhlet, labu lemak, pemanas, destilat, dan
buret. Alat yang digunakan untuk analisis jaringan meliputi gelas penyimpanan
sampel, meja cetak, karton cetak, oven, mikrotom Yamato RV-240, meja
pemanas, gelas obyek, dan rak pewarna, sedangkan untuk proses pengamatan
digunakan mikroskop cahaya Olympus CX41 dan kamera mikroskop Olympus
DP21 beserta Software Prime Strime. Pengujian mineral dilakukan menggunakan
hot plate, erlenmeyer, labu takar 100 mL, glass wool, alat AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometer) merk Shimadzu tipe AA 7000, dan
spektrofotometer UV-200-RS.

Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan survey ke lapangan untuk mendapatkan
informasi tentang cara pembudidayaan ikan nila, pengambilan sampel umur dua,
tiga dan empat minggu, dan dilanjutkan dengan pengukuran morfometrik (panjang
total, tinggi dan berat badan), pengujian mineral dan analisis jaringan. Diagram
alir metode penelitian disajikan pada Gambar 1.

Pengambilan sampel juvenil
ikan nila 2,3, dan 4 minggu
Transportasi
sistem basah
Pemberokan

Pengukuran
berat dan
morfometrik

Analisis
proksimat

Analisis
jaringan

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Pengujian
mineral

4

Pengambilan dan Preparasi Sampel
Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis nila bastard.
Ikan nila berasal dari tambak nila di Kampung kaum, Desa Pabuaran, Kemang,
Kabupaten Bogor. Sampel juvenil ikan dengan umur panen 2 minggu (2000 ekor),
3 minggu (1500 ekor), dan 4 minggu (1000 ekor) diangkut dari Kampung Kaum
ke Laboratorium Karakteristik Bahan Baku hasil Perairan, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
menggunakan kantong plastik dan diangkut menggunakan motor pada pagi hari.
Sampel yang telah dipanen, diberok terlebih dahulu selama 2 jam di dalam
akuarium sebelum dipreparasi, agar sisa makanan dan feses keluar dari sistem
pencernaan, mengurangi metabolisme pencernaan dan mempengaruhi bobot pada
sampel. Preparasi yang dilakukan yaitu dengan memisahkan benda asing dan
mencuci bersih juvenile ikan nila tersebut.
Pengukuran Morfometrik
Awal Pengukuran morfometrik dilakukan dengan mengambil sampel
secara acak sebanyak 30 ekor juvenil ikan. Pengukuran morfometrik sampel
meliputi panjang total, tinggi dan berat ikan per-ekor. Panjang total diukur dari
ujung bagian kepala sampai dengan ujung sirip ekor. Tinggi badan diukur dari
jarak tertinggi antara dorsal dan ventral. Pengukuran panjang total dan tinggi
badan dengan menggunakan penggaris dengan satuan minimum millimeter. Berat
ikan diukur menggunakan neraca digital.

Prosedur Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi analisis histologis
atau struktur jaringan otot, analisis mineral, analisis proksimat.
Analisis Histologis (mengacu pada Angka et al. 1990)
Analisis jaringan daging juvenil ikan nila diawali dengan pembuatan
preparat dengan metode parafin. Tahap pembuatan preparat meliputi fiksasi,
dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, blocking, trimming, pemotongan
jaringan, pewarnaan, serta perekatan jaringan menggunakan mounting agent.
Fiksasi dilakukan dalam larutan Buffer Normal Formalin (BNF) 10%
selama lebih dari 36 jam, kemudian larutan fiksasi dibuang dan didehidrasi
melalui perendaman sampel pada suhu ruang dengan alkohol 70% selama 24 jam,
80% selama 2 jam, 90% selama 2 jam, 95% selama 2 jam, 95% selama 2 jam,
95% selama 2 jam, 100% selama 12 jam. Proses clearing dimulai dari
perendaman sampel dalam clearing agent. Sampel direndam dalam alkohol:xilol
(1:1) selama 30 menit yang dilanjutkan dengan tahap impregnasi dan embedding.
Tahap Impregnasi adalah perendaman sampel ke dalam xilol:parafin (1:1) dalam
gelas piala selama 45 menit. Embedding adalah perendaman sampel di dalam
parafin cair selama 45 menit. Kedua proses ini berlangsung di dalam oven pada
suhu 60 oC.
Sampel yang telah dilakukan embedding dalam parafin cair lalu dicetak
dengan parafin cair yang kemudian dibekukan. Proses ini membutuhkan cetakan
yang dapat dibuat dari kertas yang kaku, misal kertas kalender, dengan ukuran

5

(2x2x2) cm3. Parafin cair dituangkan ke dalam cetakan hingga memenuhi sekitar
1/8 bagian cetakan dan dibiarkan hingga sedikit membeku. Sampel kemudian
disusun dalam cetakan dan dituangi parafin cair hingga terendam, serta dibiarkan
membeku dalam suhu ruang selama 24 jam. Setelah parafin beku dengan
sempurna, blok parafin dikeluarkan dari cetakan lalu dilakukan trimming
menggunakan silet.
Jaringan dipotong dengan mikrotom putar setebal 4 μm dan pita-pita
parafin direkatkan pada gelas obyek. Selanjutnya proses pewarnaan dilakukan
menggunakan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan diawali dengan perendamaan
gelas obyek ke dalam xilol I dan xilol II masing-masing selama 2 menit,
dilanjutkan perendaman dalam alkohol absolut 100%, 95%, 90%, 80%, 70%, dan
50% masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, obyek dibilas dengan akuades
selama 2 menit. Kemudian obyek dimasukkan ke dalam pewarna hematoksilin
selama 7 menit dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan
zat warna yang tidak diserap. Obyek direndam kembali dalam pewarna eosin
selama 3 menit dan dicuci kembali dengan akuades. Preparat jaringan kemudian
direndam dalam alkohol 50%, 70%, 85%, 90%, 100%, 100%, xilol I, xilol II
masing-masing selama 2 menit.
Proses selanjutnya adalah penutupan gelas obyek dengan pemberian
mounting agent atau Canada Balsam pada gelas obyek, kemudian dikeringkan
selama 24 jam. Pengamatan preparat awetan dilakukan dengan mikroskop cahaya
Olympus CX41 dengan perbesaran hingga 400x. Proses pengambilan gambar
dilakukan dengan kamera Olympus DP21.
Analisis Mineral (AOAC 2005)
Pengujian Ca, K, Na, Mg, Fe, Zn, Cu diawali dengan preparasi sampel
dengan pengabuan basah. Sebanyak 10 gram sampel dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambah 5 mL H3, kemudian campuran tersebut didiamkan
selama satu jam pada suhu ruang di ruang asam, dipanaskan dengan hot plate
selama 4-6 jam dengan temperatur rendah selama 4-6 jam di dalam ruang asam.
Sampel kemudian ditutup dan dibiarkan semalam. Setelah itu, ditambah 0,4 mL
H2SO4 dan dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang atau lebih pekat
(biasanya ± 1 jam). Campuran tersebut kemudian ditambah 2-3 tetes larutan
campuran HCl dan HNO3 dengan perbandingan 2:1. Sampel tersebut tetap
diletakkan di atas hot plate dan pemanasan tetap dilanjutkan hingga campuran
berubah warna dari cokelat ke kuning tua dan berubah menjadi kuning muda.
Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit.
Selanjutnya sampel dipindahkan, lalu didinginkan dan ditambah 2 mL aquades
dan 0,6 mL HCl. Campuran tersebut dipanaskan kembali selama ±15 menit agar
dapat larut, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Apabila terdapat
endapan, dilakukan penyaringan dengan glass wool. Hasil pengabuan basah ini
selanjutnya dianalisis dengan AAS atau spektrofotometer.
Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS). Selanjutnya, diukur absorbansinya atau tinggi puncak
dari standar blanko dan contoh pada panjang gelombang dan parameter yang
sesuai untuk masing-masing mineral yang diuji. Panjang gelombang untuk
mineral natrium adalah 589,0 nm; kalsium dengan panjang gelombang 422,7 nm;
kalium dengan 766,5 nm; magnesium dengan 285,2 nm; besi dengan 248,3 nm;

6

seng dengan 213,9 nm; dan tembaga dengan 324,7 nm. Setelah diperoleh
absorbansi standar, dihubungkan antara konsentrasi standar (sebagai sumbu X)
dengan absorban standar (sebagai sumbu Y) sehingga diperoleh kurva standar
mineral dengan persamaan garis linier y=ax+b yang digunakan untuk perhitungan
konsentrasi larutan sampel.

keterangan: FP = Faktor pengenceran
Analisis Proksimat
Analisis proksimat yang dilakukan terhadap sampel Juvenil ikan nila
meliputi kadar air, abu, lemak, dan protein.
1) Analisis kadar air (SNI 1992-01-2891)
Tahap pertama yang dilakukan pada analisis kadar air adalah dengan
mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 oC selama 30 menit.
Cawan tersebut kemudian diletakkan ke dalam desikator selama 15 menit dan
dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 2 g
ditimbang setelah terlebih dahulu dihaluskan dengan mortar. Cawan yang telah
diisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Cawan
beserta isinya kemudian didinginkan sampai suhu ruang dalam desikator (30
menit) kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air dapat dilihat sebagai berikut:
Kadar air (%) =
Keterangan :
A = berat cawan kosong (g)
B = berat cawan dengan sampel awal (g)
C = berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)
2) Analisis kadar abu (SNI 1992-01-2891)
Analisis kadar abu yaitu untuk mengetahui jumlah bahan anorganik yang
terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis.
Cawan pengabuan dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven selama satu jam
pada suhu 105oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan
ditimbang. Sampel yang telah ditimbang sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam
cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap
lagi. Setelah itu dimasukka ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600oC selama
satu jam, didinginkan sampai suhu ruang kemudiaan ditmbang hingga didapatkan
berat yang konstan. Kadar abu ditentukan dengan rumus :
Kadar abu (%) =
Keterangan :
A = berat cawan abu porselen kosong (g)
B = berat cawan abu dengan sampel (g)
C = berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g)

7

3) Analisis kadar protein (SNI 1992-01-2891)
Analisis protein dilakukan untuk mengetahui kandungan protein kasar
(crude protein) pada suatu bahan. Analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu
destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikrokjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke
dalam labu kjeldahl 100 mL, lalu ditambah 0,25 g selenium dan 3 mL H2SO4
pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai
larutan jernih lalu didinginkan pada suhu ruang. Setelah itu, ke dalam labu
kjeldahl ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian
didestilasi dengan suhu destilator 100oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu
Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2
tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda.
Setelah volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka
proses destilasi dihentikan. Destilat lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko
dianalisis seperti contoh. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang
dihitung. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut:
N(%) = (S-B) x NHCl x 14 x 100%
W x 1.000
Keterangan:
S = Volume titran sampel (mL)
B = Volume titran blanko (mL)
W = Bobot sampel kering (mg)
% Kadar Protein: % Nitrogen x faktor konversi
Keterangan :Protein mengandung rata-rata 16% nitrogen.
Faktor konversi =
4) Kadar lemak (SNI 1992-01-2891)
Sebanyak 2 g sampel disebar di atas kapas yang beralas kertas saring dan
digulung membentuk thimble, kemudian dimasukkan ke dalam labu soxhlet.
Sampel diekstraksi selama 6 jam dengan pelarut lemak berupa heksan sebanyak
150 mL. Lemak yang terekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama
1 jam. Kadar lemak dihitung dengan rumus:
Kadar lemak (%) =
Keterangan:
W1 = Bobot sampel (g)
W2 = Bobot labu (g)
W3 = Bobot labu + lemak (g)
Analisis Data
Data yang diperoleh dari uji proksimat dan mineral dianalisis secara
deskriptif dengan nilai tengah dan standard deviasi. Data histologis daging
dijelaskan dengan perubahan-perubahan pada struktur jaringan daging yang
berasal dari umur panen 2, 3 dan 4 minggu.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfometrik Juvenil Ikan Nila
Ikan nila umur panen 2, 3, dan 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 2.

a

b

c

Gambar 2 Morfometrik juvenil ikan nila pada umur panen
2 minggu (a), 3 minggu (b), dan 4 minggu (c).
Morfometrik juvenil ikan nila yang terlihat pada Gambar 2 menunjukkan semakin
bertambah umur panen maka semakin meningkat ukuran tubuhnya. Ciri-ciri fisik
juvenil ikan nila tidak jauh berbeda dengan ikan nila dewasa. Menurut Effendi
(2004) ciri-ciri ikan nila agak memanjang dan pipih ke samping, warna putih
kehitaman dan warnanya semakin terang ke arah bagian ventral atau perut. Pada
sirip ekor juvenil ikan nila terdapat delapan buah garis-garis melintang yang
ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan pada tubuh terdapat garis-garis
vertikal berwarna hijau kebiruan. Mata tampak menonjol agak besar dan di
tepinya berwarna hijau.
Pengukuran morfometrik dilakukan untuk mengukur bagian tubuh yang
penting pada hewan, agar diketahui kisaran ukurannya, di setiap fase pertumbuhan
pada masing-masing jenis-spesies hewan, sehingga informasi untuk determinasi
taksa menjadi lebih lengkap dan akurat. Nilai penting yang terkandung dalam
morfometrik yaitu mengenal lebih mendalam tentang jenis-spesies, melakukan
estimasi umur dan jenis kelamin serta mengetahui berat dan ukuran tubuh. Hasil
pengukuran bobot dan ciri morfometrik juvenil ikan nila menggunakan sampel
yang diambil secara acak sebanyak 30 ekor disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Bobot dan morfometrik juvenil ikan nila dari berbagai umur panen (n=30)
Parameter
Bobot (g)
Panjang total (cm)
Tinggi badan(cm)

2 minggu
0,43 ± 0,11
2,93 ± 0,35
0,96 ± 0,09

Umur panen
3 minggu
4 minggu
0,85 ± 0,17
2,02± 0,47
3,55 ± 0,40
4,95 ± 0,41
1,29 ±0,14
1,62 ± 0,18

Tabel 1 menunjukkan bobot juvenil ikan nila pada umur panen 2, 3 dan 4
minggu berturut-turut sebesar 0,43 g, 0,85 g dan 2,02 g. Bobot juvenil ikan nila
mengalami peningkatan pada setiap umur panen, begitu juga dengan ukuran
panjang total dan tinggi badan ukuran selalu bertambah pada setiap umur
panennya. Menurut Sarkar et al. (2013) perbedaan ukuran dan bobot suatu spesies
tertentu disebabkan oleh keadaan kematangan seksual, tingkat ketersediaan
sumber makanan, usia, jenis kelamin, dan sistem lingkungan. Pertambahan ukuran
panjang atau berat dalam suatu waktu merupakan tanda dari adanya pertumbuhan.

9

Effendie (2002) menyatakan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam biasanya adalah faktor yang sulit dikontrol misal
keturunan, umur, jenis kelamin, dan penyakit. Faktor-faktor luar yang turut
mempengaruhi pertumbuhan ikan, yaitu suhu air, kandungan oksigen terlarut,
ammonia, salinitas, serta makanan.

Komposisi Kimia Juvenil Ikan Nila
Komposisi kimia suatu bahan dapat diketahui dengan analisis proksimat.
Komposisi kimia juvenil ikan nila meliputi kadar air, abu, protein dan lemak yang
dihitung secara by difference. Analisis dilakukan berdasarkan ikan nila utuh dan
hasilnya dicantumkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi kimia juvenil ikan nila pada berbagai umur panen
Komposisi
kimia

2 minggu
(%bb)

Umur panen
3 minggu
4 minggu
(%bb)
(%bb)

79,52 ± 0,65
80,26± 1,08
2,91± 0,202
3,18± 0,08
11,28± 0,414
11,51± 0,46
3,85± 0,22
3,15± 0,04
2,44± 0,21
1,9± 0,48
Keterangan: **Chaijan (2011);*Justi et al. (2003).

Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
Karbohidrat

79,34± 0,69
4,12± 0,12
11,75±0,10
3,76± 0,24
1,03± 0,27

30
hari *
79,12
1,25
17,20
1,15
1,28

Nila
Dewa
sa**
80,08
0,69
17,94
1,04
0,25

Proksimat ikan mencerminkan manfaat ikan tersebut sebagai sumber energi bagi
manusia, yang nilainya tergantung pada beberapa faktor, antara lain, umur, jenis
dan lingkungannya. Proksimat dapat berfungsi sebagai biomarker dari polusi
lingkungan. Prasath dan Arivoli (2008) dalam penelitiannya terhadap ikan Catla
catla yang dipelihara dalam air yang mengandung HgCl2 menunjukkan terjadinya
penurunan kandungan protein dan karbohidrat. Adebola dan Kayode (2013)
menguji pengaruh Pb(NO3)2 dan ZnCl2 pada juvenil ikan lele (Clarias gariepinus)
berumur 6-8 minggu dan hasilnya menunjukkan adanya penurunan nilai
proksimat, karena sebagian protein, lemak dan karbohidrat dipakai sebagai energi
dalam mekanisme detoksikasi.
Kadar Air
Air yang merupakan komponen utama juvenil ikan nila berada pada nilai
yang hampir sama untuk umur panen 2, 3 dan 4 minggu, bahkan bila
dibandingkan dengan nila umur 30 hari dan nila dewasa. Justi et al. (2003)
menunjukkan kadar air ikan nila umur 30 hari sebesar 79,12% dan menurut
Chaijan (2011) kadar air ikan nila dewasa sebesar 80,08%. Kadar air pada ikan
mencerminkan indikator untuk menilai kandungan energi relatif dan lemak serta
proteinnya, semakin rendah kadar air ikan maka cenderung semakin tinggi kadar
protein dan lemaknya (Dempson et al. 2004). Aberoumand (2012) dalam
penelitiannya terhadap beberapa spesies ikan di Iran memperoleh hasil bahwa
semakin tinggi kadar air, maka semakin rendah kadar lemaknya.

10

Kadar Abu
Kadar abu mengalami peningkatan pada juvenil ikan nila berumur panen 2
minggu ke 3 dan 4 minggu. Hal ini diduga karena pada umur panen 2-4 minggu
terjadinya pembentukan tulang dan ini didukung oleh hasil riset Rasmussen dan
Ostenfeld (2000) yang menyatakan bahwa kadar abu yang tinggi pada juvenil ikan
rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) disebabkan oleh adanya laju pertumbuhan
tulang yang cepat, sedangkan pada ikan dewasa pertumbuhan jaringan lain terjadi
lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang.
Hewan air membutuhkan mineral untuk membentuk tulang belakang, jarijari sirip, penyampaian impuls dari syaraf pusat dan berperan dalam osmoregulasi
tubuh, membentuk bagian eksoskeleton dan haemoglobin. Aslianti dan Priyono
(2009) menyatakan mineral berperan untuk meningkatkan kerja syaraf dalam
menyampaikan impuls, memperlancar osmoregulasi dan sebagai kofaktor dalam
memperlancar kerja enzim dalam tubuh hewan air.
Kadar Protein
Kadar protein pada ketiga umur panen berturut-turut sebesar 11,28%,
11,51% dan 11,75%. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh
Lugo et al. (2003), yaitu 17, 00% dan Chaijan (2011) sebesar 17,94%. Terjadinya
perbedaan kadar protein diduga dipengaruhi oleh aktivitas metabolik setiap umur
panen ikan. Rubbi et al. (1984) menyatakan juvenil ikan mengandung lebih
banyak protein tetapi lebih sedikit lemak daripada ikan dewasa. Menurut
Ramseyer (2002) kandungan protein sebagian besar ikan meningkat secara
perlahan, atau kurang lebih tetap dengan meningkatnya berat tubuh ikan.
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa meningkatnya panjang, bobot dan
tinggi ikan tidak berakibat meningkatkan kadar protein ikan tersebut.
Kadar protein pada juvenil ikan nila dipengaruhi oleh faktor biologis dan
faktor lingkungan. Pramono et al. (2007) menyatakan bahwa kandungan protein
sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan,
kecernaan pakan dan kondisi lingkungan.
Kadar Lemak
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar lemak relatif tinggi, yakni 3,85%;
3,15%; dan 3,77% untuk ikan nila berumur 2, 3, dan 4 minggu. Tingginya kadar
lemak diduga sebagai sumber energi utama untuk pergerakan, mengingat
pencernaan belum sempurna sehingga belum bisa menyerap karbohidrat untuk
keperluan tersebut. Salam et al. (2001) menyatakan kadar lemak merupakan salah
satu bahan organik penyusun tubuh yang seharusnya meningkat seiring dengan
pertambahan ukuran tubuh ikan.
Kandungan lemak pada setiap biota akan berbeda-beda. Menurut Jacoeb et
al. (2008) kadar lemak pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis ikan tetapi
dipengaruhi pula oleh kebiasaan makan (feeding habit), jenis makanan, umur,
lingkungan, musim, dan TKG. Menurut Penha-Lopez et al. (2005) faktor
lingkungan misal suhu, salinitas dan cahaya juga mempengaruhi komposisi lipida
pada jaringan tubuh larva, dengan demikian kebutuhan asam lemak esensial juga
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada.

11

Karbohidrat
Kadar karbohidrat diperoleh dari hasil perhitungan secara by difference,
sehingga nilai yang didapat merupakan proporsi dari hasil pengurangan
keseluruhan proksimat. Kadar karbohidrat juvenil ikan nila dalam penelitian ini
menunjukkan penurunan dari setiap umur panennya. Hasil tersebut berbeda
dengan hasil penelitian Justi et al. (2003) yang sebesar 1,28%.
Perbedaan nilai karbohidrat diduga akibat perkembangan otot ikan pada
setiap umur panen. Ikan dewasa cenderung memiliki kadar karbohidrat yang lebih
tinggi dari juvenil ikan. Santos et al. (2012) menyatakan karbohidrat ditemukan
pada ikan dalam bentuk glikogen otot, semakin dewasa ikan, semakin banyak
glikogen yang terkandung dalam otot ikan, karena jaringan otot semakin
membesar.

Komposisi Mineral Juvenil Nila (O. niloticus)
Mineral merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh selain
vitamin. Mineral dibedakan menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro
adalah mineral yang terdapat dalam jumlah banyak untuk membentuk komponen
organ di dalam tubuh, sedangkan mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan
dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan
konsentrasi sangat kecil. Mineral makro meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg.
Mineral mikro yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (Arifin 2008). Mineral
yang dianalisis yaitu natrium, kalsium, magnesium, besi, seng, dan tembaga.
Komposisi mineral baby fish nila disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Mineral juvenil ikan nila (O. niloticus)
Komposisi Mineral
bk (ppm)
Mineral Makro
Ca
Na
Mg
Mineral Mikro
Fe
Cu
Zn

Umur Panen (Minggu)
2

3

4

5693,82±18,24
293,47± 0,45
154,05± 1,21

6115,17±19,9
300,02± 0,35
202,88± 0,38

4642,74±18,46
292,26± 0,16
159,48 ± 2,00

236,53±8,19
2,05 ±0,01
41,55 ±0,6

155,79 ±1,95
1,99 ±0,02
39,81 ±0,76

718,44 ± 4,67
1,92 ±0,03
40,3 ±0,59

Kalsium, natrium dan mangan mengalami kenaikan pada umur panen
minggu ke-3 dan menurun di umur panen minggu ke-4. Penurunan mineralmineral tersebut diduga terkait dengan kandungan mineral pada pakan yang ada.
Ye et al. (2005) menemukan bahwa komposisi mineral dan abu (Ca, P, dan Mg)
dapat menurun jika tidak ditunjang dengan pemberian pakan yang bernutrisi
tinggi. Berdasarkan penelitian tersebut, pakan tanpa komposisi P menunjukkan
penurunan pertumbuhan karena menyebabkan berkurangnya nafsu makan, dan
efisiensi pakan yang rendah. Kalsium merupakan satu dari beberapa mineral
penting yang berperanan dalam pembentukan tulang dan sebagian terikat pada
protein dan miosin (Jeyasanta dan Patterson 2014). Kalsium bersama fosfor
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan tulang (NRC 1993).

12

Natrium mengalami penurunan di umur panen minggu ke-4 diduga disebabkan
oleh hilangnya Na bersama cairan ekstraseluler ikan. Natrium terutama terdapat
dalam cairan ekstraseluler bersama-sama dengan klorida dan bikarbonat. Jika
cairan di dalam daging hilang, maka unsur utama yang hilang yaitu natrium
(deMan 1997). Natrium merupakan ion monovalen cairan ekstraseluler dan
merupakan ion terbanyak (93%) dalam cairan darah yang mengalir (Nawal. 2008).
Natrium bertugas menjaga kesetimbangan elektrolit cairan tubuh (Chatterjee et al.
2006). Magnesium merupakan bagian penting tulang keras dan tulang rawan ikan
serta kulit krustase (Reigh et al. 1991; Sivaperumal et al. 2007).
Kadar besi juvenil ikan nila mengalami peningkatan dari umur panen 2
minggu hingga 4 minggu, sedangkan seng dan tembaga menurun di umur panen
minggu ke-4. Menurut Harjono et al. (1996) ikan juvenil memerlukan mineral
besi lebih banyak dibandingkan dengan ikan dewasa, hal ini terkait dengan fungsi
besi dalam sistem respirasi untuk transportasi oksigen ke jaringan (hemoglobin)
dan mekanisme oksidasi selular untuk menunjang metabolisme yang tinggi pada
masa pertumbuhan sehingga kandungan besi juvenil ikan nila tinggi. Selanjutnya
Wiramiharja et al. (2007) menyatakan komposisi mineral besi yang rendah pada
ikan dapat menghambat pertumbuhan. Tembaga berperan dalam beberapa
kegiatan enzim pernapasan sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokhrom
oksidase, dan diperlukan dalam proses pertumbuhan sel-sel darah merah yang
masih muda(Winarno 2008). Nurjanah et al. (2005) menyatakan bahwa peran
tembaga sebagai kofaktor maupun sebagai pengatur enzim SOD cukup besar. Jika
tubuh kekurangan tembaga maka akan terjadi peningkatan peroksida lipid.
Absorpsi seng dalam tubuh dipengaruhi oleh status seng tubuh, jenis makanan,
kelebihan tembaga, dan nilai albumin serta transferin yang rendah. Bila konsumsi
seng tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi
metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorpsi seng berkurang. Menurut
Almatsier (2001) bentuk simpanan kemudian dibuang bersama sel-sel dinding
usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari. Stanek et al. (2005) menyatakan bahwa
seng memiliki kecenderungan terakumulasi dalam otot ikan. Kandungan seng
yang tinggi pada hewan kemungkinan akibat kadar seng di perairan yang juga
tinggi.

Struktur Jaringan Otot Juvenil Ikan Nila (O. niloticus)
Berdasarkan Gambar 3A jaringan daging belum menunjukkan jaringan yang
kompak. Miomer masih berukuran kecil dan dalam preparasi mengalami
pengerutan, sehingga terjadi ruang antar miomer. Mioseptum secara mikroskopis
belum bisa diamati. Mulai terjadi kerusakan pada beberapa miomer dalam bentuk
retaknya serta pengeroposan miomer. Material akibat rusaknya miomer keluar dan
memenuhi ruang antar miomer dalam bentuk seperti kabut.

13

Hasil analisis mikroskopis jaringan daging juvenil ikan nila dicantumkan pada
Gambar 3.

(A)

(B)

(C)
Gambar 3 Penampang melintang otot juvenil ikan nila dengan perbesaran
masing-masing 40x pada umur panen : (A) dua minggu (a. Miomer
utuh; b. Miomer mengalami keretakan; c. Miomer mengalami
pengeroposan; d. Ruang antar miomer), (B) tiga minggu (a. Miomer
utuh; b. Mioseptum; c. Ruang antar miomer; d. Material terlarut dari
miomer keluar dan memenuhi ruang antar miomer), (C) empat minggu
(a. Miomer utuh; b. ruang antar miomer).
Gambar 3B menunjukkan jaringan miomer lebih kompak dan masih utuh
daripada jaringan juvenil ikan nila umur 2 minggu. Mioseptum sudah mulai
terlihat sebagai batas tipis antar miomer, namun masih terbentuk ruang antar
miomer secara masiv. Tidak terlihat adanya keretakan ataupun pengeroposan
miomer, sedangkan pada umur empat minggu (Gambar 3C) Kondisi miomer
mirip dengan jaringan pada juvenil ikan nila umur 3 minggu, yakni miomer
kompak dan tidak terlihat adanya kerusakan miomer, baik retaknya ataupun
keroposnya miomer. Miomer terlihat lebih jarang dibandingkan jaringan yang
berumur 2 dan 3 minggu, sehingga ruang antar miomer nyata terlihat sehingga
kemampuan miomer untuk mengikat air berkurang. Menurut Lonergan (2012)
Kandungan air pada otot mayoritas berada padas struktur myofibril, Selanjutnya
Johnston et al. (2011) menyatakan setiap blok-blok miotom dibatasi oleh

14

mioseptum. Ketebalan mioseptum bervariasi sepanjang tubuh, disektiar kulit
mioseptum lebih tebal. Jumlah dan ukuran miotom bervariasi tergantung pada
filogeni, ontogeni, morfologi tubuh, dan gaya bergerak ikan tersebut. Hasil
pengamatan histologi juvenil ikan nila disajikan dalam Gambar 3.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pertambahan panjang total, tinggi dan bobot juvenil ikan pada umur panen
2, 3 dan 4 minggu tidak menyebabkan pertambahan kadar air dan protein. Kadar
lemak menurun pada umur panen 3 minggu dan meningkat kembali pada umur
panen 4 minggu. Kadar abu mengalami peningkatan pada umur 3 dan 4 minggu.
Karbohidrat mengalami penurunan pada umur 3 dan 4 minggu. Kadar mineral
secara umum meningkat pada umur panen 4 minggu dan hanya kandungan Fe
meningkat tajam di minggu keempat. Struktur miomer lebih kompak dan
mioseptum berkembang dengan bertambahnya umur panen. Peningkatan umur
panen 2, 3, dan 4 minggu menyebabkan miomer lebih kompak dan mioseptum
lebih jelas.
Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengukuran tubuh
ikan secara melintang pada berbagai posisi, serta dan menambah ulangan agar
data mineral bisa diketahui lebih akurat, serta melakukan analisis jaringan
terhadap oragan-organ ikan. Analisis jaringan daging ikan lebih detail dengan
menggunakan pewarnaan histologis yang lebih lengkap serta metode SEM dan
TEM.

15

DAFTAR PUSTAKA
Aberoumand A. 2012. Proximate composition of less known some processed and
fresh fish species for determination of the nutritive values in Iran. Journal of
Agricultural Technology 8(3): 917-922.
Adebola BAK, Kayode SJ. 20013. Effects of lead and zinc on the proximate
composition of post juvenile clarias gariepinus. International Journal of
Nutrition and Food Sciences 2(2): 8-14.
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama. hlm 77-78:100:103-104.
Angka SL, Mokoginta I, Hamid H. 1990. Anatomi dan Histologi Banding
beberapa Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Bogor (ID):
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Institut Pertanian Bogor. hlm 17-27.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington,
Virginia, (USA): Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan
metode analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian 27 (3): 99-105.
Aslianti T, Priono A, 2009. Increasing vitality and survival rate of range spotted
grouper, Epinephelus coioides seed fed vitamin c and calcium fortified diet
Torani Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan 19(1): 74-81.
Chaijan M. 2011. Physicochemical changes of tilapia (Oreochromis niloticus)
muscle during salting. Food Chemistry 129: 1201–1210.
Chatterje S, Chattopadhyay B, Mukhopadhyay SK. 2006. Trace metal
Distribution in tissues of Cichlids ( Oreochromis niloticus and
O. mossambicus) collected from waste water fed fish pond in East Calcutta
Wetlands, a Ramsar site. Acta Ichtyological Piscatoria 36 (2): 119-125.
deMan JM. 1997. Kimia Makanan. Penerjemah: Padmawinata K. Bandung (ID):
ITB. Hlm 455.
Dempson IB, Schwarz CJ, Shears M, Furey G. 2004. Comparative proximate
body composition of Atlantic salmon with emphasis on parr from fluvial
and lacustrine habitats. Journal of Fish Biology 64:1257-1271.
[DJPB Kementrian Kelautan dan Perikanan] Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. 2013. Statistik menakar target ikan air tawar tahun 2013
[internet].
[diacu
2014
Maret
27].
Tersedia
dari
:
http:www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=847.
Effendi, R. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hal 121123
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara. Hal 87-88

16

Harjono RM, Oswari J, Ronardy DH, Santoso K, Setio M, Soenarno, Widianto G,
Wijaya C, Winata I. 1996. Kamus Kedokteran Doeland. Jakarta (ID):
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 113-115
Jacoeb AM, Cakti NW, Nurjanah. 2008. Perubahan komposisi protein dan asam
amino daging udang ronggeng (Harpiosquilla raphidea) akibat perebusan.
Buletin Teknologi Hasil Perairan 11(1):1-20.
Jeyasanta KI, Patterson J. 2014. Nutritive evaluation of trash fishes in Tuticorin
(India). World Journal of Fish and Marine Sciences 6 (3): 275-288.
Johnston IA, Bower NI, Macqueen DJ. 2011. Growth and regulation of myotomal
muscle mass in teleost fish. The Journal of Experimental Biology. 214:
1617-1628.
Justi KC, Hayashi C, Visentainer JV, de Souza NE, Matsushita M. (2003). The
influence of feed supply time on the fatty acid profile of nile tilapia
(Oreochromis niloticus) fed on a diet enriched with n-3 fatty acids. Food
Chemisty80 : 489-493.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan 2013. Pemerintah Optimis
Swasembada Ikan. www.kkp.go.id. [16 november 2014]
Lonergan EH. 2012. Water holding capacity of fresh meat. American Meat
Science Association Fact Sheet: 1-8.
Lugo MG, Alvarez IG, Novoal MO, cordova GM. 2003. Comparison of growth,
fillet yield and proximate composition between Stirling Nile tilapia (wild
type) (Oreochromis niloticus, Linnaeus) and red hybrid tilapia (Florida red
tilapia x Stirling red O. niloticus) males. Aquaculture Research 34: 10231028.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB Press. Hlm 63-72.
Mayangsari, S. 2014. Profil Mineral baby fish ikan mas (Cyprinus carpio) pada
berbagai umur panen. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Peratanian Bogor.
Nawal AB. 2008. Heavy metal levels in most common available fish species in
Saudi market. Journal of Food Technology 6(4): 173-177.
NRC (National Research Council). 1993. Nutrient Requirements of Fish.
Washington, DC. National Academic Press,
Nurjanah, Zulhamsyah, Kustiyariyah. 2005. Kandungan mineral dan proksimat
kerang darah (Anadara granosa) yang diambil dari Kabupaten Boalemo,
Gorontalo. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 8(2): 15-24.
Penha-Lopez G, Rhyne A, Lin J, Narciso L. 2005. The larva rearing of the marine
ornamental crab. Aquacult. Res. 36: 1313-1321
Pramono TB, Sanjayasari D, Soedibya PHT. 2007. Optimasi pakan dengan level
protein dan energi protein untuk pertumbuhan calon induk ikan
senggaringan (Mystus nigriceps). Jurnal PROTEIN 15(2): 153-157.

17

Prasath DP, Arivoli S. (2008). Biochemical study of freshwater fish Catla catla
with reference to mercury chloride. Iranian Journal of Environmental
Health, Science and Engineering. 5(2): 109-116.
Ramseyer LJ. 2002. Predicting whole-fish nitrogen content