Kompetisi Dan Pola Usaha Perikanan Skala Kecil Di Ppn Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur

KOMPETISI DAN POLA USAHA
PERIKANAN SKALA KECIL DI PPN PRIGI
KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

WAHIDA KARTIKA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kompetisi dan Pola
Usaha Perikanan Skala Kecil di PPN Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa
Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Wahida Kartika Sari
NRP C451130161

RINGKASAN
WAHIDA KARTIKA SARI. Kompetisi dan Pola Usaha Perikanan Skala Kecil di
PPN Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh EKO SRI
WIYONO dan ROZA YUSFIANDAYANI.
Kondisi perikanan tangkap skala kecil di Indonesia bersifat multigear dan
multispecies. Permasalahan yang sering muncul pada kondisi ini adalah
overcapacity. Perikanan yang bersifat multispecies dan multigear menyebabkan
meningkatnya tekanan terhadap kondisi sumberdaya ikan, sehingga perlu adanya
pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Namun informasi mengenai status
sumberdaya ikan yang ada sangat sedikit. Informasi tersebut diperlukan untuk
perencanaan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Hal inilah yang
melatarbelakangi adanya penelitian ini. Tujuan penelitian ini yaitu: 1) mengkaji
kompetisi perikanan skala kecil di PPN Prigi, dan 2) mengkaji pola usaha
perikanan skala kecil,
Jenis data yang dikumpulkan untuk kajian kompetisi perikanan skala kecil

yaitu: 1) jumlah dan jenis alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Prigi, 2) jumlah
dan jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Prigi, serta 3) jumlah trip. Jenis
data yang dikumpulkan untuk mengkaji pola usaha antara lain: 1) variasi alat
tangkap yang dimiliki oleh nelayan, 2) biaya operasi penangkapan yang
diperlukan oleh neleyan, 3) sumber pembiayaan untuk melakukan operasi
penangkapan ikan, 4) jumlah ABK, 5) sistem bagi hasil yang berlaku di PPN
Prigi, serta 6) pola pemasaran hasil tangkapan. Data-data tersebut diperoleh dari
pengamatan langsung, wawancara, hasil kuesioner, dan laporan pendaratan ikan di
PPN Prigi tahun 2010-2014. Kajian kompetisi perikanan skala kecil dikaji dengan
menggunakan : 1) index diversitas Shannon-Wiener untuk mengetahui diversitas
hasil tangkapan, 2) catch per unit effort (CPUE) untuk mengetahui produktivitas
hasil tangkapan di PPN Prigi, dan 3) principal component analysis (PCA) untuk
mengetahui pengelompokkan alat tangkap. Selanjutnya dilihat apakah diversitas
dan CPUE berpengaruh terhadap pengelompokkan alat tangkap yang
menunjukkan adanya kompetisi antar alat tangkap. Pola usaha nelayan dilakukan
dengan analisis deskriptif. Pada analisis ini dikaji apakah variasi alat tangkap yang
dimiliki oleh nelayan berpengaruh terhadap pola usaha nelayan Prigi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata indek keragaman hasil
tangkapan paling besar adalah pancing ulur yaitu 1,64. Secara umum nilai CPUE
menurun setiap tahunnya dengan rata-rata CPUE tertinggi adalah jaring insang

yaitu 0,30 ton/trip/tahun. Sedangkan pengelompokkan alat tangkap yang sering
terjadi yaitu antara pancing ulur dengan jaring klitik. Kondisi tersebut dipengaruhi
oleh tingkat keragaman hasil tangkapan masing-masing alat tangkap tinggi.
Variasi kepemilikan 2 alat tangkap pada nelayan di PPN Prigi tidak mungkin
menggabungkan antara alat tangkap serok dengan jaring klitik, namun
menggabungkan serok atau klitik dengan alat tangkap yang lain. Hal ini berkaitan
dengan kompetisi alat tangkap yang terjadi di PPN Prigi
Kata kunci: perikanan skala kecil, keragaman, CPUE, kompetisi, pola usaha

SUMMARY
WAHIDA KARTIKA SARI. Business Patern and Small Scale Fisheries
Competition at Prigi Fishing Port, Trenggalek, East Java. Supervised by EKO SRI
WIYONO dan ROZA YUSFIANDAYANI.
Most of small-scale fisheries are multispecies and multi gear so that smallscale fisheries management is very complex. Existing issues in small scale
fisheries is overcapacity. That condition leads preasure at fish resource condition.
So, need sustainable management measures to reduce overcapacity. However,
information on small-scale fisheries is scarce. Therefore, information on smallscale fisheries is indispensable for sustainable fisheries management planning.
This study aims 1) to describe the condition of small-scale fisheries, primarily
examine the diversity of the catch, the level of utilization of fish resources, and
the grouping of fishing gear, and 2) to analyzed business pattern of small scale

fisheries in Prigi Fishing Port.
Data were analyzed from questionnaire, interview result, and fishing
statistic data of Prigi fishing port during 2010-2014. The data used for the analysis
of small scale fisheries competition are: 1) the number and type fising gear owned
by fishermen Prigi, 2) The number and type of catches landed at Prigi fishing port,
3) the number of trips. That data were analyse used: 1) diversity index of
Shannon-Wiener to determine catch diversity, 2) catch per unit effort (CPUE) to
determine fihing productivity, 3) principal component analysis (PCA) to
determine fishing gears cluster. Then that analyse result show effect of diversity
ctches and CPUE on competition of fishing gear. While the data used for analysis
of business patterns are: 1) the variation of fishing gears, 2) operating cost of
fishing, 3) capital resources, 4) the number of crew, 5) sharing system, and 6)
marketing pattern of fish catcthes. Data were analyzed using descriptive analysis
to determine the effect of fishing gears variations on the pattern of bussines.
The result of this study showed that the greatest diversity of fishing gear
ctches occured in handlines is 1,64. Generally, the CPUE decline annualy by an
average of the highest CPUE is a gillnets of 30/ton/trip/year. On the other hand,
the results of PCA analysis shows that in general, hand lines is often grouped with
small monofilament gillnet (klitik). The grouping was expected caused by the
similarities of target catches between of the fishing gears. Variation ownership of

two fishing gear is not possible to combine scoop net and small monofilament
gillnet (klitik). It is related with competition of fishing gear that occur in Prgi
fishing port.
Keywords: small scale fisheries, diversity, CPUE, competition, business pattern

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KOMPETISI POLA DAN USAHA
PERIKANAN SKALA KECIL DI PPN PRIGI
KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

WAHIDA KARTIKA SARI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanana Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Iin Solihin, SPi, MSi

Judul Tesis : Kompetisi dan Pola Usaha Perikanan Skala Kecil di PPN Prigi
Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur
Nama
: Wahida Kartika Sari
NIM
: C451130161


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi
Ketua

Dr Roza Yusfiandayani, SPi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Laut

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 5 April 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah
perikanan skala kecil, dengan judul Kompetisi dan Pola Usaha Perikanan Skala
Kecil di PPN Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Eko Sri Wiyono SPi, Msi
dan Ibu Dr. Roza Yusfiandayani SPi selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Iin
Solihin, SPi, MSi yang telah banyak memberi masukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dwi
Yuliono Rochayadi, A.Pi, M.Si selaku Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara
Prigi dan Ibu Erawati Wulandari, S.Pi, M.P
selaku Kepala Seksi Tata
Operasional PPN Prigi. Terima kasih penulis ucapkan kepada mas Wakhit
Rhomadona, S.St.Pi, mbak Elvi Susanti, dan mbak Galuh Citra Nindhita, S.St.Pi

yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih untuk Pak Joko,
Ibu Endang, Dek Siella, Dek Sintul, Pocil, Ovi, dan teman-teman lain yang telah
membantu selama di Prigi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ayah, Ibuk, Dek Di’an, Dek Dila, Mas Aris, Mba Manda, Ayra, Bapak, Umik
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga
untuk Mba Mita, Mba Wahyu, Tachul dan teman-teman TPL 2013 dan untuk
semua sahabat Shambala, Nora-ssi, Rena-ssi, Neneng, Kiki, Dek Sar, Erl, Anin,
Mba Ci, dan Mba Ays atas semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2016
Wahida Kartika Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

DAFTAR ISTILAH

viii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
2

3
3
3

2 METODE UMUM PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis Data yang dikumpulkan
Metode Pengupulan Data
Metode Analisis

6
6
6
7
8

3 GAMBARAN UMUM NELAYAN SKALA KECIL DI PELABUHAN
PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI
PPN Prigi
Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Prigi

10
10
10

4 KOMPETISI PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL
Pendahuluan
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan

13
13
14
16
30
31

5 POLA USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL
Pendahuluan
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan

31
31
32
32
39
40

6 PEMBAHASAN UMUM

41

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

42
42
42

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

59

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis data dan cara pengumpulan data
Spesifikasi alat tangkap pancing ulur
Spesifikasi alat tangkap jaring klitik
Spesifikasi jaring insang
Spesifikasi serok
Hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Prigi tahun 2010-2014
Jumlah hasil tangkapan (HT) dan trip penangkapan tahun 2010-2014
Variasi alat tangkap alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Prigi

7
19
21
23
24
27
28
33

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Kerangka pikir penelitian
Peta lokasi penelitian
Diagram alir penelitian
Usia nelayan di Prigi
Tingkat pendidikan nelayan di Prigi
Pengalaman melaut nelayan
Status nelayan
Status pekerjaan nelayan
Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan layur
Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan tenggiri
Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan lainnya
Komposisi hasil tangkapan pancing ulur di PPN Prigi
Konstruksi jaring klitik (trammel net)
Komposisi hasil tangkapan jaring klitik di PPN Prigi
Konstruksi jaring insang
Komposisi hasil tangkapan jaring insang di PPN Prigi
Konstruksi serok
Hasil tangkapan serok di PPN Prigi
Konstruksi alat tangkap jaring larva lobster
Sabut kelapa yang dipasang pada badan jaring larva lobster
Index Keragaman (H’) hasil tangkapan alat tangkap di PPN Prigi
Nilai CPUE (catch per unit effort)
Dendogram kompetisi antar alat tangkap skala kecil di Prigi
Waktu pengoperasian alat tangkap skala kecil di Prigi
Usaha yang dilakukan apabila tidak memiliki uang untuk
modal melaut
Cara pengembalian pinjaman biaya operasi penangkapan ikan
Tingkat ketergantungan nelayan terhadap pemilik modal
Jumlah ABK per-armada penangkapan ikan di Prigi
Sistem bagi hasil yang berlaku di Prigi
Pola pemasaran hasil tangkapan di Prigi

5
6
9
11
11
12
12
13
17
18
18
20
21
22
23
24
25
25
26
26
27
28
29
34
35
35
36
37
38
39

DAFTAR LAMPIRAN
1. Output perhitungan PCA tahun 2010
2. Output perhitungan PCA tahun 2011
3. Output perhitungan PCA tahun 2012
4. Output perhitungan PCA tahun 2013
5. Output perhitungan PCA tahun 2014
6. Hasil tangkapan

48
50
52
54
56
58

DAFTAR ISTILAH
Kompetisi

: Suatu hubungan interaksi untuk memperebutkan
suatu hal

Pola usaha

: Suatu cara untuk mengorganisasikan
mengoperasikan suatu kegiatan

Sumberdaya Ikan

: Potensi semua jenis ikan

Catch per unit effort
(CPUE)

: Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh pada
setiap unit penangkapan (armada, alat tangkap,
nelayan)

Nelayan skala kecil

: Orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari yang menggunakan kapal
perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross
ton (GT)

Perikanan tangkap skala
kecil

: Nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan
ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari dengan menggunakan kapal dibawah 5GT

Perikanan

: Semua kegiatan yang berhubungan dengan
sumberdaya ikan dan lingkunannya baik
pengelolaan maupun pemanfaatannya mulai dari
pra produksi, produksi, pengolahan sampai
dengan pemasaran yang dilaksakan dalam suatu
sistem bisnis

Overcapacity

: Situasi dimana kelebihan armada penangkapan
untuk menangkap hasil tangkapan pada suatu
level tertentu

Overfishing

: Suatu kondisi dimana jumlah ikan hasil
tangkapan melibihi jumlah ikan yang boleh
ditangkap untuk mempertahankan stok di
perairan

ABK (Anak Buah
Kapal)

: Orang yang bekerja di dalam kapal

atau

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi perikanan laut yang sangat besar. Potensi
tersebut tersebar pada sebagian besar perairan laut Indonesia seperti perairan laut
teritorial, perairan laut nusantara dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Mayoritas
usaha perikanan tangkap di Indonesia didominasi oleh perikanan skala kecil yaitu
sebesar delapan puluh lima persen (85%) dan sisanya sebesar 15% merupakan
usaha perikanan skala besar (Hermawan 2006). Perikanan skala kecil adalah
perikanan dengan teknologi rendah dan dikelola dengan modal yang kecil
(Panayatou 1982). Perikanan skala kecil memiliki kapasitas yang terbatas yang
beroperasi di perairan pantai dengan menggunakan layar atau kombinasi layar
dengan mesin. Armada penangkapan ikan skala kecil dibagi menjadi: a) jukung,
b) armada tanpa mesin, dan c) armada dengan mesin tempel (Priyono 2003).
Armada perikanan skala kecil umumnya beroperasi di wilayah garis pantai
menggunakan tipe alat tangkap dan metode penangkapan yang beragam untuk
menangkap ikan ekonomis penting (Vitale et al. 2011).
Perikanan skala kecil memiliki kontribusi penting dalam pemenuhan nutrisi,
ketahanan pangan, penyediaan lapangan pekerjaan, serta pengentasan kemiskinan
terutama di negara-negara berkembang (FAO 2015). Perikanan skala kecil ini juga
memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional.
Tetapi pengelolaannya sangat sulit dan kompleks karena bersifat multispecies dan
multigear (FAO 1994, Pauly 1979). Karakteristik perikanan skala kecil terutama
di daerah tropis dicirikan dengan variasi spasial dan temporal yang besar,
keragaman alat tangkap dan hasil tangkapan tinggi, aktivitas penangkapan di
sepanjang perairan pantai, dan ketidakpastian hasil tangkapan yang diperoleh (van
Oostenbrugge et al. 2002).
Perikanan skala kecil di negara berkembang umumnya memiliki masalah
overcapacity seperti di Indonesia (Nikijuluw 2002) dan over-exploited seperti di
Vietnam (Pomeroy et al. 2009). Jumlah usaha penangkapan saat ini diperkirakan
400% lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan stock yang ada. Hal ini
menunjukkan adanya overcapacity yang merupakan penyebab utama terjadinya
overfishing (Pomeroy 2012). Bene et al (2010) juga menyatakan bahwa overexploited sumberdaya ikan dapat menyebabkan adanya penurunan hasil tangkapan
yang berpengaruh terhadap kondisi ekonomi nelayan. Selain itu perikanan skala
kecil sangat rentan terhadap konflik, demo masyarakat, perubahan iklim, dan juga
bencana alam (Adams 2012). Masalah lainnya yaitu peningkatan jenis, jumlah,
ukuran serta effisiensi alat tangkap dalam perikanan skala kecil yang bersifat
multispecies dan multigear dapat meningkatkan tekanan terhadap stok ikan.
Penurunan kelimpahan ikan dan ekologi pada suatu daerah tidak dapat dihindari
disebabkan hal tersebut (Berkes et al. 2001). Selain itu kondisi multigear dan
multispecies sangat rentan terhadap terjadinya kompetisi antar alat tangkap dalam
menangkap ikan. Kompetisi merupakan terjadinya interaksi teknik antar alat
tangkap dalam memperebutkan fishing ground (Boncoeur et al. 1998; Rijnsdorp
et al. 2000) atau dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang sama (Ulrich et al.
2001). Kompetisi yang terjadi tersebut berpengaruh terhadap pola usaha nelayan

2
yang terjadi, seperti kepemilikan alat tangkap, sistem bagi hasil, pola pemasaran,
sistem operasi alat tangkap, dan lain sebagainya. Nelayan skala kecil umumnya
melakukan usaha perikanan dengan bergantung kepada pemilik modal. Kegiatan
perikanannya hanya terkonsentrasi di wilayah teluk yang dapat menyebabkan
tekanan sumberdaya semakin besar.
Pola usaha nelayan sangat berbeda dengan pola usaha kegiatan lainnya.
Nelayan cenderung tidak memiliki kepastian mengenai usahanya tersebut. Usaha
tersebut dipengaruhi oleh musim, sumberdaya ikan, dan juga hubungan patron
client. Kegiatan perikanan tersebut memiliki resiko yang sangat tinggi.
Kemungkinan untuk tidak memperoleh hasil sangat besar, karena usaha ini
bergantung pada ketersedian ikan yang ada diperairan. Kondisi cuaca yang tidak
menentu juga mempengaruhi usaha mereka.
Pengeloaan perikanan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
mengatasi permalasahan-permasalahan tersebut. Pengelolaan berkelanjutan
perikanan skala kecil perlu dilakukan dengan pendekatan biologi dan sosial
seperti kompetisi yang terjadi serta pola usaha yang ada. Namun, informasi data
mengenai perikanan skala kecil yang dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan
berkelanjutan tersebut sangatlah sedikit. Sehingga perlu adanya penelitian untuk
mengetahui kondisi perikanan skala kecil yang saat ini. Hasil penelitian tersebut
dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan perikanan skala kecil yang
berkelanjutan. Lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi
Trenggalek dipilih karena lokasi tersebut mewakili terhadap kondisi perikanan
skala kecil di Indonesia. Selain itu lokasi tersebut merupakan salah satu sentra
perikanan laut terbesar di Provinsi Jawa Timur. Lokasinya berhubungan langsung
dengan Samudera Hindia yang dimungkinkan dapat berkembang lebih besar lagi.
Perumusan Masalah
Produksi perikanan di PPN Prigi memiliki kontribusi sebesar 0,52%
terhadap total produksi perikanan tangkap di Indonesia pada tahun 2013 (KKP
2016). Hal ini menunjukkan bahwa PPN Prigi memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam eksploitasi sumberdaya ikan. Kontribusi tersebut diberikan baik dari
sektor perikanan skala kecil dan juga perikanan skala besar. Perikanan skala kecil
di PPN Prigi memiliki kemampuan produksi yang besar karena jumlah armada
penangkapan yang banyak.
Usaha penangkapan ikan, terutama perikanan skala kecil sangat terkait
dengan modal, baik modal dalam pengadaan alat tangkap, armada penangkapan,
mesin kapal maupun modal untuk biaya operasi penangkapan. Sebagian besar
nelayan skala kecil di Indonesia sangat tergantung terhadap pemilik modal. Hal
ini menimbulkan adanya pola patron-client antara nelayan dengan pemilik modal.
Ciri hubungan patron–client yaitu ketergantungan client terhadap patron yang
lebih berkuasa secara sosial ekonomi. Client berharap mendapatkan perlindungan
serta bantuan ekonomi pada saat mengalami kesulitan (Nolan 2011). Nelayan
beranggapan bahwa menjalin hubungan ini sangat penting untuk menjaga
kelangsungan kegiatannya karena pola hubungan patron-client merupakan wadah
jaminan sosial ekonomi (Satria 2002). Permasalahan lain yang sering muncul
yaitu peningkatan jenis, jumlah, ukuran serta efisiensi alat tangkap dalam
perikanan skala kecil yang bersifat multispecies dan multigear. Kondisi tersebut

3
menimbulkan adanya kompetisi antar alat tangkap dan dapat meningkatkan
tekanan terhadap stok ikan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kelimpahan
ikan dan ekologi pada suatu daerah (Berkes et al. 2001).
Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
mengatur hal tersebut. Perlu pengkajian yang mendalam mengenai permasalahan
tersebut agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan dan
pengelolaan yang berkelanjutan. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
1. Alat tangkap apa saja yang beroperasi di PPN Prigi? Bagaimana jumlah dan
komposisi hasil tangkapannya? Bagaimana kompetisi alat tangkap yang ada?
Bagaimana kondisi sumberdaya ikan yang ada? Apakah kondisi-kondisi
tersebut berpengaruh terhadap kondisi sumberdaya?
2. Bagaimana pola usaha yang ada disana? Modal yang digunakan melaut berasal
darimana? Sistem bagi hasil yang berlaku seperti apa? Apakah sistem bagi
hasil berhubungan dengan sumber modal yang diperoleh? Serta bagaimana
pola pemasaran ikan dari nelayan sampai dengan konsumen? Apakah tujuan
pemasaran dipengaruhi oleh sumber modal yang didapat?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kompetisi perikanan skala kecil yang terjadi di PPN PrigiTrenggalek
2. Menganalisis pola usaha perikanan skala kecil di PPN Prigi-Trenggalek
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah:
1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah atau dinas terkait mengenai
pengelolaan berkelanjutan perikanan skala kecil
2. Informasi bagi stakeholder, pemerintah daerah, dan dinas terkait mengenai
kondisi perikanan tangkap di PPN Prigi
3. Informasi pengembangan pengetahuan perikanan skala kecil
Kerangka Pemikiran
Perikanan tangkap Indonesia didominasi oleh perikanan tangkap skala
kecil yang minim modal, dengan penggunaan teknologi yang rendah dan
terkonsentrasi di daerah pantai (Wiyono 2009). Perikanan skala kecil tersebut
dicirikan dengan multispecies dan multigear sehingga pengelolaannya sangat sulit
dan kompleks (FAO 1994, Pauly 1979). Seperti negara berkembang lainnya,
perikanan skala kecil di Indonesia memiliki masalah overcapacity (Nikijuluw
2002). Masalah lainnya yaitu peningkatan jenis, jumlah, ukuran serta efisiensi alat
tangkap dalam perikanan skala kecil yang bersifat multispecies dan multigear
dapat meningkat tekanan terhadap stok ikan. Hal ini menyebabkan penurunan
kelimpahan ikan dan ekologi pada suatu daerah (Berkes et al. 2001).
Penelitian ini didasarkan pada kondisi perikanan skala kecil yang ada di
PPN Prigi yaitu multispecies dan multigear. Kondisi tersebut memerlukan
pengelolaan yang berkelanjutan. Pengambilan keputusan dalam pengelolaan
berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan pendekatan biologi dan sosial. Pada

4
penelitian ini pendekatan biologi didasarkan pada kompetisi antar alat tangkap
yang terjadi. Pendekatan sosial dilihat berdasarkan kondisi pola usaha yang ada.
Pengamatan yang dilakukan guna mengetahui kompetisi yang terjadi maka
dilakukan pengamatan mengenai jumlah hasil tangkapan, komposisi hasil
tangkapan, kompetisi alat tangkap, dan produktivitas. Guna mengetahui pola
usaha yang ada di PPN Prigi yaitu pengamatan mengenai variasi alat tangkap
yang digunakan, operasi penangkapan ikan, jumlah ABK, ketergantungan nelayan
terhadap sumber modal, biaya operasi penangkapan, sumber pembiayaan, sistem
bagi hasil, dan pola pemasaran. Sebelum dilakukan pendekatan terhadap kondisi
biologi dan sosial, dilakukan terlebih dahulu pendekatan terhadap kondisi umum
yang ada di Prigi. Kondisi umum yang dikaji yaitu lokasi PPN Prigi dan kondisi
sosial ekonomi yang meliputi usia nelayan, tingkat pendidikan, pengalaman
melaut, status nelayan, dan status pekerjaan. Kerangka pemikiran ini disajikan
pada Gambar 1.

5

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

6

2 METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PPN Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten
Trenggalek Propinsi Jawa Timur (Gambar 2). Obyek penelitian meliputi nelayan
skala kecil tinggal di sekitar PPN Prigi yang umumnya melakukan penangkapan
ikan pada daerah Teluk Prigi dan sekitarnya. Kegiatan penelitian ini dimulai pada
bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan antara lain data kondisi umum nelayan Prigi seperti
usia, tingkat pendidikan, pengalaman melaut, status nelayan, dan status pekerjaan.
Data mengenai pola usaha juga dikumpulkan seperti variasi alat tangkap, operasi
penangkapan ikan, jumlah ABK, ketergantungan nelayan terhadap pemilik modal,
biaya operasi penangkapan, sumber pembiayaan, sistem bagi hasil, serta pola
pemasaran hasil tangkapan. Sedangkan untuk kompetisi perikanan skala kecil data
yang diperlukan antara lain jenis dan jumlah alat tangkap, serta jenis dan jumlah
hasil tangkapan. Jenis data yang diperlukan disajikan secara terperinci pada Tabel
1 dan alur penelitian disajikan pada Gambar 3.

7
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan survei
terhadap obyek langsung. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap
nelayan serta pengamatan langsung (observasi) mengenai hasil tangkapan yang
didaratkan. Teknik wawancara memiliki tujuan untuk memperoleh informasi
dalam bentuk komunikasi verbal, sedangkan teknik observasi memiliki tujuan
untuk memperoleh gambaran secara jelas secara langsung. Informasi tersebut
dilengkapi dengan kuesioner mengenai kondisi sosial ekonomi dan pola usaha
yang ada di Prigi. Pengambilan responden disesuaikan dengan kebutuhan
menggunakan teknik simple random sampling (Sugiyono 2006) dengan jumlah
sampel untuk metode penelitian deskriptif sebanyak 10% dari populasi (Gay diacu
dalam Hasan 2002). Batasan perikanan skala kecil pada penelitian ini adalah
armada penangkapan yang memiliki bobot ≤ 5GT (Panayatou 1982). Alat tangkap
yang digunakan pada aramada tersebut yaitu: a) pancing ulur, b) jaring insang, c)
jaring klitik, d) serok, dan e) jaring larva lobster. Namun dikarenakan hasil
tangkapan jaring larva lobster memiliki hasil tangkapan yang berbeda dengan
satuan berbeda pula maka hasil alat tangkap tersebut tidak dimasukkan kedalam
analisis kompetisi perikanan tangkap. Menurut laporan bulanan enumerator TPI
PPN Prigi (2014) jumlah nelayan skala kecil atau yang memiliki kapal dengan
ukuran dibawah 5 GT ada sebanyak 292 kapal. Apabila dihitung dari jumlah
tersebut maka diperoleh jumlah responden sebanyak 30 orang. Responden
tersebut terdiri dari pemilik kapal dan ABK. Jumlah tersebut kemudian ditambah
dengan 1 orang responden yang berprofesi sebagai pengepul.
Studi pustaka kemudian dilakukan dengan melihat data statistik hasil
tangkapan serta jenis alat tangkap yang beroperasi. Jenis data yang dikumpulkan
serta metode pengambilannya disajikan secara terperinci pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tujuan Penelitian

Data yang dikumpulkan

Kompetisi
perikanan skala
kecil







Pola usaha
perikanan tangkap

 Variasi alat tangkap yang
digunakan
 Operasi penangkapan ikan
 Jumlah ABK
 Ketergantungan nelayan
terhadap sumber modal
 Biaya dan sumber biaya
operasi penangkapan
 Sistem bagi hasil
 Sistem pemasaran

Konstruksi alat tangkap
Jumlah alat tangkap
Jenis alat tangkap
Jumlah hasil tangkapan
Jumlah trip

Cara pengumpulan
data
 Wawancara
 Studi pustaka
terhadap data
statistik perikanan
tahunan
 Pengamatan
langsung
 Wawancara
 Kuesioner

8
Metode Analisis
Rincian metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1) Kompetisi perikanan skala kecil
Kompetisi perikanan skala kecil dilihat berdasarkan keragaman
(diversitas) hasil tangkapan, pengelompokkan alat tangkap, dan tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan. Mengadopsi penelitian (Lu dan Lee 2014)
diversitas ditentukan dengan membandingkan index Shannon-Wiener
(Shannon 1949) setiap alat tangkap dan setiap tahun selama lima tahun dari
tahun 2010-2014. Index tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram batang.
Tingkat pemanfaatan sumberdaya ditentukan dengan membandingkan
hasil perhitungan catch per unit effort (CPUE) setiap alat tangkap selama lima
tahun juga. Hasil perhitungan tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dan diagram batang.
Pengelompokkan alat tangkap dianalisis menggunakan metode cluster
analysis dengan pendekatan principal component analysis (PCA). PCA
tersebut digunakan untuk mengetahui kemiripan jenis ikan dan jumlah hasil
tangkapan setiap alat tangkap. Sebelum dilakukan PCA dilakukan analisis
skoring terlebih dahulu agar nilai pada masing-masing kriteria tidak memiliki
nilai yang bias. Analisis ini dilakukan menggunakan software SPSS Statistic 22
kemudian disajikan dalam bentuk dendogram. Metode analisis secara terperinci
dijelaskan pada bab kompetisi perikanan skala kecil.
2) Pola usaha perikanan tangkap
Pola usaha yang dianalisis adalah mengenai variasi alat tangkap yang
sering digunakan nelayan, waktu operasi penangkapan, jumlah ketergantungan
nelayan terhadap sumber modal, biaya operasional penangkapan, serta sumber
pembiayaan modal tersebut. Selain itu pada bab ini juga dianalisis mengenai
sistem bagi hasil dan sistem pemasaran. Data-data tersebut dianalisis deskriptif
berdasarkan variasi alat tangkap yang dimiliki oleh nelayah kemudian disajikan
dalam bentuk diagram lingkaran dan diagram alir. Metode analisis secara
terperinci dijelaskan pada bab pola usaha perikanan skala kecil.

9

Gambar 3 Diagram alir penelitian

10

3 GAMBARAN UMUM NELAYAN SKALA KECIL DI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI
PPN Prigi
PPN Prigi terletak di Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten
Trenggalek Propinsi Jawa Timur yaitu pada koordinat 111 043’58” BT dan
08017’22” LS. PPN tersebut dibangun di atas lahan seluas 27,5 Ha dengan luas
tanah 11,5 Ha dan sisanya merupakan luas kolam labuh sebesar yaitu 16 Ha
(Nindhita 2014). Fasilitas yang ada di PPN Prigi antara lain, kolam pelabuhan,
breakwater, dermaga, jalan lingkungan, revement, 2 buah pabrik es, lampu suar,
gudang pelabuhan, bengkel, dan jaringan listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Fasilitas lainnya yaitu cold storage sebanyak 4 unit, pabrik tepung ikan, SPBU
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) khusus kapal, kantor Satpol AIRUD
(Satuan Polisi Laut dan Udara), serta 2 buah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yaitu
TPI barat untuk kapal dengan ukuran lebih dari 10 GT (Gross Tonnage) dan TPI
timur untuk kapal dengan ukuran kurang dari 10 GT.
Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Prigi
Nelayan Prigi sebagian besar bermukim di Desa Tasikmadu Kecamatan
Watulimo. Rumah-rumah nelayan tersebut tersebar merata di Dusun Ketawang,
Dusun Gares, dan Dusun Karanggongso. Hal yang menarik disini yaitu tidak
adanya kampung khusus nelayan. Pemukiman nelayan berbaur dengan
pemukiman penduduk yang memiliki profesi lain selain sebagai nelayan, seperti
petani, guru, tukang kayu, tukang batu, pedagang, dan lainnya. Hal lain yang unik
yaitu setiap nelayan pulang dari melaut, para istri nelayan serta pemilik kapal dan
istrinya datang menyabut di TPI, mereka menemani para nelayan mendaratkan
ikan.
Nelayan Prigi memiliki kegiatan budaya yang rutin diadakan setiap tahun
bersama warga Desa Tasikmadu lainnya. Kegiatan tersebut adalah upacara adat
larung sembonyo atau di daerah lain disebut dengan labuh laut atau petik laut.
Upacara ini bertujuan untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa selama setahun serta ungkapan terima kasih kepada
Tumenggung Yudo Negoro. Beliau adalah tokoh leluhur yang membuka (babat
alas) kawasan Prigi sehingga dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan tempat
mencari penghasilan hingga sekarang. Masyarakat membuat sesaji berupa
tumpeng yang berisi makanan dan hasil laut serta kelengkapan lainnya yang
disebut dengan Sembonyo dengan ukuran sangat besar untuk dilarung ke laut
lepas. Kegiatan larung sembonyo dimulai dengan kirab budaya dengan membawa
serta rangkaian sesajen dari pendopo Kecamatan Watulimo menuju tempat
pelelangan ikan PPN Prigi. Selain kirab budaya dan larung sesaji dalam upacara
adat larung sembonyo terdapat acara-acara lain seperti acara kesenian serta
istighosah bersama yang diikuti oleh nelayan, juru mudi, ulama dan pegawai PPN
Prigi.

11
Kondisi sosial ekonomi nelayan Prigi sangat berbeda dengan kondisi
nelayan-nelayan di daerah lain di Pulau Jawa – Indonesia. Kondisi sosial ekonomi
nelayan Prigi dilihat berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a) Usia nelayan
Usia nelayan Prigi paling banyak yaitu berusia antara 41-50 tahun sebanyak
47%, 30% berusia ≥ 50 tahun, 13% berusia 31-40 tahun dan sisanya berusia 21-30
tahun, sedangkan yang berusia ≤ 20 tahun sebesar 0% seperti yang ditunjukkan
Gambar 4.

Gambar 4 Usia nelayan di Prigi
b) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan sebagian besar nelayan Prigi adalah Sekolah Dasar yaitu
sebesar 77%, tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) sebesar 20%, dan sisanya
adalah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 3%. Nelayan Prigi
tidak ada yang menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau diatasnya dan tidak ada
juga yang tidak pernah sekolah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Tingkat pendidikan nelayan di Prigi
c) Pengalaman melaut
Pengalaman melaut nelayan Prigi paling besar adalah ≥ 31 tahun yaitu
sebesar 30%, nelayan yang memiliki pengalaman 26-30 tahun dan ≤ 15 tahun
masing-masing sebesar 20%, 17% berpengalaman selama 21-25 tahun, dan

12
sisanya berpengalaman selama 16-20 tahun yaitu sebesar 13% (Gambar 6). Hal ini
berbanding lurus dengan usia para nelayan, semakin tua usia seorang nelayan
makan semakin lama pula pengalaman melaut orang tersebut. Hal tersebut
dikarenakan sejak kecil mereka ikut melaut orang tua, saudara, tetangga, teman,
bahkan orang lain.

Gambar 6 Pengalaman melaut nelayan
d) Status nelayan
Status nelayan sebagian besar adalah nelayan pemilik yaitu sebesar 77% dan
sisanya merupakan nelayan buruh sebesar 23% (Gambar 7). Nelayan buruh pada
perikanan skala kecil hanya sebesar 23% karena sebagian besar nelayan-nelayan
tersebut menjadi ABK tetap nelayan purse seine yang memiliki skala besar.
Sebagian besar nelayan tersebut terkadang juga ikut menjadi nelayan purse seine
namun hanya sebagai ngadim ketika musim puncak penangkapan ikan. Nelayan
tidak tetap yang mengikuti pengoperasian alat tangkap purse seine disebut ngadim,
biasanya seorang ngadim hanya ikut beberapa kali saja selama musim
penangkapan. Selama musim penangkapan tersebut nelayan ngadim terkadang
berpindah pindah juragan atau kapal tergantung kapal mana yang masih
membutuhkan tenaga ngadim.

Gambar 7 Status nelayan

13
e) Status pekerjaan
Status pekerjaan nelayan Prigi sebagian besar adalah nelayan sambil utama
yaitu sebanyak 53% dan sisanya merupakan nelayan penuh sebesar 47% (Gambar
8). Pekerjaan sambilan nelayan yang paling besar adalah berkebun dan bertani.
Para nelayan tersebut banyak yang memiliki kebun cengkeh yang luas. Apabila
sedang tidak musim penangkapan ikan nelayan tersebut mendapatkan penghasilan
dari cengkeh. Selain berkebun cengkeh dan bertani sebagian nelayan ada yang
berdagang, kuli bangunan, dan lain-lain.

Gambar 8 Status pekerjaan nelayan

4 KOMPETISI PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL
Pendahuluan
Perikanan Indonesia didominasi oleh perikanan skala kecil. Hampir 80%
usaha yang dilakukan terkonsentrasi pada daerah pantai dengan hasil tangkapan
45 jenis ikan, 7 krustasea, dan 4 jenis pesies lain (rumput laut, kura-kura, timun
laut, dan ubur-ubur). Sumiono (1997) menyatakan bahwa ada 29 jenis alat
tangkap yang dioperasikan di daerah pantai, mulai dari alat tangkap tradisional
hingga modern. Sesuai dengan keragaan jenis dan tingkat ekonomi nelayan,
perikanan skala kecil tersebut dicirikan dengan multispecies dan multigear
sehingga pengelolaannya sangat sulit dan kompleks (FAO 1994, Pauly 1979).
Seperti negara berkembang lainnya, perikanan skala kecil di Indonesia memiliki
masalah overcapacity (Nikijuluw 2002). Masalah lainnya yaitu tekanan terhadap
ketersedian stok ikan akibat peningkatan jenis, jumlah, ukuran serta effisiensi alat
tangkap dalam perikanan skala kecil yang bersifat multispecies dan multigear.
Berkes et al. (2001) menyatakan bahwa hal ini dapat menyebabkan penurunan
kelimpahan ikan dan ekologi pada suatu daerah. Selain itu kondisi multigear dan
multispecies sangat rentan terhadap terjadinya kompetisi antar alat tangkap dalam
menangkap ikan. Kompetisi merupakan terjadinya interaksi teknik antar alat
tangkap dalam memperebutkan fishing ground (Boncoeur et al. 1998; Rijnsdorp
et al. 2000) atau dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang sama (Ulrich et al.
2001).

14
Sebagai langkah awal dalam pengelolaan sumberdaya ikan, maka informasi
dasar tentang sumberdaya ikan mutlak diperlukan. Informasi mengenai jumlah
hasil tangkapan suatu alat tangkap, komposisi hasil tangkapan, kompetisi alat
tangkap, serta tingkat pemanfaatan sumberdaya pada suatu perairan sangat
diperlukan. Pengelolaan sumberdaya ikan informasi tersebut diharapkan
bermanfaat sebagai sumber acuan dalam memilih tindakan yang tepat. Namun
informasi mengenai hal tersebut sangat jarang tersedia terutama pada perikanan
skala kecil yang bersifat multispecies dan multigear.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi didominasi oleh nelayan skala
kecil. Nelayan tersebut memiliki alat tangkap beragam yang dioperasikan
diperairan pantai sekitar teluk Prigi. PPN Prigi dipilih karena lokasi tersebut
dianggap representatif terhadap kondisi perikanan skala kecil di Indonesia.
Volume produksi perikanan yang didaratkan di PPN Prigi pada tahun 2013
sebesar 30.509.213 kg dengan nilai Rp. 141.238.887.525. Produksi ikan terbanyak
adalah tongkol lisong 12.661.154 kg (41,50%). Alat tangkap yang beroperasi di
PPN Prigi pada tahun 2013 sebanyak 842 unit dengan jumlah alat tangkap paling
banyak adalah pancing ulur (69,35%). Alat tangkap ini dioperasikan dengan
menggunakan kapal yang memiliki bobot ≤10GT diperairan pantai sekitar teluk
Prigi. Jumlah kapal dengan bobot ≤10GT tersebut ada sebanyak 64,24% dari total
armada penangkapan yang ada disana (Statistik PPN Prigi 2014). Penelitian ini
mempunyai tujuan: 1) menganalis diversitas (keragaman) hasil tangkapan, 2)
menganalisis tingkat produktivitas alat penangkapan ikan, serta 3) menganalisis
kompetisi alat tangkap berdasarkan hasil tangkapan di PPN Prigi. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi pengelolaan perikanan skala
kecil yang berkelanjutan.
Metodologi Penelitian
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PPN Prigi Desa Tasikmadu Kecamatan
Watulimo Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur. Kegiatan penelitian
dimulai pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.
Jenis dan sumber data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data jumlah alat tangkap, jenis ikan dan
jumlah hasil tangkapan. Data tersebut diperoleh dari data laporan pendaratan ikan
di PPN Prigi tahun 2010-2014. Definisi perikanan skala kecil sangat beragam dan
tidak ada batasan yang pasti mengenai hal tersebut (Panayotou 1982). Dalam
penelitian ini batasan perikanan skala kecil adalah armada penangkapan yang
memiliki bobot ≤5 GT. Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh armada ≤5 GT
yaitu: a) jaring insang, b) pancing ulur, c) jaring klitik, d) jaring larva lobster, dan
e) serok. Namun alat tangkap yang masuk dalam laporan statistik hanya ada empat
jenis yaitu: a) jaring insang, b) pancing ulur, c) jaring klitik, dan d) serok.
Sehingga pada analisis hanya dilakukan terhadap empat alat tangkap tersebut.
Berdasarkan laporan pendaratan ikan kemudian dilakukan pemisahan alat tangkap
dimaksud dan disesuaikan dengan jumlah hasil tangkapannya (kg/tahun dan
kg/trip).

15
Analisis data
1) Diversitas hasil tangkapan ikan
Mengadopsi penelitian Wiyono (2010) serta Lu dan Lee (2014) diversitas
hasil tangkapan suatu alat tangkap ditentukan menggunakan index diversitas
Shannon Wiener. Rumus index keanekaragamn Shannon-Wiener (Shannon 1949;
Bower dan Zar 1990; Chao dan Shen 2003) yaitu:
H
H

∑ Pi ln Pi

ni
ni
∑ ( ) ln ( )
N
N

Keterangan :
H’
: indeks diversitas Shannon-Wiener
ni
: jumlah individu spesies ke-i
N
: jumlah individu semua spesies

Batasan nilai index diversitas Shannon-Wiener pada penelitian ini adalah 03. Nilai 3 diberikan karena tidak ada batasan pasti untuk nilai tertinggi index
diversitas. Nilai H’ mendekati 0 menunjukkan bahwa keragaman ikan hasil
tangkapan rendah, dan nilai H’ mendekati 3 menunjukkan bahwa diversitas hasil
tangkapan tinggi.
2) Produktivitas alat penangkapan ikan
Produktivitas dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan tingkat
efisiensi dari jumlah (effort) yang telah dilakukan. Wiyono (2010) menyatakan
bahwa produktivitas tersebut dapat dikaji berdasarkan hasil tangkapan ikan persatuan upaya penangkapan (catch per-unit effort, CPUE). CPUE merupakan
ukuran kelimpahan relatif sebagai indikator kelimpahan sumberdaya ikan; jika
tren CPUE naik menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan sedang
berkembang, sebaliknya jika tren CPUE menurun menunjukkan bahwa upaya
yang dilakukan sudah mengarah kepada overfishing apabila terus dibiarkan
(Badrudin 2013). CPUE dihitung dengan menggunakan rumus:
c
CPUE
f
Keterangan :
CPUE
: catch per-unit effort (hasil tangkapan ikan per-satuan upaya
penangkapan)
c
: catch (hasil tangkapan)
f
: upaya penangkapan
3) Pengelompokkan alat tangkap
Pengelompokkan alat tangkap dianalisis menggunakan metode cluster
analysis dengan pendekatan principal component analysis (PCA). Mengadopsi
penelitian Leleu et al. (2014) pengelompokkan tersebut didasarkan pada
kesamaan alat tangkap dan target penangkapan. Tzanatos et al. (2005)
menyatakan bahwa PCA dihitung berdasarkan komposisi masing-masing alat
tangkap. Hasil analisis selanjutnya digunakan untuk mengetahui kedekatan
hubungan alat tangkap berdasarkan kemiripan hasil dan jumlah hasil tangkapan

16
(Wiyono 2012). Kedekatan hubungan tersebut dilihat pada dendogram hasil
analisis PCA.
Standarisasi perlu dilakukan terlebih dahulu agar nilai antar kriteria tidak
mempunyai deviasi yang besar. Standarisasi tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan metode skoring (Haluan dan Nurani 1988). Rumus untuk analisis
skoring yaitu :
NSij

ij

0j

1j

0j

Keterangan:
NS
: nilai skoring
J
: kriteria ke-j
I
: alternatif ke-i
Ij
: kriteria ke-j pada alternatif ke-i
Xij
: nilai kriteria ke-j pada alternatif ke-i
X0j
: nilai minimum kriteria ke-j
X1j
: nilai maksimum kriteria ke-j
Kriteria yang dimaksud disini adalah jenis alat tangkap sedangkan alternatif
adalah jenis ikan. Nilai skoring ikan ke-i pada alat tangkap ke-j diperoleh dari
jumlah hasil tangkapan ikan ke-i pada alat tangkap ke-j dikurangi jumlah hasil
tangkapan minimal alat tangkap ke-j kemudin dibagi dengan jumlah hasil
tangkapan maksimal alat tangkap ke-j yang telah dikurangi dengan jumlah hasil
tangkapan minimal alat tangkap ke-j.
Hasil Penelitian
Alat penangkapan ikan
Alat tangkap yang digunakan nelayan skala kecil di PPN Prigi antara lain :
a) Pancing ulur
Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap terkenal yang digunakan
oleh masyarakat luas terutama nelayan. Pancing tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan umumnya hanya memerlukan modal
yang sedikit. Fishing ground pancing ulur berada di perairan sekitar pantai
sehingga pada saat pengoperasiannya nelayan tidak menggunakan perahu
khusus (Brandt 1984). Perahu yang digunakan umumnya berukuran 4-5 GT
dengan panjang 13 m, lebar 2,5 m, dan kedalaman (D) 1 m. Monintja dan
Martasuganda (1991) menyatakan ada beberapa keuntungan dari perikanan
pancing ulur yaitu:
1. Alat penangkapan ini dapat dioperasikan di tempat yang tidak
dimungkinkan pengoperasian alat penangkapan lain
2. Anak buah kapal yang melakukan operasi penangkapan bisa hanya satu
orang
3. Tidak memerlukan kapal khusus.
Pancing ulur yang sering digunakan nelayan Prigi ada tiga macam, antara
lain: pancing ikan layur (Gambar 9), pancing ikan tenggiri (Gambar 10), dan
pancing ulur untuk ikan lainnya (Gambar 11). Pancing ulur untuk ikan layur
memiliki kedalaman 100 m sebagai tali utama. Bahan penyusun pancing ini

17
dari benang monofilament. Jarak antar mata pancing sejauh 1,5 m dan setiap
mata pancing tersebut dihubungkan dengan tali cabang sepanjang 1,25 m.
Ukuran mata pancing yang digunakan adalah nomor 9 atau 10. Pancing ulur
ikan tenggiri bahan penyusunnya adalah tembaga dengan kedalaman 90 m.
Jarak antara kapal dengan mata pancing pertama adalah 12 m. Jarak antar mata
pancing yaitu 5 m dan panjang kawat penghubung antara tali utama dan mata
pancing adalah 6. Kawat yang digunakan adalah nomor 22 dan mata pancing
yang digunakan yaitu nomor 3 atau 4. Bahan penyusun pancing ulur untuk ikan
lainnya sama dengan bahan penyusun pancing untuk ikan layur. Perbedaannya
dengan pancing ikan layur adalah panjangnya hanya 45 m, jarak antar mata
pancing 1,4 m dan panjang tali penghubung adalah 13 cm. Mata pancing yang
digunakan adalah nomor 12 atau 14. Spesifikasi lengkap masing-masing alat
tangkap disajikan pada Tabel 9
Pancing ulur untuk menangkapan ikan layur biasanya dioperasikan pada
malam hari, meskipun ada beberapa orang yang mengoperasikannya pada siang
hari. Nelayan berangkat pukul 16.00 WIB dan pulang pukul 07.00 WIB
keesokan harinya apabila pengoperasian pada malam hari, apabila
pengopersian siang hari nelayan berangkat pukul 03.00 WIB dan pulang pukul
15.00 WIB.

Gambar 9 Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan layur

18

Gambar 10 Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan tenggiri

Gambar 11 Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan lainnya

19
Tabel 2 Spesifikasi alat tangkap pancing ulur
Bagian alat tangkap
Ukuran mata pancing

Jenis alat tangkap
Pancing ulur ikan Pancing ulur ikan Pancing ulur ikan
layur
tenggiri
lainnya
No. 09 atau No. No. 03 atau No. No. 12 atau No.
10
04
14

Penggulung

- Bahan plastik - Bahan plastik
bentuk bulat
bentuk bulat
- Ø 20cm
- Ø 25cm

Pipa paralon

Jenis tali

PA monofilament

Tembaga

PA monofilament

Panjang tali

± 100m

± 90m

± 45m

Jenis umpan

Ikan layur yang
dipotong-potong

kembung, betong
dan ikan non
ekonomis lainnya

kembung, betong
dan ikan non
ekonomis lainnya

Jumlah mata pancing

67 buah

15 buah

150 buah

Jenis kapal yang
digunakan

- Kapal kayu
- 4-5 GT
- P=13 m; L=2,5
m; D=1 m
- Motor tempel
dongfeng 24
PK

- Kapal kayu
- 4-5 GT
- P=13 m; L=2,5
m; D=1 m
- Motor tempel
dongfeng 24
PK

- Kapal kayu
- 4-5 GT
- P=13m; L=2,5
m; D=1 m
- Motor tempel
dongfeng 24
PK

Hasil tangkapan utama

Layur

Tenggiri

Ikan lain
(bentong, kwee,
gulamah, dll.)

Waktu operasi
penangkapan

Malam

Malam

Malam dan siang

Daerah penangkapan
Ikan

Peranti anyar,
klopo, sine,
rejono, popoh,
sadeng

Peranti anyar,
klopo, sine,
rejono

Peranti anyar,
klopo, sine,
rejono, popoh,
sadeng

Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah ubur-ubur yaitu sebesar 3712
ton selama tahun 2010-2014 (Gambar 12). Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 16, hasil tangkapan kedua paling banyak selain ubur-ubur yaitu ikan
layur sebesar 533,44 ton. Hasil tangkapan lainnya yaitu bentong, gulamah,
slengseng, kwee, tenggiri, tongkol komo, kakap merah dan pari kembang.

20

Gambar 12 Komposisi hasil tangkapan pancing ulur di PPN Prigi
b) Jaring klitik
Jaring klitik (trammel net) atau yang biasa disebut jaring gondrong atau
jaring udang merupakan jaring yang digunakan nelayan untuk menangkap
udang lobster di batu karang. Konstruksi jaring klitik sangat sederhana. Alat
tangkap ini berbentuk empat persegi panjang dan terdiri dari tiga lapis jaring.
Dua lembar jaring dibagian luar dan 1 lembar jaring dibagian dalam (inner).
Jaring bagian luar (outer) berfungsi agar ikan tertangkap secara terpuntal dan
membentuk kantong jaring bagian dalam. Jaring ini dilengkapi dengan
pemberat dan pelampung. Pemberatnya terbuat dari timah (timbel) yang
dipasang dengan jarak 19-25 cm. Sedangkan pelampung terbuat dari gabus
sandal atau Polyamide (PA) plastik ukuran 18. Bagian badan alat tangkap ini
terbuat dari Polyamide (PA). Satu set jaring klitik terdiri 1-3 lembar jaring
(piece). Spesifikasi lengkap disajikan pada Tabel 3 dan konstruksi jaring
disajikan Gambar 13.
Alat tangkap ini dioperasikan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB di
sekitar batu karang. Soaking (perendaman) dilakukan selama 1x24 jam
kemudian dilakuakan hauling (pengangkatan) keesokan harinya sekitar pukul
07.00–10.00 WIB. Setelah melakukan hauling dan pengambilan hasil
tangkapan umumnya nelayan melakukan setting (pemasangan) kembali.
Pemasangan jaring dilakukan dari sisi lambung kapal dalam keadaan kapal
berjalan. Berbeda dengan hal tersebut hauling dilakukan dalam keadaan mesin
kapal mati. Pembagian tugas yang dilakukan apabila jumlah ABK 2 orang
yaitu, ABK 1 menarik jaring dan ABK lainnya mengambil hasil tangkapan.
Hasil tangkapan utama jaring klitik adalah lemuru yaitu sebanyak 178,96
ton selama 5 tahun terakhir (2010-2014). Hasil tangkapan lainnya adalah
tembang/tanjang, kembung, betong, tembang/teri ijo, tongkol krai, layur,
gulamah, swanggi, dan peperek (Gambar 14).

21
Tabel 3 Spesifikasi alat tangkap jaring klitik
Bagian alat tangkap

Spesifikasi

Ukuran/piece

P = 37,5 m
D = 1,5 m

Mesh size

Inner= 1,5 inci
Outer= 5 inci

Pelampung

- Plastik polyamid (PA) nomor 18 atau
gabus sandal ukuran 5 cm
- Jarak pemasangan 40-50cm

Pemberat

10-13 gram/buah

Jumlah piece

1-3 piece

Panjang tali dari badan jaring
ke kapal

12 m

Jenis kapal yang digunakan

-

Hasil tangkapan utama

Lemuru, Tembang, Kembung

Waktu operasi penangkapan

Siang dan malam

Daerah penangkapan Ikan

Perairan teluk

Kapal kayu
4-5 GT
P=13 m; L=2,5 m; D=1 m
Motor tempel dongfeng 24 PK

inci

inci

Gam