Perancangan Kemasan Transportasi Buah Jambu Air (Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston) cv Camplong

Halaman judul

PERANCANGAN KEMASAN TRANSPORTASI BUAH
JAMBU AIR (Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston) cv CAMPLONG

ISWAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perancangan Kemasan
Transportasi Buah Jambu Air (Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston) cv Camplong
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Iswahyudi
NIM F152130161

RINGKASAN
ISWAHYUDI. Perancangan Kemasan Transportasi Buah Jambu Air (Syzygium
aqueum (Burm.f.) Alston) cv Camplong. Dibimbing oleh EMMY DARMAWATI
dan SUTRISNO.
Jambu air cv Camplong merupakan salah satu buah unggulan Jawa Timur
berasal dari Madura, bernilai ekonomis tinggi dan dibutuhkan dalam bentuk segar.
Jambu air cv Camplong termasuk komoditas mudah rusak dan memiliki umur
simpan yang pendek serta rentan terhadap benturan dan gesekan pada saat
transportasi. Teknologi pengemasan saat transportasi menjadi salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk menjaga kesegaran produk pada saat didistribusikan sampai
ke tangan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kemasan sekunder
untuk transportasi dan menentukan jenis kemasan primer yang tepat untuk
mempertahankan kualitas buah.
Bahan yang digunakan adalah karton bergelombang tipe flute BC untuk

kemasan dan flute A untuk partisi, buah jambu air cv Camplong dengan berat 90110 g, berdiameter 60 mm dan tinggi 55 mm berasal dari Desa Tadden,
Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Pertama perancangan kemasan dilakukan
dengan memperhatikan sifat fisik, sifat mekanis buah, serta efisiensi ruang angkut
(bak / kontainer). Perancangan kemasan sekunder yaitu menentukan dimensi,
model, efisiensi dan membuat kemasan. Tahap kedua adalah melakukan pengujian
terhadap kemasan yang telah dirancang, yaitu pengujian kekuatan tekan. Tahap
ketiga adalah dilakukan transportasi terhadap jambu air cv Camplong dengan
kemasan pengisi (primer) yaitu net foam dan kertas. Pascatransportasi dilakukan
pengamatan kerusakan buah secara visual, kemudian buah disimpan pada suhu
ruang ± 27ºC. Selama penyimpanan, dilakukan pengamatan setiap hari untuk
melihat warna, kekerasan, total padatan terlarut dan buah busuk sebagai parameter
mutu.
Rancangan kemasan (berpartisi dan tidak berpartisi) yang dihasilkan
berdimensi 357x217x216 mm, dengan kapasitas 45 buah setara 4.5 kg untuk
kemasan berpartisi dan 69 buah setara 7 kg untuk kemasan tanpa partisi. Kekuatan
kemasan dalam menahan tekanan yaitu 258.59 kgf (kemasan tidak berpartisi) dan
401.92 kgf (kemasan berpartisi). Pascatransportasi, buah yang dikemas dengan
kemasan berpartisi menggunakan bahan pengisi net foam memiliki kerusakan
mekanis terendah yaitu 5.02 %, sedangkan kerusakan mekanis tertinggi
menggunakan kemasan petani yaitu 20.87 %. Hasil analisis statistik menunjukkan,

pengaruh kemasan primer (net foam / kertas) berbeda nyata yaitu untuk warna,
kekerasan, total padatan terlarut dan jumlah buah busuk selama penyimpanan
pasacatransportasi. Kemasan hasil rancangan dapat memberikan keuntungan
bersih Rp 300 000 – Rp 600 000 lebih besar dibandingkan dengan kemasan
petani, dengan memaksimalkan pengangkutan saat transportasi,
Kata kunci : Jambu air cv Camplong, pengemasan, transportasi

SUMMARY
ISWAHYUDI. Design of Packaging for Transportation of Jamboo cv Camplong
(Syzygium aqueum (Burm.f) Alston). Supervised by EMMY DARMAWATI and
SUTRISNO.
Jamboo cv Camplong, called water rose, is one of the East Java’s superior
fruits from Madura that have the high economic values and consumed as fresh
fruit. It is including most perishable comodities and having short shelf life and
also suspectible with impact and friction during transportation. Therefore the
packaging technology during transportation becomes a critical point of postharvest to maintain freshness of products when it is distributed to consumers. The
purposes of this research were designing a secondary packaging during
transportation and determining the appropriate type of primary packaging to
maintain the quality of Jamboo.
Materials in this reasearch were two types of corrugated cardboard (BC flute

for packaging and A flute for partition) and jamboo cv camplong (weight 90 - 110
grams, diameter 60 mm and height 55 mm) from the Tadden village, Sampang
East Java. The physical and mechanical properties of the fruits, and also the
efficiency of the container space were being concerned to decide. The first step of
packaging design. Secondary packaging design was done with determined
dimensions, models, efficiency and manufacturing steps of packaging. The second
step was done with tested of the package that has been designed, esspecially
compression strength. For the third steps, the jamboo cv camplong was
transported with net foam and paper packing filler (primer). After transportation
process, fruits damage were observed visually and stored at room temperature ±
27 ºC. Then the color quality, hardness, total soluble solids, and amount of rotten
fruits were observed every day during the time.
Result of the packaging design (partitioned and unpartitioned) was having
dimension 57x217x216 mm, with capacity of 45 pieces of fruits (equivalent to 4.5
kg) for partitioned packaging design and 69 pieces of fruits (equivalent to 7 kg)
for unpartitioned packaging design. The strength of packaging resulted about
258.59 kgf (partitioned packaging design) and 401.92 kgf (unpartitioned
packaging design) for pressure resist. Fruits that were packed with partitioned
packing using net foam filler material had lowest mechanical damage (about 5.02
%), while the highest mechanical damage of fruits happened in the farmers

packaging design (about 20.87 %) after transportation process. Statistical analysis
showed that the influence of the primary packaging net foam / paper was
significantly different, there are for color, hardness, total dissolved solids and total
rotten fruits during storage after transportation. By using this designed packaging
could give a net profit of about IDR 300.000 – 600.000 and it was greater than the
conventional farmer’s packaging, by maximizing the container space during
transportation.
Keywords: Jamboo cv Camplong, packaging, transportation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERANCANGAN KEMASAN TRANSPORTASI BUAH

JAMBU AIR (Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston) cv CAMPLONG

ISWAHYUDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Lilik Pujantoro MAgr

Judul Tesis
Nama
NIM


: Perancangan Kemasan Transportasi Buah Jambu Air (Syzygium
aqueum (Burm.f.) Alston) cv Camplong
: Iswahyudi
: F152130161

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Emmy Darmawati, MSi
Ketua

Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Pascapanen


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
30 Juni 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah
pengemasan pangan, dengan judul Perancangan Kemasan Transportasi Buah
Jambu Air (Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston) cv Camplong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Aipda Sudarsono
dan Sri Wahyuni I. S.Pd, Ibu Dr Ir Emmy Darmawati dan Bapak Prof Dr Ir
Sutrisno selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Lilik Pujantoro sebagai penguji.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Asmawi beserta
Ibu Nawiyah selaku pengumpul jambu air cv Camplong, Bintarjo Agus Priyadi
S.TP dan Khania Tria Tifani S.TP pendamping perancangan desain, Bapak
Sulyaden dan Mas Baskara laboran TPPHP, Ahmad Rosiki S.P, Edy Irawan S.T
dan Mohammad Subly, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga besar H.Ismail
(Alm) dan Ibrahim, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga saya
sampaikan untuk teman-teman seperjuangan TPP 2013 semuanya atas
kerjasamanya selama perkuliahan dan penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015
Iswahyudi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

vi
1
1
2
2
2
2
2


2 METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Pengamatan
Rancangan Percobaan
Analisis Data

3
3
3
3
10
11
12

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik dan Mekanis Buah Jambu Air
Perancangan Kemasan
Transportasi
Kerusakan Mekanis Pascatransportasi
Perubahan Mutu Buah
Penerapan Biaya Penggunaan Kemasan Hasil Rancangan

12
12
13
19
21
22
31

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

31
31
32

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

36

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Kegunaan dan cara pengukuran sifat fisik dan mekanis buah jambu air
Hasil pengukuran sifat fisik buah jambu air camplong
Hasil uji sifat mekanis buah jambu air camplong
Dimensi kemasan hasil rancangan
Ukuran standart ISO palet beberapa Negara
Ukuran kemasan produk hortikultura

4
12
13
16
18
18

DAFTAR GAMBAR
1 Pengukuran sifat fisik buah
2 Pengujian sifat mekanis buah jambu air camplong.
3 Penentuan dimensi dalam kemasan
4 Penentuan dimensi desain
5 Penentuan dimensi luar kemasan
6 Pengujian kemasan menggunakan UTM INSTRON
7 Diagram alir penelitian
8 Ilustrasi buah yang melesak
9 Buah hasil uji kekuatan tekan maksimum
10 Pola penyusunan kemasan pada bak (a) 48 kemasan, (b) 46 kemasan
11 Desain kemasan hasil rancangan berpartisi
12 Kemasan hasil rancangan
13 (a) Pola susunan buah jambu air cv Camplong kemasan partisi (b) Pola
susunan buah jambu air cv Camplong kemasan tanpa partisi
14 Pengaturan susunan buah dalam kemasan (a) pola petani (jumble); (b)
pola susunan; (c) kemasan primer net foam ; (d) kemasan primer kertas;
(e) kemasan menggunakan partisi dan kemasan primer net foam ; (f)
kemasan menggunakan primer dan kemasan primer kertas
15 Grafik blok getaran selama transportasi dari Sampang ke Surabaya
16 Gaya saat transportasi
17 Persentase rusak mekanis jambu air cv Camplong pascatransportasi
18 Kerusakan fisik jambu air camplong
19 Persentase busuk buah selama penyimpanan
20 Perubahan derajat warna L setelah penyimpanan
21 Perubahan derajat warna a setelah penyimpanan
22 Perubahan derajat warna b setelah penyimpanan
23 Grafik perubahan nilai kekerasan buah jambu air camplong
24 Grafik perubahan nilai total padatan terlarut pada jambu air camplong

4
4
5
5
6
7
9
10
13
14
15
16
17

19
20
20
21
22
23
25
26
27
27
29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan dimensi kemasan
2 Desain kemasan
3 Perhitungan nilai MMI
4 Analisis sidik ragam kerusakan mekanis buah
5 Uji DMRT pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis buah
6 Analisis sidik ragam TPT jambu air selama penyimpanan
7 Uji DMRT pengaruh jenis kemasan terhadap TPT
8 Analisis sidik ragam warna L jambu air selama penyimpanan
9 Uji DMRT pengaruh jenis kemasan terhadap warna L
10 Analisis sidik ragam warna a jambu air selama penyimpanan
11 Uji DMRT pengaruh jenis kemasan terhadap warna a
12 Analisis sidik ragam warna b jambu air selama penyimpanan
13 Uji DMRT pengaruh jenis kemasan terhadap warna b
14 Analisis sidik ragam pengaruh jenis kemasan terhadap kekerasan
15 Uji DMRT pengaruh jenis kemasan terhadap kekerasan
16 Analisis biaya penggunaan kemasan hasil rancangan

36
37
38
39
39
39
40
40
41
42
43
43
44
44
45
46

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jambu air cv Camplong merupakan salah satu buah unggulan daerah Jawa
Timur sesuai dengan SK Mentan No. 40/Kpts/TP.240/I/97. Sentra produksi buah
jambu air cv Camplong terdapat di Kabupaten Sampang Madura, dimana luas
areal tanaman jambu jenis camplong ini mencapai 780 hektar dengan jumlah
tanaman sekitar 160.000 pohon yang memiliki tiga kali musim panen dalam satu
tahun yakni pada bulan Februari, Juni dan Oktober. Produksi jambu air cv
Camplong memberikan kontribusi sekitar Rp 9.5 miliar setiap musim panen
(Purbiati dan Suryadi 2005). Pangsa pasar jambu air cv Camplong cukup luas,
meliputi kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti : Surabaya, Sidoarjo,
Malang dan Jakarta. Hasil analisis SWOT yang dilakukan oleh Sudiyarto (2011)
menunjukkan bahwa pemasaran buah lokal di Jawa Timur, nilai faktor peluang
dan kekuatannya lebih tinggi daripada faktor ancaman dan kelemahan.
Penanganan pascapanen yang baik perlu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dan nilai hasil pertanian. Kenyataannya di Indonesia, petani tradisional
belum melakukan penanganan pascapanen yang baik karena keterbatasanketerbatasan yang dimiliki. Pasar tradisional di Indonesia masih mendominasi
tujuan pemasaran komoditas buah lokal termasuk jambu air cv Camplong.
Perbaikan pascapanen pada tingkat petani menjadi sangat penting agar buah lokal
dapat bersaing dengan buah-buahan impor yang telah menyerbu pasar tradisional
(Siswadi 2007).
Salah satu rantai pascapanen jambu air cv Camplong yang menyumbang
kerusakan dan kehilangan cukup tinggi adalah pada proses transportasi. Perlakuan
selama transportasi menjadi hal penting yang harus diperhatikan, dimana
pengemasan yang baik merupakan salah satu cara yang dapat menekan kerusakan
produk selama transportasi.
Buah jambu air cv Camplong memiliki bentuk menyerupai kerucut, kulit
yang tipis bertekstur lunak dengan kadar air yang tinggi, sangat mudah mengalami
memar terhadap tekanan yang menimpanya. Pengemasan yang tepat dapat
mengurangi kerusakan mekanis karena dampak getaran dan beban kompresi pada
saat transportasi berlangsung (Pathare dan Opara 2014). Penelitian mengenai
kemasan transportasi telah dilakukan pada buah tomat (Sharan et al. 2009),
anggur (Ngcobo et al. 2013) dan buah jeruk (Purba dan Haloho 2013).
Perbaikan pada sistem kemasan dan perlakuan perlindungan buah sebelum
dikemas selama proses pemanenan penting dilakukan. Perancangan kemasan yang
sesuai dengan pasar tujuan diharapkan mampu menekan kerusakan dan
meningkatkan nilai jual jambu air cv Camplong baik di pasar tradisional maupun
pasar institusi. Penelitian perlu dilakukan untuk menghasilkan kemasan yang tepat
untuk transportasi dan distribusi buah jambu air cv Camplong dengan
memperhatikan sifat fisik buah, jenis kemasan dan efisiensi alat angkut sehingga
dapat mengurangi tingkat kerusakan jambu air cv Camplong selama transportasi.

2
Perumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi pokok utama penelitian ini adalah bagaimana
merancang kemasan sekunder berbahan karton gelombang untuk transportasi buah
jambu air cv Camplong, dan bagaimana menentukan jenis kemasan primer yang
dapat mempertahankan mutu buah jambu air cv Camplong pada saat
ditransportasikan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang kemasan sekunder untuk
transportasi buah jambu air cv Camplong, menentukan jenis kemasan primer yang
tepat untuk mempertahankan kwalitas buah jambu air cv Camplong dan mengkaji
kerusakan dan lama simpan buah jambu air cv Camplong pascatransportasi.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemasan yang dirancang menggunakan partisi mampu memperkecil
kerusakan mekanis pada proses transportasi jambu air cv Camplong
2. Penggunaan kemasan pengisi (primer) yang tepat mampu mengurangi
kerusakan mekanis dan mempertahankan mutu jambu air cv Camplong pada
proses transportasi dan distribusi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan solusi bagi petani jambu air
cv Camplong dalam mengemas buah dengan kemasan tepat untuk memperkecil
kerusakan mekanis pada buah dan memberikan nilai tambah bagi petani.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah mengkaji kerusakan mekanis dan mutu
pasca transportasi pada buah jambu air varietas camplong yang berasal dari
Kabupaten Sampang Madura. Buah jambu air cv Camplong dikemas dengan
kemasan hasil rancangan dari penelitian ini. Transportasi dilakukan dengan
menggunakan moda darat (pick-up) sesuai dengan yang dilakukan petani, sedang
wilayah distribusi yang dituju adalah pasar tradisional yaitu Pasar Kembang di
Surabaya. Pasar tersebut merupakan salah satu pasar tujuan jambu air cv
Camplong dari Sampang.

3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Desember 2014 di
Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Fakultas
Teknologi Pertanian, Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan Kayu, Fakultas
Kehutanan, IPB. Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Sampang Madura,
pasar tradisional Kembang Surabaya dan pengujian buah setelah proses
transportasi dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Universitas
Trunojoyo Madura.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan utama dan
bahan penunjang. Bahan utama adalah jambu air camplong, kemasan berbahan
karton bergelombang tipe flute BC dengan kemasan tipe RSC (Regular Slotted
Container), net foam, dan kertas buram. Buah yang digunakan merupakan jambu
air cv Camplong kelas I dengan dimensi panjang 55–60 mm, diameter kepala 6065 mm dan bobot berkisar 90–120 g, berumur 60 hari setelah berbunga yang
diperoleh dari kebun petani jambu air cv Camplong di Kec. Camplong Kab.
Sampang. Jambu air cv Camplong dipanen sesuai prosedur pemanenan yang
benar.
Peralatan yang digunakan terdiri dari timbangan mettler scale PM-4800
untuk mengukur berat, texture analyzer untuk mengukur kekerasan, refractometer
N-1 ATAGO untuk mengukur total padatan terlarut, camera DSLR Nikon 5100
untuk mengamati perubahan warna pada saat penyimpanan, penggaris dan jangka
sorong untuk mengukur dimensi buah, serta mobil Pick-Up L300 berkapasitas
2540 kg dengan lebar bak 1600 mm dan panjang bak 2425 mm.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas lima tahapan, yaitu :
1. Pengukuran sifat fisik dan mekanis buah
2. Perancangan dimensi kemasan yang optimal.
3. Transportasi jambu air cv Camplong menggunakan kemasan hasil
rancangan.
4. Pengamatan penurunan mutu selama penyimpanan dalam proses distribusi
pasca transportasi.
5. Penerapan biaya penggunaan kemasan
1. Pengukuran sifat fisik dan mekanis buah
Sifat fisik berupa berat buah diukur dengan timbangan, sedangkan dimensi
individual diukur dengan jangka sorong. Adapun sifat mekanis buah berupa
bioyield, strain, deformasi, stress dan firmness diukur menggunakan alat UTM
(Universal Texture Machine). Kegunaan dan cara pengukuran sifat fisik dan
mekanis buah disajikan dalam Tabel 1.

4
Tabel 1 Kegunaan dan cara pengukuran sifat fisik dan mekanis buah jambu air

a. Dimensi jambu air dengan pendekatan bentuk geometri kerucut
Menghitung volume buah dalam kemasan adalah menggunakan rumus
volume buah individu dikalikan jumlah buah dalam kemasan. Volume buah
dihitung berdasarkan bentuk geometrinya. Jika buah berbentuk bola maka
dihitung menggunakan geometri bola, jika buah berbentuk elipsoidal maka
dihitung menggunakan hitungan geometri elips. Pada jambu air cv Camplong
geometri yang mendekati bukan bola atau elipsoidal namun kerucut, sehingga
perhitungan dimensi digunakan hitungan volume geometri kerucut. Berikut
Gambar 1 pengukuran sifat fisik buah.

Gambar 1 Pengukuran sifat fisik buah.
b. Gaya maksimum
Gaya maksimum adalah beban maksimum yang digunakan untuk
menghitung tinggi tumpukan buah dalam kemasan sesuai dengan kekuatan buah,
pada penelitian ini dilakukan pengukuran kekuatan buah dengan tujuan untuk
mengetahui kekuatan buah menahan gaya yang diberikan jika akan disusun dalam
kemasan. Berikut Gambar 2 pengujian sifat mekanis buah jambu air cv Camplong.

Gambar 2 Pengujian sifat mekanis buah jambu air cv Camplong

5
2. Perancangan dimensi kemasan
Perancangan dimensi kemasan meliputi :
a. Penghitungan luas bak transport
Luas bak/kontainer digunakan untuk menghitung efisiensi susunan kemasan
didalamnya.
Luas bak (LB) = P x L
(1)
Dimana :
P = Panjang bak/kontainer
L = Lebar bak/kontainer
b. Penentuan dimensi dalam kemasan
Dimensi dalam ditentukan berdasarkan jumlah buah yang disusun searah
sumbu panjang dan sumbu lebar kemasan ditambah dengan sekat yang ada
diantara buah. Penetuan jumlah buah dilakukan dengan simulasi yang hasilnya
berupa ukuran panjang dan lebar kemasan yang bila disusun dalam bak/kontainer
menghasilkan efisiensi tertinggi. Gambar 3 Penentuan dimensi dalam kemasan.
- Panjang (PKdalam) = nP x D + n2 x tebal flute partisi
- Lebar (LKdalam) = nL x D + n2 x tebal flute partisi
Dimana :
D = diameter bagian kepala jambu air,
nP = Jumlah buah arah panjang kemasan
nL= Jumlah buah arah lebar kemasan
n2 = Jumlah sekat dengan n2 = np-1 atau nL-1

(2)
(3)

Gambar 3 Penentuan dimensi dalam kemasan
c. Perhitungan dimensi desain
Dimensi desain adalah dimensi untuk pembuatan kemasan dari bahan dalam
bentuk lembaran karton menjadi bentuk kemasan box. Untuk bahan karton
gelombang tipe flute BC, dimensi desain dihitung dalam satuan mm dengan
Persamaan 4, 5 dan 6. Gambar 4 Penentuan dimensi desain.
Panjang (PK desain) = PK dalam + 8
Lebar (LK desain) = LK dalam + 4
Tinggi (TKdesain) = TK dalam + 4

Gambar 4 Penentuan dimensi desain

(4)
(5)
(6)

6
d. Perhitungan dimensi luar kemasan
Dimensi luar kemasan dihitung berdasarkan tipe flute dan ketebalan karton
bergelombang yang digunakan. Perhitungan dimensi luar merupakan penjumlahan
dari dimensi desain dengan ketebalan flute yang digunakan yaitu pada Persamaan
7, 8 dan 9. Gambar 5 penentuan dimensi luar kemasan.
PKluar = PK desain+ 2 x tebal flute
(7)
LKluar = LK desain + 2 x tebal flute
(8)
Luas Kemasan (LK) = PKluar x LKluar
(9)

Gambar 5 Penentuan dimensi luar kemasan
e. Pengaturan susunan kemasan dalam bak alat transport
Beberapa pola susunan kemasan dicoba untuk menghasilkan susunan yang
paling efisien dengan dimensi kemasan hasil rancangan. Setiap pola akan
menghasilkan jumlah kemasan pada lapisan dasar (lapisan pertama) bak/kontainer
sebanyak N. Data ini digunakan untuk menghitung efisiensi penggunaan
bak/kontainer.
f. Efisiensi penggunaan bak alat transport
Luas permukaan susunan kemasan pada dilapisan pertama (TLK)
TLK = N x LK
(10)
Efisiensi = TLK / LB
(11)
Dimana :
TLK = Total luas kemasan
LK = Luas kemasan
N = Jumlah kemasan
LB = Luas bak
Pola susunan kemasan yang dipilih adalah pola yang mempunyai
efisiensi tertinggi. Dari hasil ini akan didapat ukuran panjang dan lebar
kemasan bagian dalam maupun bagian luar.
g. Perhitungan kekuatan kemasan secara teoritis dengan persamaan Mc Kee
(Peleg 1985)
Dengan mengetahui panjang dan lebar kemasan, maka dapat dihitung
kekuatan kemasan teoritis menggunakan persamaan berikut:
(12)
Dimana : KK = Kekuatan kemasan
Pm = Nilai edgewise compressive strength
(untuk flute BC = 6 (kgf/ cm)
h = tebal flute
z = keliling sisi atas kemasan

7
h. Penentuan tinggi kemasan
Tinggi kemasan ditentukan berdasarkan jumlah tumpukan kemasan yang
optimum dalam mengisi bak alat angkut, berat buah perkemasan, dan kekuatan
kemasan. Oleh karena itu tinggi kemasan dihitung dengan tahapan sebagai
berikut:
Jumlah tumpukan kemasan pada bak (NT)
NT = Tinggi bak / Tinggi Kemasan
(13)
Tinggi tumpukan akan menentukan berat perkemasan yang diperbolehkan
agar total beban yang diterima oleh kemasan dilapisan paling bawah sesuai
dengan kekuatan kemasan. Berat per kemasan (GK) dihitung dengan persamaan :
GK = KK / (NT-1) x 9.81 m/s2
(14)
Jumlah buah yang dapat disusun pada arah tinggi kemasan
(nt) = TK / TB
(15)
Dimana : TK = Tinggi kemasan
TB = Tinggi individu buah
KK = Kekuatan kemasan
Tinggi kemasan (TK) merupakan fungsi dari jumlah buah yang tersusun
arah tinggi dan berat perkemasan. Untuk itu dilakukan perbandingan antara berat
per kemasan hasil penetapan tinggi kemasan (GK1) dengan berat per kemasan
(GK) hasil dari Persamaan 11. Tinggi kemasan yang dipilih adalah TK yang
menghasil selisih nilai GK1 dan GK kecil dengan jumlah buah yang dapat disusun
sesuai dengan susunan buah yang didapat pada Persamaan 16 dan Persamaan 17
GK1 dihitung dengan persamaan:
GK1 = nT x nL x nP x G
(16)
Dimana : nT = Jumlah buah pada arah tinggi kemasan,
nL = Jumlah buah pada arah lebar kemasan
nP = Jumlah buah pada arah panjang kemasan
G = berat individu buah
Dimensi tinggi kemasan desain
TK desain = TK dalam + 4
(17)
Dimensi tinggi kemasan luar
TKLuar = TKdesain + (2 x tebal flute)
(18)
Diagram alir perancangan kemasan disajikan pada Gambar 7
Dari perhitungan tersebut terbentuk rancangan kemasan yang diinginkan,
dimensi kemasan juga mengacu pada ukuran luas bak pick-up untuk target pasar
tradisional dan modern, serta dikombinasi dengan ukuran luas container untuk
target pasar internasional.
i. Pengujian kekuatan tekan (Compression Strength)
Rancangan kemasan selanjutnya dibuat dengan memesan pada pabrik
kemasan, setelah kemasan kardus selesai dibuat maka dilanjutkan dengan
pengujian kekuatan tekan kemasan dengan menggunakan UTM INSTRON. Hasil
pengujian tekan karton box untuk mengetahui kekuatan tumpukan karton box
hasil rancangan. Selanjutnya kemasan karton box siap untuk digunakan sebagai
kemasan transportasi. Brikut Gambar 6 pengujian kekuatan tekan kemasan

8

Gambar 6 Pengujian kemasan menggunakan UTM INSTRON
3. Transportasi
Transportasi dirancang untuk membawa jambu air cv Camplong dari
kabupaten Sampang ke pasar tradisional pasar kembang yang ada di Surabaya,
menggunakan alat transportasi yang biasa digunakan oleh petani yaitu pick-up
dengan ukuran bak terbuka 2425 x 1600 x 1500 mm (panjang x lebar x tinggi).
Transportasi dilakukan dari Sampang ke Surabaya dengan jarak 124 km dan
waktu 2 jam 30 menit dengan kondisi jalan dalam kota dan lalu lintas sedikit
macet.
Vibrasi selama dalam transportasi diukur frekuensi dan amplitudo
menggunakan alat Handphone tipe Android yang dilengkapi aplikasi vibrometer,
yang ditempelkan pada bagian tengan kemasan buah dan bagian tengah susunan
kemasan karton box.
4. Pengamatan mutu pasca transportasi.
Pengujian mutu pasca transportasi adalah kerusakan mekanis dan kerusakan
fisiologis. Kerusakan mekanis adalah kerusakan buah yang dilihat langsung
setelah transportasi dilakukan, sedangkan kerusakah fisiologis adalah kerusakan
karena adanya aktifitas fisiologis buah yang menyebabkan penurunan mutu
fisologis pasca transportasi. Penurunan mutu fisiologis dihitung berdasarkan
jumlah buah pascatransportasi yang rusak / busuk setiap harinya sampai jumlah
buah habis.
5. Penerapan biaya penggunaan kemasan
Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui tingkat kerugian dan
keuntungan secara ekonomi akibat kerusakan fisik pascatransportasi terhadap
kemasan hasil rancangan. Beberapa asumsi digunakan dalam perhitungan analisis
biaya ini.

9
Mulai
-Diameter Buah ( D), Tinggi Buah (TB)
- Berat Individu buah (G)
- Dimensi bak alat transportasi (P,L,T)
P = Panjang Bak, L = Lebar bak, T =
Tinggi bak
- Dimensi dalam kemasan
- Luas kemasan (LK)

Dimensi Luar
- Panjang kemasan luar (PK)
- Lebar kemasan luar (LK)
- Kekuatan kemasan (teoritis) (KK)
Pola susunan kemasan
dalam bak alat transportasi
- Total kemasan tersusun
- Efisiensi

Tidak

Efisien tinggi

Ya
Panjang (PK)
Lebar (LK)
Jumlah buah ( n1)
Jumlah sekat ( n2)

Tinggi kemasan dalam bak alat transportasi (TK)
- Jumlah tumpukan (NT)
- Berat per kemasan (GK)
- Jumlah buah dalam tinggi (nt )
- Berat per kemasan hasil rancangan (GK1)

Tidak

GK1 ≈ GK
Ya

- Dimensi Luar Kemasan (Panjang,
Lebar, Tinggi)
- Susunan buah dalam kemasan
- Susunan kemasan dalam bak alat
transportasi

Transportasi kemasan
Parameter mutu :
- Kerusakan fisik pasca transportasi
- Kerusakan fisiologis selama
penyimpanan
Selesai

Gambar 7 Diagram alir penelitian

10
Pengamatan
1.

Dimensi dan Berat Buah
Geometri buah jambu air cv Camplong mendekati geometri kerucut
sehingga dimensi yang diukur adalah diameter bagian kepala jambu dan tinggi.
Diameter diukur dengan jangka sorong sedang tinggi jambu diukur dengan mistar.
Berat buah ditimbang dengan menggunakan timbangan mettler scale PM-4800.
2.

Pengukuran Kerusakan Mekanis
Pengukuran tingkat kerusakan mekanis dilakukan setelah transportasi.
Pengujian ini dilakukan secara visual dengan cara melihat luka memar, luka
goresan buah dan buah yang melesak kedalam (penyok) pada masing-masing
kemasan. Buah dikatakan melesak jika dijumpai kondisi kulit buah dan daging
buah yang tidak rata dengan kulit sekitarnya. Kondisi tersebut diketahui dengan
cara meraba dan mengamati permukaan kulit buah. Gambar 8 merupakan ilustrasi
buah melesak. Persentase kerusakan mekanis pada jambu air dapat dihitung
dengan persamaan :

Kulit

Gambar 8 Ilustrasi buah yang melesak
3.

Kekerasan
Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat texture analyzer
dimana prinsip pengujian ini adalah dengan memberikan tekanan pada buah
menggunakan probe yang akan menyebabkan penetrasi pada daging buah dan
diperoleh nilai kekerasan tertentu. Pengukuran kekerasan dilakukan setiap hari
pada tiga titik, yaitu bagian atas, tengah, dan bawah buah. Alat diset pada
kedalaman 10 mm dengan beban maksimum 2 kg. Semakin tinggi nilai hasil uji
maka semakin tinggi pula tingkat kekerasan buah, begitupula sebaliknya.
4.

Perubahan Warna
Nilai warna diperoleh dengan menggunakan camera DSLR dan dianalisis
menggunakan software photoshop untuk mengetahui nilai L, a* dan b*. Dimana
nilai L mengidentifikasikan tingkat kecerahan, nilai a mengidentifikasikan
tingkatan warna hijau hingga merah sedangkan nilai b mengidentifikasikan
tingkatan warna biru hingga kuning. Tingkat kecerahan (nilai L) mempunyai nilai
dari 0 (hitam) sampai 100 (putih), tingkat kehijauan (nilai a*) dimana nilai positif
(+) menyatakan warna merah, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai negatif
(-) menyatakan warna hijau. Tingkat kekuningan (nilai b*), dimana nilai positif

11
(+) menyatakan warna kuning, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai negatif
(-) menyatakan nilai biru (Sutrisno et al. 2009). Penilaian warna jambu air cv
Camplong dilakukan dengan mengambil gambar berupa foto dari buah jambu air
selama penyimpanan dengan mode dan sudut pengambilan foto yang sama.
Pengamatan terhadap buah jambu air cv Camplong selama penyimpanan terlihat
perubahan warna dari putih menjadi kemerahan, selanjutnya menjadi coklat dan
akhirnya hitam.
5.

Total Padatan Terlarut
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan alat
refraktometer. Sebelum dan sesudah pembacaan, prisma refraktometer
dibersihkan dengan aquades agar konsentrasi buah jambu air yang diukur
sebelumnya tidak tercampur pada pengukuran selanjutnya. Pengukuran dilakukan
dengan cara menghancurkan buah jambu air untuk mendapatkan cairannya
kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakkan cairan tersebut ke
dalam prisma refraktometer. Angka yang tertera pada refraktometer menunjukan
kadar total padatan terlarut (°Brix). Pengukuran total padatan terlarut dilakukan
setiap hari dan dengan perlakuan tiga kali ulangan terhadap masing-masing
sampel.
6.

Pengukuran vibrasi
Pengukuran vibrasi dilakukan menggunakan aplikasi vibrometer. dimana
prinsip pengujian vibrasi ini adalah mengukur besarnya goncangan yang terjadi
saat transportasi berlangsung dengan cara menginstalasi handphone tipe android
dengan aplikasi vibrometer. Setelah aplikasi terpasang maka handphone
direkatkan pada kardus selama transportasi berlangsung. Nilai getaran yang
dihasilkan pada arah horizontal dan vertikal selama perjalanan berlangsung.
Penggunaan data vibrometer yaitu untuk mengetahui guncangan dan getaran
dalam transportasi. Hasil pengamatan Lu et al (2010) menunjukkan bahwa adanya
pengaruh kecepatan mobil dengan tingkat guncangan dan getaran yang dihasilkan
selama transportasi berlangsung.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Percobaan RAL. Dengan faktor
perlakuan kemasan karton gelombang hasil rancangan (sekunder) dan kemasan
pengisi (primer) . Kemasan primer yang digunakan adalah kertas dan net foam.
Kemasan sekunder yang digunakan karton box menggunakan partisi dan karton
box tidak menggunakan partisi.
Model Umum dari rancangan percobaan tersebut adalah :
Yij = µ + Pj + Єij,
Keterangan :
Yij
µ
Pj
Єij

i = 1, 2,3 ……,k dan j = 1, 2, ……,p

: Pengamatan Ulangan ke-i dan Perlakuan ke-j
: Rataan Umum
: Pengaruh Perlakuan ke-j
: Galat ulangan ke-i dan Perlakuan ke-j

12
Ada tiga bagian rancangan percobaan. Pertama rancangan percobaan untuk
membandingkan kemampuan kemasan hasil rancangan dengan kemasan yang
dilakukan petani saat ini dalam mengurangi kerusakan mekanis. Kedua
merupakan rancangan percobaan untuk mengetahui pengaruh kemasan primer
yaitu C (kontrol), S (kertas buah), dan F (net foam ) terhadap tingkat kerusakan
dan perubahan mutu buah pasca transportasi dan ketiga merupakan rancangan
percobaan untuk membandingkan kemasan berpartisi dan tanpa partisi dalam
menurunkan tingkat kerusakan pasca transportasi
Analisis Data
Analisis data didasarkan pada analisis sidik ragam untuk mengetahui
pengaruh dan interaksi perlakuan, serta dilakukan uji lanjut Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% dengan menggunakan Statistical
Analysis Software (SAS). Acuan dalam analisis ragam untuk dapat dilanjutkan ke
uji Duncan apabila:
1. Jika P-value ≥ 5 % maka tidak signifikan / tidak berpengaruh.
2. Jika P-value ≤ 5 % maka signifikan / berpengaruh.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik dan Mekanis Buah Jambu Air
Pengukuran sifat fisik buah yang dilakukan meliputi berat buah, diameter
buah dan tinggi buah. Pada penelitian lapang ukuran jambu air cv Camplong yang
didapatkan beragam, dikarenakan buah dalam satu pohon tidak memiliki ukuran
dan berat yang direncanakan pada metode penelitian, namun dengan mensortasi
buah setelah panen adalah tindakan yang tepat untuk mendapatkan jumlah buah
yang sama dalam satu kapasitas kemasan, sehingga dimensi dan beratnya tidak
berbeda jauh satu dengan yang lain. Mutu jambu air cv Camplong yang digunakan
dalam perancangan adalah jambu air cv Camplong dengan kelas mutu I. Hasil
pengukuran dari 20 sample jambu air cv Camplong diperoleh data buah seperti
pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengukuran sifat fisik buah jambu air camplong.
Parameter pengukuran
Rataan
Berat buah (g)
110 ± 0.7
Diameter (mm)
60 ± 0.5
Tinggi buah (mm)
55 ± 0.5
Hasil pengukuran dimensi jambu air cv Camplong (Tabel 3) data awal untuk
merancang kemasan. Setelah dilakukan pengukuran sifat fisik, selanjutnya
dilakukan pengukuran sifat mekanis buah jambu air cv Camplong berupa uji
kekuatan tekan maksimum menggunakan alat UTM. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui beban maksimum yang dapat diterima buah, tanpa menimbulkan
kerusakan pada buah tersebut. Hasil pengukuran mekanis buah jambu air cv
Camplong terdapat pada Tabel 3.

13
Tabel 3 Hasil uji sifat mekanis buah jambu air cv Camplong.
Sifat mekanis buah jambu air cv
Nilai
Keterangan
Camplong
Bioyield (Kgf)
2.16
F max (puncak pertama)
Deformasi (cm)
0.6
Deformasi saat F max
Strain
0.28
Deformasi / Tinggi jambu air
2
Strees (Kg/cm )
0.02
Bioyield/ Luas pluger
Firmness (Kgf/cm)
3.60
Bioyield/ Deformasi
Dari hasil uji, diperoleh rata-rata bioyield buah sebesar 2.16 kgf, bioyield
adalah gaya yang diberikan pada benda tanpa menyebabkan benda tersebut rusak,
sehingga dapat diartikan bahwa buah jambu air cv Camplong memiliki
kemampuan menahan beban hingga 2.16 kgf tanpa mengalami kerusakan atau
perubahan bentuk (deformasi). Nilai bioyield selanjutnya digunakan sebagai dasar
untuk mengatur buah dalam kemasan pada arah tinggi dengan tidak melebihi nilai
bioyield. Nilai bioyield sebesar 2.16 kgf dan rata-rata berat buah jambu air cv
Camplong seperti dalam Tabel 4, maka tinggi maksimal buah jambu air cv
Camplong yang diperbolehkan dalam satu kapasitas kemasan adalah sebesar 20
buah dengan berat tiap individu berkisar antara 100–120 g.
Data yang diperoleh pada Tabel 3 menunjukkan bahwa, saat jambu air cv
Camplong menerima beban sebesar bioyield (2.16 kgf), maka buah akan
mengalami deformasi rata-rata sebesar 0.6 cm. Deformasi adalah perpindahan
relatif titik-titik dalam bahan dan kondisi deformasi dinyatakan dengan
melesaknya kulit ke dalam buah. Berikut Gambar 9 buah setelah dilakukan uji
kekuatan tekan.

Gambar 9 Buah hasil uji kekuatan tekan maksimum
Hasil yang diperoleh pada tahap pengukuran sifat fisik dan mekanis buah,
digunakan untuk menentukan dimensi pada perancangan kemasan. Pola
pengaturan buah dalam kemasan pada arah tinggi tidak boleh melebihi bioyield
agar buah tidak mengalami deformasi yang dapat menurunkan mutu buah dalam
kemasan.
Perancangan Kemasan
Perancangan kemasan untuk transportasi memiliki tiga bagian yaitu
pertama penentuan dimensi kemasan (panjang dan lebar), kedua perhitungan
kekuatan kemasan dan ketiga penentuan dimensi tinggi kemasan. Bahan kemasan
yang digunakan adalah karton bergelombang karena memiliki kemampuan
meredam getaran dengan baik dan memiliki permukaan yang halus. Produk

14
mengalami kerusakan pascatransportasi biasanya disebabkan kurangnya daya
redam kemasan dan permukaan kemasan yang kasar (Yulianti 2010).
Karton gelombang yang digunakan dalam perancangan kemasan adalah
tipe flute BC. Tipe ini dipilih karena tipe flute BC digunakan secara luas untuk
kemasan transportasi dan mudah dijumpai dipasaran dengan harga yang
terjangkau serta masuk dalam standart kemasan transportasi tujuan ekspor
(Qanytah dan Ambarsari 2011; Chen et al. 2011).
1.

Penentuan dimensi kemasan (panjang dan lebar)

Penentuan dimensi panjang dan lebar kemasan bagian dalam dan bagian
luar kemasan bertujuan untuk menentukan susunan buah pada arah panjang dan
lebar kemasan, selain itu digunakan untuk menentukan efisiensi penggunaan bak
alat transport. Persamaan 2 dan 3 digunakan untuk menghitung dimensi panjang
dan lebar bagian dalam kemasan, sedangkan Persamaan 7 dan 8 digunakan untuk
menghitung dimensi panjang dan lebar kemasan bagian luar. Simulasi penyusunan
buah arah panjang dan lebar digunakan untuk memperoleh berbagai macam nilai
kombinasi panjang dan lebar kemasan.
Hasil perhitungan didapatkan jumlah buah pada arah panjang adalah 5
buah dan pada arah lebar 3 buah. Susunan tersebut menghasilkan ukuran panjang
dan lebar kemasan bagian dalam adalah 337 mm dan 201 mm. Karton gelombang
yang digunakan mempunyai tebal 6 mm dengan tipe flute BC, sehingga diperoleh
panjang dan lebar kemasan luar adalah 357 mm dan 217 mm.
Dimensi panjang dan lebar kemasan bagian luar digunakan untuk
menentukan efisiensi penggunaan bak pick-up yang biasa digunakan petani untuk
mentransportasikan jambu air camplong. Efisiensi penggunaan bak dihitung
menggunakan Persamaan 9, 10 dan 11. Hasil perhitungan diperoleh efisiensi bak
pick-up sebesar 95% dengan pola susunan pada Gambar 10 (a) yang mampu
menyusun kemasan sebanyak 48 karton box dan ruang sisa bak bagian belakang
serta samping adalah 38 mm dan 18 mm. Alternatif pola penyusunan lain seperti
pada Gambar 10 (b) dapat memberi kemudahan saat penanganan di lapang,
dengan efisiensi 91 % dan ruang sisa bak bagian belakang serta samping adalah
66 mm dan 81 mm. Sisa ruang digunakan untuk memberikan kemudahan
penyusunan dan pembongkaran kemasan serta memberi ruang sirkulasi udara
diantara kemasan.

(a)

(b)

Gambar 10 Pola penyusunan kemasan pada bak tampak atas (a) 48 kemasan,
(b) 46 kemasan

15
Dalam pelaksanaannya di lapangan saat penelitian dilakukan, diameter
jambu air cv Camplong yang diperoleh dari petani rata-rata 60 mm, sedangkan
rancangan awal menggunakan diameter buah 65 mm. Sehingga kemasan yang
digunakan menyesuaikan dengan keadaan buah yaitu panjang kemasan 342 mm
dan lebar kemasan 210 mm. Dimensi tersebut tidak mempengaruhi pola susunan
dan efisiensi pemakaian ruang yang optimal yaitu 95% untuk pola Gambar 2 (a)
dan 91 % pada pola Gambar 2 (b).
Dimensi kemasan dan cara penyusunan akan mempengaruhi efisiensi
pemanfaatan ruang bak pick-up sebagai alat transportasi yang biasa digunakan
petani. Analisis efisiensi muatan dengan tujuan efisiensi distribusi produk, telah
banyak digunakan pada berbagai macam ukuran kemasan dan luasan bak alat
transportasi sehingga dapat memaksimalkan pengiriman (Qanytah dan Ambarsari
2011).
2.

Kekuatan kemasan

Penentuan kekuatan tekan kemasan dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan perhitungan secara teoritis dengan rumus Mc Kee (Peleg 1985) dan
menggunakan pengujian langsung dengan alat UTM INSTRON. Hasil
perhitungan secara teoritis menggunakan Persamaan 12, dengan menggunakan
panjang 357 mm dan lebar 217 mm menghasilkan kekuatan kemasan sebesar
292.31 kgf. Sedangkan hasil pengukuran langsung mengasilkan kekuatan
kemasan sebesar 258.59 kgf. Hasil perhitungan secara teoritis dan pengujian
secara langsung terdapat sedikit perbedaan yang disebabkan antara lain oleh cara
pengikatan kemasan, adanya ventilasi dan jenis kertas untuk pembuatan karton
bergelombang.
Kekuatan kemasan karton gelombang dapat ditingkatkan dengan memilih
bahan yang kuat dan menggunakan partisi didalamnya. Kekuatan kemasan hasil
rancangan yang ditambah dengan partisi menjadi lebih besar yaitu 401.92 kgf. Uji
kekuatan tekan yang dilakukan menghasilkan data kekuatan kemasan hasil
rancangan. Data kekuatan kemasan selanjutnya menjadi acuan untuk menghitung
tinggi tumpukan kemasan pada saat ditransportasikan.
3.

Penentuan dimensi tinggi kemasan

Tumpukan kemasan diatur agar kemasan yang ada pada posisi terbawah
tidak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh beban statis yang ditimbulkan
oleh kemasan diatasnya. Sehingga tumpukan kemasan bergantung pada berat
bersih tiap kemasan. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan Yulianti (2010),
berat bersih tiap kemasan akan berbeda berdasarkan pola pengaturan buah yang
berbeda meskipun dimensi kemasan yang digunakan sama.
Penentuan tinggi susunan kemasan pada bak pick-up dihitung
menggunakan Persamaan 13 dengan asumsi tinggi kemasan 200 mm maka
diperoleh tinggi susunan sebanyak 7. Penentuan berat per kemasan dihitung
menggunakan Persamaan 14, sehingga menghasilkan berat per kemasan sebesar
4.73 kg. Selanjutnya menghitung dimensi dalam kemasan (Persamaan 15 dan 16)
dan dimensi luar kemasan menggunakan Persamaan 17 dan 18. Hasil perhitungan
diperoleh dimensi dalam kemasan 337 x 201 x 200 mm sehingga dimensi luar
kemasan menjadi 357 x 217 x 216 mm. Kemasan dirancang dengan tipe RSC
(Regular Slotted Container), karena memiliki keunggulan mudah dibuat,

16
ekonomis namun dapat menampung volume buah yang maksimal (Qanytah dan
Ambarsari 2011; Watkins 2012 ). Dimensi kemasan hasil rancangan secara rinci
pada Tabel 4, desain kemasan pada Gambar 11 dan kemasan dalam bentuk box
ditunjukkan pada Gambar 12
Tabel 4 Dimensi kemasan hasil rancangan
Parameter
Jumlah Buah
Jumlah Buah dalam baris

Dimensi dalam kemasan
(mm)

Volume (cmᵌ)
Packing Density (%)
Dimensi desain kemasan
(mm)

Panjang
Lebar
Tinggi
Panjang
Lebar
Tinggi
Buah dalam kemasan
Kemasan

Panjang
Lebar
Tinggi
Tutup
Dimensi luar kemasan (mm) Panjang
Lebar
Tinggi

Rancangan
Partisi 4.5
Petani
kg
45
84
5
7
3
4
3
3
337

470

201
200
2278.48
13486.74
16.89

138
350
4253.16
22701
18.73

345

47.70

205
204
145
357
217
216

14.70
35.70
11.30
478
146
354

Gambar 11 Desain kemasan hasil rancangan berpartisi.

17

Gambar 12 Kemasan hasil rancangan
Pada arah tinggi kemasan dapat disusun 3 buah jambu yang sesuai dengan
susunan buah arah panjang serta arah lebar (Gambar 13 (a)). Secara keseluruhan
pada kemasan dengan dimensi 357 x 217 x 216 mm dapat diisi 45 buah dengan
berat rata-rata 4.5 kg per kemasan. Hasil ini sedikit berbeda dengan perhitungan
teoritis yang besarnya 4.73 kg per kemasan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
penyesuaian jumlah buah dalam kemasan yang diberi partisi. Dimensi kemasan
dirancang berdasarkan jenis dan ukuran buah, dengan berbagai macam pola
perbandingan antara panjang dan lebar kemasan (Suyanti 2011).
Berat per kemasan secara teoritis adalah 4.5 kg didasarkan pada jumlah
buah dalam kemasan sebanyak 45 dengan rata-rata berat per buah 100 g. Berat
buah yang disortasi dari hasil panen petani ada pada kisaran 90-120 g, dan
populasi terbanyak adalah 90 g sehingga rata-rata berat per kemasan menjadi 4.2
kg.

(a)

(b)

Gambar 13 (a) Pola susunan buah jambu air cv Camplong kemasan partisi (b)
Pola susunan buah jambu air cv Camplong kemasan tanpa partisi
Nilai kekerasan buah jambu air cv Camplong pada arah vertikal yang
dinyatakan oleh bioyield buah diperoleh sebesar 2.16 kgf, sehingga buah dengan
bagian bawah lebar dapat menahan getaran yang dominan, dimana getaran yang
dominan pada pick-up yaitu getaran arah vertikal. Penyusunan buah pada arah
vertikal dapat dikatakan baik pada susunan buah jambu air camplong, karena buah
akan tersusun rapi sehingga menguranggi gertaran yang ditimbulkan buah pada
saat transportasi berlangsung (Zeebroeck et al. 2006).
Kemasan tanpa partisi dibuat berdasarkan ukuran yang sama dengan
kemasan menggunakan partisi, kemasan tersebut digunakan untuk kemasan petani
dengan tujuan pasar tradisional yang dapat menampung lebih banyak jumlah buah
dalam kemasan dengan susunan buah pada Gambar 13 (b). Susunan tersebut
dibuat dengan menyesuaikan bentuk dari buah jambu air cv Camplong, jumlah

18
buah pada kemasan tanpa partisi yang dapat memenuhi kemasan adalah 69 buah
dengan berat rata-rata per kemasan adalah 7 – 7.1 kg.
Dalam merancang kemasan perlu dipertimbangkan optimasi penggunaan
ruang angkut atau palet. Palet merupakan media bantu untuk mempermudah
pemindahan barang dengan jumlah banyak dalam satu kesatuan atau
mempermudah proses bongkar muat dalam distribusi. Standart ISO palet yang
digunakan di beberapa negara disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Ukuran standart ISO palet beberapa negara
Ukuran Palet (mm)
1200 x 800
1140 x 1140
1200 x 1000
1219 x 1016
1067 x 1067
1100 x 1100

Negara Pengguna
Eropa, Singapura, China
Beberapa negara Eropa, China
Jerman, Belanda, Taiwan, Singapura,
Thailand, China, Indonesia
Amerika Serikat, China
Amerika Serikat dan Kanada
Jepang, Taiwan, Korea, Singapura,
Thailand

Sumber : Lee (2005b)
Dari beberapa ukuran palet pada Tabel 5, negara-negara Asia banyak
menggunakan palet berukuran 1200 x 1000 mm. Ukuran palet tersebut
direkomendasikan untuk beberapa ukuran kemasan komoditas hortikultura.
Berikut beberapa ukuran kemasan yang direkomendasikan untuk palet berukuran
1200 x 1000 mm yang disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Ukuran kemasan produk hortikultura
Ukuran kemasan (mm)
600 x 500
600 x 400
500 x 400
500 x 333
600 x 333
500 x 300
475 x 250
400 x 300
433 x 333
400 x 250
Sumber : Ashby (1987)

Jumlah tumpukan
4
5
6
7
6
8
10
10
8
12

Efisiensi penggunaan
palet (%)
100
100
100
97
99
100
99
100
96
100

Pada penelitian ini tidak digunakan palet tetapi kemasan langsung disusun
didalam bak pick-up dengan ukuran 2425 x 1600 x 1500 mm. Berdasarkan
efisiensi penggunaan ruang bak diperoleh dimensi kemasan hasil rancangan 357 x
217 mm, hal tersebut dapat mengefisiensi penggunaan ruang angkut hingga 91-95
% dan ukuran tersebut sudah mendekati ukuran kemasan standar ekspor 400 x 250
mm.

19
Dengan ukuran kemasan kardus yang beragam maka efisiensi penggunaan
palet juga akan bervariasi. Efisiensi penggunaan areal palet yang ideal adalah
100%. Ada 3 sebutan efisiensi muatan palet menurut Lee (2005a), efisiensi
muatan palet 90% atau lebih disebut good fit, efisiensi 80% termasuk average fit,
dan efisiensi muatan 70% tergolong poor fit.
Transportasi
Buah jambu air cv Camplong dikemas dengan kemasan hasil rancangan
dengan menggunakan kemasan pengisi berupa net foam dan kertas, serta disusun
seperti pada Gambar 14. Transportasi dari Sampang ke Surabaya memakan waktu
2 jam 30 menit dengan jarak 124 km kondisi jalan kota (hotmix mulus) serta lalu
lintas sedikit macet. Sebagai kontrol dilakukan transportasi menggunakan
kemasan yang biasa digunakan petani. Kemasan yang biasa digunakan petani
adalah kemasan karton dengan dimensi seperti pada Tabel 4.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Gambar 14 Pengaturan susunan buah dalam kemasan (a) pola petani (jumble); (b)
pola susunan; (c) kemasan primer net foam; (d) kemasan primer
kertas; (e) kemasan menggunakan partisi dan kemasan primer net
foam; (f) kemasan menggunakan primer dan kemasan primer kertas.

20
Penyusunan karton box pada bak pick-up diatur dengan memaksimalkan
luas bak sehingga meminimalisir goncangan yang terjadi pada karton box. Selama
transportasi, kondisi jalan memiliki permukaan yang rata sehingga memacu
kecepatan kendaraan mencapai range 80-100 km/jam. Soleimani dan Ahmadi
(2014) menyatakan bahwa getaran memiliki dampak yang signifikan terhadap
tingkat kerusakan produk pada waktu transportasi. Tingkat getaran yang terjadi
selama transportasi disebabkan banyak faktor, seperti: jenis suspensi, kecepatan
perjalanan, kondisi jalan, dan fitur kemasan. Gambaran getaran kemasan buah
jambu air cv Camplong pada bak dapat dilihat pada Gambar 15 grafik blok
gambaran getaran yang terjadi pada saat transportasi.

Gambar 15 Grafik blok getaran selama transportasi dari Sampang ke Surabaya
Grafik blok pada Gambar 15, dapat menggambarkan getaran yang terjadi
di lapangan dan kondisi jalan selama transportsi berlangsung dari Sampang
menuju Surabaya. Getaran yang disebabkan kondisi jalan yang sesungguhnya
memang tidak dapat digambarkan secara keseluruha