Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antimikrob Asal Spons Laut

PENAPISAN BAKTERI PENGHASIL SENYAWA
ANTIMIKROB ASAL SPONS LAUT

NYDIA AINUR SURWENDA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penapisan Bakteri
Penghasil Senyawa Antimikrob Asal Spons Laut adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, September 2014

Nydia Ainur Surwenda
NIM G34100063

ABSTRAK
NYDIA AINUR SURWENDA. Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa
Antimikrob Asal Spons Laut. Dibimbing oleh ARIS TRI WAHYUDI dan SRI
LISTIYOWATI
Spons merupakan invertebrata yang banyak terdapat pada ekosistem
terumbu karang. Spons memproduksi banyak senyawa bioaktif sebagai hasil dari
metabolit sekunder. Senyawa bioaktif tersebut sebagian besar dihasilkan oleh
kehadiran mikroorganisme pada jaringan spons sebagai simbion. Senyawa
bioaktif yang dihasilkan dapat berpotensi dalam bidang biomedis dan farmasi, di
antaranya sebagai antimikrob. Penelitian ini bertujuan menapis bakteri asal spons
laut dari Pulau Bira, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yaitu Callyspongia
sp. dan Petrosia sp. yang berpotensi menghasilkan senyawa antimikrob. Hasil
isolasi dengan menggunakan enam jenis medium menunjukkan bahwa sebanyak
147 isolat bakteri berhasil diisolasi dari spons jenis Callyspongia sp. dan Petrosia

sp. Medium yang cocok digunakan untuk mengisolasi bakteri simbion spons agar
didapatkan jenis koloni bakteri yang beragam, yaitu medium Nutrient Agar dan
Zobel Marine Agar. Hasil penapisan menunjukkan bahwa 26 isolat (13%)
menghasilkan senyawa antimikrob. Sebanyak tujuh isolat bakteri (5%) di
antaranya mampu menghambat lima bakteri target, yaitu Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli (ATCC
8739), dan Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC). Isolat tersebut adalah
CAL36, CAL42, PTR8, PTR21, PTR40, PTR41, dan PTR47. Pewarnaan Gram
yang dilakukan terhadap ke-26 isolat bakteri tersebut menunjukkan bahwa semua
isolat termasuk ke dalam kelompok bakteri gram negatif. Isolat yang bersifat
hemolisis positif berasal dari spons jenis Callyspongia sp. dengan jumlah enam
isolat, yaitu CAL22, CAL24, CAL25, CAL26, CAL34, dan CAL49.
Kata kunci: hemolisis, Pulau Bira, senyawa antimikrob, spons Callyspongia sp.,
spons Petrosia sp.

ABSTRACT
NYDIA AINUR SURWENDA. Screening of Bacteria Producing Antimicrobial
Compounds Isolated from Marine Sponges. Supervised by ARIS TRI WAHYUDI
and SRI LISTIYOWATI.
Sponges are invertebrate found on coral reef ecosystems. Sponges produce

many bioactive compounds as a result of secondary metabolites. The bioactive
compounds is produced by microorganisms in the presence of sponges tissue as
symbionts. Bioactive compounds are potential to be used in the biomedical and
pharmaceutical fields, one of them is antimicrobial. This study aims to screen
bacteria from marine sponges of Bira Island, Thousand Islands, DKI Jakarta
Province, namely Callyspongia sp. and Petrosia sp. that could potentially produce
antimicrobial compounds. The results of isolation using six types of medium
showed a total of 147 bacterial isolates were isolated from the sponge type
Callyspongia sp. and Petrosia sp. The suitable mediums used to isolate bacteria
associated with sponge to obtain various types of bacterial colonies, were medium
Nutrient Agar and Zobel Marine Agar. The results of the screening obtained from
26 isolates (13%) could produce antimicrobial compound. Seven isolates (5%) of
them were able to inhibit five bacterial targets, i.e. Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli (ATCC 8739), and
Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC). The isolates were CAL36, CAL42,
PTR8, PTR21, PTR40, PTR41 and PTR47. Gram staining performed on 26
bacterial isolates showed all of them belong to the group of gram-negative
bacteria. Six isolates among 26 isolates were positive hemolysis derived from the
sponge type Callyspongia sp., namely CAL22, CAL24, CAL25, CAL26, CAL34,
and CAL49.

Keywords: antimicrobial compound, Bira Island, hemolysis, sponge Callyspongia
sp., sponge Petrosia sp.

PENAPISAN BAKTERI PENGHASIL SENYAWA
ANTIMIKROB ASAL SPONS LAUT

NYDIA AINUR SURWENDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


PRAKATA
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah yang berjudul “Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antimikrob Asal
Spons Laut” yang telah dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Aris Tri Wahyudi,
M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Sri Listiyowati, M.Si selaku pembimbing
II atas segala bimbingan, saran, pengertian, serta kepercayaannya kepada penulis
selama penelitian berlangsung. Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Tatik Chikmawati,
M.Si selaku penguji atas saran-sarannya yang telah diberikan. Terima kasih
kepada Ibu Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum dan Bapak Yohanes selaku pihak dari
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu atas segala bantuannya. Terima kasih
juga kepada Bapak Beginer Subhan, S.Pi, M.Si dan Kak Mahardika atas
bantuannya dalam proses pengambilan sampel serta identifikasi spons. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Laboran FKH yang telah
membantu membuatkan agar darah, Kak Rahayu, Kak Cessa, Kak Noor, Kak Ai,
Kak Sasa, Mbak Gege, Kak Fadhil, Kak Icha, Bapak Jaka, Ibu Heni, serta seluruh
Kakak-Kakak S2 dan S3 di Laboratorium Mikrobiologi atas bantuan dan sarannya

selama penelitian berlangsung.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Ayahanda
Hendra Surwenda dan Ibunda Siti Saotika atas dukungan, doa, dan kasih
sayangnya, serta keluarga Cendana, sahabat, dan teman-teman Biologi 47 yang
telah menghiasi perjalanan hidup penulis selama menempuh S1 di Departemen
Biologi.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2014

Nydia Ainur Surwenda

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR


vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE


2

Waktu dan Tempat

2

Bahan

2

Prosedur

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Isolasi Bakteri dari Sampel


4

Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antimikrob

6

Pewarnaan Gram

11

Uji Hemolisis

12

SIMPULAN DAN SARAN

13

Simpulan


13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1

2
3

Diameter zona hambat isolat-isolat bakteri asal spons laut yang
menghasilkan senyawa antimikrob
Indeks zona hambat isolat-isolat bakteri asal spons laut yang
menghasilkan senyawa antimikrob
Hasil pewarnaan Gram dan uji hemolisis

8
9
12

DAFTAR GAMBAR
1
2

3

4

5

6

7

Penampilan spons a. Callyspongia sp. dan b. Petrosia sp., asal Pulau
Bira, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta
Penampilan koloni bakteri (umur 24 jam) yang diisolasi dari spons laut
jenis Callyspongia sp. (a-e) dan Petrosia sp. (f) pada berbagai medium:
a. NA; b. SCA; c. SWC; d. MA; e. Zobel; f. YMA
Jumlah bakteri yang berhasil diisolasi dari spons laut jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp. dengan menggunakan beberapa
media, yaitu NA, SCA, SWC, MA, YMA, dan Zobel
Penampilan zona hambat (umur 48 jam) yang dihasilkan oleh beberapa
isolat bakteri terhadap a. P. aeruginosa, b. S. aureus, c. B. subtilis, d.
EPEC, e. E. coli (ATCC 8739)
Jumlah isolat bakteri asal spons laut jenis Callyspongia sp. dan
Petrosia sp. penghasil senyawa antimikrob yang mampu menghambat
mikrob target
Hasil pewarnaan Gram isolat CAL36: a. Profil koloni isolat CAL36
pada media SWC dan b. Hasil pewarnaan bakteri gram negatif isolat
CAL36
Penampakan beta hemolisis (umur 48 jam) pada isolat bakteri CAL22,
CAL24, CAL25, CAL26, CAL34, dan CAL49 yang ditumbuhkan pada
medium agar darah

2

4

5

7

10

11

13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Peta lokasi pengambilan sampel
Komposisi media untuk 1 liter
Ciri-ciri koloni isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari spons laut jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp.

16
17
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Spons tergolong dalam hewan invertebrata yang banyak terdapat pada
ekosistem terumbu karang (Pringgenies 2010). Spons juga merupakan organisme
filter feeder yang memiliki banyak pori tipis pada permukaan tubuhnya, sehingga
mikroorganisme serta partikel organik dapat disaring dan dimakan (Wilkinson
1978). Mikroorganisme yang tersaring, akan bersimbiosis dengan spons.
Mikroorganisme tersebut memakai tubuh spons yang berpori-pori sebagai inang
untuk tempat hidup dan perlindungan (Taylor et al. 2007). Hampir 40-50% dari
jaringan spons terdapat mikrob simbion (Proksch et al. 2002). Simbiosis
mikroorganisme pada spons ada yang bersifat eksosimbion maupun endosimbion.
Eksosimbion terjadi pada permukaan luar spons, sedangkan endosimbion terjadi
pada bagian mesohyl (Lee et al. 2001)
Spons memproduksi banyak senyawa bioaktif sebagai hasil dari metabolit
sekunder. Senyawa bioaktif tersebut sebagian besar dihasilkan oleh kehadiran
mikroorganisme pada jaringan spons sebagai simbion. Mikroorganisme yang
berasosiasi dengan spons memiliki beberapa peran, meliputi penyedia nutrien
tertentu, menstabilkan rangka spons, dan memproduksi metabolit sekunder
(Hentschel et al. 2002). Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh mikroorganisme
simbion merupakan salah satu bentuk pertahanan bagi hewan invertebrata laut
yang sesil (Berdy 2005). Senyawa bioaktif yang dihasilkan spons merupakan
senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh simbionnya. Senyawa bioaktif yang
dihasilkan oleh spons mulai banyak dipelajari karena dapat berpotensi dalam
bidang biomedis dan farmasi, salah satunya yaitu sebagai antimikrob, sehingga
senyawa tersebut dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang
disebabkan oleh mikroba patogen (Thomas et al. 2010).
Eksploitasi senyawa bioaktif dengan cara mengekstraksi dari organisme
spons dapat menghabiskan kekayaan spons laut. Penggunaan bakteri yang
bersimbiosis dengan spons untuk menghasilkan senyawa bioaktif lebih sesuai
dibandingkan dengan mengisolasi dari inangnya, karena bakteri dapat dimurnikan
dan dikultur dalam skala laboratorium, dan dapat diperbanyak dalam waktu yang
lebih cepat, serta relatif lebih mudah dimanipulasi dengan menggunakan teknologi
molekuler sehingga tidak harus menghabiskan banyak spons serta merusak
kekayaan laut (Abubakar 2009). Menurut West et al. (2000), untuk mendapatkan
2 gram senyawa Peloruside A murni dibutuhkan 200 kg ekstrak dari Mycale
hentscheli.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menapis bakteri asal spons laut dari Pulau Bira,
Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yaitu Callyspongia sp. dan Petrosia sp.
yang berpotensi menghasilkan senyawa antimikrob.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spons yang diambil dari
Pulau Bira, air laut, akuades, NaCl fisiologis, media Sea Water Complete (SWC),
Marine Agar (MA), Starch Casein Agar (SCA), Zobel Marine Agar, Nutrient
Agar (NA), Yeast Malt Extract Agar (YMA), Potato Dextrose Agar (PDA), dan
Potato Dextrose Broth (PDB) (Lampiran 2). Senyawa antibakteri diujikan
terhadap Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,
Escherichia coli (ATCC 8739), dan Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC),
sedangkan senyawa antikhamir diujikan terhadap Candida albicans dan Candida
tropicalis.
Prosedur
Pengambilan Sampel
Spons diambil dari Pulau Bira, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta
(Lampiran 1). Pengambilan spons dilakukan dengan menelusuri laut pada tingkat
kedalaman yang berbeda (1.5 meter hingga 3 meter dari permukaan laut)
menggunakan teknik selam permukaan (Snorkeling). Spons kemudian
dimasukkan ke dalam plastik sampel yang telah berisi air laut dan diberi ruang
udara. Selanjutnya spons ditempatkan dalam coolbox untuk analisis mikrobiologis
di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Identifikasi
spons dilakukan oleh Beginer Subhan, S.Pi, M.Si, dosen di Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB (Komunikasi
pribadi). Spons tersebut adalah Callyspongia sp. dan Petrosia sp. (Gambar 1).

Gambar 1 Penampilan spons a. Callyspongia sp. dan b. Petrosia sp., asal Pulau
Bira, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta

3
Isolasi Bakteri dari Sampel
Permukaan spons dibilas dengan air laut steril, sehingga hanya bakteri
dengan daya simbiosis yang kuat saja yang akan tersampling (Amstrong et al.
2001). Bakteri hanya diisolasi dari bagian jaringan 1 spons Callyspongia sp. dan 1
spons Petrosia sp. Bakteri tersebut diisolasi dengan cara memotong bagian spons
sebanyak ±1 gram, digerus, dan diencerkan dengan NaCl fisiologis steril (Kim et
al. 2006). Selanjutnya hasil isolasi dibuat suspensi dari pengenceran 10-1 sampai
10-7. Hasil pengenceran 10-3, 10-4, 10-5, 10-6, masing-masing dipipet sebanyak 0,1
ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi media NA, SCA,
SWC, MA, YMA, dan Zobel, kemudian disebar dengan menggunakan batang
kaca penyebar serta diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Koloni bakteri
yang tumbuh pada media tersebut diamati. Setiap koloni bakteri yang tumbuh
dipisahkan berdasarkan warna dan bentuk koloni, serta dimurnikan dengan
menggunakan media yang sama (Abubakar 2009).
Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antimikrob
Pengujian aktivitas senyawa antimikrob terhadap bakteri dan khamir
menggunakan teknik medium dua lapis (bilayer), yaitu lapisan bawah hanya berisi
medium SWC atau PDA saja, sedangkan lapisan atas berisi medium SWC atau
PDA dan kultur mikrob target yang akan dihambat. Jenis medium untuk uji
penghambatan terhadap antibakteri menggunakan medium SWC, sedangkan
untuk uji antikhamir menggunakan PDA, begitu pula jenis medium yang akan
digunakan untuk menumbuhkan isolat penghasil senyawa antimikrob adalah
sesuai dengan macam mikrob yang akan dihambatnya. Sebanyak 1 ml kultur cair
mikrob yang akan dihambat (umur 24 jam) dimasukkan ke dalam 100 ml medium
dan dituangkan ke dalam cawan petri berisi medium lapisan bawah yang telah
padat. Setelah medium bilayer padat, isolat bakteri asal spons digoreskan pada
permukaannya dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Senyawa
antimikrob yang dihasilkan diindikasikan dengan keberadaan zona bening di
sekitar koloni bakteri (Abubakar 2009).
Isolat bakteri hasil penapisan dikulturkan dalam medium cair untuk
memperoleh peletnya. Pelet diperoleh dari hasil sentrifugasi (10.000 rpm, 15
menit) 1 ml kulturnya. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang dan disisakan sedikit
untuk disuspensikan kembali dengan peletnya. Sebanyak 10 µl suspensi pelet
diteteskan di atas medium bilayer. Diameter zona hambat (DZH) senyawa
antimikrob maupun indeks zona hambatnya (IZH) dihitung dengan rumus:
DZH = Diameter zona hambat – Diameter koloni
IZH = Diameter zona hambat – Diameter koloni
Diameter koloni
Pewarnaan Gram
Karakterisasi tambahan yang dilakukan pada isolat-isolat bakteri yang
menghasilkan senyawa antimikrob adalah dengan pewarnaan Gram. Jika isolat
berupa gram positif dan merujuk pada kelompok Bacillus maka akan dilanjutkan
dengan pewarnaan spora.

4
Uji Hemolisis
Isolat-isolat yang dapat menghasilkan senyawa antimikrob selanjutnya diuji
kemampuan hemolisisnya dengan menggunakan agar darah yang didapatkan dari
Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor. Isolat-isolat tersebut
digoreskan pada agar darah, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
Setelah inkubasi 24 jam, zona bening akan nampak di sekitar goresan isolat. Hal
tersebut menandakan bahwa isolat yang digoreskan dapat melisiskan sel darah
sehingga uji hemolisis bersifat positif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Bakteri dari Sampel
Bakteri asal kedua jenis spons dapat diisolasi menggunakan enam jenis
medium, yaitu NA, SCA, SWC, MA, YMA, dan Zobel. Hasil isolasi diperoleh
147 isolat bakteri, masing-masing 92 isolat bakteri dari spons jenis Callyspongia
sp. dan 55 isolat bakteri dari spons jenis Petrosia sp. yang ditandai dengan warna
dan bentuk koloni yang berbeda-beda (Gambar 2). Semua isolat tersebut diamati
morfologi dan warna koloninya (Lampiran 3). Pemberian nama isolat berdasarkan
nama spons asal bakteri tersebut diisolasi, yaitu CAL1 menunjukkan asal
Callyspongia dengan pengambilan isolat bakteri nomor urut 1. Hal serupa untuk
kode PTR1.

Gambar 2 Penampilan koloni bakteri (umur 24 jam) yang diisolasi dari spons
laut jenis Callyspongia sp. (a-e) dan Petrosia sp. (f) pada berbagai
medium: a. NA; b. SCA; c. SWC; d. MA; e. Zobel; f. YMA

5
Hasil isolasi dengan menggunakan enam jenis medium tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing medium menghasilkan jenis koloni bakteri
yang berbeda. Jenis koloni bakteri dari spons Callyspongia sp. dan Petrosia sp.
pada medium NA yaitu 30 jenis koloni, medium SCA memiliki 12 jenis koloni,
medium SWC memiliki 12 jenis koloni, medium MA memiliki 11 jenis koloni,
medium YMA memiliki 14 jenis koloni, dan medium Zobel memiliki 17 jenis
koloni (Gambar 3). Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan jenis
koloni bakteri yang beragam, medium yang cocok untuk mengisolasi mikrob
simbion spons yaitu medium NA dan Zobel, namun medium yang umum
digunakan untuk mengisolasi bakteri dari spons laut adalah medium SWC.
Medium NA merupakan medium umum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan
medium Zobel merupakan medium yang digunakan untuk kultivasi, isolasi, dan
perhitungan bakteri laut yang bersifat heterotropik (Himedia, Mumbai). Menurut
Magnino et al. (1999), bakteri simbion yang berasal dari bagian mesohyl
umumnya memiliki populasi yang berlimpah dan sekitar 75% bakteri yang berasal
dari bagian mesohyl tersebut merupakan bakteri heterotropik, sehingga berbagai
jenis koloni bakteri dapat tumbuh di medium NA dan Zobel tersebut.

Gambar 3 Jumlah bakteri yang berhasil diisolasi dari spons laut jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp. dengan menggunakan beberapa
media, yaitu NA, SCA, SWC, MA, YMA, dan Zobel
Medium-medium yang digunakan untuk isolasi bakteri asal spons laut
tersebut telah digunakan dalam beberapa penelitian, seperti medium NA telah
digunakan oleh Pastra et al. (2012) untuk mengisolasi bakteri yang bersimbiosis
dengan spons jenis Aplysina sp. dan diperoleh 10 isolat bakteri dari hasil
pengenceran 10-1 dan 10-2. Medium Zobel digunakan oleh Anand et al. (2006)
untuk mengisolasi bakteri yang berasosiasi dengan spons asal Pantai Selatan India
Timur dan diperoleh 75 isolat bakteri. Medium SWC digunakan oleh Abubakar et
al. (2011) untuk mengisolasi bakteri yang berasosiasi dengan spons jenis Jaspis
sp. asal Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat dan diperoleh 138 isolat bakteri,

6
masing-masing 70 isolat dari bagian mesohyl serta 68 isolat dari bagian
permukaan, sedangkan Tokasaya (2010) menggunakan medium SWC untuk
mengisolasi bakteri yang bersimbiosis dengan spons jenis Haliclona sp. asal
Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat dan diperoleh 125 isolat bakteri masingmasing 105 isolat dari bagian mesohyl serta 20 isolat dari bagian permukaan.
Medium MA digunakan oleh Aboul-Ela et al. (2012) untuk mengisolasi bakteri
yang berasosiasi dengan spons jenis Amphimedon ochracea, sedangkan medium
SCA dan YMA digunakan untuk mengkultur bakteri yang berasosiasi dengan
spons jenis Rhopaloeides odorabile oleh Webster et al. (2001).
Keberhasilan dalam mengisolasi mikrob penghasil senyawa bioaktif yang
bersimbiosis dengan spons dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu
kondisi spons yang masih segar dan saat penyebaran mikrob di media isolasi
(Burja et al. 1999), sedangkan kesulitannya adalah kebutuhan nutrisi mikrob yang
bersimbiosis dengan spons sangat sulit untuk dipenuhi bila dikultur dalam
laboratorium (Proksch et al. 2002).
Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antimikrob
Penapisan bakteri penghasil senyawa antimikrob dilakukan menggunakan
dua kelompok mikrob target, yaitu bakteri dan khamir. Hasil penapisan
menunjukkan bahwa dari 147 isolat bakteri yang berhasil diisolasi, ternyata
terdapat 26 isolat yang dapat menghasilkan senyawa antimikrob. Senyawa
antimikrob yang dihasilkan ditandai dengan terbentuk zona bening di sekitar
goresan isolat bakteri (Gambar 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri
yang menghasilkan senyawa antimikrob mampu menghambat atau membunuh
mikrob target, di antaranya dengan cara mengganggu metabolisme sel,
mengganggu permeabilitas membran sel, menghambat sintesis dinding sel,
menghambat sintesis protein sel, dan menghambat sintesis atau merusak asam
nukleat sel mikrob target (Kohanski et al. 2010).
Sebanyak 121 isolat tidak menghasilkan senyawa antimikrob. Menurut
Proksch et al. (2002), mikrob yang tidak menghasilkan senyawa bioaktif
kemungkinan disebabkan mikrob tersebut memerlukan perantara sistem
metabolisme dari spons sebagai inangnya. Proksch et al. (2002) juga menyatakan
bahwa alasan isolat bakteri berhenti menghasilkan produk-produk senyawa
bioaktif diduga karena keterlibatan faktor genetik, di antaranya gen yang
menyandikan senyawa bioaktif tersebut hilang akibat mutasi atau kehilangan
penggerak elemen-elemen genetik yang mensintesis gen-gen tersebut.

7

Gambar 4 Penampilan zona hambat (umur 48 jam) yang dihasilkan oleh
beberapa isolat bakteri terhadap a. P. aeruginosa, b. S. aureus, c. B.
subtilis, d. EPEC, e. E. coli (ATCC 8739)
Berdasarkan hasil penapisan menggunakan pelet menunjukkan tujuh isolat
bakteri asal spons yaitu CAL36, CAL42, PTR8, PTR21, PTR40, PTR41, dan
PTR47 dapat menghambat kelima bakteri target, yaitu P. aeruginosa, S. aureus,
B. subtilis, EPEC, E. coli (ATCC 8739) meskipun dengan kemampuan yang
berbeda-beda (Tabel 1 dan 2).

8
Tabel 1 Diameter zona hambat isolat-isolat bakteri asal spons laut yang
menghasilkan senyawa antimikrob
No

Kode Isolat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

CAL10
CAL11
CAL22
CAL24
CAL25
CAL26
CAL33
CAL34
CAL36
CAL42
CAL45
CAL49
CAL92
PTR1
PTR2
PTR3
PTR4
PTR8
PTR19
PTR21
PTR23
PTR40
PTR41
PTR47
PTR49
PTR50

Bakteri Uji

Khamir Uji

P.a

S.a

B.s

E.coli

EPEC

C.al

C.trop

+++
++++
+
+++
+++
+++
++++
++
+
++
+++
++
++
-

+
+++
+
+
+++
++
+
+++
++
+
+
+
+
+
+
-

+++
++++
+++
+++
+++

+++
++
+
+
+
+
+
+++
+++

++
+
+
+++
+++
++
+
++
+
+
++
++
+
-

-

-

++++
+
+
++
+
+
++
+
++
++
-

Ket: P.a: P. aeruginosa, S.a: S. aureus, B.s: B. subtilis, E.coli: E. coli (ATCC 8739), EPEC:
Enterophatogenic Escherichia coli, C.al: C. albican, C.trop: C. tropicalis ; + : 0.1-0.5 mm,
++ : 0.6-1 mm, +++ : 2-6 mm, ++++ : 7-11 mm, - : Tidak dihasilkan senyawa antimikrob

9
Tabel 2 Indeks zona hambat isolat-isolat bakteri asal spons laut yang
menghasilkan senyawa antimikrob
No

Kode Isolat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

CAL10
CAL11
CAL22
CAL24
CAL25
CAL26
CAL33
CAL34
CAL36
CAL42
CAL45
CAL49
CAL92
PTR1
PTR2
PTR3
PTR4
PTR8
PTR19
PTR21
PTR23
PTR40
PTR41
PTR47
PTR49
PTR50

Bakteri Uji

Khamir Uji

P.a

S.a

B.s

E.coli

EPEC

C.al

C.trop

0.57
1
0.06
0.33
0.44
0.57
0.91
0.14
0.04
0.13
0.16
0.13
0.14
-

0.05
0.15
0.06
0.06
0.25
0.13
0.06
0.5
0.11
0.06
0.04
0.06
0.05
0.06
0.05
-

0.5
1.4
0.5
0.5
0.44
0.88
0.06
0.06
0.13
0.06
0.06
0.11
0.06
0.06
0.1
-

0.63
0.75
0.05
0.06
0.06
0.06
0.06
0.2
0.38

0.13
0.06
0.06
0.4
0.11
0.13
0.06
0.11
0.03
0.06
0.13
0.13
0.05
-

-

-

Ket: P.a: P. aeruginosa, S.a: S. aureus, B.s: B. subtilis, E.coli: E. coli (ATCC 8739), EPEC:
Enterophatogenic Escherichia coli, C.al: C. albican, C.trop: C. tropicalis ; - : Tidak
dihasilkan senyawa antimikrob

Secara umum, bakteri asal spons jenis Callyspongia sp. memiliki daya
hambat yang lebih besar terhadap bakteri target dibandingkan dengan bakteri asal
spons jenis Petrosia sp., meskipun jumlah isolat asal spons jenis Callyspongia sp.
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah isolat asal spons jenis Petrosia sp. Total
isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan P. aeruginosa sebanyak 13
isolat, S. aureus sebanyak 15 isolat, B. subtilis sebanyak 15 isolat, E. coli (ATCC
8739) sebanyak 9 isolat, dan EPEC sebanyak 13 isolat (Gambar 5). Tidak ada
satupun isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan C. albican dan C.
tropicalis. Hal tersebut kemungkinan disebabkan Candida termasuk kelompok
eukariot yang memiliki struktur sel lebih kompleks dibandingkan dengan
kelompok prokariot. Selain itu, senyawa yang dihasilkan oleh spons jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp. diduga merupakan senyawa antibakteri,
sehingga tidak memiliki aktivitas penghambatan terhadap Candida. Menurut

10
penelitian Tokasaya (2010) yang mengisolasi bakteri simbion spons jenis
Haliclona sp. asal Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat diperoleh 15 isolat
bakteri mampu menghambat aktivitas C. albican dan 11 isolat mampu
menghambat aktivitas C. tropicalis. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa banyak isolat bakteri asal Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat yang
memiliki aktivitas penghambatan terhadap Candida dibandingkan dengan isolat
bakteri asal Pulau Bira, Kepulauan Seribu. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
perbedaan jenis spons maupun lokasi pengambilan sampel, walaupun ketiga jenis
spons tersebut termasuk ke dalam ordo yang sama, yaitu Haplosclerida.
Kemampuan isolat-isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan mikrob
target merupakan bentuk aktivitas antagonis yang dilakukan isolat tersebut dengan
menghasilkan kandungan senyawa yang bersifat antimikrob (Romanenko et al.
2008). Jenis-jenis senyawa metabolit sekunder yang bersimbiosis dengan spons,
yaitu terpenoid, alkaloid, peptide, dan polyketida (Taylor et al. 2007).

Gambar 5 Jumlah isolat bakteri asal spons laut jenis Callyspongia sp. dan
Petrosia sp. penghasil senyawa antimikrob yang mampu menghambat
mikrob target
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri
ini sering kali mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi
pertahanan inang menurun. Oleh karena itu, P. aeruginosa disebut patogen
oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang
untuk memulai suatu infeksi. Staphylococcus aureus merupakan patogen yang
bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu
memfermentasi manitol (Warsa 1994), sedangkan B. subtilis dapat menyebabkan
penyakit gastroenteritis. Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini
dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichia coli
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. EPEC
melekat pada sel mukosa usus kecil dan menyebabkan diare pada anak-anak
(Jawetz et al. 1995). Candida albican merupakan fungi oportunistik penyebab
sariawan (Kumamoto dan Vinces 2005), lesi pada kulit (Bae et al. 2005), dan
vulvovaginistis (Wilson 2005), sedangkan Candida tropicalis menyebabkan
kandidiasis oral (Lukisari dan Harijanti 2010).

11
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan pada 26 isolat bakteri yang mampu
menghasilkan senyawa antimikrob. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa
semua isolat tersebut termasuk ke dalam kelompok bakteri gram negatif, sehingga
tidak dilakukan uji lanjut dengan pewarnaan spora. Kelompok bakteri gram
negatif tersebut memiliki beberapa bentuk koloni, yaitu kokus, batang, dan
kokobasilus (Gambar 6; Tabel 3).

Gambar 6 Hasil pewarnaan Gram isolat CAL36: a. Profil koloni isolat CAL36
pada media SWC dan b. Hasil pewarnaan bakteri gram negatif isolat
CAL36
Kelompok bakteri gram negatif memiliki dua lapisan dinding sel, yaitu
lapisan luar tersusun atas lipopolisakarida dan protein serta lapisan dalam tersusun
atas peptidoglikan yang tipis (Timotius 1982). Bakteri gram negatif menunjukan
warna merah setelah diwarnai, hal ini karena bakteri gram negatif mempunyai
dinding peptidoglikan yang tipis. Dinding peptidoglikan yang tipis tidak dapat
menahan warna kristal violet ketika diberi alkohol, sehingga dinding sel bakteri
gram negatif mampu menyerap kembali zat warna safranin dan akan terlihat
berwarna merah (Hadioetomo 1993). Menurut penelitian Abubakar (2009), hasil
sekuensing gen 16S rRNA menunjukkan bahwa isolat penghasil senyawa
antimikrob yang mampu menghambat mikrob target terbagi atas dua genus, yaitu
genus Pseudomonas dan Bacillus. Kelompok bakteri penghasil senyawa
antimikrob yang dihasilkan spons jenis Callyspongia sp. dan Petrosia sp.
didominasi oleh bakteri gram negatif. Menurut Fenical (1993), lingkungan laut
didominasi oleh bakteri gram negatif sebagai produser. Kelompok bakteri gram
negatif yang mampu menghasilkan senyawa antimikrob ini diduga termasuk
dalam genus Pseudomonas (Abubakar 2009). Pseudomonas termasuk dalam kelas
Gamma Proteobakteria, anggota genus dari filum Proteobacteria ini sering
dijumpai di perairan laut dan hidup berasosiasi dengan organisme laut seperti
spons (Romanenko et al. 2008).

12
Uji Hemolisis
Sebanyak 6 isolat (CAL22, CAL24, CAL25, CAL26, CAL34, dan CAL49)
menunjukkan hemolisis positif dari 26 isolat bakteri yang menghasilkan senyawa
antimikrob, sehingga tidak digunakan untuk uji lebih lanjut (Tabel 3). Sebanyak 6
isolat tersebut diduga termasuk ke dalam jenis beta hemolisis (Gambar 7). Jenis
hemolisis ada tiga, yaitu beta hemolisis, alpha hemolisis, dan gamma hemolisis.
Beta hemolisis atau hemolisis total merupakan lisis seluruh sel darah merah.
Streptococcus pyogenes memiliki karakteristik beta hemolisis (Tokasaya 2010).
Tabel 3 Hasil pewarnaan Gram dan uji hemolisis
No

Kode Isolat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

CAL10
CAL11
CAL22
CAL24
CAL25
CAL26
CAL33
CAL34
CAL36
CAL42
CAL45
CAL49
CAL92
PTR1
PTR2
PTR3
PTR4
PTR8
PTR19
PTR21
PTR23
PTR40
PTR41
PTR47
PTR49
PTR50

Ket: + : Hemolisis positif
- : Hemolisis negatif

Pewarnaan Gram
Bentuk
Gram
Kokus
Negatif
Kokus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Batang
Negatif
Batang
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokus
Negatif
Kokus
Negatif
Kokus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Batang
Negatif
Kokus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Batang
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif
Kokobasilus
Negatif

Uji Hemolisis
+
+
+
+
+
+
-

13

Gambar 7 Penampakan beta hemolisis (umur 48 jam) pada isolat bakteri CAL22,
CAL24, CAL25, CAL26, CAL34, dan CAL49 yang ditumbuhkan
pada medium agar darah

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebanyak 147 isolat bakteri berhasil diisolasi dari spons jenis Callyspongia
sp. dan Petrosia sp., dan 26 isolat di antaranya dapat menghasilkan senyawa
antimikrob. Total isolat bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa sebanyak 13 isolat, Staphylococcus aureus sebanyak 15
isolat, Bacillus subtilis sebanyak 15 isolat, Escherichia coli (ATCC 8739)
sebanyak 9 isolat, dan Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC) sebanyak 13
isolat. Sebanyak tujuh isolat bakteri mampu menghambat kelima bakteri target,
yaitu isolat CAL36, CAL42, PTR8, PTR21, PTR40, PTR41, dan PTR47. Isolat
yang bersifat hemolisis positif berasal dari spons jenis Callyspongia sp. dengan
jumlah enam isolat, yaitu CAL22, CAL24, CAL25, CAL26, CAL34, dan CAL49.
Saran
Isolasi bakteri terhadap spons laut harus segera dilakukan setelah
pengambilan sampel. Sampel spons yang ditaruh di labolatorium sebaiknya
disimpan dalam plastik sampel dengan keadaan kering dan disimpan pada suhu
4ºC. Hal tersebut dilakukan untuk memperpanjang masa simpan spons agar tetap
dalam kondisi baik dan tidak berbau busuk.

14

DAFTAR PUSTAKA
.
Aboul-Ela HM, Shreadah MA, Abdel-Monem NM, Yakout GA, Van Soest
RWM. 2012. Isolation, cytotoxic activity and phylogenetic analysis of
Bacillus sp. bacteria associated with the red sea sponge Amphimedon
ochracea. Adv in Biosci and Biotech. 3: 815-823.
Abubakar H. 2009. Bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp.: analisis
penghasil senyawa antimikrob dan keragaman genetiknya [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Abubakar H, Wahyudi AT, Yuhana M. 2011. Skrining bakteri yang berasosiasi
dengan spons Jaspis sp. sebagai penghasil senyawa antimikroba. Ilmu
Kelautan. 16(1): 35-40.
Amstrong E, Yan L, Boyd KG, Wright PC, Burgess JG. 2001. The symbiotic role
of marine microbes on living surfaces. Hydrobiologia. 461: 37-40.
Anand TP, Bhat AW, Shouche YS, Roy U, Siddharth J, Sarma SP. 2006.
Antimicrobial activity of marine bacteria associated with sponges from the
waters off the coast of South East India. Microbiol Research. 161: 252-262.
Bae GY, Lee HW, Chang SE, Moon KC, Lee MW, Choi JH, Koh JK. 2005.
Clinicopathologic review of 19 patients with systemic candidiasis with skin
lesions. Int J Demartol. 44(7): 550-555.
Berdy J. 2005. Bioactive microbial metabolites. J Antibiot. 58(1): 1-26.
Burja AM, Webster N, Murphy P, Russel TH. 1999. Microbial symbiont of great
barrier reef sponges. Mem Qld Mus. 44: 63-75.
Fenical W. 1993. Chemical studies of marine bacteria: developing a new resource.
Chem Rev. 93(5): 1673-1683.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Hentschel U, Hopke J, Horn M, Friendrich AB, Wagner M, Hacker J, Moore BS.
2002. Molecular evidence for a uniform microbial community in sponges
from different oceans. Appl Environ Microbiol. 68(9): 4431-4440.
Jawetz E, JL Melnick, EA Adelberg, GF Brooks, JS Butel, LN Ornston. 1995.
Mikrobiologi Kedokteran. Ed 20. San Francisco (US): University of
California.
Kim TK, Hewavitharana AK, Shaw PN, Fuerst JA. 2006. Discovery of a new
source of rifamycin antibiotic in marine spone actinobacteria by
phylogenetic prediction. Appl Environ Microbial. 72(3): 2118-2125.
Kohanski MA, Dwyer DJ, Collins JJ. 2010. How antibiotics kill bacteria: from
targets to networks. Nature Rev Microbiol. 8: 423-435.
Kumamoto CA, Vinces MD. 2005. Alternative Candida albican lifestyles: growth
on the surfaces. Annu Rev Microbiol. 59: 113-133.
Lee KY, Lee JH, Lee HK. 2001. Microbial symbiosis in marine sponges. J
Microbiol. 39(4): 254-264.
Lukisari C, Harijanti K. 2010. Penatalaksana Kandidiasis Oral karena Candida
tropicalis pada Pasien dengan Median Rhomboid Glossitis. Surabaya (ID):
Universitas Airlangga.
Magnino G, Anthonio S, Tisza L, Elda G. 1999. Endobiont of coral reef sponge
Theonella swinhoei (Porifera, Demosphongia). Invert Biol. 18: 213-220.

15
Pastra DA, Melki, Surbakti H. 2012. Penapisan bakteri yang bersimbiosis dengan
spons jenis Aplysina sp. sebagai penghasil antibakteri dari perairan Pulau
Tegal Lampung. Maspari Journal. 4(1): 77-82.
Pringgenies D. 2010. Karakteristik senyawa bioaktif bakteri simbion moluska
dengan GC-MS. J Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2(2): 34-40.
Proksch P, Edrada RA, Ebel R. 2002. Drugs from the seas-current status and
microbiological implication. Appl Microbiol Biotech. 59: 125-134.
Romanenko LA, Tanaka N, Uchino M, Kalinovskaya NI, Mikhailov VV. 2008.
Diversity and antagonistic activity of sea ice bacteria from the sea of Japan.
Micro Environ. 23(3): 209-214.
Taylor MW, Radax R, Steger D, Wagner M. 2007. Sponge-associated
microorganisms: evolution, ecology, and biotechnological potential.
Microbiol Mol Bio Reviews. 71(2): 295-347.
Thomas TRA, Kavlekar DP, LokaBharathi PA. 2010. Marine drugs from spongemicrobe association-a review. Mar Drugs 8: 1417-1468.
Timotius KH. 1982. Mikrobiologi Dasar. Salatiga (ID): Universitas Kristen Satya
Wacana.
Tokasaya P. 2010. Sponge-associated bacteria producing antimicrobial
compounds and their genetic diversity analysis [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Warsa UC. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajaran Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi Revisi. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. hlm 103-110.
Webster NS, Wilson KJ, Blackall LL, Hill RT. 2001. Phylogenetic diversity of
bacteria associated with the marine sponge Rhopaloeides odorabile. App
Environ Microbiol. 67: 434-444.
West LM, PT Northcote, CN Battershill. 2000. Peloruside A: a potent cytotoxic
macrolide isolated from the New Zealand marine sponge Mycale sp. J Org
Chem. 65(2): 445-449.
Wilkinson CR. 1978. Microbial associations in sponges. i. ecology, physiology,
and microbial populations of coral reef sponges. Marine Biology. 49: 161167.
Wilson C. 2005. Recurrent vulvovaginitis candidiasis; an overview of traditional
and alternative therapies. Adv Nurse Pract. 13(5): 24-29.

16
Lampiran 1 Peta lokasi pengambilan sampel

Lokasi
pengambilan
sampel

17
Lampiran 2 Komposisi media untuk 1 liter
1.

2.

3.

Sea Water Complete
- Bacto pepton
- Yeast extract
- Gliserol
- Air laut
- Akuades
- Agar

5 gram
1 gram
3 ml
750 ml
250 ml
20 gram

Starch-Casein Agar
- Soluble starch
- Casein
- K2HPO4
- NaCl
- Akuades
- Agar

10 gram
1 gram
0.5 gram
20 gram
1 liter
20 gram

Marine Agar
- Peptone
- Yeast extract
- FePO4
- Air laut
- Agar
- pH 7.2-7.6

0.5 gram
0.1 gram
0.1 gram
1 liter
20 gram

4.

Yeast Malt Extract Agar
- Yeast extract
4 gram
- Malt extract
10 gram
- Glukosa
4 gram
- NaCl
20 gram
- Akuades
1 liter
- Agar
20 gram

5.

Zobel Marine Agar
- Zobel
- Akuades
- Agar

40.25 gram
1 liter
20 gram

Nutrient Agar
- NB
- Akuades
- Agar

13 gram
1 liter
20 gram

Potato Dextrose Agar
- PDB
- Akuades
- Agar

24 gram
1 liter
20 gram

6.

7.

18
Lampiran 3

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Kode
Isolat
CAL1
CAL2
CAL3
CAL4
CAL5
CAL6
CAL7
CAL8
CAL9
CAL10
CAL11
CAL12
CAL13
CAL14
CAL15
CAL16
CAL17
CAL18
CAL19
CAL20
CAL21
CAL22
CAL23
CAL24
CAL25
CAL26
CAL27
CAL28
CAL29
CAL30
CAL31
CAL32
CAL33
CAL34
CAL35
CAL36
CAL37
CAL38
CAL39
CAL40
CAL41
CAL42

Ciri-ciri koloni isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari spons laut
jenis Callyspongia sp. dan Petrosia sp.

Bentuk

Tepian

Elevasi

Warna

Bentuk L
Bentuk L
Bentuk L
Bentuk L
Bundar
Tidak beraturan
Tidak beraturan
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bentuk L
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Tidak beraturan
Bundar
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bundar
Menyebar
Bundar
Bentuk L
Bentuk L
Bundar
Bundar

Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Berombak
Tidak beraturan
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Tidak beraturan
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Berombak
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin

Datar
Datar
Timbul
Timbul
Seperti tetesan
Cembung
Timbul
Timbul
Cembung
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Timbul
Cembung
Cembung
Seperti tetesan
Timbul
Datar
Timbul
Timbul
Timbul
Timbul

Cream
Cream
Cream
Cream
Putih
Cream
Putih
Cream bening
Cream
Cream
Putih bening
Merah
Merah
Putih
Bening
Merah
Cream
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Bening
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Puth
Putih
Merah muda
Kuning
Orange
Putih bening
Putih
Putih
Putih
Kuning
Orange

19
Lampiran 3 Ciri-ciri koloni isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari spons laut jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp. (lanjutan)
No
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

Kode
Isolat
CAL43
CAL44
CAL45
CAL46
CAL47
CAL48
CAL49
CAL50
CAL51
CAL52
CAL53
CAL54
CAL55
CAL56
CAL57
CAL58
CAL59
CAL60
CAL61
CAL62
CAL63
CAL64
CAL65
CAL66
CAL67
CAL68
CAL69
CAL70
CAL71
CAL72
CAL73
CAL74
CAL75
CAL76
CAL77
CAL78
CAL79
CAL80
CAL81
CAL82
CAL83
CAL84

Bentuk

Tepian

Elevasi

Warna

Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Tidak beraturan
Tidak beraturan
Tidak beraturan
Tidak beraturan
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Bentuk L
Bentuk L
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Bentuk L

Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Berlekuk
Berlekuk
Tidak beraturan
Berlekuk
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Berombak
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin

Seperti tombol
Timbul
Seperti tetesan
Timbul
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Timbul
Timbul
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Datar
Timbul
Datar
Timbul
Datar
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Cembung
Timbul
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Datar
Timbul
Timbul
Timbul

Putih susu
Putih
Putih susu
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Bening
Putih
Bening
Putih
Bening
Bening
Putih
Bening
Putih
Putih
Putih
Bening
Kuning
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream

20
Lampiran 3 Ciri-ciri koloni isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari spons laut jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp. (lanjutan)

85
86
87
88
89
90
91

Kode
Isolat
CAL85
CAL86
CAL87
CAL88
CAL89
CAL90
CAL91

92

CAL92

93

PTR1

Bentuk L

Licin

Cembung

94
95
96
97
98
99

PTR2
PTR3
PTR4
PTR5
PTR6
PTR7

Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin

Cembung
Seperti tetesan
Timbul
Cembung
Cembung
Seperti tetesan

100

PTR8

Licin

Timbul

Putih

101
102

PTR9
PTR10

Licin
Licin

Cembung
Seperti tetesan

Putih bening
Putih

103

PTR11

Licin

Datar

Kuning

104

PTR12

Licin

Datar

Putih

105

PTR13

Licin

Datar

Merah muda

106
107
108
109

PTR14
PTR15
PTR16
PTR17

Licin
Licin
Licin
Licin

Seperti tetesan
Cembung
Cembung
Cembung

Cream
Orange bening
Putih
Putih

110

PTR18

Licin

Datar

Kuning

111
112

PTR19
PTR20

Bundar
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bundar dengan
tepian timbul
Bundar
Bundar
Bundar dengan
tepian karang
Keriput
Bundar dengan
tepian karang
Bundar
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar dengan
tepian karang
Bundar
Bentuk L

Orange dengan
tepian bening
Cream
Kuning
Orange
Putih
Orange bening
Putih susu

Licin
Licin

Seperti tetesan
Cembung

113

PTR21

Bundar

Licin

Seperti tombol

114
115
116

PTR22
PTR23
PTR24

Licin
Licin
Licin

Seperti tetesan
Cembung
Timbul

117

PTR25

Licin

Datar

Bening

118

PTR26

Bundar
Bundar
Tidak beraturan
Bundar dengan
tepian timbul
Bundar

Putih
Orange
Putih dengan
tepian bening
Kuning
Putih bening
Putih

Licin

Timbul

Putih susu

No

Bentuk

Tepian

Elevasi

Warna

Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Menyebar
Bundar
Tidak beraturan
Bundar dengan
tepian timbul

Licin
Licin
Licin
Licin
Berombak
Licin
Bercabang

Timbul
Timbul
Timbul
Datar
Datar
Seperti tetesan
Datar

Cream
Cream
Cream
Cream
Putih
Kuning
Putih

Licin

Timbul

Kuning

21
Lampiran 3 Ciri-ciri koloni isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari spons laut jenis
Callyspongia sp. dan Petrosia sp. (lanjutan)

119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134

Kode
Isolat
PTR27
PTR28
PTR29
PTR30
PTR31
PTR32
PTR33
PTR34
PTR35
PTR36
PTR37
PTR38
PTR39
PTR40
PTR41
PTR42

135

PTR43

136

PTR44

137

PTR45

138

PTR46

139
140
141
142
143
144
145
146

PTR47
PTR48
PTR49
PTR50
PTR51
PTR52
PTR53
PTR54

147

PTR55

No

Bentuk

Tepian

Elevasi

Warna

Bundar
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Bentuk L
Bundar
Bundar
Bundar
Bundar
Benang-benang
Bentuk L
Bulat
Bulat
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Bundar dengan
tepian timbul
Bundar dengan
tepian timbul
Bundar
Bundar dengan
tepian timbul
Bentuk L
Bentuk L
Bundar
Bundar
Tidak beraturan
Bentuk L
Bulat
Kompleks
Bundar dengan
tepian timbul

Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin

Seperti tetesan
Seperti tetesan
Timbul
Cembung
Cembung
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Cembung
Seperti tetesan
Datar
Seperti tetesan
Cembung
Cembung
Seperti tombol
Datar
Cembungl

Kuning
Putih
Kuning
Cream
Cream
Cream
Cream
Bening
Putih
Kuning
Bening
Cream
Bening
Cream
Cream
Orange bening

Licin

Timbul

Cream

Licin

Timbul

Putih

Licin

Seperti tetesan

Cream

Licin

Timbul

Cream

Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Berombak

Seperti tombol
Datar
Seperti tetesan
Seperti tetesan
Datar
Seperti tombol
Seperti tetesan
Datar

Cream
Cream
Cream
Cream
Cream
Cream bening
Putih
Cream

Licin

Timbul

Cream bening

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 02 Januari 1993, putri tunggal dari
ayah Hendra Surwenda dan ibu Siti Saotika. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA
Negeri 3 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB dan
diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Fisiologi
Prokariot pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014, serta asisten praktikum
Mikrobiologi Dasar pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Penulis juga
pernah aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) sebagai
Sekretaris Divisi Biosains pada tahun kepengurusan 2011-2012 dan 2012-2013, di
Gentra Kaheman sebagai Sekretaris Divisi Profesi dan Keahlian (PROKEH) pada
tahun 2011-2012, serta menjadi panitia di berbagai kegiatan, antara lain Pesta
Sains Nasional (PSN) di sub Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB) pada tahun
2011 dan 2012, Gebyar Nusantara (GENUS) pada tahun 2013, P4 (Pelatihan
Pembuatan Proposal PKM) pada tahun 2011 dan 2012, serta BIONIC pada tahun
2012 dan 2013. Bulan Juli-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan
di PT. Mitratani Agro Unggul Cianjur dengan judul Proses Produksi Kentang
(Solanum tuberosum) di PT. Mitratani Agro Unggul, Cipanas-Cianjur, Jawa
Barat.
Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa.
Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain pendanaan dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) pada tahun 2013 untuk Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) di bidang Pengabdian Masyarakat.