Struktur Ekonomi dan Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Samosir

STRUKTUR EKONOMI DAN KONVERSI LAHAN
PERTANIAN DI KABUPATEN SAMOSIR

LASRIA RISTAULI PARHUSIP

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Struktur Ekonomi dan
Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Samosir adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau diikuti dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Lasria Ristauli Parhusip
NIM H44100012 

ABSTRAK
LASRIA RISTAULI PARHUSIP. Struktur Ekonomi dan Konversi Lahan Pertanian di
Kabupaten Samosir. Dibimbing oleh NINDYANTORO.
Kabupaten Samosir memiliki kekayaan alam yang berlimpah baik di sektor pertanian
dan non pertanian. Namun, jika pembangunan sektor non pertanian di kabupaten ini
tidak terarah akan merusak lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis struktur ekonomi di Kabupaten Samosir, mengestimasi besarnya laju
konversi lahan pertanian, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
konversi lahan pertanian. Penelitian ini menggunakan metode shift share analysis, laju
parsial, analisis regresi linier berganda, analisis regresi logistik, dan content analysis.
Sampel diambil dengan purposive sampling. Satu dekade setelah pemekaran menjadi
sebuah kabupaten, ternyata Kabupaten Samosir belum mengalami pergeseran struktur
ekonomi dan pertumbuhan stuktur ekonomi kabupaten ini mengalami pertumbuhan
yang positif. Sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB adalah sektor
pertanian sebesar 67,35 persen diikuti sektor jasa sebesar 18,62 persen dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,02 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan Kabupaten Samosir memiliki sektor unggul di sektor pertanian. Oleh karena
itu, kabupaten ini harus meningkatkan atau mempertahankan produksi pertaniannya
khususnya tanaman pangan. Konversi lahan telah terjadi di Kabupaten Samosir setiap
tahun. Rata–rata laju konversi lahan pertanian di Kabupaten Samosir sebesar 1,1 persen
per tahun. Pada penelitian ini, luas lahan bangunan, jumlah industri, dan persentase
tenaga kerja sektor pertanian merupakan faktor yang menyebabkan adanya konversi
lahan di tingkat wilayah. Faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di tingkat
petani yaitu lama tinggal, pengalaman bertani, harga pupuk, dan hasil panen.
Berdasarkan hasil content analysis draft Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) dan
media massa, RTRW tampaknya bersifat konservatif dan prasarana pariwisata memiliki
keterkaitan yang luas terhadap pertanian, industri, dan jasa. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah mendukung pariwisata yang berbasis pertanian sehingga diharapkan
dapat mengendalikan konversi lahan yang terjadi.
Kata kunci : Kabupaten Samosir, Konversi Lahan, Struktur Ekonomi

ABSTRACT
LASRIA RISTAULI PARHUSIP. Economic Structure and Conversion of Agricultural
Land in Samosir Regency. Supervised by NINDYANTORO.
Samosir district has abundant natural resources both in agriculture and non-agriculture.

However, if the construction is not directed to destroy the environment. The purpose of
the study are to analyze the economic structure of Samosir District, to estimate the
magnitude of the rate of conversion of agriculture land, and to identify the factors of
agricultural land conversion. This survey used several tools, such as shift share analysis,
partial rate, multiple regression analysis, logistic regression analysis, and content
analysis. Sample were taken by purposive sample. A decade after separation became a
district, in fact Samosir regency has not experienced a shift of economic structure and
growth of the economic structure of the district experienced a positive growth. The
largest sector contribution to GDP is agricultural sector by 67,35 percent followed by
18,62 percent service sector and trade, hotel and restaurant of 9,02 percent. Based on
these results it can be said Samosir regency has a superior sector in the agricultural
sector. Therefore, the district must improve or maintain agricultural production,
especially food crops. Land conversion has taken place every year in Samosir regency.
Average rate of conversion of agricultural land in Samosir regency of 1,1 percent per
year. In this thesis, building land area, industrial, and percentage of labor in the
agriculture sector are factors that led to the conversion of land at the regional level.
Factors affecting the conversion of agricultural land at the farm level are long lived,
farming experience, the price of fertilizer, and harvest. Based on content analysis the
draft Regulation (RAPERDA), RTRW seems to be conservative and tourism
infrastructure have extensive linkages to agriculture, industry, and services. This

suggests that local governments pro-agriculture-based tourism that is expected to
control agricultural land conversion occurs.
Keyword : Economic Structure, Land Conversion, Samosir Regency.

STRUKTUR EKONOMI DAN KONVERSI LAHAN
PERTANIAN DI KABUPATEN SAMOSIR

LASRIA RISTAULI PARHUSIP

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Struktur Ekonomi dan Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Samosir
Nama
: Lasria Ristauli Parhusip
NIM
: H44100012

Disetujui oleh

Ir Nindyantoro, MSP
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur
Ekonomi dan Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Samosir”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Adi Hadianto, S.P, MSi dan Ibu
Hastuti, S.P, M.P, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam
penulisan karya ilmiah ini. Disamping itu, terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak
Tommy Naibaho dan Bapak Rikardo Hutajulu dari BAPPEDA Kabupaten Samosir,
Bapak Antoni Silalahi dan Bapak Sumarlan Malau dari Dinas Tata Ruang dan
Pemukiman, serta para penyuluh pertanian dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten
Samosir. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yaitu Bapak
Peniel Parhusip dan Ibu Rumintang Sihombing serta abang dan kedua adik penulis yaitu
Wesly Boy Josua, Immanuel Dwi Putra dan Yogi Sarjoko yang selalu setia membantu
dan memberikan semangat kepada penulis. Begitu juga kepada sahabat penulis
Margaretha Situmorang yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis
dalam mengerjakan skripsi ini dan keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan FEM IPB khususnya dosen-dosen ESL dan rekan-rekan ESL 47 atas semua
dukungan dan bantuannya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua orang yang


turut berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari teman-teman agar karya ilmiah ini dapat menjadi lebih baik. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Lasria Ristauli Parhusip

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 4
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 9
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 9

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Pertanian ................................................................................................ 10
Struktur Ekonomi dan Konversi Lahan Pertani ................................................ 11
Faktor Konversi Lahan Pertanian ..................................................................... 13
Tata Ruang ........................................................................................................ 14
Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 15
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis ............................................................................................. 17
Pertumbuhan dan Pergeseran Sektor Ekonomi ............................................ 17
Konversi Lahan ............................................................................................ 18
Kerangka Operasional....................................................................................... 20
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 21
Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 21
Metode Pengambilan Sampel ........................................................................... 21
Analisis Data ..................................................................................................... 22
Shift Share Analysis ..................................................................................... 22
Laju Parsial................................................................................................... 25
Analisis Regresi Berganda ........................................................................... 26
Analisis Regresi Logistik ............................................................................. 31

Content Analysis .......................................................................................... 33
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis................................................................................................. 34
Kependudukan .................................................................................................. 34
Keadaan Lahan ................................................................................................. 35
Karakteristik Responden ................................................................................... 36
Jenis Kelamin dan Usia ................................................................................ 36
Pendidikan .................................................................................................... 47
Lama Menetap .............................................................................................. 37
Luas Lahan yang Dimiliki ............................................................................ 38
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Ekonomi di Kabupaten Samosir ......................................................... 39
Laju Konversi Lahan ........................................................................................ 44
Faktor-Faktor di Tingkat Wilayah .................................................................... 48
Faktor-Faktor di Tingkat Petani ........................................................................ 51
Kebijakan RTRW ............................................................................................. 55
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .......................................................................................................... 60
Saran ................................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62
LAMPIRAN .......................................................................................................... 66
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 80

DAFTAR TABEL
1.

Peranan sektor terhadap PDRB Kabupaten Samosir atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha tahun 2006-2012 ........................................ 3

2.

Statistik ketenagakerjaan Kabupaten Samosir tahun 2006-2012 ................... 4

3.

Luas lahan pertanian tahun 2004-2010 .......................................................... 5

4.


Kontribusi sektor terhadap PDRB Kabupaten Samosir atas dasar
harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2006-2012 .............................. 6

5.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir ................... 7

6.

Hasil estimasi shift share analysis Kabupaten Toba Samosir tahun
2003-2010 .................................................................................................... 16

7.

Matriks metode analisis data ........................................................................ 22

8.

Banyaknya desa/kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten
Samosir......................................................................................................... 34

9.

Luas wilayah, penduduk, dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Samosir menurut kecamatan tahun 2012 ..................................................... 35

10.

Luas penggunaan lahan di Kabupaten Samosir tahun 2011......................... 36

11.

PDRB Kabupaten Samosir menurut lapangan usaha atas dasar harga
berlaku tahun 2006-2012.............................................................................. 39

12.

PDRB Kabupaten Samosir menurut lapangan usaha atas dasar harga
konstan tahun 2006-2012 ............................................................................. 40

13.

Hasil estimasi shift share analysis Kabupaten Samosir tahun 20062012 .............................................................................................................. 41

14.

Total pertumbuhan hasil shift share analysis Kabupaten Samosir
tahun 2006-2012 .......................................................................................... 43

15.

Luas dan laju konversi lahan pertanian di Kabupaten Samosir tahun
2004-2012 .................................................................................................... 45

16.

Jumlah penduduk dan kepadatan wilayah Kabupaten Samosir tahun
2004-2012 .................................................................................................... 45

17.

Persentase tenaga kerja pertanian dan luas lahan pertanian
Kabupaten Samosir tahun 2006-2012 .......................................................... 46

18.

Korelasi luas lahan pertanian terhadap tenaga kerja pertanian
Kabupaten Samosir tahun 2006-2012 .......................................................... 47

19.

Luas dan laju konversi lahan pertanian di Kabupaten Toba Samosir
tahun 2004-2012 .......................................................................................... 47

20.

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
pertanian di tingkat wilayah Kabupaten Samosir......................................... 49

21.

Omnibus test of model coefficients.............................................................. 52

22.

Uji Likelihood .............................................................................................. 52

23.

Hosmer and Lemeshow test ......................................................................... 52

24.

Hasil estimasi regresi logistik terhadap konversi lahan pertanian di
tingkat petani ................................................................................................ 53

25.

Content analysis RAPERDA Kabupaten Samosir ....................................... 57

26.

Content analysis terhadap RTRW ................................................................ 58

27.

Content analysis terhadap media massa ....................................................... 59

DAFTAR GAMBAR
1.

Jumlah penduduk di Kabupaten Samosir tahun 2009-2013........................... 2

2.

Hubungan land rent dengan land use ........................................................... 11

3.

Diagram alur berpikir ................................................................................... 20

4.

Karakteristik responden di Kabupaten Samosir berdasarkan usia tahun
2014 .............................................................................................................. 37

5.

Karakteristik responden di Kabupaten Samosir berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2014 ................................................................................. 37

6.

Karakteristik responden di Kabupaten Samosir berdasarkan lama
tinggal tahun 2014 ........................................................................................ 38

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Peta Kabupaten Samosir .............................................................................. 67

2.

Hasil analisis regresi linier berganda ........................................................... 68

3.

Hasil analisis regresi logistik ....................................................................... 72

4.

Kuesioner penelitian..................................................................................... 74

5.

Rekapitulasi kuesioner ................................................................................. 74

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan adalah suatu lingkungan fisik mencakup iklim, relief tanah, hidrologi,
dan tumbuhan yang sampai batas-batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan
penggunaan lahan. Sebagai sumberdaya alam, lahan merupakan wadah bagi
kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Sumberdaya
lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat
dalam memenuhi berbagai kegiatan manusia. Bagi petani, lahan merupakan
sumber produksi pangan dan keberlangsungan hidup. Bagi pihak swasta, lahan
adalah aset untuk mengakumulasikan modal. Bagi pemerintah, lahan merupakan
suatu kedaulatan suatu negara dan untuk mensejahterakan rakyatnya. Dengan kata
lain, lahan merupakan faktor produksi paling penting karena sifatnya yang dapat
memenuhi kebutuhan pokok manusia. Perkembangan kebutuhan lahan untuk
setiap stakeholder akan ditentukan oleh perkembangan jumlah permintaan setiap
komoditas (Irawan 2005).
Secara fisik lahan merupakan aset yang mempunyai keterbatasan dan tidak
dapat bertambah besar. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, walaupun
fungsi dan penggunaan lahan (land function and use) dapat berubah tetapi
lahannya sendiri bersifat stationer (tetap). Dengan kata lain, kualitas sumberdaya
lahan sewaktu-waktu dapat berubah, namun kuantitasnya relatif tetap meskipun
permintaan terhadap lahan meningkat. Perkembangan sektor-sektor ekonomi
bukan pertanian menyebabkan permintaan sumberdaya lahan meningkat. Selain
perkembangan sektor-sektor ekonomi bukan pertanian, jumlah penduduk yang
semakin

meningkat

juga

menyebabkan

meningkatnya

permintaan

akan

sumberdaya lahan.
Di beberapa daerah, seperti Provinsi Sumatera Utara ketersediaan lahan
semakin sedikit akibat peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang cukup
signifikan. Demikian halnya dengan Kabupaten Samosir yang terdapat di Provinsi
Sumatera Utara, memiliki peningkatan pertumbuhan penduduk setiap tahun.
Peningkatan penduduk ini diikuti pertumbuhan sosial dan ekonomi. Pada
kondisi tersebut, peningkatan kebutuhan lahan untuk kegiatan pembangunan akan
mengurangi ketersediaan lahan khususnya lahan pertanian untuk kegiatan lain.

2

Pembangunan ekonomi cenderung meningkatkan permintaan lahan di luar sektor
pertanian, sehingga pertumbuhan ekonomi memacu terjadinya alih fungsi lahan
atau yang sering disebut konversi lahan khususnya lahan pertanian ke penggunaan
non pertanian.

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Samosir (2013)

Gambar 1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Samosir tahun 2009-2013.
Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah yang mengalami konversi
lahan dengan faktor pendukungnya adalah jumlah penduduk tiap tahun semakin
meningkat. Pada Gambar 1 terlihat peningkatan jumlah penduduk setiap
tahunnya. Peningkatan yang sangat drastis terjadi pada tahun 2010 dan belum
diketahui penyebab terjadinya peningkatan tersebut. Sejak 2004 hingga 2013 laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Samosir sebesar 1,74 persen. Nilai ini lebih
besar dari laju pertumbuhan penduduk nasional yaitu sebesar 1,49 persen (BPS
Indonesia 2014).
Konversi lahan pertanian juga dipicu oleh transformasi struktur ekonomi
yang awalnya didominasi oleh sektor pertanian menjadi sektor ekonomi yang
bersifat industri. Proses transformasi ekonomi tersebut memicu terjadinya migrasi
penduduk ke daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang
lokasinya mendekati kawasan tersebut akan dikonversi untuk pembangunan
pemukiman, industri rumah tangga, dll. Berdasarkan hal itu maka konversi lahan
pertanian dapat dikatakan pasti terjadi selama proses pembangunan masih
berlangsung (Kustiawan 1997).
Pembangunan suatu daerah diikuti dengan pertumbuhan struktur ekonomi
daerah tersebut. Pertumbuhan struktur ekonomi daerah merupakan resultante dari

3

berbagai faktor. Ukuran yang umum digunakan untuk menggambarkan
pertumbuhan struktur ekonomi suatu daerah adalah pertumbuhan produk domestik
regional bruto (PDRB) dari daerah yang bersangkutan. Pada Tabel 1 dapat dilihat
bahwa PDRB Kabupaten Samosir mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun
2012 PDRB kabupaten ini sebesar 2.019.688 (dalam satuan juta rupiah), nilai ini
mengalami peningkatan dibandingkan PDRB Kabupaten Samosir pada tahun
2006 sebesar 1.196.465 (dalam satuan juta rupiah).
Tabel 1

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
PDRB

Peranan Sektor terhadap PDRB Kabupaten Samosir Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 dan 2012 (Juta
Rupiah)
Tahun
Lapangan Usaha
2006
2012
Pertanian
745.804
1.192.116
Pertambangan dan Penggalian
677
1.277
Industri Pengolahan
15.893
35.409
Listrik, Gas dan Air Bersih
1.765
3.448
Bangunan
3.206
8.131
Perdagangan, Hotel dan Restoran
122.068
195.362
Pengangkutan dan Komunikasi
13.290
29.726
Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan
26.019
48.922
Jasa-jasa
267.743
505.297
1.196.465
2.019.688

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir (2013)

Dari keseluruhan peranan struktur ekonomi terhadap PDRB Kabupaten
Samosir, sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan peranan paling
besar terhadap PDRB tiap tahunnya (Tabel 1). Pada tahun 2012 peranan sektor
pertanian sebesar 1.192.116, disusul oleh sektor jasa-jasa 505.297 dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran 195.362. Sektor yang memberikan peranan
terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu 1.277.
Sektor pertanian merupakan tulang punggung dari perekonomian dan
pembangunan

daerah

Kabupaten

Samosir.

Dalam

penyediaan

lapangan

pekerjaanpun, sektor pertanian mempunyai kontribusi yang besar dari sektorsektor lainnya (Tabel 2). Dalam kurun waktu 2007 hingga tahun 2012,
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian masih terbesar dibandingkan
dengan sektor manufaktur dan sektor jasa. Namun sektor manufaktur industri

4

kerajinan dan rumah tangga semakin diminati pada periode 2007-2012. Hal ini
terlihat dari peningkatan persentase ketenagakerjaan yang bekerja di sektor ini
yaitu dari 1,19 persen menjadi 7,02 persen. Demikian juga pada sektor jasa yang
mengalami peningkatan pada periode yang sama dari 16,21 persen menjadi 22,03
persen.
Tabel 2

Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Samosir Tahun 2007-2012
(%)
Tahun
Sektor
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Pertanian
82,60
84,26
80,18
78,48
74,17
70,96
Manufaktur
1,19
1,55
4,37
3,50
5,99
7,02
Jasa
16,21
14,19
15,45
18,02
19,84
22,03
Sumber : BPS Kabupaten Samosir (2013)

Penurunan tenaga kerja di sektor pertanian dikarenakan adanya transformasi
struktur ekonomi yang terjadi dari sektor pertanian ke sektor manufaktur dan
sektor jasa. Penurunan ketenagakerjaan sektor pertanian diikuti dengan
peningkatan ketenagakerjaan sektor manufaktur dan sektor jasa (Tabel 2).
Transformasi diakibatkan pembangunan daerah Kabupaten Samosir yang sedang
terjadi. Dalam menghadapi pembangunan, sektor pertanian memiliki berbagai
persoalan, salah satunya adalah permasalahan tentang konversi lahan pertanian
menjadi non pertanian. Permasalahan ini bukan suatu masalah baru. Hal tersebut
terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan sarana
dan prasarana perkantoran Kabupaten Samosir. Pembangunan tersebut diikuti
meningkatnya kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri, dan
bangunan lain yang menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat sementara
ketersediaan lahan tetap.
Pada umumnya, konversi lahan pertanian berdampak besar dalam bidang
sosial dan ekonomi yang dapat dilihat dari adanya perubahan fungsi lahan. Selain
itu, konversi lahan pertanian menyebabkan perubahan pola penguasaan lahan,
pergeseran tenaga kerja terutama pada sektor pertanian serta perubahan sosial dan
menyebabkan kemunduran ekonomi pada sektor pertanian.
Perumusan Masalah
Samosir adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang
dimekarkan pada tahun 2004. Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari

5

Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir yang diresmikan pada
tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri (Kemendagri, diakses 4
Desember 2013).
Sebelum dimekarkan menjadi sebuah kabupaten, penggunaan lahan di
daerah Samosir didominasi oleh sektor pertanian. Setelah pemekaran Kabupaten
Samosir, penggunaan lahan untuk sektor pertanian berkurang. Hal ini terlihat dari
luas lahan pertanian yang semakin berkurang. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
pada tahun 2004 luas lahan pertanian ini menjadi 121.857 ha. Namun, pada tahun
2012 luas lahan pertanian seluas 108.316 ha. Nilai tersebut menunjukkan terjadi
pengurangan luas lahan pertanian di Kabupaten Samosir.
Tabel 3
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Luas Lahan Pertanian Kabupaten Samosir Tahun 2004-2012 (Ha)
Lahan Pertanian
Lahan Non Pertanian
121.857
22.568
120.559
23.866
118.461
25.964
117.101
27.324
116.230
28.195
116.228
28.197
116.137
28.288
116.123
28.302
108.316
36109

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Samosir (2013)

Penurunan luas lahan pertanian menunjukkan telah terjadi alih fungsi lahan
atau yang disebut konversi lahan pertanian di Kabupaten Samosir. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan pertanian adalah adanya
pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan struktur ekonomi yang semakin
meningkat serta adanya intervensi pemerintah daerah melalui Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). Konversi lahan pertanian pada dasarnya bersifat
dinamis mengikuti pertumbuhan penduduk dan pola pembangunan wilayah. Hal
ini

dikarenakan

kebutuhan

masyarakat

yang

semakin

bertambah

dan

pembangunan untuk memenuhi kelengkapan sebuah kabupaten mengingat bahwa
Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang baru dimekarkan pada
tahun 2004. Pembangunan dilakukan untuk mendukung perkembangan daerah
Kabupaten Samosir.

6

Pembangunan suatu daerah diikuti dengan pertumbuhan struktur ekonomi
daerah tersebut. Pertumbuhan struktur ekonomi daerah merupakan resultante dari
berbagai faktor. Hal yang dapat menggambarkan pertumbuhan struktur ekonomi
suatu daerah dilihat dari nilai produk domestik regional bruto (PDRB) dari daerah
yang bersangkutan. Pertumbuhan nilai PDRB akan diikuti dengan pertumbuhan
sektor-sektor ekonomi. Pertumbuhan sektor tersebut akan membutuhkan lahan
yang lebih luas. Apabila lahan pertanian letaknya lebih dekat dengan sumber
ekonomi maka akan menggeser penggunaannya (konversi) ke bentuk lain seperti
pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Keadaan ini akan
memicu untuk terjadinya penurunan luas lahan pertanian.
Tabel 4

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kontribusi Sektor terhadap PDRB Kabupaten Samosir Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 dan 2012 (Juta
Rupiah)
Tahun
Lapangan Usaha
2006
2012
Pertanian
62,33
59,02
Pertambangan dan Penggalian
0,06
0,06
Industri Pengolahan
1,33
1,75
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,15
0,17
Bangunan
0,27
0,40
Perdagangan, Hotel dan Restoran
10,20
9,67
Pengangkutan dan Komunikasi
1,11
1,47
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
2,17
2,42
Jasa-jasa
22,38
25,02
PDRB
100
100

Sumber : BPS Kabupaten Samosir (2013)

Penurunan luas lahan pertanian menjadi salah satu penyebab menurunnya
distribusi sektor pertanian terhadap PDRB. Seperti yang terlihat pada Tabel 4
kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan dalam kurun waktu 2006-2012.
Pada tahun 2012 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Samosir
sebesar 59,02 persen. Kontribusi ini menurun dibandingkan dengan kontribusi
sektor yang sama pada tahun 2006 yaitu sebesar 62,33 persen.
Konversi lahan berdampak pada menurunnya porsi dan pendapatan sektor
pertanian dan menaikkan pendapatan sektor non-pertanian (Somaji 1994). Hal
inilah yang terjadi di Kabupaten Samosir. Penurunan luas lahan pertanian
berdampak pada pendapatan sektor pertanian yang mengakibatkan kontribusi

7

sektor pertanian terhadap PDRB menurun dan diikuti dengan peningkatan
kontribusi sektor lainnya seperti sektor jasa, sektor industri pengolahan, sektor
pengangkutan dan komunikasi. Namun penurunan kontribusi sektor pertanian
yang terjadi dalam kurun waktu 2006-2012 tidak terlalu siginifikan dan sektor
pertanian masih memberikan kontribusi yang terbesar terhadap PDRB Kabupaten
Samosir.
Konversi lahan pertanian juga ditentukan oleh persepsi masyarakat. Lahan
yang memiliki tingkat kesuburan yang baik dan lokasi yang strategis menjadi
sebuah kompetisi dalam pemanfaatannya. Kompetisi yang terjadi tergantung
persepsi atau penilaian dan orientasi yang ingin dicapai pemilik lahan. Secara
umum, sumberdaya lahan akan dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk tujuan yang
memberikan penghasilan yang tinggi.
Tabel 5
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Samosir
Tahun 2005-2012
Wisatawan
Jumlah
Mancanegara
Domestik
12.068
16.218
28.286
12.331
17.242
29.573
4.908
21.873
26.781
32.278
73.593
105.871
22.207
87.257
109.464
20.849
97.366
118.215
22.732
109.897
132.629
25.297
119.530
144.827

Sumber: Dinas Pariwisata, Budaya, dan Seni Kabupaten Samosir (2013)

Selain sektor pertanian, Kabupaten Samosir memiliki sektor yang menarik
bagi para pemilik lahan pertanian dan investor dalam pemanfaatan lahannya yaitu
sektor pariwisata. Hal ini didukung dengan peningkatan jumlah wisatawan baik
domestik maupun mancanegara yang datang ke kabupaten ini (Tabel 5).
Peningkatan jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang
datang ke Kabupaten Samosir dikarenakan kabupaten ini memiliki keindahan
alam yang luar biasa yaitu kabupaten ini dikelilingi oleh sebuah danau yaitu
Danau Toba. Keberadaan Danau Toba menarik minat para wisatawan untuk
berkunjung ke kabupaten ini sehingga memicu masyarakat untuk melakukan
penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung seperti pembangunan hotel,
industri, dll. Penyediaan sarana dan prasarana sektor pariwisata menjadi salah satu

8

faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian karena pemanfaatan lahan
untuk sektor pemukiman dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mampu
memberikan penghasilan yang lebih tinggi daripada sektor pertanian.
Masalah konversi lahan semakin kompleks pada era otonomi daerah.
Pemerintah daerah semakin intensif melakukan berbagai upaya untuk mendorong
investor berinvestasi di daerahnya. Hal ini mempercepat konversi lahan potensial
menjadi penggunaan non pertanian. Peraturan dan keputusan pemerintah daerah
tentang arah pembangunan daerah juga menjadi faktor terjadinya konversi lahan
pertanian. Kebijakan pemerintah jika tidak dipertimbangkan dengan baik akan
semakin mempercepat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian (Sihaloho
2004).
Apabila konversi lahan pertanian terus berlanjut akan menjadi persoalan
lingkungan, keanekaragaman hayati dan dalam pencapaian ketahanan pangan di
kabupaten Samosir. Dengan demikian, jelaslah bahwa konversi lahan pertanian
menjadi persoalan penting dalam perkembangan wilayah itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1.

Bagaimana struktur ekonomi daerah Kabupaten Samosir berdasarkan
analysis shift share? Apakah sudah mengalami pergeseran struktur dan apa
sektor unggul Kabupaten Samosir?

2.

Berapa laju konversi lahan pertanian di Kabupaten Samosir?

3.

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan pertanian
di Kabupaten Samosir?

4.

Bagaimana kebijakan pemerintah daerah terkait arah pembangunan tata
ruang Kabupaten Samosir?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini

bertujuan untuk:
1.

Menganalisis

struktur ekonomi

Kabupaten

Samosir apakah sudah

mengalami pergeseran sektor atau tidak dan mengetahui sektor unggul
kabupaten tersebut.

9

2.

Mengestimasi seberapa besar laju konversi lahan pertanian di Kabupaten
Samosir.

3.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi
lahan pertanian.

4.

Menganalisis kebijakan pemerintah daerah terkait arah pembangunan tata
ruang Kabupaten Samosir.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penulisan ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi :
1.

Penulis, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi dan
sumberdaya lingkungan.

2.

Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dan para pengambil keputusan,
sebagai informasi dan bahan evaluasi terkait struktur ekonomi dan juga
dalam menentukan kebijakan terkait konversi lahan.

3.

Para akademisi, sebagai bahan tambahan dan bahan rujukan untuk penulisan
dalam bidang sejenis untuk bahan penelitian berikutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Struktur Ekonomi dan Konversi Lahan

Pertanian Kabupaten Samosir diperlukan batasan penelitian agar lebih fokus
dalam penelitian. Adapun batasan penelitian ini adalah:
1.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

2.

Analisis struktur ekonomi dilihat dari PDRB Kabupaten Samosir terhadap
PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2012.

3.

Laju konversi lahan yang dihitung berupa konversi lahan pertanian menjadi
non pertanian baik itu perumahan ataupun industri, dll dalam kurun waktu
2004-2012.

4.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian dilihat dari
faktor di tingkat wilayah dan di tingkat petani.

5.

Kebijakan pemerintah daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Samosir dan wawancara yang akan dilakukan kepada
stakeholder terkait serta artikel/wacana tentang arah pembangunan
Kabupaten Samosir dari media massa.

10

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Pertanian
Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir
seluruh sektor pembangunan fisik memerlukan lahan seperti sektor pertanian,
kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi. Menurut Irawan
(2005), lahan merupakan sumberdaya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas
dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Dari sisi ekonomi, lahan
merupakan input tetap yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas
pertanian dan non pertanian.
Manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, use
value yaitu manfaat yang dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani
yang dilakukan pada sumberdaya lahan pertanian. Contohnya adalah hasil panen
yang dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Kedua, non use value yaitu
manfaat yang dihasilkan tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan
tujuan dari eksploitasi dari pemilik lahan pertanian. Contohnya adalah lahan
pertanian untuk mencegah banjir dan erosi (Sumaryanto 2005).
Lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan
penurunan nilai dan harga serta tidak dipengaruhi oleh faktor waktu. Harga lahan
ataupun sewa lahan (land rent) dipengaruhi oleh lokasi dan tingkat kesuburan
lahan. Barlow (1978) menggambarkan hubungan antara nilai land rent dan alokasi
sumber daya lahan diantara berbagai kompetisi penggunaan kegiatan sektor yang
komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor tersebut
berada pada kawasan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor
tersebut berada pada kawasan strategis, sebaliknya sektor yang kurang
mempunyai nilai komersial maka mempunyai land rent yang semakin kecil
(Gambar 2). Land rent diartikan sebagai locational rent. Lahan termasuk
didalamnya lahan pertanian, dalam kegiatan produksi merupakan salah satu faktor
produksi tetap.
Barlow mengemukakan bahwa nilai rent sumber daya lahan dibedakan
menjadi :

11

1. Sewa lahan (contract rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada
pemilik dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu
tertentu.
2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan surplus
pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang
memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses
produksi.

Sumber : Barlow (1978)

Gambar 2 : Hubungan Land Rent dengan Land Use
Struktur Ekonomi dan Konversi Lahan Pertanian
Menurut Rintuh (1995), struktur ekonomi merupakan komposisi atau
susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan
mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas
dari suatu perekonomian. Sektor ekonomi yang dominan berarti sektor yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju
pertumbuhan yang tinggi.
Menurut Nurkse (1953), teori pertumbuhan struktur ekonomi yang
seimbang merupakan pertumbuhan yang mencapai baik di sektor pertanian dan
sektor industri. Sebuah daerah yang terbelakang harus melakukan investasi besar
dalam sejumlah industri secara bersamaan. Hal ini akan memperbesar ukuran

12

pasar, meningkatkan produktivitas, dan memberikan insentif bagi sektor swasta
untuk berinvestasi.
Menurut Rostow (1960), proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan ke
dalam 5 tahap yaitu mesyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat
untuk tinggal landas (the preconditions for take-off), tinggal landas (the take-off),
menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of
higt mass-consumtion).
Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut
adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial dan politik yang terjadi.
Pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multi-dimensional.
Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu
negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan
peningkatan peranan sektor lainnya. Disamping perubahan seperti itu,
pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan
antara lain:
1.

Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan social yang pada
mulanya perorientasi kepada suatu daerah menjadi perorientasi keluar

2.

Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga,
yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.

3.

Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi
yang tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya)
menjadi investasi yang produktif.

4.

Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi, merangsang
pembangunan ekonomi (Rostow 1960).
Tambunan (2001), menyatakan bahwa pembangunan ekonomi dalam

periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional akan
membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama, ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur dengan
increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dengan
pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan

13

ekonomi. Adanya perubahan di dalam struktur ekonomi akan menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan yang semula didominasi sektor pertanian menjadi
sektor non pertanian atau sering disebut dengan konversi lahan.
Konversi lahan yang sedang terjadi bukanlah hal yang baru terjadi di
Indonesia. Konversi lahan pada umumnya dipengaruhi oleh transformasi struktur
ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian menjadi sektor non
pertanian, khususnya di negara ataupun daerah yang sedang berkembang.
Konversi lahan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk yang semakin
meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk, rasio antara manusia dan lahan
menjadi semakin besar. Selain itu, taraf hidup masyarakat yang semakin
meningkat dan terbukanya kesempatan menciptakan lapangan pekerjaan
menyebabkan

kesempatan

para

investor-investor

mengkonversikan

lahan

pertanian menjadi non pertanian. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah lahan
yang terbatas (Rusli 1995).
Faktor-Faktor Konversi Lahan Pertanian
Proses terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian disebabkan oleh
beberapa faktor. Kustiawan (2007) mengatakan bahwa ada tiga faktor penting
yang menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian yaitu:
1.

Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor dinamika pertumbuhan perkotaan,
demografi maupun ekonomi yang mendorong konversi lahan pertanian ke
non pertanian.

2.

Faktor Internal, yaitu kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani yang
mendorong terjadinya konversi lahan pertanian.

3.

Faktor Regulasi, yaitu kebijakan pemerintah yang dikeluarkan terkait arah
pembangunan tata ruang wilayah.
Faktor regulasi dapat dikategorikan menjadi faktor eksternal sehingga

faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian adalah faktor eksternal
dan faktor internal. Utomo (1992) memamparkan bahwa secara umum masalah
konversi lahan pertanian terjadi karena pola pemanfaatan lahan masih sektoral,
delinasi antar kawasan belum jelas, koordinasi pemanfaatan ruang masih lemah,
dan pelaksanaan UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) masih lemah dan
penegakan hukum yang masih lemah.

14

Tata Ruang
Ruang merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia yang
ketersediaannya terbatas. Ruang itu sendiri dapat dibedakan menjadi ruang darat,
laut, ruang udara dan ruang dalam bumi (UU No. 26 tahun 2007). Ruang
dikatakan sebagai elemen penting dikarenakan ruang merupakan wadah dari
segala aktivitas dan kepentingan yang dilakukan oleh manusia. Disisi lain
aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat beragam yang kemungkinan besar
dapat terjadi konflik kepentingan dan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, untuk menghindarinya diperlukan suatu kegiatan penataan ruang
agar dapat mewadahi segala aktivitas dan kepentingan tanpa menimbulkan
dampak negatif (Nugroho 2009).
Dalam perspektif penataan ruang, pemanfaatan lahan perlu diatur agar
secara keseluruhan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat sekaligus
menekan eksternalitas yang mungkin timbul. Dalam perspektif ini, peranan
pemerintah pusat maupun daerah sangat diperlukan untuk membentuk struktur
ruang dan pola pemanfaatan ruang atau yang sering disebut rencana tata ruang
wilayah (RTRW).
RTRW merupakan dasar bagi pemanfaatan lahan di suatu daerah. RTRW
adalah produk rencana yang berisi rencana pengembangan struktur ruang dan
rencana pola pemanfaatan ruang yang akan dicapai pada akhir tahun perencanaan.
Struktur ruang dibentuk oleh sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana
yang mencakup sistem jaringan transportasi (darat, laut, udara), sistem jaringan
energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan
sumber daya air. Pola pemanfaatan ruang adalah gambaran alokasi ruang untuk
berbagai jenis pemanfaatan lahan yang direncanakan.
Rencana tata ruang disusun dengan memperhatikan kepentingan seluruh
pemangku kepentingan. Dengan demikian penerapan rencana tata ruang secara
konsisten akan meminimalkan konflik kepentingan antar pemangku kepentingan.
Di samping itu pelaksanaan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang akan
menciptakan keterpaduan lintas sektor dan lintas wilayah.
Menurut Nasoetion dan Winoto (1996), proses konversi lahan pertanian
secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh dua faktor yaitu sistem

15

kelembagaan oleh masyarakat dan pemerintah, dan sistem non kelembagaan yang
berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Dalam hal ini, RTRW merupakan
suatu kelembagaan yang secara langsung dan tidak langsung menyebabkan
terjadinya konversi lahan yang terjadi.
Penelitian Terdahulu
Hayat (2002) melakukan penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi lahan sawah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil yang
diperoleh mengatakan pada tahun 1992-2002 jumlah lahan yang terkonversi
seluas 19.262 ha. Rata-rata luas lahan yang terkonversi adalah 1.926,2 ha per
tahun. Pola konversi lahan sawah yang terjadi pada jenis lahan sawah irigasi
sederhana yaitu 44% dari luas lahan yang terkonversi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah produktivitas lahan sawah, proporsi lahan sawah beririgasi
teknis dan non-teknis, kontribusi pertumbuhan PDRB dan pertambahan jalan
aspal.
Penelitian yang dilakukan oleh Anugerah K. (2005) tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian di
Kabupaten Tangerang memperoleh hasil bahwa konversi lahan yang terjadi pada
tahun 1994-2003 sebesar 5.407 ha dengan laju sebesar 2,44% per tahun. Rata-rata
lahan sawah yang terkonversi yaitu sebesar 3.588,11 ton per tahun dan kehlangan
nilai produksi sebesar Rp 48.439.427.500. Hasil perhitungan Location Quotieny
(LQ) berdasarkan indikator pendapatan menunjukkan sektor pertanian merupakan
sektor basis dan mampu memberikan nilai surplus.
Sitorus (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis konversi lahan
pertanian di Kabupaten Tangerang memperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh sangat nyata terhadap laju konversi lahan pertanian di Kabupaten
Tangerang pada periode (1997-2007) adalah PDRB sektor jasa, PDRB sektor
industri pengolahan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, aksesibilitas ke pusat
pemerintahan, dan aksesibilitas ke fasilitas kesehatan, dan aksesibilitas ke fasilitas
pendidikan.
Shriwinanti (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi lahan pertanian serta dampak ekonomi di Kabupaten
Tangerang. Hasil yang diperoleh adalah laju konversi lahan yang terjadi pada

16

tahun 2002-2011 sebesar 7,06%. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi
lahan pertanian adalah lama tinggal, pengalaman bertani, hasil padi, dan harga
jual padi.
Simanjuntak (2013) melakukan penelitian yang berjudul Potensi Wilayah
Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Toba Samosir. Hasil
yang diperoleh dari shift share analysis (Tabel 6) adalah bahwa sektor yang
merupakan sektor unggulan adalah sektor industri dan sektor pertanian.
Tabel 6

Hasil Estimasi Shift Share Analysis Kabupaten Toba Samosir
Tahun 2003-2010
Pergeseran
Komponen
Struktur
Lapangan
Ekonomi
No
Usaha
Pertumbuhan
Bauran
Keunggulan
Pertumbuhan
Nasional
Industri
Kompetitif
1 Pertanian
779.384,2 -116.326,4
15,5
663.073,3
2 Pertambangan
dan
8.695,0
1.843,0
0,4
10.538,5
Penggalian
3 Industri
1.450.365,8 -249.101,3
4,0 1.201.268,5
Pengolahan
4 Listrik, Gas
dan Air
15.244,8
-11.226,9
1,1
4.019,0
Bersih
5 Bangunan
151.769,4
30.724,5
-7,6
182.486,3
6 Perdagangan,
Hotel dan
246.849,6
10.688,1
-0,1
257.537,7
Restoran
7 Pengangkutan
dan
103.893,9
20.483,7
-564,5
123.813,2
Komunikasi
8 Keuangan,
Real Estat dan
91.508,7
12.955,3
-2,1
104.461,9
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa
254.108,4
44.654,6
-16,3
298.746,7
PDRB
3.101.819,9 -255.305,4
-569,6 2.845.945,1
Sumber : Simanjuntak (2013)

17

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan upaya mengaitkan teori-teori yang
melandasi seperti teori struktur ekonomi, konversi lahan, dan tata ruang (Tinjauan
Pustaka) dengan kerangka teoritis yang bersifat praktis metodologis seperti
indikator pertumbuhan dan pergeseran struktur ekonomi dan faktor konversi lahan
pertanian.
Pertumbuhan dan Pergeseran Struktur Ekonomi
Dalam skripsi Anugerah (2005), pertumbuhan ekonomi yang modern
secara logis akan diikuti oleh perubahan struktur output dan ketenagakerjaan.
Sektor primer akan semakin kecil peranannya sejalan dengan perkembangan yang
pesat di sektor-sektor lainnya, seperti sektor jasa dan sektor industri. Sektor
pertanian hanya akan menjadi penyangga awal ketika proses transisi berlangsung,
sedangkan sektor non pertanian akan berkembang lebih besar lagi. Menurut
Dawam (2000) akibat terjadinya transformasi struktur ekonomi telah memberikan
beberapa dampak yaitu sumbangan sektor pertanian terhadap PDB telah menurun
dan penyerapan tenaga kerja pada periode yang sama juga mengalami penurunan.
Proses pembangunan membawa konsekuensi berupa terjadinya suatu
pergeseran struktural, dimana ada pergeseran peran sektor perekonomian utama
dari sektor tradisional (pertanian) menjadi di dominasi oleh peran sektor yang
lebih modern (industri). Kondisi ini dapat terlihat melalui kontribusi sektor
pertanian terhadap struktur produksi (output) agregat yang semakin menurun,
sedangkan disisi lain kontribusi sektor non pertanian, terutama sektor industri
semakin meningk