ekonomi pertanian tangguh dalam (2)

TUGAS PAPER EKONOMI PERTANIAN (ESL 211)
“PENGARUH MASUKNYA IMPOR BERAS VIETNAM
TERHADAP BERAS DOMESTIK DI INDONESIA”

Kelas Paralel 8
Disusun oleh:
Zeisa Bintan Tsalitsan

A24130036

Dwi Intan Pandini

A24130067

Nur Ainun Nasution

A24140058

Hana Nur Rahmi

A24140063


Yunna Ega Ash Y

A24140168

Dosen:
Hastuti, SP, MP, M.Si
Fitria Dewi Raswatie, SP, M.Si

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya
makalah tentang “PENGARUH MASUKNYA IMPOR BERAS VIETNAM
TERHADAP BERAS DOMESTIK DI INDONESIA” dapat penulis selesaikan
dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
kedua orangtua, Ibu Hastuti dan Ibu Fitria Dewi Raswatie selaku dosen mata
kuliah Ekonomi Pertanian, anggota kelompok, teman-teman dari Agronomi dan
Hortikultura, serta pihak-pihak lain.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materi. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih sempurna.

Bogor, Desember 2015

Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1

Latar Belakang...................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................1
Tinjauan Pustaka...............................................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................4
PENUTUP...............................................................................................................4
Kesimpulan.........................................................................................................4
Saran....................................................................................................................4
Daftar Pustaka....................................................................................................5

3

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras adalah komoditas utama dalam pertanian Indonesia, selain itu beras
juga merupakan makanan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah dan kesejahteraan penduduk, maka pemenuhan kebutuhan
melalui produksi dalam negeri menjadi prioritas pembangunan pertanian.
Namun dalam memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, pemerintah melakukan
kebijakan impor beras dari Vietnam. Sudah sebanyak 227 ribu ton beras asal
Vietnam. Suatu jumlah yang sangat besar, ini merupakan fenomena unikmelihat
Vietnam mampu ekspor beras ke Indonesia. Padahal Negara kita terkenal dengan
Negara agraris yang mayoritas penduduknya adalah petani.

Kebijakan impor beras tahun 2015 disebabkan oleh terjadinya El Nino di
Indonesia. Di satu sisi pemerintah harus menjaga stok beras dalam negeri dengan
impor terhadap adanya El-Nino berat yang melanda Indonesia saat ini. Dengan
intensitas kekeringan yang amat tinggi, lebih tinggi dari El-Nino tahun 1997, dan
diramalkan akan berlangsung sampai Desember, musim tanam padi tentu
terganggu sehingga bisa terjadi kekurangan pasokan beras di awal 2016.
Sedangkan disisi lain pemerintah harus memperhitungkan pengaruh kebijakan
impor beras terhadap para petani. Kementan khawatir impor beras merugikan para
petani jika dilakukan tanpa persiapan dan perhitungan yang matang. Impor dapat
merugikan petani. Namun, Impor beras dapat menjaga stabilitas dan nasib rakyat.
Jika harga beras melonjak, inflasi akan sangat terpengaruh, daya beli masyarakat
tergerus, kesejahteraan masyarakan pasti turun.


1

Tujuan
Untuk menganalisis penyebab indonesia mengimpor beras khususnya dari
vietnam, seperti memperkuat cadangan beras nasional, menganalisis kekeringan
yang disebabkan karena El Nino berkepanjangan, kebutuhan beras penduduk
indonesia yang tinggi, lahan sawah yang semakin sedikit. Krmuadian untuk
mengetahui dampak baik dan buruk dari impor beras dari vietnam terhadap
ekonomi pertanian indonesia. Mengetahui

pengaruh impor beras vietnam

terhadap produk domestik beras indonesia. Mencari solusi ketahanan pangan
untuk mengatasi masalah impor beras vietnam.

Tinjauan Pustaka
Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidupnya. Dalam pemantapan ketahanan pangan, kecukupan
pangan adalah salah satu pilar utamanya (Berutu 2014). Terpenuhinya kebutuhan

pangan secara kuantitas maupun kualitas merupakan hal yang sangat penting
sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka
panjang. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan
salah satu penentu bagi perwujudan ketahanan pangan nasional. (Sari 2014).
Negara Asia tetap mendominasi dalam bidang produksi, konsumsi dan
perdagangan beras dunia. Indonesia mengambil pangan 9% dari total produksi
beras dunia dan merupakan negara ketiga setelah Cina (30%) dan India (21%).
Bedanya adalah kedua negara tersebut adalah net eksportir beras sedangkan
Indonesia menjadi net importir beras sejak akhir 1980-an (Berutu 2014).
Kebijakan swasembada beras merupakan salah satu kebijakan utama
pembangunan pertanian dan dinilai telah meningkatkan produksi beras dan
pendapatan petani. Konteks ketahanan pangan tidak hanya menyangkut masalah
ketersedian bahan pangan pokok bagi masyarakat saja, tetapi meliputi pula
bagaimana akses kepemilikan dan akses terhadap pangan itu oleh setiap anggota
masyarakat. Dalam hal pemenuhan kebutuhan beras di Indonesia menghadapi
dilema antara upaya mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan cara

2

peningkatan produktivitas dan impor beras, dengan upaya menjaga kestabilan

harga beras agar tetap terjangkau oleh semua pihak (Christianto 2013).
Namun

dengan

semakin

meningkatnya

jumlah

penduduk

akan

meningkatkan permintaan terhadap beras dan upaya peningkatan produktivitas
dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri (Sari
2014).tingkat konsumsi beras per kapita di Indonesia sangat tinggi karena setiap
orang di Indonesia megkonsumsi beras setiap tahunnya sebesar 139,5 kg. Tingkat
konsumsi beras Indonesia ini lebih besar dua kali lipat dari konsumsi beras dunia

yaitu pada angka 60 kg per tahun (Christianto 2013)
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting
dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor (Suprihanti 2002).
Produksi beras dalam negeri berpengaruh negatif terhadap impor beras di
Indonesia dalam jangka panjang maupun pendek karena nilai .Konsumsi beras
dalam negeri berpengaruh positif terhadap impor beras di Indonesia dalam jangka
panjang maupun pendek karena nilai .Harga beras domestik berpengaruh positif
terhadap impor beras di Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek
karena nilai .Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh negatif terhadap
impor beras di Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Sari
2014)
Kebijakan impor hanya relevan untuk mengendalikan harga dalam jangka
pendek.dan dalam jangka panjang ketergantungan pangan pada pihak luar neegri,
memungkinkan dan memudahkan komoditas pangan dijadikan komoditas dan
senjata politik untuk pengatuan hingga terjadinya dominasi. Kbijakan impor beras
tidak efektif karena menurunkan NTP petani yang berakibat merosotnya

kesejahteraan petani (Suprihanti 2002)

3

Aspek yang menjadi bahasan utama terkait dengan kebijkan impor beras yaitu
impor beras kualias medium (>=20 %) yang hanya boleh dilakukan oleh Perum
BULOG, kebijakan impor beras khuss/kualitas premium termasuk beras yang
berasal dari Vietnam (Thai HM, Japoica, Basmati, Kukus) (Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian 2014).Impor Beras Vietnam tahun 2014 yaitu 306,418.1
ton.

Rumusan Masalah
1. Apa penyebab Indonesia mengimpor beras khususnya dari Vietnam?
2. Bagaimana dampak baik dan buruk dari impor beras Vietnam terhadap
Ekonomi Pertanian Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh impor beras terhadap produk domestik beras
Indonesia?
4. Apa solusi ketahanan pangan untuk mengatasi masalah impor beras
Vietnam?


4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Indonesia Mengimpor Beras Khususnya dari Vietnam
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik sumber
daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di seluruh
wilayah Indonesia. Indonesia juga merupakan negara agraris yang sebagian besar
penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani (Manurung et al 2014).
Sektor pertanian sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi
perekonomian nasional dan merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap
masyarakat di Indonesia. Pembangunan sektor pertanian bukan hanya sebatas
bagaimana memproduksi produk pertanian dalam menyediakan stok pangan
nasional, tetapi juga memiliki peran yang cukup besar kontribusinya terhadap
PDB (Produk Domestik Bruto), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan
dan perekonomian nasional maupun regional serta penyediaan bahan baku bagi
industri olahan yang berbasis tanaman pangan.
Beras yang merupakan salah satu produk dari pertanian belakangan ini
mengalami banyak masalah dalam hal penyediaan stok untuk kebutuhan nasional.
Indonesia seakan-akan diancam oleh ketakutan akan kekurangan stok beras,

sehingga mengambil langkah impor beras dari negara-negara luar. Negara
pengimpor beras terbanyak ke indonesia adalah vietnam. Faktor-faktor yang turut
andil mempengaruhi pemerintah dalam mengambil jalan impor adalah karena
adanya

kekeringan

yang

disebabkan

karena

pengaruh

El

Nino

yang

berkepanjangan. Tentu kekeringan berpengaruh terhadap hasil panen petani.

5

Khawatir stok limbung beras indonesia tidak mencukupi kebutuhan nasional,
maka pemerintah memperkuat cadangan beras nasionalnya dengan jalan impor.
Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah lahan sawah yang semakin
berkurang. Lahan-lahan pertanian di indonesia semakin berkurang jumlahnya
dikarenakan karena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan.
Sehingga petani kebingungan dengan sistem kerja pemerintah yang membolehkan
alih fungsi lahan pertanian, padahal tuntutan rakyat terhadap pemerintah besar
dalam memenuhi kesejahteraan mereka. Berkaca pada jumlah penduduk indonesia
yang mencapai 252.370.792 jiwa, kebutuhan akan beras juga semakin banyak.
Dengan lahan yang terus berkurang jumlahnya tidak mungkin kebutuhan semua
penduduk terpenuhi, harus dengan jalan lain yaitu impor.
B. Dampak Baik dan Buruk dari Impor Beras Vietnam terhadap Ekonomi
Pertanian Indonesia
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya bertopang
pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, petani Indonesia
bukanlah orang-orang yang mashih miskin dan terpinggirkan. Mereka sering
dirugikan oleh masalah kebijakan perbesaran yang dilakukan oleh pemerintah.
Belum lagi masalah sosial ekonomi lain yang mereka hadapi sebagai petani.
Permasalahan beras dan petani menjadi sebuah ironi bagi negeri ini. Sebuah ironi
karena negara ini merupakan negara penghasil beras, akan tetapi melakukan impor
beras dalam jumlah yang tidak sedikit. Pada umumnya sebagian masyarakat
menganggap bahwa impor beras dipicu oleh produksi atau suplai beras dalam
negeri yang tidak mecukupi. Akan tetapi, pada kenyataanya impor beras dilakukan
ketika data statistik menunjukkan bahwa sedang mengalami surplus beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Angka Ramalan II (ARAM II)
memperkirakan produksi padi pada tahun 2011 mencapai 68.06 juta ton gabah
kering giling (GKG), naik 2.4 persen dibandingkan tahun 2010. Jika dikonversi ke
beras, artinya pada tahun ini produksi beras nasional sebesar 38.2 juta ton.
Apabila dibandingkan dengan konsusmsi beras Indonesia sebanyak 34 juta ton per

6

tahun, Indonesia sedang mengalami surplus besar sebanyak 4 juta ton beras
(Salsabila 2015).
Argument tersebut menjelaskan bahwa dapat dilihat Indonesia surplus 4 juta
ton sehingga hal ini berarti buruk karena melebih-lebihkan beras dalam suatu
negara. Namun, bagaimanapun dampak baik dan buruk tidak dapat dipungkiri
dalam permasalahan ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya menegaskan
pemerintah telah membuka keran impor.

Alasannya, Indonesia sedang

menghadapi kekeringan karena fenomena El Nino sehingga mengganggu musim
panen dan produksi. ”Ini kan masalahnya kekeringan. Ya kita tidak ingin
mengorbankan masyarakat dengan berpegang pada perkiraan yang bisa salah.
Karena itulah maka kita buka kemungkinan impor secepatnya. Kita akan melihat
itu sebagai kemungkinan, harus buka," kata JK, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta
beberapa waktu lalu (Alvin 2015).
Pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dampak baiknya adalah,
pemerintah tidak ingin adanya masalah yang akan dihadapi oleh petani dengan
kabar adanya fenomena El Nino sehingga pemerintah gerak cepat untuk
mengimpor beras sebagai cadangan selama fenomena kekeringan tersebut yang
kemungkinan besar petani tidak panen.
Melakukan ekspor impor merupakan kegiatan yang cukup penting di setiap
Negara. Tidak ada satu Negara pun di dunia ini yang tidak melakukan
perdagangan luar negeri (Sadono 1994). Walau bagaimana pun kepentingan sektor
luar negeri dalam suatu perekonomian berbeda dari satu negara ke negara lain. Di
sebagaian negara, ekspor dan impor meliputi bagian yang cukup besar dalam
pendapatan nasional, sedangkan di beberapa Negara lain merupakan bagian kecil
saja dari pendapatan nasional. Tak terkecuali oleh Indonesia, Indonesia sangat
rajin melakukan kegiatan ekspor dan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan juga pemaksimalan Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Sadono
Sukirno (1994) ada beberapa keuntungan dalam melakukan perdagangan luar
negeri (ekspor dan impor) salah satunya adalah memperoleh barang yang tidak
dapat diproduksi di dalam negeri. Selain itu tujuan dari spesialisasi merupakan
salah satu faktor pendukung suatu negara melakukan perdagangan luar negeri.
7

Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya
dengan yang diproduksi oleh negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik apabila
negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. Keuntungan
berikutnya adalah meningkatkan produktivitas dari negara yang bersangkutan
(Sumarno 2014).
C. Pengaruh Impor Beras terhadap Produk Domestik Beras Indonesia
Harga impor relative terhadap harga domestik, importir akan mengimpor suatu
produk pada saat haga relative impor lebih murah dibandingkan dengan harga
produk domestic. Perbedaan harga antara impor relative dan domestic sangat erat
kaitannya dengan keuntungan faktor internal seperti rendahnya inflasi negara
importir dan faktor internal seperti rendahnya inflasi negara importir dan faktor
eksternal seperti kenaikan pendapatan negara importir. PDB negara pengimpor,
dalam teori dasar perdagangan internasional dinyatakan bahwa impor merupakan
fungsi dari pendapatan. Pendapatan disini bisa juga PDB. Semakin besar
pendapatan menyebabkan impor semakin meningkat. Mekanisme seperti ini dapat
dijelaskan dengan 2 lajur yaitu, a) Kenaikan PDB menyebabkan meningkatnya
tabungan domestic yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya kebutuhan
akan barang barang modal atau bahan mentah sebagai input dalam proses
produksi. Biasanya pada negara sedang berkembang terdapat kelangkaan baik
berupa barang modal maupun bahan mentah, sehingga harus impor. b) Pada
umumnya di negara sedang berkembang, kenaikan PDB yang menyebabkan
meningkatnya kesejahteraan tetapi diikuti pula oleh perubahan selera yang
semakin menggemari produk impor. Menggunakan produk impor memberikan
simbol tersendiri bagi seorang konsumen, sehingga secara tidak langsung impor
meningkat sejalan dengan peningkatan PDB. Barang substitusi, semakin maju
perkembangan negara-negara di dunia ditandai dengan perkembangan teknologi
yang menimbulkan keresahan banyak negara berkembang karena hal itu
menyebabkan timbulnya dua hal yang berlawanan yaitu, a) Perkembangan
teknologi berarti merupakan investasi baru yang bentuknya sebagian besar membawa pengaruh positif terhadap permintaan produksi ekspor negara berkembang
b) Perkembangan teknologi menyebabkan timbulnya banyak barang substitusi

8

yang pada akhirnya menyebabkan semakin berkurangnya permintaan terhadap
produk ekspor negara berkembang.
Menurut Surono (2001), berbagai kebijakan dalam usaha pertanian (beras)
yang telah ditempuh pemerintah pada dasarnya kurang berpihak kepada
kepentingan petani. Pertama, terdapat kebijakan tarif impor yang sangat rendah
sehingga mendorong semakin mudahnya beras impor masuk dan melebihi
kebutuhan dalam negeri. Kedua, penghapusan subsidi pupuk yang merupakan
sarana produksi utama petani dapat mengurangi produktifitas petani. Selajutnya,
teknologi yang dimiliki petani Indonesia juga sudah jauh tertinggal sehingga
kualitas beras yang dihasilkan pada umumnya kalah dengan kualitas beras impor
(Salsabila 2015).
Pada tahun 1998, terdapat kebijakan tarif impor nol persen. Kebijakan ini
dilakukan karena kondisi krisis ekonomi yang menyebabkan terjadinya kenaikan
harga barang dan keadaan iklim yang tidak mendukung produksi gabah. Pada
tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan poteksi terhadap
pertanian padi nasional. Kebijakan tariff nol persen pun dihapuskan. Hal ini
dikarenakan impor beras dari Negara asing makin membanjiri pasar domestik
Indonesia

semenjak

diberlakukannya

Perjanjian

Pertanian

Organisasi

Perdagangan Dunia (Agreemet of Agriculture, World Trade Organization) pada
tahun 1995. Akhirnya kebijakan proteksi berupa tariff ad-valorem sebesar 30
persen ditetapkan. Selain kebijakan tariff, terdapat juga kebijakan proteksi nontarrif. Pada saat itu, kedua kebijakan proteksi, yaitu tariff dan non tariff berjalan
sangat efektif. Petani lokal sangat terlindungi serta harga beras cenderung stabil.
Akan tetapi, kebijakan proteksi seperti ini sudah tidak relevan lagi jika diterapkan
sekarang. Saat ini kebijakan tersebut memang sudah tidak populer dan sudah
sangat jarang dipakai oleh Negara-negara di dunia. Hal ini dikarenakan globalisasi
yang semakin memaksa Negara-negara untuk terbuka terhadap Negara lain.
Kalaupun Negara Indonesia menerapkan tariff terhadap impor beras, tariff itu
sangatlah rendah sehingga harga beras impor menjadi lebih murah dari beras
lokal. Dengan kualitas beras impor yang berada di atas kualitas beras lokal, beras
lokal pun menjadi kalah saing dengan beras impor.

9

Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2008 produksi beras nasional selalu
surplus. Tetapi sejak tahun 2008 hingga kini, Impor beras terus dilakukan. Sampai
Juli 2011, Pemerintah telah melakukan pengadaan beras melalui impor sebanyak
1,57 juta ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beras impor tersebut
paling banyak berasal dari Vietnam yaitu 892,9 ribu ton dengan nilai US$ 452,2
juta. Sementara beras impor Thailand, telah masuk sebanyak 665,8 ribu ton
dengan nilai US$ 364,1 juta hingga Juli. Selain dari Vietnam dan Thailand,
pemerintah juga mengimpor beras dari Cina, India, Pakistan, dan beberapa negara
lainnya.
Lalu mengapa impor? Pertama, bulog mengklaim bahwa mereka mengimpor
dengan tujuan mengamankan stok beras dalam negeri. Bulog berargumen bahwa
data produksi oleh BPS tidak bisa dijadikan pijakan sepenuhnya. Perhitungan
produksi beras yang merupakan kerjasama antara BPS dan Kementrian Pertanian
ini masih diragukan keakuratannya, terutama metode perhitungan luas panen yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian yang megandalkan metode pandangan mata.
Selanjutnya, data konsumsi beras juga diperkirakan kurang akurat. Data ini
kemungkinan besar merupakan data yang underestimate atau overestimate. Angka
konsumsi beras sebesar 139 kg/kapita/tahun sebenarnya bukan angka resmi dari
BPS. Jika merujuk pada data BPS yang didasarkan pada Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS), konsumsi beras pada tahun ini mencapai 102
kg/kapita/tahun. Angka ini underestimate, karena SUSENAS memang tidak
dirancang untuk menghitung nilai konsumsi beras nasional. Sebenarnya kebijakan
impor beras ini juga bisa menjadi tantangan tersendiri bagi petani untuk
meningkatkan produksi dan kualitas beras. Para petani dituntut untuk berproduksi
bukan hanya mengandalkan kuantitas tetapi juga kualitas. Tentunya hal ini sedikit
sulit terjadi tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan petani
lokal relatif tertinggal dari petani luar negeri terutama dalam bidang teknologi.
Pemerintah harus memberi kepastian jaminan pasar sebagai peluang mengajak
petani bergiat menanam komoditas tanaman pangan (Salsabila 2015).
Megapa tidak impor? Kebijakan yang dipilih pemerintah untuk membuka kran
Impor juga mendatangkan kontra. Pada satu sisi, keputusan importasi beras

10

tersebut berlangsung ketika terjadi kenaikan harga beras saat ini. Selain itu,
produksi padi dalam negeri dinyatakan cukup, dan masa panen masih berlangsung
di banyak tempat. Bahkan berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II yang
dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi nasional tahun ini
diperkirakan mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling, meningkat 1,59 juta ton
(2,40%) dibandingkan tahun 2010 lalu. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi
karena peningkatan luas panen seluas 313,15 ribu hektar (2,36%), dan
produktivitas sebesar 0,02 kuintal per hektar (0,04%).[7] Sementara itu,
berdasarkan data Kementerian Pertanian, terdapat tiga provinsi yang mencatat
surplus padi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Surplus yang
tejadi pada beberapa daerah ini tentunya dapat dijadikan cadangan oleh Bulog dan
untuk didistribusikan ke daerah lain yang mengalami defisit. Selanjutnya, impor
beras yang terjadi di tengah produksi berlebih menurut data BPS sekarang ini
memiliki dampak negatif yang panjang, seperti berkurangnya devisa negara,
disinsentif terhadap petani, serta hilangnya sumber daya yang telah terpakai dan
beras yang tidak dikonsumsi dan terserap oleh bulog (Salsabila 2015).
D. Solusi Ketahanan Pangan untuk Mengatasi Masalah Impor Beras Vietnam
Tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan impor beras memiliki dampak
baik dan buruknya. Dan semua itu ada pro dan kontrnya, untuk itu sebaiknya
pemerintah harus memberi perhatian penuh agar tidak menyebabkan krisis pangan
di Indonesia. Konsumsi beras Indonesia yang semakin besar juga harus diimbangi
oleh produksi beras yang akan dapat mencukupi kebutuhan nasional. Indonesia
dalam menyediakan stok beras nasional juga melakukan impor beras agar
kebutuhan nasional terpenuhi. Menjadi sebuah ironi ketika Indonesia mengimpor
beras pada saat ini padahal di masa lalu pernah mencapai swasembada pangan
oleh karena nya produksi beras dalam negeri harus ditingkatkan agar dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Selain itu Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan lagi faktor-faktor yang
mempengaruhi Impor Beras di Indonesia yaitu, 1) peningkatan pendapatan
perkapita, peningkatkan produksi beras, mendukung agar kurs Rupiah terhadap
USD menguat, dan menjaga stabilitas harga relatif Thailand. 2) Produksi pangan
11

Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun. Fakta ini memperlihatkan bahwa
pemerintah lemah dalam menjalankan program-programnya menanggulangi kerawanan pangan yang semakin memburuk. Kebijakan pemerintah yang banyak
membuka peluang bagi investor untuk menanamkan modal di bidang perkebunan
tanaman monokultur, sudah seharusnya direvisi. Seharusnya pemerintah tegas
dalam hal ini. Pemerintah hendaknya meningkatkan produksi agar persediaan/stok
beras dalam negeri tercukupi dan permintaan konsumen terpenuhi sehingga tidak
selalu mengandalkan impor beras. Pemerintah hendaknya melakukan pengadaan
sarana dan prasarana seperti infrastruktur, pengadaan jaringan irigasi, pelaksanaan
program intensifikasi, memantapkan kelem- bagaan pertanian dan memudahkan
akses permodalan petani. Selain itu, Pemerintah juga harus menelusuri dan
menindak tegas kelompok yang diduga sebagai mafia beras tersebut serta
melakukan audit investigasi terhadap Perum Bulog dan Kementerian Perdagangan
(Kemendag) terkait realisasi impor pangan. Audit ini diperlukan karena
pelaksanaan dan proses impor pangan, termasuk sembilan bahan pangan pokok
(sembako) serta penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) selama ini tidak
transparan. Bahkan terkesan banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan.
Selain itu, kenaikan harga beras juga akibat kegagalan pemerintah dalam
mengantisipasi cuaca yang tidak menentu tahun ini. Seharusnya Indonesia juga
memiliki database perberasan karena dengan database perberasan, pemerintah
dapat mengendalikan perdagangan dan distribusi komoditas beras sehingga harga
beras stabil serta volume stok beras nasional dan siapa yang menguasainya juga
akan terlihat. Apabila terjadi defisit neraca beras, sebaiknya impor d ilakukan oleh
swasta, bukan oleh Bulog. Bulog seharusnya melakukan pembelian beras dari
petani dalam negeri, bukan menyubsidi petani di Vietnam atau Thailand. Dengan
demikian pemerintah mampu mensejahterakan kehidupan petani. 3) Impor beras
dapat menstabilkan harga beras tetapi pemerintah hendaknya tidak selalu
tergantung pada impor beras karena dengan adanya impor beras yang tinggi akan
menyebabkan petani merugi karena harga beras impor lebih murah dari beras
lokal sehingga konsumen akan lebih memilih beras impor. 4) Perum Bulog
sebagai lembaga yang ditugaskan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras
hendaknya melakukan kebijakan harga yang mel iputi kebijakan harga dasar

12

pembelian melalui tingkat pembelian harga dasar gabah dan melakukan kebijakan
harga penjualan melalui operasi pasar secara benar dan tepat dengan
menggunakan kebijaksanaan harga dasar dan harga tertinggi. Hal ini dilakukan
agar petani sebagai produsen tidak dirugikan. Untuk itu, pemerintah perlu
menyusun instrument kebijakan stabilitas harga gabah yang efektif, misalnya
memberikan jaminan harga gabah petani yang memadai terutama pada musim
panen raya. Disamping itu, pemerintah perlu menjamin ketersediaan beras dipasar
dengan harga yang terjangkau sepanjang musim melalui operasi pasar. 5) Dengan
kelemahan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras, maka pemerintah
hendaknya selalu memonitoring harga secara rutin untukberas kualitas menengah
ke bawah dan diinformasikan ke masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
efek terhadap konvergensi harga di berbagai lokasi sehingga dapat membentuk
harga beras yang efisien (Salsyabila 2010).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia melakukan impor beras yang terbesar dari Vietnam karena
adanya

kekeringan

yang

disebabkan

karena

pengaruh

El

Nino

yang

berkepanjangan sehingga hasil panen berkurang. Selain faktor kekeringan, ada
faktor lain yaitu lahan sawah untuk padi semakin berkurang karena digunakan
untuk lahan pembangunan. Keuntungan mengimpor beras dari Vietnam ini yaitu
Indonesia mengetahui produk Vietnam yang tidak dapat diproduksi di Indonesia
sehingga Indonesia dapat mengembangkan varietas padi yang lebih baik dari
produk Vietnam, selain itu Indonesia tidak mengalami kekurangan bahan pangan
khususnya beras sehingga tidak terjadi kelaparan dan gizi buruk. Kerugian dari
mengimpor beras ini yaitu Indonesia mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit
sehingga dapat merugikan Indonesia apabila melakukan pengimporan beras terus
menerus. Harga beras impor lebih murah daripada harga beras domestik sehingga
pembeli lebih memilih beras impor karena lebih murah. Hal ini menyebabkan
petani Indonesia mengalami penurunan pendapatan. Pemerintah kurang tegas
dalam kebijakan tarif impor sehingga lebih berpihak kepada pengimpor beras
13

dibandingkan dengan petani. Subsidi pupuk telah dihapus oleh pemerintah dan
teknologi pertanian di Indonesia sudah tertinggal sangat jauh hal ini menyebabkan
hasil panen tidak mengalami peningkatan.

Saran
Pemerintah di Indonesia sebaiknya memperhatikan para petani di
Indonesia. Melakukan peningkatan pendapatan perkapita, subsidi pupuk untuk
petani kecil diadakan kembali, menciptakan lembaga keuangan untuk modal para
petani kecil. Pemerintah bekerjasama dengan pihak Pertanian, Indonesia harus
lebih kreatif dan cerdas dalam menciptakan varietas baru dan unggul agar dapat
bersaing dengan negara lain. Menciptakan alat mesin pertanian (alsintan) yang
modern sehingga memudahkan pekerjaan petani. Pemerintah lebih bijak dalam
pengelolaan lahan pertanian sehingga tidak banyak lahan yang di alih fungsikan
ke lahan pembangunan. Melakukan penyuluhan kepada para petani daerah
sehingga petani lebih mengerti dan mendapatkan ilmu tentang pertanian dan tidak
hanya berdasarkan budaya dalam pengelolaan pertaniannya.

14

Daftar Pustaka
Alvin S. 2015. Stok Aman, Impor Beras Hanya untuk Cadangan.[terhubung
berkala].http://bisnis.liputan6.com/read/2354438/stok-aman-impor-berashanya-untuk-cadangan.[20th.Des.2015].
Berutu,I,D. 2014. Analisis Faktor-Faktoe yang Mempengaruhi Impor Beras di
Pekanbaru.Proposal Penelitian.Univesitas:Fakultas Ekonomi.
Christianto, Edward. 2013.Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Beras di
Indonesia.Jurnal JlBEKA.Vol7(2):38-43. Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Medan
Krisnamurhi B. 2006. Penganekaagman pangan sebuah Kebutuhan yang
Mendesak.Makalah Seminar Nasional Diversifikasi untuk endukung
Ketahanan Pangan.Universitas Muhammadyah Yogyakarta.
Manurung E et al. 2014. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991-2011 (Pendekatan Error
Correctian

Model).

[terhubung

berkala].

http://e-journal.uajy.ac.

id/5594/1/RINGKASAN%20%SKRIPSI%20ERIK
%2020%APRIL202014.pdf.[19th.Des.2015].

15

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2014. Kebijakan Impor
Beras:Memahami Kasus Beas Vietnam.
Salsabila A. 2015. Kebijakan Impor Beras di Indonesi.[terhubung berkala].http://
www.kompasiana.com/kanopi_feui/kebijakan-impor-beras-diindonesia_55097936a333116f702e3a38.[20th.Des.2015].
Salsyabila

MH.2010.ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA PERIODE 2000:01


2009:04.http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmiah/Jurnal

%20Media%20Ekonomi/Vol.%2018%20No.%202%20AGST
%202010/MALYDA%20HUSNA.pdf. Media Ekonomi Vol. 18, No. 2,
Agustus 2010.
Sari R,K. 2014. Analisis Impor Beras di Indonesia. EkonEconomics Development
Analysis Journalomi.Vol 3 No.2.
Sumarno A. 2014. ALASAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN IMPOR BERAS DI
INDONESIA.[terhubung
berkala].https://www.scribd.com/doc/236869711/ALASAN-DANDAMPAK-KEBIJAKAN-IMPOR-BERAS-DI-INDONESIA.
[20th.Des.2015].
Suprihanti A. 2002. Impor Pangan dan Kebijakan Pertanian.Jurnal Dinamika
Sosial Ekonomi.Universitas Gunadarma.

16