Penentuan Suhu Optimum untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Kepiting Bakau Scylla serrata (Forskal) pada Media dengan Sistem Resirkulasi

PENENTUAN SUHU OPTIMUM UNTUK MENINGKATKAN
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH KEPITING BAKAU
Scylla serrata (Forskal) PADA MEDIA DENGAN SISTEM RESIRKULASI

RADHITA MILLATY

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penentuan Suhu
Optimum untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih
Kepiting Bakau Scylla serrata (Forskal) pada Media dengan Sistem Resirkulasi”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Radhita Millaty
NIM C14100080

ABSTRAK
RADHITA MILLATY. Penentuan Suhu Optimum untuk Meningkatkan
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Kepiting Bakau Scylla serrata
(Forskal) pada Media dengan Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh YUNI PUJI
HASTUTI dan RIDWAN AFFANDI.
Pasokan kepiting bakau sampai saat ini masih mengandalkan dari alam
karena kegiatan dan teknologi budidaya masih terbatas, akibatnya eksploitasi
kepiting di alam tidak terkendali. Selain itu, tingginya mortalitas akibat
kanibalisme masih merupakan faktor dominan yang mempengaruhi produksi pada
pemeliharaan kepiting bakau, baik pada masa larva maupun masa pasca-larva.
Suatu penelitian dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh suhu terhadap

kelangsungan hidup dan pertumbuhan kepiting bakau telah dilakukan pada bulan
April 2014 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan terdiri atas media bersuhu
25±0,21oC (A), 27±0,15oC (B), 29±0,21oC (C), dan 31±0,21oC (D). Kepiting
bakau berukuran 90±2,02 g/ekor dipelihara dalam akuarium dengan sistem
resirkulasi dengan kepadatan 8 ekor/wadah selama 28 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemeliharaan kepiting bakau pada suhu yang berbeda
memberi pengaruh nyata (p3

Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR)
Data tentang kelangsungan hidup kepiting bakau pada setiap perlakuan
selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, tampak bahwa pada suhu 29±0,21oC kelangsungan hidup tinggi
dibandingkan pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC dan 31±0,21oC.

8

Gambar 1 Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaan.
Data tentang perubahan tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau pada

setiap perlakuan selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan uji
statistik yang telah dilakukan, perubahan tingkat kelangsungan hidup kepiting
bakau mulai terjadi pada minggu ke-1 pemeliharaan dan banyak terjadi kematian
pada suhu 31±0,21oC.

Gambar 2 Perubahan Tingkat Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau pada Setiap
Perlakuan Selama Pemeliharaan.
Laju Pertumbuhan Spesifik atau Spesific Growth Rate (SGR)
Data tentang laju pertumbuhan spesifik kepiting bakau pada setiap
perlakuan selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan uji statistik
yang telah dilakukan, tampak bahwa pada suhu 29±0,21oC laju pertumbuhan
spesifik tinggi dibandingkan pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC, dan 31±0,21oC.

9

Gambar 3 Laju Pertumbuhan Spesifik Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan
Selama Pemeliharaan.
Data tentang perubahan biomassa kepiting bakau pada setiap perlakuan
selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, tampak bahwa pada suhu 29±0,21oC perubahan biomassa tinggi

dibandingkan pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC, dan 31±0,21oC.

Gambar 4 Perubahan Biomassa Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaan.
Konversi Pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR)
Data tentang konversi pakan kepiting bakau pada setiap perlakuan selama
pemeliharaan disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, tampak bahwa pada suhu 29±0,21oC konversi pakan rendah
dibandingkan pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC, dan 31±0,21oC.

10

Gambar 5 Konversi Pakan Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaan.
Beban Osmotik
Data tentang beban osmotik kepiting bakau pada setiap perlakuan selama
pemeliharaan disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, tampak bahwa pada suhu 29±0,21oC beban osmotik rendah
dibandingkan pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC, dan 31±0,21oC.


Gambar 6 Beban Osmotik Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaan.
Kadar Glukosa Hemolimfe
Data tentang kadar gluukosa hemolimfe kepiting bakau pada setiap
perlakuan selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan uji statistik
yang telah dilakukan, tampak bahwa pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC, dan
29±0,21oC kadar glukosa hemolimfe menurun, sedangkan pada suhu 31±0,21oC
kadar glukosa hemolimfe meningkat.

11

Gambar 7 Kadar Glukosa Hemolimfe Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan
Selama Pemeliharaan.
Total Haemocyte Count (THC)
Data tentang total haemocyte count kepiting bakau pada setiap perlakuan
selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, tampak bahwa pada suhu 29±0,21oC total hemocyte count tinggi
dibandingkan pada suhu 25±0,21oC, 27±0,15oC, dan 31±0,21oC.

Gambar 8 Total Hemocyte Count Kepiting Bakau pada Setiap Perlakuan Selama

Pemeliharaan.
Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Amonium dan Nitrit
Data tentang kelimpahan bakteri penghasil senyawa amonium dan nitrit
kepiting bakau pada setiap perlakuan selama pemeliharaan disajikan pada Gambar
4. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, tampak pada suhu 25±0,21oC
kelimpahan bakteri penghasil senyawa amonium rendah, sedangkan pada suhu
27±0,15oC kelimpahan bakteri penghasil senyawa amonium tinggi. Pada suhu

12
25±0,21oC kelimpahan bakteri penghasil senyawa nitrit rendah, sedangkan pada
suhu 29±0,21oC kelimpahan bakteri penghasil senyawa nitrit tinggi.
Tabel 3 Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Amonium dan Nitrit

Perlakuan

25˚C
27˚C
29˚C
31˚C


Bakteri Penghasil
Senyawa Nitrit
(A)
(CFU/ml)
3,3x104±1,50
4,91x04±10,44
2,4x105±0,00
6,7x104±180

Bakteri Penghasil
Senyawa Amonium
(B)
(CFU/ml)
3,1x104±3,00
2,4x105±0,00
3,4x104±1,00
4,0x104±0,50

Rekapitulasi data tentang seluruh parameter penelitian pada setiap
perlakuan selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekapitulasi Data Parameter Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Parameter
SR (%)
SGR (%)
FCR
BO
(mOsm/L H20)
Glukosa
(µmol/L)
THC

(sel/mm³)
Bakteri (A)
(cfu/ml)
Bakteri (B)
(cfu/ml)

25oC
66,67±0,07
0,58±0,18
10,93±2,85
1,23
±0,08
16,54
±2,34
4,37x103
±2,34
3,3x104
±1,50
3,1x104
±3,00


27oC
50,00±0,12
0,85±0,11
13,95±7,75
1,13
±0,07
20,67
±0,90
3,79x103
±0,05
4,91x04
±10,44
2,4x105
±0,00

29oC
83,33±0,24
1,44±0,25
4,69±0,48

0,62
±0,02
14,21
±0,59
6,35x103
±0,08
2,4x105
±0,00
3,4x104
±1,00

31oC
37,50±0,00
0,86±0,17
11,30±8,46
0,92
±0,38
31,14
±3,13
3,48x103
±0,28
6,7x104
±180
4,0x104
±0,50

Pembahasan
Keberhasilan kegiatan budidaya kepiting bakau terutama pembesaran dapat
dilihat dari tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan pertumbuhan yang pesat
dalam waktu singkat. Karim (2007) menjelaskan bahwa secara fisiologis,
pertumbuhan hanya dapat terjadi apabila terdapat kelebihan energi, setelah energi
melalui pakan yang dikonsumsi dikurangi dengan kebutuhan energi untuk
berbagai aktivitas. Parameter lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, dan oksigen
terlarut merupakan parameter kunci dalam kegiatan budidaya kepiting bakau.
Terjadinya perubahan kondisi lingkungan terutama suhu akan mempengaruhi
jumlah energi yang digunakan untuk keperluan metabolisme. Berdasarkan
pengukuran parameter fisika-kimia air media pemeliharaan kepiting dengan
sistem resirkulasi, kondisi media pemeliharaan masih dalam kisaran yang layak
untuk budidaya (Lampiran 1). FAO (2012) menetapkan standar kualitas air untuk

13
memelihara kepiting bakau, yaitu suhu 25-35°C, pH 7,0-9,0, salinitas 10-30 ppt,
DO optimum >5 ppm, alkalinitas >80 ppm, dan TAN