Roy Irawan, Lebih Mahir Bahasa Itali daripada Inggris
Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Roy Irawan, Lebih Mahir Bahasa Itali daripada Inggris
Tanggal: 2011-06-23
Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Roy Irawan, pantas bangga. Bagaimana
tidak, dia bisa membuktikan bahwa kuliah di universitas swasta ternyata lebih beruntung dan diperhitungkan daripada
seandainya dia memilih kuliah di negeri. “Saya tidak merasa rugi melepas UI atau UGM walau saya sudah diterima. Di
UMM saya justru lebih beruntung,” ujar Roy.
Apa yang membuat Roy beruntung dan bangga kuliah di UMM? Mahasiswa asal Jakarta ini merupakan salah satu dari
27 mahasiswa UMM yang mengikuti program student exchange ke Eropa. Dia mengambil Program Studi Hukum di
Universitas Trento Italia. Selain dia, di universitas yang sama juga ada tujuh mahasiswa UMM lainnya yang mengambil
berbagai Program Studi dan satu orang dosen yang mengikuti Postdoctoral Program. Sedangkan 19 mahasiswa UMM
lainnya tersebar di berbagai universitas di Jerman, Portugal, Austria, Turki, Finlandia dan Spanyol.
Selama di Itali, Roy dan kawan-kawannya memperoleh beasiswa dari Komisi Uni Eropa lewat Erasmus Mundus
External Cooperation Window selama 10 bulan. Dia mengikuti studi tujuh mata kuliah di kelas internasional. Nilai yang
diperoleh di Trento diakui oleh UMM, demikian juga nilai mahasiswa Eropa yang studi di UMM atas program ini diakui
di Eropa. “Alhamdulillah, semua mata kuliah saya lulus dengan nilai memuaskan,” kata Roy.
Berbagai pengalaman unik diperoleh Roy selama studi di Itali. Di antaranya, kesulitan berkomunikasi karena sebagaian
besar orang Itali tidak bisa bahasa Inggris. Beruntung Roy sudah mengetahui hal itu dan mengantisipasinya dengan
belajar bahasa Itali dari mahasiswa UMM asal Polandia, Hanna Szymanska. “Dia banyak mengajari saya bahasa Itali,
setidaknya kata-kata dasar yang sering digunakan seperti ucapan salam, angka, dan cara bertanya,” kata Roy.
Pelajaran bahasa Itali itu sangat bermanfaat ketika pertama kali menginjakkan kaki di Itali.
Di Itali, Roy memperoleh program bridging bahasa Itali. Karena tergolong orang yang memiliki bakat bahasa yang baik,
Roy berhasil menguasai bahasa Itali jauh lebih baik daripada penguasaannya terhadap bahasa Inggris. “Saya lebih
suka berbicara bahasa Itali daripada Inggris. Grade Itali saya jeuh lebih baik daripada bahasa Inggris,” tuturnya.
Berbekal kemampuan bahasa Itali itulah Roy bisa bergaul dengan cepat di apartemen dan di kampus. Tempat yang
paling sering dikunjunginya adalah kantor International Relations Office (IRO) di kampusnya. Tak pelak hampir semua
staf IRO mengenalnya. “Bahkan Vice Rector I juga mengenal saya,” akunya.
Awal Juni lalu, ketika baru pulang dari Itali Roy merasa waktu 10 bulan begitu cepat. Namun dia bertekad akan segera
menyelesaikan studi di UMM karena sudah ditawari beasiswa untuk studi lanjut S2 di Trento juga. Universitas Trento
merupakan salah satu universitas terpandang di Itali. Bahkan Fakultas Hukum merupakan yang terbaik di negeri itu.
“Insya Allah saya akan kembali ke sana untuk studi S2,” ujarnya. Hanya saja keinginan itu belum tentu disetujui oleh
kedua orang tuanya yang telah memiliki usaha Tour Agency yang melayani khusus turis asing di Bali itu.
Satu hal yang membuat Roy betah tinggal di Itali adalah karena kesan positif warga sana tentang orang Indonesia.
Walau pada mulanya banyak yang memandang dirinya dan Indonesia secara sinis, berkat komunikasinya, pandangan
itu semakin lama semakin membaik. “Awalnya orang Indonesia di sanapun memandang minor terhadap saya dan
UMM. Mereka berfikir apa sih UMM yang swasta dan kota Malang yang kecil, bukan Bandung, Jogja ataupun Jakarta.
Tetapi begitu tahu kampus UMM dan berbagai prestasinya, termasuk perilaku dan prestasi mahasiswa UMM di Itali,
mereka berubah menjadi apresiatif kepada kami,” terang Roy.
Selama di Eropa, Roy memanfaatkan untuk melancong ke berbagai Negara. Dia memanfaatkan waktu luang dan dana
dari beasiswa yang lebih dari cukup untuk berjalan-jalan ke Prancis, Jerman, Spanyol dan Portugal. “Bahkan saya
sudah ke Prancis sebanyak empat kali,” kisahnya.
Menariknya, ketika rombongan dosen UMM berkunjung ke Itali awal Mei lalu, Roy-lah yang didapuk menjadi guide. Roy
menjadi translater dialog antara pihak pimpinan Universitas Trento dengan rektor UMM dan jajaran dosennya di sana.
Tak hanya itu, Roy juga menemani rombongan dosen keliling kota Roma.
Kisah Roy adalah sebagian dari kisah sukses mahasiswa UMM yang mendapatkan beasiswa Erasmus Mundus.
Baginya menjadi mahasiswa UMM merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena tak semua kampus memiliki
koneksi dengan Erasmus Mundus. Beasiswa itu telah membuatnya mengenal dunia luar, bahkan, di kenal di luar
negeri. (nas)
page 1 / 1
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Roy Irawan, Lebih Mahir Bahasa Itali daripada Inggris
Tanggal: 2011-06-23
Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Roy Irawan, pantas bangga. Bagaimana
tidak, dia bisa membuktikan bahwa kuliah di universitas swasta ternyata lebih beruntung dan diperhitungkan daripada
seandainya dia memilih kuliah di negeri. “Saya tidak merasa rugi melepas UI atau UGM walau saya sudah diterima. Di
UMM saya justru lebih beruntung,” ujar Roy.
Apa yang membuat Roy beruntung dan bangga kuliah di UMM? Mahasiswa asal Jakarta ini merupakan salah satu dari
27 mahasiswa UMM yang mengikuti program student exchange ke Eropa. Dia mengambil Program Studi Hukum di
Universitas Trento Italia. Selain dia, di universitas yang sama juga ada tujuh mahasiswa UMM lainnya yang mengambil
berbagai Program Studi dan satu orang dosen yang mengikuti Postdoctoral Program. Sedangkan 19 mahasiswa UMM
lainnya tersebar di berbagai universitas di Jerman, Portugal, Austria, Turki, Finlandia dan Spanyol.
Selama di Itali, Roy dan kawan-kawannya memperoleh beasiswa dari Komisi Uni Eropa lewat Erasmus Mundus
External Cooperation Window selama 10 bulan. Dia mengikuti studi tujuh mata kuliah di kelas internasional. Nilai yang
diperoleh di Trento diakui oleh UMM, demikian juga nilai mahasiswa Eropa yang studi di UMM atas program ini diakui
di Eropa. “Alhamdulillah, semua mata kuliah saya lulus dengan nilai memuaskan,” kata Roy.
Berbagai pengalaman unik diperoleh Roy selama studi di Itali. Di antaranya, kesulitan berkomunikasi karena sebagaian
besar orang Itali tidak bisa bahasa Inggris. Beruntung Roy sudah mengetahui hal itu dan mengantisipasinya dengan
belajar bahasa Itali dari mahasiswa UMM asal Polandia, Hanna Szymanska. “Dia banyak mengajari saya bahasa Itali,
setidaknya kata-kata dasar yang sering digunakan seperti ucapan salam, angka, dan cara bertanya,” kata Roy.
Pelajaran bahasa Itali itu sangat bermanfaat ketika pertama kali menginjakkan kaki di Itali.
Di Itali, Roy memperoleh program bridging bahasa Itali. Karena tergolong orang yang memiliki bakat bahasa yang baik,
Roy berhasil menguasai bahasa Itali jauh lebih baik daripada penguasaannya terhadap bahasa Inggris. “Saya lebih
suka berbicara bahasa Itali daripada Inggris. Grade Itali saya jeuh lebih baik daripada bahasa Inggris,” tuturnya.
Berbekal kemampuan bahasa Itali itulah Roy bisa bergaul dengan cepat di apartemen dan di kampus. Tempat yang
paling sering dikunjunginya adalah kantor International Relations Office (IRO) di kampusnya. Tak pelak hampir semua
staf IRO mengenalnya. “Bahkan Vice Rector I juga mengenal saya,” akunya.
Awal Juni lalu, ketika baru pulang dari Itali Roy merasa waktu 10 bulan begitu cepat. Namun dia bertekad akan segera
menyelesaikan studi di UMM karena sudah ditawari beasiswa untuk studi lanjut S2 di Trento juga. Universitas Trento
merupakan salah satu universitas terpandang di Itali. Bahkan Fakultas Hukum merupakan yang terbaik di negeri itu.
“Insya Allah saya akan kembali ke sana untuk studi S2,” ujarnya. Hanya saja keinginan itu belum tentu disetujui oleh
kedua orang tuanya yang telah memiliki usaha Tour Agency yang melayani khusus turis asing di Bali itu.
Satu hal yang membuat Roy betah tinggal di Itali adalah karena kesan positif warga sana tentang orang Indonesia.
Walau pada mulanya banyak yang memandang dirinya dan Indonesia secara sinis, berkat komunikasinya, pandangan
itu semakin lama semakin membaik. “Awalnya orang Indonesia di sanapun memandang minor terhadap saya dan
UMM. Mereka berfikir apa sih UMM yang swasta dan kota Malang yang kecil, bukan Bandung, Jogja ataupun Jakarta.
Tetapi begitu tahu kampus UMM dan berbagai prestasinya, termasuk perilaku dan prestasi mahasiswa UMM di Itali,
mereka berubah menjadi apresiatif kepada kami,” terang Roy.
Selama di Eropa, Roy memanfaatkan untuk melancong ke berbagai Negara. Dia memanfaatkan waktu luang dan dana
dari beasiswa yang lebih dari cukup untuk berjalan-jalan ke Prancis, Jerman, Spanyol dan Portugal. “Bahkan saya
sudah ke Prancis sebanyak empat kali,” kisahnya.
Menariknya, ketika rombongan dosen UMM berkunjung ke Itali awal Mei lalu, Roy-lah yang didapuk menjadi guide. Roy
menjadi translater dialog antara pihak pimpinan Universitas Trento dengan rektor UMM dan jajaran dosennya di sana.
Tak hanya itu, Roy juga menemani rombongan dosen keliling kota Roma.
Kisah Roy adalah sebagian dari kisah sukses mahasiswa UMM yang mendapatkan beasiswa Erasmus Mundus.
Baginya menjadi mahasiswa UMM merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena tak semua kampus memiliki
koneksi dengan Erasmus Mundus. Beasiswa itu telah membuatnya mengenal dunia luar, bahkan, di kenal di luar
negeri. (nas)
page 1 / 1