KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF (Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang).

`BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.
Pada zaman ini, disadari atau tidak, bahwa kemajuan teknologi
kedokteran telah membawa kemajuan yang pesat dalam dunia kedokteran,
namun demikian bukan berarti bahwa dengan temuan teknologi ini layanan
dunia kedokteran tidak terjadi masalah. Dengan ditemukannya teknologi
modern ini bukan berarti semua penyakit secara otomatis dapat disembuhkan.
Tanpa kita sadari dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran membuat
perawatan medis hanya berfokus pada kesembuhan pasien melalui obatobatan saja, akan tetapi pada hakikatnya penyakit-penyakit yang di derita oleh
pasien secara tidak langsung mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Dan
bukan hanya penyakit saja yang butuh pengobatan, akan tetapi psikis
seseorang juga butuh pengobatan, yang mana selama ini lebih banyak
berfokus pada pengobatan fisik saja. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan
terpadu yang memperhatikan aspek medis dan aspek psikhis, seperti
perawatan Paliatif.
Perawataan Paliatif seperti yang digariskan oleh WHO pada tahun
2005 dimaksudkan sebagai sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa

ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan atau berduka.

(www.

index.php.com) Di sini dengan jelas

dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus
1

2

diberikan kepada penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah
penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan
kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif tidak hanya sebatas
aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti
psikologis, sosial dan spiritual.
Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter,

perawat, terapis, sosial-media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain
yang diperlukan. Hal ini bertujuan untuk agar pasien bebas dari penderitaan,
sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan berakhir dengan tenang," ujar
Prof

dr

R

Sunaryadi

Tejawinata,

SpTHT(K),

FAAO,

PGD,

PAllMed.(www.detikhealt.com)

Tersisihnya perawatan paliatif tampak juga diakibatkan pula oleh
berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan yang dibuat oleh berbagai pihak.
Hampir pada semua kebijakan tercantum: “preventif, promotif, kuratif, dan
rehalibitatif. Kebijakan tersebut hampir tidak pernah menyebutkan “paliatif”
sebagai suatu rangkaian pengobatan, meskipun pada kenyataannya perawatan
paliatif sering dibutuhkan dalam implementasi kebijakan itu. Perhatian yang
minim terhadap layanan paliatif disinyalir karena adanya anggapan, teknologi
kedokteran itu mampu memperpanjang hidup dan kehidupan manusia,
meskipun tanpa mempertimbangkan kualitas hidup penderita akibat penerapan
teknologi tersebut. (www.one_news.Com).
Perawatan paliatif memang belum sepenuhnya dirasakan masyarakat.
Itu dikarenakan masih ada hambatan dalam menerapkan perawatan paliatif
ini. Dokter Paliatif Care RS Kanker Dharmais dr Maria A Witjaksono
mengatakan (www.bataviase.co.id)., ada dua faktor yang menjadi tantangan
dan hambatan terhadap perawatan paliatif ini, yakni : Pertama, faktor kultur
dan sosial di masyarakat. Kedua, kebijakan pemerintah terhadap perawatan

3

paliatif masih kurang. Kebijaksanaan ini tampaknya menjadi hambatan yang

menjadikan masyarakat kurang mengenal dan memahami perawatan paliatif,
sehingga diperlukan dukungan pemerintah mengembangkan perawatan ini di
sejumlah rumah sakit, lebih lanjut A. Witjaksono mengatakan bahwa
perawatan paliatif tidak hanya untuk pasien yang akan meninggal. Tetapi
intinya meringankan beban dan penderitaan pasien agar tetap punya semangat.
Begitu pentingnya peran perawatan paliatif ini, membuat Sunaryadi
(www.one news.Com) sangat berharap agar perawatan paliatif masuk dalam
kurikulum Fakultas Kedokteran di Indonesia. Di beberapa negara lain,
jelasnya, perawatan paliatif sudah menjadi salah satu kurikulum pendidikan
dokter. Lebih lanjut pria yang dikenal sebagai bapaknya paliatif Indonesia ini
mengatakan, di fakultas kedokteran mahasiswa hanya menerima pelajaran
bagaimana cara memeriksa pasien, menentukan penyakit pasien, mengobati
penyakit, tetapi tidak mengobati manusia yang mempunyai berbagai aspek
seperti fisik, psikologi, sosial, kultural dan spiritual. Padahal aspek-aspek
tersebut, saling berhubungan dan mempengaruhi. ”Pendidikan dokter yang
dulu hanya memperhatikan masalah fisik saja. Saya lihat sampai sekarang
pun, meskipun cara belajarnya sudah diubah, tetapi masih tetap berfokus
masalah fisik,'' sesalnya. Bila perawatan paliatif untuk mengurangi
penderitaan pasien masuk dalam kurikulum fakultas kedokteran, lulusan
dokter nanti akan lebih manusiawi dalam menghadapi pasien.

Pengobatan paliatif selama ini hanya ada di kota-kota dan rumah sakit
besar saja padahal tempat pelayanan kesehatan terdekat warga adalah
puskesmas. Maka itu puskesmas dan rumah sakit swasta juga harus punya
pelayanan paliatif. (www.detik.com). Hingga kini di Indonesia baru ada lima
pusat perawatan palitif yaitu, DKI Jakarta, DI yogyakarta, Jawa barat, Jawa
Timur, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan para penderita yang membutuhkan
perawatan tersebar di seluruh nusantara. Ini sebenarnya adalah hal yang

4

memprihatinkan, mengingat perawatan palitif bagi masyarakat telah dimulai
pada 1992. (www.one_news.Com). Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya
ditujukan untuk pasien kanker (kecuali di Afrika Selatan awalnya untuk
pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan untuk
penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal
jantung,

gagal ginjal,

penyakit


genetika

dan

juga

infeksi

seperti

HIV/AIDS.(www.detikhealt.com)
Perawatan paliatif ini tentunya dapat dilaksanakan berkat adanya
relawan yang membantu berjalannya perawatan ini, yang disebut relawan
paliatif. Selain

modal dasar

yang telah dianugerahkan Tuhan dan


ketulusan untuk menolong sesama yang timbul dari dalam diri, untuk mulai
bertugas dalam bidang yang menjadi pilihannya, para relawan masih
membutuhkan pembekalan dan pelatihan agar mampu bertugas dan sesuai
dengan sasaran dan dapat dipertanggung jawabkan. Lebih-lebih lagi relawan
paliatif. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang memadahi mengenai
perawatan paliatif ini mutlak dibutuhkan mengingat relawan paliatif banyak
dihadapkan pada masalah-masalah sarat dengan unsur kemanusiaan. Dan
sudah banyak anggota masyarakat yang membutuhkan dan mengharapkan
datangnya pelayanan ini. ( www.palliative-surabaya.com).
Jadi relawan paliatif berkarya diluar masalah perawatan medis dan
kuratif. Karya relawan terutama dalam bidang dukungan spiritual, membantu
mengatasi masalah sosial dan budaya, masalah psikologis, bahkan masalah
yang berhubungan dengan keluarga. Relawan juga berfungsi sebagai jembatan
penghubung

antar

pasien-dokter

maupun


pasien-keluarga

(www. Rumahkanker.com)
Meskipun kelihatannya sederhana, sebenarnya menjadi seorang
relawan ini bukanlah perkara yang mudah. Menjadi relawan adalah sebuah
pilihan untuk membuat hidup lebih bermakna. Dengan menjadi relawan Anda

5

dapat memberikan kontribusi positif kepada orang lain sebagai wujud rasa
syukur atas kehidupan Anda, meringankan penderitaan orang lain, menambah
jaringan persahabatan dan persaudaraan, memperkaya batin, juga menambah
wawasan dan pengalaman.(rumah kanker.com).
Salah satu contohnya adalah para relawan paliatif yang ada di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Mereka terus saja melakukan banyak inovasi untuk
bisa memberikan yang terbaik bagi pasien yang mereka dampingi. “Tugas
kami memang mengadakan pendampingan bagi pasien terutama kanker,
namun kami juga melakukan pendampingan untuk mereka yang tervonis
HIV,” terang Iis Sukiyono, salah satu relawan paliatif dari RSUD Dr.

Suoetomo Surabaya. Iis mengaku tergerak bergabung menjadi relawan karena
pengalamannya menunggui sang ayah yang terkena kanker dan harus
mendapat perawatan selama 1 bulan di Rumah Sakit. “Pada waktu itu ada
seorang teman yang berkunjung sebagai relawan paliatif, saya terkesan
dengan caranya berkomunikasi dengan pasien. Makanya ketika saya
mendengar informasi tentang relawan paliatif di RSUD Dr. Soetomo ini saya
langsung bergabung,” terangnya. Pengalaman merawat sang ayah, menjadikan
Iis tidak terlalu kesulitan menempatkan diri sebagai relawan. Meskipun tidak
dibayar dan justru sering nombok, namun Iis dan teman-teman paliatif lainnya
merasa bangga bisa membantu orang lain yang membutuhkan.
Dalam pendampingan pasien yang dirawat di RS, diperlukan
kesabaran ekstra dari para relawan. Biasanya pasien akan lebih rewel dan
emosinya tidak terkendali, disinilah tugas relawan paliatif untuk selalu
memberikan penghiburan. Biasanya pasien akan diberi kegiatan seperti
mengerjakan berbagai macam prakarya. Kami motivasi sehingga pasien tidak
hanya terfokus pada penyakitnya, sejauh ini cara kami ini berhasil membuat
pasien terlihat lebih bahagia dan merasa berguna lagi,” ujar Iis. Sebenarnya
memang seperti itulah tujuannya, pasien diberi kesibukan agar lupa akan

6


sakitnya. Iis mengungkapkan, sebenarnya prinsip menjadi relawan ini sangat
sederhana. Syaratnya hanya niat dan mau saja untuk menolong sesama.
“Terkadang pasien hanya ingin ada teman untuk ngobrol, dengan
menyediakan sedikit waktu kita untuk mereka, itu efeknya sudah sangat luar
biasanya. Terutama bagi perkembangan psikologis pasien,” terang Iis.
(www. Kiatsehat.com).
Memang syarat menjadi relawan tidak mudah. Selain diperlukan
cekatan, keterampilan dan pengetahuan tentang bidang penyakit yang
ditangani, dia harus memiliki unsur kemanusiaan yang amat kuat. ”menurut
saya relawan itu setengah malaikat, mereka care dan penuh kesabaran.
Makanya jumlahnya akan selalu tidak banyak. ”ujar menteri pemberdayaan
perempuan Muetia Hatta ketika menjadi keynote speaker sosialisasi
perawatan paliatif. (www.adibjatidiri.blogspot.com)
Selain itu memang terkadang mendengar kata relawan, yang terlintas
dalam bayangan adalah orang yang pasti bekerja sosial tanpa dibayar, ya
memang seperti itulah relawan, bekerja dengan bendera sosial dan
mengabdikan diri terhadap masyarakat atau bidang yang ditekuninya.
Kenyataan inilah yang terkadang memebuat orang jadi malas untuk bergabung
menjadi relawan. (www.kiatsehat.com)

Berkaca dari permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji dan menganalisis lebih jauh lagi mengenai kebermaknaan hidup
pada relawan paliatif, Hal ini disebabkan bahwa masih kurang tahunya
masyarakat terhadap perawatan paliatif dan minimnya orang yang menjadi
relawan paliatif, padahal perawatan paliatif sangat dibutuhkan, karena
perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang maksimal
bagi penderita dan keluarganya (Boediwarsono, 2002). Faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang memilih menjadi relawan paliatif yang ada di
Indonesia, membuat keingintahuan peneliti tentang kebermaknaan hidup pada

7

relawan paliatif,. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui apa yang membuat
relawan tetap bertahan menjadi relawan paliatif,dan apakah hal ini sangat
bermakna dalam kehidupan relawan itu sendiri.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang
berjudul “Kebermaknaan Hidup Pada Relawan Paliatif”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi
relawan paliatif?
2. Bagaimana kebermaknaan hidup pada relawan paliatif?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang melatbelakangi
seseorang menjadi relawan paliatif.
2. Untuk mengetahui kebermaknaan hidup pada relawan paliatif
D. Manfaat Penelitian
1) Secara Teoritis
Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan
ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis, perkembangan dan
psikologi sosial mengenai kebermaknaan pada relawan paliatif.
2) Secara Praktis.
Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan
informasi apa saja kebermaknaan hidup pada relawan paliatif,
sehingga dikemudian hari mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya
perawatan paliatif.

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF
(Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang).

SKRIPSI

Oleh :
Wulida Azmiyya El-Rifqiya
07810068

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF
(Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang).

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Wulida Azmiyya El-Rifqiya
07810068

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR
Tiada kata

yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan

alhamdulillah puji syukur

kehadirat Allah

SWT

sehingga

penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebermaknaan Hidup Pada Relawan
Paliatif (studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Aisyiyah (RSIA)
Malang)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa
kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan
dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Siti Suminarti dan M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku pembimbing I dan
pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktunya serta selalu
memberikan kritik, saran, bimbingan serta motivasinya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan.
3. M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku Dosen Wali Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang angkatan 2007 kelas B yang telah banyak membantu dan
mengarahkan kegiatan akademis penulis
4. Kepada Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang, yang telah memberikan ijin
penelitian, dan kepada Subjek penelitian yang merelakan rahasia pribadinya
untuk penulis demi pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih
saya haturkan.
5. Kedua orang tua subjek “Abah dan Bunda” ku tersayang, yang telah
mencurahkan kasih sayang, perhatian dan dukungannya kepada penulis yang tak
terhingga selama ini.
6. Adek subjek “Nichan Shinosuke” yang sudah memberikan motivasinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, Semoga kelak kau menjadi
Dokter yang berbudi luhur.

7. Sahabatku, “Siput dan Gurita”, yang selalu memberi support yang amat besar,
serta perhatian maupun pengertiannya. Terima kasih atas persahabatan yang telah
kalian berikan.
8. Genk Nak Nik Nuk, “ Ophie, Cho-cho, Phino, Afika, Ndah, Ana, Mbeckz, Paini,
dan Nandar” terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini, U are
is the best. Spesial untuk “Opie” yang sudah mau menemaniku, mendengarkan
keluh dan kesah ku selama ini.
9. Semua teman-temanku di Fakulatas Psikologi angkatan 2007 khususnya kelas B,
Dian, Nia, Iin, Febri, Momo, Riris, Nina, Sasa, Ardy, Icha, dede, Ade, dan
semuanya terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini. Terlebih
untuk “Bebebs” terima kasih atas perhatiannya selama ini.
10. Afin, dede, uty dan tika Teman seperjuanganku dalam Bimbingan, akhirnya
perjuangan kita membuahkan hasil juga.
11. Laboratorium psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih kepada
ibu Yuni Nurhamida, M.Psi selaku kepala laboratorium psikologi, serta kawankawanku di laboratorium psikologi, “Mb’ Putri, M’ Nadhif, Ina, Dita dan Melon”
yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk dapat belajar dan
mengaplikasikan ilmunya di laboratorium psikologi.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, oleh karenanya
saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis hargai dan harapkan. Semoga Allah
SWT selalu memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua amien.

Malang, 19 Agustus 2011
Penulis

Wulida Azmiyya El-Rifqiyya

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………

i

LEMBAR PERSETUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……........

iii

LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………………

iv

SURAT PENYATAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………..

v

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vi

INTISARI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................. ix
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….

xi

DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………..

xii

BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………………

1

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………

1

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………...

6

C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………

6

D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………

6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….

7

A. Kebermaknaan hidup………………….…………………………. …………

7

1. Pengertian ……………………………………………………………….

7

2. Sumber-sumber makna hidup….………………………………………...

8

3. Aspek-aspek untuk memahami makna hidup……………………………

10

3.1 Karakteristik makna hidup…………………………………………...

10

3.2 komponen-komponen makna hidup…………………………………

10

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup………………………..

11

5. Cara-cara untuk menemukan makna hidup……………………………...

12

B. Paliatif…….…… . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………

15

1. Pengertian ……………………………………………………………….

15

1.1 Pengertian relawan paliatif………………………………..................

16

2. Tujuan perawatan paliatif………………………………………………..

16

3. Manfaat perawatan paliatif………………………………………………

17

4. Aspek-aspek dalam pemberian perawatan paliatif………………………

17

4.1 Pendekatan multidisiplin terhadap perawatan paliatif……………….

17

4.2 Model perawatan paliatif…………………………………………….

18

4.3 Bentuk-bentuk perawatan paliatif……………………………………

19

5. Prinsip dan sikap dalam perawatan paliatif……………………………...

20

C. Kebermaknaan hidup pada relawan paliatif…………………………………...

21

1. Kebermaknaan hidup pada relawan paliatif………………………………...

21

2. Peran relawan dalam perawatan paliatif…………………………………….

23

2.1 Peran relawan juga sebagai jembatan bermutu………………………….

23

BAB III : METODE PENELITIAN…………………………………………………...

25

A. Jenis Penelitian……. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………..

25

B. Batasan Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….

26

C. Subyek Penelitian …………... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….

26

D. Metode pengumpulan data…. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….

26

E. Prosedur penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….

27

F. Teknik analisa data.................……………………………………………….

30

G. Metode keabsahan data………………………………………………………

31

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………….

32

A. Identitas subjek.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….

32

1. Deskripsi Subjek Penelitian…………………………………...................

32

B. Deskripsi hasil penelitian………..………………………………...................

33

a. Hasil penelitian subjek I…… …………………………………………

33

b. Hasil penelitian subjek II………...……………………………………

36

c. Hasil penelitian subjek III……………………………………………..

40

d. Hasil penelitian subjek IV……………………. . . . . . ……………….

44

C. Hasil analisa data……………………………………………………………..

49

D. Pembahasan ………………………………………………………………….

66

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………..

70

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….

70

B. Saran ………………………………………………………………………...

71

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………………………………………

72
75

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5

:
:
:
:
:
:

Jadwal penelitian……………………………………………
Identitas subjek……………………………………………..
Hasil analisa subjek I………………………………………..
Hasil analisa subjek II…………………………………… ...
Hasil analisa subjek III………………………………………
Hasil analisa subjek IV. ……………………………………..

29
32
50
54
58
62

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A

:

Surat Ijin penelitian ………………………………………

77

Lampiran B

:

Informed Consent…………………………………………

80

Lampiran C

:

Guide Wawancara… ………………………………………

86

Lampiran D

:

Verbatim Subjek…………………………………………...

91

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2002). Analisis eksistensial untuk psikologi dan psikiatri. Refika
Aditama. Bandung
Alwisol. (2007). Psikologi kepribadian. UMM Press. Malang.
Bastaman, H, D. (1997). Intergrasi psikologi dengan islam menuju psikologi islami
pengantar : Djamaludin Ancok. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Bastaman, H, D. (2007). Logoterapi psikologi untuk menemukan makna hidup dan
hidup bermakna. PT Rajafindo Persada. Jakarta.
Boediwarsono. (2002). Perawatan paliatif sebagai upaya utama nyata dalam
program penanggulanggan kanker di Indonesia. Pidato yang disampaikan
dalam acara pengukuhan guru besar. Universitas Airlangga. Surabaya

Dianada, R. (2007). Mengenal seluk beluk kanker. Katahati. Yogyakarta

Fauzi, A, A. (2007). Implementasi perawatan paliatif di puskesmas kodya Surabaya.
Pusat pengembangan Paliatif dan bebas Nyeri. Surabaya. Diakses di
(www.buku_pkb_vi bagian 408082008.com) pada tanggal 07.10.2010.

Frankl. V, E. (2003). Logoterapi, Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi.
Kreasi Wacana. Yogyakarta.
----------------. (2004). Man’s search for meaning, mencari makna hidup, hakikat
kehidupan, makna cinta, makna penderiataan. Nuansa. Bandung
----------------. (2008). Optimisme ditengah tragedy analisis logoterapy. Nuansa.
Bandung
Hartini, N,. & Chusairi, A. (2004). Profil pasien wanita poli perawatan paliatif yang
berusia produktif dan sebagai ibu rumah tangga dalam jurnal psikologi.
Universitas Airlangga. Jawa Timur
Hartini, N,. & Chusairi, A. (2005). Health seeking behavior para pasien poli
perawatan paliatif dalam jurnal psikologi. Universitas Airlangga. Jawa
Timur
Jong, W. (2005). kaker apakah itu pengobatan dan harapan hidup dan dukungan
keluarga. Arcan. Bandung

Koeswara. (1992). Logoterapi psikoterapi victor frankl. Kanisius. Yogyakarta
Kurniasri, Y. (2008). Skripsi, Perawatan paliatif pada penderita kanker dan tumor.
Universitas Muhammadiyah. Malang
Mahajudin , S, M. (2007). Peran psikogetiari dan perawatan paliatif dalam upaya
meningkatkan kesehatan para lanjut usia. Pidato yang disampaikan dalam
acara pengukuhan guru besar. Universitas Airlangga. Surabaya
Menangani penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. www. Detik Healtd. Com
Menjadi relawan paliatif suka dukanya. www. Kiat sehat. Com
Menjadi relawan yuk. www. Menjadi relawan yuk.
Moleong, J. & Lexy, M, A. (2007). Metodelogi penelitian kulitatif. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Perawatan paliatif. www. JC Syhura's Blog
Perawatan paliatif belum dipahami. www. Bataviase.co.id.
Perawatan paliatif sejarah. www. Palliative-Care-History-(Indonesian).
Puskesmas dan RS swasta harus punya perawatan paliatif. www. puskesmas-rsswasta-harus-punya-perawatan-paliatif.ht
Relawan paliatif itu bak malaikat. www.adibjatidiri. Blogs. seperti tercetak di Jawa
pos. Senin, 27.10.2008
Santrock & Jhon, W. (1995). Life span development perkembangan masa hidup.
Erlangga. Jakarta.
Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. CV Alfabeta. Bandung.
Tejawinata. (2003). Perawatan paliatif. Makalah seminar nasional paliatif. Surabaya
Tejawinata, S, R. (t.t). Relawan dalam perawatan paliatif
Simposia usulkan perawatan paliatif masuk kurikulum. www. One_news.asp.htm.
Vol 6 No 5. Edisi Desember diakses tanggal 07.10.2010. Seperti tercetak di Majalah
Farmacia Edisi Desember 2006 , Halaman: 36 (1291 hits)