Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan

(1)

SKRIPSI

oleh

Wanda Elsa Pardede 111101101

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

judul “Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan”.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, demikian juga kepada ErniyatiS.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I serta seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi jenjang Sarjana Keperawatan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, memberikan pengetahuan, bimbingan, motivasi dan masukan yang sangat bermanfaat sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Erniyati S.Kp., MNS dan Ners Asrizal M.Kep., RN., WOC(ET)N., CHt. N selaku dosen penguji yang juga banyak memberi saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih teristimewa kepada kedua orang tua, ayahanda Darwis Pardede dani bunda Ellya Pakpahan yang telahmemberikan cinta kasihnya serta doa yang mereka panjatkan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada adik-adik penulis yaitu Sonia, Cantika dan Agnesya serta kakak laki-laki penulis yaitu Raffles, yang selalu menyemangati, menghibur dan membuat ceria penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara teristimewa untuk sahabat penulis Tabita, Loravina, Friska, Zevelyn, Junjungan dan Desy yang telah banyak membantu, menyemangati dan member motivasi untuk


(5)

Penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada manajemen rumah sakit Murni Teguh, dokter, kepala ruangan, serta perawat di unit perawatan paliatif rumah sakit Murni Teguh yang telah memberikan ijin,kesempatan untuk melakukan penelitian dan semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, Juli 2015 Penulis

Wanda Elsa Pardede 111101101


(6)

PernyataanOrisinalitas... ii

Halamanpengesahan ... iii

Prakata… ... iv

Daftarisi v Daftartabel ... vi

Abstrak ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latarbelakang ... .1

2. Perumusanmasalah ... . 7

3. Tujuanpenelitian ... . 7

4. Manfaatpenelitian ... . 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... ....8

1. Kanker ... . 8

1.1Pengertian ... ....8

1.2Penyebab ... . 8

1.3Tanda dan gejala ... .12

1.4Pencegahan ... 15

1.5Penatalaksanaan ... 17

2. PerawatanPaliatif... 21

2.1Pengertian ... 21

2.2Prinsipperawatanpaliatif ... 22

2.3Tim perawatanpaliatif ... 24

2.4Tempatperawatanpaliatif ... ..25

2.5Peranperawat ... 27

3. StudiFenomenologi ... 29

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

1. Desainpenelitian ... 35

2. Partisipan ... 36

3. Lokasidanwaktupenelitian... ..36

4. Pertimbanganetik... 37

5. Instrumenpenelitian ... 38

6. Pengumpulan data ... 38

7. Analisa data ... 40

8. Keabsahan data... 42

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43


(7)

1. Kesimpulan ... ... 65

2. Saran ... ... 66

Daftarpustaka ... 67

Lampiran-lampiran ... 73 Lampiran 1 Inform consent

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi partisipan Lampiran 3 Kuesioner data demografi

Lampiran4 Panduan wawancara

Lampiran5 Surat uji validitas pertanyaan wawancara Lampiran6 Surat komisi etik

Lampiran 7 Surat ijin penelitian Lampiran 8 Surat selesai penelitian Lampiran 9 Jadwal penelitian Lampiran 10 Anggaran dana

Lampiran 11 Lembar bukti bimbingan

Lampiran 12 Lembar pernyataan perubahan judul skripsi Lampiran 13 Riwayat hidup


(8)

(9)

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU Tahun Akademik : 2014 / 2015

ABSTRAK

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Perawatan paliatif diberikan untuk mengatasi masalah fisik, psikologis, dan spiritual serta memberikan dukungan ketika berduka. Perawatan paliatif diberikan oleh tim multidisipliner yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, pemuka agama, dan perawat. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak sembilan orang partisipan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015. Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode Collaizi.Penelitian ini menemukan ada 6 tema terkait dengan pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan, yaitu (1) dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan psikologis, (4) kolaborasi, (5) penerapan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan kebutuhan.Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan pelayanan yang semakin baik dan perawatan paliatif dapat berkembang dengan pesat serta bagi institusi pendidikan dapat memperkenalkan perawatan paliatif di tahap akademik sehingga dapat menambah wawasan dan mampu menerapkan perawatan paliatif.


(10)

(11)

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU Tahun Akademik : 2014 / 2015

ABSTRAK

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Perawatan paliatif diberikan untuk mengatasi masalah fisik, psikologis, dan spiritual serta memberikan dukungan ketika berduka. Perawatan paliatif diberikan oleh tim multidisipliner yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, pemuka agama, dan perawat. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak sembilan orang partisipan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015. Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode Collaizi.Penelitian ini menemukan ada 6 tema terkait dengan pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan, yaitu (1) dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan psikologis, (4) kolaborasi, (5) penerapan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan kebutuhan.Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan pelayanan yang semakin baik dan perawatan paliatif dapat berkembang dengan pesat serta bagi institusi pendidikan dapat memperkenalkan perawatan paliatif di tahap akademik sehingga dapat menambah wawasan dan mampu menerapkan perawatan paliatif.


(12)

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Schneider (2010) menyatakan kanker merupakan suatu peristiwa molekuler yang mengubah sifat normal sel. Dalam sel-sel kanker, sistem kontrol normal yang mencegah pertumbuhan berlebihan pada sel dan invasi jaringan lain tidak berfungsi akibatnya sel terus berkembang dan bertumbuh. Sel-sel aktif membelah dan tumbuh sehingga tidak lagi membutuhkan sinyal khusus untuk menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel.

American Cancer Society (2013) menyatakan kanker merupakan

sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan menyebar dari sel-sel abnormal di dalam tubuh. Sel-sel kanker terus membelah dan dengan demikian menciptakan lebih banyak sel bahkan ketika tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

American Cancer Society (2013) menyatakan bahwa jenis kanker yang

paling banyak di derita oleh orang dewasa adalah kanker paru-paru, payudara, kolorektal, prostat, dan kulit. Jenis kanker yang paling banyak diderita oleh anak-anak adalah kanker leukemia, neuroblastoma, lymphoma, osteosarcoma, wilmtumor, retinoblastoma dan adrenokortikal karsinoma.

Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan bahwa prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 per orang. Kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan presentasi 5,7% dari seluruh penyebab kematian. Kanker payudara dan leher rahim merupakan


(14)

jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia, dengan jumlah pasien sebanyak 12.014 orang (28,7%) untuk payudara, dan kanker leher rahim 5.349 orang (12,8%), leukemia 4.342 orang (10,4%), lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang (7,8%).

Cancer Research (2014) menyatakan bahwa di Inggris rata-rata 331.000

orang di diagnosa kanker setiap tahun dan setiap hari ada 910 orang di diagnosa kanker. Kanker yang paling sering di diagnosa adalah kanker payudara (15%), paru-paru (13%), prostat (13%), usus (13%), kulit (4%), kandung kemih (3%), ginjal (3%), tumor otak (3%), pankreas (3%), dan kanker lainnya (28%).

World Health Organization (2013) menyatakan bahwa insiden kanker

meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler. Diperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat.

Faktor yang diduga dapat menyebabkan kanker yaitu faktor genetik, gaya hidup, lingkungan yang terpapar radiasi dan zat kimia tertentu (American Cancer

Society, 2013). Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyatakan penyebab

banyaknya angka kejadian kanker adalah kurang mengetahui informasi tentang kanker, kurangnya pengetahuan dan pengenalan dini tentang gejala kanker serta kurangnya penanganan segera terhadap penyakit kanker.


(15)

American Cancer Society (2013) menyatakan kanker memiliki prognosis baik apabila di diagnosa pada stadium awal, penggunaan obat-obatan yang efektif serta usia dan karakteristik penderita. Penanganan pada kasus kanker meliputi pembedahan, radiasi dan kemoterapi telah meningkatkan harapan hidup penderita kanker tindakan tersebut dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri, kelelahan yang hebat, dan lesi pada kulit (Graham & Chordas, 2003)

American Cancer Society (2013) menyatakan bahwa penderita yang di

diagnosa kanker rata-rata harapan hidup hanya 5 tahun tetapi sekarang dengan meningkatnya penanganan kanker maka harapan hidup meningkat untuk semua kanker di diagnosis pada 2004-2010 adalah 68%, naik dari 49% pada 1975-1977. Peningkatan kelangsungan hidup mencerminkan diagnosa awal kanker tertentu dan perbaikan dalam pengobatan. Penatalaksanaan yeng cepat dan tepat diharapkan dapat meningkatkan harapan hidup pasien kanker.

Penanganan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Maka kebutuhan pasien tidak hanya berfokus pada pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif (Kepmenkes, 2007).

National Hospice and Palliative Care Organization (2014) menyatakan


(16)

tahun 2009 sebanyak 1,3 juta penderita dan tahun 2013 sebanyak 1,5 juta penderita. Penderita kanker yang meninggal di hospice care pada tahun 2009 sebanyak 1,1 juta penderita dan pada tahun 2013 sebanyak 1.3 juta penderita.

Departement of Health(2009) menyatakan bahwa penderita kanker yang

memerlukan perawatan paliatif yaitu penderita kanker dengan kondisi hidupnya yang terbatas dimana tidak ada harapan yang rasional untuk dapat sembuh.

Crozier dan Hancock (2012) menyatakan bahwa perawatan paliatif bukanlah merupakan alternatif metode pengobatan bagi penderita kanker tetapi sebaliknya metode perawatan yang dapat diberikan berdampingan dengan perawatan kuratif untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi penderita kanker. Perawatan paliatif befokus pada penatalaksanaan gejala-gejala yang timbul selama proses pengobatan, kualitas hidup penderita dan keluarga serta dukungan keluarga.

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI nomor 812 tahun 2007 menyatakan bahwa perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, pencegahan dengan identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain seperti fisik, psikososial, dan spiritual.

Tan et al (2006) menyatakan bahwa perawatan paliatif bertujuan untuk memastikan akhir kehidupan pasien kanker adalah bermartabat dan hal itu harus diterapkan dimanapun baik di rumah, di rumah sakit atau rumah perawatan. Menurut Hill dan Coyne (2012) pelaksanaan perawatan paliatif sebaiknya


(17)

menerapkan prinsip-prinsip perawatan paliatif khusus seperti menyediakan perawatan yang berpusat pada keluarga, mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan selama tindakan pengobatan, meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan keluarga, serta menyediakan perawatan yang cukup dan membantu dalam proses berkabung ketika penderita meninggal.

Penelitian Ewing (2009) menyatakan perawat melihat pasien kanker sebagai bagian dari unit keluarga dan melibatkan keluarga dalam perencanaan dan pemberian perawatan. Penelitian ini di dukung Brook dan Hain (2008) yang menyatakan perawat harus bekerjasama dengan keluarga, mendengarkan setiap keluhan-keluhan dari keluarga, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan membantu keluarga dalam membuat suatu keputusan.

Penelitian Rushton (2005) menyatakan bahwa dalam memberikan perawatan paliatif perawat menghadapi perasaan emosional termasuk rasa sakit, stres dan kelelahan ketika merawat pasien kanker yang sekarat. Perawat perlu mengembangkan kompetensi dan keyakinan dalam memberikan perawatan paliatif dan perawat juga perlu untuk mengelola serta mampu mengatasi kesedihan untuk keberhasilan perawatan pasien (Rushton et al., 2006).

Penelitian Brunelli dan Mulligan (2004) menyatakan bahwa proses kesedihan bagi perawat berbeda dengan kesedihan dengan anggota keluarga. Ketika mengalami kesedihan perawat menemukan diri mereka dalam peran yang saling bertentangan. Pada satu sisi mereka adalah orang-orang yang harus tetap kuat dalam memberikan dukungan, pada sisi lain mereka juga terpengaruh oleh hilangnya seseorang yang pernah berhubungan erat dengannya akibatnya perawat


(18)

mengadopsi mekanisme koping yang tidak efektif seperti menghindari diri dari pengalaman yang dapat mengakibatkan perasaan emosional.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Wright dan Hogan (2008) yang menyatakan pemimpin perawatan mengenali bahwa perawat mengalami kesedihan ketika pasien mereka meninggal dan banyak perawat yang minimal dalam menghadapi proses kesedihan.

Penelitian Davies et al (2008) menyatakan bahwa hambatan dalam memberikan paliatif yaitu akses terbatas penyedia perawatan paliatif, ketidakpastian dalam prognosis dan hasil pengobatan dan kurangnya komunikasi serta hambatan dari pemberi perawatan. Sejalan dengan penelitian di atas banyak penelitian telah mencatat bahawa kurangnya pendidikan dan pelatihan keterampilan adalah penghalang untuk perawatan paliatif (Ogle et al., 2003).

Perawatan paliatif di wilayah Sumatera Utara tepatnya di kota Medan masih sangat terbatas. Dari 40 rumah sakit yang terdapat di kota medan, peneliti mendapat 2 rumah sakit yang menyediakan perawatan paliatif yaitu Rumah sakit Adam Malik dan rumah sakit Murni Teguh. Kedua rumah sakit umum tersebut peneliti melakukan wawancara kepada perawat dari masing-masing rumah sakit, dan peneliti menemukan perbedaan dalam melaksanakan perawatan paliatif. Rumah sakit Adam Malik melaksanakan perawatan paliatif khusus untuk penderita TB paru tetapi rumah sakit Murni Teguh melaksanakan perawatan paliatif khusus untuk penderita kanker. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa perlu untuk meneliti pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni Teguh kota Medan.


(19)

2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker?

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi praktik keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat dijadikan sumber pengetahuan dan strategi bagi tenaga pelayanan khususnya bagi perawat dalam menerapkan perawatan paliatif pada pasien kanker.

4.2 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran praktek rumah sakit. Sehingga dapat menjadi motivasi dan sumber pengetahuan bagi mahasiswa dalam menerapkan perawatan paliatif pada pasien kanker.

4.3 Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya dalam menerapkan perawatan paliatif pada pasien kanker.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Kanker

1.1 Pengertian

Kanker adalah proses penyakit yang dimulai ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel yang abnormal membentuk suatu kumpulan dan mulai berkembang biak secara abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan di lingkungan sekitar sel. Sel-sel yang abnormal ini dapat menyebar ke jaringan lain dan mendapatkan akses ke getah bening dan pembuluh darah sehingga sel-sel ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya (Hinkle & Cheever, 2013).

Kanker merupakan suatu penyakit dimana sekelompok sel-sel yang abnormal tumbuh tidak terkendali dengan mengabaikan sinyal normal untuk pembelahan sel. Sel-sel normal terus mengikuti sinyal yang menentukan apakah sel harus membagi, berdiferensiasi menjadi sel lain atau mati. Sel-sel kanker mengembangkan tingkat otonomi dari sinyal-sinyal ini, sehingga pertumbuhan tidak terkontrol bahkan sampai menyebar ke organ lain (Hejmadi, 2010).

1.2 Penyebab

Menurut Hinkle dan Cheever (2013) akan diuraikan penyebab terjadinya penyakit kanker, yaitu :

1.2.1 Virus dan bakteri

Virus sebagai penyebab kanker pada manusia sulit untuk menentukannya karena virus sulit untuk mengisolasi. Virus diperkirakan menggabungkan diri


(21)

dalam struktur genetik sel, sehingga mengubah generasi sel yang mungkin mengarah ke kanker. Sebagai contoh, virus Epstein-Barr sangat dicuragai sebagai penyebab limfoma burkitt, kanker nasofaring, dan limfoma non-hodgkin. Herpes simplex virus type II, cytomegalovirus, dan papilloma virus tipe 16, 18, 31 dan 33 yang berhubungan dengan dysplasia dan kanker serviks. Virus hepatitis B yang terlibat dengan kanker hati, lymphotropic T-sel virus dapat menjadi penyebab beberapa leukemia limfositik dan limfoma. Bakteri helicobacter pylori telah dikaitkan dengan peningkatan insiden keganasan peradangan dan cedera pada lambung.

1.2.2 Faktor fisik

Faktor fisik yang terkait dengan karsinogenesis meliputi paparan sinar matahari atau radiasi, iritasi kronis atau peradangan, dan penggunaan tembakau. Paparan berlebihan terhadap sinar ultraviolet dari matahari, terutama pada seseorang berkulit putih, atau bermata hijau dan biru, meningkatkan risiko kanker kulit. Faktor-faktor seperti gaya pakaian tanpa lengan atau menggunakan celana pendek, pengunaan tabir surya, pekerjaaan, kebiasaan rekresi, lingkungan termasuk kelembaban, ketinggian, semua turut berperan dalam jumlah paparan sinar ultraviolet. Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan penyakit atau paparan bahan radioaktif di tempat produksi senjata nuklir atau tenaga nuklir dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi dari leukemia, kanker paru-paru, tulang, payudara, tiroid dan jaringan lain.


(22)

1.2.3 Faktor kimia

Sekitar 75% dari semua kanker yang diduga berhubungan dengan lingkungan. Asap tembakau dianggap sebagai karsinogen kimia yang paling mematikan, menyumbang setidaknya 30% dari kematian akibat kanker. Merokok sangat terkait dengan kanker paru-paru, kepala dan leher, kerongkongan, pankreas, leher rahim, dan kandung kemih. Tembakau juga dapat bertindak sinergis dengan zat lain, seperti alkohol, uranium, dan virus. Banyak zat kimia yang ditemukan di tempat kerja telah terbukti karsinogen dan co-karsinogen. Daftar luas diduga zat kimia terus berkembang dan mencakup pewarna anilin, pestisida, formadehydes, arsenik, ter, cadmium, benzena, dan polyvinyl chloride. Kebanyakan bahan kimia berbahaya menghasilkan efek beracun dengan mengubah struktur DNA di dalam tubuh yang jauh dari paparan bahan kimia. Organ yang paling sering terkena adalah hati, paru-paru dan ginjal dikarenakan peran organ tersebut dalam detoksifikasi kimia.

1.2.4 Faktor genetik

Hampir setiap jenis kanker telah terbukti terjadi dalam keluarga. Ini karena genetika, lingkungan bersama, dan budaya atau faktor gaya hidup. Faktor genetik memainkan peran dalam pembangunan sel kanker. Pola kromosom yang abnormal dan kanker dikaitkan dengan memiliki kromosom ekstra, terlalu sedikit kromosom, atau translokasi kromosom. Kanker tertentu dengan mendasari kelainan genetik termasuk limfoma Burkitt, leukemia myelogenous kronis, meningioma, leukemia akut, retinoblastoma, Wilms tumor, dan kanker kulit ganas termasuk melanoma. Sekitar 5% sampai 10% dari kanker dewasa dan


(23)

kanak-kanak menampilkan kecenderungan pada keluarga. Pada kanker dengan predisposisi keluarga, individu dapat mengembangkan beberapa kanker secara umum, dua atau lebih kerabat tingkat pertama berbagi jenis kanker yang sama. Kanker yang berhubungan dengan warisan keluarga termasuk retinoblastoma, nephroblastoma, pheochromocytoma, neurofibromatosis ganas, payudara, ovarium, kanker endometrium, kolorektal, lambung, prostat, dan paru-paru.

1.2.5 Faktor makanan

Faktor makanan berperan sebagai penyebab kejadian kanker. Zat makanan bisa proaktif, karsinogenik, atau co-karsinogenik. Risiko kanker meningkat dengan mengkonsumsi secara jangka panjang karsinogen atau co-karsinogen atau tidak adanya kronis zat proaktif dalam makanan. Zat makanan yang terkait dapat meningkatkan risiko kanker termasuk lemak, alkohol, daging asap, makanan yang mengandung nitrat dan nitrit, dan asupan makanan kalori tinggi. Zat makanan yang dapat mengurangi risiko kanker termasuk makanan yang tinggi serat, sayuran seperti kubis, brokoli, kembang kol, makanan yang mengandung karotenoid seperti wortel, tomat, dan bayam, makanan yang mengandung vitamin E , C, seng, dan selenium. Obesitas dikaitkan dengan kanker endometrium dan kemungkinan kanker payudara pascamenopause. Obesitas juga dapat meningkatkan risiko untuk kanker usus besar, ginjal, dan kandung empedu.

1.2.6 Faktor hormonal

Pertumbuhan tumor dapat disebabkan oleh gangguan pada hormon penyeimbang, produksi hormon tubuh secara endogen atau dengan pemberian hormon eksogen. Kanker payudara, prostat, dan rahim diperkirakan tergantung


(24)

pada kadar pertumbuhan hormon endogen. Dietilstilbestrol (DES) telah lama dikenal sebagai penyebab karsinoma vagina. Terapi penggantian estrogen yang berkepanjangan terkait dengan peningkatan kejadian hepatoseluler, endometrium, dan kanker payudara. Kombinasi estrogen dan progesteron muncul paling aman dalam menurunkan risiko endometrium kanker. Perubahan hormon reproduksi juga terkait dengan kejadian kanker.

1.3 Tanda dan gejala

Menurut American Cancer Society (2013) tanda dan gejala penyakit kanker, yaitu :

1.3.1 Demam

Demam adalah kejadian yang sangat umum dengan kanker, tetapi lebih sering terjadi setelah kanker telah menyebar dari tempat dimana ia dimulai. Hampir semua pasien dengan kanker akan mengalami demam pada beberapa waktu, terutama jika kanker atau pengobatannya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat membuat lebih sulit bagi tubuh untuk melawan infeksi. Paling sering, demam mungkin merupakan tanda awal kanker, seperti kanker darah seperti leukemia atau limfoma.

1.3.2 Kelelahan

Kelelahan yang terjadi tidak dapat segera pulih hanya dengan istirahat. Ini merupakan gejala penting karena pertumbuhan kanker. Hal ini terjadi lebih awal dalam beberapa kanker seperti leukemia. Beberapa kanker kolon atau lambung dapat menyebabkan kehilangan darah. Hal ini merupakan cara kanker untuk dapat menyebabkan kelelahan.


(25)

1.3.3 Nyeri

Nyeri merupakan gejala awal beberapa kanker seperti kanker tulang atau kanker testis. Sakit kepala yang tidak hilang atau menjadi lebih baik dengan pengobata merupakan gejala dari tumor otak. Nyeri punggung dapat merupakan gejala dari kanker usus besar, rektum, atau ovarium. Paling sering nyeri akibat kanker berarti telah menyebar atau bermetastasis dari mana kanker dimulai.

1.3.4 Perubahan kulit

Seiring dengan kanker kulit, beberapa kanker lainnya dapat menyebabkan perubahan kulit yang dapat dilihat. Tanda-tanda dan gejala termasuk: kulit yang tampak gelap (hiperpigmentasi), kulit dan mata berwarna kekuningan (jaundice), kulit kemerahan (eritema), gatal (pruritus), dan pertumbuhan rambut yang berlebihan.

1.3.5 Perubahan pola buang air besar atau fungsi kandung kemih

Sembelit jangka panjang, diare, atau perubahan ukuran tinja mungkin merupakan tanda dari kanker usus besar. Nyeri saat buang air kecil, darah dalam urin, atau perubahan fungsi kandung kemih, seperti perlu buang air lebih sering dari biasanya dapat dikaitkan dengan kandung kemih atau kanker prostat.

1.3.6 Luka yang tidak kunjung sembuh

Kanker kulit dapat berdarah dan terlihat seperti luka yang tidak kunjung sembuh. Sebuah luka yang tidak kunjug sembuh di mulut bisa menjadi kanker mulut. Hal ini harus ditangani dengan segera, terutama pada orang yang merokok, mengunyah tembakau, atau sering minum alkohol. Luka pada penis atau vagina dapat berupa tanda-tanda infeksi atau kanker dini.


(26)

1.3.7 Bintik-bintik putih di lidah dan mulut

Bercak putih di dalam mulut dan bintik-bintik putih di lidah mungkin leukoplakia. Leukoplakia adalah daerah pra-kanker yang disebabkan oleh sering iritasi. Hal ini sering disebabkan oleh merokok atau penggunaan tembakau lainnya. Orang yang merokok pipa atau menggunakan tembakau beresiko tinggi untuk leukoplakia. Jika tidak diobati, leukoplakia bisa menjadi kanker mulut.

1.3.8 Perdarahan

Perdarahan yang tidak biasa bisa terjadi pada kanker dini atau lanjut. Batuk darah di sputum merupakan tanda dari kanker paru-paru. Darah dalam tinja yang dapat terlihat seperti tinja sangat gelap atau hitam bisa menjadi tanda dari usus besar atau kanker rektum. Kanker serviks atau endometrium dapat menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Darah dalam urin merupakan tanda dari kandung kemih atau kanker ginjal. Darah yang keluar dari puting tanda kanker payudara.

1.3.9 Benjolan

Banyak kanker dapat dirasakan melalui kulit. Kanker ini kebanyakan terjadi pada payudara, testis, kelenjar getah bening (kelenjar), dan jaringan lunak tubuh. Sebuah benjolan atau penebalan merupakan tanda awal atau akhir dari kanker. Kanker payudara muncul dengan kulit merah atau menebal serta adanya tonjolan.

1.4 Pencegahan kanker

Beberapa tahun terakhir ahli medis maupun para peneliti telah menempatkan penekanan yang lebih besar pada pencegahan primer dan sekunder.


(27)

Pencegahan primer bersangkutan dengan mengurangi risiko kanker pada orang sehat sedangkan pencegahan sekunder melibatkan deteksi dan skrining untuk mencapai diagnosis dini dan intervensi yang cepat untuk menghentikan proses kanker (Hinkle & Cheever, 2013). Beberapa hal yang dapat mencegah kanker, yaitu :

1.4.1 Pencegahan primer

Dengan mengakui sisi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendidik masyarakat tentang risiko kanker, perawat di semua bidang memainkan peran kunci dalam pencegahan kanker. Membantu pasien untuk menghindari karsinogen diketahui adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko kanker. Cara lain yaitu dengan melibatkan perubahan gaya hidup dimana penelitian menunjukkan perubahan pengaruh pada risiko kanker. Beberapa uji klinis telah dilakukan untuk mengidentifikasi obat yang dapat membantu untuk mengurangi kejadian tertentu jenis kanker. Sebuah studi pencegahan kanker payudara didukung oleh National Cancer Institute telah dilakukan di beberapa pusat kesehatan di seluruh negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat tamoxifen dapat mengurangi kejadian kanker payudara sebesar 49% pada wanita pascamenopause diidentifikasi sebagai berisiko tinggi untuk kanker payudara. Perawat dapat menggunakan konseling serta keterampilan mereka untuk mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam program pencegahan kanker dan untuk mempromosikan gaya hidup sehat (Hinkle & Cheever, 2013).


(28)

1.4.2 Pencegahan sekunder

Pemahaman berkembang tentang peran genetika dalam pembangunan sel kanker telah memberikan kontribusi terhadap upaya pencegahan dan pemeriksaan. Individu yang mewarisi mutasi genetik tertentu memiliki peningkatan kerentanan terhadap kanker. Sebagai contoh, individu yang memiliki keluarga adenomatosis poliposis memiliki peningkatan risiko untuk kanker usus besar. Untuk memberikan pendidikan individual dan rekomendasi untuk terus pengawasan dan perawatan pada populasi berisiko tinggi, perawat perlu mengikuti perkembangan berkelanjutan di bidang genetika dan kanker. Banyak pusat kanker seluruh negeri yang menawarkan evaluasi risiko kanker, program yang inovatif dalam menyediakan skrining dan tindak lanjut untuk individu yang ditemukan berada pada risiko tinggi untuk kanker.

Kesadaran masyarakat tentang perilaku untuk meningkatkan kesehatan dapat ditingkatkan dalam berbagai cara yaitu dengan pendidikan kesehatan dan program pemeliharaan kesehatan yang disponsori oleh organisasi masyarakat. Meskipun program pencegahan primer dapat fokus pada bahaya penggunaan tembakau atau pentingnya gizi sedangkan program pencegahan sekunder dapat mempromosikan pemeriksaan payudara serta pemeriksaan dini. Banyak organisasi melakukan kegiatan skrining kanker yang berfokus pada kanker dengan tingkat insiden tertinggi atau mereka yang telah meningkatkan kelangsungan hidup jika didiagnosis dini, seperti payudara atau kanker prostat (Hinkle & Cheever, 2013).


(29)

1.5 Penatalaksanaan

Pilihan pengobatan yang ditawarkan untuk pasien kanker harus didasarkan pada tujuan yang realistis dan dapat dicapai untuk setiap jenis kanker tertentu. Berbagai tujuan pengobatan yang mungkin yaitu mencakup penyembuhan, memperpanjang kelangsungan hidup, penahanan pertumbuhan sel kanker, atau menghilangkan gejala terkait dengan penyakit. Menurut Hinkle dan Cheever (2013) penatalaksanan penyakit kanker, meliputi :

1.5.1 Pembedahan

Operasi pengangkatan seluruh kanker merupakan pilihan yang ideal dan paling sering digunakan sebagai metode pengobatan. Pendekatan bedah tertentu, mungkin berbeda untuk beberapa alasan. Operasi diagnostik adalah metode definitif untuk mengidentifikasi karakteristik seluler yang mempengaruhi semua keputusan pengobatan. Pembedahan merupakan metode primer dalam pengobatan, atau mungkin profilaksis, paliatif, atau rekonstruktif.

1.5.2 Terapi radiasi

Dalam terapi radiasi, radiasi pengion digunakan untuk mengganggu pertumbuhan sel. Lebih dari setengah pasien kanker menerima bentuk terapi radiasi di beberapa titik selama pengobatan. Radiasi dapat digunakan untuk mengobati kanker, seperti pada penyakit Hodgkin, testis seminoma, karsinoma tiroid, kanker lokal dari kepala dan leher, dan kanker serviks. Terapi radiasi juga dapat digunakan untuk mengontrol penyakit ganas ketika tumor tidak dapat diangkat melalui pembedahan atau ketika metastasis nodal lokal ini, atau dapat digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah infiltrasi leukemia ke otak atau


(30)

sumsum tulang belakang. Terapi radiasi paliatif digunakan untuk meringankan gejala penyakit metastatik, terutama ketika kanker telah menyebar ke otak, tulang, atau jaringan lunak, atau untuk mengobati keadaan darurat onkologi, seperti superior vena cava syndrome atau kompresi sumsum tulang belakang.

Dua jenis pengion sinar radiasi elektromagnetik (sinar-x dan sinar gamma) dan partikel (elektron partikel beta, proton, neutron, dan partikel alpha), dapat menyebabkan gangguan jaringan. Kebanyakan gangguan jaringan berbahaya adalah perubahan molekul DNA dalam sel-sel dari jaringan. Radiasi pengion heliks DNA, menyebabkan kematian sel. Radiasi pengion juga dapat mengionisasi konstituen cairan tubuh, terutama air, yang mengarah pada pembentukan radikal bebas dan ireversibel merusak DNA. Jika DNA tidak mampu memperbaiki, sel akan mati segera atau mungkin memulai membunuh sel (apoptosis).

1.5.3 Kemoterapi

Pada kemoterapi, agen antineoplastik digunakan dalam upaya untuk menghancurkan sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi sel dan reproduksi. Kemoterapi digunakan terutama untuk mengobati sistemik penyakit daripada lesi yang lokal dan untuk operasi atau radiasi. Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi atau terapi radiasi, atau keduanya, untuk mengurangi ukuran tumor sebelum operasi, untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa pasca operasi, atau untuk mengobati beberapa bentuk leukemia. Tujuan dari kemoterapi penyembuhan, kontrol, dan paliatif harus realistis karena mereka akan menentukan obat yang akan digunakan dan agresivitas rencana pengobatan. Sel membunuh dan siklus sel setiap kali tumor terkena agen kemoterapi, persentase


(31)

sel tumor 20% sampai 99%, tergantung pada dosis hancur. Dosis berulang kemoterapi diperlukan lebih dari satu waktu lama untuk mencapai regresi tumor. Pemberantasan 100% dari tumor hampir mustahil, tapi tujuan pengobatan adalah untuk memberantas tumor sehingga sel tumor yang tersisa dapat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.

1.5.4 Transplantasi sumsum tulang

Meskipun operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi telah meningkatkan kelangsungan hidup untuk pasien kanker, banyak kanker yang awalnya mengalami kekambuhan. Hal ini berlaku dari kanker hematologi yang mempengaruhi sumsum tulang dan tumor padat kanker diobati dengan dosis yang lebih rendah dari antineoplastics untuk mengampuni sumsum tulang dari yang lebih besar, dosis ablatif kemoterapi atau terapi radiasi. Peran transplantasi sumsum tulang (BMT) untuk keganasan serta beberapa penyakit non ganas terus berkembang. Proses untuk memperoleh sel donor telah berkembang selama beberapa tahun. Sel donor dapat diperoleh dari jaringan sumsum tulang di bawah anestesi umum di ruang operasi.

Sebuah metode baru, yang disebut sebagai transplantasi sel induk darah perifer (PBSCT), sudah digunakan secara luas. Metode pengumpulan menggunakan apheresis dari donor untuk mengumpulkan sel yang akan reinfusi. Hal ini dianggap lebih aman dan lebih efektif. Alogenik BMT digunakan terutama untuk penyakit sumsum tulang, tergantung pada ketersediaan leukosit dan antigen yang cocok untuk donor. Keuntungan untuk alogenik BMT adalah bahwa transplantasi sel-sel tidak harus toleran terhadap keganasan dan immunologi


(32)

pasien. Penerima harus menjalani dosis ablatif dari kemoterapi dan mungkin jumlah iradiasi tubuh untuk menghancurkan semua yang ada. Donor dipanen kemudian sumsum diinfuskan secara intravena ke penerima dan perjalanan ke situs dalam tubuh di mana ia menghasilkan sumsum tulang dan menetapkan sendiri. Ini pembentukan sumsum tulang baru yang dikenal sebagai engraftment. Setelah engraftment selesai 2 sampai 4 minggu, sumsum tulang baru menjadi fungsional dan mulai memproduksi sel-sel darah merah, leukosit, dan trombosit.

1.5.5 Terapi gen

Kemajuan teknologi dan informasi yang diperoleh melalui penelitian genetika telah membantu peneliti dan dokter dalam memprediksi, mendiagnosis, dan mengobati kanker. Terapi gen termasuk pendekatan yang memperbaiki cacat genetik atau memanipulasi gen untuk menginduksi kerusakan sel tumor dengan harapan mencegah atau memerangi penyakit. Sel somatik yaitu sel yang tidak terkandung dalam embrio atau dijadikan untuk menjadi terapi gen pada sel telur atau sperma. Jenis terapi melibatkan penyisipan dari gen diinginkan ke dalam sel target. Meskipun terapi gen saat diteliti, peneliti memprediksi itu akan memiliki dampak besar pada perawatan medis dan kesehatan di abad ke-21. Lebih dari 100 uji klinis untuk terapi gen dalam mengobati kanker telah dimulai. Contoh dari salah satu percobaan tersebut melibatkan memasukkan gen supresor tumor p53 dalam sel-sel kanker. Biasanya gen ini bertanggung jawab untuk memperbaiki yang rusak sel atau menyebabkan kematian sel ketika sel tidak dapat diperbaiki. Banyak jenis sel kanker telah bermutasi gen p53 yang kemudian mengarah pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Penyisipan gen p53 yang normal dapat


(33)

menyebabkan baik kematian sel kanker atau memperlambat pertumbuhan tumor. Pendekatan ini telah diuji pada kanker paru-paru, kepala dan leher, dan kanker usus besar.

2. Perawatan Paliatif 2.1 Pengertian

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau yang mengancam jiwa, seperti kanker. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup yang baik bagi seseorang yang memiliki hambatan untuk terus hidup akibat suatu penyakit dan memberikan dukungan bagi keluarga (National Cancer Institute, 2010).

World Health Organization (2010) menyatakan bahwa perawatan paliatif

merupakan perawatan total secara aktif bagi tubuh, pikiran, dan jiwa serta melibatkan pemberian dukungan kepada keluarga. Hal ini dimulai ketika penyakit didiagnosis dan terlepas dari pasien menerima atau tidak menerima pengobatan yang diarahkan pada penyakit.

Menurut Becker, (2009) perawatan paliatif merupakan perawatan yang aktif dan holistik dan diberikan sejalan dengan kemajuan penyakit. Perawatan paliatif diberikan dari awal penyakit didiagnosis, menjalani pengobatan, serta kematian dan proses berkabung. Perawatan paliatif mencakup bagaimana memanajemen gejala dan nyeri, memberikan dukungan sosial dan spiritual.

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai dengan efektif dengan mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak nyaman seperti


(34)

kelelahan, dyspnea, mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi, kebingungan, serta menyediakan psikologis dan perawatan spiritual dari awal di diagnosis dan terus sepanjang seluruh program pengobatan dalam kehidupan pasien. Perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha untuk membimbing dan membantu pasien serta keluarga dalam membuat keputusan yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative Care Australia, 2014).

2.2 Prinsip Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif harus tersedia bagi semua orang terlepas dari penyakit mereka. Penyediaan pelayanan harus memiliki fokus tim multidisiplin dan memastikan kesinambungan perawatan bagi pasien dan keluarga. Becker (2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif meliputi :

2.2.1 Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.

Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan menghormati keinginan pasien dan keluarga. Berkonsultasi dengan keluarga mengenai rencana perawatan harus menghormati pasien yang sedang sakit dimulai dari awal diagnosa sampai pada tahap pengobatan. Sesuai dengan prinsip menghormati, informasi tentang perawatan paliatif harus tersedia dan keluarga dapat memilih untuk memulai rujukan untuk program perawatan paliatif. Kebutuhan keluarga juga harus diperhatikan baik selama sakit dan setelah kematian pasien untuk mempersiapkan kemampuannya dalam menghadapi cobaan hidup.


(35)

2.2.2 Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas.

Petugas kesehatan harus memberikan kesempatan kepada terapi untuk mengurangi rasa sakit dan gejala fisik lainnya, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi tersebut mencakup pendidikan, konseling keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dukungan spiritual untuk keluarga dan serta perawatan menjelang kematian.

2.2.3 Mendukung pemberi perawatan (caregiver)

Pelayanan perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan paliatif, rekan kerja dan institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian. Dukungan dari institusi seperti konseling rutin dengan ahli psikologi.

2.2.4 Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif. Peraturan, keuangan, dan pengetahuan sering menjadi hambatan keluarga untuk mendapatkan kesempatan untuk layanan perawatan paliatif. Pendidikan tenaga profesional dan masyarakat dapat mendorong kesadaran perlunya nilai dan perawatan paliatif sehingga hal ini diupayakan untuk mengatasi hambatan dalam memberikan perawatan paliatif. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan perawatan dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk mempersiapkan serta memperbaiki hambatan secara ekonomi.

2.2.5 Pengembangan perawatan paliatif melalui penelitian dan pendidikan. Penelitian klinis mengenai efektivitas dan manfaat dari intervensi perawatan paliatif dan model penyediaan layanan harus dipromosikan. Selain itu,


(36)

informasi tentang perawatan paliatif yang sudah tersedia harus efektif disebarkan dan dimasukkan ke dalam pendidikan dan praktek klinis.

2.3 Tim perawatan paliatif

Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi multidisiplin dan biasanya mencakup seorang dokter dan perawatan senior bersama dengan satu atau lebih pekerja sosial dan ahli agama, sebagai tambahan tim tersebut dibantu teman sejawat dari gizi dan rehabilitasi, seperti fisioterapis atau petugas terapi okupasi dan terapis pernafasan (Campbell, 2013).

Karena tidak ada satu orang dapat memberikan semua yang diperlukan dalam memberikan dukungan bagi pasien dan keluarga, perawatan paliatif adalah perawatan yang terbaik dengan menggunakan pendekatan multidisipliner. Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, pekerja sosial beserta dengan apoteker, ahli gizi, pendeta, dan profesional medis lainnya. Anggota tim paliatif juga mencakup pasien dan atau pengasuh keluarganya. Tim perawatan paliatif bekerjasama dengan pengasuh keluarga, dokter yang biasa menangani anggota keluarga, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien (Center to Advance Palliative Care, 2013).

Menurut Pamela (2005) fokus dari tim perawatan paliatif adalah dukungan tim, perawatan berkualitas, dan memastikan kesinambungan perawatan untuk pasien dan keluarga dari rumah sakit ke rawat jalan, dan kunjungan rumah. Dalam memberikan perawatan paliatif, tim paliatif memiliki standar yaitu harus mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang baik dalam masa perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang konsisten dalam


(37)

mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli dan menyediakan perawatan paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam setahun (American Academy of Pediatric, 2000).

Pendekatan 24 jam dalam 7 hari untuk perawatan pasien dengan kebutuhan perawatan paliatif dihargai oleh keluarga, keluarga merasa lebih menjalin hubungan yang erat dengan para tenaga profesional sehingga lebih mudah untuk berbicara mengenai hal-hal yang sulit (Maynard & Lynn, 2014).

2.4Tempat perawatan paliatif

Menurut Hockenberry, Wilson, & Wong (2013) pasien dengan penyakit kronis progresif awalnya menerima layanan perawatan paliatif sebagai koordinasi pelayanan antara pasien rawat jalan dan dokter yang diberikan oleh lembaga masyarakat di rumah. Keadaan lokasi perawatan penyakit penting untuk memfokuskan pada intervensi yang membahas semua aspek pasien dan kenyamanan keluarga. Hal ini memerlukan perhatian untuk kenyamanan fisik pasien dan kebutuhan sosial, emosional dan spiritual pasien serta keluarga. Berdasarkan hasil keputusan oleh pasien dan keluarga mengenai keinginan untuk perawatan, ada beberapa pilihan untuk tempat perawatan yang dapat dipilih keluarga, meliputi :

2.4.1 Dirumah sakit

Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk menerima perawatan jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil. Perawatan di rumah bukanlah suatu pilihan jika kondisi pasien dalam keadaan sakit dan memerlukan pengawasan yang ketat. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap


(38)

berada di rumah sakit untuk perawatan terminal pada pasien maka pengaturan kamar harus dibuat seperti keadaan di rumah. Selain itu, dalam memberikan perawatan harus ada rencana yang konsisten dan terkoordinasi dengan melibatkan keluarga.

2.4.2 Dirumah

Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga mereka ke rumah dengan menerima jasa perawatan di rumah. Umumnya layanan ini memerlukan jadwal kunjungan perawatan untuk memberikan pengobatan, peralatan yang dibutuhkan, atau persediaan obat-obatan. Perawatan di rumah adalah pilihan yang paling sering dipilih oleh keluarga karena pandangan tradisional yang mengharuskan penderita kanker yang memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan maka harus dirawat dekat dengan keluarga.

2.4.3 Di Hospice care

Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan diri

dalam kasus kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice care dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap kematian sebagai proses yang alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk pengelolaan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual penderita kanker serta keluarga. Layanan di hospice care menyediakan home visit dan kunjungan dari pekerja sosial, pemuka agama, dan dokter. Obat-obatan, peralatan medis dan apapun yang diperlukan semua sudah dikoordinasikan oleh organisasi rumah sakit pemberi perawatan.


(39)

2.4 Peran perawat

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan untuk keluarga di seluruh penyakit penderita kanker, mengelola gejala (Mackenzie & Mac Callam, 2009), menyediakan perawatan yang cukup dan membantu dalam proses berkabung saat pasien meninggal (Davies, 2003). Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat paliatif meliputi :

2.5.1 Praktik di klinik

Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim profesional lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprenhensif. Perawat mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai dengan aturan di rumah sakit.

2.5.2 Pendidik

Perawat memahami filosofi yang komplek, etik dan diskusi dalam membantu pasien dan keluarga di dalam penatalaksanaan pasien di klinik sehingga semua tim perawatan dapat mencapai hasil yang baik. Perawat menunjukkan dasar keilmuannya yang meliputi mengatasi nyeri nueropatik, potensi jika terjadi konflik peran dengan profesi lainnya, mengatasi rasa beduka dan kehilangan. Perawat pendidik serta tim perawatan lainnya seperti farmasi, sesuai dengan pedoman dari tim perawatan paliatif maka memberikan perawatan yang khusus dalam mengunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropati yang sulit diatasi.


(40)

2.5.3 Peneliti

Perawat menghasilkan pengetahuan dari hasil sebuah penelitian dan terbukti dalam praktek. Perawat menyelidiki dengan strategi penelitian terpadu dalam pelayan paliatif misalnya penggunaan obat-obatan intravena dalam mengatasi nyeri neuropati.

2.5.4 Kolaborator

Perawat melakukan pengkajian untuk mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta intervesinya. Perawat membangun hubungan kolaborasi dengan profesi lainnya dengan mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam pelayanan, dokter dan perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga, tim profesional dan tenaga profesional lainnya dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.

2.5.5 Konsultan

Perawat berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter, tim perawatan paliatif, dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Dengan mempertahankan kehadiran yang konsisten dengan pasien dan keluarga dan dengan tim perawatan paliatif lainnya, perawat membantu meminimalkan konflik dalam pengambilan keputusan.

2.3 Studi Fenomenologi

Penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk menggali persepsi manusia dengan berbagai fenomena pengalaman hidup manusia, sehingga penelitian


(41)

kualitatif sangat relevan untuk digunakan pada bidang keilmuan (Streubert & Carpenter, 2013). Salah satu pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah pendekatan fenomenologi. Metode ini merupakan suatu pendekatan untuk menggali makna dari gambaran pengalaman hidup seseorang (Streubert & Carpenter, 2013).

Creswell (2012) menyatakan bahwa studi fenomenologi bertujuan untuk mempelajari, mengembangkan atau menemukan pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam memberikan makna atau menginterpretasikan berdasarkan beberapa hal yang berarti bagi manusia. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk memahami arti peristiwa dan menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012).

Pendekatan fenomenologi terdiri dari dua jenis yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif (Beck, 2013). Jenis fenomenologi yang pertama adalah fenomenologi deskriptif, dikembangkan oleh Husserl pada tahun 1962. Jenis penelitian ini menekankan pada deskripsi tentang pengalaman yang dialami oleh manusia. Penelitian ini memiliki empat langkah, yaitu bracketing,


(42)

Langkah pertama yaitu bracketing. Bracketing adalah proses mengidentifikasi dan mengurungkan keyakinan yang terbentuk sebelumnya serta opini yang objektif tentang fenomena yang diteliti. Bracketing adalah tidak mencampurkan asumsi, pikiran atau opini-opini peneliti kedalam fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2013).

Langkah selanjutnya adalah intuiting. Intuiting yaitu memulai kontak dan memahami fenomena yang diteliti, dengan mendengar, melihat, berimajinasi dan peka terhadap adanya variasi fenomena. Pada tahap intuiting peneliti masuk secara total kedalam peristiwa atau data dan mencoba memahami peristiwa (Streubert & Carpenter, 2013).

Pada tahap berikutnya adalah analyzing. Pada tahap ini peneliti mengindentifikasi arti atau makna dari fenomena yang telah digali atau mengeksplor hubungan serta keterkaitan antar fenomena yang diteliti dengan fenomena lain yang berkaitan (Streubert & Carpenter, 2013).

Langkah terakhir yaitu describing. Describing merupakan suatu upaya mendeskripsikan, mengartikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Peneliti membuat narasi yang luas dan mendalam tentang fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2013).

Proses analisis data untuk fenomenlogi deskriptif adalah Collaizi, Giorgi, dan Van Kaam. Ketiga fenenomenologis tersebut berpedoman pada filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena (Beck, 2013)


(43)

Jenis fenomenologi yang kedua adalah fenomenologi interpretif. Fenomenologi interpretif dikembangkan oleh Heidegger. Jenis penelitian ini menekankan pada pemahaman dan penafsiran, tidak sekedar deskripsi pengalaman manusia. Penelitian interpretif bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam dunia partisipan (Beck, 2013).

Fenomenologis yang berpedoman pada fenomenologi interpretif adalah Van Manen. Van Manen menekankan bahwa pendekatan fenomenologi tidak terpisah dari praktik menulis. Penulis hasil analisa kualitatif merupakan suatu upaya untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti yang dituangkan dalam bentuk teks tertulis. Teks tertulis yang dibuat oleh peneliti harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van Manen juga mengatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga diperoleh dari sumber artistik lain seperti literatur, musik, lukisan, dan seni lainnya yang dapat menyediakan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena (Beck, 2013).

Sumber data dalam studi fenomenologi berasal dari perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).


(44)

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012).

Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses analisa data. Collaizi (1978 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan ada tujuh langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa data tersebut meliputi (1) membaca transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka; (2) meninjau setiap transkrip dan menarik peryataan yang signifikan; (3) menguraikan makna dari setiap pernyataan yang signifikan dan memilih kata kuncinya; (4) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema; (5) mengintegrasikan kedalam bentuk transkrip; (6) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan; (7) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir.

Penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integritas dalam proses penelitiannya, sehingga perlu diperiksa bagaimana tingkat keabsahan data pada penelitian kualitatif termasuk fenomenologi. Lincoln dan Guba (1985 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan 4 kriteria yaitu: (1) credibility (dapat dipercaya); (2) dependability (konsisten); (3)


(45)

confirmability (persetujuan relevansi); dan (4) transferability (bisa digunakan pada konteks lain).

Credibility meliputi keyakinan terhadap kebenaran data dan

interpretasinya. Kredibilitas yang tinggi tercapai jika partisipan yakin dan mengenali dengan benar tentang hal-hal yang diceritakannya. Tujuan prosedur ini adalah untuk memvalidasi keakuratan hasil laporan transkrip kepada partisipan terhadap apa yang telah diceritakan tentang pengalamannya.

Dependability merupakan suatu bentuk kestabilan data pada setiap waktu

dan kondisi. Dependability dilakukan dengan melibatkan pembimbing penelitian atau pakar penelaahan data. Pembimbing merupakan eksternal viewer yang berfungsi untuk memeriksa hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti.

Confirmability mengandung makna bahwa sesuatu hal dinilai secara

objektif dan netral, dimana ada beberapa orang independen yang menilai data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Prinsip confirmability dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian berupa tema-tema yang telah didapatkan kepada ahli dalam penelitian ini yaitu pembimbing.

Transferability merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan

derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan pada setting dan kelompok yang berbeda pada populasi yang sama. Seorang peneliti harus dapat menyediakan deskripsi data dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti pada laporan penelitiannya sehingga pengguna lainnya dapat mengevaluasi data kedalam konteks yang lain.


(46)

BAB 3

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi.Fenomenologi yaitu metode yang berfokus pada penemuan fakta terhadap suatu fenomena sosial dan berusaha memahami tingkah laku manusia berdasarkan perspektif partisipan (Streubert & Carpenter, 2013).Fokus dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya.Peneliti fenomenologi mempercayai pengalaman hidup memberi arti pada setiap persepsi mengenai satu bagian fenomena (Polit & Beck, 2012).

Penelitan ini menggunakan jenis fenomenologi deskriptifyang dikemukakan oleh Husserl, dimana peneliti menggali atau mengekplorasi langsung, menganalis serta mendeskripsikan fenomena pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.Fenomenologi deskriptif berfokus untuk mengetahui gambaran suatu fenomena. Pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker. 2. Partisipan

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan

menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah


(47)

(1)perawat yang ikut dalam tim perawatan paliatif, (2) komunikatif, dan (3) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian.

Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah sembilan orang.Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai mencapai saturasi data (Polit & Beck, 2012).Pada penelitian ini sudah terjadi saturasi data saat partisipan kesembilan.

3. Lokasi dan waktu penelitian 3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Murni Teguh Medan dengan pertimbangan, rumah sakit ini merupakan tempat perawatan paliatif pada pasien kanker dimana dalam tim perawatan paliatif salah satunya adalah perawat dan di rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker.

3.2 Waktu penelitian

Penelitian dimulai dari April 2015 sampai dengan Juni 2015, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.

4. Pertimbangan etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Dalam penelitian


(48)

ini juga dilakukan ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon partisipan bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.

Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolakuntuk diwawancarai dan menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalampenelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidakmencantumkan nama dari partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat denganinisial. Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanyainformasi yang diperlukan saja yang akan dituliskan dan dicantumkan dalampenelitian. 5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian. Pertama merupakan Kuesioner Data Demografi,yang berisi pernyataanmengenai data umum partisipan meliputi inisial, usia, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan terakhir dan masa bekerja partisipan (lihat Lampiran 3).

Instrumen kedua merupakan panduan wawancara. Panduan wawancara ini berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara ini berisi enam pertanyaan yang diajukan seputar pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada


(49)

pasien kanker (lihat Lampiran 4). Instrumen panduan wawancara ini telah divalidasi oleh tiga dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang pakar di bidang perawatan paliatif. Hasil dari validasi pertanyaan tersebut didapatkan lima pertanyaan yang dibuat peneliti telah clear, credible dan relevant dengan judul penelitian.

6. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti meminta izin RS Murni Teguh Medan untuk melakukan penelitian dan setelah diizinkan pihak RS Murni Teguh Medan.

Selanjutnya, peneliti mengambil data perawat yang memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker untuk memperoleh data calon partisipan.Peneliti kemudian melakukan pilot study. Pilot study dilakukan dengan cara mewawancarai seorang perawat yang memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni Teguh. Pilot study pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif.

Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan. Proses wawancara dimulai dengan melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan dengan pertemuan minimal tiga kali kepada partisipan agar memiliki keterkaitan, saling akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Prolonged engagement yang dilakukan


(50)

peneliti sangat singkat hanya sekitar 1 kalikepada setiap partisipan hal ini menyebabkan kurang keterkaitan antara peneliti dengan partisipan dan partisipan merasa kurang akrab dengan peneliti sehingga informasi yang disampaikan masih belum diberitahukan secara lebih lengkap.

Langkah selanjutnya peneliti memperkenalkan diri serta maksud dari penelitian kepada partisipan. Setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai maka partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-depth interview.

In-depth interview adalah salah satu cara pengumpulan data melalui

percakapan dan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektifitas yang dipahami oleh individu (Polit & Beck, 2012). Pada metode ini peneliti dan partisipan bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan di Rumah Sakit Murni Teguh.

Wawancara dilakukan sekitar45 menit.Pada penelitian ini semua partisipan dilakukan wawancara dengan 1 kali pertemuan. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti dalam mengumpulkan informasi. Kemudian peneliti melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan teknik probing. Peneliti menggunakan alat perekamuntuk merekam wawancara.


(51)

Langkah selanjutnya adalah peneliti membuat transkrip hasil wawancara setiap kali selesai melakukan wawancara.Penelitimengelompokan data dan menguraikan data kedalam bentuk narasi kedalambentuk tema, sub tema dan kategori. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan kepada sembilan partisipan.

Kesulitan yang peneliti hadapi adalah menunggu surat ijin pengumpulan data dari rumah sakit Murni Teguh dan sebelumnya, peneliti juga sempat salah dalam menentukan rumah sakit tempat dilakukannya penelitian, sehingga peneliti harus mengajukan kembali surat ijin pengumpulan data dan harus menunggu sekitar dua minggu dari pengajuan. Hal ini lah yang membuat peneliti mengalami kesulitan untuk memulai penelitian. Setelah surat tersebut diserahkan kepada kepala ruangan unit perawatan paliatif, akhirnya beliau memberikan masukan terhadap peneliti untuk mengubah judul penelitian yaitu perawatan paliatif pada anak dengan leukemia menjadi perawatan paliatif pada pasien kanker karena di rumah sakit Murni Teguh perawatan paliatif yang diberikan belum terfokus pada jenis penyakit dan masih dilakukan kepada pasien secara umum.

Saat melakukan kontrak waktu dengan partisipan, partisipan yang ada berjumlah sembilan orang dan hanya tiga orang bertugas di rumah sakit dan yang lainnya berada di home care sehingga salah seorang partisipan membantu untuk menginformasikan maksud dan tujuan penelitian kepada partisipan lainnya yang berada di home care. Partisipan tersebut juga membantu membuat jadwal penelitian karena beliau yang tahu jadwal partisipan lainnya yang bertugas di


(52)

Hambatan lain yang ditemukan peneliti adalah pada saat mewawancarai partisipan kelima. Selama dilakukan wawancara partisipan tersebut duduk di kursi kerja beroda sehingga partisipan tersebut bergerak ke samping kanan dan kiri sehingga memancing tawa peneliti namun peneliti mencoba untuk tetap fokus dan konsentrasi. Selain itu, partisipan keempat ketika dilakukan wawancara pernyataan yang diungkapkan beberapa hal ada yang pendek dalam menjawab pertanyaan peneliti. Akhirnya peneliti mencari solusi dengan cara menyederhanakan kalimat pertanyaan dan mencoba menanyakan kembali hal yang belum jelas menurut peneliti.

7. Analisa data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Polit & Beck, 2012).

Proses analisa data dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara, kemudian transkrip tersebut dibaca berulang kali atau dilakukan seleksi data satu persatu (kata perkata). Peneliti menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012) dalam menganalisa data karena metode ini memberikan langkah-langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana. Ini adalah salah satu metode yang


(53)

umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi. Proses analisa data dalam penelitian ini meliputi:

1. Membaca berulang-ulang seluruh pernyataan-pernyataan partisipan, hal ini dilakukan untuk menemukan pernyataan-pernyataan atau informasi yang bermakna tentang perawatan paliatif pada pasien kanker.

2. Meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang menyinggung tentang pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh.

3. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil pengertiannya.

4. Mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema. Dalam langkah ini, peneliti mengidentifikasi tema dari makna yang diformulasikan kedalam kelompok sub tema dan kategori.

5. Mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi. Dalam analisis ini, deskripsi mendalam tentang pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di Rumah Sakit Murni Teguh diperoleh, yaitu integrasi narasi dari semua tema, sub tema dan kategori.

6. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin.

7. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir. Dalam langkah ini peneliti memvalidasi hasil matriks tema yang didapat kepada perwakilan partisipan sebanyak 5 orang. Dari hasil validasi, partisipan


(54)

menyatakan hasil yang didapat pada penelitian ini sudah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan.

8. Keabsahan data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility (dapat dipercaya),

transferability (bisa digunakan pada konteks lain), dependability (konsisten) dan

confirmability (persetujuan relevansi) (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck, 2012).

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi

nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Credibility pada penelitian ini dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement.

Prolonged engagementpada penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan

hanya 1 kali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti tidak memiliki cukup waktu untuk melakukann penelitian. Dengan demikian, antara peneliti dan partisipan kurang memiliki hubungan saling percaya dan kurang memiliki keterkaitan yang lama sehingga belum terjalinkeakraban antara peneliti dengan partisipan, hal ini menyebabkan informasi yang diperoleh masih kurang lengkap.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh

transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks tema.


(55)

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa data, membuat koding-koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat

diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama.Transferability pada penelitian ini dapat diterapkan jika kelompok lain dalam hal ini rumah sakit lain memiliki kesamaan mengenai perawatan paliatif.


(56)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni Teguh Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

2. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang. Kesembilan partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Para partisipan adalah perawat yang memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker. Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, agama, latar belakang pendidikan dan lama masa kerja. Dari kesembilan partisipan mayoritas partisipan berusia antara 23-30 tahun (n=6, 67% ), beragama Kristen Protestan (n=8, 89%), berjenis kelamin perempuan (n=8, 89%), berlatar belakang pendidikan D-III (n=5, 56%) dan memiliki pengalaman bekerja antara 4-12 bulan (n=8, 89%). Data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1.


(57)

Tabel 4.1

Karakteristik Partisipan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

22-30 tahun 6 67 31-40 tahun 3 33 Jenis kelamin

Perempuan 8 89 Laki-laki 1 11 Agama

Islam 1 11

Kristen Protestan 8 89 Latar pendidikan

D-III 5 56

S-1 4 44 Masa kerja

4-12 bulan 8 89

13-36 bulan 1 11

3. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni Teguh Medan.

Hasil penelitian ini mendapatkan 6 tema terkait pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien kanker di rumah sakit Murni Teguh Medan meliputi (1) dukungan, (2) manajemen nyeri, (3) kebutuhan psikologis, (4) kolaborasi, (5) peranan perawatan paliatif, dan (6) harapan dan kebutuhan. Matriks tema dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(58)

3.1 Dukungan.

Berdasarkan analisa data didapatkan ada dua bentuk dukungan yang diberikan partisipan kepada pasien kanker yaitu dukungan spiritual dan dukungan kepada keluarga.

A. Dukungan spiritual

Partisipan dalam penelitian ini menyarankan kepada pasien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dan lebih bersemangat dalam menghadapi penyakitnya serta menjelaskan kepada pasien bahwa hidup itu harus dijalani dan disyukuri sambil memasukkan sedikit kerohanian-kerohanian yang disesuaikan dengan agama pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut :

“Saya pernah menyarankan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, memberikan semangat untuk hidup, semangat untuk menghadapi penyakitnya seperti kanker ini”

(Partisipan 2)

“Menjelaskan sama mereka ya seperti masuk sedikit kerohanian

-kerohanian gitu ya kita lihat juga agamanya apa ya”

(Partisipan 5) “Kita bisa menjelaskan kepada si pasien bahwa hidup itu harus dijalani gitu bahwa apapun yang terjadi kita harus mensyukurinya, kembali ke agamanya masing-masing ya jadi kita bisa jelaskan juga perjalanan penyakitnya”

(Partisipan 7)

Partisipan lainnya memberikan dukungan yaitu mendampingi pasien dengan dibantu oleh pemuka agama yang disesuaikan dengan agama yang dianut oleh pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut :


(59)

“Jadi kita berikan untuk dekat kepada Tuhan kita berikan semangat untuk tetap mengandalkan Tuhan, walaupun obat apapun yang diberikan kalau tidak ijin Tuhan apapun tidak akan terjadi. Kalau perlu kita bisa panggil pemuka agama”

(Partisipan 8)

“Dari segi kristen misalnya dari sudut kristen ya kita dampingi mereka

gitu dan kalau misalnya pasiennya muslim ya kita ajak mereka untuk panggil ustad”

(Partisipan 9) B. Dukungan kepada keluarga.

Perawat memberikan dukungan dan penghiburan kepada keluarga agar keluarga tidak lebih dalam lagi merasakan duka dan keluarga juga dapat menerima keadaan anggota keluarganya yang sedang sakit. Perawat juga memotivasi keluarga dengan harapan agar keluarga dapat juga mengajak pasien berkomunikasi sehingga pasien tidak larut dalam kesedihannya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan berikut ini :

“Saya memberikan dukungan atau support kepada keluarga supaya

keluarga dapat menerima keadaannya”

(Partisipan 1) “Nah, kita sebagai perawat memberi support memberi dukungan, memberi ya seperti menghiburlah atau memberikan dukungan seperti agar mereka tidak lebih dalam lagi merasakan duka mereka gitu, karena

perjalanan hidup setiap orang pasti akan mengalaminya”

(Partisipan 3) “Bentuk motivasi yang kita lakukan ke keluarga ya kita harapkan keluarga bisa dekat dengan pasien mengajak pasien berkomunikasi

jangan biarkan pasien larut dalam kesedihannya”


(60)

3.2 Manajemen nyeri.

Empat partisipan mengatakan bahwa keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien kanker adalah nyeri. Perawat memanajemen nyeri yang dialami oleh pasien yaitu dengan mengkaji nyeri lalu mengatasi nyeri dengan tindakan non farmakologi.

A. Mengkaji nyeri.

Untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien harus dikenali dahulu jenis nyerinya, penyebabnya, letak nyeri yang dirasakan serta jumlah nyeri yang dialami pasien, seperti pernyataan di bawah ini :

“Untuk mengatasi nyerinya kita harus mengenali nyerinya itu apa, kemudian disebabkan oleh apa”

(Partisipan 1) “Mengatasi pasien itu supaya tidak ada rasa nyeri pada dia kita harus melakukan misalnya teknik napas dalam. kita ajarkan dulu dengan catatan kita harus bertanya dulu sama dia apa diamana dan berapa jumlah nyeri yang dirasakan”

(Partisipan 8) B. Tindakan non farmakologi

Perawat mengatasi nyeri yang dialami pasien dengan melakukan tindakan non farmakologi seperti mengompres dengan air hangat dan melakukan teknik relaksasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini :

“Ada keluhan lain seperti nyeri ya dengan menghilangkan nyeri terkadang dengan mengompres dengan air hangat”

(Partisipan 2) “Ya cara untuk mengatasi nyerinya dengan merelaksasikan pasiennya tergantung dari intensitas nyerinya”


(61)

3.3 Kebutuan psikologis

Perawat meningkatkan keadaan psikologis pasien kanker bertujuan untuk mengurangi stres dan pasien dapat menerima keadaannya secara keseluruhan baik keadaan saat sakit maupun keadaan kematiannya kelak.

A. Mengurangi stres

Untuk mengurangi stres yang dialami pasien perawat mengajak pasien berbicara, melakukan pendekatan secara emosi, serta memberikan motivasi yang dapat membangkitkan semangat pasien. Seperti yang diungkapkan di bawah ini :

“Terapi ringan itu contohnya memberi komunikasi terapeutik, memberi terapi mengajak berbicara”

(Partisipan 1)

Untuk mengatasi masalah psikologis dapat dengan memberikan komunikasi terapeutik. Hal ini sejalan dengan pernyataan ini :

“Kalau dengan cara psikologis itulah dengan komunikasi terapeutik seperti itu”

(Partisipan 2)

Agar komunikasi yang disampaikan dapat diterima oleh pasien maka perawat dapat melakukan pendekatan secara emosi kepada pasien, seperti merasakan apa yang dialami pasien dengan penyakit yang dialaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini :

“Pendekatan secara emosi dia ya kan. Contohnya apa sih yang dia alami apa sih yang dia rasakan dengan penyakitnya sekarang. Bagaimana dengan perasaannya terus apa yang dia pikirkan gitu”

(Partisipan 3)

Perawat memotivasi pasien dengan memberikan perhatian serta membuat pasien merasa bahwa ada yang memperhatikan serta memperdulikannya hal inilah


(62)

yang membangkitkan semangat yang ada pada diri pasien. Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini :

“Kita memberikan perawatan itu ya dia merasa kalau dirinya

diperdulikan bukan dikucilkan atau diasingkan jadi dia berfikir kalau masih ada orang yang care sama dia dan pasien tidak merasa kesepian meskipun penyakitnya sudah parah”

(Partisipan 4) “Perawatan paliatif ini kita berikan dia support terapi atau care kita kasilah yang paling penting kita beri sama dia bagaimana dia merasa hidupnya berarti, hidupnya masih ada berguna dan sekelilingnya memberi dia dukungan terutama keluarganya”

(Partisipan 9)

B. Pasien menerima secara keseluruhan.

Keseluruhan partisipan menyatakan bahwa dalam peningkatan keadaan psikologis pasien bertujuan agar pasien dapat menerima keadaannya dimulai saat awal sakitnya, perjalanan pengobatan serta kelak pada kematiannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini :

“Dia menerima apa itu penyakitnya, menerima dengan dirinya sendiri bagaimana”

(Partisipan 2) “Kalau misalnya pasiennya sudah menjelang kematian mereka sudah menerima dan pasiennya juga sudah menerima sakitnya. Memang dia sudah menerima”

(Partisipan 5) “Pasien kita itu bisa menerima keadaannya, bisa menerima keadaan penyakitnya dan juga menerima bahwa kehidupan dan kematian itu adalah hal yang normal”


(1)

85

Lampiran 10

TAKSASI DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1. PROPOSAL

 Biaya internet danpulsa modem  Kertas A4 80 gr @ 2 rim

 Sumber-sumberbukuuntukdaftarpustaka  Tinta print

 Fotocopymemperbanyak proposal  Sidang proposal

Rp. 100.000,- Rp. 80.000,- Rp. 300.000,- Rp. 80.000,- Rp. 50.000,- Rp. 150.000,- 2. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

Ethical clearancedarifakultaskeperawatan

 Fotocopy KDD danfield note  Fotocopyinformed consent  Cendramata

Rp. 150.000,- Rp. 25.000,- Rp. 15.000,- Rp. 150.000,- 3. PENGUMPULAN LAPORAN SKRIPSI

 Kertas A4 80 gr @ 1 rim  Fotocopymemperbanyakskripsi  Sidangskripsi

Rp. 40.000,- Rp. 150.000,- Rp. 180.000,-

4. Biayatakterduga Rp. 200.000,-


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

90

Lampiran 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wanda Elsa Pardede

Tempat/Tgl.lahir : Medan, 06 Oktober 1993 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Kuali no. 35a Ayahanda, Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Santo Thomas 4 Medan (2000-2006) 2. SMP Santo Thomas 1 Medan (2006-2009) 3. SMA Negeri 4 Medan (2009-2011) 4. Universitas Sumatera Utara (2011-sekarang)