Boleh mengajak orang lain ke rumah orang yang diyakini tidak merasa keberatan_2

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim: Aku mendengar suara
Rasulullah saw. sedemikian lemah. Aku tahu beliau lapar. Apakah engkau
mempunyai sesuatu? Ummu Sulaim menjawab: Ya! Lalu dia mengeluarkan
beberapa roti dari gandum. Kemudian ia mengambil kerudungnya dan
membungkus roti itu dengan sebagian kerudung lalu ia sisipkan di bawah
bajuku, sedangkan sebagian kerudung ia selendangkan kepadaku. Kemudian
ia menyuruhku pergi ke tempat Rasulullah saw. Aku pun berangkat
membawa roti berbungkus kerudung itu. Aku temukan Rasulullah saw.
sedang duduk di dalam mesjid bersama banyak orang. Aku menghampiri
mereka. Rasulullah saw. bertanya: Apakah Abu Thalhah menyuruhmu? Aku
menjawab: Ya, benar! Rasulullah saw. bertanya lagi: Untuk makan? Aku
menjawab: Ya! Rasulullah saw. bersabda kepada orang-orang yang bersama
beliau: Bangunlah kalian! Rasulullah saw. berangkat diiringi para sahabat
dan aku berjalan di depan mereka untuk segera memberitahu Abu Thalhah.
Maka berkatalah Abu Thalhah: Hai Ummu Sulaim! Rasulullah saw. telah
datang bersama banyak orang padahal kita tidak mempunyai makanan untuk
menyuguhi mereka. Ummu Sulaim menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu. Lalu Abu Thalhah menjemput Rasulullah saw. untuk datang dan beliau
masuk bersama Abu Thalhah. Rasulullah saw. bersabda: Wahai Ummu
Sulaim, bawalah ke sini apa yang engkau miliki! Ummu Sulaim datang

membawa roti tersebut. Lalu memeras wadah suaminya untuk lauk-pauk
roti. Kemudian Rasulullah saw. mendoakan makanan itu. Setelah itu beliau
bersabda: Biarkan sepuluh orang masuk! Abu Thalhah memanggil mereka
(sepuluh orang). Mereka makan sampai kenyang lalu keluar. Rasulullah saw.
bersabda: Biarkan sepuluh orang masuk lagi. Sepuluh orang berikutnya
masuk, makan sampai kenyang lalu keluar. Kembali Rasulullah saw.
bersabda: Suruhlah sepuluh orang masuk lagi. Demikian berlangsung terus
hingga semua orang makan dan kenyang padahal jumlahnya ada sekitar
tujuh puluh atau delapan puluh orang.
(Shahih Muslim No.3801)