Keselamatan bagi Orang orang yang Tidak

Keselamatan bagi Orang-orang yang Tidak Pernah Mendengarkan Injil
Penciptaan dihadapan Allah sangatlah sederhana karena Ia Maha Kuasa. Ia
menjadikan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, Ia menciptakan alam semesta dan
segala isinya dengan sangat amat baik (Kej 1:31). Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa
Allah memilih manusia dijadikan ciptaan yang serupa dengan gambar-Nya (Kej. 1:27)
sehingga manusia memiliki sifat-sifat Allah (Pencipta) yang direfleksikan ke dalam diri
ciptaan yang terbatas.
Allah Maha Kuasa sehingga manusia diberi kuasa untuk mengelolah bumi dan segala
isinya, Allah Maha Baik sehingga manusia memiliki nilai-nilai kebaikan di dalam dirinya dan
Allah Maha Tahu sehingga manusia mampu berpikir dan mengetahui sesuatu dengan batasan
rasio yang diberikan Allah kepadanya. Namun setelah diciptakan-Nya manusia, manusia
melanggar perintah Allah sehingga ia berdosa. Akibat yang pertama dan utama dosa adalah
masuknya maut atau kematian. Keadaan mati ini dekat gagasannya dengan ketidakmampuan
dan ketidakmauan manusia melakukan hal-hal baik yang sesuai dengan kehendak Allah
sehingga manusia mengalami kerusakan total (Total Depravity). Pengertian, keinginan, dan
perasaannya jahat. Kelakukan manusia diatur oleh dosa. Seperti ada tertulis, “Tidak ada yang
benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun
yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak
ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:10-12).
Kasih Allah begitu besar, Ia menyelamatkan manusia (umat pilihanNya) di dalam dan
melalui kematian anak-Nya yaitu Yesus Kristus (1 Korintus 4:12). Melalui ketaatan Yesus

yang mutlak kepada Bapa, manusia diselamatkan dari dosa dan semua akibat dosa.
Keselamatan yang diperoleh manusia adalah Anugerah Allah di dalam kedaulatan-Nya dan
kekekalan-Nya. Tetapi Karya keselamatan Kristus tidak akan berarti jika karya tersebut tidak
diterapkan ke dalam hati dan kehidupan manusia oleh Roh Kudus.
Keselamatan menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh manusia agar ia
bebas dari perbudakan dosa yang semakin lama akan merusakan, menyiksa, dan
menghancurkan dirinya. Karya Keselamatan Kristus memberikan manusia suatu pengharapan
baru untuk hidup di dalam tekanan dan penderitaan akan dosa. Karya Keselamatan ini
diberitakan melalui Injil kepada manusia. Di dalam Amanat Agung, Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya dan kepada gereja di sepanjang masa, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku.” Hal ini menegasakan bahwa tawaran Injil harus disampaikan kepada semua
orang.

Masalahnya apakah semua orang mengetahui kabar Injil ini? Bukankah berita ini
hanya diperdengarkan dalam ruang lingkup kekristenan. Bagaimana dengan mereka yang
berada di luar lingkup Kristen? Manusia adalah ciptaan sehingga memiliki kemampuan yang
terbatas. Ketika manusia mengabarkan Injil, ia dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga tidak
semua orang dapat mendengarkan Injil. Apakah hal ini benar? Apakah mereka yang tidak
mendengarkan tidak akan diselamatkan?
Kurniadjaja di dalam jurnal teologi reformed Indonesia (2015) mengatakan bahwa

kaum Injili sepakat bahwa penebusan manusia hanya dilandasi oleh karya penebusan Kristus
di atas kayu salib. Keyakinan ini menjadi inti berita Injil yang diberitakan oleh para rasul dan
digariskan ulang oleh para reformator. Namun perdebatan internal mulai muncul tatkala kaum
Injili diperhadapkan pada pertanyaan, “Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak
memiliki kesempatan untuk mendengarkan Injil yang mewartakan karya penebusan Kristus
tersebut? Apakah seseorang harus mendengarkan Injil terlebih dahulu dan kemudian
memberikan respons eksplisit di dalam iman kepada Yesus Kristus untuk diselamtkan? Kisah
Para Rasul 4:12 menyatakan, “Dan keselamatan tidak akan di dalam siapapun juga selain di
dalam Dia ....” Hal ini menimbulkan beragam tafsiran baik di dalam maupun di luar lingkaran
Injili.
Salah satu teolog Injili terkemuka yaitu Clark H. Pinnock berargumen bahwa Roh
Kudus dapat menawarkan keselamatan tanpa harus dikaitakan dengan pengenalan akan
Kristus secara epistemologis sehingga orang-orang yang belum mendengar Injil dapat
diselamatkan melalui respons terhadap pewahyuan umum. Teolog ini menekankan pada
universalitas anugerah Allah di dalam relasinya dengan karya independen Roh Kudus.
Menurut Baan (2012, hal. 74) dalam buku tulip lima pokok calvinisme menjelaskan kaum
Universalis menyakini keselamatan yang diperoleh dan ditetapkan bersifat universal (umum).
Kristus memberikan pengorbanan-Nya bagi semua orang, tanpa kecuali.
Clark H. Pinnock berpendapat bahwa para teolog barat dengan orientasinya yang
tidak universal telah menyempitkan tujuan penyelamatan Allah yang tidak terbatas pada

manusia. Di dalam jurnal teologi reformed Indonesia (2015) Pinnock berargumen bahwa, “If
the Triune God is present, grace must be present too.” Pernyataan ini tentunya terkait dengan
aksioma universalitas yang ditekankan Pinnock bahwa Allah mengasihi semua umat manusia
(Roma 5:8). Bagi Pinnock, perjumpaan dengan Kristus yang menuntun kepada keselamatan
tidak hanya dibatasi pada instansi gereja maupun pemberitaan Injil. Pewahyuan umum dapat
menjadi sarana yang membawa agama lain dan orang-orang pedalaman yang tidak mengenal

Kristus untuk memperoleh keselamatan kekal melalui Roh Kudus. Apakah hal ini benar dan
sesuai dengan Firman Allah? Kebenaran tentang hal ini dapat dipastikan melalui Alkitab.
Hoekema mengatakan bahwa faktor utama yang menentukan seseorang diselamatkan
dari dosa bukan berdasarkan keputusan orang yang bersangkutan, melainkan kedaulatan
anugerah Allah. Allah telah memilih umat-Nya sejak kekekalan untuk beroleh hidup yang
kekal sehingga anugerah Allah yang menyelamatkan dalam arti yang sebenarnya tidak
bersifat universal, tetapi partikuler. Baan (2012, hal. 74) dalam buku tulip lima pokok
calvinisme mengatakan doktrin keselamatan menurut kaum Universalis bertentangan dengan
Firman Allah.
Jika pandangan kaum Universalis dibenarkan maka pertobatan dan karya Roh Kudus
tidak diperlukan lagi, karena semua orang pada akhirnya akan menerima keselamatan dan
masuk sorga. Panggilan kepada pertobatan dan iman kepada Kristus akan sama-sama tidak
berarti. Manusia tidak akan pernah berpikir sedikit pun bahwa penebusan bersifat pribadi dan

dialami secara pribadi. Sehingga pengadilan dan penghukuman manusia di neraka tidak ada.
Hal ini bertentangan karena Firman Allah berbicara jelas mengenai sorga dan neraka, yang
masing-masing merupakan tujuan akhir dari orang-orang percaya dan tidak percaya.
Pandangan ini juga menunjukkan bahwa keselamatan hanya karya Allah saja, manusia tidak
memiliki tangung-jawab di dalam keselamatan yang ia peroleh dari Allah secara cuma-cuma.
Pandangan Clark H. Pinnock bertentangan dengan perintah Yesus kepada muridmurid-Nya dan kepada gereja di sepanjang masa (Amanat Agung Allah kepada manusia) di
dalam Matius 28:19, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Jika Pinnock mengatakan Injil sangat
membatasi dan tidak peting maka hal ini keliru. Yesus berkata, “Sesungguhnya barang siapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup
yang kekal dan tidak turut dihukum” (Yohanes 5:24). Mendengar terlebih dahulu baru
percaya.
Logika dari pernyataan ini diterangkan dengan jelas sekali oleh Rasul Paulus, “Iman
timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus” (Roma 10:17). Ketika
seseorang mendengar panggilan Injil tersebut Roh Kuduslah yang meyakinkan dan
membukakan mata seseorang untuk dapat percaya pada kebenaran Injil yang ia dengar.
Hoekema (2008, hal. 92) mengatakan bahwa panggilan Injil bukan tawaran anugerah dan
keselamatan secara universal, melainkan suatu aroma kehidupan bagi yang hidup dan aroma
kematian bagi yang mereka yang mati, sesuai dengan tujuan Allah yang dinyatakan.


Baan (2012, hal. 74) mengatakan di dalam doktrin Reformasi, ada dua macam
panggilan. Ada panggilan luar (panggilan umum) dan panggilan dalam (panggilan khusus).
Panggilan luar dilakukan dengan Firman Allah, yaitu pemberitaan Injil. Panggilan ini
hanyalah dari luar, artinya jikalau Roh Allah tidak ada di dalamnya, maka ini tidak akan
menembus ke dalam hati. Hanya melalui panggilan dalam yaitu Firman Allah (Injil) dan Roh
Allah maka seseorang memperoleh keselamatannya. Sehingga pendapat Pinnock yang
mengatakan bahwa Injil tidak perlu yang penting hanya Roh Kudus saja tidaklah tepat. Dan
jika Injil tidak diperlukan maka manusia secara terang-terangan menolak perintah Allah
untuk mewartakan kabar keselamatan bagi banyak orang.
Injil harus diberitakan karena Injil adalah suatu berita sukacita yang menghadirkan
Kristus Yesus dalam kuasa Roh Kudus sedemikian rupa sehingga manusia akan datang dan
percaya kepada Allah melalui Dia sebagai Juruselamat, dan melayani Dia sebagai Raja di
dalam persekutuan dengan gereja-Nya (Packer, hal. 28). Injil juga merupakan sarana yang
dipakai Allah melalui manusia untuk mengkomunikasikan kabar sukacita atau menyambung
lidah Allah yang menyampaikan berita pengampunan Allah kepada orang berdosa (Packer,
hal. 31). Melalui sarana pemberitaan Inji, Tuhan menuntun para pendosa kepada Dia. Kisah
Para Rasul 4:12 mengatakan bahwa tidak ada nama selain nama Tuhan Yesus yang oleh
manusia dapat diselamatkan. Oleh karena itu, hanya di dalam nama Yesus kita diselamatkan
(orang-orang pilihan diselamatkan).
Ketika Allah menetapkan manusia untuk diselamatkan di dalam Yesus, haruslah

seseorang itu percaya, mengenal, dan menghidupi Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Seseorang dapat percaya kepada Yesus haruslah ia terlebih dahulu mendengar Injil atau
Firman Tuhan (Roma 10:17) atau dengan kata lain orang-orang menjadi percaya karena
mereka mendengar berita, dan berita didengar karena ada orang yang memberitakan tentang
Kristus. Jika ada orang yang tidak pernah mendengar Injil, mereka jelas tidak diselamatkan
(mereka bukan umat pilihan Allah). Dan dikatakan lagi dalam Yohanes 3:18 yaitu barang
siapa tidak percaya terhadap Kristus, maka ia telah berada di bawah hukuman. Hukuman
dalam ini yaitu tidak memperoleh keselamatan (kematian kekal).
Clark H. Pinnock dalam jurnal teologi reformed Indonesia (2015) meyakini bahwa
misi Roh Kudus dipandang memiliki jangkauan geografis yang lebih besar daripada Kristus.
Menurut Pinnock, melalui Roh Kudus Tuhan menjangkau orang berdosa. Kesalahan yang
terjadi adalah Pinnock menekan secara berlebih pada satu Pribadi yaitu Roh Kudus. Pinnock
membeda-bedakan keselamatan di dalam Anak Allah dan Roh Kudus. Alkitab dengan tegas
menyatakan bahwa Allah adalah satu dengan tiga pribadi (Tritunggal). Bagaimana mungkin

Roh Kudus yang diminta oleh Yesus Kristus kepada Bapa dapat memisahkan Diri dan peran
terhadap penebusan Yesus Kristus.
Tanpa karya Roh Kudus, penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib menjadi sia-sia
dan tidak berarti bagi manusia karena manusia tidak dapat menghidupinya dan terlebih-lebih
menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dan sebaliknya, karya Roh Kudus tidak berarti bagi

manusia jika tidak ada penebusan Yesus Kristus. Sebab manusia tidak ada satupun yang benar
sehingga Roh Kudus yang adalah Allah yang kudus dan membenci dosa tidak dapat
berhubungan dengan manusia berdosa. Jikalau tidak ada penebusan Yesus Kristus maka Roh
Kudus tidak mungkin datang kepada manusia untuk mempertobatkan manusia dari
perbuatannya yang salah. Yohanes 14:16 menyatakan bahwa, “Aku akan meminta kepada
Bapa, dan Ia akan memberikan kepada kamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Jadi jelas jikalau Roh Kebenaran
(Roh Kudus) datang dalam hidup manusia melalui Yesus Kristus untuk menyertai seluruh
umat pilihan Allah yang ditebus oleh Yesus Kristus. Roh Kudus dalam hal ini berkarya untuk
menolong manusia menjadi serupa dengan Kristus. Oleh karena Alkitab menyatakan bahwa
keselamatan hanya melalui Yesus dan seorang manusia harus menerima Kristus, maka bagi
mereka yang tidak pernah mendengar Injil adalah hilang (tidak diselamatkan). Inilah
sebabnya penginjilan menjadi begitu beralasan.
Kenyataan bahwa orang-orang yang tidak mendengarkan Injil akan dibinasakan
seharusnya menggetarkan hati seseorang untuk melihat betapa pentingnya tugas penginjilan.
Perdebatan mengenai nasib orang-orang yang tidak pernah mendengar, seharusnya kita
sebagai orang Kristen berusaha lebih giat memastikan mereka mendengar. Kita dipanggil
untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia (Matius 28:19-20 dan Kisah Rasul 1:8). Di dalam
keselamatan orang-orang yang tidak pernah mendengarkan Injil, Allah memiliki kedaulatan
sehingga kita sebagai orang Kristen dapat berdoa bagi mereka. Keyakinan kita bahwa Allah

berkuasa membuat seseorang mampu berespons dengan benar dan tunduk pada otoritas Allah.
Jadi, dengan berdoa bagi pertobatan orang lain agar mendengarkan Injil dan dipimpin Roh
Kudus dan dengan bersyukur kepada Allah atas pertobatan masing-masing kita, menunjukkan
pengakuan atas kedaulatan anugerah Allah.
Ketika kita mengenal Allah yang penuh kasih yang memberikan anugerah
keselamatan secara cuma-cuma bagi umat pilihan-Nya, jangan sampai kita menganggap
bahwa orang-orang yang belum pernah mendengar Injil itu diberikan kemurahan oleh Tuhan
(keselamatan). Jika hal itu terjadi kita akan menghadapi kenyataan yang mengerikan. Jika
orang yang tidak pernah mendengarkan Injil diselamatkan, justru lebih baik bagi kita untuk

memastikan tidak ada seorang pun yang pernah mendengarkan Injil. Pemberitaan Injil
menjadi hal terburuk yang dilakukan oleh seorang Kristen.
Mengapa harus membahayakan orang-orang dengan kondisi menerima atau menolak
Injil setelah mendengar penyampaian Injil, jikalau sebenarnya mereka bisa selamat karena
tidak pernah mendengar Injil? Bila demikian, maka Yesus Kristus tidak datang untuk mencari
dan menyelamatkan mereka yang terhilang, melainkan Yesus Kristus datang untuk mencari
dan membinasakan mereka yang telah diselamatkan. Maka, Yesus bukanlah Juruselamat,
melainkan Dia adalah Pembinasa Besar.
Semua orang telah berdosa (mati), maka tidak ada satu orang pun yang tidak
membutuhkan Injil Yesus Kristus termasuk suku, negara, bahkan agama lain. Oleh sebab itu,

kita tidak boleh menunjukkan diskriminasi pada kelompok tertentu. Sebab status kita di
hadapan Allah itu sama sebagai budak dosa dan telah mati kekal (mati Rohani). Kita harus
memberitakan Injil dengan sikap rendah hati dan penuh kasih serta memiliki hati yang
terbeban untuk melayani setiap orang tanpa pandang bulu. Sekarang tidak ada alasan bagi
manusia menggunakan keterbatasannya untuk tidak mengabarkan Injil. Sebab bukanlah
karena kekuatan dan kemauan manusia itu sendiri Injil dapat diberitakan atau disampaikan.
Namun Roh Kuduslah yang memimpin manusia untuk memberitakan kabar keselamatan bagi
semua orang dan hanya dihidupi oleh setiap orang yang menjadi umat pilihan Allah (umat
percaya) karena Roh Kudus bekerja di dalam hati dan pikiran mereka.
Dari pembahasan ini kami menyimpulkan bahwa Injil sangatlah penting bagi
kehidupan setiap orang karena hal ini sebagai sarana untuk menyatakan karya keselamatan
penebusan Kristus. Injil diberitakan oleh manusia untuk menyambung lidah Allah dalam
menyampaikan isi hati atau kehendak Allah. Injil yang disampaikan oleh manusia tidak
bertujuan mengharuskan orang-orang yang mendengarkan Injil untuk bertobat dan percaya
serta menghidupi Firman Tuhan di dalam kehidupan mereka. Jika tidak demikian maka hal
itu bukanlah Injil, sebab hanyalah karya Roh Kudus yang dapat membuat orang-orang yang
telah mendengar Injil dapat bertobat dan menghidupi Firman Tuhan atau kehendak Allah.
Namun keselamatan yang ada di dalam penebusan Yesus Kristus hanyalah bisa mungkin
terjadi kepada orang-orang yang mendengar Injil. Di dalam Kis. 4:12 dikatakan bahwa
keselamatan hanyalah ada di dalam nama Yesus Kristus, tidak ada yang lain. Sehingga

dengan demikian sangat jelas jika sesorang yang tidak mendengarkan Injil tidak mendapat
keselamatan. Bagaimana mungkin mereka dapat diselamatkan sedangkan mereka sama sekali
tidak mendengar Injil?

Pandangan yang diajukan oleh Pinnock turut memberikan sumbangsih yang berguna
dalam diskusi teologi agama-agama untuk menemukan suatu kebenaran yang sejati tentang
keselamatan. Pinnock dalam hal ini ingin mengatasi ketegangan antara elemen-elemen
restriktivistis dan universalistis yang tersebar dalam keseluruhan kanon Alkitab. Upaya
tersebut diakomodasikan melalui suatu jurnal yang kami bahas di dalam topik ini, di mana
Kristologi dipahami dalam perspektif pneumatologis. Namun, berdasarkan kebenaran Alkitab
pandangan yang diajukan Pinnock tidak dapat diterima dan tidak benar.
Pinnock menekankan bahwa adanya keselamatan yang bersifat universal yaitu melalui
pekerjaan Roh Kudus sehingga akses keselamatan tidak hanya terdapat pada pemberitaan
Injil. Baginya misi Roh Kudus lebih memiliki jangkauan geografis yang lebih besar dari pada
Kristus. Hal ini bertentangan dengan kebenaran Alkitab. Landasan yang diajukan oleh
Pinnock tidak memiliki fondasi biblis. Membaca Alkitab dengan menggunakan lensa
Kristologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari mengingat sejarah penebusan dan
fokus Kristosentris merupakan hakikat dari keseluruhan kanon Alkitab. Oleh karena itu, isu
mengenai keselamatan bagi orang yang tidak pernah mengenal Injil tetap dapat dipandang
secara optimis tanpa harus mengabaikan fokus Kristosentris (Pengabaran Injil) atau alur

sejarah penebusan sebagai inti kesatuan kanon Kitab Suci.

Daftar Pustaka
Baan, G. J. (2012). TULIP lima pokok calvinisme. Surabaya: Momentum.
Hoekema, A. A. (2008). Diselamatkan oleh anugerah. Surabaya: Momentum.
Kurniadjaja, S. (2015). Mungkinkah Orang yang Tidak Mendengarkan Injil Diselamatkan.
Jurnal teologi reformed Indonesia. Vol. 5(2). Jakarta: STTRI.
Packer, J. I. (2014). Penginjilan dan kedaulatan Allah. Surabaya: Momentum.
Tong, S. (1999). Mengetahui kehendak Allah. Surabaya: Momentum.
Tong, S. (2004). Teologi penginjilan. Surabaya: Momentum.

Dokumen yang terkait

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta

7 158 123

Status sosial ekonomi orang tua dan hasil belajar matematika siswa si MI Lanatusshibyan 01 Waru Jaya Parung bogor

7 133 76

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62