Eliminasi gelombang difraksi dengan metode migrasi kirchhoff di daerah barat Sumatera

ELIMINASI GELOMBANG DIFRAKSI
DENGAN METODE MIGRASI KIRCHHOFF
DI DAERAH BARAT SUMATERA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si)

HENDRI YANA
104097003115

PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010

a

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 8 September 2010

Hendri Yana

b

ELIMINASI GELOMBANG DIFRAKSI
DENGAN METODE MIGRASI KIRCHHOFF
DI DAERAH BARAT SUMATERA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Oleh
Hendri Yana
NIM: 104097003115

Menyetujui,
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Faisal Bustami M. Si
NIP. 19740222 200604 1 003

Ir. Djunaedi M, M. Sc
NIP. 19630725 199012 1 001
Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika


Drs. Sutrisno, M. Si
NIP. 19590202 198202 1 005

c

PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul Eliminasi Gelombang Difraksi dengan Metode
Migrasi Kirchhoff di Daerah Barat Sumatera telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
Tanggal 8 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika.
Jakarta, 8 September 2010
Tim Penguji,
Penguji 1

Penguji 2

Drs. Sutrisno, M. Si
NIP. 19590202 198202 1 005


Arif Tjahjono, M. Si
NIP. 150 389 715
Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua Program Studi Fisika

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M. Si
NIP. 19680117 200112 1 001

Drs. Sutrisno, M. Si
NIP. 19590202 198202 1 005

d

ABSTRAK
Hendri Yana
Eliminasi Gelombang Difraksi Dengan Metode Migrasi Kirchhoff
Di Daerah Barat Sumatera

Penelitian geofisika sudah dilakukan dengan metode seismik kelautan di
daerah barat Sumatera oleh Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Bundesanstalt fur Geowissenchaften und Rohstoffe (BGR), dan instansi lain yang
terkait pada tahun 2006. Pengolahan data seismik kemudian dilanjutkan dengan
penggambaran 2D. Pengolahan data seismik dilakukan untuk mengeliminasi
gelombang diffraksi. Difraksi berupa aperture seperti parabola terbalik yang dapat
mengganggu interpretasi data seismik. Salah satu metode untuk menghilangkan
difraksi di antaranya adalah Metode Migrasi Kirchhoff. Metode ini mampu
mengatasi variasi kecepatan terhadap waktu dan kecepatan dengan baik. Model
gelombang difraksi yang diambil penulis berada pada waktu tempuh 1870 ms dan
nomor CDP 8632 untuk bagian titik puncaknya. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Program Focus 5.4 dan GeoDept 8.2. Berdasarkan Somasi Migrasi
Kirchhoff, terlihat model gelombang difraksi itu merupakan jenis gelombang
difraksi gabungan kecepatan gelombang seismik yang di akibatkan adanya
ketidakmenerusan karena adanya perbedaan kontras jenis batuan,

sehingga

membuat gelombang difraksi tersebut mengambil jalan pintas. Efek gelombang
difraksi tersebut dapat dieliminasi dengan Migrasi Kirchhoff pada penarikan nilai

CDP dengan nilai 700.
Kata Kunci : Data Seismik Laut, Migrasi Kirchhoff, Difraksi.

i

ABSTRACT
HENDRI YANA
The Elimination of Diffraction Wave in the West of Sumatra by Using
Kirchhoff’s Migration Method
A Geophysic Research has been done using Marine Seismic Method in
the west of Sumatra by Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Bundesanstalt fur Geowissenchaften und Rohstoffe (BGR), and the other
competence boards in 2006. The processing of the data seismic is then continued
by using 2D visualization; it is done to eliminate the Diffraction wave such as
Aperture Diffraction which can disturb the interpretation of data seismic. It is like
an up-side down Parabola. One of the methods to eliminate the diffractions is by
using Kirchhoff’s Migration Method. This method is able to cope with the
variation of the speed against the time and speed perfectly. The model of the
Diffraction wave taken by the writer was in the time of 1870 s with the number of
CDP 8632 for the point of the top.


The research was done by using Program

Focus 5.4 and GeoDept 8.2. Based on the somation of Kirchhoff’s Migration we
can see the model of Diffraction Wave which is a kind of vertical Diffraction
wave with the combination of the speed of seismic wave caused by a layer which
blocked and obstruct the movement of the seismic wave and it of course makes
the diffraction wave takes the short way. The effect of the diffraction wave can be
eliminated by using Kirchhoff Migration with the value of CDP 700.

The Keyword: Marine Data Seismic, Kirchhoff Migration, Diffractions.

ii

Kata Pengantar
Bissmillahirahmanirrahim
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu syarat lulus dari UIN Syarif
Hidayatullah.

Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis tidak lupa juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan
dalam penyusunan skripsi ini sehingga terselesaikan. Saya ucapkan terima kasih
yang sedalam – dalamnya, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si Selaku Ketua Jurusan Fisika yang sangat baik
sekali.
3. Bapak Faisal Bustami, M.Si yang telah banyak membantu dalam
bimbingan dalam pembuatan skripsi dan saran yang sangat membangun
sehingga terselesaikan.
4. Bapak Ir. Djunaedi Muljawan, M.Sc yang telah membantu sebagai
pembimbing

dalam pembuatan skripsi dan telah memberikan saran

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr. Ir. Udrekh, M.Sc yang telah banyak membantu dalam
bimbingan dan dalam memberikan izin penelitian dan pembuatan skripsi.
6. Ibu Sumirah, ST dan Dhea sebagai asisten staf pembimbing yang telah

banyak membantu dalam membimbing dan memberikan pengarahan
dalam pembuatan skripsi.
7. Seluruh Staf pengajar jurusan Fisika UIN terima kasih atas ilmu yang di
berikanya selama kuliah dan semoga dapat bermanfaat seumur hidup saya.
8. Tidak lupa juga yang sangat saya cinta dan saya sayangi kedua orang Tua
yaitu Bapak dan Ibu saya karena tidak pernah berhenti untuk mendoakan

iii

dan memberikan semangat untuk dapat segera menyelesaikan kuliah dan
skripsi ini.
9. Untuk Teman – Teman angkatan 2004 : Ade, Uin, Iid, Fian, Anto, Afham,
Rizal, Sony, Barkun, Chairul, Heru, Hari, Rojak. Kalian adalah teman
yang selalu bemberikan kebersaman dan kekeluargaan disetiap waktu.
10. Dan semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat saya tulis satu
persatu yang selalu memberikan doa dan semangatnya sehinggga Skripsi
ini selesai.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skirpsi ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan skirpsi ini masih banyak sekali kekurangan dan kelemahan

untuk itu diharapkan segala hal kritikan dan saran yang dapat membangun
untuk kesempuran skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amiin.

Jakarta, 2 September 2010

PENULIS

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................

1

1.2. Pembatasan Masalah ..........................................................................

3

1.3. Rumusan Masalah .............................................................................

3

1.4. Tujuan Penelitian ...............................................................................

3

1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................

4

1.6. Sistematika Penulisan ........................................................................

4

BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Gelombang Seismik .........................................................................

6

2.2. Noise dan Data Seismik ........................................................................7

2.3. Difraksi. ............................................................................................

9

v

2.4. Pre Stack Time Migration (PSTM). ................................................. 12
2.5. Metoda Kurva Difraksi ................................................................... 14
2.6. Migrasi Persamaan Gelombang Dengan Integral Kirchhoff ......... 16
2.7. Flow Metode Seismik Refleksi ……………..…………..….……. 18
2.7.1. Field Tape ……………………….………………………..

18

2.7.2. Demultiplexing…..…………………………………….….

18

2.7.3. Geometri ………………………………………………….. 19
2.7.4. Filtering .………………………………………………….. 19
2.7.5. True Amplitude Recovery (TAR)….…………………….. 19
2.7.6. Prediktif Dekonvolusi ..…………………………………. 20
2.7.7. Velocity Analysis…………………………………….…… 23
2.7.8. Stacking …………………………………………….…….. 23
2.7.9. Migrasi..……………………………………………….…... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................... 26
3.2.Peralatan dan Data Penunjang ................................................................... 26
3.3.Prosedur Pengambilan Data ....................................................................... 28
3.4.Pengolahan Data ........................................................................................ 28
3.4.1. Pemasukan data (Input Data) ................................................. 29
3.4.2. Pembuatan Geometri (Spreadsheet) ...................................... 29
3.4.3. Sort ........................................................................................ 31
3.4.4. Filter ....................................................................................... 32
3.4.5. Deconvolusi ........................................................................... 34

vi

3.4.6. Velocity Analysis ................................................................... 35
3.4.7. Normal Move Out (NMO) ..................................................... 36
3.4.8. Migrasi ................................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengolahan Data ..................................................................... 38
4.1.1.

Pembuatan Geometri (Spreadsheet) ...................................... 38

4.1.2.

Sort ......................................................................................... 40

4.1.3.

Filter ....................................................................................... 41

4.1.4.

Deconvolusi ........................................................................... 41

4.1.5.

Velocity Analysis ................................................................... 42

4.1.6.

NMO (Normal Move Out) ..................................................... 43

4.1.7.

Migrasi Pre Stack Time Migration (PSTM) .......................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 46
5.2. Saran ................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

DAFTAR GAMBAR

1.

Gambar 1.1: Line 137 ...............................................................................

3

2.

Gambar 2.1: Seismic reflection surveying marine ....................................

7

3.

Gambar 2.2: Rekaman Noise dan Data Seismik .......................................

8

4.

Gambar 2.3: Ilustrasi Prinsip Huygen .......................................................

9

5.

Gambar 2.4: Aperture Efek Difraksi (a). Difraksi kecepatan rendah,
(b). Difraksi kecepatan tinggi, dan (c). Difraksi kecepatan gabungan ......

10

6.

Gambar 2.5: Fenomena Bowtie ................................................................

11

7.

Gambar 2.6: Difraksi Akibat Fenomena Lapisan Garam .........................

11

8.

Gambar 2.7: Elliptical impulse response ..................................................

12

9.

Gambar 2.8: Skema Kurva Respon Difraksi .............................................

13

10. Gambar 2.9: Kurva Muka Gelombang......................................................

18

11. Gambar 2.10: Kurva Difraksi....................................................................

14

12. Gambar 2.11: Perbandingan Muka Gelombang dan Kurva Difraksi ........

15

13. Gambar 2.12: Diagram Alir Deconvolusi dimodifikasi dari Yilmaz
(1987) ........................................................................................................

21

14. Gambar 2.13: Stacking Velocity ...............................................................

22

15. Gambar 2.14: Proses Penjumlahan Trace-Trace dalam Satu CDP
(Stacking) ..................................................................................................

23

16. Gambar 2.15: (a) Sebelum Proses Migrasi dan (b) Sesudah Proses
Migrasi ......................................................................................................

24

17. Gambar 3.1. Diagram alir proses pengolahan data seismik ......................

27

viii

18. Gambar 3.2. Tahapan Proses Geometri ....................................................

29

19. Gambar 3.3. Tahapan Proses Sort .............................................................

31

20. Gambar 3.4. Tahapan Proses Filter ...........................................................

32

21. Gambar 3.5. Tahapan Proses Deconvolusi ...............................................

33

22. Gambar 3.6. Tahapan Proses Velocity Analysis .......................................

34

23. Gambar 3.7. Tahapan Proses NMO Velocity ...........................................

35

24. Gambar 3.8. Tahapan Proses Migrasi .......................................................

36

25. Gambar 4.1. Hasil Mode Station...............................................................

38

26. Gambar 4.2. Hasil Mode Shot...................................................................

38

27. Gambar 4.3. Hasil Mode CDP ..................................................................

39

28. Gambar 4.4. Hasil Proses Sort ..................................................................

40

29. Gambar 4.5. Hasil Tampilan Proses Filter ................................................

40

30. Gambar 4.6. Tampilan Hasil Proses Deconvolusi ....................................

41

31. Gambar 4.7. Tampilan Proses Picking pada Velocity ..............................

41

32. Gambar 4.8. Objek Penampang Gelombang Difraksi ..............................

42

33. Gambar 4.9. Penampang Gelombang Difraksi (a) Sebelum
Dieliminasi dan (b) Setelah Dieliminasi ...................................................

43

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dengan sumber
daya alamnya. Salah satunya adalah disektor minyak dan gas bumi. Rasa
keingintahuan manusia untuk mempelajari keadaan bawah permukaan bumi
mendorong banyak perusahaan migas (minyak dan gas) untuk melakukan
eksplorasi ke daerah-daerah baru. Salah satu metode eksplorasi yang
digunakan ini adalah metode seismik. Metode ini banyak dipakai oleh
perusahaan-perusahaan

swasta ataupun pemerintah untuk

melakukan

pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk bisa melihat di bawah
permukaan bumi atau untuk mengetahui kemungkinan adanya kandungan
migas (minyak dan gas) ataupun hidrokarbon berdasarkan interpretasi dari
penampang seismiknya.
Metode
menggunakan
perambatan,

seismik

tersebut

bantuan

gelombang

pembiasan,

merupakan

pemantulan

seismik

metode

geofisika

dengan

gelombang

yang

memanfaatkan

gempa.

Dengan

menggunakan metode ini akan memudahkan pekerjaan dan penyelidikan di
daerah tertentu.
Pada penelitian data seismik kelautan ini dilakukan di laut antara
pulau Sumatera dan pulau Sumeulu. Daerah tersebut dibatasi oleh garis
lintang 2045’771” LS sampai dengan 3020’432” LS serta garis bujur timur

1

96023’501” BT sampai dengan 96053’564” BT, dengan nomer line 137,
panjang line 84,91 km, jumlah titik penembakan dari 1 sampai dengan 1685,
dan sudut kemiringannya adalah 410.

Gambar 1.1. Line 137 (Daerah Objek Penelitian)
Aspek yang terpenting dalam penelitian ini adalah memisahkan sinyal
refleksi dengan sinyal-sinyal lainnya yang mengganggu, yaitu antara lain
noise dan difraksi. Noise merupakan gelombang yang tidak dikehendaki
dalam sebuah rekaman seismik sedangkan difraksi merupakan reflektor semu
yang dihasilkan akibat penghamburan gelombang utama yang menghantam
ketidakmenerusan seperti permukaan sesar, ketidakselarasan, pembajian,
perubahan kontras jenis batuan, dan lain-lain. Difraksi nampak seperti
parabola terbalik yang dapat mengganggu interpretasi seismik.
Salah satu metode untuk menghilangkan efek difraksi di antaranya
adalah Metode Migrasi Kirchhoff. Metode ini mampu mengatasi variasi
kecepatan terhadap waktu dengan baik. Pada tugas akhir ini hanya membahas
lebih dalam tentang difraksi.

2

1.2. Pembatasan Masalah
Untuk pembatasan ini, penulis menggunakan pengolahan data seismik
(Seismic Data Processing). Data yang diperoleh kemudian diolah menjadi
data yang memiliki perbandingan Noise dan Ratio yang lebih tinggi, maka
penelitian ini hanya dibatasi mengenai :
1. Display data seismik dua dimensi menggunakan program Focus 5.4 dan
Paradigm GeoDepth 8.2.
2. Penghilangan efek gelombang difraksi dengan menggunakan Metode
Migrasi Kirchhoff PSTM (Pre Stack Time Migration).
1.3. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasikan yaitu:
1. Bagaimana mengeliminasi efek difraksi pada hasil migrasi yang dilakukan.
2. Bagaimana menentukan nilai aperture yang sesuai agar dapat melakukan
proses migrasi Kirchhoff dengan baik.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dengan menggunakan metode seismik adalah:
1. Dapat menentukan aperture yang terbaik.
2. Menghasilkan penampang seismik yang bebas dari difraksi.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah :

3

1. Dapat memahami cara pengolahan dan menghilangkan pengaruh efek
difraksi gelombang pada metode seismik.
2. Memanfaatkan metode seismik untuk menggambarkan kondisi bawah
permukaan.
3. Mendapatkan informasi dan gambaran pada daerah penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I

: Pendahuluan

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Pembatasan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini terdiri dari Gelombang Seismik, Noise dan Data Seismik, Difraksi,

Pre Stack Time Migration (PSTM), Metoda Kurva Difraksi, Migrasi
Persamaan Gelombang, Flow Metode Seismik, Field Tape, Demultiplex,
Geometri, Filtering, True Amplitude Recovery, Prediktif Dekonvolusi,
Velocity Analysis, Stacking, Migrasi.

BAB III : Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian, Peralatan dan Bahan, Prosedur Pengambilan
Data, dan Prosedur Pengolahan Sesimik.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini Menjelaskan tentang Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan.

4

BAB V : Penutup
Pada bab ini berisikan kesimpulan-kesimpulan yang merangkum hal-hal
penting dari hasil pengolahan dan pembahasan yang telah dilakukan pada
bab-bab sebelumnya. Kemudian dikemukakan saran-saran yang diharapkan
berguna bagi kemungkinan pengembangan penelitian selanjutnya.

5

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Gelombang Seismik
Gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan
(usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini terjadi secara lokal yang
menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium,
osilasi tekanan maupun osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari suatu
tempat ke tempat lain, berarti ada transfortasi energi.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi
partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien
stress) melawan gaya-gaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang
longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi diantara keduanya. Apabila
medium hanya memunculkan gelombang longitudinal saja (misalnya di dalam
fluida) maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering dianggap sabagai
gelombang akustik.
Dalam mempelajari struktur bawah permukaan maupun dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada
seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena seismik refleksi mempunyai
kelebihan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai
keadaan struktur bawah permukaan baik untuk data darat maupun data laut.

6

Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari
suatu sumber getar. Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah
permukaan sebagai gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisanlapisan batuan akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Respon
batuan terhadap gelombang yang datang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik
batuan yang meliputi densitas, porositas, umur batuan, kepadatan, dan kedalaman
batuan. Galombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh geophone/hydrophone
di permukaan dan diteruskan ke instrument untuk direkam. Hasil rekaman akan
mendapatkan penampang seismik. Berikut adalah gambar proses refleksi seismik
kelautan.

Gambar 2.1. Seismic reflection surveying marine

7

wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah sempit tersebut saling
berinterferensi satu sama lain.
Pada Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh
di atas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka
gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecil atau
sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan dipantulkan jika sudut datangnya
lebih besar dari sudut kritisnya. Gelombang datang, gelombang bias, gelombang
pantul terletak pada suatu bidang datar. Oleh karena itu hukum-hukum tersebut
berlaku pada gelombang seismik.
Gelombang difraksi yang dimigrasi, pada penentuan besaran aperture
(Bentuk efek difraksi) merupakan hal yang sangat penting. Jika aperture yang
dipilih terlalu kecil, maka data yang akan diperoleh akan undermigrated, sebab
tidak semua energi yang difraksi dijumlahkan dengan baik. Sebaliknya, jika
terlalu besar (dalam hal ini jika kita melakukan demigrasi lalu menerapkan
padding sebagai migration aperture), maka ukuran file akan membengkak.
Aperture mencerminkan besaran bukaan yang digunakan agar jumlah energi yang
dijumlahkan cukup memadai.
Beberapa publikasi menyebutkan bahwa untuk lapisan horizontal,
besaran aperture minimum kira-kira sama dengan 2 kali Zona Fresnel. Semakin
miring suatu lapisan, besaran aperture harus semakin besar.

10

Gambar 2.10. Kurva Difraksi.
Jika titik source-reseiver berada dititik yang tidak sama dengan seperti
gambar. Diatas maka untuk model kecepatan yang sama harga X dan T akan
berbeda akan tetapi harga Z akan bernilai konstan.Sehingga dengan prinsip diatas
kita dapat menggeser titik reflector semu berdasarkan hubungan X dan VT/2
untuk harga Z yang konstan yang merupakan bentuk kurva hiperbola dsalam
ruang VT/2 dimana X yang persamaanya dapat dituliskan berikut ini :
Z2 = (VT / 2)2 - X2 = C = Konstan

(2.4)

Dengan cara menggambarkan kurva dai persamaan diatas yang
merupakan kurva difraksi, maka kita dapat menentukan titik kulminasi P yang
merupakan locus dari semua posisi semu reflector. Sehingga bisa ditentukan titik
P sebagai posisi yang benar sebagai titik refleksi.
Dalam praktek penerapan metoda kurva difraksi ini mirip dengan
praktek proses migrasi metoda muka gelombang pada langkah
pertamanya.sedangkan dilangkah kedua adalah menerapkan atau mencari modelmodel kurva difraksi yang memotong titik-titik semu event refleksi kemudian

15

faktor z/2π akan didapat harga p(x, y, z, t) yang merupakan hasil ekstrapolasi pada
domain x - y - t. Proses migrasi dengan integral Kirchoff diatas merupakan time
migration. Proses ekstrapolasi bentuk dari hiperbola somasi merupakan kurva
time invariant dan mempunyai skala yang sama dengan posisi t yang dipakai
sebagai posisi puncak hiperbola dengan memasukkan z = ½.VT dan r = ½.V ,
maka bentuk integral kirchoff ekuivalen dengan persamaan v :
̂

∫ ∫ (

)

(2.6)

Dengan menghilakan faktor 1/

3

disebabkan karena r >> λ, maka

diperoleh persamaan :
̂

∫ ∫ (

)

(2.7)

Persamaan (2.6) diatas dikenal sebagai Integral rayleigh - Sommerfeld
yang merupakan bentuk umum untuk proses praktek migrasi Kirchoff.
2.7. Flow Metode Seismik Refleksi
Metode seismik yang dilakukan merupakan flow tahapan penelitian
yang dilakukan, yaitu :
2.7.1.

Field Tape
Data seismic direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format

tertentu yang dikenal sebagai field tape. Standarisasi format ini dilakukan oleh
SEG (society of exploration geophysics). Magnetik tape yang digunakan biasanya
adalah sembilan track tape dengan format : SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D dan
SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi

17

mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai
data itu sendiri. Perekaman data dilakukan dalam bentuk diskrit dengan data
analog yang sudah disampel pada interval tertentu, lalu disimpan dalam pita
magnetik. Multipleks adalah salah satu format penyimpanan data dalam tape
dengan data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan dari gabungan
beberapa channel.
2.7.2.

Demultiplexing
Demultiplexing merupakan proses awal pengolahan seismik.

Demultiplexing diperlukan karena data seismic yang terekam dalam format
multiplexer. Format multiplexer memungkinkan untuk merekam banyak trace
seismic dalam waktu bersamaan sehingga hasilnya tidak hanya gelombang
menurut deret waktu (time series) akan tetapi juga berupa gelombang yang
mewakili jarak waktu (sequential series). Multiplexer berupa switch elektronik
yang dapat berputar dengan cepat untuk membaca gelombang seismik mulai dari
saluran 1 hingga ke-n sesuai jumlah saluran yang dimanfaatkan.
2.7.3.

Geometri
Pembangunan model geometri perlu dilakukan untuk memberikan

konfigurasi dan label pada header data seismik yang dimiliki sehingga dapat
memudahkan dalam processing data, seperti dalam sorting data. Sorting data
sangat penting peranannya dalam processing data, karena untuk beberapa process,
data harus disorting dalam parameter tertentu. Oleh sebab itu, parameter

18

pembangun geometri haruslah sesuai dengan data yang dimiliki agar data yang
digunakan dalam processing tidak keliru.
2.7.4.

Filtering
Filtering adalah suatu proses pemilihan frekuensi yang dikehendaki

dan membuang frekuensi yang tidak dikehendaki dari data seismik. Terdapat
beberapa macam filtering antara lain : band pass, low pass (high cut), dan high
pass (low cut). Dalam pengolahan data seismik band pass lebih umum digunakan
karena pada umumnya gelombang seismik akan terkontaminasi noise frekuensi
rendah (seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient noise). Berikut
macam-macam filtering baik dalam time domain maupun frequency domain.
2.7.5.

True Amplitude Recovery (TAR)
True Amplitude Recovery atau Real Amplitude Recovery adalah

upaya untuk memperoleh amplitudo gelombang seismik yang seharusnya dimiliki.
Saat perekaman, variasi amplitude terjadi akibat geometrical spreading, atenuasi,
variasi jarak sumber-penerima dan noise.
Variasi amplitudo diatas terbagi menjadi empat kategori:
1. Variasi amplitude secara vertikal atau travel-time dependent. Variasi ini
terjadi akibat geometrical spreading dan atenuasi.
2. Variasi lateral yang terjadi akibat: geologi bawah permukaan, efek coupling
sumber dan penerima, serta perbedaan jarak sumber-penerima.
3. Variasi amplitude yang muncul karena noise.

19

4. Bad shots atau perekam yang mati/rusak.
2.7.6. Prediktif Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan pengaruh
wavelet dalam rekaman seismik yaitu proses untuk mengkompres wavelet agar
dapat memberikan daya pisah terhadap perlapisan batuan bawah permukaan serta
menekan keberadaan multiple pada penampang seismik. Sifat multiple yang
periodic dalam rekaman seismik memberikan peluang untuk memprediksi
keberadaannya.
Rekaman seismik hasil dari akuisasi data merupakan suatu hasil
konvolusi gelombang seismik dengan property batuan model bawah permukaan
bumi. Dalam proses konvolusi tersebut, Wavelet seismik yang dibangkitkan oleh
source merambat ke medium bawah permukaan, berkonvolusi dengan koefesian
refleksi yang merupakan representasi dari properti medium bawah permukaan.
Koefisien refleksi merupakan target utama dalam survey seismik yang
menunjukkan kontras impedansi akustik, petunjuk perubahan litologi maupun
konfigurasi internal bantuan bawah permukaan bumi.
Deconvolusi umumnya dilakukan sebelum stacking akan tetapi dapat
juga diterapkan setelah stacking. Selain meningkatkan resolusi vertikal,
deconvolusi dapat mengurangi efek 'ringing' atau multiple yang mengganggu
interpretasi data seismik. Deconvolusi dilakukan dengan melakukan konvolusi
antara data seismik dengan sebuah filter yang dikenal dengan Wiener Filter . Filter
Wiener diperoleh melalui permasaan matriks berikut:

20

axb=c
a adalah hasil autokorelasi wavelet input (wavelet input diperoleh
dengan mengekstrak dari data seismik), b Filter Wiener dan c adalah kros korelasi
antara wavelet input dengan output yang dikehendaki. Output yang dikehendaki
terbagi menjadi beberapa jenis [Yilmaz, 1987]:
1. Zero lag spike (spiking deconvolution)
2. Spike pada lag tertentu.
3. time advanced form of input series (predictive deconvolution)
4. Zero phase wavelet
5. Wavelet dengan bentuk tertentu (Wiener Shaping Filters)
Zero lag spike memiliki bentuk [1 , 0, 0, 0, ..., 0] yakni amplitudo
bukan nol terletak para urutan pertama. Jika Output yang dikehendaki memiliki
bentuk [0 , 0, 1, 0, ..., 0] maka disebut spike pada lag 2 (amplitudo bukan nol
terletak para urutan ketiga) dan seterusnya.
Dalam bentuk matrix, Persamaan Filter Wiener dituliskan sbb:

(2.8)

dimana n adalah jumlah elemen.

21

Gambar 2.12. Diagram Alir Deconvolusi dimodifikasi
dari Yilmaz (1987)
Matriks a diatas merupakan matriks dengan bentuk spesial yakni
matriks Toeplitz, dimana solusi persamaan diatas secara efisien dapat dipecahkan
dengan solusi Levinson. Dengan demikian operasi Deconvolusi jenis ini
seringkali dikenal dengan Metoda Wiener-Levinson.
2.7.7.

Velocity Analysis
Tujuan analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang

sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik
pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola.
Prisip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan
hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum.

22

Gambar 2.13. Stacking Velocity

2.7.8.

Stacking
Stacking trace merupakan proses penjumlahan trace-trace dalam satu

gather data yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N).
Dalam proses stacking trace kecepatan yang digunakan ialah kecepatan stack.
Kecepatan stacking dapat diperoleh dari hasil analisis kecepatan sebelumnya
dengan melihat amplitudo stack yang paling optimum. Kecepatan ini seringkali
disebut juga kecepatan NMO saja. Untuk jarak offset yang kecil, kecepatan
stacking sama dengan kecepatan RMS.
Hasil akhir stacking trace ialah sebuah penampang seismik yang belum
termigrasi atau dikenal dengan nama stacked section.

23

Gambar 2.14. Proses Penjumlahan Trace-Trace dalam Satu CDP (Stacking)

2.7.9.

Migrasi

Migrasi merupakan proses pada pengolahan data seismik yang bertujuan
untuk memindahkan reflector miring ke posisi yang sebenarnya pada penampang
seismik. Migrasi dapat dipandang suatu proses yang dapat meningkatkan resolusi
spasial penampang seismik. Posisi data seismik hasil proses stacking belum
berada posisi yang sebenarnya. Migrasi juga dapat menghilangkan efek difraksi
yang masih tersisa. Proses migrasi berada dalam kawasan offset dan waktu.
Metode migrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
penjumlahan Kirchhoff (Kirchhoff summation). Migrasi ini dilakukan tanpa proses
stack. Keuntungan metode ini dapat meresolusi struktur dengan kemiringan yang
curam, Kelemahannya adalah tidak bisa dilakukan pada data dengan rasio sinyalnoise yang rendah atau data yang buruk. Gambar di berikut ini menunjukkan
contoh data seismik sebelum dan sesudah proses migrasi.

24

(a)

(b)
Gambar 2.15. (a) Sebelum Proses Migrasi dan
(b) Sesudah Proses Migrasi

25

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Neonet dan Balai

Teksurla BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Jl. M.H. Thamrin.
No. 8, Jakarta Pusat, Kode Pos 10340. Waktu penelitian berlangsung sejak bulan
September 2009 sampai dengan bulan Juni 2010. Pengolahan dan interpretasi data
merupakan data sekunder, yang meliputi pengumpulan data, pengolahan dan
interpretasi terhadap data yang diperoleh.
3.2.

Peralatan dan Data Penunjang

3.2.1

Peralatan pengolahan data

Untuk pengolahan data eliminasi gelombang difraksi diperlukan peralatan
dan bahan sebagai berikut :
1. Seperangkat Komputer (Intel Pentium Core 2 Duo Processor, 1 GB
DDR2)
2. Perangkat Lunak OS Linux Redhad / Ubuntu.
3. Perangkat Lunak Focus 5.4.
4. Perangkat Lunak GeoDept 8.2.
5. Data Observer Log.
3.2.2

Recording Parameters

Parameter perekaman data yang digunakan adalah:
1. Recording System

: Sercel Seal

2. Number of Traces

: 240 ms
26

3. Record Length

: 14000 ms

4. Sample rate

: 2ms

5. Analog Lo-Cut

: 3 Hz @ 6db/Octave

6. Digital Lo-Cut

: 3 Hz

7. Hi-Cut

: 200 Hz @ 370 dB/octave
Linear Phase

8. Start of record

: -50 ms 9100 ms prior to FTB)

9. Digital Filter Delay

: None

10. Fluid Sections (ALSI)

: 17.4 V/bar Nominal Sensitivity

11. Recording Media

: IBM359 / 256 tracks

12. Tape Format

: SEGD 8058 rev 2 32 bits IEEE

13. Tape Blocking

: Disable

3.2.3

Streamer

1. Length

: 3000

2. Depth

:9m+ 1m

3. Shotpoint interval

: 50

4. Group interval

3.2.4

: 12.5 m

Source Parameters

1. SOL volume

: 640 Cu in

2. EOL volume

: 600 Cu in

3. Depth

:6m

4. Pressure
5. Source to first Near

: 2100 psi
: 150 m

6. Hydrophone

27

3.3.

Prosedur Pengambilan Data
Data lapangan ini merupakan data seismic marine yang di akuisisi pada

tanggal 25 Januari 2006 di Penang. Berikut data table parameter survey daerah
barat Sumatera LINE 137.
Berikut diagram alir proses pengolahan data seismik yang dilakukan :

Gambar 3.1. Diagram alir proses pengolahan data seismik
3.4.

Pengolahan Data
Penelitian dilakukan secara beberapa tahap penggunaan program, yang

pertama antara pengimputan data sampai stack dilakukan dengan program Focus
5.4 dan yang kedua antara stack sampai migrasi dengan program Paradigm

28

GeoDepth 8.2. Tahapan proses pemasukan dan pengolahan data yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
3.4.1.

Pemasukan data (Input Data)

Proses awal dilakukan adalah memasukan data keprogram Focus 5.4
dalam Format SEG Y sebagai penunjang dalam penelitian. Input data yang
diambil dengan cara mengimpor dari server computer utama dengan format SEG
Y. Karena masih merupakan data eksternal maka harus dirubah kedalam bentuk
format internal dan input data adalah dengan format SEG Y sehingga data dapat
diproses lebih lanjut oleh program Focus 5.4. Setelah data dimasukan, dilanjutkan
dengan pengolahan data dengan diawali pembuatan geometri terlebih dahulu.
3.4.2.

Pembuatan Geometri (Spreadsheet)

Pembuatan geometri sangat penting dalam pengolahan data seismic.
Tahapan ini bertujuan untuk memasukan data geometri dari proyek yang dibuat.
Pada jendela spreadsheet ini terdapat beberapa mode, yaitu Common Depth Point
(CDP), Shot, dan Station, yang nantinya harus diisi dengan data seismik.

Gambar 3.2. Tahapan Proses Geometri
29

3.4.2.1. Mode Station
Langkah pertama dalam mengisi spreadsheet adalah me-load data pada
mode station. Untuk mengisi table pada mode ini

dengan meng-klik Mode

Station kemudian klik perintah Function - Input - Text File. Kemudian file
disimpan kedata base proyek dalam dengan menggunakan pilihan File - Save
current to data base dan save current ASCII.
3.4.2.2. Mode Shot
Untuk mengisi mode shot dilakukan dengan cara mengklik mode Shot
pada jendela Spreadsheet dan sama seperti langkah pengisian mode station yaitu
dengan cara memilih Function - Input - Text File. Kemudian file disimpan kedata
base proyek dalam format ASCII dengan menggunakan pilihan File - Save current
ASCII to dan Save current base.
3.4.2.3. Mode Common Dip Point (CDP)
Pada pengisian mode CDP ini dilakukan dengan memilih FunctionCreate CDP’s, setelah kolom CDP terisi, langkah selanjutnya adalah menghitung
fold, hal ini dilakukan dengan menjalankan perintah Function-Compute Fold.
setelah menghitung Fold maka langkah terakhir yang harus dilakukan adalah
menyimpan dengan data tersebut di Save Current ASCII dan Save Current Base.
Setelah melakukan pengisian mode-mode tersebut, maka kita telah
selesai dalam proses pembuatan geometri. Untuk melihat geometri. dapat
dilakukan dengan memilih Tab Tools pada jendela utama Focus 5.4, lalu pilih
Geometry. Selain Geometri, kita dapat juga melihat Base Map (pada icon Base

30

Map), dan Stacking Chart (pada icon Stacking Chart). Jika ketiga pilihan geometri
ini sudah dapat dibuka (khususnya stacking chart), maka pengisian input geometri
telah dilakukan dengan benar, hal tersebut ditandai dengan bentuk Stacking Chart
yang simetri.
3.4.3. Sort
Sort ini digunakan untuk sorting shot gather atau dari file FFID menjadi
CDP gather yang akan digunakan sebagai masukan pada proses selanjutnya.
Berikut adalah gambar tahapan pengolahan data pada proses sort.

Gambar 3.3. Tahapan Proses Sort

31

3.4.4. Filter
Proses filter disini tujuan penggunaanya untuk mereduksi noise berupa
sinyal yang berada diluar frekuensi yang di inginkan. Berikut adalah gambar
tahapan pengolahan data pada proses filter.

32

Gambar 3.5. Tahapan Proses Deconvolusi
3.4.6. Velocity Analysis
Velocity merupakan variabel yang sangat penting dalam pengolahan data
seismik. Kecepatan gelombang seismik umumnya bertambah terhadap kedalaman
yang bervariasi antara 1100 feet/s diudara sampai 21000 feet/s dalam batuan
sedimen pada kedalaman yang besar pada suatu cekungan. Berikut adalah gambar
tahapan pengolahan data pada velocity.

34

Gambar 3.6. Tahapan Proses Velocity Analysis
3.4.7. Normal Move Out (NMO)
Modul NMO digunakan untuk menghilangkan offset. Masukkan dari
modul ini adalah hasil dari picking velocity pada proses Analysis Velocity yang
telah dilakukan smoothing serta strencht. Berikut adalah contoh gambar tahapan
pengolahan data pada NMO Velocity yang di mulai pada nomor CDP 260 sampai
dengan 13760.

Gambar 3.7. Tahapan Proses NMO Velocity

35

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4.9. Hasil Pengolahan Data
Penulis tidak terjun langsung dalam akuisisi data di lapangan. Data
yang dianalisis merupakan data sekunder. Dengan mengasumsikan kapal bergerak
lurus saat melakukan akuisisi data maka koordinat source dan receiver hanya
menjadi fungsi satu variabel saja, yaitu variabel jarak X, sedangkan variabel Y
dianggap konstan (Data Akuisisi Pada Lampiran 1 Sampai Lampiran 3).
Daerah tersebut dibatasi oleh garis lintang 2045’771” LS sampai
dengan 3020’432” LS serta garis bujur timur 96023’501” BT sampai dengan
96053’564” BT, dengan nomer line 137, panjang line 84,91 km, jumlah titik
penembakan dari 1 sampai dengan 1685, dan sudut kemiringannya adalah 410.
Dalam data Line 137 gelombang primer berada pada kisaran waktu 1500 ms
sampai dengan 2500 ms sedangkan lebih dari itu adalah multiple (Gambar
Lampiran 4).
4.1.1.

Pembuatan Geometri (Spreadsheet)
Setelah mengisi data masuk dari geometri pada mode-mode yang ada

pada spreadsheed, maka selanjutnya adalah melihat bentuk geometri, Stacking
Chart dan Base Map untuk memastikan kebenaran pengisian data, hal yang perlu
dipastikan adalah kekontinuan dari nilai shot, dan station pada mode shot dan

37

CDP. Untuk melihat bentuk geometri dan lain-lain, maka kembali ke jendela
Focus 5.4 session manager dan memilih menu Tools. Berikut ini adalah gambar
hasil dari geometri masing-masing mode :

Gambar 4.1. Hasil Mode Station

Gambar 4.2. Hasil Mode Shot

38

Gambar 4.3. Hasil Mode CDP
4.1.2.

Sort
Dalam modul sort ini digunakan sebagai Sorting Shot Gather, yaitu

dari FFID (File Field Identity) menjadi CDP yang akan digunakan sebagai
masukan pada proses selanjutnya. Kemudian, setelah diproses hasil keluaran
dalam proses ini adalah dalam bentuk CDP Gather.

Gambar 4.4. Hasil Proses Sort
39

4.1.3.

Filter

Pada proses filter ini digunakan filter bandpass karena terlihat pada hasil
sort diatas data masih sulit terbaca (lihat Gambar 4.4). Proses ini dilakukan untuk
memilih frekuensi yang akan digunakan dan yang akan dibuang. Gambar dibawah
merupakan data yang sudah difilter dengan filter bandpass dengan frekuensi 1595 Hz.

Gambar 4.5. Hasil Tampilan Proses Filter

4.1.4.

Deconvolusi
Proses deconvolusi ini dilakukan dengan mencari bagian-bagian yang

bisa diprediksi dari trace seismik untuk kemudian dihilangkan. Pada gambar dapat
terlihat proses ini dapat memprediksi dan mengeliminasi multipel dan ekor
wavelet yang panjang maupun pendek.

40

Gambar 4.6. Tampilan Hasil Proses Deconvolusi
4.1.5.

Velocity Analysis
Proses velocity dikenakan pada trace-trace yang tergolong dalam satu

CDP untuk memperoleh kecepatan yang sesuai serta ditentukan titik-titik yang
tepat sesuai dengan waktu dan kecepatannya. Berikut merupakan gambar
penentuan kecepatan pada proses velocity analysis.

Reflektor

Horizontal

Gambar 4.7. Tampilan Proses Picking pada Velocity

41

4.1.6.

NMO (Normal Move Out)
Penerapan kecepatan NMO dengan kecepatan yang berbeda-beda

dengan memilih kecepatan yang terbaik yaitu kecepatan yang menghasilkan suatu
bentuk reflektor yang horizontal (Lihat Gambar 4.7).
4.1.7.

Migrasi Pre Stack Time Migration (PSTM)
Proses terakhir adalah migrasi dengan mode Pre Stack Time Migration

(PSTM), berbeda dengan proses selanjutnya, proses migrasi dilakukan dengan
software Geodept 8.2. hal tesebut dikarena kondisi data yang lebih baik jika
dilakukan proses migrasi dengan software Geodept 8.2. Waktu pemrosesannya
yang lebih cepat dibandingkan dengan Focus 5.4. Hasil yang didapatkan
menunjukan migrasi berhasil dilaksanakan, fungsi dari migrasi terlihat dengan
baik yakni untuk melihat penampang seismik mirip dengan kondisi geologi yang
sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi serta terlihat jelas penampang
seismik yang merusak data dan gelombang difraksi yang akan dieliminasi.

Gambar 4.8. Objek Penampang Gelombang Difraksi

42

Model aperture gelombang difraksi yang diambil penulis adalah
perbandingan antara jarak dan waktu. Posisi aperture berada pada jarak antara
8315 sampai 8900 dengan lebar aperture 585, dan pada kedalaman 1,85 secon
sampai 2,45 secon dengan tinggi aperture 0,6 secon, serta dengan kecepatan ratarata 2451 m/s. Berdasarkan migrasi Somasi Kirchoff, terlihat model aperture
gelombang difraksi itu merupakan jenis gelombang difraksi vertikal disebabkan
karena adanya kombinasi kecepatan gelombang seismik pada titik tersebut
kemudian diaplikasikan dalam bentuk Horizon Velocity.

(a)

(b)

Gambar 4.9. Penampang Gelombang Difraksi
(a) Sebelum Dieliminasi Dan (b) Setelah Dieliminasi
Proses migrasi yang dilakukan adalah dengan Pre Stack Time
Migration yang dilakukan untuk mendapatkan penampang seismik yang dapat
menggambarkan kondisi bawah permukaan beserta penampang gelombang
difraksi yang merusak data agar dapat dieliminasi. Dari gambar diatas dapat

43

dilihat perbedaan antara penampang yang belum dieliminasi dan penampang yang
telah dieliminasi. Pada gambar a terlihat aperture dari efek gelombang difraksi
dengan ekor yang panjang sedangkan pada gambar b sudah tidak ada ekor dari
gelombang difraksi tersebut.
Efek dari aperture gelombang difraksi yang muncul pada penampang
gelombang seismik yang direkam merupakan akibat adanya ketidakmenerusan
berupa patahan karena adanya perbedaan kontras jenis batuan dibawah pemukaan
dasar laut, sehingga menyebabkan kombinasi kecepatan gelombang seismik. Efek
gelombang difraksi tersebut dapat dieliminasi dengan Migrasi Kirchhoff Pre Stack
Time Migration pada penarikan nilai aperture dengan nilai 700 CDP. Setelah
pengaruh efek gelombang difraksi dieliminasi maka penampang hasil proses
migrasi akan terlihat lebih jelas (Lihat Gambar Lampiran 6).

44

BAB V
PENUTUP

5.1.

KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data dan analisa yang penulis lakukan pada data

seismik tentang gelombang difraksi di daerah barat Sumatera, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Difraksi yang terjadi merupakan gabungan kecepatan gelombang difraksi
yang rendah dan tinggi sehingga membentuk aperture parabola. Difraksi
tersebut dapat dieliminasi dengan Migrasi Kirchhoff (Pre Stack Time
Migration) dan dengan velocity analysis yang bagus.
2. Aperture gelombang difraksi yang muncul dapat dieliminasi pada penarikan
nilai aperture = 700 CDP.
5.2.

SARAN
Berdasarkan pengolahan data seismik yang penulis lakukan tentang

gelombang difraksi di daerah Barat Sumatera, ada beberapa saran untuk
pengolahan data selanjutnya dapat menjadi acuan sehingga mendapatkan hasil
yang lebih baik, yaitu :
1. Lakukan velocity analysis dengan baik dan teliti agar hasil migrasi menjadi
bagus sehingga penampang menjadi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Setiap langkah yang dilakukan disetiap flow harus dapat dipahami dengan
baik.

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agus., 2007, Ensiklopedi Seismik Setitik bakti dari anak Negeri,
http:///ensiklopediseismik.blogspot.com
Abdullah, Agus., 2007, Dunia seismik, http:///duniaseismik.blogspot.com
Bustami, Faisal., 2001, Seismic Data Processing Training Guide, Fakultas MIPA
Universitas Indonesia, Depok.
Prakoso, Pandhu., 2009, Pengolahan data seismik 2D Line 007 Lapangan X
Mengguakan Software Focus 5.4 dan Geodept 8.2, Fakultas MIPA
Universitas Indonesia, Depok.
Priyono, Awali, Dr., 2001, Buku Ajar Seismik Eksplorasi untuk Bidang Ilmu
Kebumian, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Ilmu
Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
Rastogi, Richa., Yerneni, Sudhakar., dan Phadke, Suhas., 1997, Aperture Width
Selection Criterion In Kirchhoff Migration, Center for Development of
Advanced Computing, Pune University Campus, Ganesh Khind, Pune
411007, India.
Sukmono, S., 2007, Post And Prestack Seismic Inversion for Hidrocarbon
Reservoir Caracterization, Departement Of Geofisical Engineering,
ITB, Bandung.
Sun, Shuang., dan Bancroft, John C., 2001, The Migration Aperture Actually
Contribute To The Migration Result.
Yilmaz, Oz., 2001, Seismik Data Analisis, volume I, SEG.

1

LAMPIRAN 1

Data Mode Station

a

LAMPIRAN 2

Data Mode Shot

b

LAMPIRAN 3

Data Mode CDP

c

LAMPIRAN 4

Data line 137 yang masih terdapat difraksi : Perbatasan data (diatas garis biru) dan non data (dibawah garis biru)

Kawasan data yang digunakan

Kawasan multipel yang tidak diperlukan

d

LAMPIRAN 5

Penampang Data Sebelum Migrasi

Difraksi Objek

e

LAMPIRAN 6

Hasil migrasi line 137 : Difraksi objek setelah dieliminasi

Difraksi Objek
setelah dimigrasi

f