commit to user
Pada fluida kerja, laju penguapan sebanding dengan panas yang diserap sebagai kalor laten penguapan.
Adapun keuntungan menggunakan pipa kalor sebagai penukar kalor adalah karena:
1. Mudah dan fleksibel dalam pembuatan karena hanya terdiri dari
3 komponen utama, yaitu wadah pipa yang tertutup rapat, fluida kerja dan struktur kapiler.
2. Mudah dalam perawatan. Pipa Kalor tidak memerlukan
perawatan mekanis karena tidak ada bagian yang bergerak yang dapat rusak.
3. Penukar kalor yang ekonomis. Alat ini tidak memerlukan
masukan tenaga dalam pengoperasian dan bebas dari pelumasan dan pendinginan.
4. Pipa kalor membutuhkan daya fan lebih rendah dan
meningkatkan efisiensi panas sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu penelitian tentang pipa kalor perlu dikembangkan
terutama untuk recovery panas pada temperatur rendah. Penelitian ini dilakukan dengan menguji pipa kalor pada saluran udara dengan variasi
temperatur evaporator pipa kalor dan laju aliran udara pada duct untuk mengetahui unjuk kerja dan hambatan termal pipa kalor pada masing-
masing variasi.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik perpindahan panas pada penukar kalor
jenis pipa kalor dengan variasi fluida kerja berupa etanol kadar 90 pada temperatur 60
o
C, 80
o
C, dan 100
o
C pada konstruksi tiga pipa terhadap efektivitas perpindahan panas dan hambatan termalnya.
2. Bagaimana karakteristik perpindahan panas pada penukar kalor
jenis pipa kalor berfluida kerja R-134a dengan variasi temperatur evaporator pipa kalor 40
o
C, 60
o
C, dan 80
o
C terhadap efektivitas perpindahan panas dan hambatan termalnya.
commit to user
3. Bagaimana karakteristik perpindahan panas pada penukar kalor
jenis pipa kalor berfluida kerja etanol kadar 90 dan R-134a dengan variasi kecepatan aliran udara pada saluran udara duct terhadap
efektivitas perpindahan panas dan hambatan termalnya.
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah dibatasi pada: 1.
Bahan pipa selubung terbuat dari tembaga, jenis wick adalah wrapped screen terbuat dari ayakan pasir dengan mesh 4, dan kontrol
gravitasi. 2.
Panjang daerah kondensor dan evaporator pada pipa kalor masing- masing 10 cm dan 12 cm. Sedangkan panjang adiabatik 3 cm.
3. Fluida yang mengalir pada saluran uji duct berupa udara pada
temperatur kamar tanpa perlakuan dengan aliran menyilang crossflow.
4. Perpindahan panas pada daerah adiabatik pipa kalor dan
perpindahan panas pada saluran uji duct ke lingkungan diabaikan karena pada daerah tersebut terisolasi.
5. Fluida kerja pada temperatur rata-rata evaporator 60
o
C, 80
o
C, dan 100
o
C adalah etanol kadar 90 dan fluida kerja pada temperatur rata-rata evaporator 40
o
C, 60
o
C, dan 80
o
C adalah R-134a. Rasio pengisian etanol kadar 90 sebagai fluida kerja pipa kalor sebesar
0,5. Sedang pada fluida kerja R-134a diisikan pada tekanan 0,9 MPa T
sat
35,53
o
C. 6.
Pipa kalor diujikan pada saluran uji duct pada posisi vertikal. 7.
Saluran uji duct berbentuk balok berongga dengan lebar x tinggi permukaan dalam 12 cm x 12 cm dengan panjang saluran 130 cm
ditambah dengan pipa berdiameter 2 inch sepanjang 60 cm sebelum saluran uji duct.
1.4. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk:
commit to user
1. Mengkaji teknologi penukar kalor jenis pipa kalor sebagai alat
recovery panas pada temperatur 60
o
C, 80