Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur

PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR
TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI MULIA 01
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH
QOYS MUHAMMAD IQBAL AL-HALAJ
AL HALAJ
109104000016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2014 M

ii


iii

iv

v

RIWAYAT HIDUP
Nama

: Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj

Tempat, Tanggal Lahir

: Cirebon, 30 Maret 1991

Status Pernikahan

: Belum Menikah


NIM

: 109104000016

Alamat

: Jl. Raya Labuan KM.13, Kp. Cisantri Rt/ Rw:
03/05, Kec. Cipeucang, Kab. Pandeglang-Banten

Telepon

: 085695654269

Email

: aqmi_alhalaj@yahoo.com/aqmi.alhalaj@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Panguragan I


[1997-1999]

2. SD Negeri Purwaraja II

[1999-2000]

3. SD Negeri Panguragan I

[2000-2002]

4. SD Negeri CurugBarang II

[2002-2003]

5. SMP Negeri I Pandeglang

[2003-2006]

6. SMA NegeriI Pandeglang


[2006-2009]

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2013
Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj, NIM: 109104000016
Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di
Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur
xviii + 120 halaman + 19 tabel + 6 gambar + 8 lampiran
ABSTRAK
Gangguan tidur merupakan satu dari syndrom geriatric yang dapat
mengakibatkan kualitas tidur yang buruk. Dzikir Menjelang Tidur (DMT)
memiliki kesamaan dengan meditasi dengan titik fokus konsentrasinya adalah
Allah kegiatan DMT terdiri dari berwudhu, do’a, dan dzikir untuk
membangkitkan respon relaksasi yang diharapkan dapat memperbaiki skor
kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir
menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha

Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan control group.
Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan 30 responden
yang terbagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden
kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama 7 hari berturut-turut. Evaluasi skor
kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Perbedaan
skor kualitas tidur masing-masing kelompok diuji dengan uji t berpasangan dan
perbedaan kualitas tidur antara kelompok kontrol dan intervensi di uji dengan uji t
tidak berpasangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir
dengan kualitas tidur kelompok intervensi pada sebelum dan sesudah melakukan
DMT (p=0,000; α=5%; η=0,75). Tidak terdapat perbedan rerata skor kualitas tidur
yang bermakna pada kelompok kontrol (p=0,136; α=5%). Terdapat perbedaan
rerata skor kualitas tidur yang bermakna antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol (p=0,000; α=5%; η=0,357). Dari kekuatan pengaruhnya, DMT
memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan kualitas tidur pada kelompok
intervensi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat
yang berada dirumah sakit maupun dikomunitas untuk memasukkan DMT ke
dalam program yang diterapkan dalam meningkatkan kualitas tidur lanjut usia.


Kata kunci: lanjut usia, dzikir menjelang tidur, kualitas tidur
Daftar Bacaan: 93 (1975-2013)

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduates Thesis, January 2014
Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj, NIM: 109104000016
The Effect of Dhikr Prior Sleeping Toward Elderly’s Quality of Sleep in
Panti Sosial Trena Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur
xviii +120 pages +19 tables + 6 images + 8 attachments
ABSTRACT
Sleep disturbance is one of the geriatric syndrome that can lead to poor
sleep quality. Sleeping Towards Dhikr (DMT) has in common with the focal point
of concentration meditation is Allah which DMT’s activities are performed
ablution, prayer, and remembrance to evoke the relaxation response which is
expected to improve sleep quality. This study aimed to identify the effect of dhikr

prior sleeping to quality of sleep in the elderly at Panti Sosial Trena Wredha Budi
Mulia 01 Jakarta Timur.
This study used a quasi-experiment design with control group. The sampling
technique used random sampling with 30 respondents which were divided into 15
respondents as intervention group and 15 respondents as control
group.Intervention administered for seven consecutive days. Evaluation of sleep
quality scores using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire. Differences
sleep quality score of each group tested by paired t test and differences in sleep
quality between the control and intervention groups tested with unpaired t test.
The results of this study indicate there is a strong influence of the dhikr with
the quality of the sleep intervention group before and after DMT (p=0.000; α=5%;
η=0.75). There is no significant effect mean score of sleep quality in the control
group (p=0.136; α=5%). There was differences in the mean scores meaningful
sleep quality between the intervention group and the control group (p=0.000; α=
5%; η=0.357). The power of DMT has a strong influence on the improvement of
the quality of sleep in the intervention group.
The results of this study are expected to be consideredby the nurses who
work in the hospital or in the community to apply the DMT programapplied in
improving sleep quality of elderly.


Keywords : elderly, dhikr prior sleeping, quality of sleep
Reading List : 93 (1975-2013)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur
Lanjut Usia Di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur” yang disusun dan
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk seminar proposal penelitian
sebelum melakukan penelitian. Shalawat serta salam semoga selalu tecurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, pembawa syari’ah-Nya yang
universal bagi semua makhluk dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir
zaman. Khusus untuk peneliti, Nabi Muhammad-lah sebagai inspirasi bagi
peneliti dalam menentukan judul proposal skripsi, karena setiap kata, ucap,
langkah, dan perbuatan beliau adalah teladan bagi seluruh makhluk di alam
semesta.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan
yang peneliti hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang
luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
ini, peneliti ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan
yang tidak yang tidak terhingga, kepada:
1.

Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

ix

2.

Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.


Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti
yang telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada peneliti
selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Ibu Tien Gartinah, M.N.

selaku pembimbing pertama yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama
membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan, pengetahuan,
dan bimbingan pada peneliti.
5.

Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M. Kep. selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama
membimbing peneliti dan banyak memberikan masukan, pengetahuan,

dan bimbingan pada peneliti.

6.

Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk
pada bangku kuliah

7.

Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan
Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensireferensi sebagai bahan rujukan skripsi.

x

8.

Walikota Jakarta Timur dan pihak PSTW Budi Mulia 01 Jakarta
Timuryang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam
melakukan penelitian.

9.

Walikota Jakarta Selatan dan pihak PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan
yang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan uji
validitas dan reliabilitas.

10. Seluruh civitas akademika FKIK maupun non-FKIK yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas do’a, dukungan dan
semangat yang telah diberikan kepada peneliti.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga peneliti dapat memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya
bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Januari 2014

Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj

xi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Aku adalah menifestasi dari ketiadaan yang telah Engkau adakan.
Melalui engkau, wahai Nabi Muhammad saw, Allah memberikan inspirasi dalam
skripsi ini
Melaui engkau, wahai Mimi, Allah mengajarkan apa itu cinta, kasih, sayang,
rindu, keikhlasan, kekhawatiran, kepedulian dan perhatian
Melalui engkau, wahai Mamo, Allah Mengajarkan kepadaku apa itu arti hidup,
ketegaran, kesabaran, kebenaran, tanggungjawab dan hakikat dari kehidupan
Yaa Rabb, jadikan segala apa yang telah Engkau Ajarkan melalui wali hamba
mengalir kedalam darah hamba, meresap keseluruh tubuh hamba dan
tertaman dan mencengkeram kuat pada hati hamba
Ya Rabb, golongkan kedua waliku ke dalam hamba-hamba-Mu yang pada
akhirat nanti mampu melihat Wajah-Mu dengan penuh kebahagian dan
kegembiraan
Tiada kebahagian yang paling indah bagi hamba selain dapat melihat WajahMu dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan di akhirat nanti karena aku
adalah bentuk ketiadaan yang telah Engkau adakan
Alhamdulillahirabbil’alamiin

xii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................

i

PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................................

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................................. xii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................
D. Tujuan Penelitian .............................................................................
E. Manfaat Penelitian ...........................................................................
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................

1
7
8
8
9
10

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Tidur .................................................................................................
1. Pengertian ....................................................................................
2. Fisiologi Tidur .............................................................................
3. Fungsi Tidur ................................................................................
4. Kualitas Tidur ..............................................................................
5. Instrumen Pengukur Kualitas Tidur ...........................................
B. Lanjut Usia ......................................................................................
1. Pengertian ....................................................................................
2. Perubahan pada Lanjut Usia ........................................................
3. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia ..............................................
C. Meditasi ............................................................................................
1. Pengertian...................................................................................
2. Klasifikasi Meditasi ...................................................................
3. Respon Tubuh terhadap Meditasi...............................................
4. Manfaat Meditasi .......................................................................
5. Meditasi dan Dzikir ....................................................................

11
11
11
15
16
19
22
22
23
24
31
31
31
34
35
36

xiii

D. Dzikir................................................................................................
1. Pengertian...................................................................................
2. Keutaman Dzikir ........................................................................
3. Macam dan Bentuk Dzikir .........................................................
4. Dzikir Menjelang Tidur..............................................................
E. Penelitian Terkait ............................................................................
F. Kerangka Teori.................................................................................

37
37
38
41
43
48
50

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ............................................................................. 51
B. Hipotesis .......................................................................................... 53
C. Definisi Operasional......................................................................... 54

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..............................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................
C. Populasi Penelitian ..........................................................................
D. Sampel Penelitian ............................................................................
E. Instrumen Penelitian.........................................................................
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ..........................................................
G. Alur Penelitian ................................................................................
H. Cara Kerja Penelitian .......................................................................
I. Teknik Analisis Data .......................................................................
J. Etika Penelitian ................................................................................

BAB V

HASIL PENELITIAN
A. Analisis Preliminari........................................................................... 92
B. Analisis Univariat ............................................................................. 94
C. Analisis Bivariat ............................................................................... 97

BAB VI

PEMBAHASAN
A. Pembahasan ....................................................................................... 105
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 116

56
57
58
59
62
69
74
75
86
89

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 118
B. Saran.................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel
Hal
2.1
Perbandingan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index dan Sleep
Quality Scale .................................................................................. 21
3.1
Definisi Operasional ........................................................................ 54
4.1
Waktu dan Kegiatan Penelitian ...................................................... 58
4.2
DistribusiPertanyaan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality
Index ................................................................................................ 65
4.3
DistribusiPernyataan Kuesioner Geriatric Depression Scale ........ 67
4.4
Distribusi Pertanyaan Kuesioner Mini Mental State
Examination ..................................................................................... 68
4.5
Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner PSQI ............ 71
4.6
Distribusi Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner GDS ............ 72
4.7
Pedoman Interpretasi Nilai η dan r menurut Kriteria
Cohen (1988) .................................................................................. 89
5.1
Distribusi Hasil Uji Normalitas Data ............................................. 93
5.2
Distribusi Usia Responden ............................................................. 94
5.3
Distribusi Jenis Kelamin Responden .............................................. 95
5.4
Distribusi Komponen Kualitas Tidur pada Responden ................... 96
5.5
Distribusi Skor Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol........ 97
5.6
Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada
Pretest dan Posttest ......................................................................... 98
5.7
Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadapa Perbedaan Rerata
Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest dan
Posttest ............................................................................................ 99
5.8
Distribusi Jumlah Responden Kelompok Intervensi yang
Mengalami Perubahan Skor PSQI antara pretest dan posttest ....... 100
5.9
Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadapa Perbedaan Median
Komponen Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest
Dan Posttest ..................................................................................... 101
5.10
Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol pada Posttest .............................................. 104

xv

DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
2.1
2.2
3.1
4.1
4.2
5.1

Judul Gambar
Siklus Tidur Orang Dewasa Normal ............................................
Kerangka Teori .............................................................................
Kerangka Konsep Penelitian.........................................................
Desain Penelitian ..........................................................................
Alur Penelitian .............................................................................
Perubahan Rerata Skor Kualitas Tidur Sebelum dan
Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol .........................................................................................

xvi

Hal
15
50
51
56
74
103

DAFTAR ISTILAH
ACE

: Angiotensin-Converting Enzim

CAM

: Complementary and Alternative Medicine

EDS

: Excessive Daytime Sleepiness

EEG

: Electroencephalography

GAI-SF

: Geriatric Anxiety Inventory-Shot Form

GDS

: Geriatric Depression Scale

MMSE

: Mini Mental State Examination

Md

: Median

NREM

: Non-Rapid Eye Movement

OSA

: Obstructive Sleep Apnea

PLMS

: Periodic Limb Movements in Sleep

PSQI

: Pittsburgh Sleep Quality Index

PSTW

: Panti sosial Tresna Wredha

RAS

: Reticular Activating System

RBD

: REM-sleep Behavior Disorder

RLS

: Restless Legs Syndrome

REM

: Rapid Eye Movement

SD

: Standar Deviasi (simpang baku/ sb)

SWS

: Slow Wave Sleep

UIN

: Universitas Islam Negeri

WBS

: Warga Binaan Sosial

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

Lembar Persetujuan Subjek Penelitian
Kuesioner Penelitian
Prosedur Dzikir Menjelang Tidur
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil Penelitian
Daftar Urut Undian Responden
Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian
Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas

xviii

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penduduk terbanyak ketiga se-Asia,
dengan jumlah lanjut usia pada tahun 2010 (di atas 60 tahun) sebanyak
16.713.926 orang atau 6.93% dari jumlah total seluruh penduduk Indonesia.
Jumlah usia 50-59 sebanyak 20.695.843 orang yang merupakan calon lanjut
usia dalam beberapa tahun ke depan. Kenaikan angka usia harapan hidup dari
65.6 tahun (pada tahun 1998) menjadi 71 tahun, maka jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia akan semakin meningkat (Kementerian Kesehatan RI,
2012).
Manusia dalam rentang hidupnya memiliki 8 tahap perkembangan, dan
tahap perkembangan yang terakhir adalah lanjut usia. Lanjut usia itu sendiri
merupakan periode perkembangan manusia yang dimulai pada usia 60 tahun
atau 70 tahun dan berakhir sampai kematian (Santrock, 2006). Tahap
perkembangan lanjut usia dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan
penurunan metabolisme sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan fungsi
tubuh dan perubahan komposisi tubuh (Stockslager & Schaeffer, 2008) serta
terjadi penurunan kekuatan dan kesehatan (Santrock, 2006). Salah satu
keluhan yang dirasakan terkait tidur adalah kesulitan untuk tidur (Potter &
Perry, 2011), sering terbangun saat tidur malam (Meiner & Annette, 2006)
dan merasa tidak segar saat terbangun dari tidur (Wold, 2008).

1

2

Cuellar et. al. (2007 dalam Potter& Perry, 2011) menemukan bahwa
lebih dari 50% lanjut usia (65 tahun ke atas) melaporkan memiliki gangguan
tidur. Lanjut usia memiliki kualitas tidur yang buruk, yaitu sebanyak 77.7%
dari 301 responden (Lo & Lee, 2010), karena seiring bertambahnya usia,
semakin menurun persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement) dan SWS
(Slow Wave Sleep) pada tidur lanjut usia (Ohayon et.al. 2004 dalam Crowley,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Hidayati (2012) pada
lanjut usia di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri menemukan bahwa dari 97
subjek penelitian, 68 subjek penelitian (70.1%) memiliki kualitas tidur buruk.
Menurut usia, persentase subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur buruk
yang berusia 60 sampai 74 tahun dan 75 sampai 89 tahun secara berturut-turut
adalah 65.3% dan 85.7%.
Tidur adalah kebutuhan dasar manusia. Menurut hirarki kebutuhan
dasar manusia Maslow (1970 dalam Potter & Perry, 2011; Kozier, et. al.
1998), tidur menempati tingkatan yang paling dasar, yaitu pada area
kebutuhan fisiologis yang menunjukkan bahwa tidur sangatlah penting bagi
manusia, seperti halnya udara, makan, minum, istirahat, aktifitas, menjaga
suhu tubuh, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Kebutuhan tidur
yang tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi dan mencapai kebutuhan dasar manusia pada tingkatan
yang selanjutnya, yaitu keamanan dan kenyamanan, cinta dan rasa memiliki,
harga diri, bahkan sampai yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri (Potter &
Perry, 2011).

3

Tidur yang buruk juga berhubungan dengan meningkatnya gejala
depresi tetapi hanya pada gejala fungsionalnya (contohnya penurunan
konsentrasi) dan bukan alam perasaannya (contohnya sedih). Masalah pada
tidur bisa berkontribusi terhadap perbedaan kemampuan antar lanjut usia,
tetapi hanya pada kemampuan fungsi kognitif area tertentu (Nebes et.al.,
2009). Kesulitan terhadap tidur akan menyebabkan rasa mengantuk di esok
harinya. Mengantuk merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan, jatuh,
penurunan stamina serta secara ekonomi mengurangi produktifitas seseorang
(Coll, 2001 dalam Rahayu, 2007), ini dikarenakan orang yang mengantuk
mengalami disorientasi terhadap lingkungan sekitar, selain itu juga orang
yang mengantuk mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi serta merasa
lelah sehingga lebih cenderung ingin beristirahat bila dibandingkan untuk
bekerja (Wold, 2008).
Gangguan pada tidur berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas
(Crowley, 2010). Gangguan tidur pada lanjut usia berhubungan dengan risiko
jatuh (Wold, 2008). Hill et.al. (2007) melaporkan bahwa dari 150 subjek
penelitian, 44% melaporkan pernah jatuh tahun lalu. Tiga puluh enam dari
yang melapor ini mengalami luka ringan karena jatuh, 20% mengalami jatuh
berulang. Menurut waktu kejadian jatuhnya, 83% jatuh pada siang hari dan
17% pada malam hari. Seseorang yang kesulitan untuk tidur, maka akan
mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan atau berpindah berpindah
(Wold, 2008) kesulitan dalam melihat, dan meminum obat (Rahayu, 2007).
Maka dari itu, sangatlah penting upaya penanganan gangguan tidur untuk
mencegah dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari gangguan tidur.

4

Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan secara famakologis dan
nonfarmakologis, tetapi terapi farmakologis memiliki efek samping yang
berbahaya, seperti dapat terjadi toleransi dosis dan jika pengobatan dihentikan
gejala dapat muncul kembali (Zion & Israel, 2009), merasa mengantuk di
pagi harinya dan jika pengobatan diberikan dalam dosis tinggi dapat
menimbulkan amnesia anterograde (Trevor & White, 2007). Trevor & Way
(2007) mengatakan bahwa pemakaian jangka panjang terapi hipnotik bersifat
irasional dan sangat membahayakan.
Penelitian terkait upaya peningkatan kualitas tidur melalui terapi
nonfarmakologis dilaporkan oleh King et. al. (2008) yang melaporkan bahwa
program latihan fisik dengan intensitas menengah selama 12 bulan pada
lanjut usia menunjukkan dampak yang positif bagi kesehatan, dalam hal tidur
dapat meningkatkan kualitas tidur. Latihan fisik ini juga mempersingkat
waktu untuk tertidur dan merasa cukup istirahat pada pagi harinya. Ziv,
Rotem, Arnon, dan Haimov (2008) mengatakan bahwa relaksasi musik lebih
efisien meningkatkan tidur bila dibandingkan dengan latihan relaksasi otot
progresif (progressive muscular relaxation). Kedua jenis relaksasi ini
dilakukan selama 40 menit. Musik yang diperdengarkan adalah lagu yang
pelan diiringi musik piano dengan musik latarnya biola dan lonceng yang
semakin pelan selama 10 menit dan diulang 4 kali.
Respon relaksasi yang efektif bisa dimunculkan melalui meditasi
(Potter & Perry, 2011). Meditasi adalah memusatkan konsentrasi pada satu
titik (Edelman & Mandle, 2010). Meditasi dapat dilakukan dengan cara
mendengarkan musik, mengucapkan kalimat sakral, latihan pernapasan dan

5

lain-lain (Potter & Perry, 2011). Latihan meditasi dapat memberikan rasa
nyaman dari nyeri kronis, insomnia, kecemasan, dan depresi serta dapat
membantu mengatasi efek terapi yang tidak nyaman (Bormann et. al., 2008;
Wachholtz & Pargament, 2008).
Terdapat suatu ibadah didalam islam yang dalam pelaksanaannya
memiliki kesamaan dengan meditasi, yaitu dzikir. Dzikir adalah semua amal
atau perbuatan baik yang lahir maupun batin, yang membawa seseorang
untuk mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya, salah satu
kegiatannya adalah mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang dalam
kondisi dan waktu tertentu (Irham, 2011). Menurut peneliti terdapat
kesamaan antara dzikir dan meditasi, yaitu keduanya memfokuskan
konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan titik
fokus konsentrasinya adalah Allah.
Membaca kata secara berulang-ulang juga memiliki manfaat terapeutik
yang sama layaknya meditasi dan latihan relaksasi (Eliopoulos, 2005), salah
satunya meningkatkan suasana hati dan menurunkan kecemasan (Hanlon,
Blackman, Glick, 2009). Sebagaimana firman Allah swt:

ُ‫ﷲ َﺗ ْط َﻣﺋِنﱡ ْاﻟﻘُﻠُوب‬
ِ ‫ِﯾن آ َﻣ ُﻧوا َو َﺗ ْط َﻣﺋِنﱡ ﻗُﻠُو ُﺑ ُﮭ ْم ِﺑ ِذ ْﻛ ِر ﱠ‬
ِ ‫ﷲ ۗ أَ َﻻ ِﺑ ِذ ْﻛ ِر ﱠ‬
َ ‫اﻟﱠذ‬
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28).
Rasulullah saw pun menganjurkan kita agar berdzikir kepada Allah.
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau berkata:”… Dan
barangsiapa yang berbaring, kemudian ia tidak dzikir kepada Allah maka ia

6

juga akan mendapat kerugian di hadapan Allah.” (HR. Abu Dawud). Sebagai
seorang muslim, tentunya dianjurkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah
saw, dan mengikuti segala tutur kata dan perilaku dari beliau. Sebagaimana
firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS: alAhzab [33]:21).
Prinsip perawat dalam perawatan lanjut usia adalah berusaha membantu
lanjut usia dalam mencapai tingkat kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual yang optimal secara keseluruhan. Melalui perannya sebagai
pendidik, perawat memberikan informasi terkait kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas tidur pada lanjut usia, dan melalui perannya sebagai
pemberi pelayanan kesehatan, perawat mengikutsertakan lanjut usia dan
sekaligus meningkatkan kemandirian lanjut usia dalam upaya peningkatan
kualitas tidur. Sebagai innovator, perawat melakukan penelitian dan
pengembangan terkait praktik-praktik keperawatan, misalnya dalam upaya
peningkatan kualitas tidur lanjut usia (Eliopoulos, 2005).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 orang WBS (Warga
Binaan Sosial) di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur pada bulan April 2013
didapatkan sembilan WBS mengatakan merasa tidurnya tidak nyenyak dan
tujuh dari sembilan WBS tersebut tertidur di keesokan harinya. Enam dari
sepuluh WBS tersebut terbangun 2 kali/ lebih ketika tidur malam hari.
Sepengetahuan penulis, sekarang ini belum ditemukan data terkait hubungan

7

dan pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia. Maka
dari itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dzikir menjelang tidur
terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.

B. Rumusan Masalah
Jumlah lanjut usia yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia (Khasanah & Hidayanti, 2012). Kualitas
tidur yang buruk berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas (Crowley,
2010). Berbagai studi terkait kualitas tidur lanjut usia dan metode terapi
penanganan gangguan tidur pada lanjut usia baik yang farmakologis dan
nonfarmakologis telah banyak dilakukan, tetapi penanganan farmakologis
memiliki efek samping yang berbahaya (Trevor & White, 2007; Zion &
Israel, 2009). Penanganan nonfarmakologis yang dilakukan dengan
menggunakan respon relaksasi sebagai terapi penanganan gangguan tidur
Respon relaksasi yang efektif bisa dimunculkan melalui meditasi
(Potter & Perry, 2011). Terdapat suatu ibadah didalam islam yang dalam
pelaksanaannya memiliki kesamaan dengan meditasi, yaitu dzikir karena
sama-sama mengfokuskan pada satu titik (Edelman & Mandle, 2010; Irham,
2011). Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai hubungan dan pengaruh
dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia belum ditemukan.
Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh
dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi
Mulia 01 Jakarta Timur.

8

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik responden (usia dan jenis kelamin) lanjut usia di
PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
2. Bagaimana gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif,
tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang
hari) pada responden.
3. Bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol.
4. Bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan
dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi.
5. Apakah terdapat perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta
Timur.
6. Apakah terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur
pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
7. Apakah terdapat perbedaan skor komponen kualitas tidur (kualitas tidur
subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi
di siang hari) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang
tidur pada kelompok intervensi.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas
tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.

9

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia dan jenis kelamin)
lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
b. Mengidentifikasi gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur
subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan
disfungsi di siang hari) pada responden di PSTW Mulia 01 Jakarta
Timur.
c. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol.
d. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi.
e. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada lanjut usia di PSTW Budi
Mulia 01 Jakarta Timur.
f. Mengidentifikasi perbedaan skor komponen kualitas tidur (kualitas
tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan
disfungsi di siang hari) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir
menjelang tidur pada kelompok intervensi.

E. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat intervensi keperawatan di rumah sakit

10

ataupun di panti jompo untuk pasien lanjut usia yang memiliki kualitas
tidur yang buruk.
2. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai bahan tambahan
untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan
gerontik tentang praktik melakukan dzikir menjelang tidur dan pengaruh
dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia.
3. Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan penelitian selanjutnya mengenai dzikir atau kualitas tidur.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan gerontik, khususnya
untuk melihat variabel dzikir menjelang tidur terhadap variabel kualitas tidur
lanjut usia. Kualitas tidur memperlihatkan efektifitas tidur, bila kualitas tidur
baik maka efektifitas tidur semakin baik. Sampel penelitian adalah lanjut usia
di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Penelitian dilakukan di wilayah
PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur pada bulan November sampai Desember
2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain kuasi
eksperimen dengan two group pretest-posttest design. Intervensi dzikir
menjelang tidur dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Data yang digunakan
adalah data primer dengan menggunakan kuesioner Pittsbrugh Sleep Quality
Index (PSQI) untuk mengukur skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
intervensi (setelah 7 hari intervensi).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tidur
1.

Pengertian Tidur
Potter dan Perry (2011) mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan
berulang-ulang dimana terdapat perubahan status kesadaran yang terjadi
selama periode tertentu. Meiner dan Annette (2006) menambahkan bahwa
selain keadaan perubahan status kesadaran yang berulang-ulang selama
periode tertentu, tidur juga merupakan kegiatan yang alami, dimana tubuh
dan pikiran mengalami istirahat secara fisiologis. Memperjelas pendapat
Meiner dan Annette, Kozier et.al. (1998) menyatakan bahwa pada saat tidur,
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan.
Menurut Mosby’s Dictionary (2006) pada saat tidur aktifitas otot skeletal
berkurang dan metabolisme tubuh melambat.

2.

Fisiologi Tidur
Tidur adalah sebuah siklus dari proses yang fisiologis dan diganti
dengan periode terjaga yang lebih lama (Potter & Perry, 2011), karena tidur
adalah sebuah siklus fisiologis, tentunya ada yang mengatur siklus tidurbangun. Siklus tidur-bangun mengikuti irama sirkadian, yaitu irama yang
terjadi selama 24 jam (Potter & Perry, 2011; Tortora & Derrickson, 2009;
Meiner & Annette, 2006), atau siklus siang-malam tubuh (Wold, 2008).
Bagian hipotalamus, yaitu suprachiasmatic nucleus diyakini yang mengatur
irama sirkadian (Tortora & Derrickson, 2009; Neikrug & Israel, 2010; Meiner

11

12

& Annette, (2006); Klein et.al., (1991) dalam Crowley, 2010). Irama
sirkadian dipengaruhi oleh cahaya (Neikrug & Israel, 2010; Zeitzer, Ruby,
dan Heller, 2012), suhu, stres, dan aktivitas sosial (Potter & Perry, 2011).
Sekresi melatonin secara alami membantu irama sirkadian pada siklus tidur
bangun, yaitu membantu peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tidur
secara perlahan (Pandi-Perumal et. al., 2007 dalam Potter & Perry, 2011) dan
melatonin disekresi saat tingkat kecerahan cahaya berkurang (Wold, 2008).
Tidur dan terjaga merupakan dua proses yang sangat berbeda (Jones,
2005 dalam Potter & Perry, 2011). Kedua proses ini diatur dua mekanisme
serebral yang bergantian untuk mengaktivasi dan menekan pusat pengaturan
tidur dan terjaga (Potter & Perry, 2011). Reticular Activating System (RAS)
yang merupakan bagian reticular formation berfungsi untuk mempertahankan
keadaan terjaga (Tortora & Derrickson, 2009), sedangkan syaraf di
parasimpatis adalah pusat pengontrol dalam mempertahankan keadaan tidur
(Potter & Perry 2011), karena selama tidur aktivitas saraf parasimpatis
meningkat sedangkan aktivitas saraf simpatis menurun (Tortora &
Derrickson, 2009)
Wold (2008) mengatakan bahwa keadaan terjaga dikendalikan oleh
neurotransmiter norepinepfrin, sedangkan keadaan tidur dikendalikan oleh
neurotransmiter serotonin. Pendapat Wold diperkuat oleh Tortora dan
Derrickson (2009), bahwa norepinefrin berperan dalam proses terbangun dari
tidur dan serotonin berperan dalam poses tidur, karena melatonin yang
membantu jam biologis tubuh atau irama sirkadian pada siklus tidur
merupakan senyawa turunan dari serotonin.

13

National Sleep Foundation (2006 dalam Potter & Perry 2011)
menyatakan

bahwa

yang

mengatur

siklus

tidur-bangun

adalah

neurotransmiter adenosin. Tortora dan Derrickson (2009) menambahkan
bahwa adenosin akan berikatan dengan reseptor A1, dan menghambat saraf
kolinergik pada RAS mengeluarkan asetilkolin (yang dapat mengaktifkan
RAS), sehingga mendorong untuk tertidur.
Pada saat aktif, RAS akan membantu meneruskan impuls saraf ke
sebagian besar wilayah korteks serebral, baik secara langsung maupun
melalui thalamus, sehingga korteks serebral menjadi aktif. Kondisi ini yang
disebut sebagai keadaan terjaga atau sadar. Penurunan aktivitas RAS dapat
menyebabkan tidur karena tidak ada impuls yang diteruskan ke korteks
serebral. RAS menerima impuls dari retina, yaitu cahaya (melalui
suprachiasmatic nuclei); auditori, yaitu suara; nociceptor, yaitu nyeri;
sentuhan maupun tekanan dari kulit; proprioceptor & vestibular, yaitu
pergerakan dan keseimbangan tubuh, tetapi tidak menerima impuls dari saraf
olfaktori (penghidu), sehingga impuls-impuls diatas dapat mengaktivasi RAS,
dan sebaliknya bila impuls diatas berkurang maka akan menurunkan aktivitas
RAS (Tortora & Derrickson, 2009).
Saat seorang individu mencoba untuk tertidur, ia menuju ruangan yang
gelap, tenang, temperatur ruangan yang nyaman dan kemudian menutup
matanya, maka stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry 2011).
Mata yang tertutup dapat menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina,
penurunan stimulus cahaya ini akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan
pada akhirnya menstimulasi kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi

14

melatonin. Penurunan aktifitas RAS akan menurunkan aktifitas korteks
serebral ditambah dengan peningkatan kadar melatonin yang membuat
mengantuk dan pada akhirnya tertidur (Tortora & Derrickson, 2009). Individu
tersebut tidak akan terbangun sampai menyelesaikan siklus tidur yang biasa
dialaminya atau sampai ada rangsangan dari lingkungan yang akan
menstimulasi aktivitas RAS untuk aktif, sehingga nantinya akan terbangun.
(Potter & Perry 2011).
1) Tahap-Tahap Tidur
Tahap tidur normal terdiri dari 2, yaitu tidur non-rapid eye
movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Selama
NREM, seseorang yang tidur akan mengalami peningkatan empat tahap
NREM selama 90 menit dari siklus tidurnya. Dari tahap 1 sampai 4,
kualitas tidur semakin meningkat (Potter & Perry, 2011). Tidur REM
merupakan tahap tidur yang terjadi kira-kira disetiap 90 menit terakhir
dari siklus tidur dan tidak terpisah dari siklus tidur (Potter & Perry, 2011;
Montgomery & Shepard, 2010).
2) Siklus Tidur
Pola tidur yang normal yang rutin dimulai dengan presleep yaitu
perubahan dari keadaan sadar sampai menjadi mengantuk, dan lamanya
10 – 30 menit, kemudian memasuki tidur dan menyelesaikan 4 – 6 siklus
tidur (Potter & Perry, 2011; Wold, 2008). National Sleep Foundation
(2006, dalam Potter & Perry 2011) mengungkapkan bahwa setiap siklus
tidur berlangsung selama 90 – 110 menit, sedangkan Wold (2008)
mengatakan setiap siklus tidur berlangsung selama 60 – 120 menit. Pola

15

siklus tidur meningkat dari tahap 1 sampai 4 tidur NREM, kemudian
menjadi berbalik dari tahap 4 ke 3 dan ke 2 tahap NREM serta diakhiri
dengan tidur REM. Setelah itu dimulai siklus tidur yang baru (Potter &
Perry, 2011)
Presleep
NREM
stage 1
NREM
stage 2

REM
sleep

NREM
stage 3

NREM
stage 2
NREM
stage 3

NREM
stage 4
Gambar 2.1. Siklus tidur orang dewasa normal (Potter & Perry: Basic Nursing 30:852, 2011)

3.

Fungsi Tidur
Tujuan tidur sampai sekarang masih belum jelas. Salah satu teori
mengatakan bahwa tidur adalah waktu untuk melakukan perbaikan dan
persiapan untuk periode terjaga selanjutnya (McCance and Huether, 2006
dalam Potter & Perry 2011). Selama waktu tidur NREM tahap 4, tubuh
mengeluarkan hormon pertumbuhan untuk perbaikan dan memperbaharui
epitel dan sel-sel khusus, misalnya sel otak (Jones, 2005; McCance and
Huether, 2006 dalam Potter & Perry 2011).
Tidur REM tampak sangat penting untuk jaringan otak dan pemulihan
kognitif (Bussye, 2005 dalam Potter & Perry 2011). Pada orang dewasa
penyimpanan ingatan lebih besar terjadi pada keadaan tidur bila dibandingkan
dalam keadaan terjaga dan sebanding dengan jumlah tidur gelombang pendek

16

(Scullin, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Cribbet MR et. al. (2012)
menemukan bahwa kualitas tidur yang lebih baik mungkin memiliki efek
positif pada kesehatan orang dewasa akhir dengan cara mengurangi penuaan
sel.
4.

Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk mempertahankan
tidurnya dan mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk tidur REM dan
tidur NREM (Kozier et. al., 1998). Kualitas tidur mencakup aspek kuantitas
tidur seperti durasi tidur, tidur laten, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif
seperti dalam atau ketenangan tidur (Buysse et. al., 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur adalah:
1) Penyakit fisik
Banyak penyakit yang menyebabkan timbulnya rasa sakit, sulit
bernapas, mual, atau pun menyebabkan gangguan mood dan semua hal di
atas bisa menyebabkan gangguan tidur (Potter & Perry 2011). Bansil,
Elena, Robert, dan Paula (2011) menemukan bahwa dari 3587 penderita
hypertensi, didapat 7.5% mengalami gangguan tidur, 33.0% mengalami
tidur pendek, dan 52.1% mengalami kualitas tidur yang buruk. Tambahan
bahwa 6.5% yang mengalami gangguan tidur, bersamaan juga
mengalami tidur pendek dan kualitas tidur yang buruk.
2) Obat-obatan dan zat tertentu
Resep obat terhadap tidur lebih sering menyebabkan gangguan
pada tidur dibandingkan keuntungannya. Obat-obatan tersebut antara lain

17

hipnotik,

diuretik,

penghambat

beta-adrenergik,

narkotik,

benzodiazepam, antihistamin dan dekongestan (Potter & Perry 2011).
3) Gaya hidup
Menurut Institute of Medicine (2006, dalam Potter & Perry 2011),
mengatakan bahwa perubahan gaya hidup dapat menyebabkan penurunan
kuantitas dan kualitas tidur, seperti jumlah jam kerja yang bertambah,
banyak pekerjaan, menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi
atau menggunakan internet.
4) Pola tidur yang biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang hari
(EDS)
Mengantuk menjadi hal yang patologis bila terjadi saat individu
harus bekerja atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kehilangan tidur
sementara karena kegiatan sosial dimalam hari atau jam kerja yang
bertambah biasanya menyebabkan mengantuk di keesokan harinya
(Potter & Perry 2011).
5) Latihan fisik dan kelelahan
Orang-orang yang mengalami kelelahan tingkat menengah
biasanya mendapatkan tidur yang nyenyak, khususnya bila kelelahannya
didapat dari latihan fisik atau menikmati pekerjaannya (Potter & Perry
2011). Wang et. al. (2012) melaporkan bahwa latihan fisik akut dapat
membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan jumlah waktu tidur, dan
mengurangi terbangun saat tidur.

18

6) Asupan makanan dan kalori
National Sleep Foundation (2002, dalam Eliopoulus 2005)
melaporkan bahwa meminum satu gelas kopi sesudah makan malam
dapat menganggu kemapuan seseorang dalam mencapai tidur yang
memuaskan, efeknya bisa mulai dirasakan 15-20 menit setelah meminum
bahkan sampai 4 jam kemudian. Ini disebabkan karena kafein yang
terkandung dalam kopi dapat berikatan dengan reseptor A1 dan
mencegah adenosin berikatan dengan reseptor A1 sehingga tidak dapat
merangsang untuk tidur (Tortora & Derrickson, 2009). Schwab et. al.
(2005, dalam Potter & Perry, 2011) mengatakan bahwa penambahan
berat badan memperbesar risiko obstructive sleep apnea karena
perbesaran jaringan lunak pada saluran napas atas.
7) Stres emosional
Masalah atau situasi yang sangat mengkhawatirkan dapat
mengganggu tidur (Potter & Perry 2011). Cemas berhubungan dengan
kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputus-putus, sedangkan
depresi berhubungan dengan terbangun lebih awal tapi bisa berhubungan
dengan hypersomnia (Wold, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Su K
et. al. (2012) melaporkan bahwa stres kerja pada guru Sekolah Menengah
Atas memiliki pengaruh negatif secara langsung terhadap kualitas tidur
mereka, sikap menejeman emosi yang negatif dan menekan emosi
memiliki peran yang sangat penting antara stres kerja dan kualitas tidur.

19

8) Lingkungan
Lingkungan tempat individu tidur memiliki pengaruh dalam
kemampuan seseorang untuk tertidur maupun mempertahankan tidurnya.
Ventilasi yang baik, temperatur yang sesuai dan pencahayaan yang redup
atau gelap diperlukan untuk tidur yang nyenyak. Selain itu ukuran,
empuk dan posisi tempat tidur juga mempengaruhi kualitas tidur. (Potter
& Perry 2011)
9) Kegaduhan
Cmiel et. al. (2004,

dalam Potter & Perry 2011) melaporkan

bahwa kegaduhan mempengaruhi aktivitas yang dapat menyebabkan
terbangun dan tidur menjadi terpotong-potong. Beberapa orang
memerlukan kesunyian agar bisa tertidur, dan ada orang yang
membutuhkan suara musik yang pelan atau televisi untuk bisa tertidur.
5.

Instrumen Pengukur Kualitas Tidur
Kualitas tidur seperti yang di ungkapkan oleh Kozier et. al (1998)
adalah

kemampuan

individu

untuk

mempertahankan

tidurnya

dan

mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk tidur REM dan tidur NREM.
Metode-metode yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur bisa
menggunakan EEG yang merekam aktivitas gelombang otak dan atau
menggunakan kuesioner.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur kualitas
tidur karena kuesioner dapat mengkaji masalah kesehatan yang kompleks
dengan cepat dan akurat, skala penilaian pada kuesioner dapat menyediakan
informasi dan pemahaman yang lebih spesifik untuk setiap individu yang di

20

ukur, sangat membantu dalam memantau proses perubahan individu (efek
dari suatu pengobatan atau terapi) terutama sebagai catatan penting mengenai
apa yang dirasakan oleh individu sebagai antisipasi jika individu tersebut
lupa. Skala tidur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala tidur
yang telah dikembangkan oleh para peneliti yang telah menghabiskan waktu
bertahun-tahun dibidangnya, mempertajam metode pengukuran yang telah
peneliti pilih secara cermat untuk menilai ciri karakteristik dari suatu kondisi
tertentu (Shahid et. al., 2012).
Menurut Shahid et. al. (2012) terdapat 102 kuesioner yang terkait tidur.
Dari 102 kuesioner tersebut terbagi lagi kedalam 3 kelompok, yaitu:
a.

Kuesioner umum yaitu kuesioner yang mengkaji tidur secara umum
seperti rasa kantuk (Epworth Sleepiness Scale/ ESS), kewaspadaan
(Toronto Hospital Alertness Test/ THAT), menilai irama sirkadian (Owl
Lark Self-Test).

b.

Kuesioner yang spesifik yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengkaji
tidur secara spesifik, lebih fokus untuk mengkaji gangguan pada tidur
seperti insomnia (Athens Insomnia Scale), sleep apnea (kuesioner STOPBang), sindrom restless legs dan periodic limb movements in sleep/
re