Budidaya Pisang Tinjauan Pustaka

6 1 Pisang buah yang dapat dimakan langsung setelah matang disebut juga pisang meja, misalnya: pisang kepok, susu, hijau, mas, raja, ambon, batangan, serta pisang cavendish. 2 Pisang buah yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya: pisang tanduk, oli, kapas, dan bangkahulu. 3 Pisang buah yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun setelah diolah terlebih dahulu, misalnya: pisang kepok dan pisang raja. 4 Pisang buah yang dapat dimakan sewaktu masih mentah, misalnya: pisang kluthuk pisang batu yang berasa sepat dan enak untuk dibuat rujak. Menurut Sunyoto 2011 berdasarkan cara konsumsi buahnya pisang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu pisang meja dessert banana dan pisang olah cooking banana. Pisang meja dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang seperti pisang ambon, pisang raja, pisang susu, serta pisang cavendish. Pisang olahan dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak seperti: pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli. b. Teknologi Budidaya Mulyanti et al 2008 mengungkapkan untuk penyediaan bibit pisang bisa diperoleh melalui perbanyakan dengan tunasanakan, perbanyakan dari minibit, dan bonggol tanaman yang sudah dipanen yang dapat diperbanyak melalui kultur jaringan maupun tradisional. Teknologi perbanyakan melalui kultur jaringan hanya dilakukan oleh perusahaan karena biaya investasi awal yang mahal dan 7 belum dapat memenuhi varietas lokal yang beragam. Oleh karena itu perbanyakan secara tradisional masih layak diterapkan. Persiapan lahan dilakukan dengan cara pembersihan lahan terlebih dahulu dari sisa tanaman. Menurut Mulyanti et al 2008 lubang tanam yang disiapkan berukuran 50x50x50 cm, dipersiapkan sekitar 2-4 minggu sebelum tanam, dan jarak tanam yang digunakan selebar 4x4 meter. Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam, yaitu 2-4 minggu sebelum penanaman. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar terhindar dari kekeringan dan masuk musim kemarau buah sudah panen. Idealnya untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan dua tahap dengan rentang waktu enam bulan. Hal ini bertujuan untuk mengatur waktu panen dan pembongkaran tanaman pada tahun-tahun berikutnya. Mulyanti et al 2008 Pemupukan dilakukan menggunakan dosis 0,233 kg Urea, 0,10 kg SP-36, dan 0,10 kg KCl per tanaman. Tanaman yang baru ditanam diberi tiga kali yaitu ¼ saat tanam, dan sisanya dibagi dua umur tiga bulan dan enam bulan. Tanaman yang berumur satu tahun atau lebih diberikan dua kali dalam setahun yaitu saat awal musim dan akhir musim penghujan. Pupuk diletakkan pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman dan ditutup tanah. Mulyanti et al 2008 Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk mencegah penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan, dan melindungi buah 8 dari goresan daun. Pada saat pemangkasan setidaknya disisakan 6-8 daun sehat agar perkembangan buah menjadi maksimal. Mulyanti et al 2008 Penjarangan anakan bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak tanam, dan menjaga agar produksi tidak menurun. Mulyanti et al 2008 menjelaskan bahwa penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara tanaman induk umur 9 bulan, 1 anakan umur 7 bulan, dan anakan muda umur 3 bulan dilakukan setiap 6-8 minggu secara rutin. Sanitasi kebun dilakukan untuk menjaga lingkungan kebun tetap sehat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Sanitasi dilakukan 45 hari sekali meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan anakan, dan pembuangan sisa tanaman bekas panen. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan secara rutin pada saat tanaman berumur 1-5 bulan. Setelah tanaman berumur lima bulan pengendalian gulma dapat dikurangi karena kanopi tanaman dapat menekan pertumbuhn gulma. Pada saat tanaman berumur lebih dari lima bulan pengendalian gulma dapat dilakukan dengan herbisida karena tanaman sudah cukup tinggi sehingga daun tanaman tidak terkena herbisida. Penyiangan dilakukan dalam selang waktu 2-3 bulan. Mulyanti et al 2008 Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pisang diantaranya ialah penyakit layu fusarium, bercak daun, dan virus kerdil pisang Banana Bunchy Top VirusBBTV, sedangkan hama yang banyak ditemukan ulat penggulung daun, penggerek bonggol, penggerek batang, thrips, 9 dan burik pada buah. Mulyanti et al 2008 mengungkapkan bahwa pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara diataranya: 1 Penggunaan bibit bebas penyakit yaitu bibit diambil dari lahan yang benar- benar bebas penyakit. 2 Melakukan pegiliran tanaman. 3 Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki, gulma tersebut merupakan inang sementara bibit penyakit. 4 Membuat drainase di kebun. 5 Pembungkusan buah dengan plastik tansparan, untuk menghalangi kedatangan serangga penular. 6 Pemangkasan daun yang terserang ulat penggulung daun. 7 Hama Thrips dikendalikan dengan cara membungkus tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai tandan dengan insektisida. 8 Selain dengan cara-cara tesebut, penggunaan pestisida juga sering dilakukan oleh petani. c. Panen dan Pasca Panen Buah pisang dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Buah pisang yang dikonsumsi lokal atau keluarga, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan sudah ada yang masak di pohon. Buah pisang yang akan diekspor dipanen tidak terlalu tua derajat ketuaan 75-85, tetapi sudah masak fisiologis kadar putihnya 10 sudah maksimum. Menurut Mulyanti et al 2008 umur panen buah pisang sebagai berikut. Tabel 1. Umur panen buah pisang No Jenis pisang Umur panen hari 1 Pisang ambon 139-154 2 Pisang tanduk 124-139 3 Pisang ambon jepang 109-120 4 Pisang mas 64-79 Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin seperti C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Walaupun kandungan protein dan lemak pisang kurang baik karena hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Sunyoto 2011 Buah pisang matang merupakan buah yang mudah busuk karena kadar airnya yang cukup tinggi. Upaya untuk memperpanjang daya simpan dan daya gunanya buah pisang dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Buah pisang mentah dapat diolah menjadi gaplek, tepung, pati, sirup, tape, dan keripik. Buah pisang yang matang dapat diolah menjadi sale, selai, dodol, sari buah, anggur, pure, saos, nektar, pisang goreng, pisang epe, keju, serta aneka kue lainnya. Sunyoto 2011 11

2. Standart Good Manufacturing Practice GMP Menurut Permenperin

No. 75 Tahun 2010 Pedoman tentang pelaksanaan Good Manufacturing Practice GMP di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 75 Tahun 2010. Dalam pedoman tersebut terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu industri pengolahan makanan agar dapat memproduksi olahan makanan dengan baik. Di Indonesia Good Manufacturing Practice dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM. Regulasi tersebut dapat diakses melalui website http:regulasi.kemenperin.go.idsitebaca_peraturan709. GMP Good Manufacturing Practices merupakan suatu pedoman bagi industri pangan, bagaimana cara berproduksi pangan yang baik. GMP ini sebagai prasyarat utama sebelum suatu industri pangan dapat memperoleh sertifikat sistem HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. Agar sistem HACCP dapat berfungsi dengan baik dan efektif, perlu diawali dengan pemenuhan program Pre- requisite persyaratan dasar, yang berfungsi melandasi kondisi lingkungan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam industri pangan. Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan Pre-requisite penerapan HACCP. Pre- requisite merupakan prosedur umum yang berkaitan dengan persyaratan dasar suatu operasi bisnis pangan untuk mencegah kontaminasi akibat suatu operasi produksi atau penanganan pangan. Susiwi 2009 Tujuan perlunya menerapkan dan melaksanakan GMP adalah untuk memberikan pedoman tata cara khusus specific codes yang diperlukan bagi 12 setiap rantai pangan, proses pengolahan, atau penanganan komoditi bahan pangan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan meningkatkan prinsip pelaksanaan persyaratan hygiene yang spesifik bagi masing-masing bidang tersebut diatas. Maksud tersebut perlu dilakukan identifikasi terhadap titik-titik penting dari rantai penanganan sistem hygiene yang dapat diaplikasikan diberbagai tahapan dalam rantai pangan, yaitu sejak budidaya sampai rantai pangan dikonsumsi, demi mencapai tujuan dalam memastikan bahwa pangan yang dimaksud aman dan pantas untuk dikonsumsi manusia. Cara-cara pengendalian usaha pangan komersial dapat dilakukan melalui prinsip umum GMP dan HACCP yang telah diakui secara nasional dan internasional sebagai langkah kunci yang penting dalam memastikan keamanan dan kelayakan pangan untuk dikonsumsi manusia. Winarno 2011 Peraturan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75M- INDPER72010 tahun 2010 tentang Pedoman Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Good Manufacturing Practice merupakan acuan bagi industri pengolahan pangan, pembina industri pengolahan pangan dan pengawas mutu dan keamanan pangan olahan. Pedoman GMP dapat diberlakukan secara wajib terhadap produk pangan olahan yang dianggap kritis yang membutuhkan pengelolaan sangat hati- hati. Dalam regulasi tersebut terdapat 18 indikator yang digunakan pedoman GMP, indikator tersebut meliputi: 1 lokasi; 2 bangunan; 3 fasilitas dan sanitasi; 4 mesin dan peralatan; 5 bahan; 6 pengawasan proses; 7 produk akhir; 8 laboratorium; 9 karyawan; 10 pengemas; 11 label dan keterangan produk; 12 penyimpanan; 13 pemeliharaan dan program sanitasi; 14