Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di dusun Sukunan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Novita Razak

(1)

commit to user

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Oleh : Novita Razak

S820908002

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh : Novita Razak S820908002

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr.H.Sugiyanto,SU (...) (...) NIP 194804041975011001

Pembimbing II Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. (...) (...) NIP 195902011985032002

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof.Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. NIP 195009301976031004


(3)

commit to user

iii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh : Novita Razak S820908002

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal :

Jabatan Nama Tanda tangan Ketua Prof. Dr.H.Sigit Santosa, M.Pd. (...)

Sekretaris Prof. Drs. Indro Wuryatno, M.Si. (...) Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. (...)

2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. (...)

Surakarta, April 2010 Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof. Drs. Suranto T., M.Sc. Ph.D. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. NIP. 19570820 1985031004 NIP. 195009301976031004


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Novita Razak NIM : S820908002

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan sampah di Dusun Sukunan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan untaian kasih sayang dan rasa terima kasih yang mendalam, tesis ini kupersembahkan untuk :


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kepada pencipta alam raya ini. Hanya kepada Allah SWT yang patut disembah dan kepada-MU lah rasa terima kasih ini pertama kali penulis haturkan karena hanya dengan ijin, petunjuk serta limpahan rahmat, kesehatan dan kasih sayang-MU jualah akhirnya karya tulis ini dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada Program Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan bimbingan di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

3. Prof. Dr. H. Sugiyanto, SU. selaku pembimbing pertama yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Prof. Dr. Siswandari, M. Stats. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.


(7)

commit to user

vii

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Para dosen Penguji Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan wawasan ilmu kepada penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu saling memberikan motivasi,ide, kritik dan saran. 8. Masyarakat Sukunan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini,

khususnya Bapak Iswanto, Ibu Endah Iswanto, Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) Bapak Suharto, Mbak Harti, dan seluruh informan yang dengan kerelaan hati telah membantu kelancaran penyusunan tesis ini.

9. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa, (PPLH Regional Jawa) Bapak Alm. Sudarsono, SH. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi.

10.Para Pejabat & rekan-rekan di PPLH Regional Jawa yang telah memberikan motivasi dan bantuannya selama penulis melanjutkan studi.

11.Keluarga Drs. R.H. Katamsa di Surakarta (Ibu Katamsa, Natalia Shinto, Dionysius) terima kasih atas semua bantuannya selama penulis menyelesaikan studi.

12.Para sahabat sejati yang bermukim di Yogyakarta (Marlina,Kak Hasri, Kak Agus, Mbak Dewi, Ucie, Fitrie, Tiwi) yang selalu memberikan support, setia


(8)

commit to user

viii

mendampingi dalam suka dan duka, dan selalu saling mengingatkan untuk kebaikan. (semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua).

13. Kedua orang tua tercinta : Ayahanda Abdul Razak dan Ibunda Chadidjah Ibrahim yang telah memberikan bantuan moril dan materil, serta tidak pernah berhenti mendoakan penulis untuk keberhasilan dalam berbagai hal. Untuk saudara-saudaraku di Makassar : Irawaty Razak, Linda A. Razak dan Handayani Razak, terima kasih atas supportnya dari jauh.

14.Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga dapat terselesaikannya tesis ini.

Akhirnya dengan menyadari terbatasnya kemampuan yang ada pada diri penulis, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, Amin….

Surakarta, April 2010 Penulis


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 4

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……… A. Kajian Teoretis……… 6

1. Sampah dan Pengelolaan sampah………. 6

2. Partisipasi masyarakat………... 2 2 3. Persepsi masyarakat ………... 29


(10)

commit to user

x

4. Motivasi………... 30

B. Penelitian yang relevan ……… 33

C. Kerangka Berpikir ……… 34

BAB III . METODE PENELITIAN ………. 36

A. Lokasi dan waktu penelitian……… 36

B. Jenis dan Sumber data ……… 36

C. Teknik pengumpulan data...………... 37

D. Instrumen penelitian... ………... 40

E. Teknik Sampling ………... 41

F. Validitas Data... ………. 42

G. Teknik Analisis Data ………. 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 45

A. Deskripsi daerah penelitian………... 45

1. Wilayah Dusun Sukunan ……… 45

2. Penduduk Dusun Sukunan……… 47

3. Sejarah pengelolaan sampah di Sukunan ………….. 48

4. Fasilitas pengolahan sampah di Sukunan…………. 50

B. Persepsi masyarakat tentang pengelolaan sampah ……… 57

C. Motivasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah……….. 60

D. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah…… 65

BAB V . PENUTUP ………. ………... 71


(11)

commit to user

xi

B. Implikasi ………. 72

C. Saran ……… 72

DAFTAR PUSTAKA ……… 73


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hierarki Pengelolaan Sampah... 9

2. Alur Manajemen Persampahan ... 12

3. Bagan Pengolahan sampah swakelola... 17

4. Alur penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat rumah tangga... 17

5. Kerangka pikir sistem partisipasi masyarakat... 34

6. Denah Dusun Sukunan ... 46

7. Lokasi 5 RT di Dusun Sukunan... 47

8. Komposter untuk sampah organik dari rumah tangga... 51

9. Komposter komunal untuk sampah pekarangan... 52

10. Tempat sampah pilah di setiap rumah …... 52

11. Tempat sampah pilah di beberapa blok di Dusun Sukunan………... 53


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 76

2. Hasil Wawancara... 78

3. Instrumen diskusi... 106

4. Hasil kesimpulan diskusi... 107

5. Susunan organisasi Paguyuban Sukunan Bersemi... 109

6. Suasana Dusun Sukunan ... 110

7. Unit-unit pengolahan sampah Sukunan ... 115

8. Hasil pengolahan sampah Sukunan... 117

9. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan ... 120 10. Kegiatan Diskusi dengan masyarakat Sukunan...

11. Bagan Pengelolaan sampah Sukunan...

126 128


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman 1. Data pengunjung studi banding & pelatihan di Sukunan ... 56


(15)

commit to user

xv ABSTRAK

Novita Razak, NIM : S820908002. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan

Sampah di Dusun Sukunan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara mendalam, dan diskusi. Untuk menjamin validitas data digunakan teknik triangulasi sumber data. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dan snowball dan data dianalisis dengan menggunakan metode interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah adalah fasilitasi, yaitu suatu bentuk partisipasi masyarakat yang disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan suatu kegiatan bersama-sama. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan persepsi positif masyarakat Sukunan terhadap kegiatan pengelolaan sampah terlihat dari tumbuhnya kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola sampah. Motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, antara lain : motivasi dari diri sendiri untuk mendapatkan ilmu dan wawasan, alasan ekonomi, faktor kebersihan lingkungan, keterbatasan lahan dan pelestarian lingkungan. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yaitu : memilah, mengangkut, mengolah, mengembangkan serta turut berperan dalam pelestarian lingkungan hidup.


(16)

commit to user

xvi ABSTRACT

Novita Razak, NIM : S820908002. Community participation in waste management in Sukunan Village, Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta. Thesis. The study program of Population Education and Environmental. Post Graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. In April 2010.

The research aims is to determine the form of community participation in waste management Sukunan seen from the perception of society Sukunan towards waste management, community motivation to participate and the activities of community participation in waste management.

This research used descriptive qualitative method. Data were collected using observation, indepth interview, and discussion. Triangulation technique was applied to obtain validity. The sampling technique was based on purposive sampling and snowball. Data were analyzed using interactive analysis.

The result shows that the form of community participation in waste management is Sukunan facilitation, a form of intentional community participation, designed and driven as a process of learning and doing by the public to complete an activity together. With facilitation, the community is positioned as himself, so he was motivated to participate and do his best. The result of interviews and observations indicate a positive perception of society Sukunan to waste management activities can be seen from the increasing awareness, willingness and ability of people to manage waste. Community motivation to participate, among other things: motivation of yourself to gain knowledge and insight, the reason for the economic, environmental hygiene factors, limited land and environmental preservation. Activities Sukunan community participation in waste management are: sorting, transporting, processing, develop and contribute to environmental conservation.


(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Saat ini masalah sampah adalah sebuah isu penting yang memerlukan penanganan secara tepat. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Dan penggunaan kemasan berupa kertas, plastik, kaleng dan bahan-bahan lainnya masih tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah timbulan sampah perkotaan sebesar 2-4 persen/tahun. Namun hal itu tidak diikuti oleh sarana dan prasarana persampahan yang memadai sehingga sampah yang tidak tertangani menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan (Status Lingkungan Hidup Indonesia, 2004 : 180).

Menurut Undang Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dijelaskan bahwa kondisi pengelolaan sampah di Indonesia umumnya belum sesuai dengan metode pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Untuk itu sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.


(18)

commit to user

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai

barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah yang berpotensi melepas gas metan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global (Purwendro, 2006 : 20).

Sebagai upaya untuk menangani sampah tersebut, perlu dikembangkan metode-metode pengelolaan sampah yang lebih bermasyarakat. Bukan lagi menitikberatkan pada membuang sampah tetapi pada mengelola sampah. Hal ini dimulai dengan merubah paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir menjadi paradigma baru pengelolaan sampah yang memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri (Sudrajat, 2006 : 56).

Partisipasi masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah dapat berfungsi sebagai pengelola, pengolah, pemanfaat, penyedia dana dan pengawas. Peran masyarakat dalam pengelolaan sampah ini secara garis besar terdiri dari :

1. Masyarakat wajib melakukan pengurangan timbulan sampah dari sumbernya, yaitu melalui pendekatan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) serta melakukan pemilahan sampah.

2. Masyarakat bertindak sebagai pengawas untuk menjaga agar sistem pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.


(19)

commit to user

3. Masyarakat dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan

sampah untuk kegiatan ekonomi, baik dilakukan secara perorangan, maupun bekerja sama dengan pelaku usaha.

4. Masyarakat sebagai pengolah sampah berperan sebagai sumber daya manusia untuk mengoperasikan maupun memelihara sarana dan prasarana pengolahan sampah (PPLH Regional Jawa, 2007 : 210).

Salah satu daerah yang telah berhasil melaksanakan pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi masyarakat adalah dusun Sukunan. Atas keberhasilan dusun Sukunan menjadi “Kampung Wisata Lingkungan” maka dusun ini menjadi tempat percontohan untuk pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat. Banyak kalangan yang telah berkunjung di dusun Sukunan ini, baik dari instansi pemerintah, sekolah,kelompok masyarakat lain, bahkan dari luar negeri. Dusun Sukunan merupakan salah satu daerah di kabupaten Sleman yang sebagian besar masyarakatnya telah melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya dimulai dari rumah tangga masing-masing. Latar belakang profesi masyarakat di Sukunan ini sebagian besar adalah buruh tani, petani, buruh bangunan, pedagang, usaha kecil rumahan (tempe,tahu, sujen, emping mlinjo, bakpia, dll.) hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan swasta, PNS dan TNI. Melalui pengelolaan sampah mandiri diharapkan masyarakat di daerah ini dapat memperoleh manfaat sampah secara ekonomi, peningkatan motivasi dan pengetahuan terhadap pelestarian lingkungan serta termotivasi mengembangkan sistem pengelolaan sampah mandiri dan produktif yang berbasis masyarakat (Tim Paguyuban Sukunan Bersemi, 2008 : 9).


(20)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah. Partisipasi ini akan dilihat dari tiga aspek, yaitu : persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah dan kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Dapat digunakan sebagai salah satu model partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

2. Mampu memberikan pengetahuan atau wawasan tentang pengelolaan lingkungan hidup khususnya cara pengolahan sampah swakelola.


(21)

commit to user

3. Untuk bidang pendidikan dapat digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bidang pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup.


(22)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORETIS A.Kajian Teoretis

1. Sampah dan Pengelolaan Sampah

Menurut UU No.18 th 2008 Pasal 1 ayat (1) definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah :

a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara


(23)

commit to user

pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Sudrajat,

2006 : 110).

Sampah yang dikelola berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sedangkan sampah spesifik meliputi : sampah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

Dalam penjelasan Slamet (2004 : 154-155) definisi sampah dapat dibedakan atas dasar sifat – sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengolahannya, sebagai berikut :

a. Sampah yang dapat membusuk , seperti sisa makanan. Daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya. Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut garbage, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya.. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara lain, gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain racun, H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima.

b. Sampah yang membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya. Sampah jenis ini dalam bahasa Inggris disebut refuse. Biasanya terdiri


(24)

commit to user

atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang tidak dapat

membusuk/sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.

c. Sampah yang berupa debu/abu,. Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya. Yang dimaksud dengan sampah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Selanjutnya, pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat Tempat Penampungan Sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan


(25)

commit to user

pengelolaan pada TPA. Sebelumnya dimusnahkan, sampah padat dapat pula

diolah dahulu, baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

Menurut UU No. 18 th 2008 Pasal 1 ayat (5) definisi pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam penjelasan UU tersebut dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

Untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas sampah, diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah. Perubahan ini dapat digambarkan dalam hierarki pengelolaan sampah berbentuk piramida terbalik, seperti terlihat pada Gambar 1. (Sumber : SLHI, 2004 : 180)

Avoid (menghindari) Reduce (mengurangi)

Reuse-Recycle (mendaur ulang) Pure waste (sampah)

Final disposal

Gambar 1. Hierarki pengelolaan sampah Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

a. Tahap pertama dari pengelolaan sampah adalah menghindarkan diri untuk menghasilkan sampah dengan membawa tas sendiri jika hendak berbelanja


(26)

commit to user

atau membeli barang yang paling sedikit menghasilkan sampah dalam

kemasannya.

b. Tahap yang kedua adalah berusaha untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dengan membeli barang yang dikemas dalam bahan yang ramah lingkungan.

c. Tahap berikutnya yaitu melakukan daur ulang dan pengomposan dari sampah yang dihasilkan.

d. Tahap selanjutnya jika tahap-tahap sebelumnya sulit dilakukan, adalah membuang barang-barang yang memang sudah tidak dapat digunakan kembali (pure waste).

e. Tahap terakhir adalah tahap yang benar-benar dibutuhkan, jika tahap-tahap sebelumnya gagal dilakukan, yaitu membuang semua sampah yang dihasilkan ke TPA.(SLHI, 2004 : 181)

Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya.


(27)

commit to user

Secara sistematis pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan

dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini masing-masing terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Pengelolaan Sistem Sentralisasi

Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan sampah secara sentralistik. Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengolahan sampah yang dilakukan di tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini terlihat dari bisa dikelolanya sampah dengan beberapa sistem anaerob dan aerob. Kelemahan pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan cukup luas.

Pengelolaan Sistem Desentralisasi

Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi mensyaratkan pengolahan sampah pada daerah hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, di setiap di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan sampah yang besarnya rata-rata 75% dari total biaya untuk mengolah sampah bisa dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat


(28)

commit to user

cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat

kecamatan (Purwendro, 2006 :11-12).

Sebagaimana dijelaskan Sudrajat (2006:52) Sistem yang cocok diterapkan di Indonesia adalah sistem desentralisasi, karena sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di beberapa titik, yaitu : pengolahan langsung dari sumber sampah, pengolahan di TPS dan pengolahan di TPA.

Gambar 2. Alur Manajemen Persampahan.

Alur Manajemen Persampahan

Sumber

(Rumah, Pasar, Kantor, Terminal, dll.)

TPS Wilayah KotaTPS

TPA

(Tempat Pemrosesan Akhir)

•Pengolahan berbasis masyarakat/ sumber (rumah,

kantor, dll) àpemilahan,

kompos, daur ulang •Insentif dari Pemda, mis.

• Jaminan pembelian kompos • Bantuan alat

Prinsip no service no money No waste no charge

Pengolahan Sampah oleh Pemda (dapat dikerjasamakan dengan Swasta) •Kompos

•Daur ulang

•Insineratoràenergy

•Sanitary Landfill àMethane capture dan energy

(CDM) Garis Target Volume Sampah 90% 70% 35% 20%


(29)

commit to user

Alur manajemen persampahan ini tujuannya untuk mengurangi timbulan

sampah di TPA. Berbagai macam usaha yang dilakukan agar sampah bisa ditanggulangi bersama mulai dari masyarakat, dunia usaha (swasta) hingga pemerintah. Sampah yang berasal dari sumber antara lain : rumah, pasar, kantor, sekolah dan tempat lainnya dipilah berdasarkan jenis organik dan an organik. Tentunya dalam proses pemilahan tersebut harus ditunjang oleh pra sarana yang memadai. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan an organik disortir kembali untuk barang yang bisa digunakan kembali atau pun dijual ke pengumpul. Peran pemerintah salah satunya adalah memberikan insentif bisa berupa jaminan pembelian kompos, dan bantuan pengadaan alat (alat pencacah sampah organik maupun pencacah plastik) sehingga dengan bantuan tersebut kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan optimal. Pengolahan dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri, namun bisa juga dilakukan di TPS kawasan atau TPS wilayah kota. Jika berjalan dengan baik maka bisa diprediksi sampah yang ditampung dalam TPS kawasan atau pun TPS wilayah kota jumlahnya lebih berkurang. Akan lebih baik lagi jika di TPS wilayah juga dilakukan pengolahan sampah oleh pihak pemda yang bekerja sama dengan pihak swasta. Dengan langkah-langkah pengolahan sampah dekat dengan sumber dan TPS wilayah maka diharapkan sampah kota yang masuk ke TPA jumlahnya berkurang hingga 20 %.

Salah satu metode yang bisa dikembangkan untuk proses pengelolaan sampah tersebut adalah implementasi prinsip reduce, reuse dan recycle yang sering diistilahkan dengan 3 R, Reduce (pengurangan sampah), Reuse


(30)

commit to user

(penggunaan kembali) dan Recycle (daur ulang). Khusus dalam pengelolaan

sampah di tingkat permukiman diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat dengan mekanisme sebagai berikut :

Langkah pertama

Penyampaian gagasan tentang sistem pengelolaan sampah swakelola kepada tokoh masyarakat, antara lain Pengurus RW, Pengurus RT, PKK, Dasawisma, Takmir Masjid, Pemuda, dan sebagainya. Pada tahap ini harus ada orang (diutamakan orang dalam kampung itu sendiri) yang mampu melakukan sosialisasi dan motivasi secara mantap dan jelas. Momentum ini sangat menentukan tanggapan tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan.

Langkah Kedua

Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Tugas tim ini adalah melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah swakelola.

Langkah Ketiga

Menyusun visi, misi dan slogan kampung untuk meningkatkan motivasi masyarakat sebaiknya dalam membuat slogan melibatkan aspirasi masyarakat.


(31)

commit to user

Langkah Keempat

Sosialisasi, edukasi dan motivasi diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat (anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, Tanya jawab dan perlombaan-perlombaan. Selain itu dapat melalui media lain, misalnya lagu yang berisikan ajakan kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah dengan benar.

Langkah Kelima

Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya, latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dan lain-lain.

Langkah keenam

Menyiapkan sarana pendukung dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Sarana pendukung yang diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya tempat sampah yang sudah terpilah, tong/drum sampah, gentong untuk tempat kompos, gerobak sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung. Pengadaan dan pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh msyarakat sendiri secara gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya.

Langkah Ketujuh

Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain, sebaiknya ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu, misalnya


(32)

commit to user

pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan

tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul sampah yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan (swasta) yang menerima dana membeli sampah-sampah yang telah dipilah oleh masyarakat.

Langkah kedelapan

Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistem pengelolaan sampah swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai memasukkan ke dalam tong sampah terdekat.

Langkah Kesembilan

Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau dan dievaluasi oleh suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam rapat tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat dilakukan.

Langkah Kesepuluh

Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat melalui forum rapat-rapat pertemuan rutin warga setiap bulan sekali (PPLH Reg. Jawa, 2008 : 358-364).


(33)

commit to user

Gambar 3. Bagan Pengolahan sampah produktif

Gambar 4. Alur Penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat rumah tangga.


(34)

commit to user

Dari langkah-langkah tersebut terlihat setiap orang ikut berperan dalam

melakukan pengolahan sampah. Dalam Sudrajat (2006 : 203) disebutkan seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perekonomian masyarakat serta perkembangan teknologi khususnya bagi industri, maka volume sampah juga meningkat dan bervariasi jenis limbahnya. Untuk itu dikembangkan beberapa metode agar lebih berkualitas dalam melakukan pengelolaan lingkungan, salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem 3R menjadi 5R, yaitu :

Re-think; suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan

akan beroperasi.

Reuse; atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan

suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan fisika/kimia/biologi.

Reduction; atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang

dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran diawal produksi.

Recovery; adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan/energi dari suatu

limbah untuk kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika/kimia/biologi.

Recycling; atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan

limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika/kimia/biologi.

Namun sayangnya, penerapan sistem ini masih pada tahap sosialisasi, belum pada implementasi yang optimal. Justru saat ini, pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan pendekatan yang


(35)

commit to user

menitikberatkan pada pengelolaan sampah ketika sampah tersebut telah dihasilkan

(end of pipe solution), yaitu berupa kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pendekatan ini akan memberatkan beban TPA dengan lahan yang terbatas.

Sedangkan menurut Slamet (2004 : 156-157) pengelolaan sampah berupa :

a. Komposting, baik bagi jenis sampah organik, hanya diperlukan konsentrasi dan perbandingan Nitrogen, Phospor, dan Kalium (N.P.K), minat konsumen akan kompos, tempat atau lahan untuk komposting, serta kelayakan sosial-ekonomis;

b. Insenerasi untuk refuse, perlu diperhatian kualitas sampah yang ada, korosivitas jenis refuse, dan kelayakan sosial-ekonomis;

c. Proses lain seperti pembuatan bahan bangunan dari buangan industri yang mempunyai sifat seperti semen, dan seterusnya.

Meskipun banyak teknik pengolahan sampah yang telah dijelaskan dalam teori, namun pada kenyataannya saat ini sampah sulit dikelola oleh karena berbagai hal :

a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan.

b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.

c. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan.


(36)

commit to user

d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan

permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetikanya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.

e. Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya sehingga cepat menjadi sampah.

f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah. g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai

tempat pembuangan sampah.

h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

i. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.

j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan.

k. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.

l. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non-teknis seperti partsipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.


(37)

commit to user

Untuk itu beban pemerintah dalam hal pengelolaan sampah harus dibantu

melalui peran aktif masyarakat untuk mengolah sampah yang dihasilkan dengan cara swakelola. Pengelolaan sampah diusahakan semakin dekat dengan sumber penghasil sampah (masyarakat), maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, artinya semua cara atau langkah yang terdapat dalam sistem tersebut dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Tujuan pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, produktif, komprehensif dan ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kebersihan, kenyamanan dan kesehatan lingkungan (PPLH Reg. Jawa :356).

Seperti yang dijelaskan oleh Chandra (2007 : 121) bahwa pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, antara lain :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

b. Sampah dapat digunakan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.

c. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.


(38)

commit to user

d. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan

sampah.

e. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

2. Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi menurut Robert Chambers dalam Daniel (2005 : 59) adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses Partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi (participation dalam kamus Inggris) adalah pengambilan bagian, pengikutsertaan. Dengan demikian pengertian partisipasi adalah pengambilan bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencaaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi (controlling) selanjutnya disingkat dengan POAC.

Partisipasi bukanlah proses alami, tetapi melalui proses pembelajaran sosialisasi. Ada beberapa bentuk partisipasi, antara lain : (1) inisiatif/spontan, yaitu masyarakat secara spontan melakukan aksi bersama. Ini adalah bentuk partisipasi paling alami. Bentuk partisipasi spontan ini sering terjadi karena termotivasi oleh suatu keadaan yang tiba-tiba, seperti bencana atau krisis, (2) fasilitasi, yaitu suatu partisipasi masyarakat disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan


(39)

commit to user

suatu kegiatan bersama-sama, (3) induksi, yaitu masyarakat dibujuk berpartisipasi

melalui propaganda atau mempengaruhi melalui emosi dan patriotisme, (4) koptasi, yaitu masyarakat dimotivasi untuk berpartisipasi untuk keuntungan-keuntungan materi dan pribadi yang telah disediakan untuk mereka, (5) dipaksa, yaitu masyarakat berpartisipasi di bawah tekanan atau sanksi-sanksi yang dapat diberikan penguasa. Bentuk partisipasi yang diharapkan adalah inisiatif/spontanitas, namun sering tidak terjadi, sehingga diperlukan upaya dari luar. Memilih proses No.3,4, dan 5 hasilnya akan relatif bersifat sementara. Dan partisipasi tidak akan banyak bermanfaat bagi masyarakat. Yang paling baik adalah melalui fasilitasi. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya (Daniel, 2005 : 60).

Partisipasi masyarakat diartikan sebagai proses yang di dalamnya masyarakat (yang kemungkinan akan terkena dampak negatif pembangunan) turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini mutlak diperlukan terutama dalam menyelesaikan secara tuntas berbagai persoalan lingkungan hidup. Caranya ialah dengan melibatkan semua kekuatan masyarakat secara dini dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Selain itu upaya perlindungan lingkungan akan lebih efektif bila partisipasi atau kerja sama dengan kelompok – kelompok masyarakat yang bersangkutan sungguh-sungguh dilakukan. Dalam hal ini masyarakat dilihat sebagai faktor yang dominan dalam aspek perlindungan kualitas lingkungan (Rhiti, 2005 : 98).


(40)

commit to user

Selanjutnya menurut Mitchell (2003 : 261) partisipasi mempunyai arti

penting sekurang-kurangnya dalam lima hal berikut ini, yaitu sebagai (1) masukan kebijaksanaan, (2) strategi, (3) komunikasi, (4) media pemecahan publik, (5) terapi sosial dalam arti cara untuk menghilangkan keterasingan dari warga masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan. Sebagai masukan kebijaksanaan, partisipasi dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat yang mungkin akan terkena dampak negatif suatu kegiatan pembangunan mempunyai hak untuk dimintai pendapatnya.

Dalam definisi partisipasi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur terjadinya partisipasi adalah harus ada tujuan kelompok lebih dahulu; harus ada dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi tercapainya tujuan kelompok; keterlibatan tersebut meliputi baik fisik, mental maupun emosi; harus ada rasa tanggung jawab bersama demi tercapainya tujuan kelompok. Selanjutnya agar tindakan bersama tersebut lebih berstandar pada prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya. (Zuandi, 2008 : 19)

Pada hakekatnya partisipasi merupakan pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan komunitas lokal melalui proses belajar berbasis pengalaman (Halvorsen, 2003;535).

Menurut Adisasmita (2006 : 38), partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal.


(41)

commit to user

Persoalan lingkungan hidup sebenarnya juga muncul karena partisipasi

masyarakat, terutama yang terkena dampak penting, tidak ada. Partisipasi itu tidak hanya berarti bahwa masyarakat turut mengelola lingkungan secara fisik, namun juga melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan penting, dan membuat mereka merasa memiliki kegiatan itu.

Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan. Alasan atau pertimbangan untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi adalah anggota masyarakat dianggap bahwa :

a. Mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya/kebutuhan mereka.

b. Mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya.

c. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian di masyarakat.

d. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi.

e. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA,SDM, dana, sarana dan teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(42)

commit to user

f. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan

SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar (Adisasmita, 2006: 40-41).

Apapun usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun kecil, bila harus mencapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi bila perlu juga berubah sikap sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampah, perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah, sampai pada penyediaan lahan, dan pemusnahan sampah. Tanpa partisipasi masyarakat, program persampahan tidak akan tuntas pengelolaannya. (Slamet, 2004 : 158).

Selain hal tersebut menurut Budiharjo (2003 :179) tingkat partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh sistem nilai budaya dan sikap masyarakat yang dominan dalam suatu wilayah. Hal ini menyebabkan partisipasi masyarakat relatif sangat berhasil di suatu lingkungan masyarakat tetapi mungkin saja tidak berhasil di wilayah lainnya. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat akan berpartisipasi jika menganggap ada manfaat dan penting; b. Partisipasi yang dilakukan akan membawa ke arah perubahan yang lebih baik; c. Partisipasi diberikan akan diperhatikan dan dihargai, bukan hanya sebagai


(43)

commit to user

d. Masyarakat merasa mampu untuk berpartisipasi dan akan didukung pihak lain

dalam kegiatan tersebut;

e. Struktur dan proses dalam partisipasi tidak asing bagi masyarakat setempat atau sesuai dengan tata cara dan nilai setempat.

Menurut Sutrisno (1995 : 98), partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan tidak dapat muncul begitu saja, harus ada insentif agar masyarakat bersedia memahami permasalahan yang sedang dihadapi dan secara sukarela bersedia berkorban bagi kelancaran pembangunan. Partisipasi masyarakat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, adanya instruksi pemerintah, insentif dan supervise, kepemimpinan yang kuat, kesepakatan warga tentang pemenuhan kebutuhan yang sangat mendadak, kekhawatiran dikucilkan, manfaat yang langsung diperoleh, tokoh formal dan informal, sistim nilai masyarakat, tingkat pendidikan, faktor ekonomi, politik dan sebagainya.

Partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor selain tersebut di atas, dimana menurut Suparjan (2003 : 250) adalah kepemimpinan yang kuat, insentif dan supervisi, instruksi pemerintah, contoh dari proyek swadaya lain, kesepakatan warga tentang kebutuhan yang mendesak, manfaat yang diperoleh secara langsung dan pengorbanan yang diberikan, kekuatiran untuk dikucilkan, serta adanya tokoh informal dan formal.

Banyak alasan dapat diberikan untuk menyertakan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan sumberdaya. Melalui konsultasi dengan masyarakat yang tinggal di wilayah yang akan terkena kebijakan, program atau proyek dimungkinkan untuk :


(44)

commit to user

a. Merumuskan persoalan dengan lebih efektif.

b. Mendapatkan informasi dan pemahaman di luar jangkauan dunia ilmiah.

c. Merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang secara sosial akan dapat diterima

d. Membentuk perasaan memiliki terhadap rencana dan penyelesaian, sehingga memudahkan penerapan.

Meskipun pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama pada tahap - tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya, pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan. Sementara beberapa pengelola lingkungan mungkin merasa terancam dan tertentang dengan pendekatan partisipasi, karena menyadari bahwa merupakan tugas merekalah untuk merumuskan persoalan dan mengembangkan penyelesaiannya, saat ini di negara-negara demokratik dengan masalah yang semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini (Mitchell, 2003 : 253-254).

Pengertian partisipatif menurut Robert Chambers dalam Daniel (2005 : 59) adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses. Dengan demikian pengertian partisipasif adalah pengambilan bagian/keikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi (controlling) selanjutnya disingkat dengan POAC.


(45)

commit to user

3. Persepsi Masyarakat

Pengelolaan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam suatu kegiatan masyarakat, tidak terlepas dari keterlibatan maupun keikutsertaan masyarakat. Dalam hal ini, kuantitas dan kualitas bentuk peran serta masyarakat dalam meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi dirinya tergantung bagaimana ia dapat menerima, mengolah dan menyimpulkan serta mempersepsikan di dalam alam pikirannya, segala informasi dan rangsangan tindakan yang ia terima. Sebagaimana disampingkan oleh Moskowitz dan Orgel (Walgito, 1999 :46), bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasikan terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu.

Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar individu, tetapi juga berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri (self-perception). Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek yang lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut.


(46)

commit to user

Persepsi dari setiap individu merupakan langkah awal yang menentukan

dalam menyumbangkan keberhasilan upaya partisipasi potensi optimalnya. Dengan demikian, dalam partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya yang terpenting adalah memberikan rangsangan dan tindakan sebagai informasi yang dapat diterima individu secara nalar sesuai kemampuan daya pikirnya. Selanjutnya diikuti dengan menumbuhkan motivasi untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik serta mau berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

4. Motivasi

Dalam partisipasi masyarakat, perlu memberikan motivasi kepada mereka yang sebelumnya kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan hidup menjadi pengelola sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan sangat diharapkan.

Motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan tidak nampak dari luar. Motivasi akan terlihat melalui perilaku seseorang yang dapat dilihat. Motivasi merupakan faktor penting yang mendukung prestasi kerja, di samping faktor lain seperti kemampuan, keahlian dan kesediaan atau motivasi seorang karyawan untuk bekerja biasanya ditujukan oleh aktivitas yang terus menerus dan yang berorientasikan tujuan (Uno, 2007: 50).

Sedangkan menurut Iswanto (1994 : 9) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan


(47)

commit to user

dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan

atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang didasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Uno (2007 : 48), motivasi instrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. Imbalan instrinsik (misalnya suatu perasaan keberhasilan dalam hal melaksanakan tugas tertentu, yang sangat menarik dan menantang) merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi, dan hal tersebut ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut.

Dalam Sarwono (1999 : 25) disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku. motivasi menjadi hasrat atau dorongan terhadap seseorang agar mau melakukan sesuatu.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk


(48)

commit to user

mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Motivasi

yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain.

Adisasmita (2004 : 150-151) tingkat pertisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh motivasi masyarakat, dimana dia membedakan dalam 5 (lima) motif yang melatarbelakangi masyarakat berpartisipasi :

a. Motif psikologis, yaitu motivasi adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa mencapai sesuatu, meskipun tidak menghasilkan uang atau barang. Untuk meningkatkan partisipasi berarti memberikan kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya serta keleluasaan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia.

b. Motif sosial, yaitu untuk memperoleh status sosial dan untuk menghindari diri dari terkena pengendalian kontrol. Orang akan berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembangunan jika berakibat meningkatkan status sosial dan barpartisipasi juga karena takut terkena sanksi sosial.

c. Motif keagamaan, dimana motif ini didasarkan pada kepercayaan kepada kekuatan agama yang berada di luar dirinya. Agama sebagai ideologi sosial yang mempunyai berbagai fungsi bagi pemeluknya dapat meningkatkan partisipasi pemeluknya dalam pembangunan.


(49)

commit to user

d. Motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali mendorong orang

untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila menghasilkan manfaat keuntungan bagi dir/kelompoknya dan kerugian yang diperoleh lebih kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi.

e. Motif politik, motif yang didasarkan oleh kekuasaan, partisipasi seseorang/kelompok tertentu akan ditentukan oleh besar kecilnya kekuasaan yang diperoleh dari partisipasi dan kegiatan yang diikuti. Makin besar yang diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan akan makin meningkat partisipasinya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Manajemen swakelola sampah Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Surahmah Asti Mulasari, Tugas Akhir Universitas Gajah Mada tahun 2007. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui manfaat swakelola sampah dan tingkat keberhasilan swakelola sampah di Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor.

2. Mekanisme partisipasi masyarakat dalam program rekonstruksi pasca bencana alam, (studi kasus pembangunan perumahan korban gempa dan tsunami di kelurahan Suak Indrapuri dan Desa Peunaga Cut Ujong Kabupaten Aceh Barat., oleh Hasmi Zuandi., Pascasarjana UGM .Tesis. 2007.


(50)

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian latar belakang serta permasalahan yang telah dirumuskan, sistem partisipasi masyarakat dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 5. Kerangka berpikir sistem partisipasi masyarakat Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri diperlukan upaya-upaya yang dapat merubah persepsi masyarakat yang dahulu beranggapan bahwa sampah itu merupakan barang yang tidak berguna dan harus dibuang menjadi pandangan baru bahwa sampah itu dapat digunakan kembali dan bisa menghasilkan. Dari perubahan persepsi tersebut akan menimbulkan pengaruh positif pada masyarakat terhadap kegiatan pengolahan sampah mandiri. Dengan persepsi yang benar, diharapkan akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah. Sikap positif yang mempertimbangkan etika lingkungan, serta bermanfaat baik ekonomi, sosial

PERSEPSI MASYARAKAT

MANFAAT :

-EKONOMI

-SOSIAL

-LINGKUNGAN

MOTIVASI

PARTISIPASI MASYARAKAT

PENGELOLAAN SAMPAH & PELESTARIAN LINGKUNGAN


(51)

commit to user

maupun lingkungan, akan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian hasil partisipasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat Sukunan, tetapi juga meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ilmu pengetahuan, pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam mengelolah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga dan juga dalam pengendalian pencemaran lingkungan hidup yang terjadi akibat dari kegiatan sehari-hari, serta pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.


(52)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2009.

B.Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat Sukunan. Data sekunder merupakan informasi yang telah tersedia di lapangan berupa : jumlah penduduk, denah wilayah Sukunan, sistem pengelolaan sampah Sukunan dan kliping perkembangan program pengelolaan sampah Sukunan.

Materi atau obyek yang diteliti adalah partisipasi masyarakat, dalam hal ini antara lain : prasarana pengelolaan sampah di Sukunan, masyarakat Sukunan dan kegiatan pengelolaan sampah di Sukunan.

2. Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena


(53)

commit to user

yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Dalam penelitian kualitatif ini,

data yang diperlukan berupa jenis informasi yang penting untuk dikaji, sebagian besar berupa data kualitatif. Menurut Lofland ( Moleong, 2009 : 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan.

Untuk mendapatkan data yang berupa kata-kata peneliti mengadakan wawancara sendiri dengan beberapa nara sumber, antara lain:

a. Penduduk Dusun Sukunan (8 orang) sebagai tim pengelolaan sampah ;

b.Pelopor kegiatan pengelolaan sampah di Dusun Sukunan (Iswanto);

c. Ketua RW dan Ketua RT;

d.Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) Suharto.

Sehubungan dengan yang diteliti adalah partsipasi masyarakat, maka penulis mencoba menggali informasi dari tokoh masyarakat di Sukunan dan orang-orang yang punya peran dalam tim pengelolaan sampah Sukunan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi penting untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,


(54)

commit to user

tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya, yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba,

(dalam Moleong, 2009 : 186)

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Kelenturan dan kelonggaran cara ini akan mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, yang berkaitan dengan perasaan, sikap dan persepsi mereka terhadap kegiatan pengelolaan sampah (Sutopo, 1996 : 137).

2. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) adalah suatu metode pengumpulan data dengan melibatkan peneliti pada objek penelitian yang terjadi. Observasi dilaksanakan pada masyarakat Sukunan. Pengamatan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang prasarana pengolahan sampah, kegiatan masyarakat Sukunan khususnya dalam penngelolaan sampah, atau aktifitas masyarakat dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan, kondisi lingkungan dusun Sukunan yang membuktikan sampah terolah melalui keberadaan pra sarana dan hasil olah sampah. Hasil observasi digunakan untuk membahas lebih dalam tentang permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Hasil observasi disajikan dalam dokumentasi pada lampiran 6,7 dan 8.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2008 : 228) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat


(55)

commit to user

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Manfaat observasi adalah sebagai berikut :

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan.

c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan lembaga.

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.


(56)

commit to user

3. Diskusi

Diskusi tentang perkembangan pengelolaan sampah dilakukan pada saat pertemuan warga masyarakat Sukunan di rumah Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2010 pukul 19.00- 21.00 WIB.

Diskusi dihadiri oleh 12 orang terdiri dari ketua PSB, pelopor kegiatan pengelolaan sampah, ketua RT, ketua kelompok pemuda, para koordinator unit. Kelompok diskusi terbagi 2 untuk membahas perkembangan kegiatan pengelolaan sampah dan evaluasi hasil pelaksanaan pengelolaan sampah di Sukunan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari : 1) Observasi/pengamatan, pengamatan dilakukan secara langsung oleh peneliti pada dusun Sukunan baik dari segi lingkungan maupun kegiatan masyarakat. 2). Wawancara mendalam/indepth interview, wawancara dilakukan peneliti kepada beberapa narasumber yang mengetahui dengan baik proses dan perkembangan pengelolaan sampah di Sukunan. 3). Diskusi dilakukan dengan mengumpulkan data dari beberapa narasumber, baik dari tokoh masyarakat Sukunan maupun anggota masyarakat.

Isi instrumen adalah sebagai berikut : 1). Instrumen observasi : hal-hal yang diobservasi adalah prasarana pengolahan sampah, kegiatan masyarakat dalam pengolahan sampah, kondisi lingkungan dusun Sukunan yang membuktikan sampah terolah melalui keberadaan pra sarana dan hasil olah sampah. 2). Instrumen wawancara : pokok-pokok wawancara meliputi aktifitas masyarakat Sukunan, pandangan masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan


(57)

commit to user

sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut serta dan bentuk partisipasi

masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah. 3). Instrumen diskusi : catatan tentang hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan.

E.Teknik Sampling

Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif, dengan memilih narasumber/informan yang dianggap mengetahui proses dan perkembangan program pengelolaan sampah di Sukunan, sehingga kemungkinan pilihan informasi dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Teknik sampling semacam ini menggunakan teknik “purposive sampling” yang bersifat internal, yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling) dan juga berapa jumlah serta macam dokumen yang ditelaah (Sutopo,1996 :35).

Teknik “purposive sampling” atau sample bertujuan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan memperoleh variasi data/informasi sebanyak-banyaknya. Dalam penelitian ini, pemilihan sampel tidak ditentukan terlebih dahulu darimana atau dari siapa tetapi setelah berjalan pemilihan sampel berikutnya bergantung dari tujuan atau keperluan peneliti. Teknik sampling bola salju digunakan oleh peneliti untuk menentukan sampel berikutnya secara


(58)

commit to user

berkelanjutan. Jika informasi yang didapatkan dari beberapa sampel sama atau

terjadi pengulangan data maka penarikan sampel dianggap cukup dan diakhiri.

F. Validitas Data

Dalam penelitian ini untuk menghindari ketidak percayaan data dilakukan teknik triangulasi sumber guna mempertinggi kebenaran data, yakni dengan mengecek dari beberapa sumber yang berbeda mengenai masalah yang sama. Langkah untuk mendapatkan kebenaran informsi setiap informan, dilakukan teknik recheck, yaitu upaya meneliti data hasil wawancara dari informan untuk memperoleh tingkat kebenaran informasi dari informan.

Langkah yang digunakan penulis dalam memperoleh validitas data sesuai dengan langkah-langkah yang diutarakan Moleong (2009: 175 – 179) yaitu :

1. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memasukkan hal-hal tersebut secara rinci.

2. Teknik trangulasi data (sumber), adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu dan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu ( Moleong, 2009: 178). Jenis yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data adalah pengumpulan data sejenis dengan sumber data yang berbeda. Triangulasi metode adalah pengumpulan data sejenis dengan teknik pengumpulan data yang berbeda.


(59)

commit to user

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan analisis interaktif yang berbentuk siklus (Matthew, 2002 : 20). Analisis data dilakukan secara terus menerus dari awal pengumpulan data hingga proses verifikasi yang berlangsung mulai dari awal penelitian sampai dengan penelitian selesai. Dengan demikian proses analisis terjadi secara interaktif, dan menguji antar komponen secara siklus yang berlangsung terus menerus dalam waktu cukup lama. Dengan demikian data hasil kesimpulan telah teruji dengan selektif dan akurat.

Dalam analisis model interaktif ini meliputi komponen-komponen yakni : pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Pengumpulan data

Data yang didapat dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci.

2. Reduksi data

Laporan dirangkum serta dipilih-pilih, difokuskan pada hal yang penting dan diperlukan.

3. Sajian data

Dibuat untuk dilihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian untuk menghindari terkumpulnya data yang akan sulit ditangani.


(60)

commit to user

4. Penarikan kesimpulan

Data yang diperoleh setelah melalui reduksi dan sajian kemudian dibuat kesimpulan. Kesimpulan mula-mula belum jelas, setelah bertambahnya data, maka kesimpulan akan lebih jelas, jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Bila kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian, maka peneliti kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman.


(61)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

1.Wilayah Dusun Sukunan

Suasana Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, tidak jauh berbeda dengan desa lainnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dusun ini pun dikelilingi hamparan sawah serta saluran irigasi dan aneka pepohonan rindang seperti khas alam pedesaan di Indonesia. Jaraknya hanya sekitar 3 km dari batas kota sisi barat kota Yogyakarta. Masuk jalan Wates Km.4, ke sebelah utara melewati jalan beraspal mulus sepanjang 2 Km sampailah ke jantung dusun Sukunan.

Melewati gerbang dusun yang luasnya 42 ha itu, kita langsung disuguhi pemandangan yang mungkin jarang terlihat di dusun lainnya. Yang paling menonjol adalah kebersihannya, baik di lingkungan rumah warga maupun jalan umum. Sulit sekali menemukan sampah yang bertebaran di jalan maupun halaman rumah warga.

Di berbagai tempat strategis di pinggir jalan seputar dusun sudah dilengkapi tempat sampah berupa 3 drum sampah pakai penutup dan saling berdampingan. Masing-masing drum dihiasi lukisan dan aneka kreasi warga Sukunan dan diberi label: sampah logam dan kaca, sampah plastik, serta sampah kertas. Alhasil semua drum sampah, jauh dari kesan jorok atau bau.


(62)

commit to user

Tidak jauh dari drum sampah terdapat pula papan tulisan berisi ajakan agar

menggunakan drum sampah semestinya, demi menjaga kebersihan lingkungan. Sedangkan di berbagai gerbang masuk dusun terdapat tulisan berupa, “Pemulung dilarang masuk, sampah dikelola warga“. Penghijauan pun terasa di mana-mana. Kebanyakan warga menanam aneka tanaman di sekitar rumah mereka, membuat suasana dusun semakin sejuk dan nyaman.

Dusun Sukunan menempati area kampung seluas 42 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Patran,

b. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Banyumeneng

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kanoman & Dusun Tegalyoso d. Sebelah Barat berbatasan Dusun Cokrowijayan.


(1)

commit to user

Seperti pendapat Dwi (2006: 23) syarat tumbuhnya partisipasi dapat

dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu : adanya kesempatan untuk ikut dalam pembangunan, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan dan ada kemauan untuk berpartisipasi.

Di Sukunan terdapat organisasi masyarakat yang dikenal dengan Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) sebagai wadah bagi masyarakat untuk mengembangkan program pengelolaan sampah. Dengan adanya organisasi ini masyarakat bisa teroganisir untuk melaksanakan pengelolaan sampah secara optimal. Masing-masing orang diberikan peran sehingga memiliki kesempatan untuk ikut dalam pengembangan program sampah. Selain itu lembaga ini memberikan kemampuan kepada masyarakatnya untuk bisa memperluas pengetahuan tentang sampah dan cara pengolahannya, sehingga masyarakat dapat berbagi (sharing) ilmu kepada pengunjung yang datang ke Sukunan.

Tidak hanya memberikan informasi di tempat, beberapa orang dari anggota PSB sudah sering kali menjadi narasumber di berbagai tempat untuk berbagi pengalaman pengolahan sampah kepada masyarakat di luar Dusun Sukunan. Hal ini karena keberhasilan Sukunan dalam pengelolaan sampah, sehingga beberapa orang sering diundang oleh pihak luar untuk memberikan materi tentang pengolahan sampah. Tentunya ini menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk berbagi ilmu.

Dari segi partisipasi masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam proses pemanfaatan sejak tahap perencanaan sampai tahap monitoring dan evaluasi meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan program


(2)

commit to user

pengelolaan sampah melalui pendidikan, pelatihan, dan program pengembangan

usaha. Dalam perencanaan pada dasarnya tingkat kehadiran masyarakat cukup banyak, dalam arti bahwa tingkat keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pengelolaan sampah masih tinggi.

Dari segi edukasi, Sukunan menjadi tempat studi banding untuk program pengelolaan sampah. Pihak Sukunan pun memberikan pilihan yang bervariasi dalam bentuk paket (kunjungan, pelatihan dan out bond) dengan tarif yang berbeda-beda. Dalam kegiatan pembelajaran ini semua anggota tim sampah dilibatkan sesuai dengan tugas masing-masing. Sebagai contoh beberapa koordinator unit yang akan menjadi narasumber atau yang melatih pengunjung sesuai dengan bidang masing-masing, misalnya unit kerajinan plastik, maka koordinatornya yang langsung memberikan pelatihan membuat kerajinan plastik.

Partisipasi seluruh masyarakat Sukunan terhadap proses pelaksanaan pelatihan sangatlah baik. Semua ikut berperan mulai dari perencanaan, panitia pelaksana, narasumber atau pun yang membantu sebagai tuan rumah. Dari hasil wawancara dapat dinilai bahwa kepedulian mereka terhadap Dusun Sukunan untuk bisa dikembangkan dan menjadi contoh bagi daerah lainnya cukup baik.

Perlu diketahui, warga bersedia menjadikan rumah mereka sebagai tempat pertemuan bagi pengunjung yang jumlahnya sangat banyak. Bahkan rumah warga pun dijadikan sebagai tempat penginapan (home stay) bagi peserta pelatihan yang berasal dari kota lain.

Dari segi ekonomi, kegiatan pengolahan sampah ini membuka lapangan kerja sekaligus memberikan keuntungan yang banyak. Hasil penjualan sampah


(3)

commit to user

plastik, kertas, kaca dan logam berkisar antara Rp. 200.000,- sampai Rp.500.000,-

per bulan, penjualan kompos sekitar Rp.300.000,- sampai Rp 500.000,- per bulan dan penjualan kerajinan daur ulang sekitar > Rp.500.000,- per bulan. Hasil penjualan sampah beserta hasil daur ulang ternyata dapat menutupi biaya operasional pengelolaan sampah (pengangkutan, penyortiran dan pengepakan), bahkan dapat menambah kas kampung sebesar Rp.500.000- 1.000.000 per bulan. Uang kas tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan kampung seperti kursi, meja, sound system dan perkakas lainnya yang dapat dipakai oleh masyarakat. Sedangkan dalam hal lapangan kerja, kegiatan pengelolaan sampah tersebut dapat menyerap tenaga kerja sekitar 35 orang, sebagai pengangkut, pengrajin tas daur ulang, pembuat kompos dan pembuat fasilitas sampah.

Dari segi pelestarian lingkungan, masyarakat Sukunan juga turut berpartisipasi. Hal ini terlihat dari aktifitas masyarakat yang biasa menanam pohon atau tanaman pot sebagai penghijauan di depan rumah mereka, atau juga secara gotong royong membuat taman di sekitar lingkungan mereka. Dan juga beberapa rumah tangga memiliki toga (apotik hidup) untuk memelihara tanaman yang biasa digunakan sebagai obat. Tidak ketinggalan tanaman yang berada di lingkungan Sukunan diberi nama (terdapat papan nama di pohon atau bunga) agar bisa tetap dipelihara. Bahkan kegiatan kerja bakti per dasawisma atau pun per RT sering dilakukan setiap minggu.

Soerjani (2006 : 134) menjelaskan bahwa keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan program juga akan membawa dampak positif dalam jangka panjang. Kemandirian masyarakat akan lebih cepat terwujud karena


(4)

commit to user

masyarakat menjadi terbiasa untuk mengelola program-program pembangunan

pada tingkat lokal. Apabila hal tersebut dilakukan akan terjadi berulang-ulang, maka akan memacu semakin cepat terwujudnya proses institusionalisasi atau terlembaganya perilaku membangun dalam masyarakat. Hal itu di samping merupakan suatu bentuk perwujudan dari berlakunya prinsip pengelolaan yang berbasis komunitas sebagai alternatif pendekatan pembangunan yang merupakan kebalikan dari pendekatan yang sentralistis dan uniformitas, juga akan lebih menjamin proses yang berkelanjutan karena masyarakat telah mempunyai kapasitas swakelola.


(5)

commit to user

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah adalah fasilitasi, yaitu suatu bentuk partisipasi masyarakat yang disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan suatu kegiatan bersama-sama. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan persepsi positif masyarakat Sukunan terhadap kegiatan pengelolaan sampah terlihat dari tumbuhnya kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola sampah. Motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, antara lain : motivasi dari diri sendiri untuk mendapatkan ilmu dan wawasan, alasan ekonomi, faktor kebersihan lingkungan, keterbatasan lahan dan pelestarian lingkungan. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yaitu : memilah, mengangkut, mengolah, mengembangkan serta turut berperan dalam pelestarian lingkungan hidup.


(6)

commit to user

B.

Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi bentuk partisipasi ini adalah sebagai berikut : bentuk partisipasi fasilitasi dalam kegiatan pengelolaan sampah dibutuhkan pendekatan aktif, kreatif dan efektif terhadap suatu kelompok masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan minat, respon yang baik serta memotivasi anggota masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pengelolaan sampah di Sukunan. Sebagai konsekuensinya agar anggota masyarakat turut berpartisipasi, Tim Pengelola Sampah Sukunan harus dapat mengembangkan sistem pengelolaan sampah ini dengan cara menerapkan inovasi dan kreasi baru serta teknologi baru, sehingga dalam pelaksanaan lebih efektif dan diterima oleh anggota masyarakat serta dapat dilestarikan.

C.

Saran

1. Diperlukan fasilitator yang baik dan loyal. Peran fasilitator bukanlah guru atau pembina, akan tetapi mendukung masyarakat untuk mengemukakan pendapatnya, berbagi pengetahuan, menyusun rencana dan mengembangkan sistem pengelolaan sampah. Selain itu fasilitator juga mengingatkan kepada masyarakat agar tetap eksis menjalankan program ini hingga bisa diwariskan kepada generasi penerus.

2. Untuk mempertahankan agar kegiatan pengolahan sampah tetap eksis, maka perlu memperhatikan pemeliharaan fasilitas pengolahan sampah, agar kegiatan tetap berjalan optimal.