90
3 informan dari mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Antropolog dan 3 informan dari komunitas menonton film Yogyakarta, dalam pengambilan data peneliti
menggunakan Focus Group Discussion yang dilakukan di tempat yang berbeda, FGD informan Mahasiswa dan mahasiswi Antropologi UGM di Taman Fakultas
Ilmu Budaya, sedangkan FGD komunitas film Yogyakarta dilakukan di Café Klangenan.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui FGD, peneliti menyimpulkan bahwa penerimaan khalayak tentang rasisme dalam film 12 years a slave cukup
beragam dari dominant hegemonic, negotiated, dan oppositional position. Pada penerimaan tentang superioritas kulit putih semua informan berada di posisi
dominant hegemonic , mereka setuju dengan encoding pada scene pertama,
artinya keempat informan tersebut berbanding lurus antara encoding dan decoding
, apa yang ditampilkan oleh pembuat film, dapat diterima 100 oleh semua informan tersebut. Pada scene kedua, posisi ke semua informan berada di
posisi negotiated mereka setuju bahwasanya pada film tersebut telah diperlihatkan tindakan-tindakan rasisme yang dilakukan oleh kulit putih
terhadap kulit hitam. Dimana pada kasus ini kulit putih sebagai kaum dominan dan kulit hitam sebagaikelompok minoritas.
Scene ketiga bercerita dimana telah terjadi penyiksaan dalam kehidupan
perbudakan yang dalam hal ini kulit hitam sebagai budak. Informan I, II, III dan V setuju bahwasanya kekerasan tersebut merupakan tindakan rasialisme yang
tidak sepatutnya terjadi bagi siapapun golongannya. Akan tetapi, informan IV dan VI berada pada posisi oposisi hal ini dikarenakan informan IV dan VI
91
melihat hal tersebut sudah sepantasnya diterima oleh seorang budak yang tidak mengikuti perintah atau telah melanggar aturan yang telah dibuat oleh
majikannya.Dari penerimaan keenam informan, peneliti menyimpulkan bahwa latar belakang pendidikan sangat berpengaruh dalam proses informan
menanggapi film 12 years a slave, para informan memiliki penerimaan pesan berdasarkan pemahaman atau kognitif yang dimiliki setiap orang. Penerimaan
berdasarkan kognitif masing-masing informan yang berbeda inilah yang membuat perbedaan dalam menerima pesan atas film tersebut.
92
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menjawab permasalahan bagaimana pemaknaan khalayak terhadap film 12 Years a Slave
yang menampilkan rasisme.Berdasarkan hasil analisis dalam bab III terhadap pemaknaan khalayak memaknai rasisme dalam 12 years a slave, secara
keseluruhan mereka Informan berpendapat bahwa apa yang dialami Solomon yang mewakili cerita yang pernah terjadi pada kulit hitam dimasa lalu adalah sebuah bentuk
penderitaan yang disebabkan oleh diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Diskriminasi yang terjadi pada masa lalu yang diceritakan adalah tindakan yang semena-mena dan tidak
manusiawi dan melanggar hak asasi manusia. Dimana, seharusnya manusia yang diciptakan berbeda memiliki hak yang sama hidup di dunia ini. Manusia diciptakan memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Tidak dibenarkan megeneralisir suatu ras atau kelompok masyarakat berdasarkan fisik ataupun kepercayaan.
Ada perbedaan penerimaan encoding terjadi antara pendapat dua orang pihak dari komunitas film keseluruhan encoding diterima 100 tanpa ada penyangkalan oleh pihak
mahasiswa dan mahasiswi ilmu antropolog. penerimaan informan dari latar belakang berbeda adalah cenderung sama, dimana perlakuan rasisme adalah perlakuan yang tidak
manusiawi dan tidak berperi-kemanusiaan. Sementara itu informan IV dan VI memiliki pandangan yang berbeda mengenai adegan tertentu. Informan IV dan VI setuju dengan
makna yang ditampilkan karena mereka melihat makna yang ditampilkan dalam film 12 Years A Slave
bahwa kulit hitam yang sudah menjadi budak sudah seharusnya patuh terhadap tuannya meski bukan pada jam kerja. Hal tersebut dinyatakan karena informan IV
dan VI memaknai bahwa pada zaman tersebut budak sama halnya dengan para pekerja yang terikat dengan perjanjian yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
93
B. Saran
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian terhadap khalayak yang berfokus bagaimana khalayak memaknai sebuah teks. Hasil penelitian dengan menggunakan studi
khalayak dapat menunjukan hal apa yang diperoleh khalayak dari media, apa yang disukai maupun yang tidak disukai khalayak dari media dan mengapa hal tersebut terjadi.
Secara akademis, diharapkan banyak adanya penelitian dengan menggunakan pendekatan reception analysis, karena di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
khususnya pada kajian Ilmu Komunikasi masih sedikit penelitian dengan menggunakan pendekatan ini. Peneliti turun langsung menemui informan dan berdiskusi langsung dengan
informan yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga peneliti akan lebih memahami permasalahan dalam penelitian dan akan lebih detail tentang perilaku yang
dihasilkan oleh khalayak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penelitian
selanjutnya dengan fokus khalayak maupun media. Pada penelitian selanjutnya dapat mengangkat dari perspektif yang berbeda pada film 12 slave a years, misal dalam perpektif
politik, apakah film ini memiliki kepentingan-kepentingan yang bermuatan politik atau tidak, seperti membangun citra positif suatu kelompok di masyarakat hingga berusaha
memperoleh popularitas melalui sebuah film. Bukan berarti pesan-pesan yang tersampaikan kepada khalayak tidak memiliki nilai diluar dari sang tokoh, karena manusia sebagai
makhluk individu tidak akan terlepas dari kepentingan-kepentingan yang berkaitan dengan sesuatu diluar dirinya.
Bagi pembaca yang berminat mengkaji tentang film dengan menggunakan pendekatan reception analysis,
diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi dalam kajian tersebut.