Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Landasan Teori

7 pengajaran. Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah keyakinan tugas guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ? 2. Apakah peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ? 3. Apakah keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah keyakinan tugas guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ? 2. Untuk mengetahui apakah peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ? 8 3. Untuk mengetahui apakah keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi guru SD Negeri di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes ?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan, serta dapat memberi manfaat bagi proses pembangunan bangsa dalam pengembangan sumber daya manusia khususnya pengelolaan sekolah. Manfaat Praktis ¾ Memberikan sumbangan pikir kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri untuk mengetahui sejauhmana motivasi berprestasi guru dicapai. ¾ Membantu rekan-rekan guru Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi yang dilaksanakan. ¾ Dapat digunakan sebagai referensi dan pengalaman ilmiah mengenai keyakinan tugas guru dan peran kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap motivasi berprestasi guru. ¾ Dalam pembangunan terutama pengembangan sumber daya manusia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi pengelolaan lembaga pendidikan dalam pengambilan keputusan. 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA

A. Landasan Teori

1. Motivasi Berprestasi

Untuk mengkaji motivasi berprestasi, maka perlu dibahas terlebih dahulu pengertian motivasi dan prestasi. Banyak teori yang berkembang tentang motivasi. Beberapa pendapat atau teori akan dikupas di sini, untuk menjelaskan apa itu motivasi ? Dan apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi. Menurut Vembrianto 1993 : 40, “ motivasi adalah sebagai keseluruhan hal yang menggerakan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu”. Duncan dalam Turino Purwantoro2003 : 23 merumuskan “motivasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah tercapainya tujuan organisasi”. Sementara itu Ngalim Purwanto 1984 : 72 berpendapat “motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat, menyeleksi dan menentukan arah dan perbuatan”. Selanjutnya Sukarto 1986 : 16 menjelaskan “motivasi adalah tenaga yang membangkitkan dan mengarahkan”. Sedangkan Wahjosumidjo 1992 : 117 berpendapat “motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Dan Houston 1983 : 5 mempertegas “motivasi sebagai faktor yang menjadikan perilaku dengan inisiatif, terarah, insentif dan gigih”. Menurut Mc. Donald yang dikutip Sadirman 1986 : 73 “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan 10 terhadap adanya tujuan”. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald dalam Sardiman 1986 : 74, maka motivasi mengandung tiga hal penting yaitu : 1 bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, 2 motivasi akan dirangsang, karena adanya tujuan dan 3 motivasi ditandai dengan munculnya rasafeeling. Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan Wahjo Sumidjo, 1993 : 67. Sementara itu menurut Davis 1995 : 67 dalam terjemahan Agus Darma bahwa kebutuhan diklasifikasikan menjadi dua yakni 1 kebutuhan fisik pokok, yang disebut sebagai kebutuhan primer primary needs dan 2 kebutuhan sosial dan psikologi, yang disebut kebutuhan sekunder seconadry needs. Kebutuhan fisik antara lain makan, minum, seks, tidur, udara, suhu yang menyenangkan. Kebuhan sosial dan psikologis terdiri atas kebutuhan kasih sayang, harga diri, persaingan, penonjolan diri dan sebagainya. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua itu didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Wahjosumidjo 1992 : 174 berpendapat “motivasi merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang”. 11 Motivasi sebagai proses batin atau psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di samping faktor ekstern seperti lingkungan kerja, iklim kerja, pemimpin dan kepemimpinannya, dan sebagainya. Juga sangat ditentukan faktor-faktor intern yang melekat pada setiap orang. Motivasi merupakan konsep yang menggambarkan dorongan- dorongan yang timbul pada atau di dalam seseorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Dari berbagai teori motivasi yang telah diuraikan di atas, motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dapat dikatakan juga motivasi pada umumnya terjadi karena adanya dorongan, yaitu dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor intrinsik dan dorongan dari luar diri seseorang atau faktor ekstrinsik. Teori motivasi menurut Gibson 1995 : 189 – 190 terjemahan dalam Nunuk Andirni 1996 yang berkembang saat ini adalah teori kebutuhan. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi : 1 Fisiologi meliputi kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, dan sembuh dari penyakit. 2 Keamanan dan kesehatan : kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman, yakni keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam. 3 Rasa memiliki, sosial dan kasih sayang : kebutuhan atas persahabatan, berkelompok, interaksi dan kasih sayang. 4 Penghargaan esteem : kebuhan atas harga diri self esteem dan penghargaan dari pihak lain. 5 Aktualisasi diri : kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang melalui memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi. 12 Kebutuhan fisik physical needs merupakan kebutuhan dasar manusia meliputi pangan, sandang dan papan ; kebutuhan rasa aman dan selamat safety needs merupakan kebutuhan memiliki sarana yang dapat melindungi diri sehingga merasa aman; kebutuhan yang bersifat sosial social needs adalah kebutuhan untuk mencintai dan dicintai orang, merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, kebutuhan untuk dihormati orang lain, sebagai manusia yang mempunyai harga diri dan hak azasi merupakan kebutuhan akan harga diri esteem needs dan kebutuhan aktualisasi diri self realization needs yakni usaha agar dapat melakukan apa saja yang dikehendaki mengingat kebutuhan lainnya telah terpenuhi. Ini kadang kala menjurus pada sifat over acting atau menonjol yang berlebihan. Teori yang lebih sederhana, berkaitan dengan kebutuhan manusia dikemukakan oleh Aldefler dalam Gibson 1995 : 193 – 194 dalam terjemahan Nunuk Andirni 1996 berpendapat bahwa kebutuhan manusia hanya terbagi dalam tiga, yaitu : 1 eksistensi : yaitu kebutuhan-kebutuhan yang terpuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, air, gaji dan kondisi pekerjaan, 2 keterkaitan : yaitu kebutuhan-kebutuhan terpuaskan dengan adanya hubungan sosial dan interpersonal yang berarti, 3 pertumbuhan : yaitu kebutuhan- kebutuhan yang terpuaskan oleh seseorang individu menciptakan konstribusi yang kreatif atau produktif. Teori kebutuhan lainnya adalah teori Herberg dalam Gibson 1995 : 197 yang diterjemahkan Nunuk Andirni 1996 menyatakan bahwa kepuasan terbagi atas dua, yakni : 1 faktor yang membuat orang merasa tidak 13 puas dan 2 faktor yang membuat orang merasa puas. Teori ini memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari ketidak-beradaan faktor-faktor ekstrinsik. Kelompok kondisi ekstrinsik, yang meliputi upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur, mutu penyeliaan, mutu hubungan antara sesama rekan kerja, atasan dan bawahan. Sedangkan kelompok kondisi intrinsik, yang meliputi pencapaian prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan kemungkinan berkembang. Teori kebutuhan motivasi yang dipelajari Mc. Clellend dalam Gibson 1995 : 200 dalam terjemahan Nunuk Andirni 1996, ada tiga kebutuhan yaitu 1 kebutuhan berprestasi n Ach; 2 kebutuhan berafiliasi n Aff; dan 3 kebutuhan berkuasa n Pow. Lebih lanjut Mc. Clelland berpendapat ketika kebutuhan kuat berada dalam diri seseorang, efeknya adalah memotivasi dia untuk menggunakan tingkah laku yang mengarah pada pemuasan kebutuhan. Dari rangkaian ketiga teori kebutuhan di atas terlihat bahwa dalam sebuah organisasi atau institusi dibutuhkan sesuatu yang lebih dari hanya sekedar fisik, akan tetapi dibutuhkan juga pemuasan untuk kebutuhan sosial dan aktualisasi diri. Salah satu dari kebutuhan sosial, keterkaitan dan faktor yang membuat orang tidak puas adalah berkaitan kondisi lingkungan yang berupa iklim. Dari beberapa pendapat atau teori motivasi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu pada diri individu baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis. 14 Salah satu tokoh yang mengembangkan teori motivasi berprestasi adalah Mc. Clelland dalam Miftah Toha 2002 : 206 yang didasarkan atas hasil penelitiannya yang mendalam bersama timnya sealama lebih dari 20 tahun. Menurut Mc. Clelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi kerja orang lain. Sedangkan menurut Davis 1995 : 88 dalam terjemahan Agus Darma “motivasi berprestasi achievement motivation adalah dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan”. Orang yang memiliki dorongan berprestasi ingin berkembang dan tumbuh serta ingin maju untuk menggapai keberhasilan. Seorang yang berorientasi prestasi, maka ia akan bekerja keras, ia memandang bahwa kelak akan memperoleh kebanggan pribadi. Mc. Clelland dalam Miftah Toha 2002 : 110 menyatakan keberhasilan yang diinginkan adalah keberhasilan dalam kompetisi dengan standar yang baik. Mc. Clelland dalam Miftah Toha 2002 : 206 ada tiga kebutuhan manusia yang amat penting dalam menentukan prestasi seseorang dalam bekerja yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk beralifiasi dan kebutuhan untuk kekuasaan. Orang yang memiliki motivasi prestasi lebih menyenangi keberhasilan yang dicapai atas dasar usaha sendiri, daripada diperoleh karena keberuntungan, lebih mementinkan karya daripada imbalan dan selalu ingin mendapatkan umpan balik tentang hasil kerjanya. Di samping itu menurut Davis 1995 : 88 dalam 15 terjemahan Agus Darma, orang memiliki motivasi berprestasi ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan. Sedangkan Gelleman 1984 : 157 dalam terjemahan Supomo Swardono, menyatakan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak begitu mementingkan uang. Baginya uang terutama adalah sebagai ukuran perbandingan prestasinya dengan prestasi orang lain. Jadi uang hanya merupakan pendorong untuk berprestasi, dan uang merupakan ukuran terhadap tingkat prestasi. Jadi motivasi berprestasi adalah suatu kebutuhan dari dalam tiap individu untuk mencapai hasil yang baik. Menurut Mc. Clelland dalam Miftah Toha 2002 : 208 ada beberapa karakteristik atau ciri-ciri dari orang-orang yang berprestasi tinggi, antara lain : a. Suka mengambil resiko yang moderat moderate risk. b. Memerlukan umpan balik yang segera. c. Memperhitungkan keberhasilan d. Menyatu dengan tugas Sedangkan menurut Wahjosumijo 1992 : 208 menyatakan orang yang mempunyai motivasi prestasi tinggi, secara umum memiliki ciri-ciri : a. Mereka menjadi bersemangat sekali apabila unggul. b. Menentukan tujuan secara realistik dan mengambil resiko yang diperhitungkan, mereka tidak percaya pada nasib baik. c. Mereka mau bertanggung jawab sendiri mengenai hasilnya. d. Mereka bertindak sebagai wirausaha, memilih tugas yang menantang, menunjukkan perilaku yang lebih berinisiatif daripada kebanyakkan orang. 16 e. Mereka menghendaki umpan balik yang konkrit yang cepat terhadap prestasi mereka. f. Mereka bekerja tidak terutama untuk mendapatkan uang atau kekuasaan. g. Mereka dapat diandalkan sebagai tulang punggung organisasi, dan diperlukan dalam organisasi. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki ciri-ciri : a. Bekerja dengan rasa tanggung jawab b. Berorientaso ke depan dan tidak mau menyerah. c. Berusaha menyelesaikan pekerjaannya atas usaha sendiri, bukan karena keberuntungan. d. Lebih mementingkan karya daripada imbalan yang diterima. e. Tidak mementingkan uang, karena baginya uang sebagai pendorong setelah berhasil prestasinya. f. Menghendaki umpan balik konkrit yang cepat terhadap prestasinya. g. Menentukan tujuan secara realistik, mengambil resiko setelah diperhitungkan. h. Memiliki sifat optimis dalam bekerja. i. Tidak mudah menyerah dan keras hati meski menemui hambatan- hambatan. j. Bersemangat sekali apabila unggul. 17 Dengan demikian melihat ciri-ciri orang yang berprestasi di atas menunjukkan bahwa motivasi berprestasi berorientasi pada tanggung jawab dan selalu optimis dalam bekerja. Mereka lebih mementingkan tugas atau pekerjaannya daripada hal-hal lain, dan keberhasilannya kerja adalah sasaran utama bagi mereka. Uang baginya bukan tujuan, melainkan merupakan bentuk penghargaan atas prestasi yang dicapai.

2. Keyakinan Tugas Guru

Menurut J.S. Badudu 1996 : 1632 “keyakinan adalah kepercayaan yang sungguh-sungguh, panutan atau pegangan seseorang”. Sedangkan keyakinan tugas guru menurut Gibson dan Dembo 1984 dalam Pydarsina Vitriani 2005 : 3 adalah : Kepercayaan guru dalam kemampuan menerapkan strategi pengajaran efektif terhadap perubahan yang positif pada siswa dalam belajar. Adapun keyakinan guru dalam melaksanakan tugas ditandai dengan kesediaan dalam meningkatkan pengajaran dengan didukung oleh pengalaman pendidikan dan pengalaman pengajaran. Dari pengertian keyakinan tugas yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa keyakinan tugas guru dapat dibuktikan dalam melaksanakan aktifitas sebagai pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengajaran baik di dalam kelas atau di luar kelas yang dapat berpengaruh langsung terhadap tingkah laku siswa. Brunning et all 2004 dalam terjemahan, menyatakan bahwa : Keyakinan tugas guru merupakan kepercayaan guru dalam menjalankan tugas dibuktikan dengan sifat pengetahuan kependidikan yang berdampak dalam perencanaan pengajaran dan disertai tindakan-tindakan proses pembelajaran di kelas. 18 Menurut Hofer 2000 dan Pintrich 1997 dalam terjemahan mengemukakan bahwa : Keyakinan atau kepercayaan dapat digolongkan dalam empat dimensi pengetahuan : a. Kepastian pengetahuan : kepastian pengetahuan dapat dipercaya apabila konsep pengetahuan bersifat positif. b. Kesederhanaan pengetahuan : maksudnya pengetahuan yang terdiri secara akumulasi fakta yang saling keterkaitan dalam suatu sistem. c. Sumber pengetahuan : bahwa pengetahuan bersumber dari lingkungan. d. Pertimbangan pengetahuan : pengetahuan akan mendapat kepercayaan apabila otoritas eksternal bersandar pada pengintegrasian dan evaluasi diri.. Menurut Prosser dan Trigwell 1996 dalam terjemahan, keyakinan tentang pengetahuan dapat berhubungan dengan kepercayaan tentang pelajaran dan pengajaran. Adapun konsepsi guru dalam mengajar dipengaruhi oleh persepsi mereka sendiri di lingkungan tugas, seperti derajat tingkat pengendalian diri saat mengajar dan bagaimana siswa saat diajar, seberapa besar pengajaran dapat dihargai, bagaimana ukuran kelasnya. Menurut Brunning et all 2004 : 1 dalam terjemahan bahwa : Faktor yang mempengaruhi keyakinan atau kepercayaan terhadap perilaku guru yaitu : 1. Kepercayaan penguasaan isi materi ditandai dari perencanaan tugas dancara-cara secara konsisten dengan kelengkapan sarana pendidikan. Apabila guru meyakinkan akan pengetahuan yang dimiliki secara didaktik dan metodik persoalan yang terjadi di kelas dapat diatasi. 19 2. Kepercayaan siswa, didasarkan pada pendapat siswa, kebiasaan siswa, penilaian, hasil rata-rata kelas, ketrampilan sosial, sikap orang tua dan kemampuan secara individu. 3. Kepercayaan tentang pengajaran ditandai dengan perencanaan dan pelaksanaan atau penerapan dapat diterima oleh lingkungan pendidikan secara internal dan eksternal lihat model. Gambar 1. Keyakinan Pengajar di Kelas Sumber : httpcms curriculum edu.aumind mattersstaff professionalbelief and practice.htm Bandura S. 1977 : 3 menyatakan bahwa : Keyakinan akan kemampuan diri sendiri mengacu pada pertimbangan pribadi akan kemampuan seseorang untuk mengorganisir dan melaksanakan macam tindakan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 20 Menurut Snhunk 1988 ; 1991 menyatakan bahwa : Yakin akan kemampuan diri sendiri dalam gagasan apabila menguasai teori pengetahuan sosial. Kemampuan diri sendiri terhadap kepercayaan masyarakat dibuktikan melalui keahlian tugas mereka di tempat kerja, ketekunan, bagaimana mereka memperoleh keterampilan. Jadi keyakinan guru sangat berhubungan dengan perilaku mereka di dalam kelas terhadap ketekunannya dalam mengajar. Sedangkan Bandura 1986 menyatakan bahwa : Ketekunan di latar belakangi oleh empat prinsip : 1. Prestasi 2. Hasil yang diperoleh 3. Pengaruh sosial seorang yang kuat dalam menguasai kemampuan tertentu. 4. Sensitif atau mudah melakukan tindakan terhadap fungsi tubuh. Menurut Clark dan Peterson 1986, bahwa dalam banyak riset tentang pengamatan guru sangat berkaitan dengan mempelajari kepercayaan dan pengetahuan guru. Clark dan Peterson, 1986 menyatakan bahwa : Keyakinan atau kepercayaan dan pengetahuan merupakan pengaruh perilaku guru. Apabila guru dan siswa tidak memiliki keyakinan dan pengetahuan berarti gagal dalam pengajaran. Sedangkan menurut Calderhead 1996, keyakinan atau kepercayaan biasanya mengacu pada perkiraan, komitmen dan ideologi. Nespor 1987 dan Abelson 1979 mengidentifikasi ciri-ciri keyakinan atau kepercayaan terhadap pengetahuan yaitu : a Adanya anggapan eksistensial Anggapan eksistensial mengacu pada dalil atau asumsi tentang keberadaan kesatuan. Kaitannya dengan keyakinan dalam mengajar 21 guru harus memiliki kedewasaan dalam menerapkan materi agar sesuai dengan dasar yang benar. b Memiliki alternatif Adanya alternatif mengacu pada kenyataan yang ideal. Contoh pengajaran model merupakan alternatif peningkatan mutu, sehingga guru harus meningkatkan kepercayaan dirinya dan bekerja keras agar harapan dapat tercapai. c Memiliki kecenderungan dan evakuatif Memiliki kecenderungan dan aspek evaluatif sering dipandang sebagai ukuran tingkat kepercayaan. Pentingnya keyakinan atau kepercayaan menurut Pijares 1992 adalah sebagai penolong dalam melaksanakan tugas dan sebagai alternatif dalam memilih teori sehingga dapat menginterpretasikan, merencanakan dan membuat keputusan yang terbaik. Zeichner et all 1987 dan Gore 1990 menyatakan bahwa : Kurikulum dapat dikatakan sebagai penguatan keyakinan atau kepercayaan yang dapat membentuk penampilan, memiliki gagasan, meningkatkan percaya diri. Adapun perubahan kurikulum mempunyai efek-efek terhadap perkembangan siswa. Sedangkan Peacock 2001 menyatakan untuk mempengaruhi tingkat keyakinan atau kepercayaan guru harus memiliki pendekatan komunikatif, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat lebih efektif. Kaitannya dengan manajemen pendidikan, menurut penulis bahwa keyakinan tugas guru akan terbentuk dengan baik, apabila ada peningkatan sistem manajemen pendidikan, misalnya saja dengan 22 pendekatan komunikatif, koordinasi yang baik, keterbukaan manajemen dalam pendidikan dan masih banyak faktor lain yang dapat merubah kesadaran pengetahuan untuk meningkatkan keyakinan atau kepercayaan guru yang berimplikasi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan hasil riset Cambell dan O’zoughlin 1988 menunjukkan bahwa keyakinan atau kepercayaan guru dapat mempengaruhi dalam pengajaran dan keputusan mempengaruhi dalam pengajaran dan keputusan kurikulum. Kepercayaan guru dapat mempengaruhi pengajaran dilihat dari sikap guru dalam memilih alternatif sebagai keputusan yang sangat berarti sebagai alasan mengajar, materi yang diutamakan, penentuan waktu terhadap materi ajar dan sebagainya. Kepercayaan guru dapat mempengaruhi keputusan kurikulum, kurikulum negara atau wilayah tidak sama sehingga model pembinaan para guru disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing sehingga keberadaan guru mestinya lebih meningkat. Raymond dan Santos 1995 mengemukakan pendapat Fazio dkk 1986 yang ditulis Pryadarsina Vitriyani 2005 bahwa keyakinan memaparkan ide-ide dari pengalaman kehidupan seseorang dan secara langsung mempengaruhi tingkah lakunya. Raymond dalam Prydarsina Vitriyani 2005 : 1 juga menegaskan bahwa keyakinan guru secara langsung mempengaruhi tindakannya, dan akhirnya tindakan guru tersebut mempengaruhi sistem keyakinan siswa. Clark dan Peterson 23 1985 dalam Ford 1994 yang ditulis Pryadarsina Vitriyani 2005 : 1 menegaskan bahwa tindakan guru sebagian besar dipengaruhi oleh proses berfikirnya. Proses berfikir guru adalah salah satu cara untuk memperoleh pemahaman umum tentang proses belajar mengajar di kelas. Tindakan guru di dalam kelas dan hasil pengamatan terhadap tingkah laku tersebut dapat menjadi pemahaman yang baik dari proses berfikir yang gejalanya tidak teramati. Salah satu aspek dari proses berfikir guru berada di bawah kategori keyakinan. Keyakinan merupakan suatu pendirian atau opini seseorang yang dibentuk oleh pengalaman atau oleh intervensi ide-ide melalui proses belajar. Clark menyatakan bahwa pada umumnya keyakinan guru memberikan ciri tentang tingkah laku siswa dan keyakinan guru tentang mengajar atau belajar berpengaruh terhadap tindakan guru. Tindakan guru dalam mengajar akan lebih efektif apabila mampu mengelola dalam pendidikan secara terencana sebelum dan sesudah proses kegitan belajar mengajar lihat model. Gambar 2. Model Keyakinan Guru 24 Penelitian dalam bidang pendidikan yang dilakukan Thompshon 1982 yang diungkapkan oleh Ford 1994 : 94 dalam Prydarsina Vitriyani 2005 : 1 mengidentifikasikan bahwa keyakinan guru tentang belajar dan tentang mengajar akan mempengaruhi alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang menumbuhkan kesimpulan. Caranya dalam berfikir. Ia juga menyimpulkan bahwa keyakinan guru dan minat terhadap suatu bidang studi dan mengajar bidang studi tertentu berperan terhadap bagaimana guru berfikir di dalam kelas. Kompleknya masalah kegiatan dalam kelas guru harus mampu meyakinkan siswa, sehingga siswa akan sebaliknya memiliki keyakinannya terhadap guru. Pentingnya penguasaan ketrampilan kelas dalam mengajar, guru senantiasa konsisten memiliki keyakinan mengungkapkan ide-ide atau gagasan, karena sangat berhubungan dengan prestasi siswa. Apabila para siswa bisa belajar dalam kelas berarti, artinya bahwa guru bisa mengajar siswa. Keyakinan pengajaran guru menurut Gibson dan Dembo 1984 dalam Prydarsina Vitriyani 2005 : 3 bahwa : Keyakinan pengajaran dibadi 2 yaitu keyakinan pengajaran umum dan keyakinan pengajaran pribadi. a. Keyakinan pengajaran umum adalah keyakinan secara keseluruhan mengacu pada kepercayaan profesi dalam memberikan peranan penting untuk memotivasi siswa sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. b. Keyakinan pengajaran pribadi, mengacu pada kepercayaan guru dalam kemampuan menerapkan strategi pengajaran efektif terhadap perubahan. Perubahan yang positif pada siswa dalam belajar. Keyakinan pengajaran pribadi dapat dibuhungkan 25 dengan kesediaan guru untuk meningkatkan pengajaran secara praktek yang berimplikasi penting dalam pengembangan program pendidikan guru. Menurut mereka guru yang berpengalaman mempunyai tingkat keyakinan yang lebih dibanding guru yang memiliki perasaan dalam pengertian yang rendah dari keyakinan pribadi. Menurut Bloch Dauglas dan Merit 2005 : 88 dalam terjemahan Angga Febriani bahwa menghargai diri anda sendiri sebagai guru atas keyakinan sumbangan ide-ide atau gagasan merupakan pemerhati yang paling berpengaruh dalam kehidupan seorang anak. Banyak guru yang berfikir bahwa mereka hanya sekedar guru tidak menyadari pengaruh luar biasa yang mereka miliki dalam pikiran seorang anak. Dalam banyak kasus, para guru menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak sampai 10 jam sehari, termasuk kegiatan- kegiatan sepulang sekolah daripada orang tua si anak itu sendiri. Dari karena mereka bertanggung jawab dalam menanamkan keahlian sosial dan akademis yang amat penting, para guru memerankan peranan utama dalam membangun harga diri seorang anak. Banyak orang yang berbakat dan berhasil memberikan kesaksian bahwa titik balik dalam kehidupan mereka terjadi ketika seorang guru mempercayai mereka dan menaruh perhatian positif terhadap masa depan mereka. Menurut Biehler dan Snowman 1986 dalam Soekamto 1994 : 7 apabila keputusan-keputusan yang diambil guru tidak dapat diterangkan secara ilmiah, melainkan keputusan-keputusan yang telah diambil berdasarkan naluri dan pertimbangan logika perlu diambil dengan penuh keyakinan, sebaba apabila tidak siswapun akan merasa 26 keragu-raguan dan memberikan respon yang sesuai dengan keadaan tersebut sehingga akan mempengaruhi keefektifan alternatif yang telah diambil guru. Secara kongkrit keyakinan keputusan-keputusan tersebut mencakup tentang metode, alat yang diperlukan dalam mengajar, memberikan nilai atau pertimbangan beberapa alternatif manakah yang akan memberikan hasil yang lebih baik dengan landasan pengetahuan yang memadai. Sekalipun peran kongkrit tersebut begitu penting, banyak guru merasa diri mereka dinilai dan digaji terlalu rendah oleh pemerintahmasyarakat. Selain itu, sekolah menerima pukulan kritik terberat jika anak-anak tidak menguasai pelajaran, padahal keluarga dan masyarakat ikut mengemban tanggung jawab yang besar dalam hal tesebut. Dalam banyak hal, sekolah menjadi kambing hitam untuk persoalan-persoalan masyarakat yang tidak tertangani. Itulah sebabnya tergantung pada keyakinan para guru sendiri untuk memberikan pengakuan dan penghargaan yang pantas mereka terima kepada diri mereka sendiri. Menurut Bloch Dauglas dan Merit Jon 2005:90 dalam Angga Febriani bahwa pengakuan dan penghargaan sebagai tanggung jawab memelihara pikiran dan emosi anak-anak siswa merupakan perbuatan yang sakral, suatu panggilan mulia. Setiap hari guru dipanggil untuk mengatakan kebenaran supaya pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan. Tidak banyak profesi yang menawarkan jenis pekerjaan seperti ini 27 untuk mengembangkan sifat-sifat luhr berupa kejujuran, integritas, dedikasi dan belas kasihan. Berikut ini sejumlah kata penguatan keyakinan untuk membantu menghargai diri sebagai guru dan pekerjaannya. Gambar 3. Kata-kata Penguatan Keyakinan Guru untuk Dirinya Sendiri Sumber : Bloch Douglas dan Merrit Jon 2005 : 90 dalam terjemahan Angga Febriani. Kekuatan Percakapan Positif. Batam : Karisma Publishing Group. Saya menghargai, mengakui dan menghormati diri saya sendiri Saya sedang membuat suatu perbedaan dalam kehidupan Saya sedang memberikan suatu sumbangan yang Saya sedang menanam benih yang akan menghasilkan Bekerja bersama anak-anak merupakan suatu panggilan Saya adalah seorang teladan yang baik bagi para Sekalipun saya tidak dapat melihatnya, banyak kebaikan yang tengah terjadi Melayani anak-anak adalah prioritas saya yang utama 28 Menghargai diri sendiri sangat penting bagi guru, apalagi menghargai tentang keyakinan ide-ide atau gagasan positif. Konsep ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi siswa. Apabila siswa merasa yakin akan proses pembelajaran di dalam kelas dan materi pembelajaran sebagai tuntutan kebutuhan pengetahuan maka seorang guru dianggap mampu meyakinkan siswa dalam kelas selama berlangsungnya proses pembelajaran. Menurut Bloch, Merit Jon 2005:95 dalam terjemahan Angga Febriani mengungkapkan beberapa cara membangun keyakinan diri siswa diantaranya: a. Ciptakan keberhasilan-keberhasilan kecil. Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk meraih keberhasilan. b. Dorong anak-anak untuk mengambil keputusan sendiri. c. Hargai pendapat mereka. d. Dukung dan dorong kreativitas mereka. e. Biarkan mereka menjelajah dan mengambil resiko. f. Izinkan anak-anak untuk melakukan kesalahan dan memetik pelajaran darinya. g. Pisahkan antara si anak dan perilakunya. “salahkan” perilakunya dan bukan si anak. Bloch dan Merit Jon 2005:96 yang dialihbahasakan oleh Angga Febriani juga mengungkapkan kata-kata penguatan dalam membangun keyakinan diri dengan kata YA Pada keberadaan seseorang, kata-kata ini amat ideal dalam membentuk keyakinan diri anak. Perasaan yakin bahwa diri sendiri 29 pada dasarnya cukup baik disampaikan dengan indah melalui kata-kata penguatan “Inilah aku, dan aku cukup baik.” Seorang anak secara umum ingin dimanja disayang, tidak ingin kecewa, berhasil dan sukses, namun untuk mencapai penghargaan harus bisa mengatasi bisikan-bisikan dengan kata-kata yang dapat memotivasi dalam diri seorang anak yaitu dengan menyenangkan jiwanya atau dirinya supaya bangga akan eksistensi yang ada pada dirinya sendiri. Begitu juga seorang guru terhadap anak didiknya senantiasa perlu dan harus memberikan konsep ide-ide dalam kelas. Anak merasa yakin terhadap guru dalam mengajar berarti proses transformasi ilmu dapat berjalan disebabkan peranan guru meyakinkan yang pada akhirnya membantu prestasi siswa. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para pakar pendidikan di atas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa keyakinan pengajar adalah kepercayaan yang mendalam untuk pedoman atau pegangan seorang guru dalam mengajar karena adanya pengaruh hubungan positif antar pribadi dalam komunikasi, bekerja secara profesional dan selalu belajar, adanya dukungan dari lingkungan sehingga selalu tumbuh akan kepercayaan diri dalam proses pengajaran yang berpengaruh langsung terhadap tingkah laku siswa. Juga dapat disimpulkan bahwa keyakinan tugas guru memiliki ciri-ciri : b. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. c. Bersedia meningkatkan pengajaran. d. Memiliki pengalaman. e. Memberikan peran positif terhadap siswa. 30 f. Tidak membeda-bedakan pelayanan terhadap siswa. g. Tugas yang diemban sebagai panggilan mulia. h. Memiliki pendirian yang kuat. i. Berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu. Dengan demikian melihat ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa keyakinan tugas guru berorientasi pada kesungguhan guru terhadap keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga ada perubahan secara positif pada siswa dalam belajar.

3. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pengertian Peran Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah yang mempunyai kewenangan untuk menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinannya untuk direalisasikan, mereka dituntut untuk senantiasa meningkatkan peran sebagai pemimpin yang mampu mewujudkan tujuan secara produktif sesuai tuntutan masyarakat. Menurut Uda Pararcek 1985 dalam Karsono 2004 : 15 yang dimaksud peran adalah sekumpulan fungsi yang dilaksanakan oleh seseorang sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan dari anggota tentang sistem sosial yang bersangkutan dan harapannya sendiri dari jabatan yang diduduki dalam sistem sosial. Sedangkan menurut Mulyasa 2004 : 87 yang dimaksud peran dikaitkan dengan keterlibatan dari berbagai pihak terhadap seseorang dalam mengkoordinasikan, 31 menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia sehingga mewujudkan tujuan dan sasaran melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana. Dengan memperhatikan konsep peran tersebut dapat dipahami bahwa ada berbagai harapan dari masyarakat terhadap tingkah laku dan fungsi yang harus dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam mencapai atau menghasilkan siswa yang bermutu dan terampil melalui pendidikan di sekolah. Untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat, mereka dituntut melaksanakan peranannya secara efisien dan efektif sehingga harapan tentang kualitas pendidikan sekolah dasar tercapai. Adanya tuntutan tentang kualitas pendidikan Sekolah Dasar, kepemimpinan Kepala Sekolah harus melakukan berbagai peran yang menunjang tercapainya harapan tersebut. Ada berbagai peran yang harus dilakukan oleh kepemimpinan Kepala Sekolah. Selanjutnya menurut Mulyasa 2004 : 135, peran kepemimpinan Kepala Sekolah antara lain : a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. c. Mampu menjalankan hubungan yang harmonis dengan masyarakat secara aktif dalam rangka peningkatan mutu sekolah dan pendidikan. d. Mampu bekerja dalam tim manajemen. e. Mampu mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai tuntutan dan harapan masyarakat lingkungan sekolah, dan f. Menjadi agen perubahan agent of change yang mendorong dan mengelola agar semua pihak termotivasi dan peran aktif dalam perubahan tersebut. 32 Mampu memberdayakan guru dalam melaksanakan tugas proses pembelajaran maksudnya bahwa dalam proses peningkatan tugas guru di sekolah, Kepala Sekolah harus memiliki strategi dan mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan PBM. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu maksudnya bahwa Kepala Sekolah dalam menyusun program sekolah misalnya mengelola kurikulum, data administrasi kegiatan belajar mengajar, keuangan, kearsipan dan administarsi lainnya harus terprogram sesuai dengan rencana yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun program tahunan, termasuk pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah RAPBS dan Anggaran Biaya Sekolah ABS. Selain daripada itu Kepala Sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara periodik. Untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat secara aktif dalam rangka peningkatan mutu, Kepala Sekolah mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dan rang tua dalam pembinaan pribadi peserta didik. a. Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan dan dan pentas seni. Pelibatan orang tua disesuaikan dengan hobi, kemampuan dan 33 pekerjaan mereka dengan program kegiatan yang dilakukan di sekolah. b. Kepala Sekolah senantiasa melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan, agar mereka merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya. c. Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Mampu bekerja sama dalam tim manajemen maksudnya Kepala Sekolah senantiasa dapat menciptakan situasi kerja sama yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola dan memimpin serta mengendalikan tenaga kependidikan. Manajemen yang tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga mendorongan tenaga kependidikan untuk bertindak produktif. Mampu mewujudkan tujuan sekolah yang produktif sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat maksudnya Kepala Sekolah mampu mengembangkan sistem persekolahan yang unggul dilihat dari tenaga profesional dan fasilitas memadai dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat. Menjadi agen perubahan bahwa Kepala Sekolah dalam memimpin selalu berusaha mengetahui aspirasi dan kemauan masyarakat, kemudian berusaha memenuhi aspirasi dan kemauan masyarakat, kemudian berusaha memenuhi kemauan dan aspirasi masyarakat tersebut. Karenanya, 34 masyarakat memainkan peran kunci dalam proses belajar mengajar agar semua pihak berperan aktif untuk perubahan pendidikan yang lebih baik. Sedangkan menurut Nurhadi 2003 : 25 menyatakan ada lima peran kunci utama kepemimpinan Kepala Sekolah untuk mendukung manajemen sekolah yang efektif yaitu : a. Kemampuan mengarahkan proses dan fokus pembelajaran. a. Memimpin program dan mengembangkan sekolah. b. Mengembangkan kepemimpinan yang kolektif c. Menjadi pusat penegak moral dan d. Sebagai pemimpin pembelajaran. Lima peran kunci utama kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif dapat disimpulkan, dalam praktiknya mereka harus mampu merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mampu melakukan pembinaan dalam proses pembelajaran sesuai dengan program yang telah direncanakan, baik program tahunan maupun program semesteran yang secara berkelanjutan dapat mengembangkan sekolah yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, artinya peran kepemimpinan Kepala Sekolah pantas untuk diteladani atau sebagai panutan oleh guru karena mereka mampu melakukan tindakan proses pembelajaran secara efektif di sekolah. Dari beberapa konsep tentang peran kepemimpinan Kepala Sekolah dapat disimpulkan oleh penulis bahwa : a. Peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan maksudnya Kepala Sekolah bertanggung 35 jawab atas keberhasilan penyelenggaraan pendidikan terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada di sekolah. Oleh karena itu peran kepemimpinannya sangat berpengaruh secara psikologis terhadap keyakinan guru dalam menjalankan tugas pembelajaran. b. Peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai pemimpin formal, maksudnya kepemimpinan Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yaitu terlaksananya proses belajar mengajar secara efekti dan efisien. Kepemimpinan Kepala Sekolah Secara umum Kepala Sekolah Dasar memiliki peranan yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program- program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, Kepala Sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa, untuk meningkatkan mutu sekolah di lingkungannya. Yang dimaksud kemampuan manajemen adalah kemampuan menentukan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, memimpin, dan mengendalikan usaha para anggota organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan memadai yang dimaksud adalah 36 kepemimpinan yang dapat melakukan peran dan fungsinya sebagai manager di mana Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Secara sederhana kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan Miftah Toha dalam Anwar, 2004 : 77. Menurut Sutrisno dalam Mulyasa 2001 : 107 “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Robbin 2001 : 39 dalam terjemahan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Menurut Dessler Gary dalam terjemahan 1996 : 2 mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Sementara Siagian 1985 : 24 bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan suatu kerja, mempengaruhi perilaku orang lain followers untuk berfikir dan bertindak positif dapat memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. 37 Adapun menurut Bafadal 2003 : 44 secara sederhana kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan menuntun orang lain dalam proses kerja agar berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu kegiatan dengan berbagai upaya perencanaan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain followers agar ikut serta berfikir dan bertindak secara sungguh-sungguh dengan ikhlas dalam mencapai tujuan organisasi. Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin menurut Made Pidarta dalam Mulyasa 2002 : 126 ada tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah ketrampilan konseptual, yaitu ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi ; ketrampilan manusiawi yaitu ketrampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memimpin ; ketrampilan teknik, yaitu : ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan terutama ketrampilan konseptual, para Kepala Sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan di antaranya : 1 Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama cara kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya. 38 2 Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana. 3 Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. 4 Memanfaatkan hasil penelitian orang lain. 5 Berfikir untuk masa yang akan datang. 6 Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan. Menurut HG. Hicks dan CR dalam Masduki Yusak 2002 : 33 menyatakan bahwa : Rangkaian kepemimpinan yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah yaitu arif dan bijaksana serta adil ; mampu memberi saran ; mampu memberikan bantuan dana, sarana dan prasarana yang dibutuhkan para guru ; sebagai perekat jembatan komunikasi catalysing ; mampu memberikan rasa aman terhadap bawahan providing security ; mampu mencerminkan apa yang menjadi keputusan representing ; sebagai sumber semangat bagi para guru proising, dan mampu menghargai apapun yang dihasilkan oleh para guru objective. Berbagai upaya dalam memecahkan masalah kepemimpinan telah dilakukan melalui beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan menurut Nanang Fatah 2000 pada dasarnya ada 3 macam yaitu pendekatan sifat trait approach yang memfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin ; kedua, pendekatan perilaku yang memfokuskan pada hubungannya dengan bawahan ; dan yang ketiga, pendekatan situasional yang memfokuskan pada kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan karakteristik situasional. a. Pendekatan Sifat trait approach Pendekatan ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat dan karakteristik yang 39 dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat-sifat tersebut mencakup sifat fisik maupun sifat psikologis yaitu intelektualitas, hubungan sosial, kemampuan, emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban, dan kemauan bekerja keras. Gerungan dalam Fattah 2000 : 89 menyatakan bahwa : setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri yaitu : 1 penglihatan sosial, 2 kecakapan berfikir abstrak, dan 3 keseimbangan emosi. Ciri-ciri yang berbeda dikemukakan oleh Ruslan Abdulgani 1958 bahwa pemimpin harus mempunyai kelebihan dalam hal : 1 menggunakan pikiran,2 rohani, dan 3 jasmani. Sedangkan menurut Ordwey Teed dalam Fattah 2000 menyebutkan bahwa : karakter seorang pemimpin adalah penuh energi, semangat mencapai tujuan, memiliki gairah kerja, ramah, jujur, mempunyai keahlian teknis, mampu mengambil keputusan, cerdas, punya keahlian mengajar, serta mempunai keyakinan. Sementara itu menurut Millet dalam Fattah 2000 : 89, ada empat sifat utama yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin yaitu : 1 Kemampuan melihat organisasi secara keseluruhan the ability to see an enterprise as a whole. 2 Kemampuan mengambil keputusan-keputusan the ability to make devisions. 3 Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang the ability to delegate authority. 4 Kemampuan menanamkan kesetiaan the ability to command loyalty. b. Pendekatan Perilaku Behavioral Approach Pendekatan behavioral ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan 40 dari sifat-sifat trait pemimpin karena sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan. Robert Tannenbaum dan Schmidt dalam Fattah 2000 : 91 memandang berbagai gaya perilaku pemimpin sebagai kontinum. Kontinum ini terdiri dari ragam gaya kepemimpinan yang sangat bergantung pada situasi dan perpaduan contingency antara kepribadian pemimpin dan jenis struktur tugas dalam organisasi tertentu. Pada satu ujung lain berorientasi gaya laissez faire. Menurut Robert Tannenbaum dalam Fattah 2000 : 91, bahwa : Gaya kepemimpinan yang efektif adalah perpaduan yang serasi antara suatu macam gaya dengan struktur tugas dan ketentuan sosial. Ada tiga unsur penting yang harus dipertimbangkan yaitu : 1 perilaku pemimpin, 2 perilaku bawahan, dan 3 situasi lingkunan di mana interaksi itu terjadi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pemimpin yang efektif adalah fleksibel, mampu memilih perilaku kepemimpinan yang diperlukan dalam waktu dan situasi tertentu. Seberapa jauh hubungan perilaku pemimpin dengan bawahan dalam rangka pengambian keputusan pada hakikatnya merupakan gaya pemimpin itu sendiri. Menurut teori kontinum ada tujuh macam hubungan pemimpin dengan bawahan : 1 Pemimpin membuat keputusan, sedangkan bawahan menerimanya telling. 41 2 Pemimpin “menjual” keputusan dan memberikan inisiatif bagi bawahan yang bersedia melakukannya selling. 3 Pemimpin mengemukakan ide, tetapi harus direspon melalui pertanyaan-pertanyaan dari bawahan. 4 Pemimpin menawarkan keputusan tentang yang mungkin untuk dipilih dan diputuskan melalui balikan dari bawahan. 5 Pemimpin mengetengahkan problem dan meminta saran kepada bawahan untuk diambil keputusan consulting. 6 Pemimpinan menentukan batas-batas kewenangan, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan. 7 Pemimpin mengijinkan bawahan untuk berfungsi dalam hal-hal yang telah didelegasikan. Menurut penelitian Robert R. Blake dan Jane dalam Fattah 2000 : 94 ada lima macam gaya kepemimpinan : 1 Improverished Leadership Pemimpin tidak bertanggung jawab penuh dalam menyelesaikan pekerjaan, yang diindikasikan dengan perhatian rendah terhadap orang maupun rendah terhadap tugas. 2 Country Club Leadership Pemimpin menekankan kepada hubungan kekeluargaan sehingga diindikasikan dengan perhatian yang tinggi kepada bawahan tetapi rendah terhadap tugas, sehingga tercipta suasana kerja yang bebas dari tekanan. 3 Task Leadership Secara umum lebih menitikberatkan pada tugas, bersifat otoriter tanpa memperhatikan aspek kemanusiaan. 4 Middle of Road Leadership Manajemen jalan tengah, perhatian yang sama terhadap tugas dan orang, lebih menitikberatkan pada terciptanya suasana kerja sama team works sehingga tugas dapat diselesaikan dengan berhasil. 42 5 Team Leadership Manajemen kelompok atau demokratis, lebih menitikberatkan pada terjadinya keseimbangan yang sama tingginya antara kepeduliaan terhadap pelaksanaan tugas maupun kebutuhan manusia, yang mengarah pada suasana akrab dan menyenangkan. Gaya ini merupakan yang paling efektif dari kepemimpinan perilaku. c. Pendekatan Situasional Situational approach Faktor situasi ini di samping merupakan faktor perilaku hubungan antara pemimpin dengan bawahan, juga merupakan bentukkeadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan environment. Lingkungan yang berbeda, baik lingkungan fisik yang berupa kekayaan alam, iklim, suhu, udara, curah hujan, dan sebagainya maupun lingkungan sosial yang berupa jumlah penduduk, gaya hidup, kebudayaan, dan sebagainya akan menimbulkan situasi yang berbeda pula. Situasi tertentu menuntut peragaan serta perilakugaya kepemimpinan yang tertentu pula. Apabila gaya kepemimpinan yang diaplikasikan cocok dengan situasi yang dihadapi, maka praktek gaya kepemimpinan itu akan berhasil atau efektif, sebaliknya bila tidak cocok maka tidak efektif. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang jitu atau efektif untuk semua situasi. Oleh karena itu, agar efektif, gaya kepemimpinan harus diubah dan disesuaikan dengan situasi yang ada. 43 William J. Redin dalam Indra Fahrudin 1983 : 37 menyatakan “bila situasi yang dihadapi, maka gaya kepemimpinan keefektifan dari gaya tersebut berbeda pula”. Perbedaan gaya kepemimpinan efektif dan tidak efektif , dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Gaya Kepemimpinan Efektif dan Tidak Efektif Gaya Kepemimpinan Efektif Tidak Efektif Tugas tinggi dan Mempunyai tata Semua kebijaksa- hubungan rendah kerja yang sangat naan ditetapkan Dedicated terstrukur, tetapi sendiri tanpa jelas untuk anggota memperdulikan stafnya Benevolent anggota staf, Autocrat memaksa untuk mendapatkan hasil dengan metode yang dianggap baik Autocrat Tugas tinggi dan Memenuhi kebutuhan Selalu memecah- hubungan tinggi kelompok dan kan masalah Integrated menetapkan tujuan dengan mengada- dan bagaiamana kan kompromi mencapainya, tetapi antara tugas dan juga sangat memper- hubungan, sehingga hatikan hubungan tidak berorientasi dalam kelompok- pada hasil yang kelompok menjadi akan dicapai kohesi dan bekerja Compromiser keras Executive Hubungan tinggi dan Percaya kepada Hanya tertatik pada tugas rendah Related anggota stafnya, dan adanya harmonis, dan memberikan kemu- kadang-kadang tidak dahan untuk berkem- bersedia mengorban- bang pada anggota kan hubungan meski- stafnya dalam usaha pun tujuan tidak ter- mencapai tujuan capai. organisasi Missionary Developer Hubungan rendah dan Mendelegasikan Tidak memberikan tugas rendah wewenang pada struktur yang jelas Separated bawahan untuk dan dukungan moral 44 mengambil keputusan pada waktu diperlu- tentang apa yang kan.Diserter perlu dikerjakan Sumber : Indra Fahrudi 1983. Kepemimpinan Pendidikan Menurut Redin, FIP IKIP Malang. Teori proses perkembangan dari kepemimpinan life cycle theory of leadership yang pada hakikatnya sama dengan model Redin. Tingkat kesiapan bawahan atau tingkat kematangan maturuty merupakan faktor penting di dalam situasi yang sangat menentukan kefektifan dari gaya kepemimpinan yang diindikasikan oleh apa yang dilakukan bawahan dan bagaimana hasilnya sehubungan dengan tanggung jawab mereka. Jadi menurut Teori Redin dalam Indra Mahfudi 1987 : 37 menyatakan kepemimpinan yang efektif bergantung pada tingkat kematangan maturity anak buah dalam melaksanakan tugas, disamping bergantung pada pemimpin dalam orientasinya terhadap tugas dan orientasi terhadap hubungan pribadi. Fred Fiedler dalam Sahertian 1987 : 53 mengemukakan bahwa “Leadership style wile defined here as the udnerlying need structures of the individual wich motivates his behavior in various leadership situation”. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai arah kebutuhan individual yang mendorong perilaku dalam berbagai situasi kepemimpinan. Kemudian Fiedler dalam Sahertian 1987 : 53 menjelaskan sebagai berikut. 45 Leadership behavior adalah aktualisasi atau perbuatan di mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam proses memberi arah dan mengkoordinasi tugas-tugas dari anggota kelompoknya Leadership behavior generally mean the particular acts in wich a leader engages in the course of directing and coordinating the work of his group members Selanjutnya dikemukakan gaya kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Secara klasik, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi : 1 Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada kekuasaan, kewenangan otoritas. Biasanya kepemimpinan ini dibedakan atas : 1 pemimpin yang bertipe otokratis, b pemimpin yang bertipe demokratis, c pemimpin yang bertipe laissez faire. Pemimpin yang otokratis pada dasarnya melhat sekitarnya sebagai musuh, oleh karena itu ia menyukai kekuatan, kekerasan, dan terlalu kaku dalam hubungannya dengan orang lain. Pemimpin yang demokratis tidak akan menganggap rendah kemampuan profesional serta nilai-nilai pribadi bawahan, selanjutnya ia akan mengikutsertakan bawahan tersebut dalam perumusan “policy”. Sedangkan pemimpin yang laissez-faire memiliki ciri-ciri bahwa si pemimpin tidak mempunyai pendirian yang tegas, ia hanya mengarahkan keputusan pada orang lain dan bersifat masa bodoh. 46 2 Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada institusi atau manusia. Gaya kepemimpinan ini diberikan atas nomothetis, idiographis dan transaksional. Pemimpin yang nomothetis biasanya menekankan pada kebutuhan institusi, pemimpin yang idigraphis merupakan kebalikan nomothetis. Ia menaruh perhatian pada kepribadian individu, lebih menaruh pada ego atau kepribadian para anggota daripada kebutuhan institusi. Sedangkan pemimpin yang transaksional merupakan kompromi antara nomothetis dan idiographis. Pemimpin ini sangat menghargai perlunya dicapai tujuan institusi, tetapi pada saat yang sama berharap pula dapat mencapai tujuan individual. 3 Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada jangkauan masa depan. Gaya kepemimpinan ini dibedakan atas gaya yang berorienatsi pada produksi, hasil atau tugas task, dan gaya yang berorientasi pada manusiaorang people atau penciptaan suasana kerja yang menyenangkan. 4 Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkah laku. Pemimpin yang bergaya ini memiliki ciri-ciri : a. Mengacu kepada masalah, mengidentifikasi masalah, lalu mencari alternatif pemecahannya. b. Menonjolkan keputusan untuk meyakinkan kelompok. 47 c. Menguji kelompok dengan cara melaporkan masalah untuk dicari alternatif pemecahannya. d. Berkonsultasi kepada kelompok pada saat timbul masalah sampai dengan penyelesaiannya. e. Bergabung diri dengan kelompok serta menyerahkan kepada kelompok untuk mengambil keputusan. 5 Gaya kepemimpinan yang dilihat dari segi waktu. Gaya kepemimpinan yang tetap dan sukar diubah dari lamanya penampilan, gaya tersebut dinamakan gaya permanen. 6 Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada komunikasi. Pieree Casse dalam bukunya, “ Training for the Cross Cultural Mind” menyebutkan empat orientasi gaya kepemimpinan dilihat dari segi komunikasi yaitu : a. Kepemimpinan yang berorientasi pada tindakan. b. Kepemimpinan yang berorientasi pada proses. c. Kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. d. Kepemimpinan yang berorientasi pada ide. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Ciri-ciri gaya kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai Tindakan Proses Manusia Ide - Senang pada - Menyukai - Senang me- - Menyukai Tindakan dalam pada fakta musatkan konsep teori, menyelesaikan - Senang perhatian pertukaran tugas. mengorgani- pada proses pikiran dan - Senang kepada sasi, mem- sosial, inte- inovasi hasil pekerjaan buat struktur raksi antar - Senang terha- 48 - Senang pada menyusun manusia dap hal-hal Prestasi strategi dan - Senang ber- baru dan taktik komunikasi, luar biasa. kerjasama, sistem sosial, motivasi Sumber : Sahertian.1987 : 58. Model Latihan Kepemimpinan. Surabaya : Usaha Nasional. Sependapat dengan hal di atas, Agus Darma dkk, menggambarkan kepemimpinan yang berorientasi pada komunikasi digambarkan sebagai berikut. Gambar 4. Kepemimpinan yang Berorientasi pada Komunikasi. Sumber : Agus Darma dalam Sahertian 1987 : 81. Model Latihan Kepemimpinan. Surabaya : Usaha Nasional. 49 Lebih lanjut Sahertian 1987 : 82, mengungkapkan bahwa setiap gaya kepemimpinan akan mencerminkan laku- laku perilaku sendiri-sendiri. Perilaku kepemimpinan dilihat dari segi komunikasi antara pimpinan dan yang dipimpin adalah hal-hal mendasar yang perlu dipahami, bahwa : 1 Manusia adalah makhluk pribadi yang unik. Dengan keunikan ini manusia mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan membuat pilihan terhadap hal-hal yang benar. Identitas moral manusia ini disebut kata hati nurani concience. Secara hakiki manusia diciptakan Tuhan diberi kemampuan akal mind. Dengan akal inilah manusia mampu “mencipta”. 2 Selain berfikir rasional, pemimpin adalah seorang yang mempunyai identitas kepribadian yaitu beriman, memiliki identitas “keinian” pengakuan akan harkat dan martabat manusia. 3 Memiliki tanggung jawab kepemimpinan multidimensional, bertanggung jawab kepada Tuhan, bertanggung jawab kepada sesama, orang tua, subjek didik, negara serta terhadap diri sendiri. Sahertian berpendapat bahwa kepribadian seorang pemimpin akan berkembang melalui proses pembentukan individu. Pembentukan antara kemungkinan dan kemampuan 50 akal yang ada dipadu dengan proses sikap diri dan kemampuan melihat kepentingan orang lain ini bersifat integralistik monodualistis. Menurut Stephen R. Robbins dalam terjemahan Hadyana Pujaatmaka 2001 : 101 menyatakan bahwa : “proses pengambilan keputusan rasional seorang pemimpin harus memiliki : identitas moral yaitu memiliki kemampuan untuk menetapkan perilaku nilai, identitas individu yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan serta menentukan diri sendiri, identitas sosial yaitu mempertanggungjawabkan segala tindakan kepemimpinan, identitas rasional yaitu tindakan pemimpin berdasarkan akal sehat”.

B. Kerangka Berfikir

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES

0 9 133

PROFESIONALISME GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN WARUNGASEM KABUPATEN BATANG Suatu tinjauan aspek persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru

0 3 12

PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KOMPENSASI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU SD DI KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG.

0 2 15

PERAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PROFESIONALISME GURU SD NEGERI Peran Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Profesionalisme Guru SD Negeri Se-Kecamata

0 1 11

PENDAHULUAN Peran Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Profesionalisme Guru SD Negeri Se-Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.

0 1 12

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Peran Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Profesionalisme Guru SD Negeri Se-Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.

0 3 13

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES.

0 0 86

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES.

0 0 165

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KOMPENSASI PADA KEDISIPLINAN GURU SD KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG.

0 0 142

PROFESIONALISME GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN WARUNGASEM KABUPATEN BATANG Suatu Tinjauan Aspek Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru

0 0 12